Asites Pada Keganasan Ovarium Asites merupakan salah satu

advertisement
Asites Pada Keganasan Ovarium Asites merupakan salah satu manifestasi klinis pada keganasan ovarium. Sindroma Meig merupakan trias yang didapatkan pada pasien dengan keganasan ovarium, yaitu ditemukannya asites dan efusi pleura. Kondisi asites memberikan tantangan yang bermanfaat untuk penatalaksanaan asites pada keganasan ovarium maupun penelitian translasional untuk pengembangan pengobatan selanjutnya. Pengambilan cairan dan komponen sel asites yang mudah membuatnya menjadi sumber investigasi keganasan ovarium yang baik. Gambar 1. Membran Peritoneum Peritoneum melapisi organ dalam, termasuk cavum abdomen dan pelvis, tersusun atas lima lapisan. Lapisan pertama disusun atas sel-­‐sel endothelial yang melapisi intravascular space dari kapiler. Sel-­‐sel ini memiliki glikokaliks ekstraseluler dan muatan anion tetap yang menyebabkan protein plasma yang besar seperti albumin sulit untuk melewatinya. Pori-­‐pori intraseluler menyedikan perpindahan melewati lapisan ini. Lapisan membrana basalis endothelium merupakan lapisan kedua. Lapisan ketiga adalah ruangan interstitial yang berisi sel-­‐sel fibroblast, kolagen, asam hialuronat, yang dapat memblokade difusi makromolekul sebelum membrana submesotelial ditembus. Barisan sel-­‐sel mesothelial adalah lapisan terakhir. Mesothelial diikat oleh tight junctions dan menyekresi hialuronan (glikosaminoglikan permukaan) ke cavum abdominalis, sel-­‐sel mesothelial menyediakan efek antiadesif permukaan dan brier pertahanan akibat trauma fisik pada organ internal. Pada kondisi fisiologis, perbedaan tekanan onkotik melewati membran peritoneal (tinggi di lapisan endothelial dan rendah di lapisan mesothelial) membatasi filtrasi cairan kapiler dan mencegah edema karena reabsorpsi air ke dalam kapiler dari cairan interstitial.
Gambar 2. Asites Kanker Pada pasien-­‐pasien dengan tumor abdominal, potongan melintang dari lapisan mikrovaskuler di cavum peritoneal bertambah. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan filtrasi dari permukaan akibat akumulasi cairan. Sebagai tambahan, asites malignan (akibat keganasan) memiliki konsentrasi protein akibat peningkatan permeabilitas kapiler. Sitokin inflamatorik dan kemokin, diikuti pengurangan aliran limfatik menyebabkan perubahan membrane peritoneal. Perubahan ini mengurangi tekanan onkotik plasma dibandingkan peritoneal, shhingga aliran plasma lebih menuju ke cavum peritoneal sesuai hipotesis hemodinamik kapiler dari Starling. Kondisi tersebut menyebabkan penumpukan cairan berlebih dan patologik di cavum peritoneal.
Indikasi dan Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik Keluhan Pasien Imaging Kondisi Pasien Pekak sisi, pekak alih dan undulasi cairan. Memerlukan >1500 mL cairan asites dengan sensitivitas 50-­‐94%. Anorexia (36%), nausea (37%), pembengkakan perut (55%), nyeri perut (53%), mudah kenyang (6%), perubahan berat badan (5%), dispneu (11%), muntah (25%) dan kelelahan (17%) USG digunakan untuk menilai dan menandai are yang paling baik untuk drainase. Diperlukan 100 mL cairan asites untuk Sitologik Imunohistologik keperluan ini. Dengan MRI atau CT 20 mL cairan bisa dideteksi. Status pasien dapat dinilai tapi tidak dapat menilai penyebab asites. Merupakan standar diagnostic dari asites malignan. Pemeriksaan bisa mendiferensialkan keganasan, infeksi maupun inflamasi sebagai penyebab asites hingga 97% kesensitivitasan. Komponen seluler asites dapat ditemukan pula sel-­‐sel tumor yang lepas ke cairan. Hasil sitologik lebih baik bila tumor adalah tumor peritoneal primer. Pengecatan ini penting untuk menentukan lokasi utama tumor. CA125 merupakan glikoprotein yang disekresikan dan diekspresikan oleh sel kanker ovarium. Penanda lain antara lain oestrogen receptor, cytokeratin 7, Wilm's tumor suppressor gene, cytokeratin 20, progesterone receptor, calretinin, carcinoembryonic antigen, gross cystic disease fluid protein, and thyroid transcription factor 1. Referensi: Kipps E, Tan DSP, Kaye SB. Meeting the challenge of ascites in ovarian cancer: new avenues for therapy and research. Nat Rev Cancer.2013;(13):273-­‐82. 
Download