KEGAWATAN DALAM PALIATIF CARE IDENTIFIKASI KEGAWATAN DALAM PALIATIF CARE DAN KASUS-KASUS YANG PERLU DIRUJUK DAN MANAJEMEN YANG EFEKTIF UNTUK MENGATASI KEGAWATAN •Perawatan paliatif : penyakit yang tidak mungkin lagi disembuhkan, baik penyakit kanker maupun non kanker. •Tujuan paliatif : meringankan beban penderitaan sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien. •Penyakit kasus paliatif : mempengaruhi aspek fisik dan psikososial •Pada aspek fisik dapat terjadi kegawatan yang perlu penanganan / rujukan ke pusat layanan kesehatan. IDENTIFIKASI TANDA KEGAWATAN PADA PALIATIF DAN YANG PERLU DIRUJUK BESERTA MANAGEMEN MENGATASI KEGAWATAN 1. EFUSI PERIKARDIAL DAN TEMPONADE JANTUNG terjadi pengumpulan cairan dan infiltrasi sel-sel ganas metastatik ke jaringan perikardium. gejala : sesak nafas, ortopnea, nyeri dada dan perubahan status kejiwaan. pemeriksaan fisik : takikardi, takipnea, hipotensi, pulsus paradoksus, suara jantung yang menghilang dan gesekan perikardial. foto thoraks : pembesaran kontur jantung, disertai efusi pleura Ekhokardiografi : dapat dilihat kolaps atrium kanan dan ventrikel pada saat diastolik. Manajemen : Perikardiosentesis : meringankan temponade Penatalaksanaan definitif : operasi Pada kondisi hemodinamik yang stabil : kemoterapi dan radioterapi pada jenis kanker yang responsif. 2. Sindroma vena kava superior Biasanya disebabkan oleh kanker paru terutama small cell lung carsinoma ( SLCC ). Berat ringannya ditentukan oleh besarnya obstruksi vena kava dan keberhasilan sistem kolateral vena kompensatorik yang terjadi. Diagnosis : sakit kepala, mual, muntah, gangguan penglihatan dan sinkop. suara serak, sesak nafas, disfagia atau sakit punggung Thoraks :adanya masa trakeal atau di mediastinum Pemeriksaan biopsi : untuk histopatologi. Manajemen : radioterapi 3. Hiperkalsemia sebagai akibat metabolik dari keganasan yang tidak terkontrol, dapat terjadi secara mendadak dan memburuk dengan sangat cepat. diagnosis : anoreksia, mual, muntah, poliuria dan perubahan kesadaran. Manajemen : • Pemantauan balans cairan dan status kardiopulmoner untuk mencegah kelebihan cairan dan gagal jantung. Terapi furosemid dan hidrasi dengan cairan saline dapat menurunkan hiperkalsemia. 4. Sindroma lisis tumor Sekelompok gangguan metabolik yang dapat menjadi penyulit pada pengobatan kanker. Lisis tumor yang terjadi akan melepaskan dalam jumlah besar beberapa bahan-bahan tertentu seperti asam urat, fosfat dan kalium kedalam sirkulasi. Manajemen • Hidrasi intra vena • Bila kadar > 7 mg/dl : alkalinisasi dengan Na bicarbonat •Hemodialisa untuk indikasi kasus yang berat. 5. Hiperurisemia kelainan akibat pengobatan leukimia, gangguan mieloproliferatif, limfoma atau mieloma. diagnosis : uremia, hematuri, dan rasa nyeri menandakan adanya batu ginjal. asam urat > 10 : oliguri atau anuri dengan atau tanpa adanya kristal asam urat, kadar nitrogen dan kreatinin serum meningkat. Manajemen • Hidrasi dan alkalinisasi • Hemodialisa jika diperlukan 6. Hiponatremia Disebabkan oleh seleksi atopik atau tidak normal dari hormon antidiuretik ( ADH ). diagnosis : anoreksia, mual, muntah dan rasa lemah. Na < 130 mEq/L atau kurang, kadar < 115 mEq/L bianya sudah disertai dengan gangguan kesadaran atau kejang. Manajemen : • Batasi intake cairan 500 m/hri • Terapi radiasi dan pemberian kortikosteroid dapat mengurangi sindroma berat hormon diuretik karena metastase ke otak. Hiponatremia berat bila disertai komplikasi gangguan neurologik dapat merupakan indikasi pemberian infus salin hipertonik. Bila kelebihan cairan dapat diberikan furosemid. 7. Hipoglikemia merupakan efek langsung dari penyakit keganasan dan tidak jarang dilaporkan. hipoglikema yang diakibatkan oleh tumor biasanya dicetuskan oleh puasa atau olahraga, dimana hipoglikemi berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen. Manajemen : mengatasi kekurangan darah adalah tindkan yang pertama kali dilakukan. 8. Asites Biasanya disebabkan oleh karsinoma peritoneal yang seringkali menyertai kanker ovarium, payudara, dan gastrointestinal. Diagnosis : pada pemeriksaan fisik menunjukkan abdomen yang membuncit, shifting dullness dan penemuan-penemuan lain yang lazim didapatkan pada asites. Manajemen : Mengatasi tumor primernya Paresentesis, dapat memberikan keringanan simptomatik yang dramatik, tetapi pengumpulan kembali cairan asites juga akan sangat cepat. Paresentesis yang berulang akan menyebabkan kehilangan protein yang sangat mengganggu dan disetai oleh angka kompliasi yang tinggi. 9. Efusi pleura Merupakan proses eksudatif yang biasanya dihubungkan dengan adanya implantasi sel kanker pada pleura viseral atau parietal. Doagnosis : Gejala-gejala sesak nafas, batuk kering, dan rasa tidak enak di dada merupakan gejala awal. Pada perkusi akan didapatkan suara redup. Torakosintesis diperlukan untuk mengkonfirmasi adanya keganasan dan cairan efusi dalam jumlah cukup untuk pemeriksaan sitologi dan kimiawi. Manajemen : Torakosintesis : memberikan keringanan pada penderita, torakosintesis berulang tidak dianjurkan karena resiko terjadi infeksi, kehilangan protein dan komplikasi lainnya. 10. Obstruksi jalan nafas Dapat disebabkan oleh tumor yang berkembang dari tempattempat laring hingga karina. Diagnosis : Pemeriksaan fisik : riwayat gangguan pernafasan yang berat. Pada radiografi thoraks : ditemukan massa mediastinum atas massa melebar dan deviasi atau kompresi dari kolom trakea. Diagnosa histopatologi dapat dibuat dari sitologi cairan ludah, aspirasi jarum, biopsi, dari kelenjar yang dicurigai atau bronkoskopi yang disertai penyikatan, pengecatan/ pewarnaan serta biopsi. Manajemen : Terapi oksigen Kortikosteroid : mengurangi edema jalan nafas. Radioterapi daerah yang menglami obstruksi. 11. Peningkatan tekanan intrakranial Merupakan komplikasi metastasis dari tumor pada sistem saraf utama. Penyebabnya adalah tumor-tumor yang berlokasi di parenkim otak. Diagnosis : Gejala peningkatan TIK : sakit kepala, muntah, pandangan mata kabur, diplopia, kelambanan pada fungsi mental, dan berkurangnya kecepatan. Sakit kepala yang hebat terjadi pada pagi hari diikuti dengan batuk dan muntah. Tanda-tanda naiknya tekanan pada otak termasuk papiledema dan rigiditas leher. Diagnosis MRI atau CT pada otak perlu dilakukan. Pembuktian secara sitologi akan adanya metasasis keganasan dilakukan dengan fungsi lumbal. Manajemen : Terapi kortikosteroid : mengurangi edema peritumor Pada herniasi yag cepat berkembang akan memerlukan intubasi dan mekanisme hiperventilasi untuk meningkatkan tekanan CO2 pada arteri paru. Terapi radiasi : pada penderita dengan metastasis otak. 12. Kompresi pada simpul saraf Disebabkan oleh tumor yang menimbulkan kerusakan yang berat, termasuk paraplegi, inkontinensia dan kuadriplegi. Diagnosis : Mengalami sakit pada bagian punggung atau kepala yang bersifat sentral. Pemeriksaan MRI : deteksi dan lokalisasi kompresi tulang belakang. Manajemen : Terapi kortikosteroid : mengurangi edema Terapi radiasi digunakan pada penderita tumor yang sensitif terhadap radiasi. 13. Nyeri hebat