acara talk show dokter pintar di radio

advertisement
11
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Radio merupakan salah satu jenis media massa yang akrab dengan pemiliknya
dan praktis, sehingga tampil sebagai teman pribadi yang bisa didengarkan di rumah, di
meja belajar, di kantor, di mobil, di kamar tidur, di dapur dan lain-lain sambil melakukan
aktivitas sehingga tidak mengurangi ruang gerak pendengarnya, sesuai dengan salah satu
keunggulan radio yaitu bersifat fleksibel. Radio menjadi teman yang tidak saja bisa
menghibur, tetapi juga mampu memberitahukan kita semua kejadian di sekitar dan
belahan dunia manapun. Masyarakat saat ini bisa menyalakan radio untuk mendengarkan
berita, dengan kata lain radio bukan lagi sekedar media hiburan, tempat mendengarkan
musik, tetapi juga sumber informasi layaknya surat kabar dan televisi. Bahkan saat
seseorang kehilangan dompet atau STNK maupun kehilangan anggota keluarga, radio
bisa menjelma menjadi “penolong” yang dapat membantu dalam menyebarkan informasi
terhadap khalayak pendengarnya.
Salah satu unsur yang menjadi daya tarik radio adalah musik. Orang menyetel
radio untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan. Selain musik , efek
suara dan kata-kata juga merupakan daya tarik yang menjadikan radio semakin hidup
ditelinga dan dalam imajinasi pendengar. Suara dan kata-kata yang disampaikan oleh
seorang penyiar dalam membawakan program acara kemudian ditambah dengan efek
suara seperti suara kereta api, anak nangis, hiruk pikuk orang, hujan, petir dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
12
mengajak pendengar untuk berimajinasi seolah-olah berada dalam situasi yang diciptakan
sehingga semakin menarik untuk didengarkan. Dalam sejarah radio siaran terkenal
seorang produser radio siaran yang juga terkenal sebagai bintang film, yakni Orson
Welles, yang telah membuat drama radio yang menggemparkan masyarakat Amerika
Serikat pada tahun 1938, suatu adaptasi dari karangan H G. Wells yang berjudul “The
War Of The Worlds”, yakni sebuah cerita fiktif tentang penyerbuan makhluk-makhluk
planet Mars ke dunia. Program tersebut dilakukan dengan gaya semi pemberitaan dan
mengakibatkan suatu kepanikan, walaupun ada pengumuman selama dan setelah program
itu disiarkan bahwa cerita itu hanyalah fiksi, tetapi kepanikan tetap berlangsung hingga
pagi berikutnya (Prayudha,2005:6). Salah satu contoh peristiwa yang dapat
mempengaruhi khalayak tersebut menyebabkan radio mendapat julukan the fifth estate
atau kekuatan kelima, dimana radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial.
Jika dibandingkan bidang radio siaran di Indonesia dengan di Amerika Serikat
sebagai tempat lahirnya radio siaran dengan Inggris yang juga termasuk Negara yang
maju dalam bidang ini, maka Indonesia tidak ketinggalan dalam hal dimulainya radio
siaran, meskipun pada kenyataannya waktu itu sedang berada dalam masa penjajahan.
Radio siaran yang pertama di Indonesia ialah Bataviase Radio Vereniging (BRV) di
Batavia (Jakarta tempo dulu), yang resminya didirikan pada tanggal 16 juni 1925, lima
tahun setelah di Amerika Serikat, tiga tahun setelah Inggris dan Uni Soviet (Sejarah
Radio di Indonesia, Djakarta,1953). Berbeda dengan televisi yang menjaring pemirsa
jauh lebih luas dan lebih umum segmennya, dengan program-program sajian on-air yang
mereka udarakan, radio telah berkembang menjadi suatu media yang memusatkan
Universitas Sumatera Utara
13
perhatian pada kelompok-kelompok pendengar yang lebih kecil, dimana kelompok
tersebut dijadikan sebagai target pendengar.
Banyak riset yang dilakukan untuk menentukan jenis-jenis program yang menarik
dengan tipe-tipe pendengar yang berbeda. Suatu format pada dasarnya merupakan
pengaturan elemen-elemen program yaitu musik, identitas stasiun, informasi, dan spot
komersil, kedalam suatu susunan yang menarik untuk mempertahankan segmen
pendengar yang dicari stasiun penyiaran radio. Stasiun penyiaran radio membentuk
formatnya untuk memberikan demografi yang benar seperti yang diharapkan misalnya
usia, jenis kelamin, dan status ekonomi sosial.. perbedaan populasi dan demografi
pendengar akan dipengaruhi oleh ketertarikan pendengar terhadap program-program yang
disajikan, misalnya di pagi hari membutuhkan info kemacetan lalu lintas, berita-berita
dalam maupun luar negeri, dan lain lain. Radio merupakan sumber informasi dan
sekaligus sebagai sarana hiburan. Dua sisi inilah yang menjadi kecenderungan
masyarakat dalam memanfaatkan radio.
Salah satu radio yang memberikan informasi dan hiburan di kota Medan adalah
Radio Suara Medan FM dengan gelombang 94,7 FM yang dipancarluaskan dari JL. Setia
Budi No. 102 Medan mampu menghadirkan program-program yang bervariasi.
Radio Suara Medan beroperasi sejak Juli 2003 dan hadir dengan format musik
dangdut dengan sasaran khalayak status ekonomi sosial golongan B, C, D dan E.
jangkauan siaran mencakup ke segala penjuru kota dan kabupaten disekitarnya,
diorentasikan untuk mengcover wilayah Sumatera Utara ke bagian Timur. Dua tahun
Suara Medan mengudara sudah mampu menarik perhatian khalayak pendengar radio
yang dibuktikan dengan hasil survey yang dilakukan oleh AC Nelson 21 September
Universitas Sumatera Utara
14
2005 dan berada di peringkat ke empat untuk kategori Status Ekonomi Sosial C D E.
format musik dangdut 98% dan Melayu/India 2% menjadikan Radio Suara Medan
menjadi pilihan untuk memperoleh hiburan sekaligus informasi bagi penggemar musik
dangdut yang sebahagian besar pendengarnya adalah kalangan menengah kebawah.
Namun kebutuhan akan hiburan dan informasi tetap saja akan dibutuhkan
setiap
kalangan. Berdasarkan hal tersebut Radio Suara Medan dengan segmen pendengar
masyarakat menengah kebawah ini menyajikan salah satu acara yang bersifat informasi
dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya seputar kesehatan
melalui Talk Show yang diberi nama Dokter Praktek Interaktif Melalui Telepon yang
disingkat dengan Dokter Pintar.
Acara Dokter Pintar hadir setiap hari sabtu pukul 12.00 – 13.00 Wib yang dipandu
oleh seorang penyiar, dimana menghadirkan seorang dokter yang menjadi narasumber
dalam acara tersebut. Dokter Pintar merupakan sebuah acara talk show yang disampaikan
secara sederhana yang menghadirkan narasumber tetap yaitu dr. H. Sutoyo Eliandy dari
tim PEDIS (PEDULI INFORMASI MEDIS). Hadirnya program Dokter Pintar
dikarenakan radio Suara Medan merasa perlunya menyampaikan informasi kepada
pendengar selain hiburan guna untuk menambah tingkat pengetahuan masyarakat
khususnya seputar kesehatan. Setiap minggunya topik yang dibawakan selalu berbedabeda, diantaranya penyakit asma, Keluarga Berencana, kanker payudara, luka bakar,
penyakit keputihan, maupun isu mengenai penyakit yang sedang hangat dibicarakan pada
saat itu, dan lain-lain. Selama acara berlangsung pendengar diberikan kesempatan untuk
bertanya seputar kesehatan baik mengenai topik yang diangkat maupun yang tidak
berkaitan, yang disampaikan melalui telepon dan sms.
Universitas Sumatera Utara
15
Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah acara Dokter Pintar di
radio Suara Medan memberikan kepuasan kepada khalayak dalam hal ini adalah
pendengar radio yang tergabung dalam fans club. Adapun alasan mengapa fans club yang
akan menjadi objek penelitian karena pendengar yang tergabung dalam fans club adalah
pendengar yang frekuensi mendengarkan radio lebih tinggi dan juga bersifat heterogen
yang terdiri dari berbagai usia, agama, suku, pendidikan, dan mata pencaharian yang
menurut peneliti akan sangat membantu dalam pengambilan data.
I.2. Perumusan Masalah
Pentingnya perumusan masalah dalam penelitian adalah karena hasilnya akan
menjadi penuntun dalam mengkonstruksi suatu hipotesis (Mantra, 2004:48). Dalam
merumuskan masalah, berarti peneliti merumuskan secara tegas masalah-masalah yang
terkandung dalam suatu fenomena. Perumusan masalah mempunyai konsekuensi
terhadap relevansi maksud dan tujuan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, dan
metode penelitian. Bentuk perumusan masalah dapat berupa pertanyaan atau suatu
pernyataan yang menggugah perhatian (Ginting, 2005:52).
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti mengajukan perumusan
masalah sebagai berikut: “Bagaimana acara Talk Show Dokter Pintar di Radio Suara
Medan FM Medan terhadap kepuasan khalayak?”
I.3. Pembatasan Masalah
Universitas Sumatera Utara
16
Guna menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.
Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Yang dimaksud dengan program acara Talk Show dalam penelitian ini yakni nara
sumber, informasi dan frekuensi penyiaran.
2. Yang dimaksud dengan kepuasan khalayak yakni memperoleh pengetahuan,
informasi, pemahaman.
3. Objek penelitian adalah pendengar yang bergabung dalam Fans Club Suara Medan.
4. Penelitian dilakukan bulan Oktober - November 2009.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara program acara Talk Show Dokter
Pintar dan kepuasan khalayak.
b. Untuk mengetahui kemampuan radio Suara Medan FM dalam memenuhi kebutuhan
informasi kesehatan masyarakat melalui acara Talk Show Dokter Pintar.
I.4.2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini berguna bagi radio Suara Medan FM apakah program acara yang
disiarkan menarik minat masyarkat.
b. Penelitian ini berguna bagi dokter selaku narasumber apakah solusi yang diberikan
dapat memenuhi kepuasan khalayak.
Universitas Sumatera Utara
17
c. Secara praktis, penelitian ini akan berguna bagi radio Suara Medan FM sebagai
bahan masukan dalam memproduksi setiap acara, sehingga dapat memberikan
kepuasan bagi khalayak.
I.5. Kerangka Teori
Kerangka teori pada prinsipnya bukan sekedar kumpulan definisi dari berbagai
macam buku, namun lebih pada upaya penggalian teori yang dapat digunakan peneliti
untuk menjelaskan hakekat dari gejala yang ditelitinya. Teori memberikan kepada kita
suatu kerangka yang membantu dalam melihat permasalahan. Teori menyediakan
konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan, dan
mengarahkan pertanyaan penelitian yang diajukan, serta membimbing kita dapat
memberikan makna terhadap data (Prasetyo,2005:64-65).
Teori merupakan proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi. Proposisiproposisi yang dikandung dan yang membentuk teori tediri atas beberapa konsep yang
terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Teori menyajikan kerangka sehingga
konsep dan variabel mendapatkan arti penting, dalam teori juga terkandung konsep
teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia yang dapat diobservasi (suyanto
dkk,2005:34).
Sedangkan Kerlinger dalam Jalaluddin Rakhmat (2002:6) menyebutkan bahwa
teori adalah himpunan konstruk atau konsep, defenisi dan proposisi yang mengemukakan
pandangan sistematis tentang gejala dan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
Universitas Sumatera Utara
18
Teori memiliki dua fungsi, yakni merupakan alat untuk mencapai satuan
pengetahuan yang sistematis dan sebagai pembimbing dalam penelitian. Dari teori dapat
dijabarkan hipotesis baru. Bila ada teori yang berlawanan, maka penelitian dapat
dijabarkan hipotesis baru. Bila ada teori yang berlawanan, maka penelitian dapat menguji
mana diantara teori-teori tersebut yang benar (Rakhmat, 2002:6-7).
Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah :
I.5.1. Komunikasi
Kata komunkasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin
communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang
berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah
yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari
kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu
makna, atau suatu pesan dianut secara sama. . (Mulyana, 2005:41)
Harold Lasswell dalam karyanya Structure and Function of Communication in
Society mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (who
says what in which channel to whom and with what effect) (Effendy,2000:10). Jadi unsurunsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Lasswell ada lima yaitu:
1. Komunikator (communicator, source, sender)
2. Pesan (message)
3. Media (channel, media)
4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
5. Efek (effect, impact, influence)
Universitas Sumatera Utara
19
Wibur Schramm, seorang ahli komunikasi, dalam karyanya, “Communication
Research in the United States”, menyatakn bahwa komunikasi akan berhasil apabila
pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of
reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and
meanings) yang pernah diperoleh komunikan. (Effendy,2000:13)
Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa
merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan
bisa merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan,
kegairahan dan sebagainnya yang timbul dari lubuk hati.
Jadi komunikasi itu akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh
komunikator tersebut menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan dengan
tujuan unuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku dari si
komunikan.
I.5.2. Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner
yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass
medium to a large number of people). Dari definisi tersebut diketahui bahwa komunikasi
massa tersebut disampaikan kepada khalayak yang banyak dan menggunakan media
massa seperti radio siaran, dan televisi, surat kabar dan majalah serta media film
(Rakhmat, seperti yang dilansir Komala, dalam Karlinah, dkk.1999). definisi komunikasi
massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gerbner.
Universitas Sumatera Utara
20
Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally
based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of
messages in industrial societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang
berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas
dimiliki orang dalam masyarakat industry (Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam
Karlinah, dkk.1999). (Ardianto, 2004:3)
Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:

Komunikator terlembaga

Pesan bersifat umum

Komunikannya anonim dan heterogen

Media massa menimbulkan keserempakan

Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan

Komunikasi massa bersifat satu arah

Stimulasi alat indra “terbatas”

Umpan balik tertunda
Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide dan sikap kepada
banyak orang, biasanya dengan menggunakan mesin, atau media yang diklasifikasikan
kedalam media massa seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar, majalah dan film
(Suprapto, 2006:11).
Tak diragukan lagi bahwa komunikasi melalui media massa dapat menembus
bagian kehidupan. Disaat mendengarkan radio siaran, membaca surat kabar, menonton
televisi walaupun motif setiap orang dalam terpaan diri pada isi media berbeda-beda.
Universitas Sumatera Utara
21
I.5.3. Teori Uses and Gratification
Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini.
Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenal pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of
Mass Comunications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori uses and
gratifications milik Blumer dan katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan
peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna
media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk
mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya, artinya
teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan
alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin,2003:181).
Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai a dramatic break with effects
tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari teori jarum hipodermik. Teori ini tidak
tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayak, tetapi ia tertarik pada apa
yang dilakukan khalayak terhadap media. Khalayak dianggap aktif menggunakan media
untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah timbul istilah uses dan gratifications
(Rakhmat,2002:65).
Uses dan Gratifications Model merupakan pengembangan dari jarum hipodermik.
Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia
tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap aktif
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi ini memusatkan perhatian
pada pengguna (Uses) media untuk mendapatkan kepuasan (Gratifications) atas
kebutuhan seseorang. Sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai
kebutuhan dan kepentingan individu. Model ini meneliti asal mula kebutuhan manusia
Universitas Sumatera Utara
22
secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau
sumber-sumber lain dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Elvinaro Adrianto dalam
bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” mengatakan bahwa Penelitian yang
menggunakan uses dan gratification memusatkan perhatian pada kegunaan isi media
untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan (Ardianto dkk,2004:70).
Teori Uses and Gratification lebih menekankan pada pendekatan manusiawi
didalam
melihat
media.
Artinya
manusia
punya
otonomi,
wewenang
untuk
memperlakukan media (Nurudin,2004:181). Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya
ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Mereka percaya bahwa ada
banyak alasan khalayak untuk menggunakan media.
Menurut teori ini konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan
bagaimana mereka menggunakan media dan bebas memilih media mana yang mampu
memuaskan kebutuhan informasi khalayak, serta bagaimana media itu akan berdampak
bagi khalayak itu sendiri.
Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan
kebutuhan dan motif seleksi media berlaku untuk semua jenis media baik media cetak
maupun media elektronik, seperti radio. Unsur motif dalam tindakan seleksi media
biasanya dilakukan untuk memuaskan kebutuhan.
Media massa yang ada saling bersaing untuk memberikan kepuasan terbaik bagi
para penggunanya. Mereka saling berkompetisi dengan sumber informasi lainnya dalam
memberikan kepuasan kepada khalayak.
Katz, Blumler, Gurevitch menggambarkan sejumlah logika yang mendasari
penelitian uses and gratification sebagai berikut: (1) kondisi sosial psikologis seseorang
Universitas Sumatera Utara
23
menyebabkan adanya (2) kebutuhan yang menciptakan (3) harapan-harapan terhadap (4)
media massa dan sumber-sumber lain, yang membawa kepada (5) perbedaan pola
penggunaan media yang akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7)
konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya dalam buku Teori
Komunikasi:Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa (Severin, 2001:355).
Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan oleh
seseorang (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya
umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan
emosional, perolehan informasi dan kontak sosial .
Mengapa khalayak aktif memilih media? Alasannya adalah karena masing-masing
orang berbeda tingkat pemanfaatan medianya. Televisi Metro TV tentu akan banyak
dipilih oleh mereka yang ingin mencari kepuasan dalam perolehan informasi dan berita
dibanding dengan khalayak yang ingin memperoleh suatu pelarian dari rasa khawatir.
Orang yang senang sinetron akan memanfaatkan dan mencari kebiasaan pada media yang
bisa memberikan kebutuhannya tersebut dibanding media lain. Ini berarti pemirsa
menjadi pihak yang aktif dalam memanfaatkan media massa.
Keaktifan khalayak terlihat jelas dalam pemilihan media yang digunakan, dimana
khalayak akan mengontrol apa yang mereka dengarkan, saksikan, dan baca. Khalayak
bebas dalam mengontrol media yang digunakan. Pengontrolan disesuaikan dengan dan
motif.
Universitas Sumatera Utara
24
Menurut Nurudin (2004:183) teori Uses and Gratifications beroperasi dalam
beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan berikut ini:
Sumber
pemuasan
non media:
Kebutuhan
khalayak:
Lingkungan
Sosial:
1. Ciri-ciri
demografis
2. Afiliasi
kelompok
3. Ciri-ciri
kepribadian
1. Keluarga,
teman
2. Komunikasi
interpersonal
3. Hobi, tidur
1. Kognitif
2. Afektif
3. Integratif
Personal
4. Integratif
Sosial
5. Pelepasan
ketegangan/
melarikan diri
dari
kenyataan
Penggunaan
media massa:
1. Jenis media:
SK, TV,
Radio, buku
2. Isi media
3. Terpaan
media
4. Konteks
sosial dan
terpaan media
Pemuasan
media:
1. Informasi
2. Hiburan
3. Identitas
sosial
4. Hubungan
sosial
Gambar 1
Katz, Blumer & Gurevitch dalam Ardianto (2004:71) menjelaskan mengenai
asumsi dasar dari pendekatan Uses and Gratifications:
1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebahagian penting dari penggunaan media
massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan
dengan pemiliham media terletak pada khalayak.
3. Media massa harus saling bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan
kebutuhannya. Kebutuhannya yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana
Universitas Sumatera Utara
25
kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada
perilaku khalayak yang bersangkutan.
4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota
khalayak artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan
dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum
diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.
I.5.4. Radio siaran
Radio siaran digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa yang yang
selanjutnya disebut sebagai radio siaran (broadcasting) mula-mula diperkenalkan oleh
David Sarnoff pada tahun 1915. Pada tahun 1916 Lee De Forest dianggap sebagai
pelopor radio siaran karena melalui radio siaran eksperimennya telah menyiarkan
kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes kepada
masyarakat umum, sehingga dijuluki the father of radio siaran atau bapak radio siaran
yang menyiarkan berita radio siaran, sedangkan eksperimen menyiarkan music adalah Dr.
Frank Conrad pada tahun 1919. (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk.1999)
(Ardianto, 2004:117)
Karakteristik radio siaran sebagai berikut :
1. Imajinatif, karena hanya indra pendengar yang digunakan oleh khalayak, dan
pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikannya untuk
berimajinasi.
2. Auditori, sifat auditori sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar.
Karena kemampuan manusia itu terbatas, maka pesan komunikasi melalui radio
Universitas Sumatera Utara
26
siaran diterima dengan selintas. Pendengar tidak akan dapat mendengar kembali
informasi yang tidak jelas diterimanya, karena ia tidak bisa meminta penyiar
untuk mengulang informasi yang hilang tersebut, kecuali ia merekamnya.
3. Akrab, sehari-hari kita jarang mendengarkan acara radio secara khusus duduk dan
telinga kita didekatkan pada pesawat radio. Pada umumnya kita mendengarkan
radio sambil mengerjakan pekerjaan lainnya.
4. Gaya Percakapan, komukator radi siaran seolah-olah bertamu kerumah atau
menemani pendengarnya dimanapun berada, maka dalam keadaan demikian tidak
mungkin ia berbicara secara bersemangat dan berteriak. Sekalipun pesannya
didengar oleh ribuan orang, tetapi pendengar berada ditempat yang terpisah dan
bersifat pribadi.
I.5.5. Talk Show
Talk show merupakan perpaduan antara seni panggung, dan teknik wawancara
jurnalistik. Wawancara dilakukan ditengah atau disela-sela pertunjukan, apakah itu
musik, lawak, peragaan busana, dan sebagainya. Jadi sifatnya santai. Pemandu acara
dalam talk show memiliki peran ganda, yaitu selain sebagai pembawa acara, sekaligus
pewawancara (Wahyudi.1996:90).
Metode talk show menurut Klaus Kastan dikenal dengan istilah talk show skill,
berupa kemampuan pemandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi :
1. Mengambil Keputusan
2. Menyusun Topik dan Pertanyaan Dengan Cepat
3. Memotong Pembicaraan Narasumber Yang Melenceng
4. Kemampuan Melakukan Kompromi dan Meyakinkan Narasumber
Universitas Sumatera Utara
27
5. Memadukan Kemasan Program Secara Interaktif.
Perbedaan paling penting antara talk show dan wawancara berita adalah talk show
bersifat dinamis, tidak terpaku pada aktualitas topik perbincangan, dan jam tayangnya
fleksibel. Talk show dapat dimasukkan kedalam kategori program special atau program
wawancara sebagai acara. Bahkan ada yang menyebut setiap siaran kata adalah talk
show, karena mengacu pada arti katanya sendiri yaitu talk (obrolan) dan Show (gelaran).
Dua komponen yang selalu ada dalam program talk show adalah obrolan dan musik yang
berfungsi sebagai selingan (Masduki, 2001:44-45).
I.6. Kerangka Konsep
Variabel penelitian yang terdapat pada judul atau masalah penelitian perlu
dibatasi pengertiannya untuk menghindari salah maksud dalam menafsirkan konsep
tersebut antara peneliti dan pembaca hasil penelitiannya, serta untuk membatasi
penelitian itu sendiri. Tidak semua judul atau masalah dibatasi konsepnya secara
harafiah, tetapi hanya konsep yang akan diuji. Pembatasan konsep dalam penelitian tidak
saja menghindari salah maksud dalam memahami konsep penelitian dan membatasi
penelitian, tetapi batasan konsep amat diperlukan untuk penjabaran variabel penelitian
maupun indikator variabel (Bungin,2005:92).
Objek kajian dipahami dan ditata berdasarkan konsep-konsep. Setiap objek dan
setiap hubungan antar objek mempunyai nama dan nama itulah yang disebut konsep.
Konsep adalah suatu makna yang berbeda di alam pikiran atau di dunia kepahaman
manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata.
Konsep adalah suatu hasil pemaknaan didalam intelektual manusia yang memang
merujuk ke gejala nyata ke alam empiris. Konsep adalah sarana merujuk kedunia empiris,
Universitas Sumatera Utara
28
dan bukan merupakan refleksi sempurna dunia empiris bahkan konsep bukanlah dunia
empiris itu sendiri (Suyanto,2005:49).
Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan
rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji
kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel dapat dijelaskan sebagai ciri atau aspek dari fakta sosial yang dapat
dibuat bervariasi, dengan kata lain variabel adalah fakta sosial yang memiliki nilai lebih
dari satu. Variabel adalah suatu konsep. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua
kosep dapat dinyatakan sebagai variabel. Variabel adalah suatu konsep yang dapat
mewujud kedalam dua atau lebih dari dua kesatuan variasi (Suyanto,2005:46).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Anteseden, adalah variabel yang memiliki kedudukan sebagai variabel
yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat. Keberadaan variabel
antara variabel bebas dan variabel terikat tergantung dari keberadaan variabel ini
karena variabel bebas harus mempengaruhi variabel antara terlebih dulu baru
kemudian variabel antara ini yang dapat menimbulkan perubahan pada variabel
terikat (Prasetyo,2005:69-70). Variabel antara dalam penelitian ini adalah
karakteristik responden, yaitu pendengar radio yang tergabung dalam fans club
yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.
b. Variabel Bebas (X), yakni merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus
atau topik penelitian (Prasetyo,2005:67).Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah program acara Talkshow Dokter Pintar di Radio Suara Medan FM.
Universitas Sumatera Utara
29
c. Variabel Terikat (Y), adalah variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi
oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan
dalam fokus atau topik penelitian (Prasetyo,2005:68).Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kepuasan khalayak pendengar radio yang tergabung dalam
fans club radio Suara Medan terhadap Talkshow Dokter Pintar.
I.7. Model Teoritis
Variabel Bebas (X)
Acara Talkshow
Dokter Pintar
Variabel Bebas (Y)
Kepuasan khalayak
Variabel Anteseden (Z)
Karakteristik Responden
Gambar 2. Model Teoritis
Universitas Sumatera Utara
30
I.8. Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas,
maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel
terkait sebagai berikut:
Variabel Teoritis
Variabel Bebas (X)
Program Acara Talkshow Dokter
Pintar
Variabel Operasionalisasi
1. Narasumber:
a. Kredibilitas
 Keahlian

Cerdas

Mampu

Ahli

Tahu banyak
 Kepercayaan

Jujur

Etis

Sopan

Tulus
b. Attraksi

Kesamaan persepsi

Bahasa
2. Informasi/tema
3. Frekuensi penyiaran
Universitas Sumatera Utara
31
 Hari
 Jam penyiaran
 Durasi
4. Format
Variabel Terikat (Y)
1. Mendapat pengetahuan tentang kesehatan
Kepuasan khalayak
2. Mendapat informasi tentang permasalahan
kesehatan
3. Dapat memahami permasalahan kesehatan
Variabel Anteseden
Karakteristik Responden
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Tingkat Pendidikan
4. Pekerjaan
I.9. Definisi Operasional
Dalam penelitian lapangan konsep yang relevan dan berkedudukan sentral dalam
penelitian terlebih dahulu harus dibuat operasional. Pengarahan yang tepat atas prosedur
penelitian, menuntut ketegasan apakah gugus realita yang akan diteliti, sebagaimana
digambarkan menurut konsepnya memang betul-betul ada. Definisi operasional tidaklah
mungkin ditetapkan jika konsep itu tidak merujuk sama sekali pada suatu realitas
tertentu. Sebuah konsep baru akan disebut konsep yang operasional jika konsep itu sudah
menyatakan secara eksplisit konsekuensi metode operasinya (Suyanto,2005:50-51).
Universitas Sumatera Utara
32
Adapun definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1). Variabel Bebas (X)
1. Narasumber, merupakan individu yang menjadi sumber informasi dalam acara
Talkshow Dokter Pintar di radio Suara Medan FM.
a. Kredibilitas, merupakan seperangkat persepsi responden terhadap sifat-sifat
narasumber.
 Keahlian adalah
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang
narasumber.
 Cerdas adalah kecerdasan yang dimiliki oleh narasumber dalam menjawab
pertanyaan seputar kesehatan.
 Mampu adalah kemampuan narasumber dalam menjelaskan informasi
seputar kesehatan.
 Ahli adalah keahlian narasumber dalam memberikan solusi kesehatan.
 Tahu banyak adalah pengetahuan narasumber mengenai isu atau informasi
mengenai dunia kesehatan.
 Kepercayaan, merupakan suatu sifat yang harus dimiliki oleh seorang
narasumber.
 Jujur adalah kejujuran narasumber dalam menyampaikan informasi
kesehatan.
 Etika adalah etika yang dimiliki narasumber dalam menyampaikan
informasi.
 Sopan adalah perlakuan sopan yang dimiliki narasumber dalam menjawab
pertanyaan pendengar.
Universitas Sumatera Utara
33
 Tulus adalah ketulusan narasumber dalam menyampaikan informasi
kepada pendengar.
b. Atraksi, merupakan daya tarik yang dimiliki oleh seorang narasumber.
 Kesamaan adalah kesamaan persepsi antara narasumber dan responden
dalam membahas masalah kesehatan.
 Bahasa adalah bahasa yang digunakan, dalam arti responden mengerti apa
yang disampaikan narasumber.
2. Informasi atau tema merupakan keseluruhan informasi kesehatan yang
disampaikan di program acara Talkshow Dokter Pintar.
- Terkini, dalam arti isi informasi yang disampaikan merupakan topik yang
sedang hangat dibicarakan
3. Frekuensi penayangan, merupakan waktu program acara Talkshow Dokter Pintar
tersebut disiarkan.
 Hari, apakah pemilihan hari sudah sesuai dengan waktu pendengar.
 Jam penyiaran, merupakan pemilihan waktu penyiaran dalam menayangkan
acara Talkshow
 Durasi, merupakan lamanya waktu yang penayangan dalam memberikan
pemenuhan informasi bagi pendengar.
4. Format adalah bentuk dan juga konsep dari program yang disiarkan.
Universitas Sumatera Utara
34
2). Varibel Terikat (Y)
o Mendapat pengetahuan tentang kesehatan, Bagaimana pengetahuan masyarakat
setelah mendengarkan Program Wawancara “Dokter Pintar” di Radio Suara
Medan FM.
o Mendapat informasi tentang permasalahan kesehatan, Apakah masyarakat
mendapatkan informasi yang jelas tentang permasalahan kesehatan dari
narasumber melalui Program wawancara “Dokter Pintar” di Radio Suara Medan
FM.
o Dapat memahami permasalahan kesehatan, bagaimana pemahaman masyrakat
tentang permasalahan kesehatan setelah mendengarkan Program wawancara
“Dokter Pintar” di Radio Suara Medan FM.
3). Variabel Antara (Karakteristik Responden)
Merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yang berbeda satu dengan
yang lainnya, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.
a. Jenis Kelamin: penggolongan seks responden yang terbagi atas pria atau wanita.
b. Usia: umur responden saat mengisi kuesioner, antara 20-65 tahun.
c. Tingkat Pendidikan: pendidikan terakhir dari responden pada saat mengisi
kuesioner.
d. Pekerjaan: mata pencaharian dari responden yang mengisi kuesioner.
Universitas Sumatera Utara
35
I.10. Hipotesis
Hipotesis dipandang sebagai kongklusi yang sifatnya sementara atau jawaban
sementara bagi masalah yang dihadapi. Hipotesis juga mempunyai fungsi sebagai
pengarah yang memberikan batasa-batasan mengenai macam-macam data yang harus
dikumpulkan, cara-cara pengumpulan data, dan model analisis yang digunakan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis hubungan yang menyatakan
tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih, yang memerlukan pembuktian
secara empiris (Mantra,2004:59).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ηо : Tidak terdapat hubungan antara motivasi konsumsi acara Talkshow Dokter Pintar
dengan kepuasan khalayak.
Ηạ : Terdapat hubungan antara motivasi konsumsi acara Talkshow Dokter Pintar
dengan kepuasan khalayak.
Universitas Sumatera Utara
Download