Abstrak Latar belakang Proses pemanasan minyak goreng yang lama dan berulang kali akan menyebabkan oksidasi dan polimerisasi asam lemak yang ditandai dengan peningkatan bilangan peroksida yang menyebabkan minyak menjadi tidak layak digunakan (minyak jelantah). Syarat mutu bilangan peroksida pada minyak goreng menurut SNI. 01-3741-2002 maksimal sebesar 1 mgO2/100 gram minyak (10 meq/1 kg). Penggunaan minyak goreng berulang (setara bilangan peroksida 20-40 meq/kg) sering terjadi dalam rumah tangga. Tujuan Mengkaji mekanisme minyak jelantah sebagai pencetus kerusakan oksidatif yang menimbulkan oksidatif DNA. Metode Jenis Penelitian eksperimental menggunakan 28 ekor mencit Mus musculus L Galur Swiss Derived, yang diberikan minyak jelantah per oral dengan dosis 10 μl/grBB dan dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok A adalah kelompok kontrol dengan minyak goreng baru (angka peroksida 8-10 meq/kg) dengan perlakuan selama 8 minggu, Kelompok B, C dan D diberikan minyak jelantah dengan angka peroksida 20-40 meq/kg dengan masing-masing perlakuan untuk kelompok B selama 8 minggu, kelompok C selama 12 minggu dan kelompok D selama 16 minggu. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar serum MDA, kadar serum SOD, Ekspresi TNF-α dan IL-6 dengan proses Imunohistokimia (IHK), perubahan histopatologik hati dengan pulasan HE, serta pemeriksaan kadar 8-OHdG dari jaringan hati. Uji statistik mengunakan uji non parametrik, uji Kruskal-wallis dan uji Wilcoxon. Hasil Hasil penelitian didapatkan peningkatan serum MDA (p<0.05), aktivasi SOD (p<0,05), timbulnya peradangan kronis dengan peningkatan ekspresi TNF-α dan IL-6 (+++ sitoplasmik dan +++ sinusoid), terjadi perubahan struktur hati (bendungan, steatosis dan nekrosis), serta tendensi peningkatan kadar 8-OHdG (dibandingkan kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 16 minggu/kelompok D (p<0,05). Kesimpulan Pemaparan minyak jelantah rumah tangga dengan bilangan peroksida 20-40 meq/kg selama 16 minggu bertendensi menyebabkan kerusakan DNA melalui mekanisme kerusakan oksidatif. Kata Kunci: jelantah, MDA, SOD, TNF-α, IL-6, 8-OHdG, steatosis xxiii Abstract Background A long process of heating oil and repeatedly caused oxidation and polymerization of fatty acids characterized by increased peroxide which caused the oil become unhealthy (waste cooking oil). Quality requirements peroxide value in waste cooking oil according to ISO. 01-3741-2002 maximum of 1 mgO2 /100 grams oil or 10 meq/1 kg. Repeated waste cooking oil in the household generate with peroxide value 20-40 meq/kg. Objective Reviewing mechanisms waste cooking oil as the originator of oxidative damage that caused oxidation DNA. Method Experimental studies using 28 mice Mus musculus L, which is being given orally waste cooking oil at a dose of 10 mL / gram body weight and divided into 4 groups. Group A was the control group with a new cooking oil (peroxide value of 810 meq/kg) for 8 weeks, Group B, C and D are given waste cooking oil with peroxide value of 20-40 meq / kg for group B for 8 weeks, group C for 12 weeks and group D for 16 weeks. Then examined serum levels of MDA, serum levels of SOD, and the examination of TNF-α and IL-6 expression was done with the Immunohistochemistry, histopathological changes of the liver stained with Haematoxilin Eosin (HE), and 8-OHdG of the liver was being observed of liver tissue. The statistical test using a non-parametric test, Kruskal-Wallis test and the Wilcoxon test. Result The results showed an increase in serum MDA (p <0.05), activates SOD (p <0.05), caused chronic inflammation with increased expression of TNF-α and IL-6 (cytoplasmic and sinusoid), changed in liver structures (dams, steatosis and necrosis), as well as the tendency DNA damage of an increased in the levels of 8-OHdG (compared to the control group and 16-week treatment group or group D with p <0.05. Conclusion Exposure household waste cooking oil with peroxide value 20-40 meq/kg for 16 weeks tendency caused DNA damage through oxidative damage mechanisms. Keywords: waste cooking oil, MDA, SOD, TNF-α, IL-6, 8-OHdG xxiv