BERITA TERKINI Fish Oil Meningkatkan Respons Imun Pascaoperasi pada Kanker Gastrointestinal pemberian jalur parenteral ini. Oleh karena itu, untuk menyediakan efek imunomodulasi dan antiinflamasi pada pasien yang menjalani pembedahan, dilakukan penelitian penggunaan emulsi lemak fish oil secara independen tanpa nutrisi parenteral. Sebuah studi acak dan tersamar ganda dengan kontrol plasebo dilakukan pada pasien kanker (Ca) gastrointestinal yang akan menjalani pembedahan mayor untuk menilai pemberian emulsi lemak fish oil secara tunggal dibandingkan dengan kontrol (MCT/LCT); 63 pasien secara acak dibagi menjadi 2 kelompok dan diberi emulsi lemak fish oil (kelompok FO–Omegaven 10%) atau MCT/LCT (kontrol– Lipovenous MCT 10%). Terapi emulsi lemak diberikan 3 hari praoperasi dengan dosis 0,2 g/kgBB/hari secara infus kontinu selama 6 jam per hari. P encegahan disfungsi sistem imun pascaoperasi mayor merupakan tantangan utama dokter bedah untuk mencegah komplikasi pascaoperasi berupa infeksi dan disfungsi organ multipel (MODS). Respon imun dapat secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi oleh asam lemak PUFA (polyunsaturated fatty acids) omega-3, khususnya EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid), yang terkandung di dalam fish oil. Asam lemak ini dapat mencegah dan mengurangi inflamasi dengan mempengaruhi produksi eicosanoids, sitokin, dan resolvins serta struktur lipid raft microdomains setelah bertemu dengan membran sel lekosit. Pemberian emulsi lemak fish oil dapat mengurangi kehilangan akibat absorbsi dan proses pencernaan omega-3PUFA yang dapat terjadi pada pemberian oral dan enteral. Selain itu, pemberian melalui jalur IV dapat mempercepat masuknya omega-3 PUFA ke dalam darah. Penurunan pelepasan sitokin proinflamasi dari monosit terlihat selama 48 jam observasi pada sukarelawan sehat yang diberi emulsi lemak fish oil, menunjukkan bahwa omega-3 PUFA dapat menginduksi efek imunomodulasi secara cepat. Sebagai bagian dari nutrisi parenteral, emulsi lemak yang mengandung fish oil dapat menguntungkan pasien yang menjalani pembedahan mayor, karena dapat menginduksi mediator inflamasi secara seimbang, serta menurunkan kejadian komplikasi karena infeksi, lama rawat di RS dan ICU. Akan tetapi jalur parenteral hanya diindikasikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui jalur enteral ataupun oral, sehingga mayoritas pasien tidak merasakan keuntungan dari Hasil studi tersebut: 1. Secara bermakna terjadi penurunan kadar IL-6 pada kelompok FO sesaat sebelum operasi jika dibandingkan dengan basal dan jika dibandingkan dengan peningkatan kadar IL-6 kelompok kontrol (p<0,05). 2. Kontrol memiliki kecenderungan peningkatan IL-6 dan CRP pada hari ke-3 dan ke-6 secara bermakna jika dibandingkan dengan basal (p<0,05), akan tetapi di kelompok FO hanya terjadi peningkatan pada IL-6 pada hari ke-3 saja. 3. Lama rawat pasien di ICU, khususnya pasien geritatri dan/atau malnutrisi, secara bermakna lebih lama pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok FO (p=0,016). Simpulannya, pemberian infus emulsi lemak jangka pendek praoperasi secara independen dapat meningkatkan respon imun pascaoperasi mayor pada pasien kanker gastrointestinal dan juga menurunkan lama rawat di ICU. (MAJ) REFERENSI: 1. de Miranda Torrinhas RS, Santana R, Garcia T, Cury-Boaventura MF, Sales MM, Curi R, et al. Parenteral fish oil as a pharmacological agent to modulate post-operative immune response: A 2. Khor BS, Liaw SJ, Shih HC, Wang LS. Randomized, double blind, placebo-controlled trial of fish-oil-based lipid emulsion infusion for treatment of critically ill patients with severe sepsis. randomized, double-blind, and controlled clinical trial in patients with gastrointestinal cancer. Clin Nutr. 2012. DOI: 10.1016/j.clnu.2012.12.008. Asian J Surg. 2011;34(1):1-10. CDK-217/ vol. 41 no. 6, th. 2014 447