Tinjauan Yuridis Terhadap Kontrak Pemain Sepakbola dengan Klub

advertisement
Tinjauan Yuridis Terhadap Kontrak Pemain Sepakbola dengan Klub dan
Klausula Peminjaman Berdasarkan Konsep Dasar Hukum Perdata dan
Hukum Ketenagakerjaan
Arief Rifan, Endah Hartati, Melania Kiswandari
Program Kekhususan Hukum Tentang Hubungan Sesama Anggota Masyarakat
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
[email protected]
Abstrak
Artikel ini membahas dua hal utama menggunakan konsep dasar hukum perdata dan hukum ketenagakerjaan. Isu
yang akan ditinjau adalah kontrak antara klub sepakbola dengan pemain sepakbola di Indonesia dan klausula
peminjaman yang terdapat di dalam kontrak tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif dengan
menggunakan analisis kualitatif atas data sekunder. Hasil penelitian ini adalah: (1) Kontrak antara klub sepakbola
dengan pemain sepakbola di Indonesia didasarkan pada pasal 1320 dan pasal 1338 KUH Perdata. Untuk konteks
pinjam meminjam pemain sepakbola, tidak dapat digunakan konsep sewa menyewa yang ada di dalam KUH
Perdata, karena manusia bukan objek sewa menyewa di dalam KUH Perdata. (2) Dalam konteks hukum
ketenagakerjaan, hubungan hukum antara pihak klub dengan pemain sepakbola merupakan hubungan
perjanjian/pekerjaan jasa tertentu, yang unsur utamanya adalah unsur koordinatif dan unsur keahlian. Untuk konteks
pinjam meminjam pemain sepakbola, terdapat konsep yang mirip dengan konteks tersebut dalam hukum
ketenagakerjaan, yaitu konsep alih daya.
Kata kunci: kontrak, klub sepakbola, pemain sepakbola, pinjam meminjam, hukum perdata, hukum
ketenagakerjaan.
Abstract
The article reviews two main things using basic concepts of civil law and employment law. Issues that will be
reviewed are a contract between a football club and football players in Indonesia together with the loan clause
mentioned in the contract. This research is a normative legal research with qualitative analysis on secondary data.
The results of this research are: (1) The contract between the football club and the players is based on Article 1320
and Article 1338 Indonesian Civil Code. For the loan agreement, the application couldn't based on the Indonesian
Civil Code because human can't be categorized as an object of loan. (2) In the context of employment law, the legal
relationship between football club and the players is merely providing professional services towards both parties in
which the main elements are coordinative and skills. In the context of football player loan agreement, there is a
similar concept in the employment law that is known as the concept of outsourcing.
Keywords: contract, football club, football player, loan agreement, civil law, employment law.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
Pendahuluan
Sepakbola adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang beranggotakan masingmasing sebelas orang. Kedua kesebelasan bertujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan. Tim
yang dapat menghasilkan gol lebih banyak dari lawannya menjadi pemenang pertandingan.
Olahraga tersebut merupakan olahraga paling populer di dunia saat ini, mengalahkan pamor
olahraga basket, tenis, voli, dan sebagainya.1 Menurut Bill Muray, pakar sejarah sepak bola,
sepak bola sudah dimainkan sejak awal Masehi. Saat itu, orang-orang di era Mesir Kuno sudah
mengenal permainan membawa dan menendang bola yang dibuat dari buntalan kain linen.
Sejarah Yunani Purba juga mencatat ada sebuah permainan yang disebut episcuro, permainan
menggunakan bola. Bukti tersebut tergambar pada relief-relief di dinding museum yang
melukiskan anak muda memegang bola bulat dan memainkannya dengan paha.2 Sepak bola juga
disebut-sebut berasal dari daratan Cina. Dalam sebuah dokumen militer disebutkan, sejak 206
SM, pada masa pemerintahan Dinasti Tsin dan Han, orang-orang sudah memainkan permainan
bola yang disebut tsu chu. Tsu mempunyai arti “menerjang bola dengan kaki”. Adapun chu,
berarti “bola dari kulit dan ada isinya”. Mereka bermain bola yang terbuat dari kulit binatang
dengan cara menendang dan menggiringnya ke sebuah jaring yang dibentangkan pada dua tiang.
Jepang pun tidak mau ketinggalan. Sejak abad ke-8, konon masyarakatnya sudah mengenal
permainan ini. Mereka menyebutnya sebagai Kemari. Bolanya terbuat dari kulit kijang berisi
udara.3 Sejarah sepak bola Indonesia dimulai sekitar tahun 1914. Ketika itu, Indonesia masih
berada dalam kekuasaan penjajah, yaitu pemerintah Hindia Belanda. Pada waktu itu, mulai
diselenggarakan kompetisi antar kota di Jawa. Ada dua tim yang mendominasi kejuaraan ini,
yaitu Batavia City dan Soerabaja City. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia yang selanjutnya
disebut PSSI, dibentuk pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta merupakan suatu organisasi
olahraga yang dilahirkan pada zaman penjajahan Belanda, terkait dengan kegiatan politik yang
menentang penjajahan. Jika meneliti dan menganalisis saat-saat sebelum, selama dan sesudah
kelahirannya, sampai 5 tahun pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal
1
http://www.fifa.com/aboutfifa/organisation/marketing/research.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2014.
2
http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/01/04/sepakbola-nasionalisme-dan-diego-michiels424818.html, diakses pada tanggal 30 Februari 2014.
3
http://puspa-swara.com/caribuku/2014/05/sejarah-sepak-bola-dunia/, diakses pada tanggal 30 Februari
2014.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
17 Agustus 1945, jelas sekali bahwa PSSI lahir karena dibidani politisi bangsa, yang baik secara
langsung maupun tidak langsung menentang penjajahan dengan meningkatkan rasa nasionalisme
pemuda-pemuda Indonesia.4 PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin
Sosrosoegondo. Yang bersangkutan menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di
Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika
kembali ke tanah air, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda “Sizten en
Lausada” yang berpusat di Yogyakarta. Soeratin merupakan satu-satunya orang Indonesia yang
duduk dalam jajaran petinggi perusahaan konstruksi yang besar tersebut, akan tetapi, karena rasa
nasionalisme yang dimiliki, Soeratin mundur dari jabatan tersebut.5 Setelah berhenti dari “Sizten
en Lausada,” ia lebih banyak aktif di bidang pergerakan, dan sebagai seorang pemuda yang
gemar bermain sepakbola, Soeratin mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam
pertemuan para pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Soeratin menjadikan
sepakbola sebagai wahana terbaik untuk meningkatkan rasa nasionalisme di kalangan pemuda,
sebagai tindakan menentang Belanda.6 Pada era sebelum tahun 1970-an, sejumlah pesepak bola
Indonesia sempat bertanding dalam ajang kompetisi tingkat internasional. Setelah itu, PSSI pun
memperluas kompetisi sepak bola dalam negeri, antara lain dengan penyelenggaraan berbagai
ajang kompetisi untuk pemain non amatir (Divisi Utama, Divisi Satu, Divisi Dua, dan Liga
Super Indonesia) dan untuk pemain amatir (Divisi Tiga). Liga sepakbola Indonesia sendiri belum
dapat dibandingkan dengan liga-liga besar dari negara-negara Eropa atau Amerika Latin yang
sudah memiliki tradisi kuat dari awal abad ke-20. Untuk ukuran liga sepakbola terbaik, di
wilayah Eropa, negara-negara seperti Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol, memiliki liga
sepakbola yang dianggap terbaik di dunia. Omzet dari bidang sepakbola profesional di liga-liga
Eropa sangat besar, bisa mencapai triliunan rupiah. Mulai dari nilai transfer pemain, kontrak,
sponsor, hak siar, hak eksklusif pemain, dan sebagainya. Contoh konkretnya adalah nilai transfer
Cristiano Ronaldo dari Manchester United ke Real Madrid yang mencapai 94 juta Euro (setara
satu triliun rupiah). Nilai tersebut belum termasuk gaji dan berbagai hak eksklusif yang
didapatkan oleh pemain tersebut. Peringkat FIFA negara Indonesia berada di urutan ke-158,
4
http://www.pssi-football.com/id/view.php?page=pssi# , diakses pada tanggal 30 Februari 2014
5
http://www.pssi.or.id/dev/page/detail/5/Sejarah-PSSI, diakses pada tanggal 30 Februari 2014
6
Asep, "Sejarah Sepakbola Indonesia" http://www.mataelang.net/2011/03/sejarah-sepakbola-indonesia/,
diakses pada tanggal 4 Oktober 2013.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
berada jauh di bawah Iran dan Jepang yang masing-masing menempati peringkat 38 dan 50
FIFA, bahkan peringkat Indonesia masih kalah dari negara ASEAN lain, seperti Singapura,
Myanmar, Thailand, dan Vietnam.7 Hal ini cukup ironis, mengingat negara Indonesia memiliki
banyak individu dengan bakat yang besar dan begitu banyak orang yang mencintai sepakbola.
Namun pada kenyataannya Indonesia tidak bisa bersaing di level internasional dan bahkan
semakin merosot tiap tahunnya. Masalah pertama yang harus dibenahi PSSI tentu saja ada di
kualitas liga. Mulai dari sistem pelatihan, kompetisi U21, dan tentu saja pendanaan. Aspek
berikutnya adalah kompetisi U21. Di setiap negara yang maju dalam urusan sepakbola, liga
profesional selalu ditunjang dengan keberadaan liga U21 yang jelas diperuntukkan untung
pembinaan pemain muda. Mulai dari kompetisi U21 yang dibina secara serius, para pemain
muda akan mempunyai wadah untuk bermain setiap minggunya dan melatih keterampilan dan
tentu saja mental. Selain itu, PSSI harus membantu klub mencari sponsor dan melangkah menuju
klub yang profesional. Selain masalah liga profesional, yang dibutuhkan dari PSSI adalah
komitmen untuk mengembangkan pembinaan. Jika Indonesia bisa banyak berprestasi di usia
U12, pencapaian timnas senior Indonesia sangat jauh dari kata prestasi. Salah satu alasannya
karena faktor usia U18, U19, dan U21 Indonesia sangat minim prestasi. Kompetisi lokal yang
diperuntukan bagi kelompok usia tersebut nyaris tidak ada.8 Di lain pihak, faktor infrastruktur di
negara Indonesia juga belum terdapat sarana dan prasarana yang memadai untuk membantu
pemain mengembangkan permainannya. Lapangan yang tidak layak, tidak adanya fasilitas untuk
mengembangkan fisik, dan berbagai permasalahan lain. Selain itu, masalah juga datang dari para
atlet Indonesia sendiri, yaitu masalah mental. Apabila aspek-aspek tersebut dibenahi, diharapkan
sepakbola Indonesia dapat lebih maju lagi dari saat ini, terlebih saat ini perkembangan sepakbola
di Indonesia sudah berkembang menjadi sebuah industri.9 Salah satu aspek penting dalam
industri sepakbola adalah kontrak. Kontrak pemain sepakbola dengan klub menjadi salah satu hal
yang menarik untuk dikaji seiring dengan perkembangan persepakbolaan di Indonesia sebagai
7
http://www.fifa.com/worldranking/rankingtable/, diakses pada tanggal 1 Maret 2014.
8
http://www.talkmen.com/articles/read/366/inilah-akar-permasalahan-sepakbola-indonesia/ , diakses pada
tanggal 1 Maret 2014.
9
Industri adalah kumpulan unit-unit bisnis yang sejenis. Ini berarti industri sepakbola adalah
lapangan/sektor ekonomi yang pada intinya terdiri dari klub-klub yang menjalankan fungsi bisnis utama di bidang
sepakbola. Dalam industri sepakbola di Indonesia, banyak sekali pihak-pihak yang terkait, misalnya: para pemain
sepakbola yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
insudstri. Berbagai isu dan klausula khusus/khas yang berbeda dari kontrak pada umumnya
mulai banyak terjadi. Masalah-masalah dalam kontrak pemain sepakbola di Indonesia dapat
ditinjau melalui hukum perikatan dan hukum ketenagakerjaan yang terkait dengan hubungan
kerja yang terjadi, dikarenakan belum ada hukum olahraga (sports law) seperti di negara lain.
Walaupun berbagai klausula yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban masingmasing pihak telah diatur di dalam kontrak, tidak jarang terjadi banyak penyimpangan.
Penyimpangan yang terjadi biasanya terkait dengan kesejahteraan pemain, karena dalam industri
sepakbola Indonesia seringkali pemain menjadi pihak yang dirugikan. Oleh karenanya,
permasalahan tersebut menarik untuk dikaji melalui skripsi ini yang meninjau isu terkait
berdasarkan konsep dasar hukum perdata dan ketenagakerjaan.
Pokok permasalahan dalam artikel ini adalah:
1. Bagaimanakah konsep dasar hukum perdata di Indonesia mengatur tentang hubungan
kontraktual antara pemain sepakbola dengan klub majikan dan pinjam meminjam pemain antara
klub majikan dengan klub lain?
2. Bagaimanakah konsep dasar hukum ketenagakerjaan terkait dengan hubungan
kontraktual antara pemain sepakbola dengan klub majikan dan pinjam meminjam pemain antara
klub majikan dengan klub lain?
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengkaji dan
menganalisis aspek-aspek dalam kontrak pemain sepakbola dan klausula pinjam meminjam
pemain di Indonesia menggunakan konsep dasar hukum perdata dan konsep dasar hukum
ketenagakerjaan.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penulisan artikel ini berbentuk penelitian
yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data
sekunder.10 Dalam penulisan artikel ini, penulis memakai penelitian yuridis normatif. Oleh
karena itu, upaya untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2001), hlm. 13-14.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data sekunder yang terdiri dari bahan
hukum primer, sekunder, dan tersier.11 Dalam artikel ini, penulis menggunakan alat
pengumpulan data berupa studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu alat
pengumpulan data yang dilakukan melalui data yang tertulis12, mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penulisan skripsi ini. Metode analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan
artikel ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan
tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh
sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata.13 Penulis
menggunakan kombinasi antara bahan hukum primer,14 sekunder,15 dan tersier.16 Bahan Hukum
Primer merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat, meliputi peraturan perundang-undangan
dan yurisprudensi.
Pembahasan
Pada dasarnya hubungan antara klub sepakbola dengan pemain didasarkan pada sebuah
kontrak pokok yang mencakup prestasi dan kewajiban dari kedua belah pihak. Kontrak yang
dibuat ini tidak dibatasi bentuk dan ketentuannya, sepanjang tidak bertentangan dengan UndangUndang yang berlaku. Pada kontrak pemain sepakbola di Indonesia, isinya tetap mengacu kepada
standar kontrak yang dikeluarkan oleh FIFA selaku badan sepakbola tertinggi di dunia.
Berdasarkan kontrak pokok tersebut, bentuk perjanjian antara pemain dan klub dapat
dikembangkan lebih lanjut. Salah satunya menjadi kontrak peminjaman seorang pemain ke klub
lain. Hal ini berarti jasa pemain bersangkutan dipindahkan/diberikan kepada klub lain, namun
11
Ibid. hlm. 13
12
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press),
2007), hlm. 21.
13
Sri Mamudji et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2005), hlm. 67.
14
Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 52 menyatakan bahwa, “bahan hukum primer yaitu bahan-bahan
hukum yang mengikat.”
15
Ibid., dinyatakan bahwa, “bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer.”
16
Ibid., dinyatakan bahwa, “bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sumber sekunder.”
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
kepemilikan pemain tersebut tetap berada pada klub yang meminjamkan. Berdasarkan Pasal
1338 ayat (1) KUHPerdata disimpulkan bahwa kita diperbolehkan untuk membuat perjanjian
apapun dengan pihak lain dan perjanjian itu akan berlaku sebagai aturan yang mengikat para
pihak yang membuat dan menyetujuinya.17 Perjanjian yang dibuat dapat secara lisan maupun
tertulis, yang membedakannya adalah beban pembuktian di kemudian hari apabila ada peristiwa
hukum yang terkait dengan perjanjian bersangkutan.
Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata menegaskan bahwa suatu perjanjian tidak dapat ditarik
kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh UndangUndang dinyatakan cukup untuk itu. Ada persetujuan-persetujuan dimana untuk setiap salah satu
pihak menimbulkan suatu kewajiban yang berkelanjutan, misalnya : sewa menyewa.18
Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata menyatakan : Semua perjanjian itu harus dilaksanakan dengan
itikad baik, dan hakim diberikan kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan suatu perjanjian,
jangan sampai pelaksanaan itu melanggar kepatutan dan keadilan.
Dalam hal perjanjian, tidak ada 1 (satu) pun peraturan yang mengikat terhadap bentuk
dan isi perjanjian, karena dijamin dengan asas kebebasan berkontrak, yakni suatu asas yang
mengatur bahwa setiap orang pada dasarnya boleh membuat kontrak (perjanjian) yang berisi
berbagai macam perjanjian asal tidak bertentangan dengan Undang-Undang, kesusilaan, dan
ketertiban umum.
Jadi, kontrak antara sebuah klub dengan pemain dapat terbentuk, salah satunya
dikarenakan adanya asas konsensualisme tersebut. Perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat
tertentu bisa dikatakan sebagai suatu perjanjian yang sah dan sebagai akibatnya perjanjian akan
menjadi Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu agar keberadaan suatu
perjanjian diakui oleh undang-undang, haruslah sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh undang-undang.
Dalam Pasal 1320 KUHPerdata tertulis bahwa “untuk sahnya perjanjian-perjanjian diperlukan
empat syarat, yaitu:19
17
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], Diterjemahkan oleh R.Subekti, (Jakarta :
Pradnya Paramita, 1999), Ps. 1338.
18
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung : Bina Cipta, 1979), hlm. 64.
19
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], Op. Cit., Ps. 1320.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri
Maksudnya adalah kedua belah pihak atau para pihak yang mengadakan perjanjian
tersebut haruslah bersepakat dan setuju atas hal-hal yang diperjanjikan dengan tanpa ada
paksaan, kekeliruan, dan penipuan.20 Menurut R. Subekti, yang dimaksud dengan sepakat
adalah kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju atau seiasekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang
dikehendaki oleh pihak yang satu, juga dikehendaki oleh pihak lain. Mereka
menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik. Jadi, sepakat adalah kesesuaian
kehendak dari kedua belah pihak sehingga tercapai persetujuan mengenai hal-hal yang
mereka adakan di dalam perikata. Ada 3 faktor yang menyebabkan sepakat tidak sah
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1321 KUHPerdata, yaitu:21
-­‐
Khilaf, kekeliruan atau salah pengertian (dwaling)
-­‐
Paksaan (dwang)
-­‐
Penipuan (bedrog)
Sebelum mencapai kata sepakat, para pihak yang terkait harus cermat dalam membaca
dan menganalisis kontrak, dimana kontrak tersebut kelak akan menjadi Undang-Undang
bagi para pihak yang membuatnya. Konsekuensi dari sebuah kontrak sangat besar bagi
para pihak yang membuatnya. Apabila tidak dicermati, kontrak dapat merugikan salah
satu ataupun beberapa pihak yang terkait, dalam hal ini yakni pemain sepakbola dan klub
bersangkutan.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Maksudnya adalah yang dapat membuat
suatu perjanjian adalah mereka yang bisa dikategorikan sebagai pendukung hak dan
kewajiban, yaitu orang dan badan hukum. Jika yang membuat perjanjian adalah badan
hukum, maka badan hukum tersebut harus memenuhi syarat-syarat badan hukum, antara
lain:22
-­‐
Syarat materiil (Menurut doktrin)
a. ada harta kekayaan yang terpisah;
20
Ridhuan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung : Alumni, 1992), hlm. 214.
21
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], Op. Cit., Ps. 1321.
22
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan , (Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2009), hlm. 25.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
b. mempunyai tujuan tertentu;
c. mempunyai kepentingan sendiri;
d. ada organisasi, tercermin dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART).
-­‐
Syarat formal
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan permohonan untuk
mendapatkan status sebagai badan hukum biasanya diatur dalam peraturanyang
mengatur tentang badan hukum yang bersangkutan. Misalnya pengesahan
perseroan terbatas (PT) sebagai badan hukum diatur dalam Undang-Undang
nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan pengesahan yayasan sebagai
badan hukum diatur dalam Undang-Undang nomor 16 tahun 2001 jo. UndangUndang nomor 28 tahun 2004 tentang Yayasan, dimana agar perseroan terbatas
dan yayasan dapat berstatus sebagai badan hukum yang sah, akta pendirian
perseroan terbatas dan yayasan yang telah dibuat oleh notaris harus mendapat
pengesahan dari menteri.
Dengan terpenuhinya keempat syarat tersebut, maka badan hukum tersebut bisa disebut
sebagai subyek hukum dan bisa melakukan hubungan hukum yang antara lain sebagai salah satu
pihak dalam suatu perjanjian. Klub sepakbola di Indonesia diwajibkan berbadan hukum, secara
otomatis apabila klub telah memiliki status badan hukum yang sah, klub tersebut digolongkan
sebagai subjek hukum yang cakap untuk membuat perjanjian.23
Jika yang membuat perjanjian adalah orang, maka orang yang dianggap sebagai subyek hukum
adalah orang yang tidak termasuk dalam Pasal 1330 KUHPerdata, yaitu:
a. Orang yang belum dewasa
Terkait dengan pemain sepakbola yang belum dewasa, biasanya mereka akan didampingi
oleh orang tua ataupun agen selaku wali dalam menyetujui sebuah kontrak yang
diberikan oleh klub sepakbola. Hal ini merupakan hal yang sangat umum terjadi,
dikarenakan banyak klub yang tertarik dengan talenta-talenta muda untuk dikembangkan
menjadi pemain top. Untuk melindungi hak-hak dari pemain muda tersebut, diharapkan
23
http://bola.kompas.com/read/2011/08/22/06113119/Hari.Ini.Batas.Akhir.Pendaftaran, diakses pada
tanggal 10 Mei 2014.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
wali/agen yang mewakili pemain dapat cermat dalam menganalisis kontrak yang
diberikan oleh pihak klub.
b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;
Untuk kategori di bawah pengampuan, biasanya tidak ditemui pada pemain sepakbola.,
karena untuk menjadi seorang pemain sepakbola, seseorang harus kuat secara jasmani
dan rohani. Terkait dengan masalah boros atau tidak, hal tersebut tidak ada patokan yang
pasti. Boros atau tidaknya seseorang adalah sebuah hal yang relatif dan berbeda skalanya
untuk setiap orang.
c. Orang perempuan yang ditetapkan oleh undang-undang dan semua orang kepada
kepada siapa undang-undang telah melarang membuat suatu perjanjian-perjanjian
tertentu. Bagi seorang perempuan, setelah adanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, maka ketentuan dalam Pasal 1330 ini sudah tidak berlaku
lagi. Untuk kategori perempuan, tidak ditemukan masalah, karena belum
diselenggarakannya kompetisi sepakbola nasional untuk perempuan.
3. Suatu hal tertentu
Pada konteks kontrak pemain sepakbola, hal tertentu adalah prestasi yang harus
dilakukan oleh pihak klub dan pihak pemain, misalnya pemain bola harus bermain
selama 2 musim untuk klub X dan klub X harus membayarkan gaji beserta bonus
sejumlah Y rupiah kepada pemain. Semua hak dan kewajiban para pihak diatur di dalam
kontrak yang akan menjadi Undang-Undang bagi para pihak.
4. Suatu sebab yang halal
Kontrak pemain sepakbola merupakan hubungan hukum antara pihak klub dengan
pemain, dimana pemain dikontrak untuk bermain sepakbola di bawah klub bersangkutan.
Karena kegiatan bermain sepakbola tidak dilarang Undang-Undang ataupun ketertiban
umum, maka disimpulkan unsur tersebut dipenuhi.
Asas-asas hukum perjanjian sewa menyewa tercantum dalam Pasal 1548 Kitab UndangUndang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa sewa menyewa merupakan suatu perjanjian
dimana terdapat pihak-pihak yang mengikatkan diri yang saling memberi prestasi dan tegen
prestasi yaitu pihak yang menyewakan memberikan kenikmatan atas sesuatu barang kepada
pihak yang lain selama suatu waktu tertentu dan pihak penyewa memberikan tegen prestasi
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
berupa pembayaran sesuatu harga yang disanggupi dan merupakan kesepakatan antara kedua
belah pihak.
Dalam perjanjian sewa menyewa ditemui adanya sesuatu yang menjadi objek. Pada
dasarnya apa yang menjadi objek sewa menyewa adalah apa yang merupakan objek hukum. Jadi
objek sewa menyewa adalah merupakan objek hukum. Yang dimaksud dengan objek hukum
(recht subject) adalah : segala sesuatu yang bermanfaat dan dapat dikuasai oleh subjek hukum
serta dapat dijadikan objek dalam suatu hubungan hukum.24
Demikian pula halnya dengan yang terjadi dalam perjanjian sewa menyewa ini meliputi
segala jenis benda baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak asal tidak dilarang oleh
Undang-Undang dan ketertiban umum.25 Peraturan tentang sewa menyewa, berlaku
untuk
segala macam sewa menyewa, mengenai semua jenis barang, baik barang bergerak maupun
tidak bergerak yang memakai waktu tertentu maupun yang tidak memakai waktu tertentu, karena
perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua
orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
Jadi, dengan dijabarkannya konsep-konsep dasar sewa menyewa yang ada di dalam KUH
Perdata, dapat disimpulkan bahwa pinjam meminjam pemain sepakbola tidak masuk ke dalam
ruang lingkup konsep bersangkutan. Meskipun transaksi sewa menyewa yang dijelaskan di
dalam KUH Perdata mirip sistematikanya dengan pinjam meminjam pemain sepakbola, namun
ada unsur yang tidak terpenuhi. Unsur yang tidak terpenuhi tersebut adalah objek yang
diperjanjikan, dimana pemain sepakbola bukan merupakan benda. Di dalam konsep KUH
Perdata tentang sewa menyewa, yang dapat menjadi objek sewa menyewa hanyalah benda
bergerak maupun tidak bergerak. Walaupun pemain sepakbola merupakan aset (harta) dari
sebuah klub, tidak ada ahli hukum ataupun yurisprudensi yang menganalogikan pemain
sepakbola sebagai benda. Dengan demikian konsep sewa menyewa yang terdapat di dalam KUH
Perdata tidak dapat diterapkan di dalam kontrak pinjam meminjam pemain sepakbola. Namun
tidak berarti pinjam meminjam pemain sepakbola dilarang. Pinjam meminjam pemain sepakbola
24
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta : Liberty, 1999), hlm. 68.
25
Qirom Meliala, Pokok Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, (Yogyakarta : Liberty,
1985), hlm. 78.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
diperbolehkan sesuai dengan asas kebebasan berkontrak, dan yang paling penting, tidak
melanggar kaedah hukum positif di Indonesia.
Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu adalah suatu perjanjian dimana satu pihak
menghendaki dari pihak yang lainnya agar dilakukan suatu perjanjian guna mencapai suatu
tujuan, untuk itu pihak pemberi kerja bersedia membayar honoraris atau upah. Pelaku
pekerjaan/jasa tertentu (professional employee) adalah semua pekerja yang melakukan pekerjaan
yang melibatkan fisik dan mental secara rutin, dimana pekerjaan ini membutuhkan latihan yang
konsisten dan diskresi dari pekerja. Pekerjaan ini dilakukan oleh pekerja ahli yang memiliki
pendidikan khusus dan lanjut di bidang tertentu.26 Contohnya adalah hubungan antara dokter
dengan pasiennya, seorang pengacara dengan kliennya, dan seorang notaris dengan seorang
kliennya. Hubungan hukum antara pemberi kerja dan penerima kerja tidak disebut sebagai
perjanjian kerja, karena pemberi kerja tidak memberi instruksi bagaimana pekerjaan tersebut
harus dilakukan.27 Dengan dijabarkannya beberapa pengertian perjanjian melakukan jasa, maka
yang menjadi unsur utama dari perjanjian jasa dan dikatikan dengan jasa pemain sepakbola,
adalah:
1. Unsur keahlian
Dalam bermain sepakbola, diperlukan adanya keahlian khusus seperti berlari, kontrol
bola, dribble, passing, shooting dan sebagainya. Semakin menguasai keahlian-keahlian
tersebut, maka pemain sepakbola dinilai semakin baik. Salah satu indikator seseorang
sudah kompeten dan ahli dalam bidang sepakbola adalah lisensi pemain profesional yang
dimiliki. Sesuai dengan pasal 7 ayat (3) Statuta PSSI, lisensi pemain profesional tersebut
diberikan oleh PSSI.28 Selain pengaturan di dalam Statuta PSSI, perlu juga diperhatikan
pengaturan di dalam pasal 57 ayat (3) PP nomor 16 tahun 2007 mengenai
Penyelenggaraan Olahraga, dimana untuk menjadi seorang olahragawan profesional juga
26
http://www.oregonlaws.org/glossary/definition/professional_employee, diakses pada tanggal 21 Mei
27
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja. (Jakarta : Pradnya Paramita, 1974), hlm.
28
PSSI, Statuta PSSI, Ps. 7 ayat 3.
2014.
2.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
diperlukan persetujuan tertulis dari Badan Olahraga Profesional Indonesia.29 Maka,
kesimpulannya adalah apabila seseorang ingin menjadi seorang ahli (pemain profesional)
di dalam bidang sepakbola, harus mendapatkan lisensi dan izin baik dari PSSI maupun
Badan Olahraga Profesional Indonesia. Untuk menjadi seorang olahragawan profesional,
izin yang dikeluarkan PSSI dana Badan Olahraga Profesional Indonesia haruslah
mengacu pada Pasal 55 ayat (2) UU no 3 tahun 2005 mengenai Sistem Keolahragaan
Nasional. Setiap orang dapat menjadi olahragawan profesional setelah memenuhi
persyaratan:30
a. pernah menjadi olahragawan amatir yang mengikuti kompetisi secara periodik;
b. memenuhi ketentuan ketenagakerjaan yang dipersyaratkan;
c. memenuhi ketentuan medis yang dipersyaratkan; dan
d. memperoleh pernyataan tertulis tentang pelepasan status dari olahragawan amatir
menjadi olahragawan profesional yang diketahui oleh induk organisasi cabang
olahraga yang bersangkutan. Dengan adanya izin bersangkutan yang melambangkan
keahlian seseorang, maka unsur keahlian terpenuhi.
2. Unsur koordinatif
Hubungan kerja yang bersifat koordinatif berarti adanya kesetaraan derajat antara pemberi kerja
dan pihak penerima kerja di dalam hubungan melakukan pekerjaan. Dalam industri sepakbola,
klub-klub berusaha untuk merekrut para pemain yang berkompeten dan berkualitas sesuai
dengan kebutuhan klub bersangkutan. Dengan direkrutnya pemain yang berkualitas, tentu dapat
membantu klub untuk meraih kesuksesan dengan memenangkan pertandingan. Selain itu, pemain
yang terkenal juga dapat menaikkan pendapatan dari souvenir yang berkaitan dengan pemain.
Untuk pemain lokal, Bambang Pamungkas, Irfan Bachdim, dan Firman Utina merupakan
pemain-pemain yang diidolakan oleh masyarakat Indonesia. Mereka dapat membantu klub
meningkatkan pendapatan dari penjualan jersey tim dan souvenir klub.31 Para pemain juga
29
PP nomor 16 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Mengenai Penyelenggaraan Olahraga, PP No. 16
tahun 2007, Ps. 57 ayat 3.
30
UU No. 3 Tahun 2005, Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional, LN Tahun 2005 No. 89, TLN
No. 4535, Ps. 55 ayat 2.
31
http://www.soccerbible.com/performance/football-apparel/2012/10/the-world-s-best-selling-clubfootball-shirts/, diakses pada tanggal 24 Mei 2014.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
membutuhkan klub untuk mengembangkan kemampuan dan mendapatkan penghasilan. Jadi,
terdapat sebuah hubungan yang saling menguntungkan satu sama lainnya. Dalam melakukan
pekerjaannya, pihak klub juga tidak memberikan perintah bagaimana seorang pemain harus
bermain, bagaimana cara menendang bola, dan sebagainya. Para pemain hanya bisa diarahkan
oleh seorang manajer yang bertugas untuk memberikan instruksi dan strategi yang akan
dimainkan pada pertandingan. Manajer ini bukan pihak direksi klub, melainkan seorang yang
juga bekerja untuk klub. Untuk menjalankan strategi yang diinginkan oleh manajer, para pemain
menggunakan kemampuan dan teknik yang mereka miliki sebagai ahli/profesional di dalam
bidang sepakbola. Jadi, unsur hubungan koordinatif antara pihak klub dengan pemain telah
terpenuhi.
Pinjam meminjam pemain sepakbola merupakan sebuah konsep dimana seorang pemain
klub sepakbola dipinjamkan klub pemilik kepada klub lain yang ingin menggunakan jasa pemain
tersebut. Di dalam hukum ketenagakerjaan, terdapat konsep yang mirip dengan praktek pinjam
meminjam pemain, yakni konsep alih daya. Alih daya adalah pendelegasian operasi dan
manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan penyedia jasa alih
daya). Melalui pendelegasian, maka pengelolaan tak lagi dilakukan oleh perusahaan, melainkan
dilimpahkan kepada perusahaan jasa alih daya.32
Di dalam hubungan perburuhan sendiri, praktik alih daya menimbulkan banyak masalah
terkait dengan kesejahteraan pekerja alih daya. Para buruh/pekerja menganggap bahwa pekerja
alih daya tidak mendapatkan jaminan kesejahteraan yang layak.33 Kesejahteraan buruh/pekerja
yang seringkali tidak terpenuhi karena disebabkan masalah pelanggaran dan sanksi. Pengaturan
mengenai pelanggaran dan sanksi tentu akan berbeda satu sama lain antara perusahaan penyedia
jasa dengan perusahaan pengguna jasa buruh/pekerja (user). Perbedaan inilah yang seringkali
merugikan para buruh/pekerja, dimana dalam prakteknya banyak ketidakjelasan mengenai
aturan-aturan yang berlaku untuk para buruh/pekerja, karena seringkali pihak pengguna jasa
32
Sehat Damanik, Outsourcing & Perjanjian Kerja Menurut UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, (Jakarta : DSS Publishing, 2006), hlm 2.
33
Demo buruh hapuskan outsourcing.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
buruh/pekerja tidak membuat perjanjian tertulis dengan buruh/pekerja alih daya.34 Ketentuan
untuk membuat perjanjian tertulis ini diatur dalam pasal 27 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor 19 tahun 2012 tentang Syarat-Syarat
Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.35 Hal tersebut
dikhawatirkan dapat terjadi di dalam ranah industri sepakbola. Aturan yang ada di klub yang
meminjamkan pemainnya tentu berbeda dengan aturan yang ada di klub yang meminjam, baik
terkait sanksi maupun pelanggaran, seperti ketentuan mengenai keterlambatan, sanksi,
pembayaran gaji, dan sebagainya. Jadi, dari awal harus diperjanjikan dengan jelas dan dibuat
dalam bentuk tertulis, apa saja sanksi yang dapat dikenakan apabila si pemain melanggar
ketentuan-ketentuan tertentu, dan ketentuan lain yang diperlukan untuk melindungi kesejahteraan
pemain agar tidak menimbulkan perselisihan, utamanya terkait masalah pelanggaran dan sanksi
tersebut. Dengan mempertimbangkan hal yang terjadi pada ranah alih daya tersebut, maka perlu
adanya wacana untuk mengembangkan pengaturan lebih lanjut mengenai pinjam meminjam
pemain tersebut. Pengaturan tersebut dapat dikonversi atau dikembangkan disesuaikan dengan
kebutuhan para pihak terkait di dalam industri sepakbola di Indonesia, dari peraturan
ketenagakerjaan terkait alih daya yang sudah ada.
Kesimpulan
Dari hasil penulisan dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat disampaikan adalah:
1. Berdasarkan konsep dasar hukum perdata, kontrak pemain sepakbola dengan klub di
Indonesia diadakan berdasarkan asas kebebasan berkontrak yang terdapat pada pasal
1338 KUH Perdata. Para pihak juga perlu memperhatikan ketentuan pasal 1320 KUH
Perdata mengenai syarat-syarat sahnya sebuah perjanjian, dimana ada syarat objektif
yang mutlak harus dipenuhi dan syarat subjektif. Terkait dengan pinjam meminjam
pemain sepakbola, di dalam KUH Perdata sendiri tidak ada pasal yang mengatur
mengenai hal tersebut. Di dalam KUH Perdata hanya terdapat konsep sewa-menyewa
benda. Selama belum terobosan hukum yang menyatakan bahwa seorang pemain
34
Ady. "Hubungan Kerja Tak Jelas, Pekerja Outsourcing Menggugat"
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt508e90e1466d8/hubungan-kerja-tak-jelas--pekerja-ioutsourcing-imenggugat, diakses pada tanggal 15 Juni 2014.
35
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian
Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain, Permen Nomor 19 Tahun 2012, Ps. 27 ayat (1).
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
sepakbola adalah benda/aset yang dimiliki oleh klub, maka konsep di dalam KUH
Perdata tersebut tidak dapat digunakan. Klausul pinjam-meminjam pemain juga
didasarkan pada asas kebebasan berkontrak yang terdapat pada pasal 1338 KUH Perdata.
2. Berdasarkan konsep dasar hukum ketenagakerjaan, hubungan hukum pemain sepakbola
dengan pihak klub merupakan hubungan perjanjian jasa/pekerjaan tertentu yang dikenal
di dalam konsep dasar hukum ketenagakerjaan. Hubungan pekerjaan tersebut
menitikberatkan unsur keahlian dan sifat koordinatif antara pihak pemberi kerja dan
penerima kerja. Terkait dengan konteks pinjam meminjam pemain sepakbola, dimana
pemain yang bermain di bawah suatu klub dipinjamkan kepada klub lain yang
membutuhkan pemain tersebut, hukum ketenagakerjaan mengenal konsep yang mirip,
yaitu konsep alih daya. Meskipun memiliki beberapa kemiripan, tetapi konsep alih daya
ini tidak dapat diterapkan ke dalam perjanjian peminjaman pemain tersebut, karena pada
dasarnya konsep alih daya ini dibentuk bukan untuk atlit, melainkan hanya untuk
beberapa kelompok pekerja. Selain itu, terdapat permasalahan di dalam konsep alih daya
tersebut, karena pihak pekerja menilai konsep tersebut tidak memberikan kesejahteraan
yang layak kepada mereka. Hal ini juga memicu kemungkinan masalah-masalah serupa
yang akan terjadi di dalam ranah pinjam-meminjam pemain sepakbola, dikarenakan
miripnya konsep alih daya dengan pinjam meminjam pemain sepakbola.
5.2 Saran
Dari kesimpulan tersebut di atas, maka saran atau rekomendasi yang dapat penulis
sampaikan adalah:
1. Menimbang banyaknya permasalahan kontraktual di industri sepakbola Indonesia, maka
hal terpenting yang perlu dijadikan dasar atau landasan dalam sebuah kontrak, termasuk
kontrak pemain sepakbola adalah adanya itikad baik dari kedua belah pihak yakni pihak
klub dengan pihak pemain sepakbola. Itikad baik dapat membantu para pihak untuk
mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang tercantum di
dalam kontrak bersangkutan. Selain itu, perlu adanya terobosan hukum dalam bidang
hukum perdata terkait dengan pinjam meminjam pemain. Yang menjadi objek
peminjaman adalah pemain, dimana pemain merupakan manusia yang bukan merupakan
obejek sewa menyewa di dalam KUH Perdata dan sekaligus sebagai sebuah aset (harta)
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
dari klub bersangkutan. Untuk menghilangkan kerancuan mengenai apakah pemain
termasuk sebagai benda di dalam ranah hukum perdata atau tidak, diperlukan pengaturan
lebih lanjut.Pengaturan tersebut dapat bersumber dari yurisprudensi ataupun pendapat
ahli. Pengaturan ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk pengembangan ilmu
hukum di masa mendatang.
2. Menimbang banyaknya permasalahan terkait dengan kesejahteraan pemain sepakbola di
Indonesia, diperlukan pengkajian ulang mengenai hubungan hukum antara pemain
sepakbola dengan pihak klub untuk didasarkan atas sebuah perjanjian kerja. Teori
absorbsi dan kumulasi yang terdapat pada pasal 1601 huruf (c) KUH Perdata juga perlu
dipertimbangkan untuk diterapkan apabila terdapat masalah-masalah di dalam industri
sepakbola. Hal ini disebabkan karena metode penyelesaian sengketa, perangkat penegak
hukum dan aturan-aturan terkait hubungan kerja secara detil diatur di dalam ranah hukum
ketenagakerjaan. Selain itu, perlu dikaji lebih lanjut aturan-aturan terkait dengan konsep
pinjam-meminjam pemain. Peraturan atau ketentuan terkait dengan konsep tersebut
diperlukan agar kelak tidak muncul masalah kesejahteraan dan isu-isu lain yang terdapat
di dalam konsep alih daya, mengingat konsep pinjam meminjam pemain tersebut sangat
mirip dengan konsep alih daya. Hasil dari pengkajian-pengkajian tersebut dapat
dimasukkan ke dalam agenda revisi statuta PSSI maupun peraturan perundang-undangan
apabila diperlukan.
Daftar Referensi
Daftar referensi atau daftar acuan berisi daftar pustaka yang digunakan untuk menulis naskah
ringkas atau artikel ini.
Buku
Badrulzaman, Mariam Darus. Kerangka Dasar Hukum Perjanjian, dalam buku Hukum Kontrak
di Indonesia. Jakarta: ELIPS, 1998.
Badrulzaman, Mariam Darus, et. al. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditya Bakti,
2001.
Djumadi. Hukum Perburuhan-Perjanjian Kerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
Kosidin, Koko. Perjanjian Kerja Perburuhan dan Peraturan Perusahaan. Cet. 1. Bandung:
Mandar Maju, 1999.
Palupi, Srie Agustina. Politik dan Sepakbola. Yogyakarta: Ombak, 2004.
Prodjodikoro, Wiryono. Asas-Asas Hukum Perjanjian. Bandung: Sumur, 1981.
Prodjodikoro, R. Wirjono. Hukum Perjanjian dan Perikatan. Jakarta : Pradya Paramita, 1987.
Raharjo, Handri. Hukum Perusahaan. Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2009.
Satrio, J. Hukum Perikatan. Jakarta: PT Alumni, 1999.
Subekti. Hukum Perjanjian. Cet. 19. Jakarta: Intermasa, 2002.
Syamsuddin, Mohd.Syaufii. Perjanjian-Perjanjian dalam Hubungan Industrial, Jakarta:Sarana
Bhakti Persada, 2005.
Uwiyono, Aloysius, et al. Asas-Asas Hukum Perburuhan. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014.
Disertasi
Simamora, Y. Sogar. "Prinsip Hukum Kontrak Dalam Pengadaan Barang dan
Pemerintah." Disertasi Doktor Universitas Airlangga.
Surabaya,
Jasa
oleh
2005.
Makalah/Artikel Ilmiah
Dolles, Harald dan Sten Soderman. "Globalization of Sports -The Case of Professional Football
and its International Management Challenge."
Deutches Institut Fur Japanstudien
(Vol.5, 2005) : 5.
Freek, Colombijn. "The Politics of Indonesian Football" (Vol. 59, 2000) : 171-
200.
Giulianotti, Richard dan Roland Robertson. "The Globalization of Football: A Study In the
Globalization of the Serious Life." The British Journal of
Sociology (Vol. 55, 2004) :
545.
Sulistiyono."Upaya Industri Sepakbola." Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia (Juli 2011):
76
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
Peraturan Perundang-Undangan
Kitab
Undang-Undang
Hukum
Perdata
[Burgerlijk
Wetboek].
Diterjemahkan
oleh
R.Subekti. Jakarta : Pradnya Paramita, 1999
Indonesia. Undang-Undang Ketenagakerjaan. UU No. 13 Tahun 2003. LN Tahun
2003
No 39. TLN No. 4279.
Indonesia. Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional. UU No. 3 Tahun 2005. LN Tahun
2005 No. 89. TLN No. 4535.
Indonesia. Peraturan Pemerintah Mengenai Penyelenggaraan Olahraga, PP No. 16 tahun 2007.
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. Statuta PSSI.
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. Statuta PSSI. Statuta Edisi Revisi tahun 2011.
Federation Internationale de Football Association. FIFA Statute. July 2012 Revision.
Federation Internationale de Football Association. Regulations on the Status and Transfer of
Players. December 2004.
Asian Football Confederation. AFC Statute. 2011 Edition.
Internet
Ady.
"Hubungan
Kerja
Tak
Jelas,
Pekerja
Outsourcing
Menggugat"
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt508e90e1466d8/hubungan-kerjajelas--pekerja-ioutsourcing-i-menggugat, diakses pada tanggal 15 Juni
Ali.
"Dualisme
Arbitrase
Olahraga
Indonesia
olahraga-indonesia-harus-diakhiri, diakses pada tanggal 20 Juni
Ali.
"Ini
Beberapa
Kasus
Kontrak
Pesepakbola
2014.
Harus
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52948f516fcf8/dualisme-
tak-
Diakhiri"
arbitrase-
2014.
Diabaikan
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt529085a06530c/ini-beberapa- kasuskontrak-pesepakbola-diabaikan-klub, diakses pada tanggal 4 Mei 2014.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
Klub"
Asep. "Sejarah Sepakbola Indonesia"
http://www.mataelang.net/2011/03/sejarah- sepakbola-indonesia/, diakses
pada
tanggal 4 Oktober 2013.
"English Football Association"
http://www.thefa.com/Competitions/FACompetitions/TheFACup/History/hist
oryofthefacup, diakses pada tanggal 20 Mei 2014.
"FIFA"
http://www.fifa.com/aboutfifa/organisation/marketing/research.html, 30
November
2013.
"FIFA"
http://www.fifa.com/worldranking/rankingtable/, diakses pada tanggal 1
Maret 2014.
"FIFA"
http://www.fifa.com/aboutfifa/organisation/, diakses pada tanggal 10 April 2014.
"FIFA"
http://www.fifa.com/aboutfifa/organisation/ifab/aboutifab.html, diakses pada
tanggal
13 April 2014.
"Hukumonline"
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5253cb5b05436/rawan-korupsi--
audit-
keuangan-klub-sepakbola-penting, diakses pada tanggal 9 April 2014.
"PSSI"
http://www.pssi.or.id/dev/page/detail/5/Sejarah-PSSI, diakses pada tanggal 10
2014.
Tinjauan yuridis..., Arief Rifan, FH UI, 2014
April
Download