BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sudah lebih dari

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Sudah lebih dari setenggah abad bangsa Indonesia merdeka namun sampai sekarang
justru bangsa Indonesia semakin mengalami degradasi atau keterpurukan karakter dalam
masyarakat dan berolahraga, Meningkatnya ketidak percayaan antar teman, tindakan kriminal
dan semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di bangsa ini
menunjukan bahwa masyarakat Indonesia sedang kehilangan jati diri,olah hati dan karisma,
Belum lagi ancaman disintegrasi bangsa yang menggejala di berbagai daerah semakin
menguatkan bahwa bangsa ini sedang mengalami kriris moral karakter kebangsaan.
Pendidikan yang semestinya menjadi motor ”perbaikan” sekaligus ”pembentukan” karakter
justru mengalami kegagalannya. Meskipun mengalami kegagalan, pendidikan masih menjadi
sarana yang paling efektif untuk membentuk karakter dalam diri masyarakat Indonesia yang
sesungguhnya. Reorientasi pendidikan dengan mendorong peran pemerintah lebih optimal
serta revitalisasi pendidik merupakan langkah awal yang harus ditempuh untuk menjadikan
pendidikan sebagai motor perbaikan dan pembentukan karakter . Pendidikan jasmani
merupakan sebuah tawaran solutif atas implementasi pembelajaran yang berlansung baik
secara otak dan otot melalui ranah koknitif,afektif dan sikomotor yang selama ini telah
menyebabkan pendidikan terdikotomi dan parsial. Misalnya olahraga sepakbola yang
mungkin bisa mewujudkanya di tinjau dari aspek apapun olahraga sepakbola merupakan
olahraga yang bisa mempersatukan ras,suku,budaya,adat istiadat dan keyakinan berupa
agama,.
B. Masalah
Bagaimana pembentukan karakter dalam olahraga sepakbola
C. Tujuan
Untuk mengetahui pembentukan karakter dalam olahraga sepakbola
D. Aplikasi
Olahraga adalah bentuk kegiatan untuk melatih tubuh seseorang atau jasmani dan
rohani seseorang. Mungkin kita masih ingat akan falsafah olahraga yang tak asing lagi yaitu
didalam tubuh yang kuat akan terdapat jiwa yang sehat pula, Dengan aktivitas olahraga kita
banyak mendapatkan hal-hal yang positif, Olahraga bukan sekedar kegiatan yang berorientasi
kepada faktor fisik belaka, Dengan olahraga juga dapat melatih sikap dan mental kita baik
formal dan non formal.
Aktivitas olahraga sebaiknya juga kita tekankan kepada anak-anak baik di tingkat
SD,SMP Maupun SMA Banyak hal yang kita dapatkan apabila anak-anak didik kita dapat
melakukan aktivitas olahraga, apalagi jika si anak tersebut memiliki potensi dan bakat khusus
dibidang olahraga. Peran orang tua sangat penting untuk bisa mengantarkan dan membuka
pintu-pintu prestasi, Sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk selalu sabar dan
berusaha mengontrol segala kegiatan anak didik masing-masing orang tua juga berusaha
untuk memberikan fasilitas atau alat-alat yang dibutuhkan seorang anak untuk melakukan
aktivitas olahraga.
Beberapa alasan yang perlunya kita fahami adalah anak-anak memiliki rasa yang
kecenderungan senang terhadap berbagai macam permainan. Oleh karenanya orang tua dapat
mengarahkan dan memberikan pilihan-pilihan bentuk permainan yang ada di aktivitas
olahraga, syukur jika kita dapat memasukkan anak dalam club-club olahraga yang ada di
tempat sekitar kita.
Misalnya sepakbola maupun olahraga lain yang mendukung. Cara-cara ini akan
mendidik dan berlatih anak untuk mengenal diri sendiri dan bersosialisasi kepada sesamanya
dengan saling menghargai, mempercayai,bekerjasama dalam mencapai prestasi tinggi. Selain
itu melalui latihan-latihan yang rutin anak juga terdidik untuk melakukan program
pembiasaan yaitu saling berjabat tangan pada saat memulai dan mengakhiri latihan, baik
dengan teman, orang tua serta dengan semua yang hadir di tempat latihan. Pembiasaan lain
adalah melatih kedisiplinan anak untuk menghargai waktu, jika ada diantara anak yang
datang tidak tepat waktu tanpa alasan yang jelas, maka anak diberikan punishment atau
hukuman yang bersifat positif. Bentuk-bentuk hukuman seperti lari mengelilingi lapangan
dan push up atau sejenisnya adalah hal yang biasa dalam dunia olahraga. Self-diciplin
diharapkan dapat terbentuk.
Hal lain yang dapat kita peroleh dari aktivitas olahraga adalah melatih anak untuk
memiliki semangat juang yang tinggi baik pada saat latihan ataupun pada saat menghadapi
pertandingan-pertandingan yang resmi. Nilai-nilai mental lain juga terbentuk, mengakui
kemenangan orang lain dan menerima kekalahan adalah bentuk penanaman nilai berupa
penghargaan dan nilai keadilan,rasa sosial yang besar dalam pembentukan karakter.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembentukan karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli
psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan
tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu
dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk
kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata
lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Dalam buku The Psychology of Moral Development (1927), Lawrence Kohlberg
menyimpulkan terhadap hasil penelitian empiriknya terhadap perkembangan moralitas anakanak dari berbagai latar belakang agama, yaitu Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, dan Islam,
bahwa agama dan institusi agama tidak memiliki pengaruh terhadap perkembangan moral
seseorang. Teori yang dihasilkan dari penelitian Kohlberg dikenal dengan teori kognitifdevelopmental, yaitu 3 (tiga) tingkatan dan 6 (enam) tahapan perkembangan moral yang
menegaskan bahwa pada intinya moralitas mewakilil seperangkat pertimbangan dan putusan
rasional yang berlaku untuk setiap kebudayaan, yaitu prinsip kesejahteraan dan prinsip
keadilan. Menurutnya, prinsip keadilan merupakan komponen pokok dalam proses
perkembangan moral yang kemudian diterapkan dalam proses pendidikan moral.
Sementara jauh sebelumnya, Sigmund Freud memiliki pendapat tentang potensi pada
diri manusia yang sangat berpengaruh terhadap karakternya, yaitu: id, ego, dan superego (es,
ich, ueberich). Menurutnya, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang
tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psiko-seksual tertentu pada enam
tahun pertama dalam kehidupannya. Berdasarkan teorinya tersebut, Freud menyimpulkan
bahwa moralitas merupakan sebuah proses penyesuaian antara id, ego, dan superego. Titik
lemah terbesar Freud dan para penganutnya bukan pada kesalahan teorinya, tetapi adalah
over generalisasi dari teori tersebut, sehingga dalam kacamata Freud, manusia dapat
dikatakan tidak berbeda dengan binatang, bahkan lebih menderita karena tidak sebebas
binatang dalam melampiaskan nafsunya.
B. Sepakbola
Menurut wikipediaSepak bola adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim
dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Olahraga ini sangat terkenal dan
dimainkan di 200 negara. Permainan sepak bola bertujuan untuk mencetak gol sebanyakbanyaknya dengan menggunakan bola kulit berukuran 27-28 inci. Lapangan yang digunakan
dalam permainan ini memiliki lebar 50-100 yard dan panjang 100-300 yard. Gawang tempat
mencetak gol terletak di bagian ujung lapangan dengan dibatasi jaring berukuran tinggi 8
kaki dan lebar 24 kaki.
Menurut humanities Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan
menyepak bola kian kemari untuk diperebutkan di antara pemain-pemain yang mempunyai
tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang sendiri agar
tidak kemasukan bola. Di dalam permainan sepak bola, setiap pemain diperbolehkan
menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang atau
kiper yang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan. Sepak bola merupakan
permainan beregu yang masing-masing regu terdiri atas sebelas pemain. Biasanya permainan
sepak bola dimainkan dalam dua babak (2x45 menit) dengan waktu istirahat (10 menit) di
antara dua babak tersebut. Mencetak gol ke gawang merupakan sasaran dari setiap
kesebelasan. Suatu kesebelasan dinyatakan sebagai pemenang apabila kesebelasan tersebut
dapat memasukkan bola ke gawang lebih banyak dan kemasukan bola lebih sedikit jika
dibandingkan dengan lawannya.
Menurut wordpress Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di
dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang
masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masingmasing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga
dinamakan kesebelasan.
BAB III
SINTESIS DAN EVALUASI
A. Sintesis
Dalam mengajarkan Etika dan Nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh, pepatah
mengatakan bahwa tindakan lebih baik baik dari kata-kata. Lutan mengatakan Nilai Moral itu
beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran, respek, keramahan,
integritas, keadilan, kooperasi, tugas dll. Lebih lanjut dikatakan ada 4 nilai moral yang
menjadi inti dan bersifat universal yaitu :
1. Keadilan.
Keadilan ada dalam beberapa bentuk ; distributif, prosedural, retributif dan
kompensasi. Keadilan distributif berarti keadilan yang mencakup pembagian
dan beban secara relatif. Keadilan prosedural mencakup persepsi terhadap g dinilai sportif
atau fair dalam menentukan hasil. Keadilan retributif mencakup persepsi yang fair
sehubungan dengan hukuman yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi
mencakup persepsi mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang
diderita pada waktu sebelumnya.
Seorang wasit bila ragu memutuskan apakah pemain penyerang berada pada posisi off-side
dalam sepakbola, ia minta pendapat penjaga garis. Semua pemain penyerang akan protes,
meskipun akhirnya harus dapat menerima, jika misalnya wasit dalam kasus lainnya
memberikan hukuman tendangan penalti akibat pemain bertahana menyentuh bola dengan
tanganya, atau sengaja menangkap bola di daerah penalti. Tentu saja ia berusaha berbuat
seadil mungkin. Bila ia kurang yakin, mungkin cukup dengan memberikan hukuman berupa
tendangan bebas.
2. Kejujuran
Kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu
terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu atau memperdaya. Hal ini terwujud dalam tindak
dan perkataan.
Semua pihak percaya bahwa wasit dapat mempertaruhkan integritasnya dengan
membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena keputusannya mencerminkan kejujuran.
3. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Tanggung jawab ini adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang atlet harus
bertanggung jawab kepada timnya, pelatihnya dan kepada permainan itu sendiri. Tanggung
jawab ini merupakan nilai moral terpenting dalam olahraga.
4. Kedamaian
Kedamaian mengandung pengertian : a)tidak akan menganiaya, b)mencegah
penganiayaan, c) menghilangkan penganiaan, dan d)berbuat baik. Bayangkan bila ada pelatih
yang mengintrusksikan untuk mencederai lawan agar tidak mampu bermain?
Dengan menekankan 4 nilai diatas pembentukan karakter akan mudah dicapai seperti
apa yang kita harapkan. Karena 4 nilai di atas merupakan kunci utama untuk membentuk
karakter seseorang.
B. Evaluasi
Dari uraian di atas maka kita bisa menghasilkan pengetahuan baru melalui penelitian
peningkatan pada aktivitas manusia menyebabkan peningkatan kinerja manusia, kesehatan
dan kualitas hidup. perkembangan karakter menjadi bagian yang krusial dalam pengalaman
olahraga pada level anak didik menuju remaja yang berkualitas, Olahraga adalah sebuah
lingkungan yang menyimbolkan nilai-nilai budaya dan menjadi media dimana orang muda
dapat belajar tentang pengalaman banyak nilai-nilai inti yang terkandungnya. Karakter dapat
diajarkan dan dipelajari dalam setting olahraga. Pengalaman olahraga dapat membangun
karakter, kecuali jika lingkungannya dibentuk, dinyatakan, dan direncanakan untuk mencapai
tujuan mengembangkan karakter.
DAFTAR PUSTAKA
Kompas, Pembentukan karakter bangsa: hendaknya berangakat dari budaya lokal, Senin 24
Januari 2000
Rusli Lutan (ed)., (2001) Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat
Pemberdayaan IPTEK Olahraga, Dirjen OR, Depdiknas, Jakarta: CV. Berdua
Satutujuan.
William H. Freeman, 6th ed. (2001) Physical Education and sport in a changing
society. Boston: Allyn & Bacon.
_____, Membangun karakter bangsa lewat pendidikan; Selasa 7 Maret 2000
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2187860-tujuan-pendidikankarakter/#ixzz1fgAp96Yy
http://sangpembuatjejak.com/education/pendidikan-karakter-solusi-masalah-indonesia
http://rasimunway.blogspot.com/2011/11/membentuk-karakter-anak-melalui.html
http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak-pendidikan-karakterterhadap-akademi-anak/
MAKALAH
SOSIOLOGI OLAHRAGA
MEMBANGUN KARAKTER MELALUI OLAHRAGA SEPAK BOLA
Disusun Oleh :
Satriyo Pamungkas
1060 3141 043
IKORA 2010
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
Download