PENGARUH CARA PENAMBAHAN ENZIM GLUKOAMILASE DAN ION LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH PADA PROSES SAKARIFIKASI PATI SAGU A.T. Karossl", Agus Muchliawan**, Linar Z.Udin* dan A. Sidik** * Laboratorium ** Biokimia, Balitbang Kimia Dasar, Puslitbang Kimia Terapan - LlPI Bandung. Laboratorium Biokimia, Jurusan Kimia, FMIPA-UNPAD, Bandung INTISARI Pembuatan sirup glukosa dapat dilakukan dengan menggunakan enzim alfa-amilase dan enzim glukoamilase. Alfaamilase berperan pada tahap likuifaksi, sedangkan glukoamilase pada tahap sakarifikasi. Glukoamilase yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Rhlzopus oryzae melalui fermentasi selama lima hari dengan menggunakan [ermentor LKB skala empat liter. Penambahan enzim glukoamilase secara langsung dan bertahap, tidak memberikan perbedaan yang bermakna terhadap proses sakarifikasi. Ion-ion Li+, Na+, K+, Mgr+, Ca++ dan Bar+ pada konsentrasi 0,2 - 0,8 mM, bertindak sebagai aktivator bagi enzim glukoamilase, sedangkan pada konsentrasi 1 mM ion-ion logam tersebut bersifat sebagai inhibitor. Dari hasil analisis dengan HPLC terbukti bahwa enzim glukoamilase menghasllkan glukosa pada proses sakarifikasi hingga derajat hidrolisis 83,3%. enzim yang dapat memecah ikatan alfa-1,4 dari ujung rantai non pereduksi dan juga ikatan alfa-1,6 (2). Sagu sebagai substrat, merupakan polisakarida dengan fraksi amilopektin sekitar 73 % dan amilosa sebanyak 27% (3), dengan demikian sagu memiliki fraksi amilosa yang Iebih besar atau amilopektin yang lebih sedikit, dibandingkan dengan beras, kentang, tapioka, gandum, maupun ubi jalar (4). Penelitian mengenai proses Iikuifaksi dan sakarifikasi dengan menggunakan enzim alfa-amilase dan glukoamilase untuk substrat sagu, serta pengaruh logam terbadap aktivitas enzim glukoamilase belum banyak dilaporkan (3). Pada tulisan ini dilaporkan pengaruh cara penambahan enzim glukoamilase terbadap sakarifikasi pada substrat sagu dan pengarub ion-ion logam Li+, Na+, K+, Mg+r, Ca+ dan Ba+ pada aktivitas enzim glukoamilase. ABSTRACT MATERI DAN METODA Production of glucose syrup enzymatically employs both alpha-amylase and glucoamylase. Alpha amylase acts during liquifaction while glucoamylase in the saccharification process. In the present study the glucoamylase was obtained from Rhyzopus oryzae fermentation for five days using 4 liter scale LKB fermentor. The influence of single stage and multiple stage additions of glucoamylase on alpha amylase liquified sago starch indicated no significant difference on the saccharification. The presence of 0.2 - 0.8 mM Li+, Na+, K+, Mgr+, Ca++ and-Bar+ salts enchanced the glucoamylase activity whereas at the level of 1mM they acted as inhibitors. The results of HPLC analysis of the saccharification product showed that the glucoamylase hydrolysed 83.3% of the sago starch yielding free glucose. Rhizopus oryzae berasal dari koleksi mikroorganisma, Puslitbang Kimia Terapan-LIPL Pati sagu dari jenis metroxylon dan alfa-amilase dari Wako Pure Chemical Industries. PENDAHULUAN Dalam pembuatan sirup glukosa dibutubkan dua jenis cnzim, yaitu alfa-amilase dan glukoamilase. Alfa-amilase (al fa-I, 4-glukan-4-glukobidrolase, BC 3.2.1.1.) adala h endo-enzim yang memecah ikatan alfa-(1,4) secara acak (1), scdangkan glukoam ilase atau amilo-glukosidase (alfa1,4-glukan glukohidrolasc, BC 3.2.1.3.), mcrupakan ekso- JKTI, VOL. 5 - No.1, Juni, 1995 Produksi Glukoamilase Produksi enzim dilakukan dengan menggunakan fermentor kapasitas 4 Liter dalam media yang mengandung pati sagu 2%, bungkil kedele 0,7% (kandungan nitrogen dalam media 0,05%) dan mineral, yang diinokulasikan dengan suspensi biakan murni R. oryzae yang berumur 7 bari. Proses fennentasi dilakukan pada subu 30°C ±l°C dengan aerasi 3 L/menit dan agitasi 500 rpm. Kaldu fermentasi disentrifuga pada 8000 rpm (2°C) selama 20 meuit. Supernatan yang diperoleb digunakan sebagai enzim kasar (5). Aktivitas enzim ditentukan dcngan menggunakan metoda yang telab dilaporkan oleb Karossi et al (6). Unit aktivitas ditentukan dengan meuggunakan glukoamilase standar (SIGMA) sebagai pembanding. Kadar protein enzim ditentukan dengan metoda Lowry (7) dan mcngguuakan Bovine Serum Albumin sebagai standar protein. 33 Konstanta Michaelis (Km) Penentuan harga Km dilakukan sama seperti pada penentuan aktivitas enzim. Pada penentuan ini konsentrasi soluble starch bervariasi. Harga Km diperoleh dari kurva Lineweaver-Burk (8). 2A '2 .~ ec. .€'" ~ E <, ~ Ul Hidrolisis total sagu Hidrolisis total sagu dilakukan dengan merefluks sagu dalam 25 mL HCI 1 N dan air suling 100 mL, selama 32 jam. Kemudian larutan dinetralkan dengan 125 mL NaOH 0,2 N, dan diencerkan sampai 250 mL dengan air suling. Gula yang dihasilkan dianalisa dengan metoda NelsonSomogyi (9). Dari hasil hidrolisis total ini diperoleh 989,91 mg glukosa dari 1000 mg sagu. Likuifaksi Likuifaksi pati sagu dilakukan pada pH 7 dan temperatur 95°C dengan menggunakan enzim alfa-amilase standar dari Wako, dengan aktivitas sebesar 20 V/mL selama 2 jam (10). Konsentrasi substrat pati sagu yang digunakan adalah 12,5% (berat/volume), Likuifaksi dilakukan dengan menggunakan variasi volume enzim (1-6 mL) alfa-amilase, kemudian gula pereduksi yang dihasilkan ditentukan dengan metoda Nelson-Somogyi. « t: > ;:: 2- 1.6 '" ii Vi w 1.2n, I c. Ul ~ s ;:: 0.8 '" «'" « 0.4 0 0 8 6 Gambar 1. Perubahan pH (e). aktivitas (0) dan aktivitas spesifik enzirn ( 0 ) selarna 10 hari fermentasi. Harga Km enzim kasar glukoamilase hasil fermentasi, yang digunakan dalam proses sakarifikasi pada penelitian ini (aktivitas 2,53 U/mL) ditentukan pada pH 4,5dengan menggunakan soluble starch sebagai substrat. Hasil yang diperlihatkan dalam Gambar 2, menunjukkan harga Km enzim 1,6526 mg/mL. --'-. Vrncks. Sakaritlkasi Sakarifikasi dilakukan pada temperatur 55°C dan pH 4,5 selama 20 jam dengan menggunakan enzim yang diperoleh dari hasil fermentasi 5 hari (Aktivitas 2,53 V/ mL). Sakarifikasi berlangsung menggunakan pengocok 130 guncangan/menit dengan penangas air. Gula yang dihasilkan ditentukan dengan metoda Nelson-Somogyi, dan dengan HPLC (9). Proses sakarifikasi berlangsung selama 6 jam dengan memvariasikan volume enzim (0-5 mL) dan gula yang dihasilkan ditentukan dengan metoda Nelson-Somogyi. Cara penambahan enzim glukoamilase Proses sakarifikasi dilakukan dengan menambahkan enzim secara langsung (5 mL, 2,53 U/mL) dan bertahap setiap tiga jam (masing-masing 1 mL). Selang 2 jam selama 20 jam sakarifikasi, jumlah gula yang dihasilkan diukur dengan metoda Nelson-Somogyi. HASIL DAN PEMBAHASAN 10 WAKTU FERMENTASI (HARI) '0 .+ + /+ 8 , ve (~it) " , 2 -Km -0,7 -0,5 -0,3 1/[5] Gambar -0,1 0 0,' 0,2 (mllmg) 2. Penentuan harga Krn. Sebelum tahap sakarifikasi menggunakan enzim glukoamilase, tahap yang dilakukan terlebih dahulu adalah likuifaksi dengan enzim alfa-amilase. Dari variasi volume enzim alfa-amilase yang digunakan (Gambar 3) terlihat bahwa mulai volume enzim 4 mL (1 mL = 20 Unit), jumlah gula pereduksi yang dihasilkan hampir sarna. ~ 3~0 Vi Fermentasi glukoamilase Pada fermentasi yang dilakukan selama 10 hari dengan pengambilan contoh setiap 24 jam, pH terlihat menu run sampai hari ketiga (Gambar 1) mencapai pH 3,6 dan kemudian terjadi peningkatan yang dimulai pada hari keempat. Produksi enzim dengan aktivitas tertinggi terjadi pada hari kelima sebesar 0,654 U/mL atau aktivitas spesifik 2,29 U/mg protein, dan pH media mencapai pH 4,25. 34 '"::J 0 w w a: 300 0- j ::> '" 240 mL ENZIM Gambar 3. Pengaruh volume enzim alfa-arnilase pada proses likuifaksi. JKTI, VOL. 5 - No.1, Juni, 1995 Dengan demikian jika ditinjau dari efisiensi penggunaan enzim alfa-amilase untuk likuifaksi selama 2 jam, dapat kita gunakan enzim sebanyak 4 mL. Waktu likuifaksi yang digunakan di sini sesuai dengan penelitian Lee et al.(10). Likuifaksi sangat menentukan hasil sakarifikasi, dengan kata lain derajat likuifaksi berhubungan langsung dengan jumlah pati yang dikonversi menjadi glukosa seIama proses sakarifikasi (11). Hal ini dapat dimengerti karena proses likuifaksi menyediakan substrat bagi proses sakarifikasi. Glukoamilase sebagai enzim yang mampu memecah ikatan alfa-1,6-glikosida (rantai cabang) tentu lebih menyukai substrat dengan bentuk yang lebih sederhana, misalnya jumlah rantai cabang yang lebih sedikit sehingga reaksi hidrolisis dapat berlangsung lebih cepat. Fujii et al. (12, 13) mendapatkan bahwa aktivitas enzim alfa-amilase mempengaruhi jumIah gula yang dihasilkan pada proses sakarifikasi. Dengan bertambahnya konsentrasi enzim alfaamilase, maka kecepatan awal sakarifikasi meningkat. o 1 0,9 mL mL 2 ilL 3 mL 0,7 j ~ 0,5 0,3 0,1 +---,----r---~-___,.__----,r---__l ° Gambar 100 «oo 80 C, 3300 60 .5 :; <! ..J s ~ .~ 40 2200 § J: 1100 20 0 0 8 12 WAKTU Gambar 16 20 (JAM) S. Pengaruh cara penambahan enzim terhadap sakarifikasi digambarkan sebagai ju'llJa.lL h:· ';1 glukosa bebas yang terbentuk atau derajat hidro~. __ • Penambahan langsung • Penambahan ber:ahap ? Hasil dari percobaan ini (Gambar 5), menunjukkan bahwa pada penambahan enzim secara langsung diperoleh kecepatan awal yang lebih tinggi. Penambahan enzim secara bertahap mampu menghidrolisis sagu hingga sekitar 70% pada jam ke-8 sedangkan pada penambahan enzim secara iangsung baru dicapai pada jam ke-16. Namun setelah dilakukan uji statistik (t test) dimulai jam keenam sampai jam keduapuluh, ternyata kedua perlakuan ini tidak memberikan perbedaan yang berarti terhadap derajat hidrolisis pada tingkat kepercayaan 95%. ~ ~t ~ 5500 2 6 WAKTU 4. Pengaruh variasi volume sakarifikasi .. (JAM) enzim glukoamilase pada proses Pengaruh dari variasi volume enzim glukoamiiase pada proses sakarifikasi dipeIajari dengan menggunakan volume enzim 0 sid 5 mL; 2,53 U/mL (Gambar 4). Dari Gambar 4 dapat kita lihat bahwa dengan bertambahnya volume enzim, kecepatan awal sakarifikasi meningkat pula. Hasil ini sesuai dengan yang dilakukan Lee et al.(lO) dalam peneIitian sakarifikasi pad a pati kentang. Dari gambar di atas terlihat bahwa tanpa penambahan enzim dapat dikatakan bahwa jumIah gula yang dihasilkan tidak bertambah. Hal ini selain menunjukkan tidak ada aktivitas enzim alfaamiiase pada kondisi reaksi glukoamilase, juga meyakinkan kita bahwa gula yang dihasilkan bukan disebabkan kondisi asam pada reaksi enzimatis (pH 4,5), tetapi memang akibat adanya aktivitas enzim giukoamiiase. Dari hasil ini maka untuk sakarifikasi seIanjutnya enzim yang digunakan adalah 0,5 mL untuk 5 mL substrat. Pengaruh cara penambahan enzim Pada sakarifikasi digunakan enzim glukoamiiase sebanyak 5 mL (11,65 Unit), dan diamati bagaimana pengaruh penambahan enzim secara langsung, dan bertahap dengan penambahan 1 mL setiap tiga jam, sebanyak 5 tahap. JKTI, VOL. 5 - No.1, Junl, 1995 Pengaruh ion logam terhadap aktivitas glukoamilase Ion-ion logam yang dipelajari pengaruhnya adalah Li+ , Na+, K+, Mg+, Ca+ dan Ba+t, Pada penelitian ini diamati pengaruh variasi konsentrasi ion-ion logam tersebut terhadap aktivitas enzim giukoamilase. Pada Gambar 6 dapat kita lihat bahwa pada konsentrasi 1 mM ion-ion tersebut bersifat inhibitor. Ion iogam Na+ menurunkan aktivitas hingga sekitar 60 %, sedangkan Ca+r merupakan inhibitor yang paling lemah, menurunkan aktivitas 40% dibandingkan ion logam lainnya. •... ~ ~ •... ~ •... ~ 2 z -•... => VI <! I => :> ~ <! a: => z ~ TL Li Na K ION Gambar Mg Ca Sa LOGAM 6. Pengaruh logam Li+, Na+, K+, Mg+t, Ca+t dan Ba+r pada aktivitas glukoamilase. o Aktivitas (Unit) ~ Penurunan aktivitas (%) 1L= Tanpa ion logam 35 Pada konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0,2 mM sampai 0,8 mM, ion Li+, Na+, K+, Mg+r, Ca= dan Ba+r temyata bersifat aktivator bagi enzim glukoamilase, dan untuk semua ion logam pada konsentrasi 0,2 mM memberikan sifat aktivator yang paling tinggi. Ion Ca+ temyata paling besar pengaruhnya pada peningkatan aktivitas enzim glukoamilase (Tabel 2). 500 400 <{ -..J ::J Tabel2. Aktivasi glukoamilase Konsentrasi (mM) oleh ion logam alkali dan alkali tanah <!) Aktivitas Enzim (Unit/mL) 11. Li+ Na+ K+ 3,667 3,619 3,474 3,494 3,368 3,320 3,300 3,706 3,484 3,426 3,204 3,320 3,165 3,001 3,011 MgH Ca++ Ba++ 23 0 ____ -.-Efl:e"r angam 5 4 WAKTU 6 (JAM) Garnbar 8. Pengaruh ion logam Ca++ pada sakarifikasi 11. Tanpa menggunakan ion logam. Logam-logam diatas dalam bentuk OH- 200 0 2,962 2,885 2;73'Q 0,2 z- 100 2,431 0,8 0,4 300 01 E OPenambahan kation dan anionnya berturut-turut o Tanpa cr, cr.cr, o-, OH- Penggunaan ion logam Ca+t dalam sakarifikasi Dari pengamatan mengenai pengaruh ion logam Li+, Na+, K+, Mg+r, Ca+ dan Bat+, diperoleh bahwa ion logam Ca+r menunjukkan sifat aktivator yang paling besar pada konsentrasi 0,2 mM. Hasil ini dicoba untuk diterapkan pada proses sakarifikasi, namun dengan konsentrasi ion Ca+ 0,8 mM. Hal ini untuk melihat aktivasi minimal yang dapat diperoleh dengan penambahan ion Ca+. Aktivasi ini meningkat dengan turunnya konsentrasi ion Ca+. . Dengan menggunakan kondisi yang sama seperti proses sakarifikasi sebelumnya, yaitu melalui likuifaksi menggunakan alfa-amilase seIama 2 jam, maka selanjutnya sebelum dilangsungkan proses sakarifikasi, ditambahkan ion logam Ca+r ke dalam substrat sehingga konsentrasi Ca+ di dalamnya adalah 0,8 mM. Dari hasil yang diperoleh (Gambar 8), temyata bahwa adanya ion Ca+ meningkatkan kecepatan awal reaksi sakarifikasi. 60 ion Ca++ ion Ca++ Anallsa hasil sakarifikasi dengan HPLC Untuk memastikan bahwa dalam proses sakarifikasi dengan menggunakan enzim glukoamilase hasil fermentasi yang dihasilkannya adalah glukosa, maka dilakukan analisa dengan menggunakan HPLC. Analisa dilakukan dengan membandingkan wakturetensi glukosa pada standar dan sekaligus membandingkan luas puncak spektrum, untuk mengetahui jumlah glukosa secara kuantitatif, 600 100 500 80 400 f ~ ~ ....I .., 60~ 300 !!! VI 40 ~ i5 200 i 100 ~ ~ 5 ~o ~ 20 C1 Z Z w D.. ~",I\~ ~ ~ z ~ ~ ~ 17 l\ ~ ~ ~ ~ rJ !\ rJ fI ~ rJ rl ~ [\ ~ ~ 'I 0 0.0004 0,0008 KONSENTRASI Gambar 7. Peningkatan aktivitas 0 l'i 6 ~ 12 lS 18 Garnbar 9. Proses sakarifikasi yang dip ant au dengan metoda HPLC. fI ~~ fI ~~ rJ r/F ~~ I 9 WAKTU (JAM) • Hidrolisis (%) o Jumlah glukosa yang dibebaskan I\~ 0.0002 ION LOGAM (M) enzim glukoamilase dengan adanya ion-ion logam u-, Na+, K+, Mg++, Ca++ dan Ba++ pada konsentrasi 0,2 - 0,8 mM 36 a fI Pada analisis dengan HPLC ini, sakarifikasi dilakukan dengan menambahkan enzim secara bertahap seperti pad a percobaan sebeIumnya. Dari hasil analisa dengan HPLC ini dapat kita lihat (Gambar 9) bahwa proses sakarifikasi dengan menggunakan enzim glukoamilase mampu menghidrolisis 83,3% sagu menjadi glukosa. JKTI, VOL. 5 - No.1, Juni, 1995 REFERENCES films by a seeding process. J. Mater. Res. 8(2) 339344 (1993). Stuijts, New Fabrication Methods for Advanced Electronic Materials Science of Ceramics, 5, pp. 335 (1970). 1. AL. 2. J.V. Biggers and S. Venkataramani, Preparation and Reactivity of Lead Zirconate Titanate Solid Solutions Produced by Precipitation from Aqueous Solutions, Mat. Res Bull.,13, 717-722, (1978). 3. S.H. Cho and J.V. Biggers, Characterization and Sintering of Lead Zirconate Titanate Powders. J. Am. Ceram. Soc. 66 (10), 743 (1983). 4. K.S. Mazdiyasni, RT. Dolloff and J.S. Smith, Preparation of High Purity Submicron Barium Titanate Powders. J. Am. Ceram. Soc. 52(10), 523(1969). 5. E. Wu, KC. Chen. and J.D Mackenzei, Ferroelectric Ceramics The Sol Gel Method Versus Conventional Processing, Mat. Res. Soc. Symp. Proc. Vo1.32, pp 169 (1984). W.R Cook and H. Jaffe, Piezoelectric Ceramics, (Academic Press, London, 1971) 6. B. Jaffe, 7. K Kakegawa, J. Mohri, K Takahashi, H. Yamamura and S. Shirashaki, A compositional Fluctuation and Properties of Pb(Zr,Ti)03, Solid State Commun. 24, 769- 772 (1977). 8. B.V. Hiremath, AI. Kingon and lV. Biggers, Reaction Sequence in the Formation of Lead Zirconate-Lead Titanate Solid Solution : Role of Raw Materials. J. Am. Ceram. Soc., 66,790-793 (1983). 9. Chi Kong Kwok and Seshu B. Desu, Low temperature perovskite formation of lead zirconate titanate thin 10. O. Yamaguchi, F. Fukuoka and Y. Kawakami, Formation of alkoxy-derived PbZrO. J. Mater. Sci. Lett., 9, 958-959 (1990). 11. M. Kosec, D. Kolar, Ceramic Powder, edited by P. Vincenzini, Elsevier, Scientific Publishing Company, Amsterdam Printed in The Netherlands, pp 421-427 (1983). Anthony West. Solid State Chemistry and 1st Applications. (John Wiley & Sons, Chichester, New 12. R York, Brisbane, Toronto, Singapore, 1984). 13. Shu. Winlock, "Preparation of PbTiOand PZT Powders by Hydrolysis of Metal Alkoxides", (Master's Thesis, Fac. of Sci. and Techn. Keio University, Japan 1995). 14. B. Jaffe, RS. Roth, and S. Marzullo, Properties of piezoelectric ceramics in the solid-solution series lead titanate-lead zirconate-lead oxide : tin oxide and lead titanate-lead hafnate, J Res. Nat Ber. Stand., 55(5) 239254 (1955). 15. Yukata Ohya, Toshimasa Tanaka and Yasutaka Takahashi, Dielectric properties of lead zirconate titanate thin films fabricated on In 0 : Sn substrate by sol-gel method., Jpn. J. Appl. Phys., 32, 4163-4167 (1993). 16. H. Hirashima, E. Onishi and M. Nakagawa, Preparation of PZT Powders From Metal Alkoxides. J. NonCrystalline Solids, 121, 404-406 (1990). Lipeles, N.A Ives, and M.S. Leung, Science of Ceramic Chemical Processing, edited by Larry L. 17. RA Hench and Donald R Ulrich, (John Wiley & Sons, New York, pp 320-326),1986. Proceedings berikut ini dapat dipesan pada Rosidin d/a HKI, Puslitbang Kimia Terapan-LIPI DAFfAR HARGA PROCEEDINGS DI UNION SHOP HKI No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. NAMA HARGAJUAL Proceedings of the ASEAN- EC workshop Oil the scale up, cost evaluation and technology transfer of biotechnological processes Proceedings on the first ASEAN workshop Oil biochemical engineering Proceedings lokakarya pertama evaluasi biologi kimia dan fisika limbah lignosellulosa Proceedings of the first ASEAN workshop on the technology of animal feed production utilising foodwaste materials ---=-' Rp 12.500,Rp 12.500,Rp 7.500,- _ _ Proceedings of the second ASEAN workshop on the technology of animal feed production utilising foodwaste materials Proceedings of the first ASEAN seminar workshop on biogas technology (+ supplementary information) _ Proceedings of the First ASEAN workshop on solid substrate fermentation Proceedings of the second ASEAN workshop on food analytical techniques JKTI, VOL. 5 - No.1, Junl, 1995 Rp 7.500,Rp 12.500,- _ _ Rp 12.500,Rp 7.500,Rp 3.500,- 17