I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dekade terakhir kebutuhan akan gula cair (sirup glukosa) di Indonesia meningkat sangat tajam seiring dengan banyak bermunculan pabrikpabrik makanan dan minuman untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Sirup glukosa merupakan salah satu bahan yang ditambahkan untuk pembuatan makanan instan, soft drink, candy dan lain-lain. Sekarang ini kebutuhan akan gula cair di Indonesia mencapai ± 50 juta ton/tahun dan untuk memenuhi kebutuhan akan gula cair tersebut Indonesia mengimport gula cair dari negara tetangga seperti Thailand sebesar 10 juta ton/tahun (Sambrag, 2000) Produksi sirup glukosa dari substrat berpati menjadi alternatif dalam pemenuhan kebutuhan akan gula cair. Substrat ketela (Cassava) tersedia melimpah di Indonesia, sehingga membuka peluang yang sangat besar untuk mengembangkan produksi sirup glukosa. Sejauh ini pemanfaatan cassava belum maksimal, sebagian besar cassava hanya digunakan untuk pembuatan tepung yang dikenal di pasaran sebagai tepung tapioka dan dimanfaatkan untuk bahan baku makanan ringan yang mempunyai nilai jual rendah, sehingga pengolahan cassava dengan sedikit sentuhan teknologi diharapkan dapat meningkatkan nilai jual cassava. Pati adalah polisakarida yang umumnya mempunyai kandungan utama amilosa 15-30% dan amilopektin 70-80%, serta 5% material tambahan (Rahayu, 1989). Pati dapat dihidrolisis menjadi monomer-monomer glukosa dengan dua 1 2 cara yaitu dengan reaksi asam dan dengan menggunakan jasa mikrobia atau secara enzimatis. Proses hidrolisis dengan menggunakan bahan asam jarang digunakan karena menghasilkan produk yang kurang maksimal. Produk yang dihasilkan berwarna, berbau serta biaya yang dibutuhkan sangat tinggi. Akan tetapi hidrolisis pati dengan enzim menjadi pilihan karena produk yang dihasilkan lebih baik dan biaya yang digunakan relatif kecil. Hidrolisis pati menjadi glukosa secara enzimatis dapat dilakukan dengan memanfaatkan enzim α-amilase dan glukoamilase. Sumber enzim α-amilase dan glukoamilase dapat diperoleh dari mikrobia yang mampu memproduksi α-amilase dan glukoamilase tinggi seperti Aspergillus niger. Aktifitas enzim α-amilase dan glukoamilase oleh A.niger sangat menentukan keberhasilan hidrolisis pati menjadi sirup glukosa. Pada penelitian ini dilakukan penambahan fosfat pada tahap sakarifikasi untuk memacu produksi enzim khususnya enzim glukoamilase. Hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa penambahan fosfat menggunakan Na2HPO4.12H2O dengan kisaran konsentrasi sebesar 7.6-11.4 g/L dan KH2PO4 7.0-10.5 g/L menghasilkan glukoamilase yang tinggi yaitu 1.203 U/L. Pada konsentrasi fosfat yang lebih rendah atau lebih tinggi, maka glukoamilase yang diproduksi kurang maksimal (Pitcher, 1980). Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian dilakukan menggunakan pati cassava sebesar 5% dengan penambahan fosfat dan menggunakan kultur A.niger selama tahap sakarifikasi. Fosfat sangat besar peranannya dalam pertumbuhan sel, seperti dalam sintesis membran dan komponen sel, ATP, NADP, dan asam nukleat. Fosfat 3 berperan juga dalam proses-proses fisiologis dalam sel seperti pH homeostasis, pembelahan sel, signal transduksi dan sekresi enzim (Pitcher, 1980). Pembuatan sirup glukosa pada umumnya melalui tiga tahapan. Tahap pertama adalah gelatinisasi, pada tahap ini pati akan menyerap air dan membentuk suspensi yang kental (viskositas tinggi). Tahap kedua adalah liquifikasi, pada tahap ini larutan pati yang mempunyai viskositas tinggi kehilangan viskositasnya karena adanya aktifitas enzim α-amilase yang menghidrolisis ikatan α-1,4 glikosidik pada rantai lurus pati. Hasil dari tahap liquifikasi berupa dekstrin, glukosa, maltosa serta oligosakarida lain. Selanjutnya hasil tahap liquifikasi dihidrolisis lebih lanjut pada tahap yang ketiga yaitu tahap sakarifikasi. Pada tahap ini dekstrin dan oligosakarida akan terhidrolisis menjadi unit-unit glukosa karena adanya aktifitas glukoamilase. Aktifitas glukoamilase akan menghidrolisis ikatan α-1,6 glikosidik pada rantai cabang pati sehingga akhir dari tahap sakarifikasi akan dihasilkan cairan glukosa murni yang dalam dunia perdagangan disebut sirup glukosa. B. Rumusan Malasah Keberhasilan pembuatan sirup glukosa secara enzimatis sangat dipengaruhi sintesis enzim dari A.niger, bila sintesis enzim tinggi maka akan diperoleh sirup glukosa dengan kadar DE yang tinggi, jernih, dan tidak berbau. 4 C. Tujuan Penelitian Penelitian tentang sakarikasi pati cassava oleh A.niger pembuatan sirup glukosa dengan dan tanpa penambahan fosfat bertujuan untuk meningkatkan sintesis enzim khususnya glukoamilase dalam menghidrolisis pati sehingga tahap sakarifikasi pembuatan sirup glukosa berjalan cepat dan diperoleh hasil sirup yang mempunyai kadar Dextrose Equivalent (DE) tinggi, jernih dan tidak berbau.