49 QUALITY OF LIFE IN REGULAR HEMODIALYSIS PATIENT WITH AND WITHOUT HEALTH INSURANCE IN BANDUNG CITY Mochamad Budi Santoso Stikes Jend. A. Yani Cimahi ABSTRAK Pasien hemodialisis harus menghadapi pembiayaan perawatan yang mahal dan berlangsung seumur hidup. Berbagai macam stres fisik dan psikologis berpotensi untuk menurunkan kualitas hidup mereka. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi perbedaan kualitas hidup antara pasien hemodialisis rutin yang mempunyai jaminan dan tanpa jaminan kesehatan di Kota Bandung. Rancangan penelitian ini adalah kuantitatif, dengan desain studi komparatif. Sampel penelitian menggunakan total sampling (n=95) di tiga unit hemodialisis di Kota Bandung. Pengukuran kualitas hidup menggunakan instrumen KDQOL SF (Hays, et al,1997). Uji statistik yang dipakai menggunakan Uji T Test independent. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan kualitas hidup yang bermakna antara pasien hemodialisis rutin yang dijamin dan tanpa jaminan di Kota Bandung (t=1,049;p=0,297), namun pada kelompok tanpa jaminan kesehatan terdapat perbedaan kualitas hidup yang bermakna antara pasien hemodialisis berpenghasilan kurang dari 100 dan lebih dari 100 juta pertahun (p=0,004). Pasien yang menjalani hemodialisis berpenghasilan kurang dari 100 juta pertahun sebaiknya diberikan jaminan kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Kata Kunci : Dukungan Sosial, Hemodialisis, Jaminan, Kualitas hidup. ABSTRACT These patients are burden by with long-life expensive therapy, and various physical and psychological stressful factor which lead to decreasing quality of life. The objective of this study is identify the differences of regular hemodialysis quality of life between imbursed by an insurance and whom are not. This study is quantitatif study with comparative design. The total samples (n=95) are from three hemodialysis unit in Bandung City. The patient measured using Kidney Diseases Quality Of Life Short Form (Hays et al, 1997). Data were analyzed using Independent t test. The statistical test indicate there was not significanly different between quality of life with insurance and not insurance (t=1,049;p=0,297), but there was significantly different quality of life between above 100 milion total household income peryear and less than 100 milion peryears (p=0.004). Hemodialysis patient who have income less than 100 milion rupiahs should be covered by insurance to increase their Quality of life. Keyword : Hemodialysis, Insurance, Quality of life, Social Support 50 A. PENDAHULUAN Penyakit ginjal terminal (PGT) adalah masalah yang sangat kompleks. Penyakit ini merupakan masalah medik, sosial dan ekonomi yang sangat besar bagi pasien keluarga dan negara, (Shcieppati & Remuzzi, 2005) dengan tingkat insidensi dan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya (Widiana, 2007). Insidensi dan prevalensi PGT di Indonesia diperkirakan terdapat 1.5 juta orang tergantung dengan dialisis (Supriyadi, Wagiyo, Widowati, 2011). Menurut laporan Indonesian Renal Registry (2012) pada tahun 2009, tercatat sebanyak 5.450 pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis, meningkat pada tahun 2010 sebanyak 8.034 penderita dan meningkat lagi pada tahun 2011 sebanyak 12.804 penderita. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki kontribusi penderita PGT yang cukup besar. Jumlah penderita GGT yang menjalani hemodialisis di Jawa Barat pada tahun 2009 tercatat 2.003 penderita. Tahun 2010 penderita meningkat menjadi 2.412 penderita, dan pada tahun 2011 tercatat sebanyak 3.038 penderita. Jumlah ini hanya berasal dari rumah sakit yang mempunyai unit hemodialisis saja, sehingga insidensi dan prevalensi pasien yang menderita GGT jauh lebih banyak dari jumlah tersebut (Indonesian Renal Registry, 2012). Peningkatan signifikan jumlah penderita GGT yang menjalani hemodialisis ini akan membuat permasalahan bagi penderitanya. Permasalahan ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasien selanjutnya. Permasalahan yang muncul pada pasien hemodialisis adalah permasalahan fisik, psikologis, perubahan sosial, dan gaya hidup. Permasalahan tersebut ini berpotensi untuk mempengaruhi kualitas hidup pasien (Unruh, Welsbord, Kimmel et al, 2005; Zamanzadeh, Heidarzadeh, Oshvandi, et al, 2007). Kualitas hidup pada pasien GGT adalah multidimensi. Terdapat interaksi yang kompleks dari beberapa faktor yang mengalami perubahan pada kehidupan pasien. Faktor-faktor tersebut antara lain : aktivitas fisik dan kemampuan bekerja, isu psikologis: meliputi kepuasan hati, kegembiraan, kemakmuran, tingkat harga diri, tekanan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Aspek lain dalam kualitas hidup pasien GGT adalah hubungan sosial yang meliputi risiko kehilangan pekerjaan, hiburan, rekreasi, interaksi keluarga dan interaksi sosial (Kastrouni et al, 2010). Beberapa aspek kualitas hidup yang harus dikaji pada pasien GGT yang menjalani hemodialisis adalah : kepuasan pasien, dorongan staf dialisis, hubungan sosial, kualitas tidur, fungsi seksual, interaksi sosial, fungsi kognitif, status pekerjaan, beban akibat penyakit, efek dari penyakit, kelelahan, fungsi sosial, kesejahteraan emosi, peran emosi, persepsi tentang kesehatannya saat ini, peran fisik, dan fungsi fisik (Kastrouni et al, 2010) dan nyeri yang dialami (Davison, 2007). Masalah lain yang berpotensi menurunkan kualitas hidup pasien adalah masalah ekonomi dan pembiayaan (Asri dkk, 2006). Terapi seumur hidup yang harus dijalani, 51 membuat pembiayaan pengobatan pasien menjadi beban yang sangat berat bagi pasien dan keluarganya. Pasien hemodialisis harus memikirkan kondisi penyakit dan juga biaya yang harus ditanggung. Di sisi lain kapasitas fisik dan kemampuan kerja sudah sangat jauh menurun (Leung, 2003). Bantuan pembiayaan yang diterima pasien membuat mereka lebih tenang secara psikologis, karena mereka tidak memikirkan biaya pengobatan lagi. Pasien yang mempunyai jaminan kesehatan akan lebih terjamin intensitas hemodialisisnya dibandingkan pasien yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Intensitas hemodialisis akan berpengaruh terhadap pengeluaran sisa metabolisme pasien. semakin banyak sisa metabolisme di dalam tubuh akan membuat pasien mengalami lebih banyak keluhan. Negara berkembang seperti Indonesia mempunyai karakteristik yang berbeda dengan negara maju. Negara berkembang seperti Bangladesh, India dan Indonesia sebagian besar masyarakatnya tidak memiliki jaminan kesehatan, akses ke layanan kesehatan yang sulit serta sarana dan prasarana dialisis yang kurang memadai dibandingkan dengan jumlah penderita, selain itu terjadi keterbatasan perawatan rutin untuk mesin dialisis serta keterbatasan anggaran untuk subsidi dan jaminan kesehatan untuk menanggung biaya dialisis yang tinggi. Pasien hemodialisis pada negara berkembang sebagian besar meninggal atau berhenti melakukan terapi setelah 3 bulan (Shcieppati & Remuzzi, 2005). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi perbedaan kualitas hidup antara pasien hemodialisis rutin yang memiliki jaminan dan tanpa jaminan kesehatan di Kota Bandung. B. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi komparatif yang bertujuan untuk menguji perbedaan kualitas hidup pada pasien hemodialisis rutin yang mempunyai jaminan dan tanpa jaminan kesehatan di Kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hemodialisis rutin di 3 unit hemodialisis yaitu Unit Hemodialisis Rumah Sakit Advent Bandung, Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dan Klinik Perisai Husada Kota Bandung yang berjumlah 146 pasien. Jumlah Pasien yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 95 pasien. teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup pasien menggunakan KDQOL SF (Hays et al, 1997) Kuesioner ini terdiri dari 38 pertanyaan. Pertanyaan pada kuesioner ini terdiri dari 24 pertanyaan yang menggali kualitas hidup dan 14 pertanyaan data demografi pasien yang diperuntukkan khusus untuk pasien dengan penyakit ginjal yang menjalani dialisis. Uji statistik yang digunakan adalah Uji t Test Independent dengan signifikansi sebesar 0,05. 52 C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian telah dilakukan kepada 95 pasien yang telah menjalani hemodialisis rutin selama 6 bulan atau lebih, dan pasien tidak pernah dirawat dalam 3 bulan terahir. Pasien dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien yang tidak memiliki jaminan dan pasien yang memiliki jaminan kesehatan. Hasil uji statistik didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1 Perbedaan Kualitas Hidup Berdasarkan Pembiayaan Kelompok Kelompok Jaminan Kesehatan Tanpa Jaminan Variabel t p Rata-rata (SD) Rata-rata (SD) Kualitas Hidup 59,79 (15,73) 63,67 (17,03) 1,049 0,297 Hasil Uji t kualitas hidup responden yang memiliki jaminan kesehatan dan yang tidak mempunyai jaminan kesehatan didapatkan nilai t sebesar 1,049 dan nilai p sebesar 0,297. Hasil tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas hidup antara kelompok yang mempunyai jaminan kesehatan dan kelompok yang tidak mempunyai jaminan kesehatan. Hal ini dikarenakan sebagian besar tingkat penghasilan dari responden yang tidak mempunyai jaminan kesehatan cukup besar setiap tahunnya. Sebagian besar responden memiliki penghasilan lebih dari 100 juta /tahun. Penghasilan yang cukup membuat responden yang tidak memiliki jaminan kesehatan menganggap bahwa biaya bukanlah masalah yang aktual. Hal ini akan berdampak terhadap tingkat stres yang muncul akibat permasalahan biaya perawatan dan pengobatan rutin pasien. Jaminan kesehatan, penghasilan dan status pekerjaan yang dimiliki responden akan sangat membantu intensitas hemodialisis. Pasien dengan penghasilan keluarga yang baik akan lebih terjamin intensitasnya dibandingkan dengan pasien yang mempunyai penghasilan keluarga kurang. Kondisi ini sangat berbeda dengan responden yang tidak memiliki jaminan kesehatan dan mempunyai penghasilan di bawah 100 juta /tahun (12 orang responden). Pada kelompok ini hampir seluruhnya (9 responden) memiliki kualitas hidup di bawah rata-rata kelompok. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup yang bermakna antara pasien yang memiliki penghasilan di bawah 100 juta dan di atas 100 juta (p=0,004). Keterbatasan biaya yang mereka alami akan berdampak terhadap intensitas hemodialisis yang mereka lakukan. Pada kelompok ini sering terjadi penjadwalan ulang waktu hemodialisis karena terbentur masalah keuangan. Intensitas hemodialisis yang menurun akan menyebabkan penumpukan sisa metabolisme tubuh, yang akan menyebabkan semakin banyak keluhan dan gejala yang dirasakan oleh responden. Sebagian besar pasien yang mempunyai penghasilan rendah di negara berkembang akan meninggal atau berhenti 53 melakukan terapi ginjal pengganti setelah 3 bulan menjalani terapi (Shcieppati & Remuzzi, 2005). Melihat kondisi tersebut maka jaminan kesehatan dari pemerintah sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduknya. Adanya jaminan kesehatan maka beban pembiayaan yang harus ditanggung responden dan keluarganya semakin berkurang. Hal ini dapat mengurangi stres yang muncul. Hal yang berbeda terjadi pada pasien hemodialisis rutin yang mempunyai penghasilan yang baik. Kondisi keuangan keluarga yang stabil akan membuat intensitas hemodilisis menjadi rutin. Kondisi ini dapat terjadi pada kelompok responden yang mempunyai penghasilan diatas 100 juta rupiah. Jumlah total responden pada kelompok ini berjumlah 14 responden, pada kelompok ini hampir seluruhnya mempunyai kualitas hidup di atas rata-rata kelompok yaitu 11 responden. D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan kualitas hidup yang bermakna antara pasien hemodialisis rutin yang mempunyai jaminan kesehatan dan tidak, akan tetapi pada kelompok pasien yang tidak mempunyai jaminan kesehatan terdapat perbedaan kualitas hidup yang bermakna antara pasien yang mempunyai penghasilan di bawah dan di atas seratus juta rupiah per tahun. Saran yang dapat diajukan antara lain karena kualitas hidup adalah sesuatu yang dinamis maka diharapkan perawat hemodialisis dapat mengukur kualitas hidup pasien secara berkala. Pasien hemodialisis rutin yang mempunyai penghasilan di bawah seratus juta rupiah per tahun sebaiknya mendapatkan jaminan kesehatan untuk menjaga intensitas hemodialisisnya, karena intensitas hemodialisis dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. DAFTAR PUSTAKA Asri P., Marthan, Mariyono SW, Purwanta. (2006). Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi Pasien yang Menjalani Terapi Hemodialisis. J1K Volume 01/No. 02/Mei/2006 hal 82-86. Dahlan MS. (2009). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta. Salemba Medika. Davison SN. (2007). Chronic Kidney Disease Psychosocial Impact of Chronic Pain. Journal of Geriatrics. Volume 62 Number 2 pp 17-23. Hays R.D, Kallich J.D, Mapes D.L, Coons S.J, Amin N, Carter W.B, Kamberg C. (1997). Kidney Disease Quality of Life Short Form (KDQOL-SFtm), Version 1.3: A Manual For Use and Scoring. Santa Monica, CA : RAND. 54 Indonesian Renal Registry. (2012). Data Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis, Jawa Barat. Kastrouni M, Sarantopoulou E, Aperis G, Alivanis P, .(2010). Quality Of Life Of Greek Patient With End Stage Renal Disease Undergoing Haemodialysis. Journal Of Renal Care 36(3) pp 126-132. Leung DKC. (2003). Psychosocial Aspects in Renal Patients. Journal of Peritoneal Dialysis International; 23 (S2) : pp S90-S94. Schiffrin EL, Lipman ML, Mann JFE. (2007). Chronic Kidney Disease : Effects on The Cardiovascular System. Circulation Journal of The American Heart Association, 116 : 85-97. Schiepati, A. & Ramuzzi, G. (2005). Chronic Renal Disease as a Public Health Problem: Epidemiology, Social, and Economic Implications. Kidney International Vol 68. Supplement 98 pp S7-S10. Son Y, Choi K, Park Y, Bae J, Lee J. (2009). Depression, Symptoms and The Quality of Life in Patients on Hemodialysis for End Stage Renal Disease. American Jounal Nephrology; Volume 29 Number 1:36-42. Supriyadi, Wagiyo, Widowati, S.R. (2011). Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis. Journal Kemas 6 (2) pp 107-112 Unruh ML, Welsbord SD, Kimmel PL. (2008). Psychosocial Factors in Patients with Chronic Kidney Disease : Health Related Quality of Life in Nephrology Research and Clinical Practice. Seminar in Dialysis Volume 18, Issue 2 : 82-90. Widiana, I Gede Raka. (2007). Distribusi Geografis Penyakit Ginjal Kronik di Bali: Komparasi Formula Cockcroft-Gault dan Formula Modification of Diet in Renal disease. Jurnal Penyakit Dalam. Volume 3 pp 201-211. Zamanzadeh V, Heidarzadeh M, Oshvandi KH, Lakdizaji S. (2007). Relationship Between Quality of Life and Social Support Hemodialysis Patients in Imam Khoimini and Sina Educational Hospital of Tabriz University of Medical Science. Medical Journal of Tabriz University of Medical Sciences Spring;29 (1) : 49-54.