PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN GURU KARYA PUTU WIJAYA DAN PERENCANAAN PEMBELAJARANNYA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA SMA KELAS XII SEMESTER 1 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Wahyu Apriliani NIM: 131224016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN GURU KARYA PUTU WIJAYA DAN PERENCANAAN PEMBELAJARANNYA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA SMA KELAS XII SEMESTER 1 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Wahyu Apriliani NIM: 131224016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini penulis persembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing dalam setiap langkah yang dilalui peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Orang tua tercinta Bapak Andreas dan Ibu Sagirah yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Adikku Dwi Astuti Lestari yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini 4. Sahabat dan teman-teman tercinta iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTO “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Matius 7:7 “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12:12) “Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Markus 11:24) v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Apriliani, Wahyu. 2017. Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1. Skripsi, Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru dan mendeskripsikan perencanaan pembelajarannya dengan pendekatan kontekstual untuk siswa SMA Kelas XII semester 1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan unsur intrinsik cerpen Guru. Sumber data yang dalam penelitian ini adalah cerpen Guru karya Putu Wijaya dan guru bahasa Indonesia. Hasil analisis cerpen Guru meliputi unsur tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, tema, amanat gaya bahasa sebagai berikut. Tokoh dalam cerpen Guru adalah ayah Taksu, Taksu, dan Ibu. Alur dalam cerpen tersebut adalah alur campuran. Latar dalam cerpen ini adalah terdapat tiga unsur latar, yaitu: latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Tema dalam cerpen tersebut “Tekat seorang anak yang bercita-cita menjadi guru”. amanat yang terdapat dalam cerpen Guru adalah jangan memaksakan kehendak orang lain. Sudut pandang dalam cerpen ini adalah sudut pandang campuran. Gaya bahasa yang digunakan pengarang sangat sederhana dan sering mengandung asosiasi yaitu perbandingan dua hal yang dianggap berbeda tetapi dianggap sama. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang terdiri dari 7 langkah (1) menemukan unsur intrinsik cerpen Guru, (2) menganalisis unsur intrinsik, (3) bertanya mengenai unsur intrinsik, (4) diskusi dengan kelompok, (5) contoh cerpen yang sudah dianalisis, (6) refleksi pembelajaran, (7) guru memberikan penilaian. Berdasarkan hasil analisis unsur intrinsik cerpen Guru dan alternatif pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Peneliti menyusun silabus dan RPP sebagai implementasi pembelajaran sastra SMA kelas XII Semester 1. Kata kunci: Cerpen, Pendekatan Kontekstual, Pembelajaran Sastra di SMA viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Apriliani, Wahyu. 2017. The Analysis of Intrinsic Elements in the Short Story of Guru by Putu Wijaya and The Learning Planning Using a Contextual Approach for the First Semester of Twelve Grade Students of Senior High School. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Education, Faculty of Teachership and Education Studies Program, Faculty of Sanata Dharma University. The purpose of this thesis is to analyze and describe the instrinsic element of Guru short story and alternative implementation of the intrinsic elements of Guru shortstory by Putu Wijaya with contextual approach for the twelfth grade senior high school students in the first semester. This research is a qualitative descriptive research. Qualitative descriptive method is used to analyze and describe the intrinsic element of Guru short story. The sources of data in the research is Guru short story by Putu Wijaya and Indonesian language teacher. The results of the Guru short story analysis include elements of character and characterization, plot, background, point of view, theme, language style. Figures in the Guru short story is the Taksu's father, Taksu, and Taksu's Mother. The plot in this short story is mixed plot. There are three background elements in this short story, which is: background scene, time background and social background. The theme in this short story is "The determination of a child who dream to be a teacher". The message in the Guru short story is not to impose the will of others. The point of view in this short story is a mixed point of view. The language style used by the author is very simple and often contains an association that is a comparison between two things that are perceived differently but are considered equal. Learning planning in contextual approach consisting of (1) constructivism, (2) inquiry activities , (3) asking, (4) group discussion, (5) modeling, (6) reflection, (7) authentic assessment. Based on the analysis results of intrinsic element of the Guru short story and the alternative of learning with contextual approach. Researcher compile syllabus and RPP as implementation of learning literature for the twelfth grade students in the first semester Keywords: Short story, Contextual Approach, Literature Learning in Senior High School ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantiasa membimbing, melindungi, memberikan rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1”. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku ketua Program Studi PBSI yang telah memberikan dukungan, dan nasihat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku wakil ketua Program Studi PBSI yang telah memberikan dukungan dan nasihat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan dukungan, pendampingan, pengarahan, saran, serta nasihat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan dukungan, arahan, serta saran dan nasihat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen trianggulator yang telah memberikan penilaian berserta komentar dan saran untuk memperbaiki analisis cerpen. 7. C. Suparjana, S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia SMA Stella Duce Bantul yang memberikan penilaian dan komentar serta saran dalam menyelesaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 8. Maria Pudyastuti S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia SMA Stella Duce Bantul yang memberikan penilaian dan komentar serta saran dalam menyelesaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. Segenap keluarga besar SMA Stella Duce Bantul yang telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini 10. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan memotivasi peneliti dalam mendalami ilmu bahasa dan sastra Indonesia sebagai bekal dalam dunia kerja. 11. Robertus Marsidiq, selaku staf sekretariat Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan informasi berkaitan dengan penyelesaian skripsi ini. 12. Kedua orang tua penulis Andreas dan Sagirah yang selalu memberikan dukungan, semangat, kasih sayang dan doa kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Adik peneliti Dwi Astuti Lestari yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 14. Yohanes Pangestu Tri Panuju yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini. 15. Laurensia Louisa Migi yang telah memberikan dukungan, semangat, doa serta bantuan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 16. Ade Chintya Sitorus yang selalu memberikan dukungan dan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini 17. Eviliana Sinta Saputri yang telah memberikan dukungan, semangat, doa dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 18. Ignatia Wiwik Ambarwati yang telah memberikan dukungan, semangat, doa dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 19. Bernadette Vega Isti Paila yang telah memberikan dukungan, semangat, doa dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 20. Fransisca Ayu yang selalu memberikan dukungan dan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 21. Ester Rias Devi Anastasia yang selalu memberikan dukungan dan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv MOTO………………………. ................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................ vii ABSTRAK ................................................................................................. viii ABSTRACK ................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ............................................................................... x DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7 1.5 Batasan Istilah ............................................................................. 8 1.6 Sistematika Penyajian ................................................................. 11 BAB II LANDASAN TEORI................................................................ 13 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................ 13 2.2 Kajian Teori ............................................................................... 17 2.2.1 Pengertian Cerita Pendek............................................................ 17 2.2.2 Unsur-unsur Intrinsik Cerita Pendek ............................................ 18 a. Tema.............................................................................. 18 b. Alur ............................................................................... 19 c. Latar..................................... ......................................... 22 d. Tokoh....................................... ..................................... 24 e. Penokohan.......................................... ........................... 25 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI f. Sudut Pandang .............................................................. 30 g. Amanat .......................................................................... 33 h. Gaya Bahasa................................................................. . 33 2.3 Pendekatan Kontekstual .................................................................. 34 a. Definisi Pendekatan Kontesktual ................................. 34 b. Karakteristik CTL ......................................................... 35 c. Komponen Pendekatan Kontekstual.............................. 37 d. Prinsip Model Pembelajaran Kontekstual...................... 43 e. Langkah-langkah Penerapan CTL di kelas ................... 44 2.4 Pembelajaran Sastra di sekolah SMA ............................................. 48 2.4.1 Silabus ........................................ ......................................................... 56 2.4.2 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)........................................ ..................................................... 56 2.5 Kerangka Berpikir .............................................................................. 59 BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 60 3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 60 3.2 Data dan Sumber Data.............................................................. 61 3.3 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 62 3.4 Instrumen penelitian ................................................................. 63 3.5 Teknik Analisis Data ................................................................ 64 3.6 Trianggulasi............................................................. ................. 66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 67 4.1 Deskripsi Data ............................................................................ 68 4.2 Analisis Unsur Intrinsik Cerpen “Guru” karya Putu Wijaya...... 68 4.3 Perencanaan Pembelajaran Unsur Intrinsik Cerpen “Guru” Karya Putu Wijaya dengan Pendekatan Kontekstual................ 111 1. Kontruktivisme............................................................ ...................... 112 2. Kegiatan Inkuiri....................................................... ................... 113 3. Bertanya.................................................... .................................. 113 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Diskusi Kelompok....................................................................... 115 5. Pemodelan......................................................................... ........... 115 6. Refleksi............................................................................. .......... 116 7. Penilaian Autentik.............................................................. ......... 117 4.4 Perencanaan Pembelajaran tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa cerpen Guru karya Putu Wijaya....................................................................... 117 4.5 Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................ 118 BAB V PENUTUP.................................................................................... 121 5.1 Kesimpulan............................................................................... 121 5.2 Saran ......................................................................................... 124 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 125 LAMPIRAN ............................................................................................... 127 BIODATA............................................................ ...................................... 211 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DARTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Silabus ....................................... ............................................. 128 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................. 130 Lampiran 3 Teks Cerpen Guru Karya Putu Wijaya ................................ ... 151 Lampiran 4 Penilaian RPP.......................................... ................................ 160 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DARTAR TABEL Tabel 1.1 Kisi-kisi RPP ....................................... ....................................... 172 Tabel 1.2 Rubrik Penilaian RPP ................................................................. 174 Tabel 1.3 Triangulasi....................................... ........................................... 179 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika penyajian. 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, karya sastra adalah refleksi dari kehidupan masyarakat. Sebagai refleksi, karya sastra memang tidak sepenuhnya meniru secara benar dalam kehidupan masyarakat, akan tetapi memberikan pelajaran dan kemungkinan dari sudut pandang estetis terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di dalam masyarakat (Djojosuroto, 2006:58). Melalui karya sastra, pembaca akan menikmati realitas imajinasi pengarang melalui tokoh, peristiwa, dan latar yang disajikan. Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman atas kehidupan seseorang (Djojosuroto, 2006:77). Dalam memahami karya sastra, peranan bahasa sangat penting. Sastra khususnya fiksi, sering disebut sebagai dunia dalam kata. Hal itu disebabkan “dunia” diciptakan, dibangun, ditawarkan, 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 diabstrakkan, dan sekaligus ditafsirkan lewat kata-kata (bahasa). Apapun yang dikatakan pengarang ataupun sebaliknya ditafsirkan oleh pembaca, bersangkutan dengan bahasa (Nurgiantoro, 2009:272). Pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pada pemerolehan empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan berbicara, menyimak, menulis dan membaca. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan. Aspek kemampuan bersastra meliputi kemampuan apresiasi (pengahayatan) dan yang kedua, kemampuan ekspresi (menampilkan) sebuah karya. Peserta didik harus mampu menguasai empat keterampilan berbahasa tersebut, karena saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya sastra di jenjang SMA sangat memprihatinkan. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran yaitu pertama, peserta didik lebih cenderung mendengarkan guru ceramah di dalam kelas, sehingga siswa tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran. Hal ini membuat peserta didik jenuh dalam mengikuti pembelajaran dan kedua, penggunaan pendekatan atau metode dan media yang digunakan guru kurang bervariasi, sehingga membuat pembelajaran membosankan dan monoton. Oleh karena itu, seorang guru harus bisa membuat suasana kelas lebih menyenangkan dan tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 membosankan. Dengan adanya faktor tersebut dibutuhkan pendekatan yang dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Pemilihan pendekatan yang tepat dapat dijadikan sebagai tolok ukur sebagai keberhasilan pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yaitu pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa agar membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Muslich, 2007:41). Dengan konsep ini, diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran kontekstual bukan merupakan suatu pendekatan yang baru. Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilkinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yakni: kontruktivisme (contructivism), bertanya (queationing), inquiri (inquiry), masyarakat belajar (learning PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 community), refleksi (reflection), pemodelan (modeling), dan penilaian otentik (authentic assessment) (Trianto, 2009:107). Pendekatan CTL muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang mendominasi pendidikan selama puluhan tahun. Pengajaran dengan menggunakan pendekatan CTL memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan di dalam sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan masalah-masalah disimulasikan dunia nyata (Iskandarwassid, atau masalah-masalah 2009:27). Dengan yang adanya pendekatan kontekstual, guru dapat lebih mudah mengajarkan sastra khususnya cerpen kepada peserta didik. Pembelajaran karya sastra khususnya cerita pendek dirancang oleh peneliti untuk dapat membantu peserta didik dalam menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek. Peneliti memilih cerita pendek Guru karya Putu Wijaya sebagai objek untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan kontekstual, karena cerita pendek Guru ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di kelas XII semester 1. Peneliti hanya fokus pada unsur intrinsik yaitu menganalisis tema, latar, alur, sudut pandang, penokohan, amanat dan gaya bahasa yang terdapat dalam cerita pendek Guru karya Putu Wijaya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Cerpen Guru menceritakan tentang seorang anak yang bercita-cita menjadi seorang guru, tetapi banyak hambatan untuk meraih cita-cita yang ia inginkan. Anak itu bernama Taksu, ia merupakan anak tunggal. Ayah dan ibunya tidak setuju dengan keinginan Taksu yang bercita-cita menjadi seorang guru. Mereka menganggap menjadi seorang guru itu tidak mempunyai masa depan dan dunianya suram. Taksu tetap mempertahankan cita-citanya sebagai seorang guru. Peneliti menggunakan pendekatan kontekstual dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek Guru karya Putu Wijaya, agar siswa dapat mengaitkan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek Guru dengan kehidupan sosial dan kehidupan nyata. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusunlah dua rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen “Guru” karya Putu Wijaya yang ditinjau dari tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat? 2. Bagaimana perencanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen “Guru” karya Putu Wijaya dengan pendekatan kontekstual untuk siswa SMA kelas XII Semester I? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan hasil analisis struktur cerpen “Guru” karya Putu Wijaya ditinjau dari tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat. 2. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen “Guru” dengan pendekatan kontekstual untuk Siswa SMA kelas XII Semester I. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat kepada pembaca. Adapun manfaatnya sebagai berikut: 1) Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan (1) dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai sastra khususnya cerita pendek, (2) dapat menambah wawasan tentang pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek Guru karya Putu Wijaya dengan menggunakan pendekatan kontekstual. 2) Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru-guru khususnya guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran sastra dan dijadikan sebagai bahan untuk materi pengajaran dan strategi pengajaran sastra khususnya cerita pendek. 3) Bagi Peneliti Bagi peneliti sendiri, dapat menambah pemahaman peneliti terhadap strategi pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sastra. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 1.5 Batasan Istilah Peneliti membatasi beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini akan disajikan beberapa istilah atau konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Sastra Sastra merupakan cabang seni, yaitu hasil cipta dan ekspresi manusia yang estetis (indah). Keindahan seni sastra disampaikan dengan media bahasa. dari sinilah, bahasa mempunyai peran yang istimewa dalam sastra karena sastra mewujudkan dirinya dengan bahasa, dan bahasa dalam perkembangannya juga ditentukan oleh sastra, yaitu sastra untuk melakukan eksplorasi kreativitas bahasa, baik kata, frasa, klausa, dan kalimat yang tujuannya untuk mencapai nilai estetis (Kurniawan, 2012:1). 2. Cerita pendek Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk membaca sebuah novel (Poe melalui Nurgiyantoro 2007:10). 3. Tema Tema adalah sebuah cerita yang dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu. (Nurgiyantoro, 2005:80) 4. Alur (Plot) Plot merupakan hubungan antar peristiwa yang bersifat sebabakibat, tidak hanya jalinan peristiwa secara kronologis (Nurgiyantoro, 2009:112). 5. Latar Latar dibedakan menjadi dua, latar netral dan latar tipikal. Latar netral merupakan latar yang tidak mendeskripsikan secara khas dan tidak memiliki sifat fungsional. Lain halnya dengan latar tipikal, latar tipikal menjelaskan secara konkret sifat khas latar tertentu. (Nurgiyantoro, 2009:220) 6. Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. (Sudjiman via Budianta, 2008:86) 7. Penokohan Penokohan pengalaman mengacu tokoh pada dalam teknik sebuah Wahyuningtyas & Santoso, 2011:5) perwujudan cerita. dan (Menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 8. Sudut Pandang Sudut pandang adalah cara penyajian cerita, peristiwaperistiwa, dan tindakan-tindakan pada karya fiksi berdasarkan posisi pengarang di dalam cerita (Nurgiyantoro, 2009:246). 9. Gaya bahasa Gaya bahasa adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara seseorang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakan dalam sebuah cerpen (Jakob Sumardjo dalam Korrie Layun Rampan 2009:8). 10. Amanat Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca (Wiyanto, 2004:25). 11. Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata pengetahuan siswa yang dan mendorong dimiliki dengan siswa mengaitkan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat (Nurhadi dalam Rusman, 2012:190). 12. Implementasi Im-ple-men-ta-si/ n/ pelaksanaan; penerapan (Depdiknas, 2008:529). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 13. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh tiaptiap satuan pendidikan/ sekolah (Muslich, 2007:10). 14. Silabus Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas (Mulyasa, 2008:133). 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru ketika proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP yang ada, baik dibuat sendiri oleh guru maupun bukan maka RPP dapat membantu menerapkan (Muslich, 2007:45). pembelajaran secara terprogram PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 1.6 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori. Pada bab ini menguraikan penelitian terdahulu yang relevan, kajian teori dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian-penelitian yang sejenis dengan topik ini. Kajian teori berisi uraian tentang sastra, metode kontekstual, dan pembelajaran sastra di SMA. Bab III berisi tentang metodologi penelitian. Bab ini menguraikan jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini terdiri dari deskripsi data, pembahasaan langkah-langkah pendekatan kontekstual untuk menentukan unsur intrinsik, hasil analisis penilaian produk RPP untuk siswa SMA kelas XII semester 1. Bab V merupakan penutup. Pada bab ini menguraikan kesimpulan, implikasi dan saran yang bermanfaat bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI Bab II ini merupakan bab landasan teori, di mana di dalamnya akan dikaji dua hal, yaitu (1) penelitian terdahulu yang relevan dan (2) kajian teori. Kedua hal tersebut akan dijelaskan satu per satu dalam sub bab di bawah ini. 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Dalam penelitian “Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1” peneliti menemukan dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini, penelitian tersebut antara lain: “Unsur Intrinsik Cerpen Tuhan Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis karya A.S Laksana dan Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Siswa Kelas XII Semester 1” diteliti oleh Theresia Rita Listiana mahasiswa PBSI, Universitas Sanata Dharma (2004). ). Kedua,“Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1” diteliti oleh Vitalis Cicik Novika mahasiswa PBSI, Universitas Sanata Dharma (2012). Penelitian yang pertama, Theresia Rita Listiana (2004) yang berjudul “Unsur Intrinsik Cerpen Tuhan Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis karya A.S Laksana dan Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Siswa Kelas XII Semester 1” Penelitian ini mengkaji 13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 dan memaparkan unsur intrinsik dan hubungan unsur interinsik yang terdapat di dalam cerita pendek. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan struktural yang menghasilkan data-data deskriptif berupa analisis cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S Laksana. Pendekatan struktural pada penelitian ini memfokuskan pada unsur intrinsik, seperti tokoh, latar, tema, alur, amanat, bahasa, sudut pandang dan hubungan antarunsur cerpen. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data tertulis. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak (membaca) dan teknik catat. Hasil analisis cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana terdapat lima tokoh, yaitu (1) Alit sebagai tokoh utama dan tokoh antagonis, (2) Gadis cantik sebagai tokoh sederhana, (3) Pawang Tua sebagai tokoh tambahan, (4) Tuhan sebagai tokoh statis, dan (5) Duda tua sebagai tokoh statis. Latar yang digunakan tidak mengacu pada suatu daerah tertentu tetapi meliputi tiga unsur latar, yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Alur yang digunakan ialah alur maju karena jalan peristiwa dalam cerita secara kronologis maju, runtut dari awal, tengah, hingga akhir. Tema yang terkandung dalam cerpen adalah pertarungan dalam cerpen adalah pertarungan yang remis. Amanat yang disampaikan adalah jangan dengan mudah mengambil keputusan demi keputusan terhadap jalan hidup. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama “aku”, yaitu dalam pengisahan cerita pengarang sebagai pelaku cerita. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 sehari-hari. Relevansi penelitian pertama dengan “Pembelajaran Tokoh, Alur, Latar, Sudut Pandang, Tema, Amanat, dan Gaya Berbahasa Cerpen “Guru” Karya Putu Wijaya Dengan Metode Kontekstual Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester I” terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini terdapat pada menganalisis unsur intrinsik cerpen. Sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada pendekatan, penelitian yang dilakukan Theresia Rita Listiana (2004) menggunakan pendekatan struktural, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual. Penelitian yang kedua, Vitalis Cicik Novika (2012) yang berjudul “Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk Siswa SMA kelas XI Semester 1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif. Karena metode yang digunakan adalah metode deskriptif, penelitian ini mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data utama dan sumber data penunjang. Sumber data penunjang yaitu buku-buku yang berkaitan dengan pembelajaan kontekstual, tokoh serta perwatakan. Sedangkan, sumber data utama yaitu sumber dimana didapatkannya informasi dari data yang diteliti. Dalam hal ini, sumber data utamanya adalah metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 Teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam menganalisis tokoh dan penokohan, pada langkah pertama peserta didik membaca secara keseluruhan dan membuat sinopsis novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, setelah membaca dan membuat sinopsis peneliti menandai dan mencatat nama-nama tokoh yang terdapat dalam novel, terakhir peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsinya. Hasil yang telah dianalisis Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, tokoh utama dan tokoh sentralnya adalah Rara dan Aldo. Implementasi yang dilakukan oleh peneliti dalam wujud silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Relevansi penelitian kedua dengan penelitian “Pembelajaran Tokoh, Alur, Latar, Sudut Pandang, Tema, Amanat, dan Gaya Berbahasa Cerpen “Guru” Karya Putu Wijaya Dengan Metode Kontekstual Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester I” terdapat persamaan dan perbedaan dengan peneliti terdahulu. Persamaan penelitian ini terletak pada penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek, sedangkan perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan Vitalis Cicik Novika (2012) lebih fokus pada unsur intrinsik tokoh dan penokohan untuk menganalisis novel, sedangkan penelitian ini menggunakan semua unsur intrinsik untuk menganalisis cerita pendek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 2.2 Kajian Teori Kajian teori yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu kajian mengenai hakikat sastra, pengertian cerita pendek, unsur intrinsik cerita pendek, metode kontekstual, pembelajaran sastra di SMA. 2.2.1 Pengertian Cerita Pendek Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk membaca sebuah novel (Poe melalui Nurgiyantoro 2007:10). Sedangkan Lubis melalui Rampan (2009:1) yang disebut cerpen adalah cerita yang bisa sekali baca, dua kali baca, atau tiga kali baca dengan jumlah perkataan berkisar 300-30.000 kata. Dengan penentuan jumlah perkataan ini belum menjamin cerita yang pendek itu dapat dikatakan cerpen. Sebuah cerpen haruslah mengandung unsur-unsur: (1) interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai penghidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung, (2) harus menimbulkan suatu empasan dalam pikiran pembaca, (3) harus menimbulkan perasaan pada pembaca agar merasa terbawa jalan cerita, cerpen pertama-tama menarik perasaan dan baru kemudian menarik pikiran, (4) mengandung perincian dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja serta bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca (Lubis dalam Rampan, 2009:1). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah jenis karya sastra yang diceritakan secara singkat, yang hanya di baca dalam sekali duduk. 2.2.2 Unsur Intrinsik Cerpen Unsur intrinsik adalah unsur utama pembangun cerpen. Unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur intrinsik tersebut meliputi: tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, sudut pandang, amanat, serta gaya bahasa yang digunakan pengarang. Dalam kegiatan menganalisis unsur intrinsik cerpen seseorang pembaca untuk dapat memahami karya sastra secara lebih mendalam haruslah secara urut dipahami terlebih dahulu tokoh dan penokohan (perwatakan), alur peristiwa, dan latar sebelum ia menafsirkan suatu tema. Hal ini disebabkan tema pada umumnya tidak dikemukakan secara eksplisit, tema bersembunyi dibalik cerita sehingga penafsiran haruslah dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada secara keseluruhan membangun cerita itu (Nurgiyantoro, 2007:85). Berikut uraian satu persatu secara urut unsur intrinsik cerpen. a. Tema Nurgiantoro (2005:80), tema adalah sebuah cerita yang dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu. Berbagai unsur fiksi seperti alur, tokoh, alat, sudut pandang, stile dan lain- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 lain berkaitan secara sinergis untuk bersama-sama mendukung eksistensi tema. Dalam sebuah cerita, tema jarang diungkapkan secara eksplisit, tetapi menjiwai keseluruhan cerita tidak diragukan, dan pada umumnya dapat dirasakan, substansi dan keberadaannya haruslah ditemukan lewat pembacaan dan pemahaman kritis. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok pikiran yang mendasari suatu cerita yang dapat dipahami sebagai sebuah makna. b. Alur Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau kejadian dalam suatu cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat. Alur juga dapat diartikan sebagai peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita yang memiliki penekanan pada hubungan kausalitas. Alur juga disebut sebagai urutan-urutan kejadian dalam sebuah cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Stanton (melalui Nurgiyantoro, 2010:113) yaitu, plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Struktur alur menurut Sudjiman (1992:30) terdiri dari tiga tahap yaitu awal (paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 dan akhir (leraian, selesaian). Berikut akan dikemukakan mengenai struktur alur menurut Sudjiman (1992:30-36). 1. Awal a. Paparan Penyampaian informasi kepada pembaca disebut paparan atau eksposisi. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita. Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisah selanjutnya (Sudjiman, 1992:32). b. Rangsangan Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada patokan tentang panjangnya kapan disusun oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan (Sudjiman, 1992:33). c. Gawatan Tidak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai pada gawatan (Sudjiman, 1992:23). Gawatan biasanya adalah perkembangan cerita setelah rangsangan. Dalam gawatan akan timbul permasalahan yang terjadi dalam sebuah cerita. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 2. Tengah d. Tikaian Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan, satu diantaranya diwakili oleh manusia pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita (Sudjiman, 1992:34-35). Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, atau pertentangan antara dua unsur dalam diri satu tokoh itu (Sudjiman, 1992:35). e. Rumitan Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita di sebut rumitan (Sudjiman, 1992:35). Rumitan biasanya timbul setelah peselisihan dan adanya pertentangan diantara tokoh. Dalam rumitan juga sudah muncul permasalahan yang menimbulkan klimaks permasalahan yang terjadi. f. Klimaks Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Di dalam cerita rekaan, rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang memadai tikaian akan lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks (Sudjiman, 1992:35). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 3. Akhir g. Leraian Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian (Sudjiman, 1992:35). Dalam leraian sudah dapat terlihat adanya penyelesaian masalah menuju selesaian. Di sini, konflik akan semakin menuju perubahan dengan adanya selesaian. h. Selesaian Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh jadi mengandung penyelesaian masalah yang melegakan (happy ending). Boleh juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan; misalnya si tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan yang penuh ketidakpastiaan, ketidakjelasan, ataupun ketidakpastiaan (Sudjiman, 1992:36). c. Latar Abrams dalam Nurgiyantoro (2009:216), fiksi sebagai sebuah dunia, selain membutuhkan tokoh, cerita, plot, dan tokoh juga memerlukan latar. Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Brooks (melalui Tarigan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 1991:136) mendefinisikan latar adalah sebagai latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam suatu cerita. Nurgiyantoro (2009:217-219) mengemukakan tahap awal cerita pada umumnya berisi penyesuaian, pengenalan terhadap berbagai hal yang diceritakan, misalnya pengenalan tokoh, pelukis keadaan alam, lingkungan, suasana tempat, mungkin berhubungan dengan waktu, dan lain-lain yang dapat menuntut pembaca secara emosional kepada situasi cerita. Latar merupakan pijakan cerita secara konkret dan jelas untuk memberikan kesan secara realistis pada pembaca. Latar tempat dan waktu dikategorikan dalam latar fisik (physical setting). Namun, latar tidak terbatas pada tempat-tempat tertentu saja, atau bersifat fisik saja, melainkan juga yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Inilah yang disebut dengan latar spiritual (spiritual setting). Dengan demikian, latar dapat dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. 1. Latar tempat Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar juga harus didukung oleh kehidupan sosial masyarakat, nilai-nilai, tingkah laku, suasana dan sebagainya yang mungkin berpengaruh pada penokohan dan pengalurannya (Nurgiyantoro, 2009:227-228). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 2. Latar waktu Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Menurut Genette (via Nurgiyantoro, 2009:231) latar waktu memiliki makna ganda, yang mengacu pada waktu penulisan cerita dan urutan waktu kejadian yang dikisahkan dalam cerita. 3. Latar sosial Latar sosial melukiskan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada suatu tempat dalam karya fiksi. Latar sosial berkaitan dengan kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap yang tercermin dalam kehidupan masyarakat yang kompleks (Nurgiyantoro, 2009:233). d. Tokoh Sudjiman (melalui Budianta dkk, 2008:86) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Jenis tokoh menurut peranannya terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2007:176177). Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007:176-177). Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dalam cerita terbagi atas 2 macam, sebagai berikut. 1) Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis via Nurgiyantoro, 2007:178). 2) Tokoh antagonis adalah tokoh yang melawan protagonis. Penyebab terjadinya konflik dalam sebuah cerita adalah tokoh antagonis, kekuatan antagonis, atau keduanya sekaligus (Nurgiyantoro, 2007:179). e. Penokohan Secara etimologi karakteristik berasal dari bahasa Inggris character atau karakter yang berarti watak atau peran. Character atau karakter bisa juga berarti orang, masyarakat, ras, sikap, mental dan moral, kualitas nalar, orang terkenal, tokoh dalam karya sastra (Minderop, 2011:2). Kemudian kata character mendapat tambahan akhiran –ization yang artinya proses sehingga characterization atau karakterisasi berarti pemeranan, pelukisan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 watak. Watak, perwatakan dan karakter, menunjuk pada sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013:161). Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Metode penokohan/karakteristik dalam karya sastra adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi (Minderop, 2011:2). Beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh (Jauhari, 2013:161) adalah sebagai berikut. 1) Melukiskan bentuk lahir pelakon (physical description) 2) Melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya (portrayal of thought stream or of conscious thought). 3) Melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian-kejadian (Reaction to events). 4) Pengarang langsung menganalisis watak pelakon (direct author analysis). 5) Pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon (discussion of envirinment). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 6) Pengarang melukiskan bagaimana pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelaku utama (reaction of other about/to character). 7) Pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama (conversation of other about character). Pelukisan atau penggambaran karakter (watak) tokoh, pada umumnya pengarang menggunakan dua cara atau metode dalam karyanya, metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing) (Minderop, 2011:6). Metode langsung (telling) dilakukan secara langsung oleh si pengarang (Minderop, 2011:6-7). Metode ini biasanya digunakan oleh kisah-kisah rekaan zaman duhulu sehingga pembaca hanya mengandalkan penjelasan yang dilakukan pengarang semata. Metode ini mencakup: (1) Karakteristik melalui penggunaan nama tokoh Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk memberikan ide atau menimbulkan gagasan, memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh. Pemberian nama pada tokoh bertujuan untuk melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain. (2) Karakteristik melalui penampilan tokoh Dalam karya sastra, penampilan tokoh memegang peranan penting dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dapat berbentuk apa yang dikenakan dan bagaimana ekspresinya. Metode perwatakan menggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 penampilan tokoh memberikan kebebasan pengarang untuk mengekspresikan persepsi atau sudut pandang. (3) Karakteristik melalui tuturan pengarang Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narator dalam menentukan kisahnya. Pengarang berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh sehingga menembus ke dalam pikiran, perasaan, dan gejolak batin tokoh. Di samping itu, dalam metode ini pengarang tidak sekedar menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya. Metode tidak langsung adalah metode yang lebih banyak di pilih penulis modern. Pada metode ini, pembaca harus memahami watak tokoh dengan melalui dialog dan action mereka (Minderop, 2011:7-9). Metode tidak langsung terdiri dari: (1) Karakteristik melalui dialog Karakteristik melalui dialog terdiri atas apa yang dikatakan penutur, jati diri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jati diri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara, penekanan, dialeg, dan kosa kata. Melalui dialog yang digunakan oleh tokoh, maka pembaca dapat menganalisis kesimpulan berkaitan dengan penokohan atau perwatakan tokoh yang dimaksud. (2) Lokasi dan situasi percakapan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah cerita agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi percakapan, pengarang dapat menggambarkan suatu keadaan. Melalui situasi percakapan pengarang dapat juga menggambarkan watak para tokoh dalam suatu cerita. (3) Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain dalam cerita yang menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang berperan pula dalam cerita tersebut. (4) Kualitas mental para tokoh Kualitas mental para tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain melalui alunan atau aliran tuturan. (5) Nada, suara, tekanan, dialek Nada suara jika di ekspresikan baik secara eksplisit maupun implisit maka dapat memberikan gambaran kepada pembaca berkaitan dengan watak si tokoh. Penekanan suara memberikan gambaran penting tentang tokoh karena memperlihatkan keaslian watak tokoh. Misalnya watak pemarah, penyabar, dan bijaksana. Selain itu, penekanan suara juga dapat merefleksikan pendidikan, profesi dan dari kelas mana si tokoh berasal. Dialek dan kosa kata dapat memberikan fakta penting tentang seorang tokoh karena keduanya memperlihatkan keaslian watak. Bahkan, dapat mengungkapkan pendidikan profesi atau status sosial di tokoh, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 apakah ia seorang berpendidikan, dari kalangan tertentu, pekerjaan dan wataknya yang hakiki. (6) Karakterisasi melalui tindakan para tokoh Watak tokoh dapat diamati melalui tingkah laku. Tingkah laku di sini diartikan sebagai tindakan tokoh dalam cerita. Tokoh dan tingkah laku bagaikan dua sisi mata uang. Untuk membangun watak dengan landasan tingkah laku, pembaca harus mampu mengamati secara lebih rinci pada setiap alur peristiwa tersebut. Selain karakterisasi melalui tindakan para tokoh yang dapat dilakukan untuk menganalisis watak tokoh yaitu dengan melalui ekspresi wajah dan motivasi tokoh berperilaku demikian. Berdasarkan kesesuaian penelitian yang dilakukan, peneliti memilih menggunakan metode tidak langsung dalam menganalisis penokohan/karakteristik tokoh yang terdapat pada cerpen Guru karya Putu Wijaya karena sesuai dengan tujuan penelitian. f. Sudut Pandang Booth (melalui Nurgiyantoro 2010: 249) sudut pandang adalah sebagai teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca. Sedangkan Nurgiyantoro (2010:249) sudut pandang dibedakan menjadi tiga, yaitu sudut pandang persona ketiga “dia”, sudut pandang persona pertama “aku”, dan sudut pandang campuran. Dalam sudut pandang persona ketiga, pengarang menyebutkan sang tokoh dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 menyebut nama, atau kata ganti ia, dia, mereka, nama-nama tokoh cerita khususnya yang utama, kerap akan terus menerus disebut, dan sebagai variasi digunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang dibicarakan dan nama tokoh yang bertindak. Sudut pandang persona ketiga “dia” dapat dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterkaitan pengarang terhadap bahan cerita. Dua golongan tersebut adalah “dia” mahatahu dan “dia” terbatas. Bersifat mahatahu jika pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “dia”, ia bebas bergerak dari “dia” yang satu ke “dia” yang lain, sedangkan bersifat terbatas jika pengarang memilki keterbatasan “pengertian” terhadap tokoh “dia” yang diceritakan. Dalam sudut persona pertama, pengarang atau narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan yang diketahui, didengar, dilihat, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan peran dan kedudukan si “aku” dalam cerita. “aku” mungkin menduduki tokoh utama, jadi tokoh utama protagonis, atau berlaku sebagai saksi, sedangkan sudut pandang campuran yaitu sudut pandang di mana pengarang dalam mengisahkan tokoh dengan menggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” dan sudut pandang persona pertama “aku” secara bergantian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah cara pandang pengarang dalam menceritakan tokoh, agar pembaca dapat memahami dan mengenali setiap tokoh. g. Amanat Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui karyanya dan mengandung nilai moral, makna yang sangat bermanfaat bagi kehidupan pembaca (Nurgiyantoto, 2010:323). Amanat sering disebut moral. Moral menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2007:231) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, dapat diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Jenis dan wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan, keinginan, dan interes yang bersangkutan. Ajaran moral ini dapat mencakup seluruh persoalan yang mencakup harkat dan martabat manusia. Persoalan hidup hidup manusia ini dibedakan menjadi persoalan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya (Nurgiyantoro, 2007:323). Moral dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagi suatu saran yang berkaitan dengan ajaran moral tertentu yang terkandung dalam cerita itu, atau sengaja dimaksudkan oleh pengarang untuk disampaikan kepada pembaca lewat cerita yang bersangkutan. Dalam hal ini sebagaimana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 halnya tema, moral pun dapat dipandang sebagai makna, makna yang dapat diperoleh pembaca yang mengandung unsur kemanfaatan bagi dirinya (Nurgiyantoro, 2005:81). Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita yang mengandung nilai moral, makna dan sangat bermanfaat bagi kehidupan pembaca. h. Gaya Berbahasa Gaya berbahasa pada hakikatnya adalah pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. Teknik itu sendiri dilain pihak merupakan suatu bentuk pilihan, dan pilihan itu dapat dilihat pada bentuk ungkapan bahasa seperti yang dipergunakan dalam sebuah karya (Nurgiyantoro 2010:227). Gaya bahasa adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara seseorang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakan dalam sebuah cerpen. Gaya bersifat pribadi, ia ada secara khas, sebagai milik seorang pengarang tertentu (Jakob Sumardjo melalui Rampan 2009: 8). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan gaya berbahasa adalah ungkapan seseorang dalam bentuk pilihan berbahasa yang digunakan dalam karya sastra . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 2.2.4 Pendekatan Kontekstual a. Definisi Pendekatan Kontekstual Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warna negara, dan tenaga kerja (Trianto, 2009:104). Metode CTL sudah lama dikembangkan oleh Jhon Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Metode CTL ini juga dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan sebelas perguruan tinggi, dua puluh sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Yang melandasi pengembangan Contextual Teaching and Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri, pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan (Kesuma, 2009:187). Menurut Depdiknas, Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan motivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran kontekstual di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu pendekatan yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, baik di dalam keluarga, di sekolah dan dengan masyarakat sekitar yang bertujuan untuk menemukan arti dan makna di dalam kehidupan. b. Karakteristik CTL Pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik yang sangat khas yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Pembelajaran kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi yang melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Muslich (2011:42) karakteristik pembelajaran dengan model pembelajaran CTL, sebagai berikut: 1. Pembelajaraan dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). 2. Pembelajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing). 4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, bediskusi, saling mengoreksi antar teman (lerning in a group). 5. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each otherdeeply). 6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learing to ask, to inquiri, to work together). 7. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learing as an enjoy activity). Sedangkan Johnson (melalui Hosnan 2014:277), terdapat delapan utama yang menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual yaitu: 1. Melakukan hubungan yang bermakna 2. Mengerjakan pekerjaan yang berarti 3. Mengatur cara belajar sendiri 4. Kerja sama 5. Berpikir kritis dan kreatif 6. Mengasuh dan memelihara pribadi siswa 7. Mencapai standar yang tinggi 8. Menggunakan penilaian sebenarnya Berdasarkan pembelajaran definisi CTL adalah diatas dapat pembelajaran disimpulkan yang karakteristik diarahkan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 ketercapaian kompetensi keterampilan, menggali pengetahuan siswa dan berpikir secara kritis. c. Komponen Pendekatan Kontekstual Trianto (2009:111), pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme (contructivis), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian otentik (authentic assessment). Berikut ini penjelasan komponen pendekatan kontekstual: 1. Kontruktivisme (Contructivism) Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar (Trianto 2009:111). Rusman (2012:193), kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Dalam CTL strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap beberapa banyak pengetahuan yang harus diingat siswa. Sedangkan Muslich (melalui Hosnan, 2014:270), kontruktivisme adalah proses pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 pengalaman belajar yang bermakna. Dalam kontruktivisme ada hal-hal sebagai berikut: a. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya. b. Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengontruksi pengetahuan, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan dan penemuan (discovery). c. Belajar adalah proses aktif mengontruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makana dengan proses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki. 2. Inkuiri (Inquiry) Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (Trianto 2009:111). Komponen kedua dalam CTL adalah inquiri, artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum, proses inquiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu merumuskan masalah, mengajukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan (Sanjaya, 2016:265). Sedangkan menurut Rusman (2012:193) inkuiri merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat faktafakta, tetapi merupakan hasil penemuan sendiri. 3. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya (Trianto 2009:111). Trianto (2009:115), dalam sebuah pembelajaran produktif, kegiatan bertanya berguna untuk hal berikut ini: a. Mengali informasi, baik administrasi maupun akademik b. Mengecek pemahaman siswa c. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa d. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa e. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 f. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa g. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa h. Masyarakat belajar (Learning Community) 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain (Trianto 2009:111). Rusman (2012:193) masyarakat belajar (learning Community) adalah membiasakan siswa untuk kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman. Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. 5. Pemodelan (Modelling) Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya (Trianto 2009:111). Konsep pemodelan (modelling) dalam CTL menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan bisa berupa pemberian contoh tentang cara mengoperasikan sesuatu, menuntukkan hasil karya atau mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran seperti ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan model atau contohnya (Muslich, 2007:46). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 6. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Rusman (2012:193) refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja terjadi atau baru saja dipelajari. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). Setiap pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dunia nyata akan diaktualisasikan pada kehidupan selanjutnya yang telah diinternalisasikan melalui pengalaman sebelumnya. 7. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Trianto 2009:111). Penilaian memiliki beberapa kriteria yang dapat dilihat di bawah ini: a. Menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan b. Berlangsung selama proses secara terintegrasi c. Dilakukan melalui berbagai cara (tes dan nontes) d. Alternatif untuk kinerja, observasi, portofolio atau jurnal Selama ini, pembelajaran dalam pendidikan di sekolah kurang produktif. Guru hanya memberikan materi ceramah dan guru sebagai sumber utama pengetahuan, sementara siswa harus mengahafal. Tetapi, dalam kelas kontekstual, guru dituntut untuk menghidupkan kelas dengan cara mengembangkan pemikiran agar lebih bermakna dengan bekerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan (Hosnan, 2014:273). Sedangkan Johnson (melalui Rusman 2012:192) terdapat delapan komponen pembelajaran kontekstual sebagai berikut: 1. Menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful connections) 2. Mengajarkan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant work) 3. Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning) 4. Mengadakan kolaborasi (collaborating) 5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking) 6. Memberikan layanan secara individual (nurturing the individual) 7. Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high standars) 8. Menggunakan asesmen autentik (using athentic assesment) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 d. Prinsip Model Pembelajaran Kontekstual Jhonson (melalui Hosnan 2012:276), dalam pembelajaran kontekstual, minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan, yaitu sebagai berikut: 1. Prinsip saling ketergantungan (interdepence) Dalam kehidupan di sekolah, siswa saling berhubungan dan tergantung dengan guru, tata usaha, kepala sekolah, dan narasumber yang ada di sekitarnya. Dalam proses pembelajaran siswa berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar, media, sarana prasana belajar. Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna antara proses belajar dengan konteks kehidupan nyata sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan di masa yang akan datang. 2. Prinsip perbedaan (Differentiation) Prinsip diferensasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan. 3. Pengorganisasian Diri (Self Organitation) Prinsip pengorganisasian diri atau pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan disadari oleh peserta didik sendiri, dalam rangka merealisasikan seluruh potensinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 Hosnan (2014:275-276), pembelajaran kontekstual membantu siswa menguasai tiga hal berikiut: a. Pengetahuan, yaitu apa yang ada dipikirannya membentuk konsep, definisi, teori dan fakta b. Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan c. Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata. e. Langkah-langkah Penerapan CTL Di Kelas Ada tujuh langkah penerapan CTL di dalam kelas secara garis besar Trianto (2009:111). Adapun langkah-langkah pembelajaran contextual teaching and learning sebagai berikut: 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan budaya. Pembelajaran akan dirasa bermakna apabila secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pengalaman seharihari yang dialami oleh para siswa itu sendiri. 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Kembalikan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 Siswa harus mengaitkan sumber belajar dengan kehidupan nyata melalui pertanyaan untuk menggali dan menemukan konsep pembelajaran yang dipelajarinya. 4. Ciptakan „masyarakat belajar‟ atau belajar dalam kelompokkelompok. Siswa melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya dapat melalui berbagai pengalaman dan berinteraksi dalam kelompok belajar „Sharing”. 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran siswa memenuhi harapan dan membantu keterbatasan yang dimiliki guru. 6. Lakukan refleksi di akhir penemuan. Tahapan ini, siswa mereview pengetahuan yang telah didapatnya dalam pembelajaran sehingga dapat dijadikan learning to be. 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Penilaian merupakan penggambaran kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran, maka penilaian dapat dilakukan saat awal pembelajaran, pertengahan ataupun akhir pembelajaran. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kontekstual (CTL) di atas, peneliti membuat langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penelitian ini, yaitu menganalisis unsur intrinsik yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 terdapat di dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya untuk SMA kelas XII Semester 1, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Mengembangkan pemikiran Siswa mengembangkan pemikiran dalam memahami dan menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan serta mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sangat berkaitan dengan metode kontekstual, karena siswa berperan aktif dalam menghubungkan cerita pendek Guru dengan situasi atau keadaan sehari-hari. 2. Melaksanakan kegiatan inkuiri Siswa melaksanakan kegiatan inkuiri dengan menemukan unsur intrinsik dari cerpen Guru karya Putu Wijaya. 3 Bertanya Dalam langkah ini, setelah siswa menemukan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek Guru karya Putu Wijaya, siswa menyiapkan pertanyaan yang belum dipahami berkaitan dengan materi unsur intrinsik cerpen Guru. Tujuannya adalah agar siswa menemukan konsep pembelajaran yang dipelajarinya dan dapat memahami lebih dalam unsur intrinsik. 4 Diskusi Kelompok Setelah menemukan konsep pembelajaran melalui bertanya, siswa dibagi menjadi 3-4 orang di dalam kelompok. Setiap kelompok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 akan dibagikan bacaan cerita pendek Guru karya Putu Wijaya, kemudian siswa mendiskusikan unsur intrinsik cerita pendek tersebut serta menceritakan berbagai pengalaman yang mereka pernah lakukan dan saling berinteraksi di dalam kelompok. Perwakilan kelompok menyampaikan ide atau gagasan tentang unsur intrinsik dalam cerita pendek Guru karya Putu Wijaya serta dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata. 5 Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran Pada tahap ini, guru menyiapkan model sebuah cerita pendek yang sudah dianalisis unsur intrinsiknya. Contoh pemodelannya adalah cerita pendek Guru yang sudah dianalisis terlebih dahulu. 6 Refleksi Setelah pembelajaran akan selesai untuk dapat menguji pemahaman materi, siswa hendaknya membuat catatan kecil mengenai pemahaman materi yang sudah dibahas di dalam kelas. Siswa diberi kesempatan untuk mengingat kembali, mencerna dan menghayati materi pembelajaran (learning to be). Refleksi ini berupa penghayatan akan pengetahuan yang sudah diperoleh, baik kekurangan dan kelebihan yang diperoleh siswa. 7 Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Pada langkah terakhir ini, guru melakukan penilaian pada akhir pembelajaran melalui analisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek Guru karya Putu Wijaya. Kemudian peserta didik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 menjawab pertanyaan yang berkaitan dalam cerita di dalam cerpen Guru. 2.2.5 Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Oleh karena itu, pengajaran sastra harus dilakukan secara benar agar dapat meningkatkan kualitas budaya manusia. Dalam hal ini, faktor yang paling penting adalah pemilihan bahan ajar sastra dan kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran (Rahmanto, 1988:16), Dalam pengajaran sastra, melebihi disiplin ilmu yang lain, harus disadari bahwa pusat dan porosnya terletak di dalam sastra itu sendiri. Siswa hendaknya melihat cipta rasa sastra itu bukan dari perspektif para ahli, pengarang, atau guru, melainkan perspektifnya sendiri. Siswa tidak mungkin memandang sastra atau dunia lainnya melalui mata orang lain karena sastra tidak berkaitan langsung dengan sains dan data yang dapat digeneralisasikan, melainkan dengan manusia yang harus menghadapi dunianya. Oleh karena itu pantaslah jika setiap pribadi siswa terkait dengan perspektifnya dan hubungannya yang unik dengan dunia yang dihadapinya (Rizanur Gani, 1988:3). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 Rahmanto (1988:16), masalah yang kita hadapi sekarang adalah menentukan bagaimana pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak, yang paling penting untuk pengajaran di SMA sebagai berikut: a. Membantu keterampilan berbahasa Seperti kita ketahui ada empat keterampilan berbahasa: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit keterampilan menyimak, wicara dan menulis yang masing-masing erat hubungannya. Dalam pengajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan bicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa dapat juga meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi, atau prosa cerita. Sastra itu menarik, siswa dapat mendiskusikannya dan kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan keterampilan menulis. b. Menunjang pembentukan watak Pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Dibanding pelajaran-pelajaran lainnya, sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti misalnya: kebahagiaan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri, sampai pada kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian. Seseorang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra, materi yang akan diberikan pada peserta didik mencakup beberapa aspek atau komponen kurikulum satuan pendidikan (KTSP) yaitu silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar. Berikut ini penjelasan masing-masing: 2.5.1 Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru (Muslich, 2007:24). Silabus bermanfaat sebgai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pemeblajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian (Muslich, 2007:24) Adapun prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan silabus dalam Muslich, (2007:25-26) ialah sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 a. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. b. Relevan Cakupan, kedalam, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus harus disesuaikan dengan tingkat pengembangan fisik, intelektal, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. c. Sistematis Komponen-komponon silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. d. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara KD, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, teknik dan sistem penilaian. e. Mamadai Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian untuk menunjang pencapaian KD. f. Aktual dan kontekstual Cakupan indikator, materi pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 perkembangan ilmu, teknologi, dan seni muthakir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi. g. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasikan keragaman pesera didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah, dan tuntutan masyarakat. h. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor). 2.5.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran perunit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pelajaran secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya (Muslich, 2007:45). Mulyasa (2008, 154-155), rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Upaya tersebut perlu dilaksanakan untuk mengordinasikan komponen-komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi dasar, indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK). Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian peserta didik terhadap materi standar kompetensi dasar yang dijadikan bahan kajian. Muslich (2007:53) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan RPP yaitu: a. Kompetensi yang harus dirumuskan dalam RPP harus jelas, makin konkret kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut. b. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. d. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya. e. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau moving class. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 Menurut Peraturan Pemerintah (PP Nomor 19 Tahun 2005), diuraikan langkah-langkah dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Langkah-langkahnya sebagai berikut. 1. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) a. Mencantumkan identitas, yang meliputi: Nama sekolah, Mata pelajajaran, Kelas/Semester, Standar Kompetensi, dikutip dari silabus yang telah disusun, Kompetensi Dasar, dikutip dari silabus, begitu pula dengan indikator. Indikator dijabarkan dari kompetensi dasar. Alokasi waktu diperhitungkan untuk mencapai satu kompetensi dasar yang bersangkutan yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dengan sebagai skenario untuk mencapai satu Kompetensi Dasar. 2. Mencantumkan Indikator Indikator dijabarkan sendiri oleh guru dari Kompetensi Daasar. Setiap indikator terdiri dari dua bagian, yaitu tingkah laku dan referns (isi pembelajaran). 3. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah atau beberapa tujuan. 4. Mencantumkan Materi pelajaran Materi pelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu materi pokok yang ada dalam silabus. 5. Mencantumkan Metode Pembelajaran Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran. 6. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dapat berupa kegiatan pendahuluan atau pembuka, kegiatan inti dan kegiatan akhir/penutup. 7. Mencantumkan Sumber Belajar Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dalam silabus dituliskan buku refers, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu. 8. Mencantumkan Penilaian Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrument, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Apabila PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes untuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubric penilaian. Menurut Mulyasa (2008: 155-156), setidaknya terdapat dua fungsi RPP dalam implementasi KTSP, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran. 1. Fungsi perencanaan RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. 2. Fungsi pelaksanaan RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. 2.5.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi (SK) dan kompetensi dasar merupakan arah dan landasan penegmbangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah menyiapkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, tugas utama guru adalah menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan SK-KD dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah (Mulyasa, 2008: 231). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang mengambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia, unruk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk mamahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global (Mulyasa, 2008:239). Dalam silabus pembelajaran bahasa Indonesia pada tingkat SMA kelas XII terdapat standar kompetesi dan kompetensi dasar. Peneliti menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tedapat dalam pelajaran silabus bahasa Indonesia untuk siswa SMA kelas XII semester 1, yaitu sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang Pendidikan : SMA Kelas : XII Semester :1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Membaca 7. Memahami wacana sastra 7.2 Menganalisis unsur-unsur melalui kegiatan membaca intrinsik cerpen puisi dan cerpen Untuk lebih spesifik, peneliti merumuskan indikator berdasarkan SK-KD di atas yang sesuai dengan penelitian ini, adapun indikator sebagai berikut. 1. Menjelaskan 8 unsur intrinsik tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat 2. Mampu menganalisis unsur intrinsik tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat yang terdapat dalam cerpen Guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 2.6 Kerangka Berpikir Pembelajaran unsur intrinsik merupakan salah satu materi yang terdapat pada siswa SMA kelas XII semester 1 yaitu pada Kompetesi Dasar 7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, hal pertama yang dilakukan peneliti adalah mencari cerita pendek yang akan dianalisis unsur-unsur intrinsiknya. Judul cerita pendek yang dianalisis ialah “Guru” karya Putu Wijaya, cerita pendek ini terdiri dari 9 halaman. Selanjutnya peneliti membaca cerita pendek sampai selesai dan membuat sinopsisnya. Hal selanjutnya yang peniliti lakukan adalah mencari unsur-unsur intrinsik dalam cerita pendek. Setelah membuat sinopsis dan menganalis unsur-unsur intrinsik dalam cerita pendek “Guru” karya Putu Wijaya. Peneliti merancang bahan ajar yang berupa silabus dan RPP. Dalam merancang silabus dan RPP, peneliti membuat RPP dengan dua kali pertemuan yaitu menganalisis unsur intrinsik cerita pendek “Guru”. Metode yang digunakan dalam pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XII adalah metode kontekstual. Pendekatan kontekstual sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa agar siswa dapat menerapkan apa yang diajarkan guru di dalam kehidupan sehari-hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini peneliti memaparkan beberapa hal yakni (1) jenis penelitian, (2) metode penelitian, (3) sumber data, (4) teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, (6) teknik analisis data dan (7) triangulasi data. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian dengan judul “Pembelajaran Tokoh, Alur, Latar, Sudut Pandang, Tema, Amanat, dan Gaya Berbahasa Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dengan Metode Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1” termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan produk analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kualifikasi lainnya (Moleong, 2006: 6). Bagdan dan Taylor (dalam Moleong 2006: 4) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Tujuan dalam penelitian kualitatif adalah untuk menganalisis yang diteliti agar diperoleh informasi mengenai perilaku mereka, perasaannya, keyakinan ide, bentuk pemikiran, serta dapat menghasilkan sebuah teori (Syamsuddin, 2007: 74). 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek Guru karya Putu Wijaya. Dalam penelitian ini produk yang dihasilkan adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sugiyono (2011: 29) metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Peneliti memilih metode deskriptif untuk menganalisis unsur intrinsik dalam cerita pendek Guru karya Putu Wijaya, karena metode ini dapat membantu menemukan dengan mudah unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek Guru. 3.2 Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah hasil analisis dari keseluruhan deskripsi unsur intrinsik. Data tersebut berupa tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya dan hasil penilaian RPP dari guru bahasa Indonesia. Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks novel, cerita pendek, drama dan puisi (Siswantoro, 2010: 72). Sumber data yang digunakan peneliti adalah cerpen Guru karya Putu Wijaya dan lembar angket penilaian RPP yang diisi oleh guru bahasa Indonesia SMA. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010: 224). Tanpa upaya pengumpulan data berarti penelitian tidak dapat dilakukan. Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan dan mengolah informasi yaitu teknik catat, teknik observasi, dan angket. Berikut ini akan dijelaskan teknik catat, teknik observasi, dan angket yang dilakukan oleh peneliti. 3.3.1 Teknik Catat Dalam teknik catat ini, peneliti menganalisis sumber tertulis yang berupa teks cerpen Guru karya Putu Wijaya. Data yang peneliti analisis adalah unsur intrinsik yang merupakan fokus penelitian. Peneliti mencatat hasil analisis dan mendeskripsikan hasil analisis dengan menggunakan pendekatan kontekstual tersebut. Tujuan dari teknik catat ini adalah mendeskripsikan hasil analisis unsur intrinsik cerpen dengan pendekatan kontekstual, kemudian mengimplementasikannya dalam bentuk silabus dan RPP untuk SMA XII semester 1. 3.3.2 Observasi Observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2012: 145). Observasi dilakukan peneliti dengan cara mencatat yang berkaitan dengan penggunaan pendekatan yang digunakan guru dalam mengajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 Tabel 3.1 Pedoman Observasi Penggunaan Pendekatan Kontekstual oleh Guru NO BUTIR-BUTIR PERTANYAAN 1. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan metode yang menarik Guru menggunakan pendekatan sesuai dengan materi pembelajaran Guru menggunakan pendekatan kontekstual Guru menggunakan pendekatan kontekstual dalam setiap pembelajaran 2. 3. 4. 3.3.3 YA TIDAK Angket Angket adalah instrumen pencarian data yang berupa pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Instrumen ini disusun berdasarkan indikator pembelajaran. Data penelitian diperoleh melalui angket penilaian yang diisi oleh guru bahasa Indonesia. 3.4 Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 305) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau penelitian adalah penelitian itu sendiri. Instrumen berarti alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Selama ini yang dikenal umum adalah test, interview, observasi, atau angket. Dalam penelitian ini, instrumen yang akan digunakan adalah lembar angket penilaian guru bahasa Indonesia. Instrumen penilaian kinerja guru (IPKG) dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan kisi-kisi penilaian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 RPP untuk siswa SMA kelas XII semester 1 terdapat di dalam lampiranlampiran. 3.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Pembelajaran Tokoh, Alur, Latar, Sudut Pandang, Tema, Amanat, dan Gaya bahasa Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dengan Metode Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII Semester I” adalah analisis deskriptif. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2008: 237), mengemukakan aktivitas dalam analisis data kualitatif harus dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya tidak jenuh. Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan pada saat pengumpulan data dalam periode tertentu. Untuk menyajikan data agar mudah dipahami, maka langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclutions). 1. Pengumpulan data Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data dari berbagai dokumen berdasarkan kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian yang kemudian dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutnya. Pengumpulan data dilakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 dengan terlebih dahulu membaca dan memahami isi cerpen Guru karya Putu Wijaya. Setelah memahami, selanjutnya mengumpulkan data-data yang penting yang terdapat dalam cerpen. 2. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007: 16). Pada reduksi data ini, peneliti menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya, serta menuliskan pokok-pokok penting yang terdapat dalam cerpen. 3. Penyajian Data Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan serta memberikan tindakan (Miles dan Huberman, 2007: 84). Pada sajian data, peneliti menyajikan data unsur intrinsik cerpen Guru yang sudah dianalisis, serta merelevansikan cerita pendek Guru ke dalam pembelajaran sastra di SMA dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 4. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh (Miles dan Huberman, 2007: 18). Kesimpulan- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan ditarik semenjak peneliti menyusun pencatatan, pola-pola pernyataan-pernyataan, konfigurasi, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi (Harsono, 2008: 169). Dalam penarikan kesimpulan, peneliti menyimpulkan unsur intrinsik cerpen Guru dan membuat dalam bentuk laporan serta merelevansikan dalam bentuk silabus dan RPP. 3.6 Triangulasi Temuan dan interpretasi yang diperoleh peneliti harus diperiksa keabsahannya dengan trianggulasi. Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2009: 273). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data. Triangulasi data dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berupa kutipan dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Pada bab ini dikemukakan data yang ditemukan dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Data yang ditemukan berupa kalimat atau kutipan yang terdapat dalam cerpen Guru. Cerpen ini terdiri dari 9 halaman. Pada cerpen Guru, peneliti menganalisis tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, tema, amanat dan gaya bahasa. Kemudian mengimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester 1 melalui silabus dan RPP. Pembelajaran karya sastra khususnya cerita pendek dirancang oleh peneliti untuk dapat membantu peserta didik dalam menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen. Peneliti memilih cerpen Guru karya Putu Wijaya sebagai objek untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan kontekstual, karena cerpen Guru ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di kelas XII semester 1. Dalam hal ini peneliti hanya berfokus pada unsur intrinsik yaitu menganalisis tema, latar, alur, sudut pandang, penokohan, amanat dan gaya bahasa yang terdapat dalam cerita pendek Guru karya Putu Wijaya. Peneliti menggunakan pendekatan kontekstual dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek Guru karya Putu Wijaya, agar siswa dapat mengaitkan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen dengan kehidupan sosial dan kehidupan nyata. 67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 4.2 Analisis Unsur Intrinsik Cerpen “Guru” Karya Putu Wijaya a. Alur Peserta didik diharapkan dapat menganalisis unsur alur yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Peserta didik akan menganalisis alur berdasarkan penahapan alur yang dikemukakan oleh Sudjiman (1992: 30-36) yang meliputi bagian awal, tengah, dan akhir. Bagian awal meliputi paparan, rangsangan, gawatan. Bagian tengah meliputi tikaian, rumitan klimaks. Bagian akhir meliputi leraian, selesaian. Berikut ini analisis unsur alur yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. 1. Tahap awalan a. Paparan Peserta didik diminta untuk menemukan paparan yang terdapat dalam dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita. Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan sekadarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisah selanjutnya (Sudjiman, 1992: 32). Alur cerita yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya diawali dengan tahap perkenalan yang menceritakan anaknya ingin bercita-cita menjadi seorang guru. Anak ini bernama Taksu. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. (1) Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya jadi syok. Kami berdua tahu, macam masa depan seorang guru. Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 dia ngomong. “Kami dengar seletingan, kamu mau jadi guru, Taksu? Betul?!” Taksu mengangguk. “Betul Pak.” Kami kaget. “Gila, masak kamu mau jadi g-u-r-u?” “Ya.” (Wijaya, 2011: 1) Tahap paparan atau perkenalan di atas menceritakan tentang anaknya yang bernama Taksu yang ingin bercita-cita menjadi seorang guru. Tetapi tokoh saya yaitu ayah Taksu dan Ibu nya sangat terkejut mendengar cita-cita anaknya yang ingin menjadi guru. Mereka sangat tahu bagaimana kehidupan seorang guru, sehingga mereka sangat terkejut mendengar cita-cita Taksu yang ingin menjadi seorang guru. b. Rangsangan Peserta didik diminta untuk menemukan rangsangan yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada patokan tentang panjangnya kapan disusun oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan (Sudjiman, 1992: 33). Rangsangan yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah ayah dan ibu Taksu yang semakin khawatir , karena Taksu tidak takut bahwa kedua orang tuanya tidak setuju Taksu yang ingin bercita-cita sebagai guru. Berbagai cara telah dilakukan ayah dan ibu Taksu, disinilah awal mulainya petentangan antara ayah dan ibu dengan anak nya yang bernama Taksu. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 (2) Saya dan istri saya pandang-pandangan. Itu malapetaka. Kami sama sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika kami tatap tajam-tajam, mata Taksu tampak tenang tak bersalah. Ia pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya. Jelas ia tidak mengetahui permasalahannya (Wijaya, 2011: 1) (3) Kami bertambah khawatir, karena Taksu tidak takut bahwa kami tidak setuju. Istri saya menarik nafas dalam-dalam karena kecewa, lalu begitu saja pergi. Saya mulai bicara blak-blakan (Wijaya, 2011: 1) (4) “Taksu, dengar baik-baik. Bapak hanya bicara satu kali saja. Setelah itu terserah kamu! Kita hidup di kota. Dan ini era milenium ketiga yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan bebas. Di masa sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru. Semua guru itu dilnya jadi guru karena terpaksa, karena mereka gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak nganggur saja. Ngerti? Setiap kali kalau ada kesempatan, meraka akan loncat ngambil yang lebih menguntungkan. Ngapain jadi guru, mau mati berdiri? Kamu kan bukan orang yang gagal, kenapa kamu jadi putus asa begitu?!” Berdasarkan kutipan di atas, rangsangan yang timbul adalah Taksu tidak takut bahwa kedua orang tuanya tidak setuju ia menjadi guru. Padahal ayahnya sudah menasehati Taksu untuk mengubah cita- citanya. Mereka tidak mau Taksu tidak mempunyai masa depan dengan menjadi guru, ayahnya beranggapan bahwa jadi guru adalah orang-orang yang gagal. Tetapi Taksu tetap pada pendirian yang teguh, ia mau menjadi guru. c. Gawatan Peserta didik diminta untuk menemukan gawatan yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya (5) “Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya kejepit. Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 ada guru yang naik Jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan mengajar tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai cita-cita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita itu harus tinggi. Taksu, Masak jadi guru? Itu kan cita-cita sepele banget, itu namanya menghina orang tua. Masak kamu tidak tahu? Mana ada guru yang punya rumah bertingkat. Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak punya masa depan. Dunianya suram. Kita tidur, dia masih saja utak-atik menyiapkan bahan pelajaran atau memriksa PR. Kenapa kamu bodoh sekali mau masuk nerak, padahal kamu masih muda, otak kamu encer, dan biaya sekolah sudah kami siapkan. Coba kamu pikir lagi dengan tenang dengan otak dingin!” (Wijaya, 2011: 2) (6) “Sudah saya pikir masak-masak.” Saya terkejut. “Pikirlah sekali lagi! Bapak kasih waktu satu bulan!” Taksu menggeleng. “Dikasih waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi guru.” Tidak! Kamu pikir saja satu dua bulan lagi!” (Wijaya, 2011: 2) (7) Kami tinggalkan Taksu dengan hati panas. Istri saya ngomel sepanjang perjalanan. Yang dijadikan bulan-bulanan, saya. Menurut dia, sayalah yang sudah salah didik, sehingga Taksu jadi cupet pikirannya (Wijaya, 2011: 2) (8) “Kau yang terlalu memanjakan dia, makanya dia seenak perutnya saja sekarang. Masak mau jadi guru. Itu kan bunuh diri!.” Saya diam saja. Istri saya memang aneh. Apa saja yang tidak disukainya, semua dianggapnya hasil perbuatan saya. Nasib suami memang rata-rata begitu. Di luar bisa galak melebihi macan, berhadapan dengan istri, hancur (Wijaya, 2011: 2) (9) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa krupuk kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah laptop baru yang paling canggih, sebagai kejutan. (Wijaya, 2011: 2) (10) Taksu senang sekali. Tapi kami sendiri kembali sangat terpukul. Ketika kami tanyakan bagaimana hasil hasil perenungannya selama dua bulan. Taksu memberi jawaban yang sama (Wijaya, 2011: 2). Gawatan yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah ketika ayah Taksu menasihati Taksu bahwa guru itu ada adalah sepeda tua. Ditawar-tawar sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Tetapi Taksu memiliki pendirian yang teguh, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 dinasihati ayahnya pun tidak akan mengubah pikiran Taksu untuk menjadi guru. Berbagai cara telah dilakukan ayah dan ibu Taksu tetapi cara itu tidak berhasil. Dua bulan kemudian ayah dan ibu kembali untuk mengunjungi Taksu, mereka bertanya bagaimana hasil perenunganmu selama dua bulan. Taksu tetap memberi jawaban ia ingin menjadi guru. ketika mendengar hal itu mereka sangat terpukul. 2. Tahap tengah d. Tikaian Peserta didik diminta untuk menemukan tikaian yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan; satu di antaranya diwakili oleh manusia pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita. Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, atau pertentangan antara dua unsur dalam diri satu tokoh itu (Sudjiman, 1992: 34-35). Pertikaian terjadi ketika Taksu yang teguh pada pendiriannya tetap ingin menjadi guru. Ayah dan ibu Taksu tidak memperbolehkan Taksu menjadi guru. sehingga terjadi pertengkaran di antara ayah, ibu dan Taksu. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut. (11) “Saya sudah bilang saya ingin jadi guru, kok ditanya lagi, Pak,” katanya sama sekali tanpa rasa berdosa. Sekarang saya naik darah. Istri saya jangan dikata lagi. Langsung kencang mukanya. Ia tak bisa lagi mengekang marahnya. Taksu disemprot habis. (Wijaya, 2011: 2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 (12) “Taksu! kamu mau jadi guru pasti karena kamu terpengaruh oleh puji-pujian orang-orang pada guru itu ya?! Damprat istri saya. “Mentang-mentang mereka bilang, guru pahlawan, guru itu berbakti kepada nusa dan bangsa. Ahh! Itu bohong semua! Itu bahasa pemerintah! Apa kamu pikir betul guru itu yang sudah menyebabkan orang pinter? Apa kamu tidak baca di koran, banyak guru-guru yang berengsek atau bejat sekarang? Ah?” Taksu tidak menjawab (Wijaya, 2011: 2-3) (13) “Negara sengaja memuji-muji guru setinggi langit tetapi lihat sendiri, negara tidak pernah memberi gaji yang setimpal, karena mereka yakin, banyak orang seperti kamu, sudah puas, karena dipuji. Mereka tahu kelemahan orang-orang seperti kamu, Taksu. Dipuji sedikit saja sudah mau banting-tulang, kerja rodi tidak peduli tidak dibayar. Kamu tertipu Taksu! puji-pujian itu dibuat supaya orang-orang yang lemah hati seperti kamu, masih tetap mau jadi guru. padahal anak-anak pejabat itu sendiri berlombalomba dikirim keluar negeri biar sekolah setinggi langit, supaya nanti bisa mewarisi jabatan bapaknya! Masa begitu saja kamu tidak nyahok?” Taksu tetap tidak mau jawab (Wijaya, 2011: 3) (14) “Kamu kan bukan jenis orang yang suka dipuji kan? Kamu sendiri bilang apa gunanya puji-pujian, yang penting adalah sesuatu yang konkret. Yang konkret itu adalah duit. Taksu. jangan kamu takut dituduh materialis. Siapa bilang materialis itu jelek. Itu kan kata mereka yang tidak punya duit. Karena tidak mampu cari duit mereka lalu memaki-maki duit. Mana mungkin kamu bisa hidup tanpa duit? yang benar saja. Kita hidup perlu materi. Guru itu pekerjaan yang anti pada materi, buat apa kamu menghabiskan hidup kamu untuk sesuatu yang tidak berguna? Paham? (Wijaya, 2011: 3) (15) Taksu mengangguk. “Paham. Tapi apa salahnya jadi guru?” istri saya melotot tak percaya apa yang didengarnya. Akhirnya dia menyembur. “Laptopnya bawa pulang saja dulu. Pak. Biar Taksu mikir lagi! Kasih di waktu tiga bulan, supaya bisa lebih mendalam dalam memutuskan sesuatu. Ingat, ini soal hidup matimu sendiri, Taksu!” (Wijaya, 2011: 3) (16) Sebenarnya saya mau bicara, tapi istri saya menarik saya pergi. Saya tidak mungkin membantah. Di jalan istri saya berbisik. “Sudah waktunya membuat shoch therepy pada Taksu, sebelum ia kejeblos terlalu dalam. Ia memang memperlukan perhatian. Karena itu dia berusaha melakukan sesuatu yang menyebabkan kita terpaksa memperhatikannya. Dasar anak zaman sekarang, akal bulus! Yang dia kepingin bukan laptopnya tapi mobil! Bapak harus kerja keras beliin dia mobil, supaya mau mengikuti apa nasihat kita!” (Wijaya, 2011: 3) (17) Saya tidak setuju, saya punya pendapat lain. Tapi apa artinya bantahan seorang suami. Kalau adik istri saya atau kakanya, atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 bapak-ibuknya yang membantah, mungkin akan diturutinya. Tapi kalau dari saya, jangan harap. Apa saja yang saya usulkan mesti dicurigainya ada pamrih kepentingan keluarga saya. Istri memang selalu mengukur suami, dari perasaannya sendiri (Wijaya, 2011: 3-4) Berdasarkan kutipan di atas, pertikaian yang terjadi ketika Taksu berkata “Saya sudah bilang saya ingin menjadi guru, kok ditanya lagi, Pak?”. Ketika mendengar jawaban itu bapak dan ibu sangat marah, Taksu disemprot habis dan dinasihati oleh bapak. Bapak memberi nasihat pada taksu bahwa menjadi guru itu adalah pekerjaan yang anti pada materi. Buat apa kamu menghabiskan waktu yang tidak berguna nasihat bapak kepada Taksu. setelah menasihati Taksu, bapak dan ibu pun pergi meninggalkan Taksu. mereka sengaja meninggalkan Taksu, agar taksu dapat berpikir bahwa menjadi guru bukanlah sebuah citacita. e. Rumitan Peserta didik diminta untuk menemukan rumitan yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita di sebut rumitan (Sudjiman, 1992: 35). Kutipan rumitan di bawah ini menceritakan tentang ayah Taksu yang memberikan hadiah sebuah mobil kepada anaknya, tetapi dengan syarat Taksu dapat mengubah cita-citanya. Hal tersebut dapat dibuktikan pada kutipan sebagai berikut. (18) “Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. Tapi Taksu juga tidak menghubungi kami. Saya jadi cemas. Ternyata anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) memang tidak merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta diperhatikan anak (Wijaya, 2011: 4) Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali ini saya datang dengan kunci mobil. Saya tarik deposito saya di bank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu ingin punya mobil mewah, tapi saya hanya kuat beli mobil murah. Tapi sejelek-jeleknya kan mobil, dengan bonus janji, kalau memang dia mau mengubah cita-citanya, jangankan mobil mewah, segalanya akan saya serahkan, nanti (Wijaya, 2011: 4) “Bagaimana Taksu,” kata saya sambil menunjukkan kunci mobil itu. “ini hadiah untuk kamu. Tetapi kamu juga harus memberi hadiah buat Bapak.” Taksu melihat kunci itu dengan dingin. “Hadiah apa Pak?” Saya tersenyum (Wijaya, 2011: 4) “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu sebenarnya?” Taksu memandang saya. “Jadi guru. kan sudah saya bilang berkali-kali?” Kunci mobil yang sudah ada di tangannya saya rebut kembali (Wijaya, 2011: 4) “Mobil ini tidak pantas dipakai seorang guru. Kunci ini boleh kamu ambil sekarang juga, kalau kamu berjanji bahwa kamu tidak akan mau jadi guru, sebab itu mamalukan orang tua kamu. Kamu ini investasi untuk masa depan kami. Taksu mengerti? Kamu kami sekolahkan supaya meraih gelar, punya jabatan, dihormati orang, supaya kami ikut terhormat. Supaya kamu berguna kepada bangsa dan punya duit untuk merawat kami orang tuamu kalau kami sudah jompo nati. Bercita-citalah yang benar. Cita-cita jadi presiden begitu! Masak guru! Gila! Kalau kamu jadi guru, paling banter setelah menikah kamu akan kembali menempel di rumah orang tuamu dan menyusu sehingga semua warisan habis ludes. Itu namanya kerdil pikiran. Tidak! Aku tidak mau anakku terpuruk seperti itu!” (Wijaya, 2011: 4) Lalu saya letakkan kembali kunci itu di depan dihidungkan. Taksu berpikir. Kemudian saya bersorak gagap di dalam hati, karena ia memungut kunci itu lagi. “Terima kasih, Pak. Bapak sudah memperhatikan saya. Dengan sesunggu-sungguhnya, saya hormat atas perhatian Bapak.” Sembari berkata itu, Taksu menarik tangan saya, lalu di atas telapak tangan saya ditaruhnya kembali kunci itu (Wijaya, 2011: 4-5) “Saya ingin jadi guru, Maaf.” Kalau tidak menahan diri, pasti waktu itu juga Taksu saya tampar. Kebandelannya itu amat menjengkelkan. Pesawat penerimanya sudah rusak. Untunglah iman saya sudah cukup baik. Saya tekan perasaan saya. Kunci kontak itu saya genggam dan masukkan ke kantung celana (Wijaya, 2011: 5) “Baik. Kalau memang begitu, uang sekolah dan uang makan kamu mulai bulan depan kami stop. Kamu hidup ajah sendirian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Supaya kamu bisa merasakan sendiri langsung bagaimana penderitaan hidup ini. Tidak semudah yang kamu baca dalam teori dan slogan. Mudah-mudahan penderitaan itu akan membimbing kamu ke jalan yang benar. Tiga bulan lagi Bapak akan datang. Waktu itu pikiranmu sudah pasti akan berubah! Bangkit memang baru terjadi sesudah sempat hancur! Tapi tak apa.” (Wijaya, 2011: 5) (26) Tanpa banyak basa-basi lagi, saya pergi. Saya benar-benar naik pitam. Saya kira Taksu pas sudah dicocok hidungnya oleh seseorang. Tidak ada yang bisa melakukan itu, kecuali Mina, pacarnya. Anak guru itulah yang saya anggap sudah kurang ajar menjerumuskan anak saya supaya terkiblat untuk menjadi guru. Sialan! (Wijaya, 2011: 5) (27) Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya membawa kunci mobil mewah. Tapi terlebih dulu saya mengajukan pertanyaan yang sama. “Coba jawab untuk terakhir kalinya, mau jadi apa kamu sebenarnya?” (Wijaya, 2011: 5) Berdasarkan kutipan di atas, rumitan dalam cerpen Guru terdapat pada, Taksu yang menolak hadiah mobil pemberian ayahnya. Konflik besar terjadi antara ayah dan Taksu. ayah Taksu sangat marah sekali melihat kelakuan anaknya yang berani padanya. Karena sangat marah uang sekolah dan uang jajan Taksu di stop mulai bulan depan. Ayahnya juga menghubungkan Mina pacar Taksu dengan permasalahan yang terjadi. Ayah Taksu beranggapan bahwa Mina lah yang menjerumuskan anaknya untuk menjadi guru. tidak sampai disitu saja, ayah Taksu memberi waktu selama tiga bulan untuk Taksu dapat bepikir lebih matang. f. Klimaks Peserta didik diminta untuk menemukan klimaks yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Di dalam cerita rekaan rumitan sangat penting (Sudjiman, 1992: 35). Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut. (28) “Mau jadi guru.” Saya tak mampu melanjutkan. Tinju saya melayang ke atas meja. Gelas di atas meja meloncat. Kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muka saya. “tetapi kenapa? Kenapa? Apa informasi kami tidak cukup buat membuka mata dan pikiran kamu yang sudah dicekoki oleh perempuan anak guru kere itu? Kenapa kamu mau jadi guru, Taksu?!!!” (Wijaya, 2011: 5) (29) “Karena saya ingin jadi guru.” “Tidak! Kamu tidak boleh jadi guru!” “Saya mau jadi guru.” “Aku bunuh kau, kalau kau masih saja tetap mau jadi guru.” Taksu menatap saya. “Apa?” kalau kamu tetap saja mau jadi guru, aku bunuh kau sekarang juga!! Teriak kelap. Taksu balas memandang saya tajam. “Bapak tidak akan bisa membunuh saya.” “Tidak? Kenapa tidak?” “Sebab guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin saja bisa busuk layu lenyap. Tapi apa yang diajarkannya tetap tertinggal abadi. Bahkan bertumbuh, berkembang dan memberi inspirasi kepada generasi di masa yang akan datang. Guru tidak bisa mati, Pak.” (Wijaya, 2011: 5-6) (30) Saya tercengang. “O... jadi narkoba itu yang sudah menyebabkan kamu mau jadi guru?” “Ya! Itu sebabnya saya ingin jadi guru, sebab saya tidak mau mati.” Saya bengong. Saya belum pernah di jawab tegas oleh anak saya. Saya jadi gugup. “Bangsat! Kata saya kelepasan. “ Siapa yang sudah mengotori pikiran kamu dengan semboyan keblinger itu? Siapa yang sudah mengindoktrinasi kamu, Taksu?” Taksu memandang kepada saya tajam. “Siapa Taksu?!” Taksu menunjuk. “Bapak sendiri, kan?” Saya terkejut (Wijaya, 2011: 6) (31) “Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain Taksu! kamu jangan kacau! Kamu tidak bisa hidup dengan nasehat yang Bapak berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas. Kamu tidak mau sekolah, kamu hanya mau main-main, kamu bahkan bandel dan kurang ajar pada guru-guru kamu yang datang ke sekolah naik ojek. Kamu tidak sadar meskipun sepatunya butut dan mukanya layu kurang gizi, tapi itulah orang-orang yang akan menyelamatkan hidup kamu. Itulah gudang ilmu yang harus kamu tempel sampai kamu siap. Sebelum kamu siap, kamu harusmenghormati mereka, sebab dengan menghormati mereka, baru ilmu itu bisa melekat. Tanpa ada ilmu kamu tidak akan bisa bersaing di zaman global ini, Tahu? (Wijaya, 2011: 6-7) (32) Satu jam saya memberi Taksu kuliah. Saya telanjangi semua persepsinya tentang hidup. Dengan tidak malu-malu lagi, saya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 seret nama pacarnya si Mina yang mentang-mentang cantik itu, mau menyeret anak saya ke masa depan yang gelap (Wijaya, 2011: 7) (33) “Tidak betul cinta itu buta!” bantak saya kalap. “Kalau cinta bener buta apa gunanya ada bikini,” lanjut saya mengutip iklan yang saya sering papas di jalan. “Kalau kamu menjadi buta, itu namanya bukan cinta tetapi racun. Kamu sudah terkecoh. Taksu, meskipun keluarga pacarmu itu guru, tidak berarti kamu harus mengidolakan guru sebagai profesi kamu. Buat apa? Justru kamu harus menyelamatkan keluarga itu dengan tidak perlu perlu menjadi guru. apa artinya kebanggan kalau hidup di dalam kenyataan lebih menghargai dasi, mobil, duit, dan pangkat? Punya duit, pangkat dan harta benta itu bukan dosa, mengapa harus dilihat sebagai dosa. Sebab itu semuanya hanya alat untuk bisa hidup lebih beradab. Kita bukan menyembahnya, tidak pernah ada ajaran yang menyuruh kamu menyembah materi. Kita hanya memanfaatkan materi itu untuk menambah hidup kita lebih manusiawi. Apa manusia tidak boleh berbahagia? Apa kalau menderita sebagai guru, baru manusia itu menjadi beradab? Itu salah kaprah! Ganti kepala kamu Taksu, sekarang juga! Ini!” (Wijaya, 2011: 7) (34) Saya gebrak kunci mobil BMW itu di depan matanya dengan sangat marah. “Ini satu milyar tahu?!” Sebelum dia sempat menjawab dan mengambil. Kunci itu saya ambil kembali sambil siap-siap hendak pergi. “Pulang sekarang dan minta maaf kepada ibu kamu, sebab kamu baru saja menghina kami! Tinggalkan perempuan itu. Nanti kalau kamu sudah sukses kamu akan dapat 7 kali perempuan yang lebih cantik dari si Mina dengan sangat gampang! Tidak perlu sampai menukar nalar kamu!” (Wijaya, 2011: 7) Berdasarkan klimaks di atas, pertengkaran terjadi antara ayah dan Taksu yang saling beradu pendapat. Taksu tetap ingin menjadi guru sedangkan, bapak tidak setuju. Kemarahan bapak pun tidak dapat di tahan lagi, gelas di atas meja meloncat dan kopi yang ada di dalamnya pun tumpah ke muka bapak. Bapak sangat marah mendengar keputusan Taksu. Taksu yang teguh pada pendiriannya pun tidak takut dengan kemarahan bapak. Pertengkaran diantara ayah dan Taksu sangat menegangkan. “Bapak tidak setuju kalau kamu mau menjadi guru, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 Taksu menjawab saya ingin menjadi guru, pak.” Sampai ketika bapak berbicara akan ku bunuh kau jika ingin menjadi guru. Tetapi Taksu menjawab bapak tidak akan bisa membunuh saya, jasadnya mungkin bisa saja lenyap tetapi jasanya tetap tinggal abadi. Mendengar perkataan tersebut bapak menjadi naik pitam, kemarahannya tidak dapat di tahan, mobil yang ia ingin berikan ke Taksu pun di bawa pulangnya kembali, ia sangat kecewa dengan perilaku taksu yang berani melawan orang tuanya. 3. Tahap Akhir g. Leraian Peserta didik diminta untuk menemukan leraian yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Leraian adalah bagian struktur alur yang sesudah klimaks yang menunjukkan perkembangan ke peristiwa ke arah selesaian (Sudjiman, 1992: 35). Leraian yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya dapat ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut. (35) Tanpa menunggu jawaban, lalu saya pulang. Saya ceritakan pada istri saya yang sudah saya lakukan. Saya kira saya akan dapat pujian. Tetapi ternyata istri saya bengong. Ia tak percaya dengan apa yang saya ceritakan. Dan ketika kesadarannya turun kembali, matanya melotot dan saya dibentak habis-habisan (Wijaya, 2011: 7) (36) “Bapak terlalu! Jangan perlakukan anakmu seperti itu! Teriak istri saya kalap. Saya bingung. “Ayo kembali! Serahkan kunci mobil itu pada Taksu! Kalau memang mau ngasih anak mobil, kasih saja jangan pakai syarat segala, itu namanya dagang! Masak sama anak dagang. Dasar mata duitan!” (Wijaya, 2011: 7-8) (37) Saya tambah bingung. “Ayo cepat, nanti anak kamu kabur!” Saya masih ingin membantah. Tapi mendengar kata kabur, hati saya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 rontok. Taksu itu anak saya satu-satunya. Sebelas tahun kami menunggunya dengan cemas. Kami berobat ke sana-kemari, sampai berkali-kali melakukan enseminasi buatan dan akhirnya sempat dua kali mengikuti program bayi tabung. Semuanya gagal. Waktu kami pasrah tetapi kami tidak menyerah, akhirnya istri saya mengandung dan lahirlah Taksu. anak yang sangat mahal, bagaimana mungkin saya akan biarkan dia kabur? (Wijaya, 2011: 8) (38) “Ayo cepat! Teriak istri saya kalap. Dengan panik saya kembali menjumpai Taksu. tetapi sudah terlambat. Anak itu seperti sudah tahu saja, bahwa ibunya akan menyuruh saya kembali. Rumah kos itu sudah kosong. Dia pergi membawa semua barangbarangnya, yang tinggal hanya secarik kertas kecil dan pesan kecil (Wijaya, 2011: 8) (39) “Maaf, tolong relakan saya menjadi seorang guru.” Tangan saya gemetar memegang kertas yang disobek dari buku hariannya itu. Kertas yang nilainya mungkin hanya seperak itu, jauh lebih berarti dari kunci BMW yang harganya semilyar dan sudah mengosongkan deposito saya. Saya duduk di dalam kamar itu, mencium bau Taksu yang masih ketinggalan. Pikiran saya kacau. Apakah sudah takdir dari anak dan orang tua bentrok? Mau tak mau saya kembali memaki-maki Mina yang sudah menyesatkan pikiran Taksu. kembali saya memaki-maki guru yang sudah dikultusindividukan sebagai pekerjaan yang mulia, padahal dalam kenyataannya banyak sekali guru yang berengsek (Wijaya, 2011: 8) (40) Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Saya seperti dipagut aliran listrik. Tetapi ketika menoleh, itu bukan Taksu tetapi istri saya yang menyusul karena merasa cemas. Waktu ia mengetahui apa yang terjadi, dia langsung marah dan kemudian menangis. Akhirnya saya lagi yang menjadi sasaran. Untuk pertama kalinya saya berontak. Kalau tidak, istri saya akan seterusnya menjadikan saya bal-balan. Saya jawab semua tuduhan istri saya. Dia tercengang sebab untuk pertama kalinya saya membantah. Akhirnya di bekas pintu kamar anak kami, kami bertengkar keras (Wijaya, 2011: 8) Berdasarkan kutipan di atas, leraian tersebut menunjukkan perkembangan yang terjadi ayah sangat menyesali perbuatannya karena sudah memarahi taksu. ibu Taksu tidak menyangka bapak akan memarahi anaknya. Setelah menyesali perbuatannya ibu menyuruh bapak untuk kembali ke kos taksu. Ia sangat khawatir dengan keadaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 Taksu. setelah sampai di kos, ternyata taksu sudah pergi dan membawa semua barangnya. Ada satu yang sengaja tidak di bawa oleh taksu yaitu kertas yang berisi pesan “maaf tolong relakan saya menjadi guru”, bapak Taksu termenung melihat tulisan itu. Ibu menyusul bapak ke kos taksu, melihat Taksu sudah tidak ada ibu pun sangat marah kemudian menangis. h. Selesaian Peserta didik diminta untuk menemukan selesaian yng terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh jadi mengandung penyelesaian masalah yang melegakan (happy ending). Boleh juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan; misalnya si tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan penuh ketidakpastiaan, ketidakjelasan, ataupun ketidakpastian (Sudjiman: 36). Selesaian ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut. (41) (42) Tetapi itu 10 tahun yang lalu. Sekarang saya sudah tua. Waktu telah memproses segalanya begitu rupa, sehingga semuanya diluar dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia, menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang mewah dan mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan segar ke berbagai wilayah mancanegara (Wijaya, 2011: 8-9) “Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga bagia anak-anak muda lain yang menjadi generasinya. Bahkan guru bagi bangsa dan negara, karena jasa-jasanya menular etos kerja.” ucap promotor ketika Taksu mendapat gelar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 doktor honoris causa dari sebuah perguruan tinggi bergengsi. (Wijaya, 2011: 9) Selesaian pada cerpen Guru berakhir bahagia. Kini Taksu dapat menjadi contoh bagi kita semua, bahwa jika kita memiliki tekat untuk menggapai cita-cita. Kita harus optimis untuk dapat mencapainya. Kini Taksu menjadi inspirasi untuk banyak orang dan bagi bangsa dan negara dan juga Taksu bisa menggapai cita-cita sebagai seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya dan guru juga bagi anak-anak muda yang menjadi adik generasinya. Alur yang terdapat dalam cerpen Guru karya putu wijaya ialah alur campuran, karena pada cerpen menceritakan peristiwa yang sudah lalu dan diceritakan kembali pada masa sekarang. b. Tokoh Peserta didik diminta menemukan tokoh dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya di lihat dari segi peranannya. Tokoh terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama (sentral), dan tokoh bawahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik (Nurgiyantoro, 2007: 176-177). Cerpen Guru karya Putu Wijaya, tokoh utama dan tokoh sentralnya adalah Taksu dan Saya (Ayah Taksu). Taksu disebut sebagai tokoh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 sentral karena di setiap kejadian atau peristiwa menceritakan tentang keinginan Taksu yang ingin menjadi seorang guru, sedangkan tokoh saya (Ayah Taksu) disebut sebagai tokoh sentral karena tokoh ayah ini yang menceritakan kejadian atau peristiwa dari awal sampai akhir cerita. Bahkan ayah Taksu tidak setuju jika anaknya bercita-cita menjadi seorang guru. Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007: 176-177). Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit. Tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Tokoh bawahan yang ditemukan dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah: Ibu dan Mina. Ibu sebagai tokoh tambahan karena di setiap peristiwa atau kejadian tokoh ibu sangat melengkapi bagian setiap cerita. 1. Tokoh berdasarkan fungsi penampilan Peserta didik diminta menemukan sifat tokoh dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya berdasarkan fungsi penampilannya. Berdasarkan fungsi penampilannya, tokoh dalam cerita terbagi dua macam yaitu tokoh protagonis dan antagonis. Peserta didik diminta untuk menganalisis tokoh protagonis dan antagonis. a. Taksu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 Berdasarkan cerpen Guru karya Putu Wijaya, sifat Taksu berdasarkan penampilannya adalah tokoh protagonis. Taksu sebagai tokoh protagonis karena ia baik, mempunyai pendirian yang teguh serta konsisten ingin menjadi seorang guru. Pada akhir cerita Taksu menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi guru bagi 10.000 orang pegawainya. b. Ayah Taksu Berdasarkan cerpen Guru karya Putu Wijaya, sifat ayah Taksu berdasarkan penampilannya adalah tokoh antagonis. Tokoh ayah sebagai tokoh antagonis karena ia bersikap keras kepada anaknya dan memaksakan kehendaknya agar Taksu tidak boleh menjadi guru. ayah Taksu berpikir bahwa menjadi guru tidak mempunyai masa depan, itulah sebabnya ia tidak memperbolehkan anaknya menjadi guru. c. Ibu Berdasarkan cerpen Guru karya Putu Wijaya, sifat ibu berdasarkan penampilannya adalah tokoh antagonis. Tokoh ibu sebagai tokoh antagonis karena ibu bersifat keras sama seperti ayah yang memaksakan kehendaknya supaya anaknya tidak menjadi guru. c. Penokohan Peserta didik diminta untuk menemukan penokohan tokoh yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Hasil analisis penokohan tokoh yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 (1) Ayah Taksu Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7-9), penokohan perwatakan ayah Taksu sebagai berikut. a. Karakteristik melalui dialog Karakteristik melalui dialog terdiri atas apa yang dikatakan penutur, jati diri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jati diri tokoh yang ditiru oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara, penekanan, dialek, dan kosa kata. Melalui dialog yang digunakan oleh tokoh, maka pembaca dapat menganalisis kesimpulan berkaitan dengan penokohan atau perwatakan tokoh yang dimaksud. Berikut ini adalah kutipan dialog yang dapat menggambarkan karakter atau penokohan tokoh ayah Taksu. (43) (44) Anak saya bercita-cita menjadi guru bercita-cita menjadi guru. tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua tahu, macam apa masa depan seorang guru. karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia ngomong. “Kami dengar seletingan, kamu mau jadi guru, Taksu? Betul?! Taksu mengangguk. “Betul Pak.” Kami kaget. “Gila masak kamu mau jadi g-u-r-u?” “Ya.” (Wijaya, 2011: 1) “Taksu dengar baik-baik. Bapak hanya bicara satu kali saja. Setelah itu terserah kamu! Menjadi guru itu bukan cita-cita. Itu spanduk dijalan kumuh di desa. Kita hidup di kota. Dan ini era milenium ketiga yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan bebas. Di masa sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru. semua guru itu dilnya jadi guru karena terpaksa, karena mereka gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak nganggur saja. Ngerti? Setiap kali kalau ada kesempatan, mereka akan loncat ngambil yang lebih menguntungkan. Ngapain jadi guru, mau mati berdiri? Kamu kan bukan orang yang gagal, kenapa kamu jadi putus asa begitu?!” (Wijaya, 2011: 1) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 (45) Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya kejepit. Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada guru yang naik Jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan dari mengajar tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boroboro sebagai cita-cita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita itu harus tinggi, Taksu. Masak jadi guru? itu cita-cita sepele banget, itu namanya menghina orang tua. Masak kamu tidak tahu? Mana ada mana ada guru punya rumah bertingakat. Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak punya masa depan. Dunianya suram. Kita tidur, dia masih saja utak-atik menyiapkan bahan pelajaran atau memeriksa PR. Kenapa kamu bodoh sekali mau masuk neraka, padahal kamu masih muda, otak kamu encer, dan biaya untuk sekolah sudah kami siapkan. Coba pikir lagi dengan tenang dengan otak dingin!” (Wijaya, 2011: 1-2) Berdasarkan kutipan (43), menggambarkan bahwa ayah Taksu memiliki karakter yang sangat keras kepada anaknya. Ayah Taksu mendengar kabar bahwa Taksu ingin menjadi guru sangat kaget. Ia tidak percaya bahwa anaknya bercita-cita menjadi guru. Kutipan (44) menggambarkan karakter ayah Taksu yang memaksakan kehendaknya sendiri. Di dalam kutipan ini ayah Taksu sedang menasehati anaknya supaya tidak menjadi guru. ia memberi arahan kepada Taksu agar anaknya tahu betul jika nantinya hidup guru seperti orang-orang yang berada di jalan kumuh desa. Kutipan (45) menggambarkan karakter ayah Taksu yang sangat keras terhadap anaknya. Ia mengatakan bahwa jadi guru tidak mempunyai masa depan. Terlihat sekali bahwa ayah Taksu sangat tidak setuju jika Taksu ingin menjadi guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 b. Lokasi dan situasi percakapan Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah cerita agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi percakapan, pengarang dapat menggambarkan suatu keadaan. Melalui situasi percakapan pengarang dapat juga menggambarkan watak para tokoh dalam sebuah cerita. Berikut ini adalah kutipan yang dapat menggambarkan karakter ayah Taksu dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (46) Kami tinggalkan Taksu dengan hati panas. Istri saya ngomel sepajang perjalanan. Yang dijadikan bulan-bulanan, saya. Menurut dia, sayalah yang sudah salah didik, sehingga Taksu jadi cupet pikirannya (Wijaya, 2011: 2) (47) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa kerupuk kulit ikan kegemaran Taksu saya sendiri membawa sebuah laptop yang paling canggih, sebagai kejutan (Wijaya, 2011: 2) (48) Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali ini saya datang dengan kunci mobil. Saya tarik deposito saya di bank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu ingin punya mobil mewah, tapi saya hanya kuat beli murah. Tapi sejelek-jeleknya kan mobil, dengan bonus janji, kalau memang dia mau mengubah cita-citanya, jangankan mobil mewah, segalanya akan saya serahkan, nanti (Wijaya, 2011: 3) (49) Dengan panik saya kembali menjumpai Taksu. tetapi sudah terlambat. Anak itu seperti sudah tahu saja, bahwa ibunya akan menyuruh saya kembali. Rumah kos itu sudah kosong. Dia pergi membawa semua barang-barangnya, yang tinggal hanya secarik kertas kecil dan pesan kecil (Wijaya, 2011: 8). Berdasarkan kutipan (46), menggambarkan lokasinya sedang dalam perjalanan. Ayah Taksu berpikir bahwa ia lah yang salah mendidik anaknya sehingga anaknya ingin bercita-cita menjadi guru. Kutipan (47), menggambarkan lokasi percakapan di kos tempat Taksu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 tinggal. Ayah dan ibu Taksu mengunjungi anaknya dengan membawa oleh-oleh berupa kerupuk kulit ikan kegemaran Taksu dan laptop canggih. Kutipan (48), menggambarkan lokasi percakapan di kamar kos Taksu. ayahnya kembali mengunjungi Taksu dan memberikan sebuah hadia berupa mobil, agar Taksu ingin mengubah cita-citanya. Kutipan (49), menggambarkan lokasi percakapan di dalam kamar kos Taksu. ketika terjadi pertengkaran dengan ayah Taksu, Taksu pergi dan membawa semua barang-barangnya dan yang tinggal hanya secarik kertas dan sebuah pesan. c. Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain dalam cerita menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang berperan pula dalam cerita tersebut. (50) “Kau yang terlalu memanjakan dia, makanya dia seenak perutnya saja sekarang. Masak mau jadi guru. Itu kan bunuh diri!” (Wijaya, 2011: 2) Kutipan (50), menggambarkan tokoh Ibu yang pemarah. Karena ibu tidak setuju jika Taksu ingin menjadi guru. Oleh karena itu, ayahlah yang menjadi sasaran kemarahan. d. Kualitas mental tokoh Kualitas mental para tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain melalui alunan atau aliran tuturan. Kualitas mental ayah dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 adalah kuat. Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa kualitas mental ayah kuat. (51) “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu memutuskan. Jadi, singkat kata saja, kamu mau jadi apa sebenarnya?” Taksu memandang saya. “Jadi guru. Kan sudah saya bilang berkali-kali?” (Wijaya, 2011: 4) Kutipan (51), menunjukkan karakter Ayah yang sangat keras, memaksakan kehendaknya supaya Taksu tidak menjadi guru. Karena ayah Taksu beranggapan bahwa menjadi guru tidak mempunyai masa depan. e. Nada, suara, tekanan, dialek Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Ayah melalui nada, suara, tekanan, dan dialek. (52) “Mobil ini tidak pantas dipakai seorang guru. kunci ini boleh kamu ambil sekarang juga, kalau kamu berjanji bahwa kamu tidak akan mau jadi guru, sebab itu memalukan orang tua kamu. Kamu ini investasi untuk masa depan kami, Taksu, mengerti? Kamu kami sekolahkan supaya kamu meraih gelar, punya jabatan, dihormati orang tua, supaya kami juga ikut terhormat. Supaya kamu berguna kepada bangsa dan punya duit untuk merawat kamiorang tuamu kalau kami sudah jompo nanti. Bercita-citalah yang bener. Mbok mau jadi presiden begitu! Masak guru! Gila! Kalau kamu jadi guru, paling banter setelah menikah kamu akan kembali menempel di rumah orang tuamu dan menyusu sehingga semua warisan habis ludes. Itu namanya kerdil pikiran. Tidak! Aku tidak mau anakku terpuruk seperti itu!” (Wijaya, 2011: 4) Kutipan (52), menunjukkan karakter ayah yang sangat pemarah dan keras pada Taksu. di dalam kutipan tersebut terdapat mbok mau jadi presiden begitu! Masak mau jadi guru! Gila! Kutipan tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 menandakan bahwa ayah Taksu tidak setuju anaknya bercita-cita menjadi guru. f. Karakteristik melalui tindakan tokoh Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (53) “Coba jawab untuk terakhir kalinya, mau jadi apa kamu sebenarnya?” “Mau jadi guru.” Saya tak mampu melanjutkan. Tinju saya melayang ke atas meja. Gelas di atas meja meloncat. Kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muka saya (Wijaya, 2011: 5) Kutipan (53), menunjukkan karakteristik melalui tindakan tokoh ayah adalah melalui tindakan ayah sangat kesal kepada Taksu, karena kekesalan itulah ayah memukul meja dan menumpahkan kopi. Ayah kesal karena tekad Taksu ingin menjadi guru sangat teguh. (2) Taksu Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7-9), penokohan atau perwatakan tokoh Taksu ditemukan sebagai berikut. a. Karakteristik melalui dialog Karakteristik melalui dialog terdiri atas apa yang dikatakan penutur, jati diri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jadi diri tokoh yang dituju penutur, kualitas para tokoh, nada suara, penekanan, dialek, dan kosa kata. Perhatikan kutipan berikut ini. (54) “Saya sudah bilang saya ingin jadi guru, kok ditanya lagi, Pak.” Katanya sama sekali tanpa berdosa (Wijaya, 2011: 2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 Kutipan (54), menggambarkan karakter Taksu teguh pada pendiriannya. Taksu memiliki tekat yang kuat untuk menjadi seorang guru, tetapi ayah dan ibu Taksu tidak setuju anaknya menjadi guru. b. Lokasi dan situasi percakapan Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah cerita agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi percakapan, pengarang dapat menggambarkan suatu keadaan. Melalui situasi pengarang dapat juga menggambarkan watak para tokoh dalam suatu cerita. (55) “Bagaimana Taksu,” kata saya sambil menunjukkan kunci mobil itu. “Ini hadiah untuk kamu. Tetapi kamu juga harus memberi hadiah buat Bapak.” Taksu melihat kunci mobil itu dengan dingin. “Hadiah apa Pak?” Saya tersenyum. “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu sebenarnya?” (Wijaya, 2011: 4). Kutipan (55), menggambarkan lokasi percakapan di kamar kos Taksu. Taksu yang pada waktu itu dikunjungi oleh ayahnya dan diberi hadiah oleh dengan syarat Taksu tidak boleh menjadi guru. Tetapi Taksu dengan tegas menjawab bahwa ia ingin menjadi guru. c. Jati diri tokoh yang dituju Penutur yang dimaksud disini adalah tokoh lain dalam cerita yang menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang berperan pula dalam cerita tersebut. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Taksu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 (56) “Yang benar saja. Kita hidup perlu materi. Guru itu pekerjaan yang anti pada materi, buat apa kamu menghabiskan hidup kamu untuk sesuatu yang tidak berguna? Paham? Taksu mengangguk. “Paham. Tapi apa salahnya jadi guru?” (Wijaya, 2011: 3) Kutipan (56), mengambarkan karakter Taksu yang teguh pada pendiriannya. Taksu bertanya kepada ayahnya apa salahnya menjadi seorang guru. Meskipun, orang tua Taksu tidak setuju, ia akan tetap bercita-cita menjadi guru. d. Kualitas mental para tokoh Kualitas mental para tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain melalui alunan atau aliran tuturan. Perhatikan kutipan berikut ini. (57) “Saya mau jadi guru.” “Aku bunuh kau, kalau kau masih saja tetap mau jadi guru.” Taksu menatap saya. “Apa?” “Kalau kamu tetap saja mau jadi guru, aku bunuh kau sekarang juga!!” teriak saya kalap. Taksu balas memandang saya tajam. “Bapak tidak akan bisa membunuh saya.” (Wijaya, 2011: 6) Kutipan (57), menunjukkan karakter Taksu yang berani mengambil keputusan ingin menjadi guru. Bahkan Taksu berani membantah ayahnya demi cita-citanya. Ia mengatakan bahwa Bapak tidak akan dapat membunuh saya demi cita-citanya menjadi guru. e. Nada, suara, tekanan, dialek Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Taksu melalui nada, suara, tekanan, dialek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 (58) “Sebab guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin saja bisa busuk lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkan tetap tertinggal abadi. Bahkan bertumbuh, berkembang dan memberi inspirasi kepada generasi di masa yang akan datang. Guru tidak bisa mati, Pak.” (Wijaya, 2011: 6) Kutipan (58), menunjukkan karakter Taksu yang sangat berani, tegas, dan teguh pendirian. Taksu menjelaskan kepada ayahnya bahwa menjadi seorang guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin bisa busuk lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkan tetap tertinggal abadi. f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh Karakter tokoh dapat dilihat melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (59) “Ya! Itu sebabnya saya ingin jadi guru, sebab saya tidak mau mati.” Saya bengong. Saya belum pernah dijawab tegas oleh anak saya. Saya jadi gugup. “Bangsat! Kata saya kelepasan. “Siapa yang sudah mengotori pikiran kamu dengan semboyan keblinger itu? Siapa yang sudah mengindoktrinasikan kamu, Taksu?” Taksu memandang kepada saya tajam. “Siapa Taksu?!” “Bapak sendiri, kan?” (Wijaya, 2011: 6) Kutipan (59), memiliki karakter tindakan yang sangat keras dan selalu mengikuti apa yang orang tuanya lakukan. Sehingga Taksu menunjuk ayahnya sendiri menghormati jasa seorang guru. yang memberinya contoh untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 (3) Ibu Taksu Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7-9), penokohan atau perwatakan tokoh Ibu ditemukan sebagai berikut. a. Karakterisasi melalui dialog Karakterisasi melalui dialog terdiri atas apa yang dikatakan penutur, jati diri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jati diri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara, penekanan, dialeg, dan kosa kata. Melalui dialog yang digunakan oleh tokoh, maka pembaca dapat menganalisis kesimpulan yang berkaitan dengan penokohan atau perwatakan tokoh. Perhatikan kutipan berikut ini. (60) Kau terlalu memanjakan dia, makanya dia seenak perutnya sekarang. Masak mau jadi guru. Itu kan bunuh diri! (Wijaya, 2016: 2) Kutipan (60), menggambarkan karakter ibu yang pemarah dan tidak sabar. Tokoh ibu marah karena, ayah Taksu terlalu memanjakan anaknya, sehingga anaknya sekarang menjadi seenaknya sendiri. b. Lokasi dan situasi percakapan Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah cerita agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi percakapan, pengarang dapat menggambarkan suatu keadaan. Melalui situasi percakapan pengarang dapat juga menggambarkan watak para PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 tokoh dalam suatu cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter Ibu dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (61) “Laptopnya bawa pulang saja dulu, Pak. Biar Taksu mikir lagi! Kasih dia waktu tiga bulan, supaya bisa lebih mendalam dalam memutuskan sesuatu. Ingat, ini soal hidup matimu sendiri, Taksu!” (Wijaya, 2011: 3). Kutipan (61), lokasi dalam percakapan di kamar kos Taksu. Ibu menyuruh Bapak supaya membawa pulang lagi laptopnya dan membuat Taksu memutuskan sesuatu tidak terburu-buru. c. Jati diri tokoh yang dituju Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain dalam cerita yang menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang berperan pula dalam cerita. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Ibu. (62) “Sudah waktunya membuat shock therapy pada Taksu, sebelum ia kejeblos terlalu dalam. Ia memang memang memerlukan perhatian. Karena itu dia berusaha melakukan sesuatu yang menyebabkan kita terpaksa memperhatikannya. Dasar anak zaman sekarang, akal bulus!Yang dia kepingin bukan laptop tapi mobil! Bapak harus kerja keras beliin dia mobil, supaya mau mengikuti apa nasehat kita!” (Wijaya, 2011: 3) Kutipan (62), menggambarkan karakter ibu yang sangat sabar dan kadang-kadang jika kemauannya tidak terpenuhi ibu sangat pemarah. Makanya ibu kaget anaknya bercita-cita menjadi guru. d. Kualitas mental para tokoh Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Perhatikan kutipan berikut ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 (63) “Bapak terlalu! Jangan perlakukan anakmu seperti itu!” Teriak saya kalap (Wijaya, 2011: 7) Kutipan (63), menunjukan karakter ibu yang sayang pada anaknya. Ibu tidak mau sesuatu yang tidak baik terjadi pada anaknya, meskipun ia sangat tidak setuju jika Taksu ingin menjadi guru. e. Nada, suara, tekanan, dialek Nada, suara, tekanan, dialek dapat membantu memperjelas karakter tokoh. Kutipan berikut dapat menggambarkan tokoh Ibu. (64) “Ayo kembali! Serahkan kunci mobil itu pada Taksu! Kalau memang mau ngasih anak mobil, kasih saja jangan pakai syarat segala, itu namanya dagang! Masak sama anak dagang. Dasar mata duitan!” (Wijaya, 2011: 8) Kutipan (64), menunjukkan karakter Ibu yang peduli dan sayang pada Taksu, ia tidak menyangka bapak akan melakukan perbuatan seperti itu pada anaknya sendiri. Ibu marah sekali kepada bapak dan perkataan yang dikatakan sangat keras. f. Karakterisasi melalui tindakan Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (65) “Ayo cepet, nanti anak kamu kabur!” (Wijaya, 2011: 8) Kutipan (65), menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan ibu sangat peduli terhadap anaknya. Ia menyuruh Bapak untuk kembali ke kos Taksu supaya tidak terjadi apa-apa dengannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 d. Latar Latar adalah pijakan cerita konkret dan jelas untuk memberikan kesan secara realistis pada pembaca. Latar tempat dan waktu dikategorikan dalam latar fisik (physical setting). Namun, latar tidak terbatas pada tempat-tempat tertentu saja, atau bersifat fisik saja, melainkan juga yang terwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Dengan demikian latar dapat dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial (Nurgiyantoro, 2009: 217-219). Peserta didik diminta untuk menemukan latar yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Latar tersebut tebagi menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Berikut akan dianalisis ketiga latar tersebut. 1. Latar tempat Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar juga harus didukung oleh kehidupan sosial masyarakat, nilai-nilai tingkah laku, suasana dan sebagainya yang mungkin berpengaruh pada penokohan dan pengalurannya (Nurgiyantoro, 2009: 227-228). Peserta didik diminta untuk menemukan latar tempat yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Latar tempat terjadi di kos Taksu, di rumah dan dikamar. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 a. Di kos (66) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya (Wijaya, 2011: 2) b. Di rumah (67) Tanpa menunggu jawaban, lalu saya pulang. Saya ceritakan pada istri saya apa yang sudah saya lakukan. Saya kira saya akan dapat pujian. Tetapi ternyata istri saya bengong. Ia tak percaya dengan apa yang saya ceritakan. Dan ketika kesadarannya turun kembali, matanya melotot dan saya dibentak habis-habisan (Wijaya, 2011: 7) c. Di kamar (68) Dengan panik saya kembali menjumpai Taksu. tetapi sudah terlambat. Anak itu seperti sudah tahu saja, bahwa ibunya akan menyuruh saya kembali. Rumah kos itu sudah kosong. Dia pergi membawa semua barang-barangnya, yang tinggal hanya secarik kertas kecil dan pesan kecil (Wijaya, 2011: 7) (69) Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Saya seperti dipagut aliran listrik. Tetapi ketika menoleh, itu bukan Taksu tetapi istri saya yang menyusul karena merasa cemas (Wijaya, 2011: 7) 2. Latar waktu Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Menurut Genette (via Nurgiyantoro, 2009:231) latar waktu memiliki makna ganda, yang mengacu pada waktu penulisan cerita dan waktu kejadian yang dikisahkan dalam cerita. Peserta didik diminta untuk menemukan latar waktu dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Latar waktu yang terdapat dalam cerpen Guru menunjukkan pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. (70) “Pikirkan sekali lagi! Bapak kasih waktu satu bulan!” Taksu menggeleng. “Dikasih waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi guru.” (Wijaya, 2011: 2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 (71) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa kerupuk kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah laptop baru yang paling canggih, sebagai kejutan (Wijaya, 2011: 2) (72) “Laptopnya bawa pulang saja dulu, Pak. Biar Taksu mikir lagi! Kasih dia waktu tiga bulan, supaya bisa lebih mendalam dalam memutuskan sesuatu. Ingat, ini soal hidup matimu sendiri, Taksu!” (Wijaya, 2011: 3) (73) Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. Tapi Taksu juga tidak menghubungi kami. Saya jadi cemas. Ternyata anak memang tidak merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta diperhatikan anak (Wijaya, 2011: 4) (74) “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu sebenarnya?” (Wijaya, 2011: 4) (75) “Baik, kalau memang begitu, uang sekolah dan uang makan kamu mulai bulan depan kami stop. Kamu hidup saja sendirian. Supaya kamu bisa merasakan sendiri langsung bagaimana penderitaan hidup kamu. Tidak semudah yang kamu baca dalam teori dan slogan. Mudah-mudahan penderitaan itu akan membimbing kamu ke jalan yang benar. Tiga bulan lagi Bapak akan datang. Waktu itu pikiranmu sudah pastikan berubah! Bangkit memang baru terjadi sesudah sempat hancur!Tapi tak apa.” (Wijaya, 2011: 5) (76) Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya membawa kunci mobil mewah. Tapi terlebih dulu saya mengajukan pertanyaan yang sama (Wijaya, 2011: 5) (77) “Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain Taksu! Kamu jangan ngacau! Kamu tidak bisa hidup dengan nasehat yang Bapak berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas. Kamu tidak mau sekolah, kamu hanya mau main-main, kamu bahkan bandel dan kurang ajar pada gutu-guru yang datang ke sekolah naik ojek. Kamu tidak sabar meskipun sepatunya butut dan mukanya layu kurang gizi, tapi itulah orang-orang yang akan menyelamatkan hidup kamu. Itulah gudang ilmu yang harus kamu tempel sampai kamu siap (Wijaya, 2011: 6-7) (78) Satu jam saya memberi Taksu kuliah. Saya telanjangi semua persepsinya tentang hidup. Dengan tidak malu-malu lag, saya seret nama pacarnya si Mina yang mentang-mentang cantik itu, mau menyeret anak saya ke masa depan yang gelep (Wijaya, 2011: 7) (79) Saya masih ingin membantah. Tapi mendengar kata kabur, hati saya rontok. Taksu itu anak satu-satunya. Sebelas tahun kami menunggunya dengan cemas. Kami berobat ke sana-kemari, sampai berkali-kali melakukan enseminasi buatan dan akhirnya sempat dua kali mengikuti program bayi tabung. Semuanya gagal. Waktu kami pasrah tetapi tidak menyerah, akhirnya istri saya mengandung dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 lahirlah Taksu. anak yang sangat mahal, bagaimana mungkin saya akan biarkan dia kabur? (Wijaya, 2011: 8) (80) Tetapi itu sepuluh tahun yang lalu. Sekarang saya sudah tua. Waktu telah memproses segalanya begitu rupa, sehingga semuanya diluar dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang meah dan mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan segar ke berbagai wilayah mancanegara (Wijaya, 2011: 8-9). 3. Latar Sosial Latar sosial melukiskan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada suatu tempat dalam karya fiksi. Latar sosial berkaitan dengan kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap yang tercermin dalam kehidupan masyarakat yang kompleks (Nurgiyantoro, 2009: 233). Peserta didik diminta menemukan latar sosial yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Latar sosial yang terdapat dalam cerpen Guru menggambarkan bahwa Taksu sudah berhasil menjadi seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya dan menjadi guru bagi anak muda lain. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. (81) Sekarang saya sudah tua. Waktu telah memproses segalanya begitu rupa, sehingga semuanya diluar dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang mewah dan mengekspor barang-barang kerajianan serta ikan ke berbagai wilayah mancanegara (Wijaya, 2011: 8-9) (82) “Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga bagi anak-anak muda lain yang menjadi adik generasinya. Bahkan guru bagi bangsa dan negara, karena jasa-jasanya menularkan etos kerja,” ucap promotor ketika Taksu mendapat gelar doktor honoris causa dari sebuah perguruan tinggi bergengsi (Wijaya, 2011: 9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 e. Sudut Pandang Peserta didik diminta untuk menemukan sudut pandang dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Sudut pandang adalah cara pengarang menggambarkan tokoh, agar pembaca dapat memahami tokoh dalam sebuah cerita. Peneliti memilih menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2010: 249) sudut pandang dibedakan menjadi tiga, yaitu sudut pandang “dia”, sudut pandang persona pertama “aku”, dan sudut pandang campuran. Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah sudut pandang campuran dimana pengarang dalam mengisahkan tokoh dengan menggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” dan sudut pandang persona aku secara bergantian. Hal tersebut ditandai dalam kutipan sebagai berikut. (83) Anak saya bercita-cita menjadi guru. tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua tahu, macam masa depan seorang guru. karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia ngomong. f. Gaya Bahasa Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi gaya berbahasa dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Gaya berbahasa pada hakikatnya adalah pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. Teknik itu sendiri dilain pihak merupakan suatu bentuk pilihan, dan pilihan itu dapat dilihat pada bentuk ungkapan bahasa seperti yang dipergunakan dalam sebuah karya (Nurgiyantoro, 2011: 227). Dilihat dari bahasa yang digunakan pengarang dalam menulis cerita, gaya bahasa dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya menggunakan bahasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Bahasa yang khas yang juga digunakan pengarang dalam menggungkapkan pikiran serta memperlihatkan kepribadian pengarang. Tetapi kata yang dipilih oleh pengarang ada yang mengandung asosiasi yaitu perbandingan dua hal yang dianggap berbeda tetapi dianggap sama. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini. (84) Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. g. Tema Sudjiman memaparkan ada tiga langkah yang dapat diambil dalam menemukan tema. Pertama, harus dilihat persoalan yang paling menonjol. Kedua, secara kualitatif persoalan yang banyak menimbulkan konflik, konflik yang melahirkan peristiwa. Ketiga, menentukan waktu penceritaan yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra. Ketiga, langkah tersebut digunakan secara berurutan apabila menggunakan langkah-langkah pertama belum terjawab temanya, maka langkah berikutnya yang diambil adalah cara kedua, demikian seterusnya sampai tema yang dicari dapat ditemukan dengan tepat (Sudjiman, 1998: 92). Peserta didik diminta untuk menemukan tema dari langkah-langkah yang sudah ada. Berikut ini akan dianalisis ketiga langkah-langkah penentuan tema. 1) Persoalan yang Paling Menonjol PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 Persoalan yang paling menonjol yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah tentang orang tua yang melarang anaknya mempunyai cita-cita sebagai seorang guru. Tetapi anaknya yang bernama Taksu ini mempunyai pendirian yang sangat kukuh ingin menjadi seorang guru. Cita-cita yang sangat mulia ini tidak disetujui oleh kedua orang tuanya, karena mereka menganggap menjadi seorang guru tidak memiliki masa depan. (85) Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua tahu, macam apa masa depan seorang guru. Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia ngomong. “Kami dengar selentingan, kamu mau jadi guru, Taksu? Betul?!” Taksu mengangguk. “Betul Pak,” Kami kaget. “Gila, masak mau jadi g-u-r-u?” “Ya.” (Putu Wijaya, 2011: 1) (86) Saya dan istri saya pandang-pandangan. Itu malapetaka. Kami sama sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika kami tatap tajam-tajam, mata Taksu nampak tenang tak bersalah. Ia pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya. Jelas ia tidak mengetahui permasalahannya (Putu Wijaya, 2011: 1) (87) “Taksu dengar baik-baik, Bapak hanya bicara satu kali saja. Setelah itu terserah kamu! Menjadi guru itu bukan cita-cita. Itu spanduk di jalan kumuh desa. Kita hidup di kota. Dan ini era milenium ketiga yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan bebas. Di masa sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru. Semua guru itu dilnya jadi guru karena terpaksa, karena mereka gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak menganggur saja. Ngerti? Setiap kali kalau ada kesempatan, mereka akan loncatmengambil yang lebih menguntungkan. Ngapain jadi guru, mau mati berdiri? Kamu kan bukan orang yang gagal, kenapa kamu jadi putus asa begitu?!” “Tapi saya mau jadi guru.” (Putu Wijaya, 2011: 1) (88) “Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya kejepit. Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada guru yang naik jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan dari ngajar tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai cita-cita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita itu harus tinggi. Taksu. Masak jadi guru? Itu cita-cita sepele banget, itu namanya menghina orang tua. Masak kamu tidak tahu? Mana ada guru yang punya rumah bertingkat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak punya masa depan. Dunianya suram. Kita tidur, dia masih utak-atik menyiapkan bahan pelajaran atau memeriksa PR. Kenapa kamu bodoh sekali mau masuk neraka, padahal kamu masih muda, otak kamu encer, dan biaya untuk sekolah sudah kami siapkan. Coba kamu pikir lagi dengan tenang dengan otak dingin!” (Putu Wijaya, 2011: 1-2) (89) “Negara sengaja memuji-muji guru setinggi langit tetapi lihat sendiri, negara tidak pernah memberi gaji yang setimpal, karena mereka yakin, banyak orang seperti kamu, sudah puas karena dipuji. Mereka tahu kelemahan orang-orang seperti kamu, Taksu. Dipuji sedikit saja sudah mau banting tulang, kerja rodi tidak peduli tidak dibayar. Kamu tertipu Taksu! Puji-pujian itu dibuat supaya orangorang yang lemah hati seperti kamu, masih tetap mau jadi guru. Padahal anak-anak pejabat itu sendiri berlomba-lomba dikirim keluar negeri biar sekolah setinggi langit, supaya nanti bisa mewarisi jabatan bapaknya! Masak begitu saja kamu tidak nyahok?! (Putu Wijaya, 2011: 3). Berdasarkan kutipan di atas peristiwa yang paling menonjol dari cerpen Guru yang telah dianalisis terdapat pada halaman 1-2. Setelah menganalisis tema dengan langkah pertama berdasarkan persoalan yang paling menonjol dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya maka dapat disimpulkan bahwa tema dari Cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah menceritakan tentang seorang anak yang bercita-cita menjadi seorang guru. Anak ini bernama Taksu, cita-cita ia ini sangat mulia ingin menjadi seorang guru. Tetapi cita-cita menjadi seorang guru tidak disetujui oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya mengganggap menjadi seorang guru tidak ada masa depan. Hidupnya suram. Pekerjaan yang dilakukan tidak sebanding dengan penghasilan yang didapat. Itulah sebabnya, orang tua Taksu tidak memperbolehkan menjadi seorang guru. Tetapi Taksu tetap pada pendiriannya yang sangat kokoh ingin menjadi seorang guru, sehingga pada akhirnya Taksu membuktikan perubahan besar terjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 dihidupnya. Ia menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang mewah dan mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan ke berbagai wilayah di mancanegara, dan ia menjadi seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga bagi anak-anak muda lain yang menjadi adik generasinya. 2) Persoalan yang Paling Banyak Menimbulkan Konflik Persoalan yang paling banyak menimbulkan konflik dan peristiwa yaitu keinginan Taksu yang bercita-cita menjadi seorang guru. Orang tuanya pun tidak setuju dengan cita-cita Taksu. Mereka menganggap bahwa menjadi guru itu bukan cita-cita. Itu spanduk di jalan kumuh di desa. (90) Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya membawa kunci mobil mewah. Tapi ini terlebih dulu saya mengajukan pertanyaan yang sama. “coba jawab untuk yang terakhir kalinya, mau jadi apa kamu sebenarnya?” “mau jadi guru.” saya tak mampu lagi melanjutkan. Tinju saya melayang ke atas meja. Gelas di atas meja meloncat. Kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muka saya. (wijaya, 2011: 5) Berdasarkan kutipan di atas, persoalan yang paling menonjol adalah pada bapak menanyakan pertanyaan terakhir kepada Taksu, ia mau jadi apa sebenarnya? Kemudia taksu menjawab ia akan tetap ingin menjadi guru. konflik pun terjadi antara bapak dengan Taksu. bapak memukul meja dan gelas yang ada di atas meja melayang dan kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muka bapak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 3) Waktu Penceritaan Peristiwa atau Tokoh Waktu penceritaan peristiwa yang meliputi antara orang tua dan anak. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan di bawah ini. (91) (92) (93) (94) (95) (96) Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua tahu, macam apa masa depan seorang guru. Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia ngomong (Putu Wijaya, 2011: 1) Saya dan istri saya pandang-pandangan. Itu mala petaka. Kami sama sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika kami tatap tajam, mata Taksu nampak tenang tak bermasalah. Ia pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya. Jelas ia tidak mengetahui permasalahannya ( Putu Wijaya, 2011: 1) Kami bertambah khawatir, karena Taksu tidak takut bahwa kami tidak setuju. Istri saya menarik nafas dalam-dalam karena kecewa, lalu begitu saja pergi. Saya mulai bicara blak-blakan (Putu Wijaya, 2011: 1) “Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya kejepit. Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada guru yang naik Jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan dari mengajar tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai citacita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita harus tinggi. Taksu. Masak jadi guru? Itu cita-cita sepele banget, itu namanya menghina orang tua.masa kamu tidak tahu? Mana ada guru yang punya rumah bertingkat. Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak punya masa depan. Dunianya suram. Kita tidur dia masih saja otak-atik menyiapkan bahan pelajaran atau memeriksa PR. Kenapa kamu bodoh sekali mau masuk neraka, padahal kamu masih muda, otak kamu encer, dan biaya untuk sekolah sudah kami siapkan. Coba pikir lagi dengan tenang dengan otak dingin! (Putu Wijaya, 2011: 1-2) “Sudah saya pikir masak-masak,” Saya terkejut. “Pikirkan sekali lagi! Bapak kasih waktu satu bulan!” Taksu menggeleng. “Dikasih waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi guru.” “Tidak! Kamu pikir saja dulu satu bulan lagi!” (Putu Wijaya, 2011: 2) Kamis tinggalkan Taksu dengan hati panas. Istri saya sepanjang perjalanan. Yang dijadikan bulan-bulanan, saya. Menurut dia, sayalah yang sudah salah didik, sehingga Taksu jadi cupet pikirannya. “Kau yang terlalu memanjakan dia, makanya dia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 (97) (98) (99) (100) (101) (102) (103) seenak perutnya sekarang. Masak mau jadi guru. Itu kan bunuh diri!” (Putu Wijaya, 2011: 2) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa kerupuk kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah laptop baru yang paling canggih, sebagai kejutan (Putu Wijaya, 2011: 2) Taksu senang sekali. Tapi kami sendiri kembali sangat terpukul. Ketika kami tanyakan bagaimana hasil perenungannya selama dua bulan. Taksu memberi jawaban yang sama. “Saya sudah bilang saya ingin jadi guru, kok ditanya lagi, Pak,” katanya sama sekali tanpa rasa berdosa. Sekarang saya naik darah. Istri saya jangan dikata lagi. Langsung kencang mukanya. Ia tak bisa lagi mengekang merahnya. Taksu disemprotnya habis (Putu Wijaya, 2011: 2). “Taksu! Kamu mau jadi guru pasti karena kamu terpengaruh oleh puji-pujian orang-orang pada guru itu ya?!” damprat istri saya. “Mentang-mentang mereka bilang, guru pahlawan, guru itu berbakti kepada nusa dan bangsa. Ahh! Itu bohong semua! Itu bahasa pemerintah! Apa kamu pikir betul guru itu yang sudah menyebabkan orang jadi pinter? Apa kamu tidak baca di koran, banyak guru-guru yang brengsek dan bejat sekarang? Ah?” (Putu Wijaya, 2011: 2-3) “Kamu kan bukan jenis orang suka dipuji kan? Kamu sendiri bilang apa gunanya puji-pujian, yang penting adalah sesuatu yang konkret. Yang konkret itu adalah duit. Taksu. Jangan kamu takut dituduh meterialistis. Siapa bilang materialistik itu jelek. Itu kan kata mereka yang tidak punya duit. Karena tidak mampu cari duit mereka lalu memaki-maki duit. Mana mungkin kamu bisa hidup tanpa duit? Yang benar saja. Kita hidup perlu materi. Guru itu pekerjaan yang anti pada materi, buat apa kamu menghabiskan hidup kamu untuk sesuatu yang tidak berguna? Paham?” (Putu Wijaya, 2011: 3) Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. Tapi Taksu juga tidak menghubungi kami. Saya jadi cemas. Ternyata anak memang tidak merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta diperhatikan anak (Putu Wijaya, 2011: 4) Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali ini saya datang dengan kunci mobil. Saya tarik deposito saya dibank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu ingin punya mobil mewah, tapi saya hanya kuat beli murah. Tapi sejelekjeleknya kan mobil, dengan bonus janji, kalau memamng dia mau mengubah cita-citanya, jangankan mobil mewah, segalanya akan saya serahkan, nanti (Putu Wijaya, 2011: 4) “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 sebenarnya?” Taksu memandang saya. “Jadi guru. Kan sudah saya bilang berkali-kali?” (Putu Wijaya, 2011: 4) (104) “Bangsat! Kata saya kelepasan. “Siapa yang sudah mengotori pikiran kamu dengan semboyan keblinger itu? Siapa yang sudah mengindoktrinasi kamu, Taksu?” taksu memandang saya tajam. “Siapa Taksu?!” Taksu menunjuk. “Bapak sendiri, kan?” Saya terkejut. “Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain Taksu!kamu jangan ngacau! Kamu tidak bisa hidup dengan nasehat yang Bapak berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas. Kamu tidak mau sekolah, kamu hanya mau main-main, kamu bahkan bandel dan kurang ajar pada guru-guru kamu yang datang ke sekolah naik ojek. Kamu tidak sadar meskipun sepatunya butut dan mukanya layu kurang gizi, tapi itulah orang-orang yang akan menyelamatkan hidup kamu. Itulah gudang ilmu yang harus kamu tempel sampai kamu siap. Sebelum kamu siap, kamu harus menghormati mereka, sebab dengan menghormati mereka, baru ilmu itu bisa melekat. Tanpa ada ilmu kamu tidak akan bisa bersaing di zaman global ini. Tahu? (Putu Wijaya, 2011: 6-7) (105) “Maaf, tolong relakan saya menjadi seorang guru.” Tangan saya gemetar memegang kertas yang disobek dari buku hariannya itu. Kertas yang nilainya mungkin hanya seperak itu, jauh lebih berarti dari kunci BMW yang harganya semiliyar dan sudah menggosongkan deposito saya. Saya duduk di dalam kamar itu, mencium bau Taksu yang masih ketinggalan. Pikiran saya kacau. Apakah sudah takdir dari anak dan orang tua bentrok? Mau tak mau saya kembali memaki-maki Mina yang sudah menyesatkan pikiran Taksu. Kembali saya memaki-maki guru yang sudah dikultusindividukan sebagai pekerjaan yang mulia, padahal dalam kenyataannya banyak sekali guru yang brengsek (Putu Wijaya, 2011: 8). Dengan langkah ketiga dalam menentukan tema cerpen, maka dapat disimpulkan bahwa tema yang menggambarkan waktu penceritaan adalah ketika ayah dan ibu Taksu yang shok mendengar anaknya bercitacita menjadi seorang guru. Tetapi Taksu tetap teguh pada pendirian, bahwa cita-cita menjadi seorang guru adalah impiannya. Berbagai cara telah dilakukan orang tuanya untuk membujuk Taksu, tetapi usaha yang dilakukan selalu saja gagal. Taksu tetap bercita-cita menjadi seorang guru. Berdasarkan penentuan tema secara keseluruhan maka dapat disimpulkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 bahwa tema dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah “Tekat seorang anak yang bercita-cita menjadi guru” karena tokoh utama dalam cerpen ini yaitu “Taksu” mencerminkan orang yang memiliki tekat yang luar biasa serta konsisten dengan cita-citanya. Banyak rintangan yang dihadapi Taksu, dari mulai orang tuanya yang tidak setuju dengan cita-citanya untuk menjadi seorang guru. Tetapi, Taksu memiliki tekat yang sangat luar biasa untuk membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia benar-benar ingin menjadi seorang guru. Maka dari itu tema dalam cerpen Guru ini diklasifikasikan sebagai tema “Tekat” karena tema ini menggambarkan tekat seorang anak yang bercita-cita menjadi seorang guru. Tetapi ayah dan ibunya tidak setuju anaknya memiliki cita-cita menjadi guru. Karena kehidupan seorang guru tidak mempunyai masa depan. Berbagai cara telah dilakukan orang tua Taksu supaya anaknya tidak menjadi guru. Namun hasilnya sia-sia. Taksu pun tetap teguh pada keyakinannya untuk menjadi seorang guru. Ia percaya suatu saat nanti akan membawa perubahan di dalam hidupnya dan orang-orang sekitar. g. Amanat Peserta didik diminta untuk menyimpulkan amanat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui karyanya dan mengandung nilai moral, makna yang sangat bermanfaat bagi kehidupan pembaca. Amanat yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah jangan memaksakan kehendak orang lain. Kita dapat mencontoh Taksu, walaupun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 Taksu tidak disetujui oleh orang tuanya menjadi guru, tetapi Taksu mempunyai tekat untuk menjadi guru, sehingga ia dapat membuktikan bisa menjadi guru untuk generasi muda bangsa dan negara. Kita juga tidak boleh menjelekkan pekerjaan apapun itu, karena semua pekerjaan adalah sama. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini. (106) Guru itu tidak mempunyai masa depan. Dunianya suram. Kutipan (106), menunjukkan bahwa pekerjaan guru dianggap tidak mempunyai masa depan dan dunianya suram, padahal jika kita mengerjakan segala sesuatu pekerjaan, jika kita kerjakan sungguh-sungguh pasti kita mendapat hasil yang memuaskan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 4.3 Perencanaan Pembelajaran Unsur Intrinsik Cerpen “Guru” Karya Putu Wijaya dengan Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan. Langkah pertama, peserta didik mengembangkan pemikiran dalam memahami dan menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan serta mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sangat berkaitan dengan metode kontekstual, karena siswa berperan aktif dalam menghubungkan cerita pendek Guru dengan situasi atau keadaan sehari-hari. Kedua, melaksanakan kegiatan inkuiri (siswa menemukan alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat dari cerpen Guru). Ketiga, bertanya berkaitan dengan unsur intrinsik cerpen Guru. Keempat, diskusi kelompok mendiskusikan unsur alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya berbahasa, tema dan amanat. Kelima, pemodelan unsur intrinsik cerpen yang sudah dianalisis. Keenam, refleksi setelah pembelajaran akan selesai. Ketujuh, penilaian autentik, pada langkah ini guru melakukan penilaian pembelajaran melalui analisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya. Berikut ini akan dideskripsikan langkah-langkah pembelajaran kontekstual. Berikut pembahasan langkah-langkah pendekatan kontekstual yang digunakan untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 1. Mengembangkan pemikiran dalam memahami serta membuat sinopsis dari cerpen Guru karya Putu Wijaya (Kontruktivisme) Pada tahap awal ini, peserta didik mengembangkan pemikiran dalam memahami dan menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan serta mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sangat berkaitan dengan metode kontekstual, karena siswa berperan aktif dalam menghubungkan cerita pendek Guru dengan situasi atau keadaan sehari-hari. Siswa membaca secara bersama-sama cerpen Guru karya Putu Wijaya dan memahami isi serta makna cerita. Setelah itu, siswa membuat sinopsis dari cerpen Guru agar siswa mudah memahami isi cerita dari cerpen tersebut. Berikut ini sinopsis cerpen Guru karya Putu Wijaya. Cerita pendek Guru menceritakan tentang seorang yang bercita-cita menjadi guru, tetapi banyak hambatan untuk meraih cita-cita yang ia inginkan. Anak itu bernama Taksu. Ayah dan ibunya tidak setuju dengan keinginan Taksu yang bercita-cita menjadi guru. Mereka menganggap menjadi guru itu tidak mempunyai masa depan dan dunianya suram. Orang tuanya pun membujuk untuk mengikuti nasihatnya. Segala cara dilakukan orang tuanya supaya Taksu berubah pikiran. Tetapi Taksu tetap mempertahankan cita-citanya menjadi guru. Kepribadian Taksu yang kokoh seperti itu yang memicu semangatnya ingin tetap menjadi guru walaupun, kedua orang tuanya tidak setuju. Perjuangan yang sangat sulit PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 dilewati Taksu untuk membuktikan bahwa ia ingin tetap menjadi guru, meskipun kedua orang tuanya tidak setuju. 10 tahun sudah berlalu. Kini Taksu menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi seorang pengusaha sukses serta guru bagi 10.000 pegawainya dan guru bagi generasi muda. Akhirnya Taksu dapat membuktikan citacitanya kepada kedua orang tuanya dan ia mendapat gelar doctor honoris causa. 2. Kegiatan Inkuiri Setelah siswa memahami dan membuat sinopsis dari cerpen Guru, langkah kedua, siswa melakukan kegiatan inkuiri yaitu menemukan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. 3. Bertanya Setelah siswa menganalisis unsur tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, amanat, dan gaya berbahasa dalam cerpen Guru Putu Wijaya, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya berkaitan dengan materi pembelajaran. Dengan bertanya peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang mereka miliki dan dapat menambah pengetahuan yang belum pernah diketahui sebelumnya. Pertanyaan yang dapat ditanyakan berkaitan dengan unsur tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, amanat, dan gaya berbahasa yang dikaitkan di dalam kehidupan nyata. Guru juga memberikan pertanyaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 yang berkaitan dengan cerpen Guru, kemudian dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari supaya siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Berikut ini contoh kutipan yang dapat direlevansikan dalam kehidupan nyata peserta didik. Kutipan pada akhir cerita cerpen Guru yang dapat di contoh oleh peserta didik, keinginan Taksu menjadi seorang guru tidaklah mudah. Banyak rintangan yang harus dihadapi, karena ayah dan ibu Taksu sangat tidak setuju anaknya menjadi guru. Relevansinya di dalam kehidupan nyata peserta didik bahwa cita-cita yang dimiliki harus dapat kita raih untuk mencapai kesuksesan di masa yang akan datang. (107) Sekarang saya sudah tua. Waktu telah memproses segalanya begitu rupa, sehingga semuanya di luar dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang mewah dan mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan segar ke berbagai wilayah mancanegara (Putu Wijaya, 2011: 8-9) (108) “Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga bagi anak-anak muda lain yang menjadi adik generasinya. Bahkan guru bagi bangsa dan negara, karena jasa-jasanya menularkan etos kerja,” ucap promotor ketika Taksu mendapat gelar doktor honoris causa dari sebuah perguruan tinggi bergengsi (Putu Wijaya, 2011: 9) Kutipan di atas, menunjukkan bahwa Taksu telah menggantikan beban hidup kelurganya. Ia sekarang menjadi seorang pengusaha besar dan menjadi seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya dan bagi anak-anak muda lain yang menjadi adik generasinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 2. Diskusi kelompok (Masyarakat belajar) Setelah menemukan konsep pembelajaran melalui bertanya, peserta didik dibagi menjadi 3-4 orang di dalam kelompok. Di dalam diskusi kelompok peserta didik mendiskusikan unsur tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa cerpen Guru karya Putu Wijaya. Diskusi kelompok ini dapat membantu peserta didik dalam belajar menuangkan pikiran, ide dan gagasan yang dimiliki serta dapat menambah wawasan. Di dalam kelompok yang sudah selesai berdiskusi, perwakilan kelompok menyampaikan ide dan gagasan tentang unsur tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa cerpen Guru karya Putu Wijaya serta dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata. Setelah itu guru memberikan pernyataan atau kesimpulan dari cerpen Guru karya Putu Wijaya yang dapat memotivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. 3. Pemodelan Pemodelan diberikan kepada peserta didik dapat mengerti apa yang guru inginkan sehingga peserta didik dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru. Guru memberikan pemodelan unsur intrinsik cerpen yang sudah dianalisis. Melalui pemodelan ini, peserta didik dapat memahami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 langkah-langkah menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya yang sudah dianalisis. Cerpen yang berikan kepada peserta didik dalam analisis unsur tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya berbahasa dan amanat adalah cerpen Doktor karya Putu Wijaya. Secara ringkas cerita Doktor adalah sebagai berikut 4. Refleksi Setelah pembelajaran akan selesai untuk dapat menguji pemahaman materi siswa, peserta didik hendaknya membuat catatan kecil mengenai pemahaman materi unsur intrinsik yang sudah dibahas dan didiskusikan di dalam kelompok. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengingat kembali, mencerna, dan menghayati materi pembelajaran (learning to be). Refleksi ini dapat berupa pengahayatan pengetahuan yang sudah diperoleh peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, baik dalam kekurangan dan kelebihan yang diperoleh oleh masing-masing peserta didik. Setelah melakukan pembelajaran di kelas siswa dapat memahami unsur intrinsik karya sastra yaitu tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa. Dalam menentukan tema terdapat 3 langkah, (1) mencari persoalan yang paling menonjol, (2) persoalan yang menimbulkan konflik dan peristiwa, (3) persoalan yang menggambarkan waktu penceritaan peristiwa dan tokoh-tokoh. Alur terdiri dari tiga tahap yaitu (1) awal (paparan, rangsangan, gawatan), (2) tengah (tikaian, rumitan, klimaks), (3) dan akhir (leraian, selesaian). Latar dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Tokoh dibedakan menjadi tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan. Fungsi penampilan tokoh dalam cerita terbagi atas 2 macam, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Penokohan, Sudut pandang, gaya berbahasa dan amanat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 Bagi guru refleksi berguna sebagai tolok ukur keberhasilan dalam menggunakan metode kontekstual dan proses pembelajaran. Guru dapat melakukan penilaian melalui analisis unsur tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, dan gaya bahasa. 5. Penilaian Autentik Pada langkah terakhir ini, guru melakukan penilaian pembelajaran melalui analisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Guru dapat menilai peserta didik dalam bilang kognitif dari tugas yang diberikan serta menilai keterampilan menulis. Hasil penilaian ini sangat ditentukan oleh keseriusan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam melakukan penilaian autentik, guru menyiapkan cerpen yang berjudul Guru karya Putu Wijaya sebagai bahan penilaian. Cerpen ini mengisahkan tentang tekat seorang anak yang bercita-cita menjadi guru dan memiliki tekat yang sangat berani untuk mewujudkan mimpimimpinya. Namun, cita-citanya tidak disetujui oleh ayah dan ibunya. 4.4. Perencanaan Pembelajaran tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa cerpen Guru karya Putu Wijaya Dalam kegiatan pembelajaran, guru terlebih dahulu menyiapkan materi pembelajaran. Guru juga harus menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan melihat silabus. RPP sangat mempunyai peranan penting dalam berlangsungnya pembelajaran, rpp ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 dibuat dengan tujuan supaya dapat tercapainya pembelajaran dengan baik. Setelah menganalisis unsur tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang dan gaya berbahasa cerpen Guru karya Putu Wijaya, kemudian dilanjutkan dengan membuat silabus serta RPP pembelajaran cerpen Guru karya Putu Wijaya untuk pembelajaran siswa SMA kelas XII semester 1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut. A. Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Upaya tersebut perlu dilaksanakan untuk mengordinasikan komponen-komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi dasar, indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK). (Mulyasa, 2008: 154-155), Pada hakekatnya penyusunan RPP bertujuan merancang pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penyusunan RPP ini, penulis menggunakan pendekatan kontekstual pada langkahlangkah kegiatan pembelajaran untuk siswa kelas XII Semester 1. Menurut Depdiknas, Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan motivasi siswa untuk membuat hubungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan konteksktual terdapat 7 komponen. Penulis mengimplementasikan komponen pendekatan kontekstual dalam menyusun RPP yang terdapat pada kegiatan pembelajaran sebagai berikut: (1) Kontruktivisme, Siswa mempelajari definisi tema, alur, latar dan tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa yang terdapat dalam cerpen dan mengaitkan mempelajari definisi unsur intrinsik kedalam kehidupan sehari-hari atau dunia nyata, (2) Inkuiri, siswa menganalisis secara individu cerpen Guru untuk menemukan unsur tema, alur, latar dan tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya, (3) Bertanya, Siswa bertanya kepada guru berkaitan dengan unsur tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa dan mengaitkannya dengan pertanyaan mempelajari unsur intrinsik dengan kehidupan sehari-hari. (4) Masyarakat belajar, siswa mendiskusikan secara berkelompok hasil analisis setiap individu mengenai unsur tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya, (5) Pemodelan, guru memberikan contoh pemodelan cerpen Guru karya Putu Wijaya yang sudah dianalisis, (6) refleksi, guru dan siswa melakukan refleksi terkait pembelajaran dengan membuat ringkasan mengenai penguasaan materi, (7) Penilaian otentik, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 sebelum mengakhiri pembelajaran, guru memberikan post-tes berkaitan dengan materi unsur tema, alur, latar dan tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa yang sudah diberikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 BAB V PENUTUP Dalam bab ini akan dikaji dua hal, yaitu (1) simpulan dan (2) saran. Simpulan berisi rangkuman atas keseluruhan penelitian ini, sedangkan saran meliputi hal-hal yang kiranya perlu diperhatikan oleh (1) guru bahasa Indonesia, (2) penelitian lain. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, tema, amanat, dan gaya bahasa cerpen Guru karya Putu Wijaya. Hasil analisis unsur intrinsik cerpen Guru sebagai berikut. Pertama, alur yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah alur campuran, karena pada cerpen Guru menceritakan peristiwa yang sudah lalu dan diceritakan kembali pada masa sekarang. Kedua, tokoh dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah Taksu, Ayah Taksu, Ibu. Tokoh utama dan tokoh sentral adalah Taksu dan Saya (Ayah Taksu). Tokoh tambahan adalah Ibu, karena di setiap peristiwa atau kejadian tokoh ibu sangat melengkapi bagian setiap cerita. Ketiga, penokohan tokoh dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah Taksu adalah tokoh protagonis. Taksu sebagai tokoh protagonis karena ia baik, mempunyai pendirian yang teguh serta konsisten ingin 121 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122 menjadi seorang guru. Pada akhir cerita Taksu menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi guru bagi 10.000 orang pegawainya. Tokoh ayah sebagai tokoh antagonis karena ia bersikap keras kepada anaknya dan memaksakan kehendaknya agar Taksu tidak boleh menjadi guru. Ayah Taksu berpikir bahwa menjadi guru tidak mempunyai masa depan, itulah sebabnya ia tidak memperbolehkan anaknya menjadi guru. Tokoh ibu sebagai tokoh antagonis karena ibu bersifat keras sama seperti ayah yang memaksakan kehendaknya supaya anaknya tidak menjadi guru. Keempat, latar dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya terbagi menjadi tiga unsur yaitu, latat tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat terjadi di kos Taksu, di rumah dan dikamar. Latar waktu yang terdapat dalam cerpen Guru menunjukkan pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita. Latar sosial yang terdapat dalam cerpen Guru menggambarkan bahwa Taksu sudah berhasil menjadi seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya dan menjadi guru bagi anak muda lain. Kelima, sudut pandang dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah sudut pandang campuran. Pengarang dalam mengisahkan tokoh menggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” dan sudut pandang persona aku secara bergantian. Keenam, gaya berbahasa cerpen Guru karya Putu Wijaya Wijaya menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Bahasa yang khas yang juga digunakan pengarang dalam menggungkapkan pikiran serta memperlihatkan kepribadian pengarang. Tetapi kata yang dipilih oleh pengarang ada yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123 mengandung asosiasi yaitu perbandingan dua hal yang dianggap berbeda tetapi dianggap sama. Ketujuh, tema yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah “Tekat” seorang anak yang bercita-cita menjadi guru” karena tokoh utama dalam cerpen ini yaitu “Taksu” mencerminkan orang yang memiliki tekat yang luar biasa serta konsisten dengan citacitanya. Banyak rintangan yang dihadapi Taksu, dari mulai orang tuanya yang tidak setuju dengan cita-citanya untuk menjadi seorang guru. Tetapi, Taksu memiliki tekat yang sangat luar biasa untuk membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia benar-benar ingin menjadi seorang guru. Kedelapan, amanat yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah jangan memaksakan kehendak orang lain. Kita dapat mencontoh Taksu, walaupun Taksu tidak disetujui oleh orang tuanya menjadi guru, tetapi Taksu mempunyai tekat untuk menjadi guru, sehingga ia dapat membuktikan bisa menjadi guru untuk generasi muda bangsa dan negara. Pembelajaran cerpen dengan pendekatan kontekstual untuk siswa SMA kelas XII Semester 1 dapat dilakukan melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tujuh langkah, yaitu (1) mengembangkan pemikiran, dalam langkah ini siswa mengembangkan pemikiran dalam memahami cerpen Guru karya Putu Wijaya yang sudah dibaca, setelah mengembangkan pemikiran dan memahami cerpen Guru siswa membuat sinopsip singkat dari cerpen tersebut. (2) kegiatan inkuiri, dalam langkah ini siswa menemukan alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 bahasa, tema dan amanat dari cerpen Guru karya Putu Wijaya. (3) bertanya, siswa bertanya berkaitan dengan unsur intrinsik cerpen Guru. (4) masyarakat belajar, pada langkah ini siswa diskusi kelompok mendiskusikan unsur alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat. (5) pemodelan, pada langkah ini siswa diberikan contoh model unsur intrinsik cerpen yang sudah dianalisis, contohnya adalah cerpen Guru yang sudah dianalisis. (6) refleksi, setelah pembelajaran akan selesai dilakukan refleksi pembelajaran. (7) penilaian. pada langkah ini guru melakukan penilaian pembelajaran melalui analisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya. 5.2 Saran Saran yang diberikan ini ditujukan kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XII Semester 1 dan bagi peneliti selanjutnya yang relevan. (1) Bagi guru diharapkan bahwa pendekatan kontekstual dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan alternatif pendekatan dalam mengajar sastra termasuk cerpen. (2) Bagi peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan dan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi kelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Cicik, Vitalis Novika. (2012). “Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP. Universitas Sanata Dharma. Djojosuroto, Kinayanti. (2006). Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Penerbit Pustaka. Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Keraf, Gorys. (2008). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kurniawan, Heru. (2012). Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Moleong, Lexy. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Dharma. Mulyasa, E. H. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa. Muslich, Masnur. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan bagi Guru, Kepala, Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa. Muslich, Masnur. (2007). KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Angkasa. Nurdin, dkk. (2002). Intisari Bahasa Sastra Indonesia: Ringkasan Materi Lengkap Disertai Contoh Soal Jawab dan Latihan. Bandung: Pustaka Setia. Nurgiyantoro, Burhan. (2007). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurgiyantoro, Burhan. (2007). Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahmanto, B. (1998). Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rita, Theresia Listiana. (2004). “Unsur Intrinsik Cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan Yang Remis” Karya A.S Laksana Dan Implementasinya Dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk Siswa Kelas XII Semester”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP. Universitas Sanata Dharma. 125 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126 Siswanto, Wahyudi. (2008). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Siswantoro. (2010). Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Syamsuddin, Henry Guntur. 2009. Dasar-dasar Kurikulum Bahasa. Bandung: Angkasa. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana. Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santoso. 2011. Sastra, Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka. Waluyo, J. Herman. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Wijaya, Putu. (2011). Cerpen Guru. Jakarta: Pustaka Pelajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Stella Duce 3 Bantul Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XII Semester : 1 Standar Kompetensi : Membaca 1. Memahami wacana sastra dan cerpen Kompetensi Materi Dasar Pembelajaran 7.2 1. Cerpen Guru Menjelaskan karya Putu unsur Wijaya intrinsik 2. Unsur-unsur cerpen intrinsik cerpen (tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, daya berbahasa dan Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Contoh soal Alokasi Pencapaian 1. Siswa membaca cerpen Guru karya Putu Wijaya 2. Siswa membuat sinopsis cerpen Guru karya Putu Wijaya 3. Siswa membentuk kelompok 4-5 orang setiap kelompok 4. Siswa mengidentifikasi unsur tema, alur, latar, tokoh, 1. Menjelaskan 8 unsur intrinsik 2.Mengidentifkasi 8 unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya 128 Sumber Belajar Waktu Jenis Tugas Tugas 1. Jelaskan 8 4 x 45 unsur intrinsik! kelompok dan 2. Identifkasilah 8 tugas individu unsur intrinsik cerpen Guru Bentuk karya Putu Instrumen Wijaya! Menit 1. Laptop, LCD, Proyektor 2. Buku siswa 3. Cerpen Guru Jawaban karya singkat Putu Uraian Wijaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129 amanat) penokohan, sudut pandang, gaya berbahasa dan amanat 5. Siswa melaporkan hasil analisis unsur tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya berbahasa dan amanat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMA Stella Duce Bantul Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII/1 Standar Kompetensi : 7. Memahami wacana puisi dan cerpen Kompetensi Dasar : 7.2 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 x pertemuan) A. Indikator Afektif 1.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen Guru 1.2 Menunjukkan sikap disiplin dalam mengerjakan tugas unsur intrinsik dengan baik Kognitif 2.1 Menjelaskan 8 unsur intrinsik 2.2 Mengidentifkasi 8 unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya Psikomotorik 3.1 Menyusun bahan presentasi 3.2 Mempresentasikan unsur intrinsik cerpen Guru di depan kelas 130 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131 B. Tujuan Pembelajaran 1. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas kelompok mengidentifikasi 8 unsur intrinsik cerpen Guru 2. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa menunjukkan sikap disiplin dalam mengerjakan tugas 8 unsur intrinsik cerpen Guru 3. Setelah membaca berbagai pengertian cerpen, siswa dapat menjelaskan pengertian cerpen dengan baik dan benar 4. Setelah membaca pengertian cerpen, siswa dapat menyebutkan ciri-ciri cerpen dengan benar 5. Setelah menyebutkan ciri-ciri cerpen, siswa menjelaskan pengetian unsur intrinsik cerpen dengan benar 6. Setelah menjelaskan pengertian unsur intrinsik cerpen, siswa menjelaskan 8 unsur intrinsik cerpen dengan benar 7. Setelah menjelaskan 8 unsur intrinsik cerpen, siswa dapat mengidentifikasi 8 unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya dengan baik dan benar 8. Setelah mengidentifikasi 8 unsur intrinsik cerpen Guru, siswa dapat menyusun bahan presentasi unsur intrinsik cerpen Guru di depan kelas 9. Setelah siswa menyusun bahan presentasi unsur intrinsik cerpen Guru, siswa dapat mempresentasikan unsur intrinsik cerpen Guru di depan kelas Karakter siswa yang diharapkan: - Memiliki rasa hormat dan perhatian kepada guru (respect) - Memilki rasa tanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru (responsibility) - Memiliki keberanian presentasi di depan kelas(courage) C. Materi Pembelajaran 1. Pengertian cerita pendek 2. Ciri-ciri cerita pendek 3. Cerpen Guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132 4. Unsur intrinsik cerpen (tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya berbahasa dan amanat) D. Pendekatan dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan Kontekstual 2. Metode: a. Tanya jawab b. Diskusi c. Penugasan/latihan E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama Kegiatan Kegiatan Awal Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru memberi salam kepada siswa 10 Menit 2. Guru menyiapkan siswa untuk siap belajar (berdoa) Orientasi 3. Guru memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan diajarkan dan memberikan ilustrasi mengenai unsur intrinsik Apersepsi 4. Guru memberikan gambaran atau contoh kepada siswa. Kemudian guru memberikan ilustrasi kotak pensil, siswa menyebutkan apa saja bagian dalam dan bagian luar yang terdapat pada kotak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133 pensil. Pada contoh kotak pensil, guru mengaitkan dengan unsur intrinsik cerpen. Motivasi 5. Guru memberi motivasi dan manfaat mempelajari unsur intrinsik cerpen dan manfaat dalam kehidupan nyata dan kehidupan sehari-hari Kegiatan Inti 70 Menit 1. Eksplorasi a. Siswa mencatat materi yang diberikan Guru b. Siswa membaca dan memahami isi cerpen Guru karya Putu Wijaya c. Siswa menulis sinopsis Guru karya Putu Wijaya d. Siswa mempelajari definisi tema, alur, latar dan tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa yang terdapat dalam cerpen dan mengaitkan mempelajari definisi unsur intrinsik kedalam kehidupan sehari-hari atau dunia nyata e. Kemudian siswa menganalisis secara individu cerpen Guru untuk menemukan unsur tema, alur, latar dan tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya f. Siswa bertanya kepada guru berkaitan dengan unsur tema, alur, latar dan tokoh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134 dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa dan mengaitkannya dengan pertanyaan mempelajari unsur intrinsik dengan kehidupan sehari-hari 2. Elaborasi g. Setelah siswa menganalisis tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa. Guru membentuk beranggotakan 4-5 kelompok yang orang setiap kelompok h. Siswa mendiskusikan berkelompok hasil analisis secara setiap individu mengenai unsur tema, alur, latar dan tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya i. Siswa mendiskusikan mempelajari unsur intrinsik manfaat yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya serta mengaitkannya kedalam kehidupan masing-masing siswa j. Guru memberikan intruksi agar tugas kelompok dipresentasikan pada pertemuan selanjutnya k. Guru memberikan contoh pemodelan cerpen Guru karya Putu Wijaya yang sebelumnya sudah dianalisis. 3. Konfirmasi l. Guru memberikan umpan balik positif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135 dan penguatan dalam bentuk lisan dan tulisan kepada siswa m. Guru bertanya tentang materi yang belum diketahui siswa Kegiatan Akhir 10 menit 1. Kesimpulan Guru dan siswa menyimpulkan materi tentang mengidentifikasi unsur tema, alur, latar dan tokoh, dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya 2. Refleksi Guru dan siswa melakukan refleksi terkait pembelajaran dengan membuat ringkasan mengenai penguasaan materi 3. Evaluasi Sebelum mengakhiri pembelajaran, Guru memberikan post-tes berkaitan dengan materi unsur tema, alur, latar dan tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa yang sudah diberikan 4. Tindak Lanjut Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa berkaitan dengan intrinsik yang sudah dipelajari unsur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136 Pertemuan Kedua Kegiatan Kegiatan Awal Deskripsi kegiatan Alokasi Waktu 1. Guru memberi salam kepada siswa 10 menit 2. Guru menyiapkan siswa untuk siap belajar (berdoa) 3. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas rumah yang telah diberikan pada pertemuan pertama Orientasi 4. Guru memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan diajarkan dan memberikan ilustrasi menganai materi lanjutan unsur intrinsik Apersepsi 5. Guru memberikan penjelasan tentang gambaran awal mengenai unsur intrinsik cerpen yang sudah dipelajari Motivasi 6. Guru memberi motivasi gambaran manfaat mempelajari unsur intrinsik cerpen Kegiatan Inti 1. Eksplorasi a. Guru dan siswa bertanya jawab mengenai materi sebelumnya yang telah dipelajari agar pemahaman tentang unsur intrinsik lebih baik 70 Menit PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137 b. Guru memberikan intruksi agar peserta didik duduk bersama kelompoknya dan mempersiapkan hasil analisis unsur intrinsik dan dipresentasikan di depan kelas 2. Elaborasi c. Semua kelompok tugasnya terkait wajib melaporkan menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya d. Guru memberikan intruksi agar peserta didik yang lainnya menanggapi atau memberi pertanyaan atas presentasi setiap kelompok dan mengaitkan pertanyaan dengan kehidupan sehari-hari 3. Konfirmasi e. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan dan tulisan kepada siswa f. Guru bertanya tentang materi yang belum diketahui siswa Kegiatan Akhir 10 menit 1. Kesimpulan Guru dan siswa menyimpulkan materi tentang mengidentifikasi unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Guru dan guru memberikan kesimpulan intrinsik dengan dalam mengaitkan kehidupan nyata unsur atau kehidupan sehari-hari sehingga dapat berguna dan bermanfaat untuk siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138 2. Refleksi Guru dan siswa melakukan refleksi terkait pembelajaran dengan membuat ringkasan mengenai penguasaan materi 3. Evaluasi Sebelum mengakhiri pembelajaran, Guru memberikan post-tes berkaitan dengan materi unsur intrinsik cerpen F. Media Pembelajaran 1. LKS 2. Rangkuman materi 3. Teks cerpen Guru karya Putu Wijaya 4. Alat: LCD, Power Point G. Sumber Belajar Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Djojosuroto, Kinayati. 2006. Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Penerbit Pustaka. Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Waluyo, Herman. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139 Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santoso. 2011. Sastra, Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka Stanton, Robert. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar H. Penilaian 1. Aspek Kognitif g. Indikator : 7.2.1 Siswa mampu mengidentifkasi unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya h. Bentuk : Uraian i. Jenis Tugas : Individu j. Instrumen : Soal Uraian Kerjakan soal di bawah ini! 1. Jelaskan 8 unsur intrinsik! (skor 25) 2. Identifkasilah 8 unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya! (skor 25) Rubrik Penilaian No Kriteria Penilaian Skor 1. Menjelaskan 8 unsur intrinsik 25 Menjelaskan 7 unsur intrinsik 23 Menjelaskan 6 unsur intrinsik 20 Menjelaskan 5 unsur intrinsik 18 Menjelakan 4 unsur intrinsik 16 Menjelaskan 3 unsur intrinsik 14 Menjelskan 2 unsur intrinsik 12 Menjelakan 1 unsur intrinsik 10 Mengidentifikasi 8 unsur intrinsik cerpen Guru 25 2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140 Mengidentifikasi 7 unsur intrinsik cerpen Guru 23 Mengidentifikasi 6 unsur intrinsik cerpen Guru 20 Mengidentifikasi 5 unsur intrinsik cerpen Guru 18 Mengidentifikasi 4 unsur intrinsik cerpen Guru 16 Mengidentifikasi 3 unsur intrinsik cerpen Guru 14 Mengidentifikasi 2 unsur intrinsik cerpen Guru 12 Mengidentifikasi 1 unsur intrinsik cerpen Guru 10 Pedoman Penilaian Skor = jumlah pemerolehan angka seluruh aspek Nilai = skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141 2. Aspek Afektif Mata Pelajaran :........................................... Kelas/Semester :........................................... Tahun Ajaran :........................................... Waktu Pengamatan :........................................... Karakter yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah menunjukkan tanggung jawab dan disiplin dalam berinteraksi secara efektif dengan llingkungan sosial dan jangkauan pergaulan. Rubrik Penilaian Selalu Sering Tampak Indikator Tampak (4) i. Siswa mampu menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen Guru ii. Siswa mampu menunjukkan sikap disiplin dalam mengerjakan tugas unsur intrinsik dengan baik Pedoman Penilaian Skor = jumlah pemerolehan angka seluruh aspek Nilai = skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal Belum (3) (2) (1) Keterangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142 3. Aspek Psikomotorik Kriteria Penilaian Deskripsi Pelaksanaan Media Presentasi Kelengkapan Isi Pemahaman Skor a. Media yang a. Mempresentas digunakan ikan dengan sangat intonasi yang menarik sangat jelas a. Kelengkapan isi yang dipaparkan sangat lengkap a. Kemampuan menanggapi presentasi kelompok lain sangat baik 5 b. Media yang b. Mempresentas cukup ikan dengan menarik intonasi cukup jelas b. Kelengkapan isi yang dipaparkan lengkap b. Kemampuan menanggapi presentasi kelompok lain baik 3 c. Media yang c. Mempresentas digunakan ikan dengan kurang intonasi yang menarik kurang jelas c. Kelengkapan isi yang dipaparkan tidak lengkap c. Kemampuan menganggapi presentasi kelompok lain cukup baik Skor Maksimal 2 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143 Rubrik Penilaian Nama Media Presentasi Kelengkapan Isi Pemahaman Stefani Lina Dst Pedoman Penilaian Skor = jumlah pemerolehan angka seluruh aspek Nilai = skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal Mengetahui Yogyakarta, 2017 Kepala Sekolah Guru Bahasa Indonesia (........................) (Wahyu Apriliani) Total Skor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144 Materi Pembelajaran 1. Cerpen Guru karya Putu Wijaya 2. Unsur Intrinsik Cerpen Unsur intrinsik adalah unsur utama pembangun cerpen. Unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur intrinsik tersebut meliputi: tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, sudut pandang, amanat, serta gaya bahasa yang digunakan pengarang. Dalam kegiatan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen seseorang pembaca untuk dapat memahami karya sastra secara lebih mendalam haruslah secara urut dipahami terlebih dahulu tokoh dan penokohan (perwatakan), alur peristiwa, dan latar sebelum ia menafsirkan suatu tema a. Tema Menurut Nurgiyantoro (2005: 80) tema adalah sebuah cerita yang dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu. Bebagai unsur fiksi seperti alur, tokoh, alat, sudut pandang, stile dan lain-lain berkaitan secar sinergis untuk bersama-sama mendukung eksistensi tema b. Alur Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau kejadian dalam suatu cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat. c. Latar Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau kejadian dalam suatu cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat. Latar dapat dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. 1. Latar tempat Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar juga harus didukung oleh kehidupan sosial masyarakat, nilai- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145 nilai, tingkah laku, suasana dan sebagainya yang mungkin berpengaruh pada penokohan dan pengalurannya (Nurgiyantoro, 2009: 227-228). 2. Latar waktu Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Menurut Genette (via Nurgiyantoro, 2009: 231) latar waktu memiliki makna ganda, yang mengacu pada waktu penulisan cerita dan urutan waktu kejadian yang dikisahkan dalam cerita. 3. Latar sosial Latar sosial melukiskan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada suatu tempat dalam karya fiksi. Latar sosial berkaitan dengan kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap yang tercermin dalam kehidupan masyarakat yang kompleks (Nurgiyantoro, 2009: 233). d. Tokoh Menurut Sudjiman via Budianta, dkk (2008: 86) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Jenis tokoh menurut peranannya terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan. e. Penokohan Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013: 161). Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. f. Sudut Pandang Menurut Booth dalam Nurgiyantoro (2010: 249) sudut pandang adalah sebagai teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca. g. Gaya Berbahasa Gaya berbahasa pada hakikatnya adalah pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. Teknik itu sendiri dilain pihak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146 merupakan suatu bentuk pilihan, dan pilihan itu dapat dilihat pada bentuk ungkapan bahasa seperti yang dipergunakan dalam sebuah karya (Nurgiyantoro 2010: 227). h. Amanat Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui karyanya dan mengandung nilai moral, makna yang sangat bermanfaat bagi kehidupan pembaca (Nurgiyantoto, 2010: 323). Amanat sering disebut moral. (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2007:231) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147 Kunci Jawaban 1. 8 unsur intrinsik a. Tema Menurut Nurgiyantoro (2005: 80) tema adalah sebuah cerita yang dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu. Bebagai unsur fiksi seperti alur, tokoh, alat, sudut pandang, stile dan lain-lain berkaitan secar sinergis untuk bersama-sama mendukung eksistensi tema b. Alur Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau kejadian dalam suatu cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat. c. Latar Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau kejadian dalam suatu cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat. Latar dapat dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. 1. Latar tempat Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar juga harus didukung oleh kehidupan sosial masyarakat, nilainilai, tingkah laku, suasana dan sebagainya yang mungkin berpengaruh pada penokohan dan pengalurannya (Nurgiyantoro, 2009: 227-228). 2. Latar waktu Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Menurut Genette (via Nurgiyantoro, 2009: 231) latar waktu memiliki makna ganda, yang mengacu pada waktu penulisan cerita dan urutan waktu kejadian yang dikisahkan dalam cerita. 3. Latar sosial PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148 Latar sosial melukiskan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada suatu tempat dalam karya fiksi. Latar sosial berkaitan dengan kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap yang tercermin dalam kehidupan masyarakat yang kompleks (Nurgiyantoro, 2009: 233). d. Tokoh Menurut Sudjiman via Budianta, dkk (2008: 86) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Jenis tokoh menurut peranannya terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan. e. Penokohan Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013: 161). Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. f. Sudut Pandang Menurut Booth dalam Nurgiyantoro (2010: 249) sudut pandang adalah sebagai teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca. g. Gaya Berbahasa Gaya berbahasa pada hakikatnya adalah pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. Teknik itu sendiri dilain pihak merupakan suatu bentuk pilihan, dan pilihan itu dapat dilihat pada bentuk ungkapan bahasa seperti yang dipergunakan dalam sebuah karya (Nurgiyantoro 2010: 227). h. Amanat Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui karyanya dan mengandung nilai moral, makna yang sangat bermanfaat bagi kehidupan pembaca (Nurgiyantoto, 2010: 323). Amanat sering disebut moral. Moral menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2007:231) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149 2. Unsur intrinsik cerpen Guru Pertama, alur yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah alur campuran, karena pada cerpen ini menceritakan peristiwa yang sudah lalu dan diceritakan kembali pada masa sekarang. Kedua, tokoh dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah Taksu, Ayah Taksu, Ibu. Tokoh utama dan tokoh sentralnya adalah Taksu dan Saya (Ayah Taksu). tokoh tambahan adalah Ibu, karena di setiap peristiwa atau kejadian tokoh ibu sangat melengkapi bagian setiap cerita. Ketiga, penokohan tokoh dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah Taksu adalah tokoh protagonis. Taksu sebagai tokoh protagonis karena ia baik, mempunyai pendirian yang teguh serta konsisten ingin menjadi seorang guru. Pada akhir cerita Taksu menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi guru bagi 10.000 orang pegawainya. Tokoh ayah sebagai tokoh antagonis karena ia bersikap keras kepada anaknya dan memaksakan kehendaknya agar Taksu tidak boleh menjadi guru. ayah Taksu berpikir bahwa menjadi guru tidak mempunyai masa depan, itulah sebabnya ia tidak memperbolehkan anaknya menjadi guru. Tokoh ibu sebagai tokoh antagonis karena ibu sersifat keras sama seperti ayah yang memaksakan kehendaknya supaya anaknya tidak menjadi guru. Keempat, latar dalam cepen Guru karya Putu Wijaya terbagi menjadi tiga unsur yaitu, latat tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat terjadi di kos Taksu, di rumah dan dikamar. Latar waktu yang terdapat dalam cerpen Guru menunjukkan pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita. Latar sosial yang terdapat dalam cerpen Guru menggambarkan bahwa Taksu sudah berhasil menjadi seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya dan menjadi guru bagi anak muda lain. Kelima, sudut pandang dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah sudut pandang campuran dimana pengarang dalam mengisahkan tokoh menggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” dan sudut pandang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150 persona aku secara bergantian. Keenam, gaya berbahasa cerpen Guru karya Putu Wijaya Wijaya menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Bahasa yang khas yang juga digunakan pengarang dalam menggungkapkan pikiran serta memperlihatkan kepribadian pengarang. Tetapi kata yang dipilih oleh pengarang ada yang mengandung asosiasi yaitu perbandingan dua hal yang dianggap berbeda tetapi dianggap sama. Ketujuh, tema yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah “Tekat seorang anak yang bercita-cita menjadi guru” karena tokoh utama dalam cerpen ini yaitu “Taksu” mencerminkan orang yang memiliki tekat yang luar biasa serta konsisten dengan cita-citanya. Banyak rintangan yang dihadapi Taksu, dari mulai orang tuanya yang tidak setuju dengan cita-citanya untuk menjadi seorang guru. Tetapi, Taksu memiliki tekat yang sangat luar biasa untuk membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia benar-benar ingin menjadi seorang guru. Kedelapan, amanat yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah jangan memaksakan kehendak orang lain. Kita dapat mencontoh Taksu, walaupun Taksu tidak disetujui oleh orang tuanya menjadi guru, tetapi Taksu mempunyai tekad untuk menjadi guru, sehingga ia dapat membuktikan bisa menjadi guru untuk generasi muda bangsa dan negara. Kita juga tidak boleh menjelekkan pekerjaan apapun itu, karena semua pekerjaan adalah sama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tteks Cerpen Guru karya Putu Wijaya Guru Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua tahu, macam apa masa depan seorang guru. Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepatcepat ngajak dia ngomong. "Kami dengar selentingan, kamu mau jadi guru, Taksu? Betul?!" Taksu mengangguk. "Betul Pak." Kami kaget. "Gila, masak kamu mau jadi g-u-r-u?" "Ya." Saya dan istri saya pandang-pandangan. Itu malapetaka. Kami sama sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika kami tatap tajam-tajam, mata Taksu nampak tenang tak bersalah. Ia pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya. Jelas ia tidak mengetahui permasalahannya. Kami bertambah khawatir, karena Taksu tidak takut bahwa kami tidak setuju. Istri saya menarik nafas dalam-dalam karena kecewa, lalu begitu saja pergi. Saya mulai bicara blakblakan. "Taksu, dengar baik-baik. Bapak hanya bicara satu kali saja. Setelah itu terserah kamu! Menjadi guru itu bukan cita-cita. Itu spanduk di jalan kumuh di desa. Kita hidup di kota. Dan ini era milenium ketiga yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan bebas. Di masa sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru. Semua guru itu dilnya jadi guru karena terpaksa, karena mereka gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak nganggur saja. Ngerti? Setiap kali kalau ada kesempatan, mereka akan loncat ngambil yang lebih menguntungkan. Ngapain jadi guru, mau mati berdiri? Kamu kan bukan orang yang gagal, kenapa kamu jadi putus asa begitu?!" "Tapi saya mau jadi guru." "Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya kejepit. Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada guru yang naik Jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan dari mengajar tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai citacita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita itu harus tinggi, Taksu. Masak jadi guru? Itu cita-cita sepele banget, itu namanya menghina orang tua. Masak kamu tidak tahu? Mana ada guru yang punya rumah bertingkat. Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak 151 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152 punya masa depan. Dunianya suram. Kita tidur, dia masih saja utak-atik menyiapkan bahan pelajaran atau memeriksa PR. Kenapa kamu bodoh sekali mau masuk neraka, padahal kamu masih muda, otak kamu encer, dan biaya untuk sekolah sudah kami siapkan. Coba pikir lagi dengan tenang dengan otak dingin!" "Sudah saya pikir masak-masak." Saya terkejut. "Pikirkan sekali lagi! Bapak kasi waktu satu bulan!" Taksu menggeleng. "Dikasih waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi guru." "Tidak! Kamu pikir saja dulu satu bulan lagi!" Kami tinggalkan Taksu dengan hati panas. Istri saya ngomel sepanjang perjalanan. Yang dijadikan bulan-bulanan, saya. Menurut dia, sayalah yang sudah salah didik, sehingga Taksu jadi cupet pikirannya. "Kau yang terlalu memanjakan dia, makanya dia seenak perutnya saja sekarang. Masak mau jadi guru. Itu kan bunuh diri!” Saya diam saja. Istri saya memang aneh. Apa saja yang tidak disukainya, semua dianggapnya hasil perbuatan saya. Nasib suami memang rata-rata begitu. Di luar bisa galak melebihi macan, berhadapan dengan istri, hancur. Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa krupuk kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah lap top baru yang paling canggih, sebagai kejutan. Taksu senang sekali. Tapi kami sendiri kembali sangat terpukul. Ketika kami tanyakan bagaimana hasil perenungannya selama dua bulan, Taksu memberi jawaban yang sama. "Saya sudah bilang saya ingin jadi guru, kok ditanya lagi, Pak," katanya sama sekali tanpa rasa berdosa. Sekarang saya naik darah. Istri saya jangan dikata lagi. Langsung kencang mukanya. Ia tak bisa lagi mengekang marahnya. Taksu disemprotnya habis. "Taksu! Kamu mau jadi guru pasti karena kamu terpengaruh oleh puji-pujian orang-orang pada guru itu ya?!" damprat istri saya. "Mentang-mentang mereka bilang, guru pahlawan, guru itu berbakti kepada nusa dan bangsa. Ahh! Itu bohong semua! Itu bahasa pemerintah! Apa kamu pikir betul guru itu yang sudah menyebabkan orang jadi pinter? Apa kamu tidak baca di koran, banyak guru-guru yang brengsek dan bejat sekarang? Ah?" Taksu tidak menjawab. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153 "Negara sengaja memuji-muji guru setinggi langit tetapi lihat sendiri, negara tidak pernah memberi gaji yang setimpal, karena mereka yakin, banyak orang seperti kamu, sudah puas karena dipuji. Mereka tahu kelemahan orang-orang seperti kamu, Taksu. Dipuji sedikit saja sudah mau banting tulang, kerja rodi tidak peduli tidak dibayar. Kamu tertipu Taksu! Pujipujian itu dibuat supaya orang-orang yang lemah hati seperti kamu, masih tetap mau jadi guru. Padahal anak-anak pejabat itu sendiri berlomba-lomba dikirim keluar negeri biar sekolah setinggi langit, supaya nanti bisa mewarisi jabatan bapaknya! Masak begitu saja kamu tidak nyahok?" Taksu tetap tidak menjawab. "Kamu kan bukan jenis orang yang suka dipuji kan? Kamu sendiri bilang apa gunanya pujipujian, yang penting adalah sesuatu yang konkret. Yang konkret itu adalah duit, Taksu. Jangan kamu takut dituduh materialistis. Siapa bilang meterialistik itu jelek. Itu kan kata mereka yang tidak punya duit. Karena tidak mampu cari duit mereka lalu memaki-maki duit. Mana mungkin kamu bisa hidup tanpa duit? Yang bener saja. Kita hidup perlu materi. Guru itu pekerjaan yang anti pada materi, buat apa kamu menghabiskan hidup kamu untuk sesuatu yang tidak berguna? Paham?" Taksu mengangguk. "Paham. Tapi apa salahnya jadi guru?" Istri saya melotot tak percaya apa yang didengarnya. Akhirnya dia menyembur. "Lap top-nya bawa pulang saja dulu, Pak. Biar Taksu mikir lagi! Kasih dia waktu tiga bulan, supaya bisa lebih mendalam dalam memutuskan sesuatu. Ingat, ini soal hidup matimu sendiri, Taksu!" Sebenarnya saya mau ikut bicara, tapi istri saya menarik saya pergi. Saya tidak mungkin membantah. Di jalan istri saya berbisik. "Sudah waktunya membuat shock therapy pada Taksu, sebelum ia kejeblos terlalu dalam. Ia memang memerlukan perhatian. Karena itu dia berusaha melakukan sesuatu yang menyebabkan kita terpaksa memperhatikannya. Dasar anak zaman sekarang, akal bulus! Yang dia kepingin bukan lap top tapi mobil! Bapak harus kerja keras beliin dia mobil, supaya mau mengikuti apa nasehat kita!" Saya tidak setuju, saya punya pendapat lain. Tapi apa artinya bantahan seorang suami. Kalau adik istri saya atau kakaknya, atau bapak-ibunya yang membantah, mungkin akan diturutinya. Tapi kalau dari saya, jangan harap. Apa saja yang saya usulkan mesti dicurigainya ada pamrih kepentingan keluarga saya. Istri memang selalu mengukur suami, dari perasaannya sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154 Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. Tapi Taksu juga tidak menghubungi kami. Saya jadi cemas. Ternyata anak memang tidak merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta diperhatikan anak. Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali ini saya datang dengan kunci mobil. Saya tarik deposito saya di bank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu ingin punya mobil mewah, tapi saya hanya kuat beli murah. Tapi sejelek-jeleknya kan mobil, dengan bonus janji, kalau memang dia mau mengubah cita-citanya, jangankan mobil mewah, segalanya akan saya serahkan, nanti. "Bagaimana Taksu," kata saya sambil menunjukkan kunci mobil itu. "Ini hadiah untuk kamu. Tetapi kamu juga harus memberi hadiah buat Bapak." Taksu melihat kunci itu dengan dingin. "Hadiah apa, Pak?" Saya tersenyum. "Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu sebenarnya?" Taksu memandang saya. "Jadi guru. Kan sudah saya bilang berkali-kali?" Kunci mobil yang sudah ada di tangannya saya rebut kembali. "Mobil ini tidak pantas dipakai seorang guru. Kunci ini boleh kamu ambil sekarang juga, kalau kamu berjanji bahwa kamu tidak akan mau jadi guru, sebab itu memalukan orang tua kamu. Kamu ini investasi untuk masa depan kami, Taksu, mengerti? Kamu kami sekolahkan supaya kamu meraih gelar, punya jabatan, dihormati orang, supaya kami juga ikut terhormat. Supaya kamu berguna kepada bangsa dan punya duit untuk merawat kami orang tuamu kalau kami sudah jompo nanti. Bercita-citalah yang bener. Mbok mau jadi presiden begitu! Masak guru! Gila! Kalau kamu jadi guru, paling banter setelah menikah kamu akan kembali menempel di rumah orang tuamu dan menyusu sehingga semua warisan habis ludes. Itu namanya kerdil pikiran. Tidak! Aku tidak mau anakku terpuruk seperti itu!" Lalu saya letakkan kembali kunci itu di depan hidungnya. Taksu berpikir. Kemudian saya bersorak gegap gembira di dalam hati, karena ia memungut kunci itu lagi. "Terima kasih, Pak. Bapak sudah memperhatikan saya. Dengan sesungguh-sungguhnya, saya hormat atas perhatian Bapak." PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155 Sembari berkata itu, Taksu menarik tangan saya, lalu di atas telapak tangan saya ditaruhnya kembali kunci mobil itu. "Saya ingin jadi guru. Maaf." Kalau tidak menahan diri, pasti waktu itu juga Taksu saya tampar. Kebandelannya itu amat menjengkelkan. Pesawat penerimanya sudah rusak. Untunglah iman saya cukup baik. Saya tekan perasaan saya. Kunci kontak itu saya genggam dan masukkan ke kantung celana. "Baik. Kalau memang begitu, uang sekolah dan uang makan kamu mulai bulan depan kami stop. Kamu hidup saja sendirian. Supaya kamu bisa merasakan sendiri langsung bagaimana penderitaan hidup ini. Tidak semudah yang kamu baca dalam teori dan slogan. Mudahmudahan penderitaan itu akan membimbing kamu ke jalan yang benar. Tiga bulan lagi Bapak akan datang. Waktu itu pikiranmu sudah pasti akan berubah! Bangkit memang baru terjadi sesudah sempat hancur! Tapi tak apa." Tanpa banyak basa-basi lagi, saya pergi. Saya benar-benar naik pitam. Saya kira Taksu pasti sudah dicocok hidungnya oleh seseorang. Tidak ada orang yang bisa melakukan itu, kecuali Mina, pacarnya. Anak guru itulah yang saya anggap sudah kurang ajar menjerumuskan anak saya supaya terkiblat pikirannya untuk menjadi guru. Sialan! Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya membawa kunci mobil mewah. Tapi terlebih dulu saya mengajukan pertanyaan yang sama. "Coba jawab untuk yang terakhir kalinya, mau jadi apa kamu sebenarnya?" "Mau jadi guru." Saya tak mampu melanjutkan. Tinju saya melayang ke atas meja. Gelas di atas meja meloncat. Kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muka saya. "Tetapi kenapa? Kenapa? Apa informasi kami tidak cukup buat membuka mata dan pikiran kamu yang sudah dicekoki oleh perempuan anak guru kere itu? Kenapa kamu mau jadi guru, Taksu?!!!" "Karena saya ingin jadi guru." "Tidak! Kamu tidak boleh jadi guru!" "Saya mau jadi guru." "Aku bunuh kau, kalau kau masih saja tetap mau jadi guru." PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156 Taksu menatap saya. "Apa?" "Kalau kamu tetap saja mau jadi guru, aku bunuh kau sekarang juga!!" teriak saya kalap. Taksu balas memandang saya tajam. "Bapak tidak akan bisa membunuh saya." "Tidak? Kenapa tidak?" "Sebab guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin saja bisa busuk lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkannya tetap tertinggal abadi. Bahkan bertumbuh, berkembang dan memberi inspirasi kepada generasi di masa yanag akan datang. Guru tidak bisa mati, Pak." Saya tercengang. "O… jadi narkoba itu yang sudah menyebabkan kamu mau jadi guru?" "Ya! Itu sebabnya saya ingin jadi guru, sebab saya tidak mau mati." Saya bengong. Saya belum pernah dijawab tegas oleh anak saya. Saya jadi gugup. "Bangsat!" kata saya kelepasan. "Siapa yang sudah mengotori pikiran kamu dengan semboyan keblinger itu? Siapa yang sudah mengindoktrinasi kamu, Taksu?" Taksu memandang kepada saya tajam. "Siapa Taksu?!" Taksu menunjuk. "Bapak sendiri, kan?" Saya terkejut. "Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain Taksu! Kamu jangan ngacau! Kamu tidak bisa hidup dengan nasehat yang Bapak berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas. Kamu tidak mau sekolah, kamu hanya mau main-main, kamu bahkan bandel dan kurang ajar pada guru-guru kamu yang datang ke sekolah naik ojek. Kamu tidak sadar meskipun sepatunya butut dan mukanya layu kurang gizi, tapi itulah orang-orang yang akan menyelamatkan hidup kamu. Itulah gudang ilmu yang harus kamu tempel sampai kamu siap. Sebelum kamu siap, kamu harus menghormati mereka, sebab dengan menghormati mereka, baru ilmu itu bisa melekat. Tanpa ada ilmu kamu tidak akan bisa bersaing di zaman global PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157 ini. Tahu?" Satu jam saya memberi Taksu kuliah. Saya telanjangi semua persepsinya tentang hidup. Dengan tidak malu-malu lagi, saya seret nama pacarnya si Mina yang mentang-mentang cantik itu, mau menyeret anak saya ke masa depan yang gelap. "Tidak betul cinta itu buta!" bentak saya kalap. "Kalau cinta bener buta apa gunanya ada bikini," lanjut saya mengutip iklan yang saya sering papas di jalan. "Kalau kamu menjadi buta, itu namanya bukan cinta tetapi racun. Kamu sudah terkecoh, Taksu. Meskipun keluarga pacarmu itu guru, tidak berarti kamu harus mengidolakan guru sebagai profesi kamu. Buat apa? Justru kamu harus menyelamatkan keluarga guru itu dengan tidak perlu menjadi guru, sebab mereka tidak perlu hidup hancur berantakan gara-gara bangga menjadi guru. Apa artinya kebanggaan kalau hidup di dalam kenyataan lebih menghargai dasi, mobil, duit, dan pangkat? Punya duit, pangkat dan harta benda itu bukan dosa, mengapa harus dilihat sebagai dosa. Sebab itu semuanya hanya alat untuk bisa hidup lebih beradab. Kita bukan menyembahnya, tidak pernah ada ajaran yang menyuruh kamu menyembah materi. Kita hanya memanfaatkan materi itu untuk menambah hidup kita lebih manusiawi. Apa manusia tidak boleh berbahagia? Apa kalau menderita sebagai guru, baru manusia itu menjadi beradab? Itu salah kaprah! Ganti kepala kamu Taksu, sekarang juga! Ini!" Saya gebrakkan kunci mobil BMW itu di depan matanya dengan sangat marah. "Ini satu milyar tahu?!" Sebelum dia sempat menjawab atau mengambil, kunci itu saya ambil kembali sambil siapsiap hendak pergi. "Pulang sekarang dan minta maaf kepada ibu kamu, sebab kamu baru saja menghina kami! Tinggalkan perempuan itu. Nanti kalau kamu sudah sukses kamu akan dapat 7 kali perempuan yang lebih cantik dari si Mina dengan sangat gampang! Tidak perlu sampai menukar nalar kamu!" Tanpa menunggu jawaban, lalu saya pulang. Saya ceritakan pada istri saya apa yang sudah saya lakukan. Saya kira saya akan dapat pujian. Tetapi ternyata istri saya bengong. Ia tak percaya dengan apa yang saya ceritakan. Dan ketika kesadarannya turun kembali, matanya melotot dan saya dibentak habis-habisan. "Bapak terlalu! Jangan perlakukan anakmu seperti itu!" teriak istri saya kalap. Saya bingung. "Ayo kembali! Serahkan kunci mobil itu pada Taksu! Kalau memang mau ngasih anak mobil, kasih saja jangan pakai syarat segala, itu namanya dagang! Masak sama anak dagang. Dasar mata duitan!" PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158 Saya tambah bingung. "Ayo cepet, nanti anak kamu kabur!" Saya masih ingin membantah. Tapi mendengar kata kabur, hati saya rontok. Taksu itu anak satu-satunya. Sebelas tahun kami menunggunya dengan cemas. Kami berobat ke sanakemari, sampai berkali-kali melakukan enseminasi buatan dan akhirnya sempat dua kali mengikuti program bayi tabung. Semuanya gagal. Waktu kami pasrah tetapi tidak menyerah, akhirnya istri saya mengandung dan lahirlah Taksu. Anak yang sangat mahal, bagaimana mungkin saya akan biarkan dia kabur? "Ayo cepat!" teriak sitri saya kalap. Dengan panik saya kembali menjumpai Taksu. Tetapi sudah terlambat. Anak itu seperti sudah tahu saja, bahwa ibunya akan menyuruh saya kembali. Rumah kost itu sudah kosong. Dia pergi membawa semua barang-barangnya, yang tinggal hanya secarik kertas kecil dan pesan kecil: "Maaf, tolong relakan saya menjadi seorang guru." Tangan saya gemetar memegang kertas yang disobek dari buku hariannya itu. Kertas yang nilainya mungkin hanya seperak itu, jauh lebih berarti dari kunci BMW yang harganya semilyar dan sudah mengosongkan deposito saya. Saya duduk di dalam kamar itu, mencium bau Taksu yang masih ketinggalan. Pikiran saya kacau. Apakah sudah takdir dari anak dan orang tua itu bentrok? Mau tak mau saya kembali memaki-maki Mina yang sudah menyesatkan pikiran Taksu. Kembali saya memaki-maki guru yang sudah dikultusindividukan sebagai pekerjaan yang mulia, padahal dalam kenyataannya banyak sekali guru yang brengsek. Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Saya seperti dipagut aliran listrik. Tetapi ketika menoleh, itu bukan Taksu tetapi istri saya yang menyusul karena merasa cemas. Waktu ia mengetahui apa yang terjadi, dia langsung marah dan kemudian menangis. Akhirnya saya lagi yang menjadi sasaran. Untuk pertama kalinya saya berontak. Kalau tidak, istri saya akan seterusnya menjadikan saya bal-balan. Saya jawab semua tuduhan istri saya. Dia tercengang sebab untuk pertama kalinya saya membantah. Akhirnya di bekas kamar anak kami itu, kami bertengkar keras. Tetapi itu 10 tahun yang lalu. Sekarang saya sudah tua. Waktu telah memproses segalanya begitu rupa, sehingga semuanya di luar dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang mewah dan mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan segar ke berbagai wilayah mancanegara. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159 "Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga bagi anak-anak muda lain yang menjadi adik generasinya. Bahkan guru bagi bangsa dan negara, karena jasa-jasanya menularkan etos kerja," ucap promotor ketika Taksu mendapat gelar doktor honoris causa dari sebuah pergurauan tinggi bergengsi. Sumber: https:/wordpress.co.id/2011/cerpenguru/putuwijaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160 Data Penilaian Produk RPP Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1 Oleh Guru Bahasa Indonesia Nama Guru Penilai : C. Suparjana, S.Pd. Instrumen Penilaian Kegiatan Guru 1 No I Komponen Rencana Pembelajaran Skor Skor (1-5) Maksimal 1. Perumusan tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL Kejelasan tujuan pembelajaran 5 2. Ruang lingkup 4 3. Kejelasan urutan tujuan pembelajaran 5 4. Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar 5 II Pemilihan dan pengorganisasian materi cerpen Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 5 5. 6. 4 7. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik Keruntutan dan sistematika materi 8. Kesesuaian materi dengan alokasi waktu 4 III Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran 9. 5 5 10. Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan materi pembelajaran 5 11. Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan karakteristik siswa 4 5 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161 5 IV 12. 13. 14. 15. Metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran 5 Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan materi pembelajaran Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakteristik siswa Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakteristik siswa 5 4 5 5 V Penilaian hasil belajar 16 Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran Kejelasan prosedur penilaian 3 Kejelasan instrumen (soal, kunci jawaban/pedoman penskoran) SKOR Total IPKG 1 4 5 81 25 17. 18. 4 Data Penilaian Produk RPP Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1 Oleh Guru Bahasa Indonesia Nama Guru Penilai : Maria Pudyastuti S.Pd. Instrumen Penilaian Kegiatan Guru 1 No I Komponen Rencana Pembelajaran Skor Skor (1-5) Maksimal 1. Perumusan tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL Kejelasan tujuan pembelajaran 4 2. Ruang lingkup 5 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162 3. Kejelasan urutan tujuan pembelajaran 5 4. Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar 5 II Pemilihan dan pengorganisasian materi cerpen Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 4 5. 6. 5 7. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik Keruntutan dan sistematika materi 8. Kesesuaian materi dengan alokasi waktu 4 III Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran 9. 5 4 10. Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan materi pembelajaran 5 11. Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan karakteristik siswa Metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran 5 Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan materi pembelajaran Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakteristik siswa Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakteristik siswa 5 IV 12. 13. 14. 15. 5 5 4 5 5 5 V Penilaian hasil belajar 16 Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran Kejelasan prosedur penilaian 3 Kejelasan instrumen (soal, jawaban/pedoman penskoran) SKOR Total IPKG 1 4 5 80 25 17. 18. kunci 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163 1.1 Daftar Tabel Kisi-Kisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Instrumen Penilaian Kegiatan Guru 1 No I Komponen Rencana Pembelajaran 1. Perumusan tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL Kejelasan tujuan pembelajaran 2. Ruang lingkup 3. Kejelasan urutan tujuan pembelajaran 4. Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar II 5. Pemilihan dan pengorganisasian materi cerpen Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 6. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik 7. Keruntutan dan sistematika materi 8. Kesesuaian materi dengan alokasi waktu III Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran 9. 10. Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan materi pembelajaran 11. Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan karakteristik siswa Metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran IV 12. 13. 14. Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan materi pembelajaran Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakteristik siswa Skor Skor (1-5) Maksimal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164 15. V 16 17. 18. Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakteristik siswa Penilaian hasil belajar Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran Kejelasan prosedur penilaian Kejelasan instrumen (soal, jawaban/pedoman penskoran) SKOR Total IPKG 1 kunci Setelah Bapak/Ibu memberikan penilaian di atas, maka Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dinyatakan LAYAK/TIDAK LAYAK. Catatan: . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165 1.2 Rubrik Penilaian RPP Pembelajaran Sastra untuk SMA Kelas XII Semester 1. 1. Kejelasan Identitas RPP No Aspek yang Dinilai 1 Kejelasan identitas RPP mencakup 7 komponen, yaitu: 1. SK, KD, dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3. Materi pembelajaran, 4. Metode pembelajaran, 5. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran, 6. Alat dan sumber belajar, 7. Evaluasi pembelajaran. 2 Kejelasan identitas RPP mencakup 6 komponen, misalnya: 1. SK, KD, dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3. Materi pembelajaran, 4. Metode pembelajaran, 5. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran, 6. Alat dan sumber belajar. 3 Kejelasan identitas RPP mencakup 5 komponen, misalnya: 1. SK, KD, dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3. Materi pembelajaran, 4. Metode pembelajaran, 5. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. 4 Kejelasan identitas RPP mencakup 4 komponen, misalnya: 1. SK, KD, dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3. Materi pembelajaran, 4. Metode pembelajaran. 5 Kejelasan identitas RPP mencakup 3 komponen, misalnya: 1. SK, KD, dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3. Materi pembelajaran. Skor 5 4 3 2 1 2. Ketepatan Standar Kompetensi (SK) No 1 2 3 4 5 Aspek yang Dinilai SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK berdasarkan hierarki konsep disimplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan, keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran. SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK berdasarkan hierarki konsep disimplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan, tetapi tidak ada keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran. SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK tidak berdasarkan hierarki konsep disimplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan, tidak ada keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran. SK pembelajaran tidak sesuai dengan standar isi, urutan SK tidak berdasarkan hierarki konsep disimplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan, tidak ada keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran. Tidak ada SK Skor 5 4 3 2 1 3. Ketepatan Kompetensi Dasar (KD) No 1 2 Aspek yang Dinilai Skor KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang diukur, KD 5 ditulis lengkap dan penulisan kalimat sesuai dengan EYD. KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang diukur, KD 4 ditulis lengkap tetapi penulisan kalimat tidak sesuai dengan EYD. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166 3 4 5 KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang diukur, KD 3 tidak ditulis lengkap, penulisan kalimat tidak sesuai dengan EYD. KD dan SK berkaitan, KD tidak sesuai dengan aspek yang diukur, 2 KD tidak ditulis lengkap, penulisan kalimat tidak sesuai dengan EYD. KD dan SK tidak berkaitan, KD tidak sesuai dengan aspek yang 1 diukur, KD tidak ditulis lengkap, penulisan kalimat tidak sesuai dengan EYD. 4. Ketepatan Indikator No 1 2 3 4 5 Aspek yang Dinilai Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan lebih dari satu, indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional, indikator sesuai dengan yang diukur, dan disusun menggunakan bahasa baku. Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan lebih dari satu, indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional, indikator sesuai dengan yang diukur, tetapi tidak disusun menggunakan bahasa baku. Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan lebih dari satu, indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional, tetapi indikator tidak sesuai dengan yang diukur, dan tidak menggunakan bahasa baku. Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan lebih dari satu, indikator tidak dirumuskan dalam kata kerja oprasional, indikator tidak sesuai dengan yang diukur, dan disusun tidak menggunakan bahasa baku. Indikator tidak sesuai dengan SK dan KD Skor 5 4 3 2 1 5. Ketepatan Tujuan Pembelajaran No 1 2 3 4 5 Aspek yang Dinilai Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, terperinci fokus dengan kompetensi yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, terperinci, tetapi kurang fokus dengan kompetensi yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, tidak terperinci dan tidak fokus dengan kompetensi yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran kurang jelas, tidak terperinci dan tidak fokus dengan kompetensi yang akan dicapai. Tidak ada tujuan pembelajaran Skor 5 4 3 2 1 6. Ketepatan Materi Pembelajaran No 1 Aspek yang Dinilai Skor Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD, mencakup 6 5 pertimbangan, yaitu: (1) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat bagi siswa; (3) struktur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167 2 3 4 5 keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan materi; (5) relevansi dengan kebutuhan siswa; (6) alokasi waktu. Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD, minimal mencakup 5 pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat bagi siswa; (3) struktur keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan materi; (5) relevansi dengan kebutuhan siswa. Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD, minimal mencakup 4 pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat bagi siswa; (3) struktur keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan materi. Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD, minimal mencakup 3 pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat bagi siswa; (3) struktur keilmuan. Materi pembelajaran kurang sesuaikan dengan SK dan KD, minimal mencakup 2 pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat bagi siswa. 4 3 2 1 7. Ketepatan Metode Pengajaran No 1 2 3 4 5 Aspek yang Dinilai Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi, mengaktifkan siswa, dan menggunakan metode yang bervariasi. Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi, mengaktifkan siswa, tetapi tidak menggunakan metode yang bervariasi. Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi, tidak dapat mengaktifkan siswa, dan tidak menggunakan metode yang bervariasi. Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik peserta didik, tingkat intelektual, tidak disesuaikan dengan tingkat emosi, tidak dapat mengaktifkan siswa, dan tidak menggunakan metode yang bervariasi. Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik peserta didik, tidak disesuaikan dengan tingkat intelektual, tidak disesuaikan dengan tingkat emosi, tidak dapat mengaktifkan siswa, dan tidak menggunakan metode yang bervariasi. Skor 5 4 3 2 1 8. Ketepatan Kegiatan Pembelajaran No 1 2 Aspek yang Dinilai Skor Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, runtut, terperinci 5 sesuai dengan alokasi waktu dan materi yang sudah ditentukan. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, runtut, kurang 4 terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan materi yang sudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168 3 4 5 ditentukan. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, kurang runtut, 3 kurang terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan materi yang sudah ditentukan. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, kurang jelas, kurang 2 runtut, kurang terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan materi yang sudah ditentukan. Kegiatan pembelajaran disusun kurang tepat, kurang jelas, kurang 1 runtut, kurang terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan materi yang sudah ditentukan. 9. Ketepatan Penilaian No 1 2 3 4 5 Aspek yang Dinilai Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 5 hal, yaitu: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan sistem penilaian berkelanjutan, (4) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, (5) sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 4 hal, misalnya: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan sistem penilaian berkelanjutan, (4) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 3 hal, misalnya: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan sistem penilaian berkelanjutan. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 2 hal, misalnya: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 1 hal, misalnya: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi. Skor 5 4 3 2 1 10. Ketepatan Sumber dan Media Pembelajaran No 1 2 3 Aspek yang Dinilai Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan SK, KD, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sesuai dengan karakteristik siswa, dan dapat mengaktifkan siswa. Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan SK, KD, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sesuai dengan karakteristik siswa, tetapi tidak dapat mengaktifkan siswa. Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan SK, KD, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, tidak sesuai Skor 5 4 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169 4 5 dengan karakteristik siswa, dan tidak dapat mengaktifkan siswa. Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan SK, 2 KD, indikator, tidak sesuai dengan materi pokok, kegiatan pembelajaran, tidak sesuai dengan karakteristik siswa, dan tidak dapat mengaktifkan siswa Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan SK, 1 KD, indikator, tidak sesuai dengan materi pokok, tidak sesuai dengan kegiatan pembelajaran, tidak sesuai dengan karakteristik siswa, dan tidak dapat mengaktifkan siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170 Triangulasi Data Berikut ini adalah hasil analisis data penelitian pembelajaran unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1 yang perlu divalidasi oleh ahli pakar. Berillah tanda centang (√) pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya, serta berilah pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis tersebut. ALUR No Unsur 1. Alur Tahapan Awalan Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis (1) Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya jadi syok. Kami berdua tahu, macam masa depan seorang guru. Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia ngomong. “Kami dengar seletingan, kamu mau jadi guru, Taksu? Betul?!” Taksu mengangguk. “Betul Pak.” Kami kaget. “Gila, masak kamu mau jadi g-u-r-u?” “Ya.” Kutipan (1), penulis menceritakan tentang anaknya yang bernama Taksu yang ingin bercita-cita menjadi seorang guru. Tetapi tokoh saya yaitu ayah Taksu dan Ibu nya sangat terkejut mendengar cita-cita anaknya yang ingin menjadi guru. √ Rangsangan (2) Saya dan istri saya pandangpandangan. Itu malapetaka. Kami sama sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika kami tatap tajam-tajam, mata Taksu tampak tenang tak bersalah. Ia pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya. Jelas ia tidak mengetahui permasalahannya. Kutipan (2), ayah dan Ibu Taksu sangat terkejut dan saling pandang-pandangan mendengar Taksu ingin menjadi guru. mereka berpikir Taksu tidak mengetahui permasalahan yang dipikirkan oleh ayah dan ibu Taksu. √ Paparan Setuju Tidak Setuju Keterangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171 (3) Kami bertambah khawatir, karena Taksu tidak takut bahwa kami tidak setuju. Istri saya menarik nafas dalamdalam karena kecewa, lalu begitu saja pergi. Saya mulai bicara blak-blakan. (4) “Taksu, dengar baik-baik. Bapak hanya bicara satu kali saja. Setelah itu terserah kamu! Kita hidup di kota. Dan ini era milenium ketiga yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan bebas. Di masa sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru. Semua guru itu dilnya jadi guru karena terpaksa, karena mereka gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak nganggur saja. Ngerti? Setiap kali kalau ada kesempatan, meraka akan loncat ngambil yang lebih menguntungkan. Ngapain jadi guru, mau mati berdiri? Kamu kan bukan orang yang gagal, kenapa kamu jadi putus asa begitu?!” Gawatan (5) “Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya kejepit. Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada guru yang naik Jaguar. Rumahnya saja rata-rata √ Kutipan (3), menceritakan tentang ayah dan ibu yang sedang khawatir karena anak satu-satinya ingin menjadi guru. √ Kutipan (4), ayah menasehati Taksu untuk mengambil keputusannya secara matang dan dipikir terlebih dahulu. Kutipan (5), ayah tidak setuju jika anaknya Taksu menjadi guru, karena ia menganggap menjadi guru seperti sepeda tua, titawar-tawar sebagai sepeda besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Ayah juga menganggap bahwa profesi guru itu sengsara dan cita-cita yang √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172 kontrakan dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan mengajar tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai cita-cita, buat ongkos jalan saja kurang. Citacita itu harus tinggi. Taksu, Masak jadi guru? Itu kan cita-cita sepele banget, itu namanya menghina orang tua. Masak kamu tidak tahu? Mana ada guru yang punya rumah bertingkat. Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak punya masa depan. Dunianya suram. Kita tidur, dia masih saja utak-atik menyiapkan bahan pelajaran atau memriksa PR. (6) “Sudah saya pikir masak-masak.” Saya terkejut. “Pikirlah sekali lagi! Bapak kasih waktu satu bulan!” Taksu menggeleng. “Dikasih waktu satu tahun punhasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi guru.” Tidak! Kamu pikir saja satu dua bulan lagi!” (7) Kami tinggalkan Taksu dengan hati panas. Istri saya ngomel sepanjang perjalanan. Yang dijadikan bulanbulanan, saya. Menurut dia, sayalah yang sudah salah didi, sehingga Taksu jadi cupet pikirannya (8) “Kau yang terlalu memanjakan dia, makanya dia seenak perutnya saja sekarang. Masak mau jadi guru. Itu sangat sepele. Kutipan (6), Taksu berkata kepada Ayah bahwa ia sudah berpikir ingin tetap menjadi guru, tetapi ayah memberikan waktu satu bulan untuk Taksu berpikir kembali dengan citacitanya. Kutipan (7), ayah meninggalkan Taksu dengan hati panas, sedangkan Ibu marah-marah sepanjang perjalanan pulang √ Kutipan (8), menceritakan ibu yang marah-marah dengan bapak karena ia menganggap ayah √ √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173 Tahap Tengah Tikaian kan bunuh diri!.” Saya diam saja. Istri saya memang aneh. Apa saja yang tidak disukainya, semua dianggapnya hasil perbuatan saya. Nasib suami memang rata-rata begitu. Di luar bisa galak melebihi macan, berhadapan dengan istri, hancur. (9) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa krupuk kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah laptop baru yang paling canggih, sebagai kejutan. (10) Taksu senang sekali. Tapi kami sendiri kembali sangat terpukul. Ketika kami tanyakan bagaimana hasil hasil perenungannya selama dua bulan. Taksu memberi jawaban yang sama terlalu memanjakan anaknya sehingga Taksu ingin bercita-cita guru. (11) “Saya sudah bilang saya ingin jadi guru, kok ditanya lagi, Pak,” katanya sama sekali tanpa rasa berdosa. Sekarang saya naik darah. Istri saya jangan dikata lagi. Langsung kencang mukanya. Ia tak bisa lagi mengekang marahnya. Taksu disemprot habis. (12) “Taksu! kamu mau jadi guru pasti karena kamu terpengaruh oleh puji- Kutipan (9), bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan ayah dan ibu baru mengunjungi Taksu di kosnya. Ibu membawa kerupuk dan ayah membawa leptop canggih untuh hadia kejutan Taksu √ Kutipan (10), Taksu sangat senang sekali, tetapi ketika ayah menanyakan Taksu ingin bercitacita menjadi apa. Jawabannya tetep sama yaitu ingin menjadi guru. √ Kutipan (11), Taksu menjawab tetap ingin menjadi guru, seketika ayah dan ibu langsung kaget mendengar perkataan anaknya. √ Kutipan (12), ibu berkata kepada Taks, Taksu! kamu mau jadi √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174 pujian orang-orang pada guru itu ya?! Damprat istri saya. “Mentangmentang mereka bilang, guru pahlawan, guru itu berbakti kepada nusa dan bangsa. Ahh! Itu bohong semua! Itu bahasa pemerintah! Apa kamu pikir betul guru itu yang sudah menyebabkan orang pinter? Apa kamu tidak baca di koran, banyak guru-guru yang berengsek atau bejat sekarang? Ah?” Taksu tidak menjawab (13) “Negara sengaja memuji-muji guru setinggi langit tetapi lihat sendiri, negara tidak pernah memberi gaji yang setimpal, karena mereka yakin, banyak orang seperti kamu, sudah puas, karena dipuji. Mereka tahu kelemahan orang-orang seperti kamu, Taksu. Dipuji sedikit saja sudah mau banting-tulang, kerja rodi tidak peduli tidak dibayar. (14) “Kamu kan bukan jenis orang yang suka dipuji kan? Kamu sendiri bilang apa gunanya puji-pujian, yang penting adalah sesuatu yang konkret. Yang konkret itu adalah duit. Taksu. jangan kamu takut dituduh materialis. Siapa bilang materialis itu jelek. Itu kan kata mereka yang tidak punya duit. Karena tidak mampu cari duit mereka lalu memaki-maki duit. Mana mungkin guru karena terpengaruh pujipujian orang-orang kepada guru itu ya? Ibu sampai heran kenapa Taksu ingin banget menjadi guru, tetapi Taksu tidak menjawab petanyaan Ibu. Kutipan (13), ayah berkata kepada Taksu “Negara sengaja memuji-muji guru setinggi langit tetapi lihat sendiri, negara tidak pernah memberi gaji yang setimpal, karena mereka yakin banyak orang seperti kamu, mudah puas karena dipuji, Taksu tetap diam saja. √ Kutipan (14), ayah berkata kepada Taksu, kamu kan bukan orang yang suka dipuji kan? Ayah menasehati Taksu dengan sungguh-sungguh supaya anaknya tidak mengambil jalan yang salah. √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175 kamu bisa hidup tanpa duit? yang benar saja. Kita hidup perlu materi. Guru itu pekerjaan yang anti pada materi, buat apa kamu menghabiskan hidup kamu untuk sesuatu yang tidak berguna? Paham? (15) “Kamu kan bukan jenis orang yang suka dipuji kan? Kamu sendiri bilang apa gunanya puji-pujian, yang penting adalah sesuatu yang konkret. Yang konkret itu adalah duit. Taksu. jangan kamu takut dituduh materialis. Siapa bilang materialis itu jelek. Itu kan kata mereka yang tidak punya duit. Karena tidak mampu cari duit mereka lalu memaki-maki duit. Mana mungkin kamu bisa hidup tanpa duit? yang benar saja. Kita hidup perlu materi. Guru itu pekerjaan yang anti pada materi, buat apa kamu menghabiskan hidup kamu untuk sesuatu yang tidak berguna? Paham? (16) Sebenarnya saya mau bicara, tapi istri saya menarik saya pergi. Saya tidak mungkin membantah. Di jalan istri saya berbisik. “Sudah waktunya membuat shoch therepy pada Taksu, sebelum ia kejeblos terlalu dalam. Ia memang memerlukan perhatian. Karena itu dia berusaha melakukan sesuatu yang menyebabkan kita terpaksa memperhatikannya. Dasar Kutipan (15), Taksu tetap ingin menjadi guru dan apa yang tadi sudah di naesehati ayah dan ibu sia-sia, karena Taksu tetap ingin menjadi guru. √ Kutipan (16), ibu dan ayah pulang dengan hati yang sangat marah dan kesal denga Taksu, dijalan ibu membisikkan sudah waktunya membuat shock therapy pada Taksu. taksu memang memerlukan perhatian yang lebih dari kita, itu sebabnya ia berusaha melakaukan sesuatu yang membuat kita terpaksa √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176 Rumitan anak zaman sekarang, akal bulus! Yang dia kepingin bukan laptopnya tapi mobil! Bapak harus kerja keras beliin dia mobil, supaya mau mengikuti apa nasihat kita!” (17) Sebenarnya saya mau bicara, tapi istri saya menarik saya pergi. Saya tidak mungkin membantah. Di jalan istri saya berbisik. “Sudah waktunya membuat shoch therepy pada Taksu, sebelum ia kejeblos terlalu dalam. Ia memang memerlukan perhatian. Karena itu dia berusaha melakukan sesuatu yang menyebabkan kita terpaksa memperhatikannya. Dasar anak zaman sekarang, akal bulus! Yang dia kepingin bukan laptopnya tapi mobil! Bapak harus kerja keras beliin dia mobil, supaya mau mengikuti apa nasihat kita!” (18) “Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. Tapi Taksu juga tidak menghubungi kami. Saya jadi cemas. Ternyata anak memang tidak merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta diperhatikan anak (19) Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali ini saya datang dengan kunci mobil. Saya tarik deposito saya di bank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu ingin punya mobil mewah, tapi saya memperhatikannya. Kutipan (17), ayah tidak setuju dengan pendapat ibu. √ Kutipan (18), tiga bulan sudah ayah dan ibu tidak mengunjungi Taksu, ayah menjadi khawatir dengan kondisi Taksu √ Kutipan (19), tanpa diketahui ibu, ayah pergi mengunjungi Taksu dengan membawa hadiah kunci mobil, supaya Taksu mengubah cita-citanya yang ingin menjadi guru. √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177 hanya kuat beli mobil murah. Tapi sejelek-jeleknya kan mobil, dengan bonus janji, kalau memang dia mau mengubah cita-citanya, jangankan mobil mewah, segalanya akan saya serahkan, nanti (20) “Bagaimana Taksu,” kata saya sambil menunjukkan kunci mobil itu. “ini hadiah untuk kamu. Tetapi kamu juga harus memberi hadiah buat Bapak.” Taksu melihat kunci itu dengan dingin. “Hadiah apa Pak?” Saya tersenyum (21) “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu sebenarnya?” Taksu memandang saya. “Jadi guru. kan sudah saya bilang berkali-kali?” Kunci mobil yang sudah ada di tangannya saya rebut kembali (22) “Mobil ini tidak pantas dipakai seorang guru.kunci ini boloeh kamu ambil sekarang juga, kalau kamu berjanji bahwa kamu tidak akan mau jadi guru, sebab itu mamlukan orang tua kamu. Kamu ini investasi untuk masa depan kami. Taksu mengerti? Kamu kami sekolahkan supaya meraih gelar, punya jabatan, dihormati orang, supaya kami ikut terhormat. Kutipan (20), ayah bertanya kepada Taksu dengan menunjukkan kunci mobil kepada Taksu. √ Kutipan (21), bapak rasa tiga bulan sudah waktu yang cukup untuk kamu dapat mengubah cita-citamu, tetapi Taksu tetap menjawab ingin menjadi guru. √ Kutipan (22), ayah berkata kepada Taksu mobil ini tidak pantas diberikan kepada seorang guru. √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178 (23) Lalu saya letakkan kembali kunci itu di depan dihidungkan. Taksu berpikir. Kemudian saya bersorak gagap di dalam hati, karena ia memungut kunci itu lagi. “Terima kasih, Pak. Bapak sudah memperhatikan saya. Dengan sesunggu-sungguhnya, saya hormat atas perhatian Bapak.” Sembari berkata itu, Taksu menarik tangan saya, lalu di atas telapak tangan saya ditaruhnya kembali kunci itu (24) “Saya ingin jadi guru, Maaf.” Kalau tidak menahan diri, pasti waktu itu juga Taksu saya tampar. Kebandelannya itu amat menjengkelkan. Pesawat penerimanya sudah rusak. Untunglah iman saya sudah cukup baik. Saya tekan perasaan saya. Kunci kontak itu saya genggam dan masukkan ke kantung celana (25) “Baik. Kalau memang begitu, uang sekolah dan uang makan kamu mulai bulan depan kami stop. Kamu hidup ajah sendirian. Supaya kamu bisa merasakan sendiri langsung bagaimana penderitaan hidup ini. Tidak semudah yang kamu baca dalam teori dan slogan. Mudahmudahan penderitaan itu akan membimbing kamu ke jalan yang benar. Tiga bulan lagi Bapak akan Kutipan (23), lalu ayah meletakkan kunci mobil didepan hidungnya Taksu. taksu berkata kepada bapak terima kasih pak. Bapak sudah memperhatikan saya, dengan sengguh-sungguh saya hormat kepada bapak, tetapi sayang ingin menjadi guru Pak. √ Kutipan (24), taksu berkata kepada bapak ia ingin menjadi guru dan bapak sangat kesal mendengar perkataan Taksu. √ Kutipan (25), bapak berkata kepada Taksu uang sekolah dan uang makanbapak berhentikan, supaya kamu dapat berpikir dengan matang. Tiga bulan lagi bapak akan datang untuk menemuimu. √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179 Klimaks datang. Waktu itu pikiranmu sudah pasti akan berubah! Bangkit memang baru terjadi sesudah sempat hancur! Tapi tak apa.” (26) Tanpa banyak basa-basi lagi, saya pergi. Saya benar-benar naik pitam. Saya kira Taksu pas sudah dicocok hidungnya oleh seseorang. Tidak ada yang bisa melakukan itu, kecuali Mina, pacarnya. Anak guru itulah yang saya anggap sudah kurang ajar menjerumuskan anak saya supaya terkiblat untuk menjadi guru. Sialan! (27) Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya membawa kunci mobil mewah. Tapi terlebih dulu saya mengajukan pertanyaan yang sama. “Coba jawab untuk terakhir kalinya, mau jadi apa kamu sebenarnya?” (28) “Mau jadi guru.” Saya tak mampu melanjutkan. Tinju saya melayang ke atas meja. Gelas di atas meja meloncat. Kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muka saya. “tetapi kenapa? Kenapa? Apa informasi kami tidak cukup buat membuka mata dan pikiran kamu yang sudah dicekoki oleh perempuan anak guru kere itu? Kenapa kamu mau jadi guru, Taksu?!!!” (29) “Karena saya ingin jadi guru.” Kutipan (26), bapak pergi meninggalkan Taksu dengan hati panas dan bapak berpikir bahwa Mina lah yang telah menjerumuskan Taksu supa Taksu menjadi guru. √ Kutipan (27), tiga bulan kemudian bapak datang memebawakan kunci mobil mewah untuk Taksu dan menanyakan Taksu untuk menjawab terakhir kalinya ia ingin menjadi apa. Kutipan (28), Taksu menjawab petanyaan bapak dengan lantang ia ingin menjadi guru. seketika bapak kaget dan gelas melayang karena ditinju oleh bapak. √ Kutipan (29), Taksu memberi √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180 “Tidak! Kamu tidak boleh jadi guru!” “Saya mau jadi guru.” “Aku bunuh kau, kalau kau masih saja tetap mau jadi guru.” Taksu menatap saya. “Apa?” kalau kamu tetap saja mau jadi guru, aku bunuh kau sekarang juga!! Teriak kelap. Taksu balas memandang saya tajam. “Bapak tidak akan bisa membunuh saya.” “Tidak? Kenapa tidak?” “Sebab guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin saja bisa busuk layu lenyap. Tapi apa yang diajarkannya tetap tertinggal abadi. Bahkan bertumbuh, berkembang dan memberi inspirasi kepada generasi di masa yang akan datang. Guru tidak bisa mati, Pak.” (30) Saya tercengang. “O... jadi narkoba itu yang sudah menyebabkan kamu mau jadi guru?” “Ya! Itu sebabnya saya ingin jadi guru, sebab saya tidak mau mati.” Saya bengong. Saya belum pernah di jawab tegas oleh anak saya. Saya jadi gugup. “Bangsat! Kata saya kelepasan. “ Siapa yang sudah mengotori pikiran kamu dengan semboyan keblinger itu? Siapa yang sudah mengindoktrinasi kamu, Taksu?” Taksu memandang kepada saya tajam. “Siapa Taksu?!” Taksu menunjuk. “Bapak sendiri, kan?” Saya terkejut alasan karena ia ingin menjadi gurudan bapak tidak memperbolehkan Taksu menjadi guru, karena bapak berpikir bahwa guru tidak mempunyai masa depan. Bapak berkata kepada Taksu aku bunuh kau sekarang juga jika kamu ingin menjadi guru, tetapi Taksu menjawab bapak tidak bisa membunuh guru, karena guru tidak bisa mati. Kutipan (30), bapak kaget mendengar perkataan Taksu dan pada saat itu ayah Taksu sangat marah karena anaknya berani kepada bapknya. √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181 (31) “Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain Taksu! kamu jangan kacau! Kamu tidak bisa hidup dengan nasehat yang Bapak berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas. Kamu tidak mau sekolah, kamu hanya mau main-main, kamu bahkan bandel dan kurang ajar pada guru-guru kamu yang datang ke sekolah naik ojek. (32) Satu jam saya memberi Taksu kuliah. Saya telanjangi semua persepsinya tentang hidup. Dengan tidak malu-malu lagi, saya seret nama pacarnya si Mina yang mentangmentang cantik itu, mau menyeret anak saya ke masa depan yang gelap (33) “Tidak betul cinta itu buta!” bantak saya kalap. “Kalau cinta bener buta apa gunanya ada bikini,” lanjut saya mengutip iklan yang saya sering papas di jalan. “Kalau kamu menjadi buta, itu namanya bukan cinta tetapi racun. Kamu sudah terkecoh. Taksu, meskipun keluarga pacarmu itu guru, tidak berarti kamu harus mengidolakan guru sebagai profesi kamu. Buat apa? Justru kamu harus menyelamatkan keluarga itu dengan tidak perlu perlu menjadi guru. apa artinya kebanggan kalau hidup di dalam kenyataan lebih menghargai Kutipan (31), bapak sangat kaget Taksu masih ingat nasihat bapak 30 tahun yang lalu, karena bapak menasihati Taksu kamu harus menghormati gurumu yang datang kesekolah naik ojek, kamu tidak sadar meskipun sepatunya butut dan mukanya layu kurang gizi, tapi itulah orang-orang yang akan menyelamatkan kamu. Kutipan (32), sudah satu jam bapak memberi Taksu nasihat kepada Taksu, karena hati bapak tidak mau bapaknya menjadi guru. √ Kutipan (33), taksu dinasihati oleh bapak tentang cita-citanya yang ingin menjadi guru. dan baapak sangat tidak setuju dengan hubungan Taksu dan Mina. √ √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182 Tahap akhir Leraian dasi, mobil, duit, dan pangkat? Punya duit, pangkat dan harta benta itu bukan dosa, mengapa harus dilihat sebagai dosa. Sebab itu semuanya hanya alat untuk bisa hidup lebih beradab. (34) Saya gebrak kunci mobil BMW itu di depan matanya dengan sangat marah. “Ini satu milyar tahu?!” Sebelum dia sempat menjawab dan mengambil. Kunci itu saya ambil kembali sambil siap-siap hendak pergi. “Pulang sekarang dan minta maaf kepada ibu kamu, sebab kamu baru saja menghina kami! Tinggalkan perempuan itu. Nanti kalau kamu sudah sukses kamu akan dapat 7 kali perempuan yang lebih cantik dari si Mina dengan sangat gampang! Tidak perlu sampai menukar nalar kamu!” (35) Tanpa menunggu jawaban, lalu saya pulang. Saya ceritakan pada istri saya yang sudah saya lakukan. Saya kira saya akan dapat pujian. Tetapi ternyata istri saya bengong. Ia tak percaya dengan apa yang saya ceritakan. Dan ketika kesadarannya turun kembali, matanya melotot dan saya dibentak habis-habisan (36) “Bapak terlalu! Jangan perlakukan anakmu seperti itu! Teriak istri saya kalap. Saya bingung. “Ayo kembali! Kutipan (34), bapak membanting kunci mobil BMW di depan mata Taksu karena sudah sangat marah dan kesal melihat anaknya. Bapak berkata kepada Taksu kamu harus pulang dan minta maaf kepada ibu mu dan tinggalkan pacarmu. Nanti kalau kamu sudah suskses kamu akan mendapat yang lebih dari dia √ Kutipan (35), ayah langsung pulang dan langsung menceritakan semua kepada ibu apa yang terjadi. Ibu sangat kaget mendengar cerita ayah dan langsung memarahi ayah. √ Kutipan (36), bapak keterlalauan jangan memperlakukan Taksu seperti itu, ayo cepat minta maaf √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183 Serahkan kunci mobil itu pada Taksu! Kalau memang mau ngasih anak mobil, kasih saja jangan pakai syarat segala, itu namanya dagang! Masak sama anak dagang. Dasar mata duitan!” (37) Saya tambah bingung. “Ayo cepat, nanti anak kamu kabur!” Saya masih ingin membantah. Tapi mendengar kata kabur, hati saya rontok. Taksu itu anak saya satu-satunya. Sebelas tahun kami menunggunya dengan cemas. Kami berobat ke sana-kemari, sampai berkali-kali melakukan enseminasi buatan dan akhirnya sempat dua kali mengikuti program bayi tabung. Semuanya gagal. Waktu kami pasrah tetapi kami tidak menyerah, akhirnya istri saya mengandung dan lahirlah Taksu. anak yang sangat mahal, bagaimana mungkin saya akan biarkan dia kabur? (38) “Ayo cepat! Teriak istri saya kalap. Dengan panik saya kembali menjumpai Taksu. tetapi sudah terlambat. Anak itu seperti sudah tahu saja, bahwa ibunya akan menyuruh saya kembali. Rumah kos itu sudah kosong. Dia pergi membawa semua barang-barangnya, yang tinggal hanya secarik kertas kecil dan pesan kecil (39) “Maaf, tolong relakan saya menjadi dan serahkan kunci mobil itu kepada Taksu, kalau memang niat ingin mengasih mobil yang kasih saja. Kutipan (37), ibu berkata ayo cepat nanti anakmu kabur, mendengar kata kabur hati ayah menajdi lemas dan langsung buru-buru pergi ke kos Taksu √ Kutipan (38), dengan panik ayah langsung pergi menemui Taksu, tetapi sudah terlambat Taksu pun sudah membawa semua barangbarangnya. √ Kutipan (39), √ kertas kosong PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184 Selesaian seorang guru.” Tangan saya gemetar memegang kertas yang disobek dari buku hariannya itu. Kertas yang nilainya mungkin hanya seperak itu, jauh lebih berarti dari kunci BMW yang harganya semilyar adan sudah mengosongkan deposito saya. (40) Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Saya seperti dipagut aliran listrik. Tetapi ketika menoleh, itu bukan Taksu tetapi istri saya yang menyusul karena merasa cemas. Waktu ia mengetahui apa yang terjadi, dia langsung marah dan kemudian menangis. Akhirnya saya lagi yang menjadi sasaran. Untuk pertama kalinya saya berontak. Kalau tidak, istri saya akan seterusnya menjadikan saya bal-balan. Saya jawab semua tuduhan istri saya. Dia tercengang sebab untuk pertama kalinya saya membantah. Akhirnya di bekas pintu kamar anak kami, kami bertengkar keras (41) Tetapi itu 10 tahun yang lalu. Sekarang saya sudah tua. Waktu telah memproses segalanya begitu rupa, sehingga semuanya diluar dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia, menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang mewah dan mengekspor barang- isinya “Maaf tolong relakan saya menjadi guru” Kutipan (40), ibu tiba-tiba menyusul ayahkarena merasa cemas, setelah mengetahui apa yang terjadi ibu langsung marah dan menangis. √ Kutipan (41), tetapi cerita ini sudah 10 tahun berlalu, segala proses telah dilewati dan akhirnya Taksu sudah menjadi tulang punggung keluarga dan ia menjadi salah seorang pengusaha besar. √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185 barang kerajinan serta ikan segar ke berbagai wilayah mancanegara (42) “Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga bagia anak-anak muda lain yang menjadi generasinya. Bahkan guru bagi bangsa dan negara, karena jasa-jasanya menular etos kerja.” ucap promotor ketika Taksu mendapat gelar doktor honoris causa dari sebuah perguruan tinggi bergengsi. Kutipan (42), kini Taksu menjadi seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya dan guru juga bagi anak-anak muda. √ TOKOH No Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil analisis 2. Taksu Taksu (Taksu disebut sebgai tokoh protagonis karena di setiap kejadian atau peristiwa menceritakan tentang keinginan Taksu yang ingin menjadi guru). Sifat Taksu berdasarkan penampilannya adalah tokoh protagonis. Taksu sebagai tokoh protagonis karena ia baik, mempunyai pendirian yang teguh serta konsisten ingin menjadi seorang guru. Pada akhir cerita Taksu menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi guru bagi 10.000 orang pegawainya. Ayah (ayah Taksu disebut tokoh sentral karena Sifat ayah Taksu berdasarkan tokoh ayah ini yang menceritakan penampilannya adalah tokoh kejadian dan peristiwa dari aal sampai antagonis. Tokoh ayah sebagai Setuju √ √ Tidak Setuju Keterangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186 akhir cerita. Bahkan ayah tidak setuju tokoh antagonis karena ia jika anaknya menjadi guru) bersikap keras kepada anaknya dan memaksakan kehendaknya agar Taksu tidak boleh menjadi guru. ayah Taksu berpikir bahwa menjadi guru tidak mempunyai masa depan, itulah sebabnya ia tidak memperbolehkan anaknya menjadi guru. Ibu (Ibu sebagai tokoh tambahan dalam Sifat ibu berdasarkan cerita) penampilannya adalah tokoh antagonis. Tokoh ibu sebagai tokoh antagonis karena ibu sersifat keras sama seperti ayah yang memaksakan kehendaknya supaya anaknya tidak menjadi guru. √ PENOKOHAN No Unsur Hasil Analisis 3. Penokohan Ayah Taksu (43) Anak saya bercita-cita menjadi guru Karakteristik bercita-cita menjadi guru. tentu saja melalui saya dan istri saya jadi shok. Kami dialog berdua tahu, macam apa masa depan seorang guru. karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak Keterangan Hasil Analisis Kutipan (43), menggambarkan bahwa ayah Taksu memiliki karakter yang sangat keras kepada anaknya. Ayah Taksu mendengar kabar bahwa Taksu ingin menjadi guru sangat kaget. Setuju √ Tidak Setuju Keterangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187 dia ngomong. “Kami dengar seletingan, kamu mau jadi guru, Taksu? Betul?! Taksu mengangguk. “Betul Pak.” Kami kaget. “Gila masak kamu mau jadi g-u-r-u?” “Ya.” (44) “Taksu dengar baik-baik. Bapak hanya bicara satu kali saja. Setelah itu terserah kamu! Menjadi guru itu bukan cita-cita. Itu spanduk dijalan kumuh di desa. Kita hidup di kota. Dan ini era milenium ketiga yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan bebas. Di masa sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru. semua guru itu dilnya jadi guru karena terpaksa, karena mereka gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak nganggur saja. Ngerti? Setiap kali kalau ada kesempatan, mereka akan loncat ngambil yang lebih menguntungkan. Ngapain jadi guru, mau mati berdiri? Kamu kan bukan orang yang gagal, kenapa kamu jadi putus asa begitu?!” (45) Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya kejepit. Tugas Ia tidak percaya bahwa anaknya bercita-cita menjadi guru. Kutipan (44) menggambarkan karakter ayah Taksu yang memaksakan kehendaknya sendiri. Di dalam kutipan ini ayah Taksu sedang menasehati anaknya supaya tidak menjadi guru. ia memberi arahan kepada Taksu agar anaknya tahu betul jika nantinya hidup guru seperti orang-orang yang berada di jalan kumuh desa. \ √ Kutipan (45) menggambarkan karakter ayah Taksu yang sangat keras terhadap anaknya. Ia mengatakan bahwa jadi guru tidak mempunyai masa depan. Terlihat sekali bahwa ayah √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188 seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada guru yang naik Jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan dari mengajar tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai cita-cita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita itu harus tinggi, Taksu. Masak jadi guru? itu cita-cita sepele banget, itu namanya menghina orang tua. Masak kamu tidak tahu? Mana ada mana ada guru punya rumah bertingakat. Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak punya masa depan. Dunianya suram. Kita tidur, dia masih saja utak-atik menyiapkan bahan pelajaran atau memeriksa PR. Kenapa kamu bodoh sekali mau masuk neraka, padahal kamu masih muda, otak kamu encer, dan biaya untuk sekolah sudah kami siapkan. Coba pikir lagi dengan tenang dengan otak dingin!” (46) Kami tinggalkan Taksu dengan hati Lokasi dan panas. Istri saya ngomel sepajang situasi perjalanan. Yang dijadikan bulanpercakapan bulanan, saya. Menurut dia, sayalah yang sudah salah didik, sehingga Taksu jadi cupet pikirannya (47) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua Taksu sangat tidak setuju jika Taksu ingin menjadi guru. Kutipan (46), menggambarkan lokasinya sedang dalam perjalanan. Ayah Taksu berpikir bahwa ia lah yang salah mendidik anaknya sehingga anaknya ingin bercita-cita menjadi guru. √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189 Kutipan (47), menggambarkan lokasi percakapan di kos tempat Taksu tinggal. Ayah dan ibu Taksu mengunjungi anaknya dengan membawa oleh-oleh berupa kerupuk kulit ikan kegemaran Taksu dan laptop canggih. Kutipan (48), menggambarkan lokasi percakapan di kamar kos Taksu. ayahnya kembali mengunjungi Taksu dan memberikan sebuah hadia berupa mobil, agar Taksu ingin mengubah cita-citanya. √ Kutipan (49), menggambarkan lokasi percakapan di dalam kamar kos Taksu. ketika terjadi pertengkarang dengan ayah Taksu, Taksu pergi dan membawa semua barangbarangnya dan yang tinggal hanya secarik kertas dan sebuah pesan. √ (50) Kau yang terlalu memanjakan dia, Kutipan (50), menggambarkan makanya dia seenak perutnya saja tokoh Ibu yang pemarah. Karena √ bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa kerupuk kulit ikan kegemaran Taksu saya sendiri membawa sebuah laptop yang paling canggih, sebagai kejutan (48) Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali ini saya datang dengan kunci mobil. Saya tarik deposito saya di bank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu ingin punya mobil mewah, tapi saya hanya kuat beli murah. Tapi sejelek-jeleknya kan mobil, dengan bonus janji, kalau memang dia mau mengubah citacitanya, jangankan mobil mewah, segalanya akan saya serahkan, nanti (49) Dengan panik saya kembali menjumpai Taksu. tetapi sudah terlambat. Anak itu seperti sudah tahu saja, bahwa ibunya akan menyuruh saya kembali. Rumah kos itu sudah kosong. Dia pergi membawa semua barang-barangnya, yang tinggal hanya secarik kertas kecil dan pesan kecil Jati diri √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190 tokoh yang dituju oleh penutur Kualitas mental tokoh Nada, suara, tekanan, dialeg sekarang. Masak mau jadi guru. Itu ibu tidak setuju jika Taksu ingin kan bunuh diri!” menjadi guru. oleh karena itu, ayahlah yang menjadi sasaran kemarahan. (51) Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu memutuskan. Jadi, singkat kata saja, kamu mau jadi apa sebenarnya?” Taksu memandang saya. “Jadi guru. Kan sudah saya bilang berkali-kali? Kutipan (51), menunjukkan karakter Ayah yang sangat keras, memaksakan kehendaknya supaya Taksu tidak menjadi guru. Karena ayah Taksu beranggapan bahwa menjadi guru tidak mempunyai masa depan. √ (52) “Mobil ini tidak pantas dipakai seorang guru. kunci ini boleh kamu ambil sekarang juga, kalau kamu berjanji bahwa kamu tidak akan mau jadi guru, sebab itu memalukan orang tua kamu. Kamu ini investasi untuk masa depan kami, Taksu, mengerti? Kamu kami sekolahkan supaya kamu meraih gelar, punya jabatan, dihormati orang tua, supaya kami juga ikut terhormat. Supaya kamu berguna kepada bangsa dan punya duit untuk merawat kamiorang tuamu kalau kami sudah jompo nanti. Bercita-citalah yang bener. Mbok mau jadi presiden begitu! Masak guru! Gila! Kalau kamu jadi guru, palingbanter setelah Kutipan (52), menunjukkan karakter ayah yang sangat pemarah dan keras pada Taksu. di dalam kutipan tersebut terdapat mbok mau jadi presiden begitu! Masak mau jadi guru! Gila! Kutipan tersebut menandakan bahwa ayah Taksu tidak setuju anaknya bercita-cita menjadi guru. √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191 menikah kamu akan kembali menempel di rumah orang tuamu dan menyusu sehingga semua warisan habis ludes. Itu namanya kerdil pikiran. Tidak! Aku tidak mau anakku terpuruk seperti itu!” (53) “Coba jawab untuk terakhir kalinya, Karakteristik mau jadi apa kamu sebenarnya?” melalui “Mau jadi guru.” Saya tak mampu tindakan melanjutkan. Tinju saya melayang tokoh ke atas meja. Gelas di atas meja meloncat. Kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muda saya Kutipan (53), menunjukkan karakteristik melalui tindakan tokoh ayah adalah melalui tindakan ayah sangat kesal kepada Taksu, karena kekesalan itulah ayah memukul meja dan menumpahkan kopi. Ayah kesal karena tekad Taksu ingin menjadi guru sangat teguh. Taksu Karakteristik (54) “Saya sudah bilang saya ingin jadi Kutipan (54), menggambarkan melalui guru, kok ditanya lagi, Pak.” karakter Taksu teguh pada dialog Katanya sama sekali tanpa berdosa. pendiriannya. Taksu memiliki tekad yang kuat untuk menjadi seorang guru, tetapi ayah dan ibu Taksu tidak setuju anaknya menjadi guru. Lokasi dan (55) “Bagaimana Taksu,” kata saya situasi sambil menunjukkan kunci mobil percakapan itu. “Ini hadiah untuk kamu. Tetapi kamu juga harus memberi hadiah Kutipan (55), menggambarkan lokasi percakapan di kamar kos Taksu. Taksu yang pada waktu itu dikunjungi oleh ayahnya dan √ √ √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192 buat Bapak.” Taksu melihat kunci mobil itu dengan dingin. “Hadiah apa Pak?” Saya tersenyum. “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu sebenarnya?” diberi hadiah oleh dengan syarat Taksu tidak boleh menjadi guru. Tetapi Taksu dengan tegas menjawab bahwa ia ingin menjadi guru. Jati diri (56) “Yang benar saja. Kita hidup perlu tokoh yang materi. Guru itu pekerjaan yang anti dituju pada materi, buat apa kamu menghabiskan hidup kamu untuk sesuatu yang tidak berguna? Paham? Taksu mengangguk. “Paham. Tapi apa salahnya jadi guru?” Kutipan (56), mengambarkan karakter Taksu yang teguh pada pendiriannya. Taksu bertanya kepada ayahnya apa salahnya menjadi seorang guru. Meskipun, orang tua Taksu tidak setuju, ia akan tetap bercita-cita menjadi guru. √ Kualitas (57) “Saya mau jadi guru.” “Aku bunuh mental para kau, kalau kau masih saja tetap mau tokoh jadi guru.” Taksu menatap saya. “Apa?” “Kalau kamu tetap saja mau jadi guru, aku bunuh kau sekarang juga!!” teriak saya kalap. Taksu balas memandang saya tajam. “Bapak tidak akan bisa membunuh saya.” Kutipan (57), menunjukkan karakter Taksu yang berani mengambil keputusan ingin menjadi guru. Bahkan Taksu berani membantah ayahnya demi cita-citanya. Ia mengatakan bahwa Bapak tidak akan dapat membunuh saya demi cita-citanya menjadi guru. √ Nada, suara, (58) “Sebab guru tidak bisa dibunuh. tekanan, Jasadnya mungkin saja bisa busuk dialeg lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkan tetap tertinggal abadi. Bahkan Kutipan (58), karakter Taksu berani, tegas, pendirian. Taksu √ menunjukkan yang sangat dan teguh menjelaskan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193 bertumbuh, berkembang dan memberi inspirasi kepada generasi di masa yang akan datang. Guru tidak bisa mati, Pak.” Karakteristik (59) “Ya! Itu sebabnya saya ingin jadi melalui guru, sebab saya tidak mau mati.” tindakan Saya bengong. Saya belum pernah tokoh dijawab tegas oleh anak saya. Saya jadi gugup. “Bangsat! Kata saya kelepasan. “Siapa yang sudah mengotori pikiran kamu dengan semboyan keblinger itu? Siapa yang sudah mengindoktrinasikan kamu, Taksu?” Taksu memandang kepada saya tajam. “Siapa Taksu?!” “Bapak sendiri, kan?” kepada ayahnya bahwa menjadi seorang guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin bisa busuk lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkan tetap tertinggal abadi. Kutipan (59), memiliki karakter tindakan yang sangat keras dan selalu mengikuti apa yang orang tuanya lakukan. Sehingga Taksu menunjuk ayahnya sendiri yang meberinya contoh untuk menghormati jasa seorang guru. √ Ibu (60) Kau terlalu memanjakan dia, Karakteristik makanya dia seenak perutnya melalui sekarang. Masak mau jadi guru. Itu dialog kan bunuh diri! Kutipan (60), menggambarkan karakter ibu yang pemarah dan tidak sabar. Tokoh ibu marah karena, ayah Taksu terlalu memanjakan anaknya, sehingga anaknya sekarang menjadi seenaknya sendiri. √ Lokasi dan (61) “Laptopnya bawa pulang saja dulu, situasi Pak. Biar Taksu mikir lagi! Kasih percakapan dia waktu tiga bulan, supaya bisa lebih mendalam dalam memutuskan sesuatu. Ingat, ini soal hidup matimu sendiri, Taksu!” Kutipan (61), lokasi dalam percakapan di kamar kos Taksu. Ibu menyuruh Bapak supaya membawa pulang lagi laptopnya dan membuat Taksu memutuskan sesuatu tidak √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194 Jati diri (62) “Sudah waktunya membuat shock tokoh yang therapy pada Taksu, sebelum ia dituju kejeblos terlalu dalam. Ia memang memang memerlukan perhatian. Karena itu dia berusaha melakukan sesuatu yang menyebabkan kita terpaksa memperhatikannya. Dasar anak zaman sekarang, akal bulus!Yang dia kepingin bukan laptop tapi mobil! Bapak harus kerja keras beliin dia mobil, supaya mau mengikuti apa nasehat kita!” terburu-buru. Kutipan (62), menggambarkan karakter ibu yang sangat sabar dan kadang-kadang jika kemauannya tidak terpenuhi ibu sangat pemarah. Makanya ibu kaget anaknya bercita-cita menjadi guru. Kualitas (63) “Bapak terlalu! Jangan perlakukan Kutipan (63), menunjukan mental para anakmu seperti itu!” Teriak saya karakter ibu yang sayang pada tokoh kalap anaknya. Ibu tidak mau sesuatu yang tidak baik terjadi pada anaknya, meskipun ia sangat tidak setuju jika Taksu ingin menjadi guru. Nada, tekanan, suara, dialeg (64) “Ayo kembali! Serahkan kunci mobil itu pada Taksu! Kalau memang mau ngasih anak mobil, kasih saja jangan pakai syarat segala, itu namanya dagang! Masak sama anak dagang. Dasar mata duitan!” Karakteristik (65) “Ayo cepet, nanti anak Kutipan (64), menunjukkan karakter Ibu yang peduli dan sayang pada Taksu, ia tidak menyaka Bapak akan melakukan perbuatan seperti itu pada anaknya sendiri. Ibu marah sekali kepada Bapak dan perkataan yang dikatakan sangat keras. kamu Kutipan (65), menunjukkan √ √ √ √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195 melalui tindakan kabur!” bahwa tindakan yang dilakukan ibu sangat peduli terdapap anaknya. Ia menyuruh Bapak untuk kembali ke kos Taksu supaya tidak terjadi apa-apa dengannya. LATAR No Unsur 4. Latar Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis 1. Latar Tempat (66) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua Tempat terjadinya di kos bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya (67) Tanpa menunggu jawaban, lalu Tempat terjadinya di rumah saya pulang. Saya ceritakan pada istri saya apa yang sudah saya lakukan. Saya kira saya akan dapat pujian. Tetapi ternyata istri saya bengong. Ia tak percaya dengan apa yang saya ceritakan. Dan ketika kesadarannya turun kembali, matanya melotot dan saya dibentak habis-habisan (68) Dengan panik saya kembali Tempat terjadinya di kamar menjumpai Taksu. tetapi sudah terlambat. Anak itu seperti sudah tahu saja, bahwa ibunya akan menyuruh saya kembali. Rumah Setuju √ √ √ Tidak Setuju Keterangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196 kos itu sudah kosong. Dia pergi membawa semua barangbarangnya, yang tinggal hanya secarik kertas kecil dan pesan kecil (69) Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Tempat terjadinya di kamar Saya seperti dipagut aliran listrik. Tetapi ketika menoleh, itu bukan Taksu tetapi istri saya yang menyusul karena merasa cemas 2. Latar Waktu (70) “Pikirkan sekali lagi! Bapak kasih waktu satu bulan!” Taksu menggeleng. “Dikasih waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi guru.” (71) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa kerukup kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah laptop baru yang paling canggih, sebagai kejutan (72) “Laptopnya bawa pulang saja dulu, Pak. Biar Taksu mikir lagi! Kasih dia waktu tiga bulan, supaya bisa lebih mendalam dalam memutuskan sesuatu. Ingat, ini soal hidup matimu sendiri, √ Waktu terjadinya satu bulan √ Bukannya hanya satu bulan tetapi dua bulan kemudian √ Ayah dan ibu memberi waktu tiga bulan untuk Taksu berpikir √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197 (73) (74) (75) (76) Taksu!” Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. tapi Taksu juga tidak menghububungi kami. Saya jadi cemas. Ternyata anak memang tidak merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta diperhatikan anak “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu sebenarnya?” “Baik, kalau memang begitu, uang sekolah dan uang makan kamu mulai bulan depan kami stop. Kamu hidup saja sendirian. Supaya kamu bisa merasakan sendiri langsung bagaimana penderitaan hidup kamu. Tidak semudah yang kamu baca dalam teori dan slogan. Mudah-mudahan penderitaan itu akan membimbing kamu ke jalan yang benar. Tiga bulan lagi Bapak akan datang. Waktu itu pikiranmu sudah pastiakan berubah! Bangkit memang baru terjadi sesudah sempat hancur!Tapi tak apa.” Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya membawa kunci mobil mewah. tidak √ Tiga bulan waktu yang diberikan Taksu untuk berpikir √ Uang sekolah dan uang jajan di stop mulai bulan depan √ Tiga bulan ayah Taksu baru mengunjungi ayahnya √ Tiga bulan kemudian mengunjungi Taksu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198 Tapi terlebih dulu saya mengajukan pertanyaan yang sama (77) “Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain Taksu! Kamu jangan ngacau! Kamu tidak bisa hidup dengan nasehat yang Bapak berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas. Kamu tidak mau sekolah, kamu hanya mau mainmain, kamu bahkan bandel dan kurang ajar pada gutu-guru yang datang ke sekolah naik ojek. Kamu tidak sabar meskipun sepatunya butut dan mukanya layu kurang gizi, tapi itulah orang-orang yang akan menyelamatkan hidup kamu. Itulah gudang ilmu yang harus kamu tempel samapai kamu siap (78) Satu jam saya memberi Taksu kuliah. Saya telanjangi semua persepsinya tentang hidup. Dengan tidak malu-malu lag, saya seret nama pacarnya si Mina yang mentang-mentang cantik itu, mau menyeret anak saya ke masa depan yang gelep (79) Saya masih ingin membantah. Tapi mendengar kata kabur, hati saya rontok. Taksu itu anak satusatunya. Sebelas tahun kami menunggunya dengan cemas. Kami berobat ke sana-kemari, 28 tahun yang lalu dan 30 tahun yang lalu √ 1 jam bapak menasehati Taksu √ Sebelas tahun yang lalu bapak menantikan punya anak hingga segalanya telah dilakukan √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 199 sampai berkali-kali melakukan enseminasi buatan dan akhirnya sempat dua kali mengikuti program bayi tabung. Semuanya gagal. Waktu kami pasrah tetapi tidak menyerah, akhirnya istri saya mengandung dan lahirlah Taksu. anak yang sangat mahal, bagaimana mungkin saya akan biarkan dia kabur? (80) Tetapi itu sepuluh tahun yang lalu. Bapak menceritakan 10 tahun Sekarang saya sudah tua. Waktu yang lalau pada saat Taksu ingin telah memproses segalanya begitu menjadi guru rupa, sehingga semuanya diluar dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang meah dan mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan segar ke berbagai wilayah mancanegara 3. Latar Sosial (81) Sekarang saya sudah tua. Waktu telah memproses segalanya begitu rupa, sehingga semuanya diluar dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang mewah Latar sosialnya adalah Taksu menjadi tulang punggung keluarga dan menggantikan memikul beban hidup keluarga. √ √ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200 dan mengekspor barang-barang kerajianan serta ikan ke berbagai wilayah mancanegara. (82) “Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga bagi anak-anak muda lain yang menjadi adik generasinya. Bahkan guru bagi bangsa dan negara, karena jasa-jasanya menularkan etos kerja,” ucap promotor ketika Taksu mendapat gelar doktor honoris causa dari sebuah perguruan tinggi bergengsi Latar sosialnya adalah Taksu menjadi guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya dan guru bagi anak-anak muda yang menjadi adik generasinya √ SUDUT PANDANG No Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis 5. Sudut Pandang (83) Anak saya bercita-cita menjadi guru. tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua tahu, macam masa depan seorang guru. karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia ngomong. Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah sudut pandang campuran dimana pengarang dalam mengisahkan tokoh dengan menggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” dan sutu pandang persona aku secara bergantian Setuju √ Tidak Setuju Keterangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201 GAYA BAHASA No Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis 6. Gaya Bahasa (84) Guru itu hanya sepeda tua. Dilihat dari bahasa yang Ditawar-tawarkan sebagai besi digunakan pengarang dalam rongsokan pun tidak ada yang menulis cerita, gaya bahasa mau beli. dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Bahasa yang khas yang juga digunakan pengarang dalam menggungkapkan pikiran serta memperlihatkan kepribadian pengarang. Tetapi kata yang dipilih oleh pengarang ada yang mengandung asosiasi yaitu perbandingan dua hal yang dianggap berbeda tetapi dianggap sama. Setuju Tidak Setuju Keterangan Tidak Setuju Keterangan √ TEMA No Unsur Hasil Analisis 7. Tema (85) Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua tahu, macam apa masa depan seorang guru. Karena itu, sebelum terlalu Keterangan Hasil Analisis Setuju PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 202 jauh, kami cepat-cepat ngajak dia ngomong. “Kami dengar selentingan, kamu mau jadi guru, Taksu? Betul?!” Taksu mengangguk. “Betul Pak,” Kami kaget. “Gila, masak mau jadi g-u-ru?” “Ya”. (86) Saya dan istri saya pandangpandangan. Itu malapetaka. Kami sama sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika kami tatap tajam-tajam, mata Taksu nampak tenang tak bersalah. Ia pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya. Jelas ia tidak mengetahui permasalahannya (87) “Taksu dengar baik-baik, Bapak hanya bicara satu kali saja. Setelah itu terserah kamu! Menjadi guru itu bukan cita-cita. Itu spanduk di jalan kumuh desa. Kita hidup di kota. Dan ini era milenium ketiga yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan bebas. Di masa sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru. Semua guru itu dilnya jadi guru karena terpaksa, karena mereka gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak menganggur saja. Ngerti? Setiap kali kalau ada kesempatan, mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 203 akan loncatmengambil yang lebih menguntungkan. Ngapain jadi guru, mau mati berdiri? Kamu kan bukan orang yang gagal, kenapa kamu jadi putus asa begitu?!” “Tapi saya mau jadi guru.” (88) “Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawartawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya kejepit. Tugas seabrekabrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada guru yang naik jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan dari ngajar tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai citacita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita itu harus tinggi. Taksu. Masak jadi guru? Itu cita-cita sepele banget, itu namanya menhina orang tua. Masak kamu tidak tahu? Mana ada guru yang punya rumah bertingkat. Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak punya masa depan. Dunianya suram. Kita tidur, dia masih utak-atik menyiapkan bahan pelajaran atau memeriksa PR. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 204 Kenapa kamu bodoh sekali mau masuk neraka, padahal kamu masih muda, otak kamu encer, dan biaya untuk sekolah sudah kami siapkan. Coba kamu pikir lagi dengan tenang dengan otak dingin!” (89) “Negara sengaja memuji-muji guru setinggi langit tetapi lihat sendiri, negara tidak pernah memberi gaji yang setimpal, karena mereka yakin, banyak orang seperti kamu, sudah puas karena dipuji. Mereka tahu kelemahan orang-orang seperti kamu, Taksu. Dipuji sedikit saja sudah mau banting tulang, kerja rodi tidak peduli tidak dibayar. Kamu tertipu Taksu! Pujipujian itu dibuat supaya orangorang yang lemah hati seperti kamu, masih tetap mau jadi guru. Padahal anak-anak pejabat itu sendiri berlomba-lomba dikirim keluar negeri biar sekolah setinggi langit, supaya nanti bisa mewarisi jabatan bapaknya! Masak begitu saja kamu tidak nyahok?! (90) Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya membawa kunci mobil mewah. Tapi ini terlebih dulu saya mengajukan pertanyaan yang sama. “coba jawab untuk yang terakhir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 205 kalinya, mau jadi apa kamu sebenarnya?” “mau jadi guru.” saya tak mampu lagi melanjutkan. Tinju saya melayang ke atas meja. Gelas di atas meja meloncat. Kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muka saya. (91) Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua tahu, macam apa masa depan seorang guru. Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia ngomong. (92) Saya dan istri saya pandangpandangan. Itu mala petaka. Kami sama sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika kami tatap tajam, mata Taksu nampak tenang tak bermasalah. Ia pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya. Jelas ia tidak mengetahui permasalahannya. (93) Kami bertambah khawatir, karena Taksu tidak takut bahwa kami tidak setuju. Istri saya menarik nafas dalam-dalam karena kecewa, lalu begitu saja pergi. Saya mulai bicara blak-blakan. (94) “Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 206 guru itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawartawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya kejepit. Tugas seabrekabrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada guru yang naik Jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan dari mengajar tapi dari tani. (95) masak,” Saya terkejut. “Pikirkan sekali lagi! Bapak kasih waktu satu bulan!” Taksu menggeleng. “Dikasih waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi guru.” “Tidak! Kamu pikir saja dulu satu bulan lagi!” (96) Kamis tinggalkan Taksu dengan hati panas. Istri saya sepanjang perjalanan. Yang dijadikan bulanbulanan, saya. Menurut dia, sayalah yang sudah salah didik, sehingga Taksu jadi cupet pikirannya. “Kau yang terlalu memanjakan dia, makanya dia seenak perutnya sekarang. Masak mau jadi guru. Itu kan bunuh diri!” (97) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudia, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 207 muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa kerupuk kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah laptop baru yang paling canggih, sebagai kejutan (98) Taksu senang sekali. Tapi kami sendiri kembali sangat terpukul. Ketika kami tanyakan bagaimana hasil perenungannya selama dua bulan. Taksu memberi jawaban yang sama. “Saya sudah bilang saya ingin jadi guru, kok ditanya lagi, Pak,” katanya sama sekali tanpa rasa berdosa. Sekarang saya naik darah. Istri saya jangan dikata lagi. Langsung kencang mukanya. Ia tak bisa lagi mengekang merahnya. Taksu disemprotnya habis. (99) “Taksu! Kamu mau jadi guru pasti karena kamu terpengaruh oleh pujipujian orang-orang pada guru itu ya?!” damprat istri say. “Mentangmentang mereka bilang, guru pahlawan, guru itu berbakti kepada nusa dan bangsa. Ahh! Itu bohong semua! Itu bahasa pemerintah! Apa kamu pikir betul guru itu yang sudah menyebabkan orang jadi pinter? Apa kamu tidak baca di koran, banyak guru-guru yang brengsek dan bejat sekarang? Ah?” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 208 (100) “Kamu kan bukan jenis orang suka dipuji kan? Kamu sendiri bilang apa gunanya puji-pujian, yang penting adalah sesuatu yang konkret. Yang konkret itu adalah duit. Taksu. Jangan kamu takut dituduh meterialistis. Siapa bilang materialistik itu jelek. Itu kan kata mereka yang tidak punya duit. Karena tidak mampu cari duit mereka lalu memaki-maki duit. Mana mungkin kamu bisa hidup tanpa duit? Yang benar saja. Kita hidup perlu materi. Guru itu pekerjaan yang anti pada materi, buat apa kamu menghabiskan hidup kamu untuk sesuatu yang tidak berguna? Paham?” (101) Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. Tapi Taksu juga tidak menghubungi kami. Saya jadi cemas. Ternyata anak memang tidak merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta diperhatikan anak (102) Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali ini saya datang dengan kunci mobil. Saya tarik deposito saya dibank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu ingin punya mobil mewah, tapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 209 saya hanya kuat beli murah. Tapi sejelek-jeleknya kan mobil, dengan bonus janji, kalau memamng dia mau mengubah cita-citanya, jangankan mobil mewah, segalanya akan saya serahkan, nanti (103) “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu sebenarnya?” Taksu memandang saya. “Jadi guru. Kan sudah saya bilang berkali-kali?” (104) “Bangsat! Kata saya kelepasan. “Siapa yang sudah mengotori pikiran kamu dengan semboyan keblinger itu? Siapa yang sudah mengindoktrinasi kamu, Taksu?” taksu memandang saya tajam. “Siapa Taksu?!” Taksu menunjuk. “Bapak sendiri, kan?” Saya terkejut. “Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain Taksu!kamu jangan ngacau! Kamu tidak bisa hidup dengan nasehat yang Bapak berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas. Kamu tidak mau sekolah, kamu hanya mau main-main, kamu bahkan bandel dan kurang ajar pada guruguru kamu yang datang ke sekolah naik ojek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 210 (105) “Maaf, tolong relakan saya menjadi seorang guru.” Tangan saya gemetar memegang kertas yang disobek dari buku hariannya itu. Kertas yang nilainya mungkin hanya seperak itu, jauh lebih berarti dari kunci BMW yang harganya semiliyar dan sudah menggosongkan deposito saya. Saya duduk di dalam kamar itu, mencium bau Taksu yang masih ketinggalan. Pikiran saya kacau. Apakah sudah takdir dari anak dan orang tua bentrok? Mau tak mau saya kembali memaki-maki Mina yang sudah menyesatkan pikiran Taksu. Kembali saya memaki-maki guru yang sudah dikultusindividukan sebagai pekerjaan yang mulia, padahal dalam kenyataannya banyak sekali guru yang brengsek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BIODATA Wahyu Apriliani lahir di Sleman, 28 April 1995. Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Andreas dan Sagirah. Menempuh pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2001-2007 di Sekolah Dasar Kristen Kesuma Bangsa Tangerang, tahun 2007-2010 menjadi siswa di SMP Kristen Mawar Saron Tangerang, dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Katolik Pangudi Ludur Sedayu tahun 2010-2013. Penulis tercatat sebagai mahasiswa aktif di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta sejak tahun 2013. Masa Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri penulis pada tahun 2017 dengan membuat skripsi yang berjudul “Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1”. 211