implementasi supervisi akademik sebagai upaya

advertisement
IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI
PEDAGOGIK GURU PAI SEKOLAH DASAR
(STUDI KASUS DI KECAMATAN SIMPANG RAYA DAN
KECAMATAN BUNTA KABUPATEN BANGGAI
TAHUN 2015/2016)
Oleh
ALI SUPANGAT
NIM : M2.14.023
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2016
i
ii
iii
ABSTRAK
IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK
GURU PAI SEKOLAH DASAR
(Studi Kasus di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta
Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana implementasi supervisi
akademik yang dilakukan oleh pengawas PAI di Kecamatan Simpang Raya dan
Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, bagaimana teknik pelaksanaannya, dan apa
kendala-kendalanya.
Jenis penelitiannya kualitatif, dengan pendekatan fenomenologis. Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Proses analisis data dideskripsikan dengan cara reduksi data, paparan
data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawas dalam melaksanakan tugas
supervisi akademik merujuk pada tupoksi dan pemenuhan syarat formal administrasi,
yaitu pengawas menyiapkan program tahunan, program semester, perangkat
supervisi, melakukan pertemuan dengan guru, melakukan kunjungan kelas,
mendiskusikan hasil proses pembelajaran, membuat laporan. Tekniknya:
Menggunakan teknik supervisi kelompok dalam bentuk KKG, dan teknik supervisi
individual dalam bentuk pembinaan individu, kunjungan kelas, dan berdiskusi.
Peningkatan kompetensi pedagogik guru setelah disupervisi yaitu: Guru PAI
mampu membuat perangkat pembelajaran; Kinerja guru PAI meningkat dalam
memperbaiki dan melaksanakan proses pembelajaran; Adanya perubahan perilaku;
Memahami karakter siswa. Sedangkan kendala dalam pelaksanaannya dari aspek
georgrafis wilayah sangat luas sehingga pembinaan kurang efektif; kurangnya jumlah
pengawas; Dari aspek guru, background pendidikannya ada yang tidak cocok,
kualifikasi akademik belum semua terpenuhi, sebagian besar guru belum memahami
IT; Dari aspek sekolah, fasilitasnya belum memadai.
Sebagai implikasi dari penelitian ini, penting bagi pengawas untuk
melaksanakan tugas supervisi secara merata. Kemudian guru PAI harus kooperatif
dalam semua aktivitas supervisi akademik, guna untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.
iv
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF THE ACADEMIC SUPERVISION AS AN
EFFORT TO INCREASE PEDAGOGICAL COMPETENCE OF
TEACHERS OF PAI PRIMARY SCHOOL
(A Case Study In The Subdistrict of Simpang Raya and Bunta
Banggai District In 2015/2016)
This study aims to find out about how the implementation of the academic
supervision carried out by PAI supervisors in the subdistrict of Simpang Raya and
Bunta Banggai district, how the technical implementation, and what constraints.
Types of qualitative research, with phenomenological approach. Techniques used in
the collection of data through observation, interviews and documentation. Data
analysis process is described by data reduction, exposure data, and drawing
conclusions.
The results showed that the supervisors in carrying out the task of academic
supervision refers to the formal duties and eligibility administration, the supervisor
prepares annual program, the semester program, device supervision, meetings with
teachers, visiting classes, discuss the results of the learning process, make a report.
The technique: Using the technique of group supervision in the form of KKG, and
individual supervision techniques in the form of individual coaching, classroom
visits, and discussions.
Increased pedagogical competence of teachers after supervised namely:
Teachers of PAI are able to make the learning device; PAI teacher performance
increase in refining and implementing the learning process; The change of behavior;
Understanding the character of the students.
While the problems in implementation of the geographical aspects of the area
is so large that less effective coaching; insufficient numbers of supervisors; From the
aspect of teachers, academic background there is no match, the academic
qualifications have not all met, most teachers do not understand IT; From the aspect
of the school, the facility has not been adequate.
As the implications of this research, it is important for the supervisors to
carry out supervision duties evenly. Then the teacher of PAI should cooperate in all
the activities of the academic supervision, in order to improve the quality of learning
in schools.
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt, berkat limpahan
karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
penulisan Tesis ini. Shalawat dan salam penulis persembahkan kepada Nabi besar
Muhammad Saw beserta keluarganya dan para sahabatnya yang telah mewariskan
berbagai macam hukum sebagai pedoman umatnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini banyak
terdapat bantuan moril maupu materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga dan segenap unsur
pimpinan IAIN Salatiga, yang telah mendorong dan memberikan kebijakan
kepada penulis dalam berbagai hal yang berhubungan dengan studi di
Pascasarjana IAIN Salatiga.
2.
Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah
membantu penulis dalam proses administrasi sehingga proses penulisan tesis ini
berjalan dengan lancar serta seluruh staf Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah
banyak memberikan arahan sejak awal proses penulisan tesis ini.
3.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag sebagai pembimbing yang dengan ikhlas membimbing
penulis dalam menyusun tesis ini sampai selesai sesuai dengan harapan.
4.
Semua Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah mendidik
Penulis dengan berbagai disiplin keilmuannya, semoga amal baik mereka
membawa manfaat bagi peningkatan keilmuan penulis.
vi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
PRAKATA ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB
I
PENDAHULUAN ............................................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB
II
Latar Belakang Masalah .............................................................
Rumusan Masalah .......................................................................
Signifikansi Penelitian ................................................................
Kajian Pustaka ............................................................................
Metodologi Penelitian .................................................................
Sistematika Penulisan .................................................................
1
7
10
12
16
23
KERANGKA TEORI ..................................................................... 26
A. Supervisi Akademik .....................................................................
1. Pengertian supervisi akademik .............................................
2. Tujuan supervisi akademik ...................................................
3. Teknik supervisi akademik ...................................................
4. Pelaksanaan supervisi akademik ...........................................
5. Tahapan supervisi akademik ..................................................
B. Kompetensi Pedagogik ................................................................
1. Pengertian kompetensi ..........................................................
2. Pengertian kompetensi pedagogik ........................................
3. Aspek-aspek kompetensi pedagogik ......................................
4. Standar kompetensi pedagogik guru ......................................
BAB
1
26
26
30
34
41
41
45
45
47
48
50
III PAPARAN DATA PENELITIAN ................................................... 57
A. Tinjauan Umum Tentang Pengawas PAI Kementerian Agama
Kabupaten Banggai ......................................................................
1. Keadaan pengawas PAI .........................................................
2. Keadaan Sarana dan Prasarana Pengawas PAI ..........
B. Implemensasi Supervisi Akademik sebagai Upaaya
Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAI ...........................
viii
57
57
60
62
C. Teknik-teknik dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik di
Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta
Kabupaten Banggai ..................................................................... 63
D. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik
di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta
Kabupaten Banggai ..................................................................... 65
BAB IV
ANALISIS DATA ............................................................................ 74
A. Implemensasi Supervisi Akademik sebagai Upaaya Peningkatan
Kompetensi Pedagogik Guru PAI................................................
1. Teori supervisi dan implementasinya ....................................
2. Figur dan kualifikasi akademik pengawas PAI .....................
3. Intensitas pelaksanaan supervisi pangawas PAI ....................
B. Teknik-teknik Pelaksanaan Supervisi Akademik ........................
1. Teknik supervisi kelompok ....................................................
2. Teknik supervisi individual ...................................................
C. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik .........
1. Jarak geografis .......................................................................
2. Mismatch penempatan guru ...................................................
3. Kualifikasi akademik guru .....................................................
4. Keterbatasan Informasi Teknologi ( IT ) ...............................
5. Sarana dan prasarana sekolah ................................................
BAB V
74
74
82
85
89
89
90
96
96
97
98
99
99
PENUTUP ........................................................................................ 101
A. Kesimpulan .................................................................................. 101
B. Saran ........................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 108
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................ 152
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Keadaan Pengawas PAI pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Banggai Tahun 2015/2016 ............................................................................... 59
3.2 Keadaan Sarana dan Prasarana Pengawas PAI Pada Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016 .......................... 61
3.3 Keadaan Jumlah Sekolah Tingkat SD/TK/Paud dan Guru PAI di
Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016............................................................. 68
3.4 Keadaan Jumlah Sekolah Tingkat SMP, SMA, SMK dan Guru PAI
di Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016 ........................................................ 69
3.5 Keadaan Jumlah Sekolah dan Guru PAI Tingkat SD di Kecamatan
Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Tahun
2015/2016......................................................................................................... 71
4.1 Pelaksanaan Supervisi terhadap Guru PAI di Kecamatan Simpang Raya
dan Kecamatan Bunta Tahun 2015/2016 ......................................................... 88
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Pedoman Wawancara
2. Pedoman Observasi
3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Keterangan telah Meneliti
5. Daftar Informan
6. SK Pokjawas Kabupaten Banggai
7. Sertifikat Akreditasi Sekolah Dasar
8. Program Tahunan Pengawas Satuan Pendidikan SD/MI Kab. Banggai
9. Program Semester Pengawas Pendais Kementrian Agama Kab. Banggai
10. Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) Kementrian Agama Kab. Banggai
11. Instrumen Supervisi Kegiatan Pembelajaran PAI
12. Instrumen Supervisi Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam
13. Foto-foto Penelitian
14. Biografi Penulis
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Kemampuan guru
dalam mengajar merupakan indikator keberhasilan proses belajar mengajar pada
peserta didik.
Agar di dalam melaksanakan tugasnya dapat berjalan secara baik sesuai
dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal sebagai
bekal kompetensi yang dimilikinya. Salah satu faktor rendahnya mutu
pendidikan di negara kita adalah disebabkan tenaga pendidik yang masih kurang
berkompeten. Untuk itu, guru sebagai komponen pendidikan harus menunjukkan
kualitasnya sebagai tenaga pendidik yang berkompeten.
Fenomena yang sering terjadi, khususnya ditingkat SD tenaga pendidik
belum memenuhi kualifikasi sebagai guru yang berkompeten, khususnya
kompetensi pedagogik yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran.
Misalnya guru belum mampu memanfaatkan teknologi pembelajaran atau belum
mampu menyusun rancangan pembelajaran dengan baik. Padahal guru harus
mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, maupun pembimbing yang
senantiasa berupaya memaksimalkan perkembangan potensi yang dimiliki
peserta didik. Dengan demikian seorang guru dituntut untuk memiliki
1
kompetensi yang unggul dibidangnya, baik itu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial maupun kompetensi profesional.
Masalah kompetensi pedagogik guru merupakan salah satu masalah yang
masih sering diabaikan oleh kebayakan guru. Hal ini bisa kita lihat dari realita di
lapangan pola pembelajaran sebagai seorang profesional belum nampak secara
signifikan. Hal ini menurut Abd. Kadim Masaong tergambar bahwa “dari
tunjangan profesi yang diberikan belum signifikan mengangkat sebagian besar
kinerja guru dalam pembelajaran, sistem penilaian yang belum berorientasi pada
penilaian otentik.”1 Ini menunjukkan bahwa kompetensi guru di Indonesia masih
rendah. Meski demikian, sebagaimana dikemukakan Samiyono bahwa “kinerja
guru dapat ditingkatkan kuncinya terletak pada kemampuan guru, proses belajar
mengajar yang sesuai dengan kurikulum dan pembinaan langsung dari
supervisor.”2
Keberhasilan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru tidak
terlepas dari peran pengawas, yaitu dengan adanya pengawasan langsung dari
pengawas seperti kehadiran, kedisiplinan, dedikasi kerja, membimbing,
memotifasi, merupakan peran yang sangat penting bagi peningkatan kompetensi
guru. Dengan demikian upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam
proses belajar mengajar di sekolah akan terwujud sesuai dengan harapan dan
tujuan pendidikan.
1
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru:
Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, Cetakan ke dua, 2013, 226.
2
Henry Ananto Samiyono, Etos Kerja Guru SMTIK – PIKA Semarang dan Aspirasi
Terhadap Profesional Pekerja, Artikel Penelitian FPTK.IKIP Semarang, 1998, 1.
2
Guru PAI sangat membutuhkan pengawas sebagai mitra kerja dalam
meningkatkan kinerjanya. Pengawas sekolah merupakan pejabat fungsional yang
diatur oleh Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan, yakni “pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung
jawab dan wewenang untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap
sejumlah sekolah tertentu.”3
Namun permasalahannya tidak jarang guru PAI yang masih kurang
diperhatikan oleh pengawas agama. Pengawas agama jarang memantau kelas.
Berbeda dengan pengawas umum yang jumlah pengawasnya relatif banyak.
Pengawas PAI membina guru hanya lewat kehadiran diwaktu rapat untuk
berceramah. Hal ini tidak akan banyak meningkatkan kemampuan kompetensi
guru PAI. Namun hal ini tidak sepenuhnya karena kelalaian pengawas. Tetapi
lebih cenderung karena kurangnya tenaga pengawas yang belum seimbang
antara jumlah pengawas dengan jumlah guru yang harus dibina, sebagaimana
uraian ini:
Berdasarkan NUPTK Februari 2009 jumlah kepala sekolah 195.633 sedangkan
pengawas 23.050 orang, berarti rata-rata pengawas harus membina 8 sekolah.
Berkutat dengan rasio yang tidak ideal pengawas harus berhadapan dengan
sulitnya medan untuk menjangkau lokasi binaan.4
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa terdapat adanya ketidak
seimbangan antara jumlah pengawas dengan jumlah sekolah yang harus dibina
oleh pengawas serta lokasi sekolah binaan yang menjadi wilayah kerja pengawas
3
Pupuh Faturrohman dan AA. Suryana, Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan Proses
Pengajaran, Cet. 1, Bandung: PT. Refika Aditama, 2011, 141.
4
Pupuh Faturrohman dan AA. Suryana, Supervisi Pendidikan…,143.
3
yang medannya jauh dan terjal juga turut menambah permasalahan yang
dihadapi pengawas dan guru, sehingga menyebabkan kinerjanya menjadi kurang
maksimal.
Kondisi tersebut tidak jauh beda dengan keadaan di kabupaten Banggai
di mana jumlah pengawas untuk SD hanya ada tiga pengawas yang membina
311 SD, Belum lagi ditambah dengan sekolah TK dan PAUD yang berjumlah
279 sekolah, berarti jumlahnya 590 guru. Itu artinya bila dibagi tiga pengawas,
berarti satu pengawas membimbing 194 guru. Hal ini sangat tidak ideal untuk
mencapai keberhasilan maksimal. Idealnya satu pengawas adalah dua puluh
guru binaan.
Dalam Peraturan Menteri Agama RI N0 2 Thn 2012 tentang pengawas
Agama dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah pasal 10 ayat 3
menjelaskan bahwa pengawas PAI pada Sekolah melaksanakan tugas
pengawasan terhadap paling minimal 20 guru PAI pada TK, SD, SMP, dan/atau
SMA.5 Dengan kondisi seperti ini, pengawas PAI harus mengatasi dan
menyusun strategi yang tepat apa yang bisa disiapkan dalam melaksanakan
berbagai kegiatan supervisi di sekolah.
Selain persoalan di atas, berdasarkan pengamatan yang dilakukan di
berbagai daerah menunjukkan bahwa masih banyak pengawas yang belum
memahami secara detail tugas kegiatan supervisi yang harus dilakukannya.6
Sedangkan menurut Danim dalam Abdurahman R. Mala, mengatakan bahwa
5
Peraturan Menteri Agama RI N0 2 Thn 2012 tentang pengawas Agama dan Pengawas
Pendidikan Agama Islam.
6
Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Pada Sekolah Umum, 2000, 2.
4
“masih ada kelemahan pada berbagai hal, terutama berkaitan dengan pemilihan
strategi efektif dalam menerapkan prinsip, teknik, fungsi dan sasaran supervisi.”7
Menurut Nanag Fattah, “fakta menunjukkan bahwa kinerja guru di Indonesia
rata-rata masih rendah dan jauh ketinggalan dibandingkan negara-negara lain.”8
Guru yang profesional harus mengenal profesinya dengan cara: pertama,
mempunyai persepsi yang kuat tentang tanggung jawabnya. Persepsi yang benar
melahirkan niat dan motifasi yang benar. Kedua, guru harus selalu
meningkatkan kompetensi dan ketrampilan dibidangnya.9 Selain itu, pemerintah,
pengawas dan guru juga harus sama-sama bertekad untuk melaksanakan amanah
dengan sebaik-bainya. Amanah walaupun berat adalah tanggung jawab tidak
hanya kepada manusia tetapi juga kepada Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam
Al-Qur‟an Surat Al-Anfal (8) ayat 27 berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanatamanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”10
Pengawas merupakan amanah yang harus dipertanggung jawabkan baik
kepada diri sendiri maupun kepada pemerintah sehingga pengawas harus mampu
melaksanakan apa yang sudah diamanatkan. Allah Swt memberi arahan kepada
setiap orang yang beriman untuk mendesain rencana apa yang akan dilakukan di
7
Abdurahman R. Mala, Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan
Mutu Madrasah, Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 02, Nomor 2 (Agustus 2014),
262.
8
Nanang Fattah, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Andika, 2000, 1.
9
Kunandar, Guru Profsional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2009, 31.
10
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya “Al-Qur‟anul Karim”, Bandung: PT. Syaamil
Cipta Media, 2005, 143.
5
kemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al-Qur‟an Surat Al Hasyr (59)
ayat:18 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”11
Lafaz …
… menurut penafsiran As-Suyuti adalah
hendaklah setiap insan (diri) senantiasa memperhatikan diri (introspeksi)
terhadap apa yang dia lakukan.12 Ayat ini menjelaskan bahwa seorang pengawas
hendaklah introspeksi diri dalam melaksanakan tugas dan tangung jawabnya
tidak hanya mencari kesalahan dan kekurangan yang ada pada guru, namun apa
yang telah dilakukan untuk guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk
membantu para guru agar dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sebagai mana yang diamanatkan
dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia tentang tugas dan fungsi
pengawas PAI pada sekolah yaitu:
Menyusun program pengawasan, melakukan pembinaan, pembimbingan, dan
pengembangan profesi guru, melakukan pemantauan penerapan standar
nasional, melakukan penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan, dan
melakukan pelaporan tugas kepengawasan.13
11
12
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya …, 43.
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Terjemahan Bahrun
Abubakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995, 2422.
13
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 Tahaun 2012 Pasal 4 ayat 2.
6
Upaya peningkatan kualitas pendidikan saat ini sedang gencar-gencarnya
dilakukan oleh pemerintah. Berbagai usaha mulai dari pembaharuan kurikulum,
perbaikan sarana prasarana, pelatihan guru, sampai pada peningkatan kualitas
kepengawasan pendidikan dengan melalui beasiswa supervisi S2. Namun
nampaknya pemerintah saat ini masih belum melihat terhadap kekurangan
pengawas agama diberbagai daerah khususnya di luar wilayah Jawa. Padahal
sebagai salah satu sumber acuan dalam pengembangan kompetensi guru adalah
pengawas. Penting rasanya diefektifkan kegiatan supervisi akademik oleh
pengawas. Pengawas merupakan orang atau instansi yang melaksanakan
kegiatan supervisi terhadap guru. Dengan dimaksimalkan kegiatan supervisi
akademik, diharapkan tenaga guru PAI dapat meningkat.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan mengenai pembinaan
guru PAI oleh pengawas kementerian agama dengan judul penelitian
Implementasi Supervisi Akademik Sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi
Pedagogik Guru PAI Sekolah Dasar (Studi kasus di Kecamatan Simpang Raya
dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah Tahun
2015-2016).
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi masalah
Mengacu pada serangkaian teori dan fakta yang telah diungkapkan pada latar
belakang masalah, maka dapatlah diidentifikasi permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
7
a. Pengawasan guru PAI pada Sekolah Dasar di Kecamatan Simpang Raya
dan Bunta masih relatif rendah, dan belum merata dalam melakukan
kegiatan supervisi akademik.
b. Pengawas PAI melakukan kunjungan dalam bentuk supervisi kelompok
yang dilakukan pada saat KKG dalam rangka penyusunan program dan
pembuatan soal semester.
c. Kompetensi pedagogik guru PAI relatif rendah. Indikator ini bisa dilihat
dari kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik.
Guru sering mengabaikan terhadap karakteristik perkembangan siswa,
kurang memperhatikan tentang perbedaan kemampuan peserta didik,
perencanaan pembelajaran yang belum maksimal seperti menelaah dan
menjabarkan materi yang tercantum dalam kurikulum, pelaksanaan
pembelajaran menggunakan satu metode saja serta bentuk evaluasi yang
belum memenuhi standar.
Untuk itu, dengan adanya permasalah tersebut penulis ingin mengetahui
melalui kajian penelitian tentang pelaksanaan supervisi akademik yang
dilakukan oleh pengawas Kementerian Agama dan ingin mengetahui
kemampuan kompetensi pedagogik guru-guru PAI Sekolah Dasar yang ada di
wilayah Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai
Propinsi Sulawesi Tengah.
2. Pembatasan Masalah.
Sasaran penelitian ini adalah satu orang pengawas guru PAI yang ada di
Kementerian Agama Kabupaten Banggai yang merupakan pengawas di wilayah
8
yang diteliti, yaitu Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten
Banggai Sulawesi Tengah. Sasaran selanjutnya adalah guru-guru Pendidikan
Agama Islam yang berjumlah 23 guru di wilayah tersebut. Penulis mengambil
dua kecamatan ini sebagai pembatasan lokasi penelitian didasarkan pada
beberapa pertimbangan
yaitu pertimbangan pertama, ditinjau dari segi
akademik, sekolah-sekolah yang ada di dua kecamatan ini umumnya sudah
terakreditasi B dan hanya sebagian kecil yang terakreditasi C, dan belum ada
sekolah yang memperoleh akreditasi A. Kedua karena ingin mengetahui sejauh
mana pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas guru PAI di dua
kecamatan ini, mengingat dua kecamatan ini merupakan kecamatan yang sangat
jauh dari ibu kota kabupaten, dibanding dengan kecamatan kecamatan lain.
Ketiga,
dari segi efisien dana dan waktu, Kecamatan Simpang Raya dan
Kecamatan Bunta merupakan kecamatan yang terdekat jarak tempuhnya dengan
peneliti.
Selain itu, pelaksanaan penelitian ini di batasi hanya pada tahun
pelajaran 2015-2016, dengan alasan karena periode ini masih sementara
berjalaan.
Adapun objek penelitian ini difokuskan pada Implementasi Supervisi
Akademik yang dilaksanakan oleh pengawas Kementerian Agama khususnya
pada peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI pada lokasi dimaksud.
3. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah, serta identifikasi dan batasan masalah yang
telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini disusun sebagai
berikut:
9
a.
Bagaimana implementasi program supervisi akademik yang dilakukan
oleh pengawas Kementerian Agama dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru PAI di wilayah Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan
Bunta Kabupaten Banggai Tahun 2015-2016?
b.
Bagaimana teknik-teknik pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan
oleh pengawas Kementerian Agama dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru PAI di wilayah Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan
Bunta Kabupaten Banggai?
c.
Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik di Kecamatan
Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan penelitian
Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a) Untuk mendeskripsikan kegiatan implementasi program supervisi
akademik yang dilakukan oleh pengawas PAI terhadap pembinaan guruguru PAI Sekolah Dasar sebagai upaya peningkatan aspek kompetensi
pedagogik yang ada di wilayah kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan
Bunta Kabupaten Banggai.
b) Untuk mendeskripsikan teknik-teknik pelaksanaan supervisi akademik
yang dilakukan oleh pengawas PAI sebagai upaya peningkatkan
kompetensi pedagogik guru PAI yang ada di Kecamatan Simpang Raya
dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai.
10
c) Untuk mendeskripsikan kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi
akademik di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten
Banggai.
2. Manfaat penelitian
Secara umum penelitian ini kiranya dapat memberikan manfaat yang besar
baik secara teoretis maupun praktis yaitu:
a. Manfaat secara teoretis
1) Sebagai bahan analisis dan kajian tentang perlunya peningkatan
supervisi akademik untuk diimplementasikan pada setiap guru
sehingga
mampu
meningkatkan
kompetensi
guru
khususnya
kompetensi pedagogik.
2) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam mengembangkan
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang supervisi pendidikan
terutama dalam peningkatan kualitas guru PAI dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
3) Dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti yang
terkait dengan supervisi akademik, dan juga dapat memberi
sumbangan kepada pengawas dalam meningkatan komptensi guru.
b. Manfaat secara praktis
Secara praktis diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut:
1) Bagi penulis
Bermanfaat untuk memperluas wawasan dalam mengkaji serta
menganalisis masalah supervisi akademik. Selain itu dapat dijadikan
11
sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut tentang
peningkatan
kompetensi
pedagogik
guru
melalui
kegiatan
implementasi supervisi akademik.
2) Bagi Instansi
Memberikan masukan bagi pengawas dan guru PAI dalam upaya
penyempurnaan dan perbaikan kinerjanya untuk peningkatan kualitas
pendidikan. Selain itu dapat juga dijadikan bahan perbandingan bagi
pengawas PAI agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui
pembinaan supervisi akademik.
3) Bagi masyarakat
Penelitian produk dari supervisi akademik ini bisa dinikmati melalui
peningkataan profesional guru, yang pada gilirannya berimbas kepada
peningkatan prestasi peserta didik.
D. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini, peneliti akan melihat penelitian yang relevan yang
sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya tentang supervisi akademik, baik
dalam bentuk jurnal, maupun dalam bentuk tesis. Telaah pustaka ini dilakukan
untuk mempertajam penelitian ini, melihat sejauh mana masalah supervisi ini
dikaji oleh penelitian sebelumnya, dibagian apa yang mereka teliti dimana letak
perbedaannya dengan penelitian kita. Berikut ini adalah beberapa penelitian
dalam bentuk jurnal dan tesis yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelunya:
Penelitian pertama tentang supervisi akademik yang ditulis oleh Syukri,
Cut Zahri Harun, dan Nasir Usman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: dalam
12
melakukan penyusunan program supervisi akademik, kepala sekolah sudah
melibatkan sejumlah guru dan tenaga kependidikan. Pelaksanaan supervisi
akademik dilakukan dengan pendekatan tehnik supervisi akademik yang berbeda
oleh masing-masing kepala sekolah, ada yang bersifat kelompok dan ada yang
bersifat individual. Adapun upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
pelaksanaan supervisi akademik terhadap peningkatan kinerja guru-guru yaitu
melaksanakan rapat guru di sekolah, mengirimkan sejumlah guru untuk
mengikuti penataran, mewajibkan seluruh guru untuk membuat RPP, dan
mengumpulkan seluruh instrumen evaluasi selanjutnya dijabarkan dalam laporan
evaluasi akhir pembelajaran.14
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel pengawasannya,
dimana sampel penelitian supervisi dilakukan oleh kepala sekolah, adapun
penulis meneliti pada pengawas PAI yang dilakukan oleh kementerian Agama,
sedangkan guru hanya sebagai sumber penelitian skunder. Selain itu, dalam
penelitian terdahulu sampel yang diteliti menyangkut kinerja guru, sedangkan
penulis menyangkut kompetensi pedagogik guru.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Sudin, dengan menggunakan
metode deskriptif, yang secara umum dari hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa pelaksanaan supervisi dalam seluruh mata pelajaran belum berjalan
optimal, hal ini terbukti dari persentase yang diperoleh sebesar 45,27%.
Sedangkan
pelaksanaan
supervisi
14
yang
meyangkut
aspek
pengelolaan
Syukri, Cut Zahri Harun, dan Nasir Usman, “Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh Kepala
Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar Pada Gugus I Uptd Dewantara Aceh
Utara”, Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, ISSN 2302-0156,
Volume 3, No. 2, (Mei 2015).
13
pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 56,37%. kemudian pelaksanaan
supervisi yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan akademik guru
dalam pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 41%. Dan yang terakhir
pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai
guru mata pelajaran oleh supervisor berada dalam kategori kurang yaitu
35,97%.15 Perbedaan dengan penelitian ini Selain tempat dan waktu penelitian
yang berbeda, juga pada sampel penelitian yaitu pada semua guru mata
pelajaran. Sedangkan penulis meneliti pada pengawas dan guru PAI saja.
Penelitian Iskandar Hasan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
pelaksanaan supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
menyusun RPP sesuai standar. Semakin banyak frekuensi supervisi Akademik
semakin meningkat kompetensi guru dalam menyusun RPP.16 Perbedaan pada
penelitian ini terletak pada objek penelitian serta kompetensi yang diteliti yaitu
hanya pada pengawas serta kompetensi yang dijadikan ukuran adalah
kompetensi dalam menyusun RPP, sedangkan penulis objek penelitiannya pada
pengawas dan guru PAI yang menyangkut kompetensi pedagogik.
Sugeng Riyadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptis, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan cara
menyimpulkan. Hasil dari kesimpulan penelitian ini adalah: pelaksanaan
supervisi akademik Pengawas Kemenag di Kabupaten Ponorogo secara teoritis
telah sesuai dengan ciri-ciri supervisi yang bersifat ilmiah sistematis, objektif
15
Ali Sudin, “ Implementasi Supervisi Akademik Terhadap Proses Pembelajaran di Sekolah
Dasar Se Kabupaten Sumedang”, JURNAL, Pendidikan Dasar, Nomor: 9 (April 2008).
16
Iskandar Hasan, ”Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru MIPA dalam Menyusun
RPPMelalui Supervisi Akademik Di SMP Negeri Gorontalo”, Jurnal Penelitian dan Pendidikan,
Volume 8, Nomor 1 (Maret 2011), 20.
14
dan menggunakan instrumen. Teknik yang dikembangkan oleh pengawas dalam
melaksanakan supervisi akademik dilakukan dengan berfariasi. Kendala yang
dialami dalam melakukan kegiatan pelaksanaan supervisi akademik terletak
pada ketersediaan tenaga pengawas. Pengawas sangat kurang untuk memenuhi
kebutuhan sesuai jumlaah madrasah/Guru. Upaya tindak lanjut yang dilakukan
oleh pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik oleh pengawas belum
optimal dalam pemberian pembinaan kepada para guru.17 Perbedaan penelitian
ini dengan tesis penulis terdapat pada ruang lingkup penelitiannya yaitu objek
penelitian menyangkut kompetensi guru bahasa Arab sedangkan dalam penulis
pada guru PAI yang terkait dengan kemampuan pedagoguknya.
M. Asyhari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptis.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa supervisi akademik Pengawas Madrasah
Tsanawiyah di Kabupaten Jepara dilakukan dengan memenuhi standar
prosedural dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan dengan
menggunakan seperangkat instrumen yang diperlukan serta dilakukan dengan
cara-cara modern, meninggalkan cara konvensional-tradisional.18 Perbedaannya
terletak pada sumber yang diteliti dimana penelitian ini mengfokuskan pada
teknik pelaksanaan supervisi pada guru madrasah Tsanawiyah. Sedangkan
penulis melakukan penelitian kepada pengawas dan pada guru PAI yang terkait
dengan kompetensi pedagogik.
17
Sugeng Riyadi, Supervisi Akademik Pengawas Kemenag dalam Meningkatkan Kompetensi
Guru Bahasa Arab, Tesis tidak dipuplikasikan, 2014.
18
M. Asyhari, Supervisi Akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Jepara,
Tesis tidak dipuplikasikan, 2011.
15
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. yaitu peneliti terjun
langsung ke lapangan, untuk melakukan eksplorasi dalam memahami dan
menjelaskan masalah-masalah yang diteliti. Adapun pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis. Hal ini
sejalan dengan pendapat Lexy J. Maleong yang mengatakan bahwa
“Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan suatu
penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat
alami.”19
2. Alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
adalah karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode
kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua,
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola
nilai yang dihadapi.
3. Selain pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, alasan lain penulis
menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena masalah yang diteliti ini
bersifat alami. Sehingga penulis berkeyakinan bahwa pendekatan yang
penulis gunakan dalam rangka penyusunan tesis ini sudah cocok dengan
judul yang penulis maksud.
19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, 4.
16
4. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil objek studi pada pengawas PAI Kementerian
Agama, dan guru-guru PAI yang ada di Kecamatan Simpang Raya dan
Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai.
5. Sumber data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang bersumber dari informan secara langsung berkenaan
dengan masalah yang diteliti dan dokumenter. Seperti dikatakan Moleong,
bahwa kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia merupakan data utama
dan data primer dalam suatu penelitian.20 Menurut Husein Umar “data primer
adalah data yang didapat dari sumber pertama, baik individu atau perorangan,
seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang bisa dilakukan
oleh peneliti.21 Sedangkan menurut Burhan Bungin, “data primer adalah data
yang diambil dari sumber data primer atau sumber pertama dilapangan.”22
Berdasarkan kedua pendapat tersebut penulis dapat pahami bahwa data
primer merupakan data utama penelitian kualitatif yang memberikan informasi
bagi peneliti yang berkaitan dengan masalah yang menjadi fokus penelitian.
Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari pengawas PAI pada
Sekolah Dasar, dan guru-guru Pendidikan Agama Islam, di kecamatan Simpang
Raya dan kecamatan Bunta Kabupaten Banggai
sebagai subyek dalam
penelitian.
20
Lexy J. Moleong, Metodologi …, 112.
Husein Umar, Metode Penelitian untuk skripsi dan Tesis Bisnis, Cet. 4; Jakarta: Raja
Grafindo, 2001, 42
22
Winarno Surakhmad, Dasar dan Tehnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung:
Torsito, 1978, 155.
21
17
Sedangkan data sekunder adalah “data yang diambil secara tidak
langsung atau yang terlebih dahulu dikumpulkan orang lain diluar dari penelitian
sendiri.”23 Sedangkan menurut Husien Umar data sekunder adalah “data primer
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh pihak pengumpul data
primer atau pihak lain, misalnya dalam bentuk tabel atau diagram.”24
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, data sekunder sebagai data yang
didapatkan dari dokumentasi yang merupakan data pendukung kelengkapan data
atau informasi hasil penelitian yang berupa catatan rancangan dan hasil yang
dilaksanakan oleh informan, misalnya perencaan supervisi, format penilaian
supervisi dan lain sebagainya.
6. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Pengawas Pendidikan Agama Islam
yang terdiri satu orang pengawas, diambil sebagai sampel penelitian (total
sampling). Sedangkan penentuan sumber data untuk responden adalah guruguru Pendidikan Agama Islam yang ada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan
Simpang Raya dan Kecamatan Bunta yang berjumlah 23 guru PAI pada sekolah
dasar.
7. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan, dalam
penelitian kualitatif ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yang terdiri
atas: (1) Observasi, (2) wawancara secara mendalam, dan dokumentasi.25 Ketiga
23
Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 143.
Nasution, Metode…, 46
25
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara,
2014, 141.
24
18
teknik tersebut, peneliti gunakan dengan harapan dapat saling melengkapi antara
ketiganya. Lebih rinci ketiga teknik tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a.
Observasi
Observasi partisipan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
pedoman
sebagai
instrumen
pengamatan.26
Wirahmad
Surahman
mengemukakan: “teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan
pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap gejalagejala”.27 Peneliti terlibat langsung, sehingga observasi partisipan digunakan
untuk mencari data-data tentang perencanaan dan pelaksanaan supervisi
akademik oleh pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar di
Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Tahun
2015-2016. Teknik observasi dilakukan dengan cara tanya jawab secara informal
dengan beberapa informan kunci yaitu pengawas Pendidikan Agama Islam dan
guru-guru Pendidikan Agama Islam yang menjadi informan dalam penelitian ini.
b.
Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh dan memperkuat data hasil
observasi. Teknik wawancara dilakukan secara tak berstruktur sehingga lebih
fleksibel. Menurut Lexy J. Moleong “wawancara adalah cara mengumpulkan
data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dan sumber
data.”28 Dengan demikian, wawancara merupakan teknik mengumpulkan data
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan dan mencatat atau
merekam jawaban pertanyaan tersebut.
26
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Referensi, 2013, 217.
Wirahmat Surahman, Pengantar Penelitian Ilmiah, Cet. 8, Bandung:Tarsito, 1998, 162.
28
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian…., 165.
27
19
Sumber utama yang di wawancarai tersebut adalah satu orang pengawas
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar yang akan dimintai penjelasan
tentang implementasi supervisi akademik yang meliputi bentuk pelaksanaan
pembinaan supervisi akademik, teknik pedoman pelaksanaan supervisi
akademik, hambatan yang dialami, serta temuan-temuan lain di lapangan yang
bisa dijadikan bahan laporan. Adapun sumber atau responden kedua yaitu guruguru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar yang berada di dua
kecamatan tersebut, dalam mendapatkan pembinaan yang dilakukan oleh
pengawas PAI dengan menggunakan
daftar instrumen wawancara tentang
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas, tentang kendala-kendala
yang hadapi guru PAI, tentang peningkatan kompetensi pedagogik yang mereka
dapatkan dari hasil supervisi akademik dan informasi-informasi lain di lapangan
yang bisa dijadikan bahan laporan.
c.
Dokumentasi
Dokumentasi ini berupa arsip-arsip tentang profil pengawas yang ada di
Kementerian Agama Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah, data yang
terkait dengan kegiatan-kegiatan supervisi akademik, Foto-Foto kegiatan, sarana
prasarana dan dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu juga
data tentang para guru PAI, serta data-data lain yang terkait dengan penelitian
yang ada di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten
Banggai Propinsi sulawesi Tengah.
8. Teknik Analisis Data
20
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara, dan lainya untuk meningkatkan pemahaman
peneliti tentang fenomena yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi
orang lain.29 Analisis data sebagaimana dikemukakan oleh Jam‟an Satori dan
Komariah adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian
menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk
sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih
terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya.30
Adapun alur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
teori yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang dikutip oleh Imam
Gunawan yaitu; Reduksi data (data reduction), paparan data (data display), dan
penarikan kesimpulan atau verivikasi (conclusion drawing and verifying).31
Proses analisis data tersebut dideskripsikan sebagai berikut:
a.
Reduksi Data
Reduksi data merupakan satu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, membuang yang tidak perlu, dan memberikan gambaran yang
lebih terarah tentang hasil pengamatan, dan juga mempermudah peneliti untuk
mencari kembali data itu apabila diperlukan. Mereduksi data menurut Sugiyono
adalah upaya merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
29
30
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif , Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996, 171.
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,
2014, 200.
31
Imam Gunawan, Metode Penelitian..., 211.
21
yang penting, dan mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. 32
Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman bahwa :
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan tertulis di lapangan, sebagaimana kita ketahui reduksi data
berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif
berlangsung.33
Berdasarkan uraian tersebut, reduksi data diterapkan pada hasil
wawancara dengan mereduksi (membuang/menyaring) kata-kata yang dianggap
oleh penulis tidak signifikan bagi permasalahan dalam penelitian ini, seperti
gurauan informan dan sejenisnya. Sehingga data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan untuk melakukan
pengumpulan data.
b. Paparan Data
Paparan data adalah rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan riset dapat dilakukan. Paparan data diperlukan peneliti untuk lebih
mudah memahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan mengerjakan
sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman. Paparan
data dapat berupa berbagai jenis matrik, gambar skema, jaringan kerja yang
berkaitan dengan kegiatan dan juga tabel. Untuk itu, dalam penyajian data
disusun secara sistematis atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat
menjelaskan masalah yang diteliti.34
c.
Penarikan Simpulan
32
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2015, 338.
33
Mattew B. Milles, A Michael Huberman, Qualitative Data Analisis, Cet. I, Jakarta: UIPress, 1992, 16.
34
Iskandar, Metodologi Penelitian..., 225.
22
Penarikan simpulan atau verivikasi merupakan hasil penelitian yang
bisa menjawab terhadap fokus penelitian atau fokus permasalahan yang diangkat
dalam sebuah tesis berdasarkan dari hasil analisis data. Simpulan disajikan
dalam bentuk deskriptif. Objek penelitian berpedoman pada hasil kajian
penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami isi tesis ini, maka perlu kiranya
terlebih dahulu penulis sajikan tentang sistematika penulisan tesis ini secara
garis besar sebagai berikut:
1.
Bagian awal
Bagian awal ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman
pernyataan keaslian tesis, abstrak, prakata penulis, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, dan daftar lampiran.
2.
Bagian isi
Bab I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah sebagai pengantar untuk menjelaskan
kelayakan, urgensi permasalahan dan arah penelitian. Rumusan masalah
yang menjelaskan tentang identifikasi masalah dan pembatasan masalah,
signifikansi penelitian, yang menjelaskan tentang tujuan penelitian dan
manfaat dari penelitian. kajian pustaka, yang membahas tentang penelitian
terdahulu. Metode penelitian, menjelaskan tentang pendekatan yang
23
digunakan, objek yang diteliti, teknik pengumpulan data yang digunakan
dan metode analisis yang digunakan. Dan sistematika penulisan.
Bab II
: KERANGKA TEORI
Kerangka teori menguraikan tentang landasan teori yang digunakan oleh
peneliti untuk menyoroti dan sekaligus sebagai bahan analisis atas kondisi
lapangan. Dalam bab ini terbagi dalam dua sub bab. Sub bab pertama
membahas supervisi akademik, yang memuat definisi supervisi, definisi
supervisi akademik, tujuan supervisi akademik, teknik supervisi akademik,
pelaksanaan supervisi akademik. Dalam sub bab kedua membahas
kompetensi pedagogik guru. Yang memuat definisi kompetensi, definisi
kompetensi pedagogik, dan standar kompetensi pedagogik guru.
Bab III : PAPARAN DATA PENELITIAN
Menguraikan gambaran umum tentang keadaan dilapangan yang akan
diteliti, menyajikan paparan data lapangan, dan temuan penelitian, baik
sebagai hasil pengamatan, wawancara, dan pencatatan. Pada bab ini terdiri
dari enam sub bab; sub bab pertama berisi mengenai uraian tentang tinjauan
umum geografis wilayah kerja pengawas PAI. Sub bab kedua mengenai
tinjauan umum tentang keadaan pengawas PAI. Sub bab ketiga mengenai
fisi misi pengawasan PAI. Sub bab keempat mengenai keadaan sarana dan
prasarana. Sub bab kelima mengenai susunan pengurus kelompok kerja
pengawas PAI. Dan sub bab keenam mengenai keadaan sekolah dan guruguru PAI yang menjadi wilayah binaan pengawas pendidikan Agama Islam
di Kabupaten Banggai dan secara khusus memaparkan keadaan sekolah dan
24
guru-guru PAI yang ada di dua kecamatan yang merupakan sampel
penelitian.
Bab IV : ANALISIS DATA
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisa data hasil penelitian yang
telah dilakukan diantaranya kegiatan implementasi supervisi akademik yang
dilakukan oleh pengawas PAI dalam upaya peningkatan kompetensi
pedagogik guru PAI pada sekolah dasar, teknik-teknik yang digunakan
dalam melakukan kegiatan supervisi akademik, dan kendala-kendala yang
dialami oleh pengawas PAI dalam melakukan kegiatan supervisi akademik
dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI di Kecamatan
Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai. Dan ini sekaligus
merupakan jawaban dari permasalahan yang melatar belakangi penelitian
ini.
Bab V : PENUTUP
Merupakan penutup yang menyajikan simpulan dari serangkaian penelitian,
disertai pemikiran atau saran-saran yang terkait dengan hasil penelitian.
Bagian terakhir dari tesis ini memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran
yang dianggap penting untuk kelengkapan tesis dan daftar riwayat hidup.
25
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Supervisi Akademik
1. Pengertian supervisi akademik
Sebelum membahas tentang supervisi akademik, maka perlu diketahui
terlebih dahulu apa itu supervisi. Supervisi bila dilihat dari sudut pandang
etimologis, kata supervisi berasal dari kata ”super” dan ”visi” yang mengandung
arti melihat dan meninjau dari atas, atau menilik dan menilai dari atas yang
dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja
bawahan.1
Hal ini senada dengan pendapat Ametembun bahwa, kata super berarti
atas atau lebih, sedangkan kata visi berarti lihat, tilik, dan awasai. Jadi supervisi
berarti melihat, menilik dan mengawasi dari atas; atau sekaligus menunjukan
bahwa orang yang melaksanakan supervisi berada lebih tinggi dari orang yang
dilihat, ditilik, dan diawasi.2
Konsep supervisi yang mula-mula diterapkan adalah konsep supervisi
tradisional (snooper vision), yaitu memata-matai dan menemukan kesalahan, hal
ini menyebabkan guru-guru menjadi takut dan mereka bekerja dengan tidak baik
karena takut dipersalahkan, kemudian berkembang supervisi yang bersifat ilmiah
sebagaimana dikemukakan oleh Piet A. Sahertian, sebagai berikut:
1
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi, Aksara, 2012,
2
N.A. Ametembun, Guru dalam administrasi sekolah, Bandung: IKIP Bandung, 1981, 1.
248.
164
26
a. Sistematis, artinya supervisi dilakukan secara teratur, berencana, dan
kontinu.
b. Obyektif, dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan observasi
nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
c. Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai
umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran di
kelas.3
Pemaknaan arti supervisi tersebut membawa implikasi dalam pola
pelaksanaan
dan
disupervisi. Dahulu
hubungan
guru-guru
antara
yang
menganggap
mensupervisi
bahwa
dengan
seorang
yang
supervisor
merupakan atasan yang mempunyai otoritas untuk menilai bahkan menentukan
baik-buruk, benar salah dari kinerja gurunya. Sedang pandangan modern
sekarang ini memaknai supervisi sebagai suatu proses pembimbingan,
pengarahan, dan pembinaan kepada arah perbaikan kualitas kinerja yang lebih
baik, melalui proses yang sistematis dan dialogis. Maka pola hubungan antara
supervisor dengan yang disupervisi adalah hubungan mitra kerja, bukan
hubungan atasan dengan bawahan. Memang dalam pembahasan sekarang ini
masih ada yang memakai kata atasan dan bawahan akan tetapi ini hanya untuk
memudahkan orang dalam menggambarkan pola hubungan dalam posisi masingmasing antara supervisor dengan yang disupervisi, bukan untuk pemaknaan
secara subtansial.
Secara etimologi pengertian supervisi antara lain dikemukakan oleh
Ngalim Purwanto bahwa supervisi adalah “suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
3
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, 16.
165
melakukan pekerjaan mereka secara efektif.”4 Menurut Mc.Nerney (dalam
Sahertian) berpendapat bahwa ”supervisi adalah prosedur memberi arah, serta
mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran, menurutnya
bahwa tugas supervisi merupakan suatu proses penilaian secara terus menerus. Ia
juga menambahkan bahwa tujuan akhir dari supervisi harus memberi pelayanan
yang lebih baik kepada semua murid.”5
Syaiful Sagala menjelaskan tentang hakikat supervisi sebagai bantuan
dan bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional
guna memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan melakukan stimulasi,
koordinasi, dan bimbingan secara kontinyu untuk meningkatkan pertumbuhan
jabatan guru secara individual maupun kelompok. Pandangan ini memberi
gambaran bahwa supervisi adalah sebagai bantuan dan bimbingan atau tuntunan
ke arah situasi pendidikan yang lebih baik kepada guru-guru dalam
melaksanakan tugas profesionalnya sebagai bagian dari peningkatan mutu
pembelajaran, sehingga guru tersebut dapat membantu memecahkan kesulitan
belajar siswa yang mengacu pada kurikulum yang berlaku, hal ini sangat penting
untuk membantu guru memecahkan masalah yang dihadapi baik dalam
pembuatan admnistrasi pendidikan maupun proses pembelajaran, sehingga
memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran.6
Pembicaraan tentang supervisi akademik sebenarnya telah lama muncul
dalam teori dan konsep ilmu yang tertuang dalam buku-buku dan telah ada
4
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT, Remaja
Rosdakarya, 2008, 32.
5
Piet A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Malang: Cetakan ketiga,1979,
20.
6
Syaiful Sagala, Adminstrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2009, 59.
166
dalam praktik di lapangan pendidikan persekolahan, akan tetapi secara legal
formal pengawasan atau supervisi akademik baru muncul setelah diterbitkannya
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.
Nana Sujana menjelaskan bahwa supervisi akademik merupakan fungsi
pengawas yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan,
pemantauan, penilaian dan pelatihan profesional guru dalam perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran serta melakukan pembimbingan
terhadap peserta didik.7 Sementara Menurut Mulyasa, Supervisi akademik
adalah bantuan profesional kepada guru, melalui siklus perencanaan yang
sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera.8
Hal ini sejalan dengan pendapat Maunah yang mengatakan bahwa
supervisi akademik dimaksudkan untuk pemberian bantuan teknis profesional
pada guru-guru dan supervisi administratif bagi kegiatan administrasi lainya.9
Menurut Daresh, supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan
demikian, berarti esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk
kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru
7
Nana Sujana et al., Buku Kerja Pengawas Sekolah, Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga
Kependidikan Kemdiknas, 2011, 19.
8
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Cet. 9; Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005, 249.
9
Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam, Teori dan Praktik, Yogyakarta: Teras, 2009,
181.
167
mengembangkan terhadap kemampuan profesionalismenya dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik.10
Ada tiga konsep pokok atau kunci dalam pengertian supervisi akademik
yaitu:
a. Supervisi akademik harus mempengaruhi dan mengembangkan perilaku
guru secara langsung dalam mengolah proses pembelajaran.
b. Perilaku supervisor harus didisain secara official dalam membantu guru yang
mengembangkan kemampuannya, sehingga jelas waktu mulai dan
berakhirnya program pengembangan tersebut.
c. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu
11
memfasilitasi proses belajar bagi murid-muridnya.
Hal ini menunjukkan bahwa supervisi akademik sangat penting
dilaksanakan salah satunya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru.
Penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa supervisi akademik adalah
pengawasan, penglihatan, penilikan pada masalah-masalah akademik, yaitu halhal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran. Dan
dilaksanakan oleh seorang yang mempunyai kedudukan lebih atau menempati
posisi atas yang melakukan pekerjaan supervisi di bidang pendidikan.
2.
Tujuan supervisi akademik
Supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu berfungsi
untuk mencapai multi tujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi
supervisi akademik jika hanya memerhatikan salah satu tujuan tertentu dengan
mengesampingkan tujuan yang lainnya. Apabila tujuan-tujuan tersebut sudah di
aplikasikan dengan baik tentunya supervisi akademik akan berfungsi mengubah
perilaku mengajar guru, yang pada gilirannya nanti perubahan guru ke arah yang
10
L. Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media, 2011), 84.
Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Yogyakarta, Diva Pres,
2012, 95-96.
11
168
berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik. Karena
hasil
supervisi
akademik
berfungsi
sebagai
sumber
informasi
bagi
pengembangan profesinalisme guru, oleh karena itu waktu yang dibutuhkan
tentu tidak bisa cepat karena ketiga tujuan tersebut merupakan pekerjaan
berat.12
Salah satu kegiatan dalam supervisi akademik adalah pembinaan guru,
yang memiliki tujuan antara lain: dapat meningkatkan pemahaman terhadap
kompetensi guru, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan dan
pengimplementasian standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan
dan standar penilaian, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
penelitian tindakan kelas, dapat memperbaiki proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dan dapat meningkatkan kepercayaan diri guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.13
Sementara itu Suryosubroto menjelaskan bahwa tujuan supervisi
akademik adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik
melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.14 Lebih lanjut
Sergiovanni menjelaskan bahwa tujuan diadakannya supervisi akademik itu ada
tiga yaitu:
a. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru
mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami akademik,
12
Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Efektif…, 102.
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press,
2013, 19-20.
14
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, 175.
13
169
kehidupan
kelas,
mengembangkan
keterampilan
mengajarnya,
dan
menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
b. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan
melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas saat guru sedang mengajar,
percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian
murid-muridnya.
c. Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong
guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia
memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan
tanggung jawabnya.15
Selain pendapat di atas Arikunto juga menjelaskan tentang tujuan
supervisi akademik, yaitu:
a. Meningkatkan kinerja siswa dalam perannya sebagai peserta didik yang
belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal.
b. Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu dan
membimbing siswa dalam mencapai prestasi belajar dan pribadi sebagaimana
yang diharapkan.
15
Thomas J. Sergiovanni & Robert J. Starratt, Supervision: A Redefinition, Fifth
edition,United States of America, Mc Gra Hill, Inc, 1993, 220.
170
c. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana
dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta mendukung di
milikinya kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan tujuan lembaga.
d. Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada
untuk
dikelola
mengoptimalkan
dan
dimanfaatkan
keberhasilan
belajar
dengan
siswa.
baik
sehingga
mampu
Meningkatkan
kualitas
pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja
yang optimal, yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar
sebagaimana diharapkan.
e. Meningkatkan situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan
sekolah pada umumnya, khususnya pada kualitas pembelajaran yang
menunjukan keberhasilan lulusan.16
Tujuan supervisi di atas menurutnya merupakan usaha atau bantuan yang
dilakukan oleh supervisor kepada guru-guru untuk meningkatkan kemampuan
pengelolaan pengajaran termasuk pertumbuhan kepribadian dan sosialnya.
Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan
pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat
dan korektif, sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan
situasi dan relasi di mana pendidik merasa aman dan merasa diterima sebagai
subyek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu kegiatan supervisi harus
dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang obyektif. Pelaksanaan supervisi harus
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) prinsip ilmiah (scientific).
16
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar supervisi, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006, 41.
171
Ciri-ciri dari prinsip ini adalah supervisi dilakukan berdasarkan data objektif
yang diperoleh dari observasi, wawancara ataupun angket yang setiap kegiatan
itu dilakukan dengan sistematis (2) prinsip demokratis. Demokratis disini
mengandung makna untuk menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, yang
berdasarkan rasa kesejawatan (3) prinsip kerjasama. Prinsip ini bermaksud
saling memberi support, mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka
merasa tumbuh bersama (4) prinsip konstruktif dan kreatif. Supervisi mampu
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Keempat prinsip supervisi
tersebut harus diperhatikan oleh pengawas atau kepala sekolah, agar dalam
menjalankan tugasnya sebagai supervisor tidak mengintimidasi pendidik, tetapi
memandang pendidik sebagai mitra atau rekan kerja yang bersama-sama
memajukan lembaga pendidikan, sehingga dapat menciptakan kualitas
pembelajaran.17
3. Teknik supervisi akademik
Teknik adalah suatu metode atau cara melakukan hal-hal tertentu. Suatu
teknik yang baik adalah terampil dan tepat, teknik yang di pakai untuk
menyelesaikan tugas yang dikerjakan sesuai rencana, spesifikasi atau tujuan
yang dikaitkan dengan teknik yang bersangkutan.
Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya
pembinaan kemampuan guru. Setidaknya ada dua teknik yang sering digunakan,
yaitu; teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Purwanto bahwa secara garis besar cara atau
17
Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan Surabaya:
Usaha Nasional, 2000, 30.
172
tehnik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tehnik perseorangan dan
teknik kelompok. Selanjunntya dijelaskan lebih rinci oleh Purwanto yaitu:
a. Teknik perseorangan
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang
dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
menurut Sahertian tentang teknik supervisi individu yaitu kunjungan kelas,
observasi kelas, pertemuan individu, dalam kunjungan kelas kegiatannya menilai
diri sendiri, seperti meminta pendapat siswa terhadap proses KBM dan analisis
tes, Portofolio Supervision, yaitu kegiatan supervisi terhadap portofolio guru,
mulai dari silabus, RPP, proses pembelajaran, evaluasi, remedial dan catatan lain
yang berkenaan dengan pembelajaran, Action Research yaitu guru melakukan
penelitian tindakan berdasarkan masukan dari pengawas, Peer Coaching yaitu
guru meminta teman sejawatmya dalam penerapan satu metode pembelajaran,
monitoring dan induction, yaitu guru junior mengikuti program induksi di bawah
bimbingan mentor seorang guru senior.18 Secara rinci teknik perseorangan atau
teknik individual ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Kunjungan dan observasi kelas
Kunjungan dan observasi kelas adalah “suatu kegiatan yang dilakukan
oleh supervisor dengan mengunjungi kelas dan mengamati keadaan kelas dalam
proses belajar mengajar, dengan maksud dan tujuan adalah untuk mewujudkan
situasi belajar yang berkualitas.”19 Sahertian menambahkan bahwa pengertian
kunjungan kelas yaitu: “Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk
18
19
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar…., 15-17.
E. Mulyasa, Manajemen …, 160.
173
melihat cara guru mengajar di kelas.”20 Kunjungan dan observasi kelas dapat
dilakukan dengan tiga pola sebagai berikut:
a) Kunjugan dan observasi kelas tanpa memberi tahu pendidik yang akan
dikunjungi di kelasnya.
b) Kunjungan dan observasi kelas dengan terlebih dahulu memberi tahu.
c) Kunjungan dan observasi kelas atas dasar undangan pendidik.21
Berdasarkan pola kunjungan dan observasi tersebut dapat dipahami
bahwa ketiga pola tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan,
pola mana yang akan dipilih harus disesuaikan dengan tujuan utama kunjungan
dan observasi kelas.
2) Pembicaraan individual
Pembicaraan individu merupakan salah satu cara supervisi yang penting,
karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat bekerja secara individual
dengan pendidik dengan memecahkan masalah pribadi yang berhubungan
dengan proses pembelajaran. Pembicaraan individual memiliki peran yang
sangat penting sebagaimana dijelaskan oleh Oteng Sutisna:
Pembicaraan individual merupakan teknik supervisi yang sangat penting karena
kesempatan yang diciptakan bagi kepala sekolah untuk bekerja secara
individual dengan pendidik sehubungan dengan masalah-masalah profesional
pribadinya dan peningkatan kemampuannya dalam melaksanakan proses
pembelajaran.22
Maksud dari uraian tersebut ialah kepala sekolah atau supervisor harus
dapat menciptakan suasana demokratis dalam proses tersebut, yakni kerja sama
yang baik antara atasan dan bawahan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
ataupun suatu permasalahan, yang dilakukan dengan cara melakukan
20
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar…., 53.
E. Mulyasa, Manajemen…., 160.
22
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktik Profesional, Cet. 9;
Bandung: Angkasa, 2000), 268.
21
174
pembicaraan individual dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Masalahmasalah yang mungkin dapat dipecahkan melalui pembicaraan individual sangat
bermacam-macam antara lain:
a)
b)
c)
d)
e)
Masalah-masalah yang bertalian dengan mengajar.
Masalah kebutuhan yang dirasakan pendidik.
Masalah dengan pilihan dan pemakaian alat peraga.
Masalah dengan teknik dan prosedur.
Masalah-masalah yang oleh kepala sekolah dipandang perlu untuk
dimintakan pendapat pendidik.23
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa dalam melaksanakan
tugasnya sebagai supervisor yang menggunakan teknik pembicaraan individual,
berbagai permasalahan dapat diungkapkan oleh pendidik secara terbuka,
sehingga kepala sekolah/supervisor dapat memberikan masukan sesuai dengan
permasalahan yang dialami oleh pendidik, karena dalam teknik pembicaraan
individual supervisor dapat mengetahui permasalahan yang dialami oleh
pendidik secara lebih mendalam.
Pelaksanaan pembicaraan individual yang dipentingkan ialah perbaikan
proses pembelajaran, karena pembicaraan individual tersebut berlangsung
setelah supervisor mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
Pendidikan Agama Islam, dalam hubungan dengan hal tersebut Kyte (dalam Piet
A. Sahertian) menjelaskan tiga unsur penting yang perlu diperhatikan supervisor
sehingga terjadi suatu perjumpaan yang bermakna dalam menganalisis proses
pembelajaran yang telah diobservasi, sebagai berikut:
1) Hal-hal yang menonjol dalam pelajaran (strong point of the lesson) yang
dilaksanakan guru, sewaktu mengajar di kelas, jadi supervisor bersifat
konstruktif dalam mengemukakan segi-segi positif dari guru itu.
23
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan…., 269.
175
2) Kekurangan-kekurangan dari pelajaran (weak points of the lesson) dalam
mengajar di kelasnya, supervisor bersifat kreatif mendekati maslaah yang
dihadapi guru dan secara bersama-sama menyelidiki bagaimana seharusnya
memperbaiki kekurangan tersebut.
3) Hal-hal yang masih meragukan (doubtful points not clearly understood) atau
kurang dimengerti dengan baik oleh guru. secara langsung dilatih oleh
supervisor dalam menyatukan dan memeprtahankan pendapatnya serta
menghilangkan perasaan takut, tidak bebas dan sebagainya.24
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa, pelaksanaan
pembicaraan individual merujuk pada tiga hal utama yakni kelebihan-kelebihan
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, kelemaham-kelemahan
yang membutuhkan penyelesaian masalah dan hal-hal yang belum jelas atau
meragukan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan guru tersebut.
b. Teknik kelompok
Teknik supervisi kelompok ialah “teknik-teknik yang digunakan itu
dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu
kelompok.”25 Hal ini merupakan suatu teknik melakukan kegiatan bimbingan
yang dilakukan secara bersama oleh beberapa guru.
Pendapat senada dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa teknik
supervisi kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Adapun
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: rapat guru, mengadakan diskusi
kelompok, mengadakan penataran-penataran.26 Secara lebih rinci dapat penulis
uraikan sebagai berikut:
1) Demonstrasi mengajar
24
Piet A Sahertian, Konsep Dasar …, 77-78.
Piet A Sahertian, Konsep Dasar …, 86
26
M. Ngalim Purwanto, Administrasi …, 122.
25
176
Demonstrasi mengajar merupakan teknik yang berharga dan sangat
membantu guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, baik dalam peningkatan
mutu pendidik khususnya bagi siswa. Dalam hal ini Sahertian dan Frans
Mataheru (dalam E. Mulyasa) menyatakan bahwa demonstrasi mengajar ialah
“proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang pendidik yang memiliki
kemampuan dalam hal mengajar sehingga pendidik lain dapat mengambil
hikmah dan manfaatnya.”27
Berdasarkan uraian tersebut, demonstrasi mengajar bertujuan memberi
contoh bagaimana cara melaksanakan proses belajar mengajar yang baik dalam
menyajikan materi, menggunakan pendekatan, metode dan media pembelajaran.
Jadi, demonstrasi megajar merupakan teknik supervisi yang besar manfaatnya
bagi pendidik-pendidik sehingga mempunyai dampak yang positif bagi siswa
yang akan diajar, dan siswa dapat mengembangkan potensinya dengan baik.
2) Rapat guru
Rapat guru merupakan salah satu teknik supervisi bersifat kelompok,
karena itu sukses dan tidaknya rapat pendidik sebagian ditentukan oleh pimpinan
rapat dalam hal ini adalah kepala sekolah. Ada banyak sekali jenis rapat yang
disesuaikan dengan tujuan rapat itu sendiri. Berkenaan dengan pelaksanaan
supervisi, maka rapat guru ditujukan untuk memberikan arahan, pembinaan,
masukan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru.
3) Penataran-penataran
27
E. Mulyasa, Manajemen…., 161.
177
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran
sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru bidang studi tertentu,
penataran tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi
pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya
diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama
adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari
hasil penataran, agar dapat dipraktikkan oleh pendidik-pendidik.28 Dengan
demikian proses pelaksanaan kegiatan penataran antara lain berkenaan dengan
bimbingan teknis terhadap perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran
sehingga dapat meningkat profesionalisme pendidik dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas nampaknya teknik supervisi ada
dua macam, yaitu teknik individual dan teknik kelompok. Pada teknik individual
meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, intervisitation,
menilai diri sendiri. Dan untuk teknik supervisi kelompok meliputi orientasi,
panitia penyelenggara, rapat guru, diskusi/seminar, tukar menukar pengalaman,
lokakarya/workshop, symposium, demonstrasi, mengikuti kursus, laboratorium
kurikulum, perjalanan sekolah.
Dari teknik-teknik yang ada ini, belum tentu cocok untuk digunakan
secara keseluruhan mengingat disetiap daerah memiliki berbagai persoalan,
keadaan, yang berbeda-beda. Ini berarti bahwa supervisor harus bisa melakukan
28
M. Ngalim Purwanto, Administrasi…., 120-122.
178
improvisasi untuk menetapkan teknik mana yang tepat yang sekiranya mampu
mengembangkan kemampuan guru.
4. Pelaksanaan supervisi akademik.
Dalam pelaksanaan kegiatan supervisi akademik perlu memperhatikan
beberapa hal agar kepengawasan berjalan secara efektif, hal ini sebagaimana
dikemukakan oleh menurut Carl D. Glickman, dkk.:
Effective supervision requires knowledge, interpersonal skills and technical
skill. There are applied through the supervisory tasks of direct assistance to
teachers,curriculum development, profesionaldevelopment, group development,
and action research. This adhesive pulls together organizational goals, teacher
needs and providers for improved learning.29
Keterangan tersebut di atas menjelaskan bahwa keefektifan pengawasan
membutuhkan pengetahuan, keterampilan interpersonal dan keterampilan teknis.
Ini diterapkan melalui tugas-tugas pengawasan dari bantuan langsung kepada
guru, pengembangan kelompok dan penelitian tindakan. Kesemuanya ini
menarik bersama-sama tujuan organisasi, kebutuhan guru dan penyedia untuk
meningkatkan pembelajaran.
5. Tahapan supervisi akademik
Tahap merencanakan program supervisi akademik yang baik berisi
kegiatan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru yang harus
dilakukan antra lain : kemampuan membimbing dalam menyusun perencanaan
mengajar atau satuan pelajaran, kemampuan membimbing dalam melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar dengan baik, kemampuan membimbing dalam menilai
proses hasil belajar, kemampuan membimbing dalam melakukan analisis materi
29
Carl D. Glickman, dkk, Supervision and Instructional Leadership: A Developmental
Approach, Boston: Pearson Education, 2004, 9.
179
pengajaran, kemampuan untuk memberi umpan balik secara teratur dan terus
menerus, kemampuan membimbing dalam membuat dan menggunakan alat
bantu
mengajar
secara
sederhana,
kemampuan
membimbing
dalam
menggunakan atau memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media
pengajaran, kemampuan membimbing dan melayani murid yang mengalami
kesulitan dalam belajar, kemampuan mengatur waktu dan menggunakannya
secara efisien untuk menyelesaikan program-program belajar murid.30
Sedangkan menurut Mulyasa bahwa tahapan dalam melakukan kegiatan
supervisi akademik, itu ada tiga tahap yaitu tahap pertemuan awal, tahap
opservasi kelas, dan tahap pertemuan umpan balik. Tahapan ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Tahap pertemuan awal, langkah yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah :
1) Supervisor menciptakan suasana yang akrab dengan guru, sehingga
terjadi suasana kolegial, dengan kondisi itu diharapkan guru dapat
mengutarakan pendapatnya secara terbuka.
2) Supervisor dengan guru membahas rencana pembelajaran yang dibuat
guru menyepakati aspek mana yang menjadi fokus perhatian supervisi,
serta menyempurnakan rencana pembelajaran tersebut.
3) Supervisor bersama guru menyusun instrumen observasi yang akan
digunakan, atau memakai instrumen yang telah ada, termasuk bagaimana
cara menggunakan dan menyimpulkannya.
30
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional Layanan Dalam Meningkatakan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2010, 53.
180
b. Tahap observasi kelas, pada tahap ini guru mengajar di kelas, di laboratorium
atau di lapangan, dengan menerapkan keterampilan yang disepakati bersama.
supervisor melakukan observasi dengan menggunakan instrumen yang telah
disepakati. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi, yaitu :
1) Supervisor menempati tempat yang telah disepakati bersama.
2) Catatan observasi harus rinci dan lengkap.
3) Observasi harus berfokus pada aspek yang telah disepakati. Dalam hal
tertentu, supervisor perlu membuat komentar yang sifatnya terpisah
dengan hasil observasi. Jika ada ucapan atau perilaku guru yang dirasa
menganggu proses pembelajaran, supervisor perlu mencatatnya.
c. Tahap pertemuan umpan balik. Pada tahap ini observasi didiskusikan secara
terbuka antara supervisor dengan guru. Beberapa hal yang perlu dilakukan
supervisor dalam pertemuan balikan, antara lain:
1) Supervisor memberikan penguatan terhadap penampilan guru, agar
tercipta suasana yang akrab dan terbuka.
2) Supervisor mengajak guru menelaah tujuan pembelajaran kemudian aspek
pembelajaran yang menjadi fokus perhatian dalam supervisi.
3) Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran. Sebabnya
pertanyaan diawali dari aspek yang dianggap kurang berhasil. Supervisor
jangan
memberikan
penilain
pendapatnya.
181
dan
biarkan
guru
menyampaikan
4) Supervisor menunjukan data hasil observasi yang telah dianalisis dan
diinterprestasikan. Beri kesempatan guru untuk mencermati data tersebut
kemudian menganalisisnya.
5) Supervisor menanyakan kepada guru bagaimana pendapatnya terhadap
data hasil observasi dan analisisnya. Dilanjutkan dengan mendiskusikan
secara terbuka tentang hasil observasi tersebut. Dalam diskusi harus di
hindari kesan ‟‟menyalahkan‟‟ usahakan agar guru menemukan sendiri
kekurangannya.
6) Secara bersama menentukan rencana pembelajaran berikutnya, termasuk
pengawas
memberikan
dorongan
moral
bahwa
guru
mampu
memperbaikinya. Pada prinsipnya setiap guru harus disupervisi secara
periodik dalam melaksanakan pembelajaran. Jika jumlah guru cukup
banyak, supervisor dapat meminta bantuan guru senior untuk membantu
melaksanakan supervisi, yang memilki latar belakang bidang studi yang
sama dengan guru yang ingin disupervisi.31
Selain itu, agar supervisi akademik dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien, maka menurut Makawimbang perlu memperhatikan sasaran yang hendak
dicapai dalam melakukan kegiatan supervisi akademik sebagai acuan mendasar
bagi aktivitasnya. Berikut sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan
pelaksanaan supervisi akademik: merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil
kegiatan pembelajaran dan bimbingan; Melaksanakan kegiatan pembelajaran
atau bimbingan; Menilai proses dan hasil pembelajaran; Memberikan umpan
31
E. Mulyasa, Manajemen …, 250-260.
182
balik secara tepat dan teratur dan terus menerus kepada peserta didik;
Memanfaatkan
sumber-sumber
belajar;
Mengembangkan
interaksi
pembelajaran; Mengembangkan inovasi pembelajaran dan melakukan penelitian
praktis.32
Inilah beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh setiap pengawas di
dalam menjalankan kegiatan supervisi agar sasaran tercapai, guru bisa bertukar
pikiran, guru yang disupervisi merasa nyaman, dan menganggap bahwa
pengawas adalah mitra kerja yang baik.
B. Kompetensi Pedagogik
1. Pengertian kompetensi
Istilah kompetensi memiliki banyak makna. Terdapat beberapa definisi
tentang pengertian kompetensi yaitu: dalam kamus ilmiah populer dikemukakan
bahwa
kompetensi
adalah
kecakapan,
kewenangan,
kekuasaan
dan
kemampuan.33 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi
berarti “(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu
hal.”34 Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan, tindakan
cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang
pekerjaan tertentu.
32
Jerry H.Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2011, 85.
33
Pius A.Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: PT. Arkola,
1994, 353.
34
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III; Cet.III
Jakarta: Balai Pustaka, 2005, 795.
183
Dalam UU RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan
bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.35
Dari uraian di atas nampak bahwa kompetensi merupakan kemampuan
melaksanakan sesuatu dan hal ini bisa diperoleh melalui pendidikan.
Kompetensi guru menunjuk kepada perilaku nyata seorang guru dan perbuatan
yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugastugasnya sebagi pendidik.
Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip oleh E. Mulyasa, bahwa ada
enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu sebagai
berikut:
a. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya
seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan
bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang
dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan
kondisi peserta didik.
c. Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, misalnya
35
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat 10.
184
kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk
memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik.
d. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar perilaku
guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain).
e. Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang, tak senang, suka, tidak suka) atau
reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, reaksi terhadap krisis
ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan lain-lain.
f. Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan, misalnya minat untuk melakukan sesuatu atau untuk mempelajari
sesuatu.36
Dari keenam aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi di atas,
jika ditelaah secara mendalam mencakup empat bidang kompetensi yang pokok
bagi seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat jenis kompetensi
tersebut harus sepenuhnya dikuasai oleh guru.37
2. Pengertian kompetensi pedagogik
Pedagogik berasal dari kata paedagogia yang berarti pergaulan dengan
anak, Pedagogi yang merupakan praktik pendidikan anak dan kemudian
muncullah istilah “Pedagogik yang berarti ilmu mendidik anak.”38
Dengan
demikian, pedagogik merupakan teori mendidik yang mempersoalkan apa dan
36
E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007, 38.
37
38
E. Mulyasa. Standar …, 40.
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1998, 35-40
185
bagaimana mendidik. Oleh sebab itu pedagogik dipandang sebagai suatu proses
atau aktivitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami perubahan.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran
melaksanakan
peserta
didik,
pembelajaran,
yang
meliputi
merancang
dan
merancang
pembelajaran,
melaksanakan
evaluasi,
mengembangkan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya peserta
didik, serta memahami diri secara mendalam.39
Wibowo dan Hamrin mendefinisikan kompetensi pedagogik adalah
pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan
sebagai potensi yang dimilikinya.40
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru
dalam memahami karakter peserta didik dan kemampuan dalam melaksanakan
proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dengan
tujuan agar peserta didik mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan
berbagai potensi yang ada.
3. Aspek-aspek Kompetensi Pedagogik
Aspek ini diartikan bahwasanya kompetensi pedagogik guru merupakan
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik menurut E.
Mulyasa sekurang-kurangnya meliputi:
39
Popi Sopiatin, Manajemen Belajar berbasis Keputusan Siawa, Jakarta: Ghalia Indonesia,
2010, 67.
40
Agus Wibowo, Hamrin, Menjadi Guru yang Berkarakter,
Kompetensi & Karakter Guru, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, 110.
186
Strategi Membangun
a) Pemahaman landasan atau wawasan kependidikan
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki
keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan
pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki
kesesuian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina, selain itu,
guru
memiliki pengentahuan dan pengalaman
dalam penyelenggaraan
pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan
dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dan
lembaga pendidikan yang diakreditas pemerintah.
b) Pemahaman terhadap peserta didik.
Secara umum pemahaman peserta didik dapat berarti kemampuan guru
dalam memahami kondisi siswa (baik fisik maupun mental) dalam proses
pembelajaran, sedikitnya ada empat hal yang harus dipahami guru dari peserta
didiknya, yaitu tingkat (a) kecerdasan, yaitu: kemampuan umum mental individu
yang tampak dalam caranya bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan
masalah atau dalam melaksanakan tugas dan suatu kemampuan mental individu
yang ditunjukan melalui kualitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya
dalam bertindak/berbuat atau memecahkan masalah yang dihadapi. (b)
kreativitas, seperti halnya pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik,
guru juga diharapkan dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang
memberikan kesempatan peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dan
kreativitasnya. (c) cacat fisik, dalam bagian ini guru dituntut untuk dapat
memahami kondisi fisik peserta didik yang memiliki keterbatasan atau kelainan
187
(cacat). Dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka, sikap dan
layanan yang berbeda dapat dilakukan sesuai dengan kondidi fisik yang dialami
peserta didik dan (d) perkembangan kognitif, yakni terdapat enam jenjang proses
berpikir, mulai dari jenjang yang terendah sampai jenjang paling tinggi.41
c) Pengembangan kurikulum/silabus
Untuk menjadi seoraang guru yang profesional, maka guru harus memiliki
kemampuan dalam mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang
disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
d) Perancangan pembelajaran
Perancangan pembelajaran merupakan kegiatan awal guru dalam rangka
mengidentifikasi dan menginventarisasi segala komponen dasar yang akan
digunakan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Sedikitnya ada tiga kegiatan
yang mendukung dalam melakukan perancangan pembelajaran ini, yaitu
identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program
pembelajaran.42
4. Standar kompetensi pedagogik guru
Seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi yang
profesional, salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Untuk itu setip guru
harus memahami kompetensi yang harus dikuasi agar dalam melaksanakan
tugasnya sebagai guru bisa diharapkan keberhasilannya.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, kompetensi pedagogik guru pada
Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa:
41
42
Sabri Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007, 117.
E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Rosda Karya: 2008, 100.
188
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.43
Berdasarkan urian di atas dapat dipahami bahwa kompetensi akademik
adalah kompetensi yang berkenaan dengan perencaan pembelajaran, pengelolaan
kelas dan evaluasi hasil belajar siswa. Standar inti kompetensi pedagogik guru
mata pelajaran pada SD/MI bisa dilihat sebagi berikut:
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual. Kompetensi yang harus dikuasai dalam kaitannya
dengan karakteristik peserta didik yaitu:
1) Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosialbudaya.
2) Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
3) Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu.
4) Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu:
1) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
43
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, Bab VI Pasal 28, ayat 3 butir a.
189
2) Menerapkan
berbagai
pendekatan,
strategi,
metode,
dan
teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang
diampu.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu:
1) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
2) Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu.
3) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diampu.
4) Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan
pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
5) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang
dipilih dan karakteristik peserta didik.
6) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Kompetensi guru yang
harus dikuasai yaitu:
1) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik.
2) Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran.
3) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di
dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
4) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan
di
lapangan
dengan
memperhatikan
dipersyaratkan.
190
standar
keamanan
yang
5) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
6) Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu
sesuai dengan situasi yang berkembang.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran. Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu:
1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
yang diampu.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki. Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu:
1) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta
didik mencapai prestasi secara optimal.
2) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan
potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu:
1) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan
santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang
mendidik yang terbangun secara siklikal dari penyiapan kondisi psikologis
peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan
191
contoh, ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, respons peserta
didik terhadap ajakan guru, reaksi guru terhadap respons peserta didik ,
dan seterusnya.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu:
1) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.
2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk
dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang
diampu.
3) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
4) Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar.
5) Mengadministrasikan
penilaian
proses
dan
hasil
belajar
secara
berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen.
6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai
tujuan.
7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu:
1) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan
ketuntasan belajar.
192
2) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang
program remedial dan pengayaan.
3) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku
kepentingan.
4) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu:
1) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan
pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.44
Guru yang kompeten
mempunyai
sifat
kesungguhan, efisiensi,
keberanian, ketegasan, penuh motivasi, taktis, dan berkepribadian. Dan ini
dibutuhkan dalam memberikan pelayanan proses belajar mengajar mengingat
bahwa guru berperan dalam kesuksesan belajar siswa.45
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa standar kompetensi guru
khususnya kompetensi pedagogik yang harus dimiliki adalah kemampuan untuk
memahami karakteristik peserta didik, kemempuan untuk memahami teori
belajar
dan
prinsip-prinsipnya,
memahami
kurikulum,
melaksanakan
pembelajaran dengan benar, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,
44
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standa Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
45
Popi Sopiatin, Manajemen …, 70.
193
mampu memfasilitasi potensi peserta didik, berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan peserta didik, mampu melaksanakan dan
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi, serta melakukan tindakan reflektif
untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
194
BAB III
PAPARAN DATA PENELITIAN
A. Tinjauan Umum Tentang Pengawas PAI Kementerian Agama Kabupaten
Banggai
1.
Keadaan pengawas PAI
Berdasarkan dari hasil penjelasan yang disampaikan oleh ketua
POKJAWAS tentang bagaimana keadaan pengawas PAI yang ada di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Banggai bahwa: Pengawas PAI
yang
membawahi Sekolah Dasar di Kabupaten Banggai saat ini tinggal tiga orang
pengawas yang membawahi 22 kecamatan. Pembagian wilayah kerja pengawas
PAI tidak berdasarkan pada jumlah wilayah kecamatan atau jumlah sekolah
yang ada, akan tetapi berdasarkan pada kondisi letak georafis, sehingga dari
jumlah 22 kecamatan yang ada tidak dibagi rata, melainkan melihat kondisi
jarak tempuh wilayah yang ada Bahkan karena kurangnya pengawas, maka
untuk Pengawas PAI pada tingkat SMP dan SMA dipegang oleh satu orang
pengawas untuk satu kabupaten.1
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Banggai Nomor Kd.22.04/3/PP.02.1/2151 2014 tentang penetapan
Susunan Pengurus Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) PAI
Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Banggai periode 2013/2016 adalah sebagai
berikut: Ketua H. Tamar, S.Ag. S.Pd, M.M.Pd. Sekretaris: Slamet, S.Pd.I,
1
H. Tamar, Ketua Pokjawas PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai “wawancara”, pada
tanggal 4 April 2016.
164
57
M.Pd. Bendahara: Kusmanto, S.Ag. Anggota: Muh. Amir, S.Ag, M.Pd. Ramlah
Yusuf, A.Md. Abd. Rahman Lasida, A.Ma. (SK terlampir)
Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan bahwa jumlaah pengawas
adalah enam orang. Namun saat ini tinggal tiga orang. Hal ini disebabkan karena
satu orang meninggal dunia, dua orang telah pensiun. Saat ini sudah ditambah
satu orang pengawas PAI khusus untuk SMP, SMA, dan SMK. Jadi jumlah
pengawas PAI saat ini empat orang pengawas. Kualifikasi akademik dari
keempat pengawas yang ada, tiga orang telah berpendidikan S2 dan satu orang
berpendidikan S1 yang membawahi 22 kecamatan yang terdiri dari 311 SD, 36
SMP, 18 SMA, dan
sembilan SMK. Jadi jumlah seluruhnya 374 sekolah,
sehingga dari jumlah pengawas yang ada masih jauh dari jumlah yang ideal.
Adapun 13 kecamatan yang menjadi wilayah kerja H. Tamar, S.Ag, S.Pd.
M.MPd sebelumnya diawasi oleh tiga orang pengawas, yaitu: (1) H. Tamar,
S.Ag, S.Pd. M.MPd yang wilayah kerjanya adalah: Kecamatan Luwuk,
Kecamatan Luwuk Utara, Kecamatan Luwuk Selatan, Kecamatan Luwuk Timur,
Kecamatan Nambo, Kecamatan Masama, (2) Ramlah Yusuf, A.Md wilayah
kerjanya adalah: Kecamatan Lamala, Kecamatan Mantoh, Kecamatan Pagimana,
Kecamatan Lobu, dan (3) Abd. Rahman Lasida, A.Ma wilayah kerjanya adalah:
Kecamatan Bunta, Kecamatan Simpang Raya, dan Kecamatan Nuhon. Namun
seirng berjalannya waktu, Ramlah Yusuf, A.Md dan Abd. Rahman Lasida, A.Ma
telah memasuki masa pensiun, sehingga tidak dapat lagi melaksanakan tugasnya
sebagai supervisor. Oleh karena itu, H. Tamar selaku ketua Pokjawas
Kabupaaten Banggai membawahi ke 13 kecamatan tersebut hingga saat ini.
165
Perlu dijelaskan bahwa jenis pengawasan terbagi menjadi dua yaitu
pengawas tingkat PAUD, TK, SD, dan pengawas tingkat SMP, SMA, SMK.
Untuk pengawas PAI tingkat PAUD, TK, dan SD saat ini dipegang oleh tiga
orang pengawas, yaitu bapak H. Tamar, S.Ag, S.Pd, M.M,Pd, bapak Muh. Amir,
S.Ag, M.Pd, dan bapak Kusmanto, S.Ag. Sedangkan pengawas PAI tingkat SMP,
SMA, dan SMK dipegang oleh satu orang pengawas yaitu bapak Muh. Ridwan,
S.Ag, M.Pd. Adapun pengawas tingkat sekolah madrasah seperti MI, Mts, dan
Aliyah tidak dibahas dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya mengenai
keadaan pengawas PAI yang ada di Kementerian Agama Kabupaten Banggai
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Keadaan Pengawas PAI pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai
Tahun 2015-2016
NO
Nama Pengawas
L/P
Ijazah
Akhir
Jenis
Pengawas
Jumlah
sekolah yang
dibina
1
H. Tamar, S.Ag, S.Pd, M.M,Pd
L
S2
PAI SD
190 SD,
3
Muh. Amir, S.Ag, M.Pd
L
S2
PAI SD
66 SD,
4
Kusmanto, S.Ag
L
S1
PAI SD
55 SD,
7
Muh. Ridwan, S.Ag, M.Pd
L
S2
PAI SMP,
SMA,
SMK
36 SMP,
18 SMA,
9 SMK
Sumber: Ali Supangat, Observasi Penelitian tentang keadaan pengawas PAI di
Kantor POKJAWAS, Luwuk, 27 April 2016.
166
2.
Keadaan sarana dan prasarana pengawas PAI
Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lokasi penelitian
menunjukkan bahwa pangawas PAI belum memiliki sarana ruang khusus. Para
pengawas saat ini masih menempati ruang aula sebagai tempat kerjanya dan
bergabung dengan pengawas madrasah, dan sewaktu-waktu digunakan untuk
kegiatan pertemuan. Selain itu sampai saat ini, nampak bahwa para pengawas
PAI maupun pengawas madrasah masih kekurangan sarana-prasarana yang
dapat menunjang tugas mereka, seperti yang dituturkan oleh Bapak H. Tamar
dalam wawancara bersama penulis beliau mengatakan bahwa: “sarana ruang
kerja pengawas PAI sebenarnya merupakan ruang aula yang dimanfaatkan
sebagai ruang kantor sehingga masih bersifat pinjaman. Sedangkan
untuk
penunjang belumlah memadai.”2
Harapan para pengawas adalah diberikan sarana penunjang dalam
mendukung kinerja mereka, seperti sepeda motor, laptop, lemari, dana
operasional dan perawatan. Sampai saat ini baru dua orang pengawas yang
mendapatkan bantuan kendaraan sepeda motor, yaitu satu untuk pengawas
madrasah dan satu untuk pengawas SD. Namun biaya untuk perawatan sampai
saat ini belum ada kejelasan yang pasti sehingga masih menggunakan anggaran
pribadi.3
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa keadaan sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh para pengawas PAI yang ada di kantor
2
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 5 Maret 2016.
3
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 5 Maret 2016.
167
Kementerian Agama masih kurang. Hal ini sangat dirasakan oleh pengawas PAI
terutama kendaraan sebagai pendukung dalam pekerjaan di mana sebagian besar
sulit dijangkau oleh transportasi umum. Kondisi inilah yang dikeluhkan oleh
para pengawas terlebih lagi jangkauan kepengawasan yang cukup jauh hingga
puluhan kilometer.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang gambaran umum sarana dan
prasarana kantor pengawas PAI yang ada di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Banggai saat ini, maka perlu kiranya ditampilkan data dokumen
dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2
Keadaan Sarana dan Prasarana Pengawas Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Banggai Tahun 2015-2016
No
Nama Barang
Jumlah
Kondisi
Rusak ringan Rusak berat
7
0
1
Meja Kerja pengawas
15
Baik
8
2
Kursi Kerja pengawas
5
4
1
0
3
Meja tamu
4
4
0
0
4
Kursi Tamu
4
4
0
0
5
Lemari
6
5
1
0
6
Computer
1
1
0
0
7
Printer
1
1
0
0
8
Sepeda motor
4
2
0
2
Sumber: Ali Supangat, Hasil Observasi Penelitian tentang keadaan sarana
prasaran di Kantor POKJAWAS, Kemenag Kabupaten Banggai
Tahun 2015/2016.
Berdasarkan dari daftar tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa lemari
pengawas belum mencukupi sehingga kondisi meja pengawas penuh dengan
berkas-berkas yang itu sangat menggangggu kerja pengawas. Komputer hanya
168
satu. Kendaraan untuk pengawas yang bisa di gunakan hanya ada dua, satu
untuk pengawas PAI dan satu lagi untuk pengawas Madrasah, yang dua dalam
kondisi rusak berat, sehingga pengawas yang lain menggunakan kendaraan
sendiri dalam melakukan kunjungan pengawasan.
B. Implemensasi Supervisi Akademik
Kompetensi Pedagogik Guru PAI
sebagai
Upaaya
Peningkatan
Dari hasil penelitian ditemukan beberapa dukumen kegiatan supervisi
yang dipakai sebagai bahan acuan pelaksanaan supervisi. Dokumen tersebut
adalah dokumen program tahunan, dokumen program semester satu dan
semester dua, dokumen Rencana Kepengawasan Akademik (RKA), instrumen
supervisi kegiatan pembelajaran PAI, dan instrumen kinerja guru pendidikan
agama Islam.
Sesuai hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi bersama H. Tamar
selaku pengawas PAI yang sudah menjadi pengawas selama 14 tahun,
menjelaskan bahwa pelaksanaan supervisi akademik di Kecamatan Simpang
Raya dan Kecamatan Bunta tahun ajaran 2015/2016, dilakukan dengan cara
pengawas merencanakan program supervisi akademik yang meliputi program
tahunan, program semester ganjil dan semester genap. Adapun
proses
pelaksanaannya mengacu pada Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) dan
Rencana Kepengawasan Manajerial (RKM).
4
4
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 20 Juli 2016.
169
Dalam penyusunan program kegiatan
supervisi akademik, pengawas
menyusun berdasarkan juknis yang ada, dan disesuaikan dengan keadaan guru
dan sekolah yang disusun bersama dalam kegiatan pokjawas. Dalam melakukan
kegiatan supervisi akademik, pengawas mempertimbangkan jumlah sekolah
binaan, keadaan guru, dan keadaan sekolah.
Tujuan kegiatan supervisi akademik adalah untuk mengubah prilaku
mengajar guru. Untuk itu dalam melaksanakan pembinaan terhadap
guru,
pengawas tidak membedakan antara guru yang PNS dan guru yang non PNS.
Mereka diberlakukan sama terhadap tugas dan kewajibannya sebagai guru.
Mereka diberikan motivasi, dukungan dan bimbingan yang sama dalam bentuk
kegiatan supervisi kelompk dan supervisi perorangan. Mereka juga sama-sama
ditekankan untuk melengkapi administrasi pembelajaran.
Pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi akademik menggunakan
beberapa tahapan. Tahap pertama melakukan pertemuan awal dengan guru,
tahap kedua melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang
bentuknya berupa kunjungan kelas, tahap ketiga melakukan proses diskusi
dengan guru PAI.
C. Teknik-teknik dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik di Kecamatan
Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai
Dari hasil wawancara tentang teknik-teknik pelaksanaan kegiatan
supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas PAI di Kecamatan Simpang
Raya dan Kecamatan Bunta, diperoleh penjelasan bahwa pengawas melakukan
kegiatan supervisi akademik ini dengan menggunakan dua teknik yaitu teknik
170
supervisi kelompok dan teknik supervisi perorangan. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh pengawas sebagai berikut: “dalam melakukan bimbingan,
pembinaan dan pengembangan guru PAI, saya melakukan supervisi akademik
dalam bentuk kelompok dan perorangan.”5 Dari informan lain membenarkan hal
serupa yaitu: “ya, supervisi kelompok dilaksanakan pada saat KKG yaitu di awal
dan di akhir semester.”6 Adapun muatan dalam kegiatan supervisi kelompok
dijelaskan oleh informan berikut:
Pada saat melakukan supervisi kelompok dalam KKG tersebut, kami diberikan
arahan dan bimbingan dalam menyusun perangkat pembelajaran, misalnya
penyusunan program tahunan, program semester, Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), Silabus, RPP, Hari Efektif Sekolah (HES), Hari Efektif Belajar (HEB),
kalender pendidikan dan lain sebagainya. Dalam kegiatan tersebut, pengawas
hadir dan memberikan materi yang berkaitan dengan agenda KKG saat itu.7
Dalam kegiatan supervisi kelompok, pengawas mengumpulkan dua
samapai tiga kecamatan yang terdiri dari beberapa guru PAI untuk dilakukan
pembinaan, pembimbingan dan pengembangan profesi guru PAI dalam bentuk
Kelompok Kerja Guru Agama (KKGA) yang dilakukan pada awal dan akhir
semester.
Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan secara perorangan,
sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan oleh pengawas diperoleh
penjelasan bahwa: pada saat melakukan supervisi terhadap perangkat
pembelajaran, pengawas menemui guru PAI di kantor dan memeriksa program
5
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
6
Asirah H. Manrapi, Guru PAI SDN Bohotokon Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
„wawancara”, Ruang Kelas IV, 23 Juli 2016.
7
Siti Kasmini, Guru PAI SD Inpres Dwipakarya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten
Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 26 Juli 2016.
171
tahunan, program semester, silabus, dan RPP, selain itu pengawas mengoreksi
dan memberi masukan untuk perbaikan perangkat pembelajaran.
Adapun bentuk supervisi lainnya adalah melaksanakan kunjungan kelas,
yakni mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PAI,
memberi penilaian terhadap aspek-aspek proses pembelajaran tersebut ke dalam
lembar supervsisi, mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan
penutup samapai proses evaluasi dan melakukan diskudi.8 Sejalan dengan
pendapat tersebut H. Samidin, selaku Guru PAI SD Inpres 02 Beringin Jaya
menjelaskan: “proses kunjungan kelas yang dilaksanakan oleh pengawas yaitu
pengawas datang ke kelas memantau dan memperhatikan proses pembelajaran
yang saya laksanakan.”9 Lebih lanjut Nurhayati K. Malihat selaku guru PAI di
Salabenda menambahkan “pengawas melakukan wawancara dengan saya
membahas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, memberikan masukan
dan saran-saran yang baik.”10 Inilah bentuk teknik yang telah dilaksanakan oleh
pengawas PAI di dalam melakukan kegiatan supervisi.
D. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik di Kecamatan
Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai
Kabupaten
Banggai adalah
salah
satu
Daerah
Tingkat
II
di
Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Luwuk.
Luas wilayah Kabupaten Banggai 9.672,70 km2 atau sekitar 14,22 persen dari
8
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
9
H. Samidin, Guru PAI SD Inpres 02 Beringin Jaya ”wawancara”, Ruang Guru, 19 Juli
2016.
10
Nurhayati K. Malihat, Guru PAI SD Inpres Salabenda Kecamatan Bunta, “wawancara”,
Ruang Kelas, 23 Juli 2016.
172
luas
wilayah
Provinsi
Sulawesi
Tengah
dan
wilayah
teritorial
laut
20.309,68 km2 serta panjang garis pantai sepanjang 613,25 km. Kabupaten
Banggai secara administratif terdiri atas 22 kecamatan 339 desa/kelurahan.
Keadaan wilayahnya sebagian besar terdiri dari pegunungan dan perbukitan,
sedangkan daratan rendah yang ada pada umumnya terletak di sepanjang pesisir
pantai.11
Kantor kerja pengawas berada di ibu kota kabupaten tepatnya berada di
Jl. G. Merapi No. 27 Telp (0461) 22329 Fex. 22968 Kelurahan Mangkio
Kecamatan
Luwuk Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah. Jarak
wilayah dari kecamatan yang satu ke kecamatan yang lain sangat berjauhan.
Begitu pula dengan jarak antar desa, paling dekat tiga kilo meter sampai sepuluh
kilo meter. Sebahagian wilayah belum dapat mengakses jaringan telepon seluler,
jalan yang dilalui harus melawati lereng-lereng gunug yang tinggi, jalan yang
rusak, dan masih terus dalam perbaikan.
Wilayah kerja pengawas PAI yang dilakukan oleh bapak H. Tamar
S.Ag, S.Pd. M.Mpd terdiri dari 13 kecamatan dari total seluruhnya 22
kecamatan. Adapun 13 kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Luwuk, Kecamatan
Luwuk Utara, Kecamatan Luwuk Selatan, Kecamatan Luwuk Timur, Kecamatan
Nambo, Kecamatan Masama, Kecamatan Lamala, Kecamatan Mantoh,
Kecamatan Pagimana, Kecamatan Lobu, Kecamatan Bunta, Kecamatan
11
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banggai, 4 April, 2016.
173
Simpang Raya, dan Kecamatan Nuhon, dengan jumlah sekolah 190 Sekolah
Dasar, belum lagi ditambah dengan sekolah TK dan sekolah PAUD.12
Kecamatan yang termasuk dekat dengan kota kabupeten hanya ada empat
kecamatan yaitu Kecamatan Luwuk, Kecamatan Luwuk Utara, Kecamatan
Luwuk Selatan, dan Kecamatan Luwuk Timur. Selebihnya berada di luar kota
kabupaten. Untuk wilayah bagian timur dari kota kabupaten, yaitu Kecamatan
Simpang Raya, Bunta dan Nuhon merupakan kecamatan yang cukup jauh dari
kota kabupaten yang jika ditempuh oleh kendaraan roda dua bisa memakan
waktu hingga tiga sampai empat jam perjalanan atau mencapai 200 km. Inilah
kondisi dimana saya melakukan penelitian yaitu Kecamatan Simpang Raya dan
Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai.
Berdasarkan hasil penelitian dokumen di kantor pengawas PAI, bahwa
jumlah sekolah di kabupaten Banggai baik itu sekolah SD, SMP, SMA, dan
SMK mencapai 374 sekolah, dalam 23 kecamatan. Untuk jumlah sekolah SD
binaan yang menyelenggarakan PAI berjumlah 311 Sekolah Dasar, sedangkan
untuk sekolah SMP, SMA/SMK yang menyelenggarakan PAI berjumlah 63
sekolah yang diawasi oleh satu orang pengawas.
Adapun jumlah guru PAI untuk SD berjumlah 257 guru PAI, untuk SMP
berjumlah 70 guru PAI, untuk SMA 24 guru PAI, dan untuk SMK berjumlah 13
guru PAI.13 Dari 275 Jumlaah guru PAI SD yang ada, hanya 56 guru PAI yang
dekat dengan ibukota kabupateen. Selebihnya berada di luar kota kabupaten. Ini
12
Data dokumen pengawas PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, 4 April, 2016.
Data dokumen kepengawasan PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, data diperoleh
pada tanggal 4 April 2016.
13
174
menunjukka bahwa banyak guru-guru PAI yang berada di luar kota yang jarak
tempuhnya untuk melakukan supervisi mencapai satu sampai empat jam
perjalanan.
Untuk lebih jelasnya di sini ditampilkan tabel keadaan jumlah sekolah
tingkat SD/TK/PAUD dan Guru PAI yang ada di wilayah Kabupaten Banggai
sebagai berikut:
Tabel 3. 3
Keadaan Jumlah Sekolah Tingkat SD/TK/PAUD dan Guru PAI di Kabupaten
Banggai Tahun 2015-2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Nama Kecamatan
Luwuk
Luwuk Utara
Luwuk Selatan
Luwuk Timur
Nambo
Masama
Lamala
Mantoh
Pagimana
Lobu
Bunta
Simpang Raya
Nuhon
Kintom
Batui
Batui Selatan
Toili
Toili Barat
Bualemo
Balantak
Balantak Utara
Balantak Selatan
Jumlah
Jumlah
Guru
SD TK
PAI
25
21
16
10
12
7
9
7
6
12
14
9
11
9
7
12
14
7
6
9
9
1
10
5
22
33
24
3
8
6
16
18
12
8
14
9
16
21
17
11
11
5
15
15
5
14
14
3
17
17
7
9
9
4
24
29
23
6
11
8
5
5
4
5
10
6
257
311
199
PD
8
3
4
4
2
4
4
3
6
4
3
4
3
3
2
2
5
3
4
5
2
2
Nama Pengawas/Nip
H. Tamar, S.Ag, S.Pd, M.MPd
19590310 198203 1 003
Muh. Amir, S.Ag, M.M.Pd
19570413 198402 1 002
Kusmanto, S.Ag
19710215 200003 1 007
74
Sumber: Dokumen pengawas Kantor Kemenag Kabupaten Banggai.
175
Pengawasan guru agama Islam pada tingat pertama sapai tingkat
lanjutan atas masih di pegang oleh satu orang pengawas. Sebagai tambahan data,
perlu kiranya dimasukan data-data sekolah untuk tingkat SMP, SMA, SMK, dan
Guru PAI di Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015/2016.
Berikut tebel data jumlah sekolah dan Guru PAI di Kabupaten Banggai:
Tabel 3. 4
Keadaan Jumlah Sekolah Tingkat SMP SMA SMK dan Guru PAI di Kabupaten
Banggai Tahun 2015-2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Jumlah
SMP
SMA
SMK
Nama Kecamatan
GPAI SKL GPAI SKL GPAI SKL
H
H
H
Luwuk
13
5
6
4
9
5
Luwuk Utara
3
2
Luwuk Selatan
1
1
Luwuk Timur
3
2
1
1
1
1
Nambo
3
1
Masama
5
2
1
1
Lamala
1
1
2
1
Mantoh
Kintom
3
3
1
1
Batui
6
5
3
1
Batui Selatan
1
1
Toili
8
5
2
1
1
1
Toili Barat
2
1
1
1
Pagimana
3
3
1
1
Lobu
Bunta
8
5
2
2
Simpang Raya
Nuhon
2
2
2
2
Bualemo
5
3
1
1
1
1
Balantak
4
2
1
1
Balantak Utara
Balantak Selatan
-
Nama Pengawas
Nip
Moh. Ridwan,
S.Ag, M.Ag
19750520 200501
1 005
Sumber: Ali Supangat, Observasi Penelitian tentang keadaa jumlah sekolah dan
guru PAI tingkat SMP, SMA, SMK di Kantor POKJAWAS, Luwuk,
27 April 2016.
176
Adapun data sekolah dan guru PAI pada tingkat dasar yang ada di dua
kecamatan yang menjadai fokus penelitian ini, yaitu Kecamatan Simpang Raya
dan Kecamatan Bunta, dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
Jumlah Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Simpang Raya adalah 14
sekolah, dan hanya delapan sekolah yang ada guru Agama Islam, hal ini
dikarenakan enam sekolah tidak ada murid yang beragama Islam. Mayoritas di
enam sekolah tersebut adalah Kristen. Adapun di Kecamatan Bunta, jumlah
sekolah ada 21 sekolah. 15 Sekolah Dasar ada guru agama Islamnya, dan enam
sekolah tidak ada guru agama Islam. Hal ini juga dikarenakan mayoritas adalah
Kristen. Selain itu di dua kecamatan ini juga ada sekolah Madrasah dan SD
Muhammadiyah,
namun
tidak
kami
kunjungi/teliti
mengingat
fokus
penelitiannya pada sekolah dasar umum saja.
Jumlah guru PAI yang ada di Kecamatan Simpang Raya dan
Kecamatan Bunta baik yang sudah PNS maupun yang masih honorer berjumlah
23 guru PAI. Dari 23 guru PAI yang ada, 18 guru PAI sudah PNS, lima guru
PAI masih honorer. Bila ditinjau dari kualifikasi pendidikan, maka ada 15 guru
PAI yang sudah sudah S1 berarti telah memenuhi syarat kualifikasi akademik.
Adapun guru PAI lainnya belum memenuhi syarat minimum karena masih
berpendidikan D2, dan bahkan ada satu orang guru yang masih berpendidikan
SLTA yang mengajar PAI dikarenakan di daerah tersebut masih kekurangan
tenaga yang memiliki pendidikan tinggi.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini ditampilkan data berupa tabel keadaan
jumlah sekolah dan guru PAI tingkat Sekolah Dasar se Kecamatan Simpang
177
Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai tahun 2015/2016, yang
diperoleh dari hasil survai di lokasi penelitian yang dilakukan pada bulan April
Tahun 2016, sebagai berikut:
Tabel 3. 5
Keadaan Jumlah Sekolah dan Guru PAI Tingkat SD di Kecamatan Simpang
Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Nama Sekolah
SD INP 01 Beringin Jaya
SD INP 02 Beringin Jaya
SD INP Rantau Jaya
SD INP Sumber Air
SD INP Dwipa Karya
SD INP 01 Sumber Mulya
SD INP 02 Sumber Mulya
SD INP 03 Sumber Mulya
SD INP Balanga
SDN Lontio
SDN Koili
SDN Toima
SDN Longgolian
SD INP Tuntung
SDN 01 Pongian
SDN 02 Pongian
SD INP 03 Bunta
SDN 02 Bunta
SD INP 01 Bunta
SDN 04 Bunta
SDN Bohotokong
SD INP Salabenda
SDN Demangan Jaya
SDN Hi‟on
Jumlah
Sumber:
Status
Kepegawaian
PNS Honorer
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
18
5
Tingkat Pendidikan
SLTA
1
1
D2
1
1
1
1
1
1
1
7
S1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
15
S2
Ali Supangat, Observasi Penelitian tentang keadaan jumlah sekolah
dan guru PAI tingkat SD di Kantor POKJAWAS, Luwuk, 27 April
2016.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa tugas kepengawasan
yang menjadi tanggung jawab H. Tamar, S.Pd, S.Ag, M.Pd untuk wilayah
178
Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta adalah 24 Sekolah Dasar.
Kecamatan Simpang Raya berjumlah delapan SD, yaitu SD Inpres 01 Beringin
Jaya, SD Inpres 02 Beringin Jaya, SD Inpres Rantau Jaya, SD Inpres Sumber
Air, SD Inpres Dwipakarya, SD Inpres 01 Sumber Mulya, SD Inpres 02 Sumber
Mulya, SD Inpres 03 Sumber Mulya. Untuk kecamatan Bunta berjumlah 16 SD,
yaitu SD Inpres Balanga, SDN Lontio, SDN Koili, SDN Toima, SDN
Longgolian, SD Inpres Tuntung, SDN 01 Pongian, SDN 02 Pongian, SDN 04
Bunta, SD Inpres 03 Bunta, SDN 02 Bunta, SD INP 01 Bunta, SDN
Bohotokong, SD Inpres Salabenda, SDN Demangan Jaya dan SDN Hi‟on.
Dari hasil survei yang ditemukan ternya ada dua guru PAI
yang
background pendidikannya bukan berasal dari PAI melainkan sarjana PKN dan
bahkan satu guru PAI yang hanya tamatan Aliyah. Selain itu masih ada satu
sekolah yang belum ada guru agama Islamnya padahal muridnya ada yang
beragama Islam yaitu SD Inpres Balanga sehingga yang mengajar adalah guru
kelas masing-masing.
Dari hasil wawancara dengan para guru-guru PAI di Kecamatan Simpang
Raya dan Kecamatan Bunta tentang pemahaman guru terhadap pemanfaatan IT
ditemukan jawaban dari 23 guru PAI hanya lima guru PAI yang bisa
memanfaatkan penggunaan IT dalam melakukan kegiatan pembelajaraan. Hal
ini diperkuat dari pernyataan pengawas bahwa:
Kendala-kendala yang saya alami dalam melaksanakan supervisi antara lain dari
aspek guru, yakni masih adanya guru-guru terutama guru-guru dipedesaan yang
belum sama sekali menguasai IT, misalnya tidak bisa mengoperasikan laptop
sehingga kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran.14
14
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 5 Maret 2016.
179
Dari faktor sekolah masih banya sekolah yang belum memiliki sarana
musolla untuk kegiatan ibadah dan praktek agama di sekolah. Hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh informan berikut:
Masih banyak sekolah-sekolah yang fasilitasnya kurang memadai dalam
pengembangan materi PAI , misalnya banyak sekolah-sekolah dasar yang tidak
memiliki musholla atau masjid sebagai sarana mempraktekkan materi pelajaran
PAI , sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PAI lebih
bersifat teori dari pada dipraktekkan, hal ini tentu menjadi kendala bagi peserta
didik untuk memahami materi pelajaran secara utuh.15
Ini sejalan dengan penjelasan informan bahwa: “ya, di sekolah ini belum
ada sarana ibadah seperti Musholla, untuk melaksanakan sholat duha
sebagaimana anjuran pengawas belum bisa dilaksanakan karena tempat ibadah
atau masjid yang ada jauh dari sekolah.”16
15
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
16
Suhuria A. Rompas, Guru PAI SDN 02 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
“wawancara”, Ruang Guru, 23 Juli, 2016.
180
164
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Implementasi Supervisi Akademik
Kompetensi Pedagogik Guru PAI
Sebagai
Upaaya
Peningkatan
1. Teori supervisi dan implementasinya
Pengawas merencanakan program supervisi akademik mengacu pada
juknis yang ada yang meliputi program tahunan, program semester ganjil dan
semester genap. Proses pelaksanaan supervisi berdasar pada Rencana
Kepengawasan Akademik (RKA). hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
proses supervisi.
Di dalam Rencana Kepengawasaan Akademik tercantum aspek-aspek
yang disupervisi, tujuan kepengawasan, indikator keberhasilan, teknik supervisi,
skenario kegiatan, sumber daya yang diperlukan, instrumen penilaian dan
rencana tindak lanjut, sehingga ketika melaksanakan proses supervisi, sudah
mengetahui apa yang harus dilakukan, dan aspek-aspek apa yang harus dinilai
dari guru PAI tersebut.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, implementasi supervisi yang
dilaksanakan oleh pengawas guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan
Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai mengacu pada format yang telah ada
berupa Rencana Kepengawasan Akademik (RKA). Selain format di atas,
pengawas juga membuat intrumen supervisi berdasarkan contoh format yang ada
164
74
165
yang dikembangkan secara bersama dalam kelompok kerja pengawas. Berikut
penjelasannya :
Membuat rencana waktu pelaksanaan supervisi (time schedule), hal ini sangat
penting dibuat agar proses supervisi dapat berjalan dengan baik, selanjutnya
menyiapkan instrumen penilaian supervisi baik standar prosesnya maupun
standar manajerialnya yang menjadi acuan saya dalam memberikan penilaian
terhadap berbagai aspek yang disupervisi.1
Ini menunjukkan bahwa untuk melaksanakan supervisi di wilayah yang
menjadi tanggung jawabnya, pengawas perlu merencanakan waktu pelaksanaan
kegiatan yang akan dilakukan dan menyiapkan instrument supervisi. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan proses pelaksanaan supervisi secara terarah
sesuai dengan tujuan pelaksanaannya, untuk membina guru-guru PAI agar
proses pendidikan yang dilaksanakan tidak bermasalah yang dapat memberi
dampak buruk pada pencapaian tujuan pendidikan. dijelaskan oleh informan
berikut:
Saya membuat instrumen supervisi kegiatan pembelajaran PAI , instrumen ini
berupa rangkaian penilaian pada aspek-aspek tertentu yang menuju pada
pencapaian unjuk kerja guru PAI dalam merancang, melaksanakan dan menilai
proses pembelajaran yang baik, jadi isntrumen supervisi tersebut merupakan
alat untuk menilai proses tersebut.2
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa, persiapan pengawas
dalam melaksanakan tugas supervisi ternyata merujuk pada tupoksi dan
pemenuhan syarat formal administasi. Hal ini dibuktikan dengan adanya data
temuan penelitian, seperti:
a. Dokumen program tahunan
1
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 20 Juli 2016.
2
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 20 Juli 2016.
165
166
Bentuk program tahuhan meliputi: program dan rincian tupoksi, yang isinya
mengenai jenis kegiatan supervisi akademik dan jenis supervisi manajerial;
Tujuan, yang isinya mengenai kegiatan supervisi pembelajaran, pemantauan
ujian, dan lain-lain; Sasaran sekolah dan frekuensi waktu kegiatan; Hasil yang
diharapkan hendaknya 100% kegiatan bisa terlaksana; Jaadwal kerja dimulai
dari bulan apa sampai bulaan apa; Cara kerja atau metode misalnya melalui
kunjungan kelas atau wawancara; Biaya dan sumber dana dalam hal ini
biasanya menyangkut uang perjalanan dinas (dokumen terlampir).
b. Dokumen program semester
Dokumen ini terdiri dari beberapa kolom, yaitu kolom nomor, kolom
program, kolom rincian tupoksi dan kolom bulan pelaksanaan. Pada kolom
program diisi dengan supervisi akademik, pada kolom rincian tupoksi terdiri
dari berbagai rincian kegiatan supervisi, sedangkan kolom bulan pelaksanaan
diisi dengan memberikan tanda waktu pelaksanaan kegiatan tersebut
(dokumen terlampir).
c. Dokumen Rencana Kepangawasan Akademik (RKA),
Dokumen
ini
terdiri
dari
beberapa
kolom
yakni,
kolom
nomor,
aspek/masalah, tujuan kepengawasan, teknik supervisi, skenario kegiatan,
sumber daya yang diperlukan, instrumen penilaian dan rencana tindak lanjut
yang diisi sesuai dengan aspek-aspek yang disupervisi (dokumen terlampir).
Program waktu pelaksanaan kegiatan supervisi (Time schedule) dibuat oleh
pengawas PAI untuk memudahkan pelaksanaan supervisi, sehingga seluruh
166
167
program kegiatan supervisi dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
d. Dokumen instrumen supervisi.
1) Instrumen supervisi kegiatan pembelajaran PAI.
Instrumen ini menilai tentang kegiatan pembelajaran PAI (standar
proses). Muatan dalam instrumen ini terdiri dari beberapa kolom, kolom
pertama yaitu nomor, kolom kedua aspek yang diamati, kolom ketiga
adanya aspek-aspek yang disupervisi beserta satuan nilai, nilai yang
tertinggi empat dan terendah nilai satu, kemudian kolom tidak ada dan
kolom keterangan. Isi
pada kolom aspek yang diamati terdiri dari
berbagai rincian dalam kegiatan supervisi yakni perangkat pembelajaran
dan proses pembelajaran yang dibuat dan dilaksanakan oleh guru.
Adapun satuan nilai diisi sesuai fakta yang diperoleh pengawas di
lapangan satuan nilai kemudian dijumlah dan dibagi untuk memperoleh
total penilaian, kemudian diakhir instrumen ditulis catatan yang berisi
kesimpulan atau saran pengawas terhadap guru yang disupervisi dan
ditandatangani disahkan oleh guru PAI yang bersangkutan, kepala
sekolah dan pengawas.
2) Instrumen supervisi kinerja guru PAI
Instrumen ini menilai tentang kompetensi. Salah satunya kompetensi
pedagogik guru. Muatan dalam instrumen ini terdiri dari beberapa kolom.
Kolom pertama yaitu: nomor, kolom kedua: aspek atau elemen yang
dimonitor dan dievaluasi. Kompetensi pedagogik guru yang akan dinilai
167
168
seperti penguasaan terhadap kerakter peserta didik, penguasaan teori
belajar dan prinsip-prinsipnya, penguasaan kurikulum, dan kemampuan
dalam evaluasi. Kolom ketiga: berisi skor perolehan nilai beserta satuan
nilai. Nilai yang tertinggi lima dan nilai terendah satu. Kemudian jumlah
skor nilai akhir yang diperoleh dikali seratus dibagi dengan skor
maksimum (dokumen terlampir).
Paparan di atas dapat dipahami bahwa, instrumen supervisi yang
disiapkan oleh pengawas menjadi pedoman dalam melaksanakan supervisi,
sehingga hasil dari supervisi tersebut dapat menjadi masukan yang sangat
penting bagi guru dalam upaya meningkatkan konpetensi pedagogiknya.
Adapun implementasinya di lapangan membuktikan bahwa pengawas
melakukan supervisi akademik sesuai dengan program yang telah dibuat. Hal ini
sebagaimana uraian pengawas bahwa melaksanakan proses supervisi sesuai
dengan rencana kepengawasan akademik (RKA) dan rencana waktu pelaksanaan
supervisi, dalam hal ini pengawas datang ke sekolah sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan, bertemu guru PAI, memeriksa perangkat pembelajaran,
memberikan saran, masukan dan perbaikan terhadap perangkat pembelajaran
yang dibuat guru, melakukan kunjungan kelas dan mendiskusikan hasil proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa supervisi dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan waktu yang telah ditentukan yaitu memeriksa perangkat
pembelajaran, melakukan kunjungan kelas, dan berdiskusi dengan guru setelah
berakhirnya proses pembelajaran. Pengawas dalam melakukan kegiatan
168
169
supervisi menggunakan beberapa tahapan. Berikut penjelasan dari pengawas
bahwa:
Ada tiga tahapan dalam implementasi supervisi yang saya laksanakan. Pertama
pertemuan awal, dalam hal ini didahului dengan memberitahukan kepada kepala
sekolah yang bersangkutan tentang rencana pelaksanaan supervisi dan
melakukan pertemuan awal, hal-hal yang saya lakukan yaitu membahas
persiapan yang dilakukan oleh guru PAI dalam melaksanakan pembelajaran
serta menjelaskan aspek-aspek yang menjadi fokus supervisi yang terangkum
dalam instrumen supervisi.3
Langkah awal yang dilakukan pengawas dalam kegiatan supervisi
akademik adalah mengadakan pertemuan dengan guru untuk membicarakan
beberapa hal yang terkait dengan persiapan mengajar. Hal ini sejalan dengan
penjelasan guru yang mengatakan bahwa:
Pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas guru PAI , antara lain
dengan memeriksa dan mewawancarai saya tentang persiapan dalam
melaksanakan proses pembelajaran, termasuk memeriksa dan mengoreksi
perangkat yang saya buat yaitu program tahunan, program semester, silabus dan
RPP serta buku-buku yang saya gunakan, kemudian memberikan masukan agar
saya dapat memperbaiki perangkat pembelajaran tersebut.4
Berarti pengawas melakukan pertemuan awal untuk berdiskusi dengan
guru PAI membahas berbagai persiapan yang telah dilakukan oleh guru PAI,
termasuk dalam kegiatan tersebut, pengawas memeriksa dan mengoreksi
perangkat pembelajaran yang telah dibuat guru, agar relevan dengan pencapaian
tujuan pembelajaran. Tahap selanjutnya dijelaskan oleh informan berikut:
Tahap kedua yaitu tahap pengamatan proses pembelajaran bentuknya berupa
kunjungan kelas, dalam hal ini saya mengamati proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dan mencatat pelaksanaan pembelajaran dalam format
3
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
4
Sirjon, Guru PAI SDN Longgolian Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Ruang Guru, 20 Juli 2016.
169
170
instrumen supervisi terhadap berbagai aspek yang telah disampaikan pada guru
pada tahap pertama.5
Pengawas melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan
mencatat aspek-aspek yang menjadi penekanan dalam supervisi tersebut. Sejalan
dengan pendapat tersebut, informan lainnya menjelaskan bahwa: “pengawas
pernah mengunjungi kelas, pengawas mengamati proses pembelajaran yang saya
laksanakan dan mengisi lembar penilaian yang telah disiapkan.”6
Merujuk pada informasi di atas dapat dipahami bahwa, pengawas
melakukan observasi pada proses pembelajaran, sehingga pengawas dapat
menilai secara langsung kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Tahap ketiga yaitu:
Proses diskusi dengan guru PAI setelah berakhirnya proses pembelajaran
tersebut untuk membahas hasil dari observasi yang saya lakukan. Pada tahap ini
dibahas hasil dari pembelajaran, saya memberikan saran dan masukan terhadap
berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran tersebut dan memberi
penguatan pada guru untuk mempertahankan aspek-aspek yang sudah tercapai
dengan baik, agar guru termotivasi untuk memperbaiki kelemahannya dan
mempertahan berbagai hal yang telah tercapai dengan baik.7
Pada tahap ketiga ini, pengawas melakukan
proses diskusi antara
pengawas dan guru PAI yang dilaksanakan segera setalah proses pembelajaran
berakhir. Adapun hal-hal yang didiskusikan yaitu: hasil dari proses
pembelajaran, kelemahan dan kelebihan dari proses pembelajaran, saran dan
masukan yang disampaikan pengawas, dan pemberian penguatan terhadap guru
5
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
6
Saidah Alfa, Guru Mata Pelajaran PAI SD Inpres Sumber Air Kecamatan Simpang Raya
Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 10 Mei 2016.
7
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
170
171
PAI agar mempertahankan berbagai hal yang telah tercapai dengan baik dan
memperbaiki kelemahannya. Informan lain menjelaskan:
Pengawas mendiskusikan hasil dari proses pembelajaran yang telah saya
laksanakan, pengawas membantu menyelesaikan permasalahan yang saya
hadapi, baik yang berkenaan dengan pengelolaan kegiatan kelas maupun yang
berkaitan dengan pembuatan perangkat pembelajaran, semua didiskusikan dan
dicarikan solusi yang terbaik.8
Hal ini membuktikan bahwa, pengawas membahas hasil pembelajaran
yang telah dilakukan oleh guru, proses pembahasan tersebut dalam bentuk
diskusi antara pengawas dan guru. Di sini guru dapat mengemukakan berbagai
permasalahan yang dihadapi dan pengawas membantu guru menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan memberikan saran dan masukan yang dapat
membantu guru menyelesaikan permasalahan tersebut.
Langkah telakhir dalam kegiatan supervisi akademik diunngkapkan oleh
instrumen berikut :
Membuat laporan supervisi, yaitu mengumpulkan seluruh instrumen supervisi
yang telah dilaksanakan disertai dengan bukti telah melaksanakan supervisi
berupa tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah yang telah disupervisi,
laporan tersebut kemudian diserahkan ke atasan sebagai bukti telah
melaksanakan tugas.9
Berarti pengawas setelah selesai melakukan kegiatan supervisi harus
membuat laporan hasil pelaksanaan tugas supervisi, sebagai bukti bahwa
pengawas yang bersangkutan telah melaksanakan tugasnya, sesuai dengan aturan
yang berlaku.
8
Rafiqa Matarang, Guru Mata Pelajaran PAI SD Inpres 01 Bunta Kecamatan Bunta
Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, tanggal 18 Juli 2016.
9
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
171
172
Berdasarkan
beberapa
uraian
di
atas,
dapat
dikatakan
bahwa
implementasi supervisi akademik yang dilaksanakan oleh pengawas PAI di
Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai sudah
melakukan tugas supervisi akademik sesuai dengan teori supervisi, termasuk
langkah-langkah dan teknik pelaksanaannya, yang mengacu pada juknis dalam
bentuk contoh format yang disediakan dari Kementerian Agama Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam, dan pengawas mampu melakukan improvisasi
pengawasan berdasarkan pengamatan dan disesuaikan dengan kondisi di
lapangan.
2. Figur dan kualifikasi akademik pengawas PAI
Salah satu problem pengawas di zaman dahulu adalah figur pengawas.
Pengawas masa dulu masih kurang karismatik dan tidak mempunyai
kewibawaan yang penuh bagi kepala sekolah dan guru. Hal ini disebabkan
karena kualifikasi pendidikan pengawas masih setara dengan kepala sekolah dan
guru. Oleh karena itu gelar magister merupakan salah satu yang menjadi
pendukung yang sangat relevan dan dihormati oleh guru, sehingga hal ini dapat
menambah kewibawaan dan reputasi pengawas di mata guru.
Figur seorang pengawas PAI di sekolah merupakan pribadi yang
dihormati oleh setiap guru. Pengawas merupakan panutan dan mitra kerja bagi
guru yang berkewajiban untuk membantu meningkatkan kemampuan profesional
guru. H. Tamar, S.Ag. S.Pd, M.M.Pd, merupakah salah satu sosok pengawas
yeng memenuhi kriteria tersebut. Sikap dan prilaku pengawas akan dilihat,
didengar, dan ditiru.
172
173
H. Tamar, S.Ag. S.Pd, M.M.Pd, adalah pengawas PAI yang wilayah
kerjanya mencapai 13 kecamatan, termasuk Kecamatan Simpang Raya dan
Kecamatan Bunta. Sebelum menjabat sebagai pengawas PAI, beliau mengawali
karirnya sebagai guru PAI di Kabupaten Banggai selama 14 tahun, tepatnya di
Kecamatan Bunta pada SDN Pongian sejak 1 Maret 1982, sampai 1 November
1996. Sejak Tahun 1996 beliau diangkat oleh Kementerian Agama Kabupaten
Banggai untuk menjadi pengawas PAI pada sekolah umum. Beliau lulus seleksi
pengawas pada Tahun 1998. Berarti beliau diangkat menjadi pengawas terlebih
dahulu baru ikut seleksi pengawas. Hal ini karena pada saat itu belum ada
aturan.
Pengabdian beliau sebagai pengawas tergolong sangat besar, karena
selain mendapat tugas untuk melakukan supervisi kepada guru-guru PAI, beliau
juga merupakan ketua POKJAWAS yang membawahi semua pengawas di
Kementerian Agama Kabupaten Banggai. Pekerjaan pengawas merupakan
pekerjaan yang sangat berat dan melelahkan. Hal ini sebagaimana pernyataan
beliau: “tugas pengawas itu sangat berat membutuhkan pengorbanan, namun
tugas ini harus dijalani dengan penuh kesabaran dan kegigihan.”10 Hal ini
tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa beliau adalah sosok yang gigih dan
bertanggung jawab, mengingat luasnya wilayah kerja beliau dari kecamatan
yang satu ke kecamatan yang lain belum lagi jarak antar sekolah yang berjauhan
beliau tetap menjalankan tugas tersebut dengan maksimal.
10
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 30 Juli 2016.
173
174
Sebagaimana dijelaskan pada paparan data tentang geografis, jarak yang
harus ditempuh oleh pengawas untuk melakukan kunjungan supervisi ke wilayah
Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta memakan waktu hingga empat
jam perjalanan dengan menggunakan alat transportasi berupa sepa motor melaui
medan pegunungan yang berliku-liku, sehingga dalam satu hari hanya bisa
mengunjungi satu atau dua sekolah saja. Ini merupakan pekerjaan yang sangat
melelahkan. Sebagaimana disampaikan oleh beliau: “ketika jadwal kunjungan
supervisi di daerah yang jauh, maka saya harus berangkat dari rumah sehabis
shalat subuh dengan menggunakan sepeda motor agar saya masih bisa bertemu
dengan guru PAI di sekolah.”11
Dari hasil wawancara kepada guru-guru PAI tentang figur pengawas
diperoleh keterangan bahwa pengawas PAI adalah sosok yang dihormati karena
pengawas mampu membina guru-guru dengan baik dan bersahabat. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh salah satu informan bahwa: “pengawas PAI sudah
melakukan kegiatan supervisi dengan baik dan sangat bersahabat, bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas pokoknya, namun kelemahannya hanya pada
faktor kurangnya intensitas kunjungan.”12
Informan lain juga berpendapat
bahwa “kegiatan pengawasan sudaah baik, namun pengawas PAI sejauh
pengamatan saya belum bisa memanfaatkan teknologi dalam melakukan kegiatan
supervisi.”13
11
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
12
Musriyah Guru PAI SD Inpres 03 Sumber Mulia Kecamatan Simpang Raya Kabupaten
Banggai, “wawancara”, Ruang Kelas, 23 Juli 2016.
13
Mahfudin MN, Guru PAI SD Inpres 01 Sumber Mulia Kecamatan Simpang Raya
Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 26 Juli 2016.
174
175
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa figur pengawas PAI yang
diharapkan oleh kebanyakan guru PAI di Kabupaten Banggai sudah sesuai
dengan yang diharapkan. Pengawas sudah melaksanakan tugasnya dengan penuh
tanggung jawab. Sehinga tidak salah jika figur pengawas PAI di Kabupaten
Banggai termasuk figur yang bertanggung jawab, gigih, dan tidak patah
semangat dalam menghadapi tantangan yang ada, namun perlu ada ide-ide baru
dalam melakukan kegiatan supervisi agar dengan ide baru itu semua guru PAI
dengan mudah mendapatkan pembinaan yang merata.
Untuk jabatan sebagai pengawas, maka salah satu kualifikasi yang harus
dimiliki adalah kualifikasi akademik. Kualifikasi akademik pengawas minimal
berpendidikan harus S1 dan diutamakan S2. Dari hasil data penelitian
menunjukkan bahwa pengawas PAI yang ada di Kabupaten Banggai telah
memenuhi syarat kualifikasi akademik. Dari tiga pengawas PAI yang ada, dua
orang pengawas sudah berpendidikan S2, dan satu pengawas berlatar belakang
pendidikan S1. Ini membuktikan bahwa pengawas PAI dari kualifikasi akademik
telah terpenuhi.
3. Intensitas pelaksanaan supervisi pangawas PAI
Setiap kegiatan memerlukan penanganan yang serius dan berkelanjutan
agar kegiatan bisa berhasil maksimal. Secara teori bahwa intensitas pelaksanaan
supervisi akademik sangat mempengaruhi kemampuan kompetensi guru. Dari
hasil penelitian ditemukan bahwa intensitas kegiatan supervisi akademik di
Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta masih sangat kurang. Hal ini
bisa dilihat dari hasil wawancara dengan para guru PAI yang umumnya
175
176
menyarankan kepada pengawas agar kegiatan supervisi sebaiknya ditambah
waktu kunjungannya. Berikut kutipan penjelasan dari informan :
Dalam pelaksanaan supervisi, pengawas belum pernah melakukan kunjungan
kelas, hanya memeriksa perangkat pembelajaran yang saya buat dan wawancara
berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yang saya lakukan, karena itu saya
sangat berharap dalam pelaksanaan pembelajaran, saya dapat diamati oleh
pengawas sehingga saya dapat mengetahui aspek-aspek yang menjadi
kelemahan saya untuk dapat diperbaiki dan ditingkatkan.14
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa, pelaksanaan supervisi
masih belum efektif karena masih ada guru yang hanya diperiksa perangkat
pembelajaran saja. Belum semua guru memperoleh masukan perbaikan dari
pengawas yang berkenaan dengan aspek-aspek yang lemah dalam proses
pembelajarannya. Informan berikut juga memberi masukan terhadap kinerja
pengawas sebagai berikut: “kalau bisa, pengawas sering-sering melakukan
supervisi jangan hanya pada saat ujian akhir saja atau pada saat awal tahun
pelajaran untuk melakukan sidak.”15 Informan lainnya menambahkan:
“pengawas hanya melakukan wawancara dengan saya menanyakan berbagai
persiapan saya dalam melaksanakan proses pembelajaran, karena harus
melakukan supervisi ke sekolah lainnya.”16 Hal ini juga dijelaskan oleh
informan: “dalam pelaksanaan supervisi, pengawas hanya datang satu kali dalam
satu semester untuk memeriksa perangkat pembelajaran.”17 Masih pendapat
guru lainnya, juga menjelaskan tentang intensitas kunjungan yang dilakukan
14
Moh. Yamin Hi Saenong, Guru PAI SDN 02 Pongean Kecamatan Bunta Kabupaten
Banggai, “wawancara”, Ruang Kelas, 21 Juli 2016.
15
Suhuria A. Rompas, Guru PAI SDN 02 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
“wawancara”, Ruang Guru, tanggal 18 Juli 2016.
16
Riyanto, Guru PAI SD Inpres 02 Sumber Mulya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten
Banggai, “wawancara”, Ruang kelas, 17 Mei 2016.
17
Nuriani La‟ami, Guru PAI SDN Toima Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
“wawancara”, Ruang Guru, 20 Juli 2016.
176
177
pengawas, dalam penjelasannya mengatakan bahwa dari aspek kunjungan ke
sekolah, pengawas juga kurang efeektif karena dalam satu semester pengawas
hanya dua kali datang itupun hanya datang di ruang guru saja, sementara kami
juga masih sangat membutuhkan proses bimbingan dan pembinaan lebih lanjut
agar dapat menambah atau meningkatkan kemampuan saya dalam melaksanakan
proses pengajaran.18
Berdasarkan beberapa pernyataan guru di atas dapat dipahami bahwa
dalam proses supervisi akademik yang dilakukan pengawas PAI masih terdapat
kelemahan. Kelemahan itu terletak pada intensitas pelaksanaannya di mana
pengawas belum bisa menambah alokasi waktu kunjungan ke sekolah-sekolah
karena faktor kurangnya jumlah pengawas dan faktor jarak tempuh yang harus
dilalui. Pengawas juga belum bisa memberikan solusi lain agar bisa mengatasi
kelemahan tersebut seperti memanfaatkan IT agar bisa menjangkau seluruh guru
PAI dalam waktu singkat seperti menggunakan sarana telekomunikasi HP dalam
bentuk What App misalnya. Karena bila ini diterapkan setidaknya bisa
mempermudah pengawas dalam membantu kesulitan-kesulitan yang dialami
guru.
Kegiatan kunjungan supervisi bisa dilihat dari intensitas kunjungan
pengawas PAI ke sekolah. Untuk lebih jelasnya berikut ditampilkan tebel
pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas PAI di
Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta:
18
Rosdiana Mayang, Guru PAI
“wawancara”, Ruang Guru, 21 Juli 2016.
SDN Lontio Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
177
178
Tabel: 4.1
Pelaksanaan Supervisi Terhadap Guru PAI di Kecamatan Simpang Raya
dan Kecamatan Bunta Tahun 2015-2016
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Nama
Sekolah
SD Inp 01 Beringin Jaya
SD Inp 02 Beringin Jaya
SD Inpres Rantau Jaya
SD Inp Sumber Air
SD Inp Dwipakarya
SD Inp 01 Sumber Mulya
SD Inp 02 Sumber Mulya
SD Inp 03 Sumber Mulya
SDN Lontio
SDN Koili
SDN Toima
SDN Longgolian
SD Inp Tuntung
SDN 01 Pongian
SDN 02 Pongian
SDN 04 Bunta
SD Inp 03 Bunta
SDN 02 Bunta
SD Inp 01 Bunta
SDN Bohotokong
SD Inp Salabenda
SDN Demangan Jaya
SDN Hi‟on
Rata-rata
Sepervisi Perangkat
Pernah
Tidak
√ (3x)
√ (2x)
√ (2x)
√ (2x)
√ (2x)
√ (1x)
√ (2x)
√ (2x)
√ (2x)
√ (2x)
√ (1x)
√ (2x)
√ (1x)
√ (2x)
√ (2x)
√ (2x)
√ (3x)
√ (1x)
√ (2x)
√ (2x)
√ (1x)
√ (1x)
√ (1x)
100 %
-
Kunjungan Kelas
Pernah
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
65,21 % 34,78 %
Sumber : Hasil wawancara terhadap Guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan
Kecamatan Bunta Juli-Agustus 2016.
Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan supervisi
akademik belum merata, karena dalam pelaksanaannya terdapat guru-guru PAI
yang belum mendapat kunjungan kelas. Presentasi pelaksanaan lebih
menekankan pada aspek administratif mencapai 100 %, sedangkan pelaksanaan
kunjungan kelas hanya mencapai 65,21 %. Berarti masih ada 34,78 % guru
belum mendapatkan kesempatan kunjungan kelas.
178
179
B. Teknik-Teknik Pelaksanaan Supervisi Akademik
1.
Teknik supervisi kelompok
Berdasarkan hasil penelitian, yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, dapat dijelasakan bahwa teknik supervisi yang dilakukan oleh
pengawas PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta Kabupaten
Banggai dilakukan dengan menggunakan dua teknik yaitu teknik kelompok dan
teknik perorangan. Pengawas PAI melakukan bimbingan dan pembinaan kepada
guru PAI di wilayah kerja melalui supervisi kelompok. Kegiatan ini dilakukan
pada setiap awal dan akhir semester. Kegiatan supervisi kelompok ini
dilaksanakan per Kelompok Kerja Guru (KKG) setiap kecamatan ataupun
beberapa kecamatan disatukan dan diadakan pembinaan kelompok, karena
dengan lewat forum ini pengawas bisa mengumpulkan semua guru di
kecamatan-kecamatan untuk diberi arahan, pembinaan, dan pelatihan yang
berkenaan dengan proses pembelajaran, agar guru-guru PAI
dapat lebih
memahami kompetensinya sehingga dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik akan lebih baik.
Sejalan dengan uraian di atas, Asirah H. Manrapi, selaku guru PAI pada
SDN Bohotokon menjelaskan bahwa: “ya, supervisi kelompok dilaksanakan
pada saat KKG yaitu di awal dan di akhir semester.” 19 Adapun muatan dalam
kegiatan supervisi kelompok dijelaskan oleh informan berikut:
Pada saat melakukan supervisi kelompok dalam KKG tersebut, kami diberikan
arahan dan bimbingan dalam menyusun perangkat pembelajaran, misalnya
penyusunan program tahunan, program semester, Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), Silabus, RPP, Hari Efektif Sekolah (HES), Hari Efektif Belajar (HEB),
19
Asirah H. Manrapi, Guru PAI SDN Bohotokon Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
„wawancara”, Ruang Kelas IV, 23 Juli 2016.
179
180
kalender pendidikan dan lain sebagainya. Dalam kegiatan tersebut, pengawas
hadir dan memberikan materi yang berkaitan dengan agenda KKG saat itu.20
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa proses pelaksanaan
kegiatan supervisi kelompok dilaksanakan oleh pengawas guru PAI melalui
kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Dalam kegiatan tersebut pengawas
memberikan materi yang berkaitan dengan bimbingan teknik penyusunan
perangkat pembelajaran atau materi lain yang diagendakan dalam pertemuan
tersebut.
2.
Teknik supervisi individual
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pengawas PAI dalam teknik ini
antara lain: pembinaan individu. Bentuk pembinaan individu yaitu pengawas
memeriksa perangkat pembelajaran apakah seudah sesuai dengan indikator yang
ingin dicapai atau belum. Berikut penjelasan pengawas:
Supervisi terhadap perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru PAI , yaitu
memeriksa secara teliti perangkat pembelajaran tersebut, misalnya program
tahunan, program semester, silabus, dan RPP, saya mengoreksi dan memberi
masukan untuk perbaikan perangkat pembelajaran tersebut.21
Dapaat dijelaskan bahwa teknik supervisi ini dilakukan dengan cara
pengawas melaksanakan supervisi terhadap perangkat pembelajaran, pengawas
mengoreksi dan memberikan masukan dan perbaikan terhadap perangkat
pembelajaran tersebut. Berkenaan dengan ini, informan lainnya juga
menjelaskan bahwa: “ya, perangkat pembelajaran yang saya buat diperiksa oleh
20
Siti Kasmini, Guru PAI SD Inpres Dwipakarya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten
Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 26 Juli 2016.
21
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 30 Juli 2016.
180
181
pengawas dan apabila ada kesalahan langsung dikoreksi pada saat itu juga.”22
Dengan demikian pada teknik supervisi ini, pengawas memeriksa dan
mengoreksi perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru, agar dapat diperbaiki
untuk kesempurnaan perangkat pembelajaran tersebut. Adapun bentuk supervisi
lainnya sebagai mana diungkapkan oleh pengawas adalah:
Melaksanakan kunjungan kelas, yakni mengamati proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru PAI , dan memberi penilaian terhadap aspek-aspek
proses pembelajaran tersebut ke dalam lembar supervsisi, mulai dari kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup dan proses evaluasi yang
dilaksanakan oleh guru diakhir kegiatan pembelajaran tersebut.23
Dalam bentuk teknik kunjungan kelas, pengawas mengamati proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru, pengawas juga mengisi lembar atau
instrumen supervisi sesuai dengan aspek-aspek yang telah ditentukan. Sejalan
dengan pendapat tersebut informan lainnya menjelaskan: “proses kunjungan
kelas yang dilaksanakan oleh pengawas yaitu pengawas datang ke kelas
memantau dan memperhatikan proses pembelajaran yang saya laksanakan.” 24
Dengan demikian dalam teknik kunjungan kelas, pengawas berada di dalam
kelas untuk memantau atau mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru tersebut.
Adapun
waktu
pelaksanaannya
yaitu:
“kadang-kadang
melalui
pemberitahuan kepada kepala sekolah namun kadang-kadang juga tanpa
22
Bace Andi Latondro, Guru PAI SD Inpres Tuntung Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
“wawancara”, Ruang Guru, 21 Juli 2016.
23
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
24
H. Samidin, Guru PAI SD Inpres 02 Beringin Jaya ”wawancara”, Ruang Guru, 19 Juli
2016.
181
182
pemberitahuan, sehingga guru harus menyiapkan diri dengan baik.” 25 Ini berarti
waktu pelaksanaan supervisi ada yang melalui pemberitahuan dan ada yang
tanpa pemberitahuan. Hal ini membuat guru-guru PAI berusaha melengkapi
administrasi pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran sebaik mungkin, ini
tentu memberikan dampak positif terhadap peningkatan komptensi pedagogik
dan peningkatan hasil belajar peserta didik. Adapun bentuk teknik supervisi
individual selanjutnya berdasarkan dari informan berikut:
Melakukan diskusi dari hasil proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
PAI , yaitu hal-hal yang dinilai kurang dalam proses pembelajaran tersebut serta
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan pada proses pembelajaran
kedepan, memberikan motivasi moral untuk mempertahankan aspek-aspek yang
sudah baik dan termasuk memberikan saran dan masukan dalam proses evaluasi
yang telah dilaksanakan oleh guru.26
Bentuk teknik supervisi ini adalah berdiskusi dengan guru mata pelajaran
PAI setelah melakukan supervisi proses pembelajaran. Dalam hal ini pengawas
dan guru membahas berbagai kelemahan dan kelebihan dalam proses
pembelajaran tersebut, pengawas memberikan motivasi pada guru untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran serta memberikan
dorongan moril untuk mempertahan aspek-aspek yang dianggap telah baik
dilaksanakan oleh guru dalam proses tersebut. berkenaan dengan hal ini,
informan lainnya menjelaskan: “pengawas melakukan wawancara dengan saya
membahas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, memberikan masukan
dan saran-saran yang baik.”27
25
2016.
Haryono K. Sajiu, Guru PAI SDN Demangan Jaya ”wawancara”, Ruang Guru, 17 Mei
26
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
27
Nurhayati K. Malihat, Guru PAI SD Inpres Salabenda Kecamatan Bunta, “wawancara”,
Ruang Kelas, 23 Juli 2016.
182
183
Berdasarkan implementasi dan teknik supervisi yang dilaksanakan
pengawas guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta
Kabupaten Banggai, terdapat sejumlah peningkatan kompetensi pedagogik yang
dirasakan oleh guru PAI , sebagaimana dijelaskan oleh informan berikut:
Melalui proses supervisi akademik yang dilaksanakan pengawas guru PAI, saya
menjadi semakin memahami pembuatan perangkat pembelajaran yang baik
yang memanfaatkan berbagai sumber belajar di sekitar sekolah, sehingga
perangkat pembelajaran tersusun rapi dan proses pembelajaran menjadi
terarah.28
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa proses pelaksanaan
supervisi
akademik
yang
dilaksanakan
oleh
pengawas
PAI,
berhasil
meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran yang
benar dengan memanfaat berbagai sumber belajar di sekolah, sehingga proses
pembelajaran menjadi terarah. Hal ini sejalan dengan pendapat informan
lainnya: “pengawas mengoreksi dan memberi saran terhadap perangkat
pembelajaran saya, sehingga saya menjadi lebih memahami tentang penyusunan
perangkat pembelajaran yang baik.”29 Ini menunjukkan bahwa proses supervisi
akademik yang dilaksanakan tersebut dapat meningkatkan komptensi pedagogik
guru khususnya dalam menyusun perangkat pembelajaran.
Berkenaan peningkatan pengetahuan guru ini, informan lainnya
menjelaskan bahwa: “ya benar, melalui kunjungan kelas yang dilakukan
pengawas, dapat lebih meningkatkan pengetahuan saya dalam melaksanakan
proses pembelajaran, misalnya peningkatan pengetahuan cara mengelola
28
Ngatifah, Guru PAI SD Inpres Rantau Jaya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten Banggai,
“wawancara”, Ruang Kantor guru, 23 Juli 2016.
29
Norodin, Guru PAI SD Inpres 03 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
“wawancara”, Ruang Guru, 20 Mei 2016.
183
184
kelas.”30 Dengan demikan, bentuk kegiatan supervisi perorangan dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
Informan lainnya menjelaskan bahwa: “melalui supervisi ini, ada
semacam dorongan dalam diri saya untuk berusaha memperbaiki berbagai
kekurangan saya dari tadinya malas menjadi lebih rajin, dari yang asal-asalan
dalam membuat perangkat menjadi lebih terencana.”31 Berarti supervisi
akademik dapat meningkatkan minat guru dalam usaha memperbaiki sikap guru.
hal ini juga dijelaskan oleh informan berikut:
Benar, bahwa dengan adanya pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas,
dapat meningkatkan atau merubah perilaku saya dalam membuat perangkat
maupun melaksanakan proses pembelajaran, misalnya saya menjadi giat dalam
membuat persiapan mengajar (silabus dan RPP) dan berusaha mengajar dengan
metode yang baik, karena termotivasi akan adanya pengawas yang akan datang
melakukan supervisi.32
Ini berarti guru mengalami perubahan standar perilaku dan sikap.
Terbukti adanya upaya guru untuk merubah kebiasaan buruk menjadi lebih
baik, sehingga ada upaya kreatif dari guru melengkapi perangkat, dan berusaha
melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini dilakukan karena termotivasi
terhadap kedatangan pengawas ke sekolah. Sedangkan informan lainnya
menjelaskan bahwa: “melalui pendekatan teknik individual ini, terdapat
30
H. Sallang, Guru PAI SDN 04 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Ruang kantor guru, 20 Juli 2016
31
Hamka Dain, Guru PAI SDN Hi‟on Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Ruang Kantor Guru, 19 Juli 2016
32
Luluk Yulianti, Guru PAI SD Inpres 01 Beringin Jaya Kecamatan Simpang Raya
Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Kelas, 25 Juli 2016.
184
185
peningkatan pada pemahaman saya dalam mengelola waktu dan memahami
karakter siswa.”33 Informan lainnya menambahkan bahwa:
Saat berdiskusi dengan pengawas, disampaikan kelemahan pembelajaran yang
saya laksanakan salah satunya dari aspek pemahaman karakter belajar peserta
didik yang berbeda, sehingga saya disarankan untuk menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi agar peserta didik yang berbeda-beda karakternya
tersebut dapat memahami materi pelajaran yang saya sampaikan.34
Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa pengawas telah
memberikan pemahaman terhadap guru PAI melalui kegiatan supervisi
akademik bagaimana cara menggunakan metode pembelajaran yang tepat, untuk
menghadapi berbagai macaam karakter belajar siswa. Selain itu, juga dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi, hal ini juga
dijelaskan oleh informan berikut:
Proses supervisi yang dilakukan oleh pengawas juga mengoreksi dan memberi
masukan tentang cara evaluasi yang saya lakukan, misalnya: pengawas
mengarahkan agar dalam memberikan evaluasi harus sejalan dengan tujuan
pembelajaran dan materi yang disampaikan, agar siswa tidak bingung dan
mampu menyelesaikaan soal yang diberikan, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman saya tentang cara mengevaluasi yang baik dan benar.35
Beberapa penjelasan dari informan, dapat dikatakan bahwa peningkatan
kompetensi pedagogik guru PAI setelah disupervisi yaitu: guru menjadi lebih
paham dalam membuat perangkat pembelajaran, minat guru untuk melakukan
perubahan prilaku kerja meningkat lebih baik, peningkatan pemahaman dalam
mengelola waktu, dan memahami karakter belajar siswa, dan peningkatan
pemahaman terhadap proses evaluasi yang baik dan benar.
33
Mahfudin MN, Guru PAI SD Inpres 01 Sumber Mulia Kecamatan Simpang Raya
Kabupaten Banggai, “wawancara”, Ruang Guru, 26 Juli 2016.
34
Musriyah Guru PAI SD Inpres 03 Sumber Mulia Kecamatan Simpang Raya Kabupaten
Banggai, “wawancara”, Ruang Kelas, 23 Juli 2016.
35
Sirdjoyo Radjagiu, Guru PAI SDN 01 Pongian Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
“wawancara”, Ruang Kelas, 25 Juli 2016.
185
186
C. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik
1.
Jarak geografis
Sebagaimana telah diuraikan dalam paparan umum georafis wilayah
kerja pengawas PAI pada bab sebelumnya, di mana Kabupaten Banggai
merupakan daerah yang sebahagian besar merupakan pegunungan, yang jarak
antar kecamatan berjauhan hingga mencapai puluhan kilometer. Kecamatan
Simpang Raya dan Kecamatan Bunta merupakan wilayah yang jauh dari ibu
kota kabupaten. Pengawas berkantor di ibu kota kabupaten yang jarak tempuh
untuk mencapai ke kecamatan tersebut memakan waktu hingga empat jam
perjalanan. Ini yang menyebabkan kegiatan supervisi kurang maksimal,
sebagaimana dijelaskan oleh informan berikut:
Pengawas berkantor di ibukota kabupaten, sementara wilayah kerja saya
meliputi 13 kecamatan yang jaraknya mencapai 200 km, sehingga saya harus
kerja ekstra untuk melaksanakan tugas sebagai pengawas, hal ini juga menjadi
kendala yang besar buat para guru, karena banyak sekolah-sekolah yang tidak
dapat dibina secara intensif.36
Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa, kondisi geografis di mana
pengawas harus menempuh jarak sampai 200 km dan melaksanakan tugas
supervisi mencapai 13 kecamatan, sangatlah beralasan untuk dijadikan sebagai
suatu kendala dalam pelaksanaan supervisi. Selain keadaan geografis keadaan
jumlah pengawas juga merupakan faktor penghambat dalam pelaksanaan
supervisi.
Keadaan pengawas PAI untuk sekolah umum sebagaimana telah
dijelaskan dalam bab sebelumnya memang sangat kurang. Pengawas PAI yang
36
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
186
187
ada saat ini untuk sekolah dasar hanya tinggal tiga pengawas yang mengawasi
22 kecamatan yang sebelumnya diawasi oleh lima pengawas. Kecamatan
Simpang Raya dan kecamatan Bunta merupakan bagian dari wilayah kecamatan
yang diawasi oleh satu orang pengawas yang membawahi 13 kecamatan. Dan ini
sangat berpengaruh sekali terhadap pelaksanaan supervisi. Supervisi jadi tidak
efektif karena waktu tidak mencukupi untuk menjangkau seluruh wilayah
binaan, sehingga alternatif yang bisa dilakukan hanya melalui kegiatan KKG
agar semua guru merasakan supervisi. Pengawas belum melakukan inovasiinovasi lain terkait dengn kurang efektifnya pelaksanaan supervisi di kecamatan
Simpang Raya dan Kecamatan Bunta.
2.
Mismatch penempatan guru
Salah satu syarat menjadi guru profesional adalah faktor kualifikasi
akademik harus sesuai dengan tugasnya sebagai guru. Guru akan mudah
melakukan pekerjaannya manakala pekerjaan itu sesuai dengan profesinya.
Dari hasil penelitian ditemukan adanya guru PAI yang background
pendidikannya bukan berasal dari guru agama Islam, sehingga kurang
memahami materi pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dikemukakan
oleh informan dalam uraian berikut:
Latar belakang pendidikan saya adalah PKN, kemudian di sekolah saya disuruh
memegang pelajaran agama Islam, sehingga saya kesulitan mengajar yang
bukan bidang keahlian saya, di sini tidak ada guru PAI , sehingga sayalah yang
ditunjuk untuk membawakan materi tersebut.37
Ini menunjukkan bahwa penempatan guru PAI tidak sesuai, dan menjadi
hambatan bagi pengawas dan juga bagi guru itu sendiri dalam melaksanakan
37
Indrawati Saneka, Guru PAI
“wawancara”, Ruang Guru, 26 Juli 2016.
SDN Koili Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
187
188
tugasnya, karena gurunya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang
relevan, sehingga kurang menguasai materi pelajaran.
3.
Kualifikasi akademik guru
Syarat untuk menjadi seorang guru, minimal harus memiliki kualifikasi
akademik S1. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa di Kecamatan
Simpang Raya dan Kecamatan Bunta masih ada guru PAI yang belum
memenuhi standar untuk bisa melaksanakan tugas sebagai guru. Dari data guru
yang ada, yang berjumlah 23 guru baru 15 guru PAI yang sudah memenuhi
satandar kualifikasi S1. Tujuh guru kualifikasi D2. Dan bahkan ada satu guru
baru setingkat SMA. Ini menandakan bahwa tingkat kualifikasi akademik guru
PAI di kecamatan Simpang Raya dan kecamatan Bunta belum sepenuhnya
memenuhi satandar kualifikasi. Kendala lain dari aspek guru yang dirasakan
oleh pengawas juga dikemukakan sebagai berikut:
Di sekolah-sekolah terdapat guru non-PNS yang diberikan kewajiban yang
sama dengan guru PNS, misalnya membuat program-program pembelajaran
serta melaksanakan proses pembelajaran yang sama dengan guru PNS, sehingga
saya mendapat tugas ekstra yakni membina guru PAI yang PNS dan juga
membina guru PAI yang non-PNS.38
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa, kendala lainnya yang
dihadapi pengawas adalah membina guru PAI yang non PNS. Berkenaan dengan
permasalahan tersebut pengawas menjelaskan bahwa: “karena itu saya mengikut
sertakan guru-guru PAI yang non-PNS ke dalam kegiatan KKG, agar guru-guru
yang non PNS dapat berbagi informasi dengan guru-guru yang lain.”39
38
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
39
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 5 Maret 2016.
188
189
4.
Keterbatasan Informasi Teknologi ( IT )
Pemahaman terhadap IT akan mempermudah guru dalam mengerjakan
tugasnya sebagai guru. Walaupun sebagian sekolah ada alat pendukungnya,
namun dalam kenyataan di lapangan ditemukan bahwa sebagian besar guru-guru
PAI belum bisa memanfaatkan IT. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
keberadaan guru-guru di daerah tersebut masih sangat sedikit yang bisa
memahami IT. Dari 23 guru PAI baru lima guru yang paham tentang
penggunaan laptop.
Berdasarkan temuan di atas dapat dipahami bahwa kendala dari aspek
guru pada umumnya terletak pada kesulitan masalah IT. Guru-guru PAI belum
bisa menguasai IT sehingga kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran.
Ini berarti, para guru dalam membuat perangkat pembelajaran mesih manual
menggunakan buku album yang ditulis dengan tangan, dan ini memakan waktu
lama. Apalagi guru dituntut untuk mempersiapkan semua perangkat.
5.
Sarana dan prasarana sekolah
Salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan suatu kegiatan
pendidikan adalah faktor sarana dan prasarana. Untuk membentuk mental siswa,
salah satunya sarana ibadah untuk kegiatan praktik. Belajar pendidikan agama
Islam bukan sekedar memahami materi saja namun perlu praktik. Oleh karena
itu sarana untuk kegiatan tersebut semestinya harus ada di setiap sekolahsekolah, agar kegiatan praktik ibadah bisa terlaksana dengan baik. Kurangnya
sarana untuk kegiataan ibadah masih dirasakan oleh sebagian besar sekolahsekolah yang ada di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta. Hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh informan berikut:
189
190
Masih banyak sekolah-sekolah yang fasilitasnya kurang memadai dalam
pengembangan materi PAI , misalnya banyak sekolah-sekolah dasar yang tidak
memiliki musholla atau masjid sebagai sarana mempraktekkan materi pelajaran
PAI, sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PAI lebih
bersifat teori dari pada dipraktekkan, hal ini tentu menjadi kendala bagi peserta
didik untuk memahami materi pelajaran secara utuh.40
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa salah satu kendala
dalam pelaksanaan supervisi akademik di Kecamatan Simpang Raya dan
Kecamatan Bunta adalah kelengkapan sarana dan prasarana yang kurang
memadai, antara lain masih banyaknya sekolah-sekolah yang tidak ada sarana
Ibadah, sehingga materi pelajaran lebih bersifat teori, hal ini tentunya dapat
menghambat pemahaman peserta didik terhadap materi PAI . Ini sejalan dengan
penjelasan informan bahwa: “ya, di sekolah ini belum ada sarana ibadah seperti
Musholla, untuk melaksanakan sholat duha sebagaimana anjuran pengawas
belum bisa dilaksanakan karena tempat ibadah atau masjid yang ada jauh dari
sekolah.”41 Dengan demikian, aspek kelengkapan sarana dan prasarana yang
kurang memadai dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan supervisi khususnya
yang berkenaan dengan kurang berhasilanya guru PAI dalam menanamkan
karakter peserta didik karena siswa hanya diberikan teori dan tidak dipraktekkan,
karena fasilitas pendukung yang terbatas.
40
H. Tamar, Pengawas Guru PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai, “wawancara”,
Kantor Pengawas Luwuk, 29 Juli 2016.
41
Suhuria A. Rompas, Guru PAI SDN 02 Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai,
“wawancara”, Ruang Guru, 23 Juli, 2016.
190
191
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan
beberapa hal sebaagi berikut:
1.
Implementasi Supervisi Akademik dalam Upaya Peningkatan Kompetensi
Pedagogik Guru PAI di Kecamatan Simpang Raya dan Kecamatan Bunta
Kabupaten Banggai Tahun 2015/2016, dilaksanakan sesuai dengan tupoksi
dan pemenuhan syarat formal administrasi yaitu: pengawas menyiapkan
program
tahunan,
program
semester,
perangkat
berupa
Rencana
Kepengawasan Akademik (RKA), dan menyiapkan instrumen supervisi.
Figur dan kualifikasi pengawas sudah terpenuhi, namun pelaksanaan
supervisi masih kurang efektif . Hal ini disebabkan karena luasnya wilayah,
dan kurangnya jumlah pengawas.
2.
Teknik-teknik pelaksanaan
supervisi akademik yang diterapkan oleh
pengawas PAI ada dua teknik yaitu:
a. Teknik supervisi kelompok dalam bentuk Kelompok Kerja Guru (KKG),
dalam hal ini pengawas mengumpulkan guru-guru PAI pada satu atau
beberapa kecamatan, kemudian memberikan pembinaan, pengarahan,
pelatihan dan sebagainya yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi
guru.
191
101
192
b. Teknik supervisi individual, dalam hal ini pengawas melakukan
pembinaan supervisi terhadap perangkat pembelajaran yang dibuat oleh
guru PAI, melakukan kunjungan kelas, yakni mengamati proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru dan mengisi instrumen supervisi
sesuai dengan aspek-aspek yang telah ditentukan, melakukan diskusi
terhadap hasil pengamatan.
Adapun
peningkatan
kompetensi
pedagogik
guru
setelah
pelaksanaan supervisi yaitu: (a) Peningkatan pengetahuan guru dalam
membuat
perangkat
dan
melaksanakan
proses
pembelajaran;
(b)
Peningkatan minat guru dalam memperbaiki dan melaksanakan proses
pembelajaran; (c) Peningkatan standar perilaku guru dari yang malas ke
rajin, dari yang asal-asalan menjadi lebih terencana; (d) Peningkatan
pemahaman dalam mengelola waktu dan memahami karakter belajar siswa.
3.
Kendala-kendala dalam pelaksanaan Supervisi Akademik yaitu: (a) Dari
aspek georgrafis wilayah kerja pengawas PAI sangat luas dan jauh dari kota
kabupaten, sementara wijayah kerjanya mencapai 13 kecamatan sehingga
pembinaan kurang efektif; Jumlah pengawas masih sangat kurang belum
sebanding dengan jumlag sekolah yang di supervisi; (b) Dari aspek guru,
masih ada guru PAI yang
background pendidikannya tidak cocok;
kualifikasi akademik belum semua terpenuhi; Masih banyak guru yang
belum bisa memanfaatkan IT, sehingga kesulitan dalam membuat perangkat
pembelajaran, (c) Dari aspek sekolah, masih banyak sekolah-sekolah yang
fasilitas pendukung pembelajaran PAI belum memadai.
192
193
B. Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis kemukakan setalah melakukan
penelitian tesis ini seagai berikut:
1. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama dan dinas pendidikan
Kabupaten Banggai harus bisa kerja sama dan lebih memperhatikan guru
PAI
salah satunya dari aspek jumlah supervisor yang diturunkan ke
sekolah-sekolah agar ditambah sehingga pengembangan kompetensi guru
lebih maksimal.
2. Sarana dan prasarana sekolah untuk kegiatan pendidikan agama harus
diperhatikan dengan baik.
3. Guru-guru PAI
juga sangat membutuhkan pembinaan dan pelatihan-
pelatihan dari supervisor agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik.
4. Penelitian ini masih dapat dikembangkan kembali, misalnya dari sudut
penelitian kuantitatif dengan tema permasalahan yang sama.
193
194
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalli, Jalaluddin & Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Terjemahan Bahrun
Abubakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995.
Ametembun, NA. Guru dalam administrasi sekolah, Bandung: IKIP Bandung, 1981.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar supervisi, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006.
Asmani, Jamal Ma‟mur. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Yogyakarta,
Diva Pres, 2012.
Asyhari, M. Supervisi Akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten
Jepara, Tesis tidak dipuplikasikan, 2011.
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya “Al-Qur‟anul Karim”,
Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2005.
Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Pada Sekolah
Umum, 2000.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III; Cet.III
Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Fattah, Nanang. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Andika, 2000.
Faturrohman, Pupuh dan AA. Suryana, Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan
Proses Pengajaran, Cet. 1, Bandung: PT. Refika Aditama, 2011.
Glickman, Carl D. dkk, Supervision and Instructional Leadership: A Developmental
Approach, Boston: Pearson Education, 2004.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara, 2014.
Iskandar Hasan, ”Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru MIPA dalam Menyusun
RPP Melalui Supervisi Akademik Di SMP Negeri Gorontalo”, Jurnal
Penelitian dan Pendidikan, Volume 8, Nomor 1 (Maret 2011).
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Referensi, 2013.
Kunandar, Guru Profsional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
194
195
Makawimbang, Jerry H. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 2011.
Mala, Abdurahman R. Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Mutu Madrasah, Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
Volume 02, Nomor 2 (Agustus 2014), 262.
Masaong, Abd. Kadim. Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas
Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Cet. 2, Bandung:
Alfabeta, 2013.
Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam, Teori dan Praktek, Yogyakarta: Teras,
2009.
Milles, Mattew B. dan A Michael Huberman, Qualitative Data Analisis, Cet. I,
Jakarta: UI-Press, 1992.
Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001.
Muhadjir, Noeng. Metode Penelitian Kualitatif , Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada
Press, 2013.
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah, Cet. 9; Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005.
Mulyasa, E. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi, Aksara,
2012.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Rosda Karya:
2008.
Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: PT.
Arkola, 1994.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 Tahun 2012 Pasal 4 ayat 2.
Peraturan Menteri Agama RI N0 2 Thn 2012 tentang Pengawas Agama dan
Pengawas Pendidikan Agama Islam.
195
196
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan, Bab VI Pasal 28, ayat 3 butir a.
Prasojo, Diat L. dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media,
2011.
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT, Remaja
Rosdakarya, 2008.
Riyadi, Sugeng. Supervisi Akademik Pengawas Kemenag dalam Meningkatkan
Kompetensi Guru Bahasa Arab, Tesis tidak dipuplikasikan, 2014.
Sabri Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.
Sabri, Alisuf. Ilmu Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1998.
Sagala, Syaiful. Adminstrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2009.
Sahertian, Piet A. dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan
Surabaya: Usaha Nasional, 2000.
Sahertian, Piet A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Sahertian, Piet A. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Malang: Cetakan ketiga,
1979.
Samiyono, Henry Ananto. Etos Kerja Guru SMTIK – PIKA Semarang dan Aspirasi
Terhadap Profesional Pekerja, Artikel Penelitian FPTK.IKIP Semarang, 1998.
Satori, Djam‟an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta, 2014.
Sergiovanni, Thomas J. & Robert J. Starratt, Supervision: A Redefinition, Fifth
edition,United States of America, McGRAW-HILL,INC, 1993.
Sopiatin, Popi. Manajemen Belajar berbasis Keputusan Siawa, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2010.
Sudin, Ali. “Implementasi Supervisi Akademik Terhadap Proses Pembelajaran di
Sekolah Dasar Se Kabupaten Sumedang”, Jurnal, Pendidikan Dasar, Nomor: 9
(April 2008).
196
197
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D, Bandung: Alfabeta, 2015.
Suhardan, Dadang. Supervisi Profesional Layanan Dalam Meningkatakan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sujana, Nana. et.al., Buku Kerja Pengawas Sekolah, Jakarta: Pusat Pengembangan
Tenaga Kependidikan Kemdiknas, 2011.
Surahman, Wirahmat. Pengantar Penelitian Ilmiah, Cet. 8; Bandung:Tarsito, 1998.
Surakhmad, Winarno. Dasar dan Tehnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,
Bandung: Torsito, 1978.
Suryosubroto, B. Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004.
Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,
Cet. 9; Bandung: Angkasa, 2000.
Syukri, Cut Zahri Harun, dan Nasir Usman, “Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh
Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar Pada Gugus
I Uptd Dewantara Aceh Utara”, Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala, ISSN 2302-0156, Volume 3, No. 2, (Mei 2015).
Umar, Husein. Metode Penelitian untuk skripsi dan Tesis Bisnis, Cet. 4; Jakarta: Raja
Grafindo, 2001.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat 10.
Wibowo, Agus dan Hamrin, Menjadi Guru yang Berkarakter, Strategi Membangun
Kompetensi & Karakter Guru, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banggai, 4 April, 2016.
197
198
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pengawas/Supervisor Guru PAI di Kab Banggai
1. Bagaimana persiapan yang bapak lakukan dalam melaksanakan supervisi?
2. Apakah bapak membuat time schedule dalam melaksanakan supervisi?
3. Bagaimana dengan instrumen supervisi?
4. Bagaimana proses pelaksanaan supervisi yang bapak laksanakan?
5. Bagaimana tahapan pelaksanaan supervisi yang bapak lakukan?
6. Bagaimana teknik pembinaan, pemantauan, penilaian dan pelatihan
profesional guru PAI yang bapak laksanakan dalam proses supervisi
akademik?
7. Apakah bapak melakukan supervisi terhadap perangkat pembelajaran?
Bagaimaan teknik dan prosesnya?
8. Apakah bapak melaksanakan kunjungan/observasi kelas dalam pelaksanaan
supervisi akademik? Bagaimana teknik pelaksanaannya?
9. Bagaimana dengan proses pelaksanaan teknik supervisi pembicaraan
individual?
10. Lalu bagaimana dengan proses pelaksanaan supervisi kelompok, apakah ada
strategi tertentu yang bapak lakukan?
11. Setelah pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru-guru PAI, apakah
terdapat peningkatan kompetensi pedagogik guru? bagaimana bapak
menjelaskan hal tersebut?
12. Bagaimana contoh peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI setelah
dilaksanan supervisi?
13. Apa kendala-kendala yang bapak hadapi dalam melaksanakan supervisi
akademik?
14. Dari aspek letak geografis, mungkin kendalanya?
15. Dari aspek guru, mungkin kendalanya?
16. Dari aspek jumlah sekolah yang harus dibina, mungkin kendalanya?
17. Atau ada kendala dari aspek lainnya?
18. Dari aspek fasiltas sekolah, apakah ada kendalanya?
198
199
PEDOMAN WAWANCARA
B. Guru PAI di Kab. Banggai
1. Berapa kali dilaksanakan supervisi oleh pengawas guru PAI dalam satu
semester?
2. Bagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas/supervisor
terhadap bapak selaku guru PAI?
3. Apakah pengawas melakukan supervisi terhadap perangkat pembelajaran?
Bagaimana proses pelaksanaannya?
4. Apakah pengawas melakukan kunjungan kelas? Bagaimana proses
pelaksanaannya?
5. Apakah pengawas melaksanakan pembicaraan individual setelah
melaksanakan kunjungan kelas? Hal-hal apa saja yang dibicarakan?
6. Berikan penjelasan bagaimana cara pengawas melakukan supervisi pada
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran?
7. Apakah pengawas melaksanakan supervisi kelompok?, bagaimana proses
pelaksanaanya?
8. Apa kendala-kendala yang bapak/ibu hadapi/rasakan dalam proses supervisi
yang dilaksanakan pengawas?
9. Menurut bapak/ibu apakah ada peningkatan kompetensi pedagogik, setelah
dilaksanakan proses supervisi oleh pengawas? Contohnya?
10. Apa saran/masukan bapak/ibu terhadap proses pelaksanaan supervisi
akademik yang dilakukan oleh pengawas/supervisor guru PAI?
11. Apakah pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan pengetahuan guru PAI,?
jelaskan!
12. Apakah pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan guru PAI dalam melaksanakan proses
pembelajaran? jelaskan!
13. Apakah pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan Nilai/standar perilaku
(misalnya dari yang kurang kreatif menjadi kreatif, dari yang malas menjadi
rajin, dari yang asal-asalan menjadi terrencana dan? Jelaskan!
14. Apakah pelaksanaan supervisi dapat mengubah sikap guru PAI dalam
melaksanakan proses pembelajaran? Jelaskan!
15. Apakah pelaksanaan supervisi dapat mengubah Minat guru PAI dalam
melaksanakan proses pembelajaran? Jelaskan!
16. Bagaimana dari aspek proses evaluasi, apakah ada peningkatan?
17. Bagaimana dengan pemahaman karakter belajar siswa apakah ada
peningkatan?
18. Apaakah bapak/ibu bisa menggunakan komputer/laptop sebaga sarana
pembelajaran
199
200
PEDOMAN OBSERVASI
1.
2.
3.
4.
Letak geografis Wilayah Kerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Kementerian
Agama Kabupaten Banggai?
Visi Misi Pengawasan PAI Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai?
SK Pengawas guru PAI Kab. Banggai?
Keadaan pengawas guru PAI Kab Banggai?
NO
Nama Pengawas
L/P
Ijazah
Akhir
Jenis
Pengawas
Jumlah
sekolah yang
dibina
…..
1.
……………
…
…
…..
2.
…………..
…
…
…..
…..
3.
…………..
…
…
…..
…..
Sumber data:
5.
Sarana dan prasarana Pengawas PAI Kantor Kemenag Kab. Banggai!
Kondisi
No
Nama Barang
Jumlah
Rusak
Baik
Rusak berat
ringan
1. Meja Kerja pengawas
2. Kursi Kerja pengawas
3. Meja tamu
4. Dll….
Sumber data:
6.
Jumlah sekolah yang menjadi wilayah kerja pengawas guru PAI Kab. Banggai
untuk SD?
Jumlah
Nama
No
Nama Pengawas/Nip
Guru
Kecamatan
SD TK PD
PAI
1
……..
2
3
4
……
5
Sumber Data:…….
200
201
7.
Jumlah guru SD mata pelajaran PAI di Wilayah Kecamatan Simpang Raya dan
Kecamaatan Bunta Kab Banggai?
No
Nama Sekolah
Status
Kepegawaian
PNS Honorer
1
2
3
4
5
Sumber data:….
201
Tingkat Pendidikan
SLTA
D2
S1
S2
202
202
203
203
204
204
205
205
206
206
207
207
208
208
209
209
210
210
211
211
212
212
213
213
214
214
215
215
216
216
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
DOKUMENTASI PENELITIAN
Wawancara dengan Pengawas guru PAI
Kabupaten Banggai H. Tamar, S.Ag, S.Pd, M.MPd
Salah satu proses supervisi “pembicaraan individual”
yang dilakukan Pengawas terhadap guru PAI SD Inpres
Sumber Air Kec. Simpang Raya
146
147
Wawancara dengan guru PAI SD Inpres
Dwipa Karya Kecamatan Simpang Raya
Kabupaten Banggai: Siti Kasmini, S.Pd.I
Wawancara dengan guru PAI SD Inpres Rantau
Jaya Kecamatan Simpang Raya Kabupaten
Banggai: Ngatifah, S.Pd.I
Wawancara dengan guru PAI SD Inpres 02
Beringin Jaya Kecamatan Simpang Raya
Kabupaten Banggai: H. Samidin, A.Ma
147
148
Wawancara dengan guru PAI SDN Hi‟on
Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai:
Hamka Dain, A.Ma
Wawancara dengan guru PAI SD Inpres
Sumber Air Kecamatan Bunta
Kabupaten Banggai: Saidah Alfa, S.Pd.I
Wawancara dengan guru PAI SD Inpres 03
Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten
Banggai: Norodin, BA
148
149
Wawancara dengan guru PAI SDN 02
Pongian Kecamatan Bunta Kabupaten
Banggai: Muh. Yamin Hi.Saenong, S.Pd.I
Wawancara dengan guru PAI SDN 04
Bunta Kecamatan Bunta Kabupaten
Banggai: H. Sallang, S.Pd.I
Wawancara dengan guru PAI SDN
Tuntung Kecamatan Bunta Kabupaten
Banggai: Bace Andi Latondro
149
150
Wawancara dengan guru PAI SDN Koili
Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai:
Indrawati, Saneka, S.Pd
Wawancara dengan guru PAI SDN
Longgolian Kecamatan Bunta Kabupaten
Banggai: Sirjon, S.Ag
Indrawati
Wawancara dengan guru PAI SDN
Toima Kecamatan Bunta Kabupaten
Banggai: Nuriani La‟ami, S.Pd
150
151
Proses Supervisi perangkat
pembelajaran guru PAI SD Inp. 01
Sumber Mulya Kec. Simpang Raya
Kab Banggai: Mahfudin MN, S.Pd.I
Memberi materi pada kegiatan supervisi
kelompok. Kelompok Kerja Guru (KKG)
sss
Proses kegiatan dalam supervisi kelompok.
Kelompok Kerja Guru (KKG)
151
152
BIOGRAFI PENULIS
Nama
: Ali Supangat
NIM
: M2.14.023
Jenil Kelamin
: Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir
: Banyumas 23 Juni 1972
Alamat email
: alisupangat72@ gmail.com
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi
: Supervisi Pendidikan Agama Islam
Biografi Penddikan
:
-
SD
SMP
ALIYAH
S1
: 1981 (masuk)1987 (lulus) SD Inp Beringin Jaya
: 1987 (masuk)1990 (lulus) SMPN Bunta
: 1990 (masuk)1993 (lulus) MAN 02 Palu
: 1994 (masuk)1999 (lulus) STAIN Palu
Adapun dalam tugas kesehariannya adalah sebagai tenaga guru PAI di SD
Inpres Rantau Jaya Kecamatan Simpang Raya.
Selanjutnya dalam status pribadi penulis telah menikah dengan seorang
wanita yang bernama “FAUZIAH”
Berkat do‟a dan motifasi dari teman-teman, kini Alhamdulillah penulis bisa
menyelesaikan Pendidikan Pascasarjana Program Studi Supervisi Pendidikan
Agama Islam di IAIN Salatiga.
Semoga apa yang menjadi niat kita adalah yang terbaik bagi kita, Agama,
Bangsa dan Negara. Amin Ya Robbal „Alamin…
152
Download