TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN PROSES LAYANAN BK DI SEKOLAH SERTA PERBEDAAN KECEMASAN MAHASISWA PLBKS DI DAERAH DAN DI KOTA PADANG Yola Susilawati1,Alfaiz2,Fuaddillah Putra2 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected] 1 ABSTRACT This research is motivated by the existence of PLBKS students who are difficult to sleep, fear, feel nervous, heart palpitations when the implementation of PLBKS. The purpose of this study is to describe 1. Students' anxiety seen from physiological and psychological in the city. 2. Students' anxiety is seen from the psychological and physiological in the area. 3. Differences of anxiety seen from psychological. 4. Differences of anxiety seen from physiological. This research is a quantitative descriptive with comparative analysis approach. Sampling using purposive sampling technique. Data collection tool is a questionnaire. Data processed using intervals and SPSS version 20. Based on the results of research on the level of anxiety of students in implementing BK service process in school and differences anxiety PLBKS students in the region and in the city of Padang can be concluded: 1) Anxiety students PLBKS are in the category of anxiety. 2) Anxiety of PLBKS students is in the category of quite anxious. 3) The difference in the level of anxiety seen from psychological 4) The existence of different levels of anxiety seen from physiological.This research is recommended to students PLBKS. Keywords: Anxienty Students PLBKS, Implementing BK PENDAHULUAN Dalam UU Sisdiknas No 20 tinggi, tahun diselenggarakan 2003 menjelaskan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang terbuka. pendidikan berbentuk setelah pendidikan pendidikan sekolah pendidikan universitas. diploma, sarjana, dengan Perguruan menengah yang mencakup program tinggi tinggi akademi, tinggi, sistem dapat politeknik, institut, Perguruan atau tinggi magister, spesialis, dan doktor yang berkewajiban dan menyelenggarakan diselenggarakan pendidikan, oleh perguruan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. tersebut bimbingan dan konseling Syarat-syarat dan tata cara pendirian, adalah salah satu jurusan yang ada di struktur dan STKIP PGRI Sumatera Barat. Dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi jurusan bimbingan dan konseling ditetapkan mahasiswa perguruan tinggi dengan peraturan pemerintah. diwajibkan untuk mengikuti praktek lapangan salah Tujuan perguruan tinggi pada dasarnya turut keseimbangan memelihara wacana kehidupan satunya di sekolah, sesuai dengan salah satu misi bimbingan dan program studi konseling yaitu sistem kelembagaan masyarakat yang melaksanakan dan mengembangkan hakekatnya berarah ganda menuju penelitian dan pengabdian dibidang kadar pendidikan dan bimbingan konseling intelektual kedewasaan meningkat moral di dan mana di sekolah dan di luar sekolah. diperlukan pendekatan khusus untuk menyelesaikan permasalahannya. PLBKS merupakan salah satu kegiatan akademik yang harus Untuk dapat mencapai tujuan tersebut dilakukan oleh seluruh mahasiswa, lembaga sebagai salah satu persyaratan pokok pendidikan melaksanakan misi tinggi Tridarma untuk kegiatan perkuliahan dalam perguruan tinggi yaitu perguruan penyelesaian pendidikan pada tingkat tinggi berfungsi penelitian berfungsi pusat Strata Satu (S1) dengan beban 4 SKS. perguruan tinggi Kegiatan dan sebagai sosial melaksanakan pengabdian masyarakat. ini merupakan proses belajar dalam menerapkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan Salah satu lembaga pendidikan sikap melalui berbagai kegiatan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Keguruan profesi konseling yang disesuaikan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI dengan Sumatera Barat merupakan salah satu permasalahan lembaga pendidikan yang mempunyai kegiatan ini diharapkan mahasiswa kompetensi memperoleh melahirkan bermutu, calon khususnya konselor yang profesional. Sehubungan dengan hal tuntutan perkembangan sekolah. pengalaman Melalui nyata penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Menurut Yahya (Putri, Anggia pengetahuan, keterampilan. Nilai dan & Meita, 2012) “Mahasiswa diartikan sikap-sikap dasar melakukan sesuatu. sebagai pelajar yang menimba ilmu Kebiasaan berfikir dan bertindak itu pengetahuan yang tinggi, dimana didasari oleh budi pekerti luhur baik pada tingkat ini mereka dianggap dalam memiliki dan kemasyarakatan, keberagamaan, dan perkembangan pemikiran yang luas, kehidupan berbangsa dan bernegara. sehingga dengan nilai lebih tersebut Budi pekerti luhur itu sesuai dengan mereka dapat memiliki kesadaran kaidah-kaidah agama, adat istiadat, untuk menentukan sikap dirinya serta aturan keilmuan, hukum perundang, mampu bertanggung jawab terhadap dan sikap dan tingkah lakunya”. Sebagai (Panduan Umum (2002: 1). kematangan fisik seorang mahasiswa BK, mahasiswa kehidupan kebiasaan pribadi, sosial, yang berlaku, Hal tersebut merupakan yang dituntut untuk mengikuti perkuliahan, penting mengikuti ujian, serta melaksanakan dalam berbagai praktek layanan konseling. peserta didik supaya proses belajar Selain juga mengajarnya menjadi efektif, maka mengikuti mahasiswa tersebut harus menguasai itu dituntut mahasiswa untuk wajib BK bagi materi mereka peroleh selama mengikuti menghadapi perkulihan. memberikan merupakan PLBKS memberikan materi kepada PLBKS untuk menerapkan ilmu yang Kompetensi mahasiswa dan sikap baik guna peserta didik dalam layanan. Sebelum melaksanakan PLBKS, mahasiswa pengetahuan, keterampilan, nilai, dan yang sikap dasar yang direfleksikan dalam pembekalan terlebih dahulu berupa kebiasaan berfikir dan bertindak yang bimbingan dosen supaya mahasiswa bersifat dinamis, berkembang, dan tersebut tidak merasa cemas dalam dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan pemberian berfikir diberikan konsisten dan bertindak dan terus secara menerus berbagai akan praktik materi. itu diberikan Bekal biasanya macam yang berbentuk keterampilan memungkinkan seseorang menjadi mengajar menurut Syamdani dkk, kompeten, (2014): dalam arti memiliki 1. Keterampilan dasar bertanya dan mengalami kelelahan karena 2. Reinforcement (penguatan) senantiasa harus dalam keadaan 3. Keterampilan mengadakan variasi stabil terhadap ancaman bahaya 4. Keterampilan dasar menjelaskan yang tidak jelas. 5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Menurut Buklew (Siska dkk, 2003: 68) tanda-tanda kecemasan bisa 6. Keterampilanmembimbing diskusi dilihat dari dua sisi, yaitu: kelompok kecil a. Tingkat kecemasan 7. Keterampilan Mengelola kelas fisiologis, yaitu kecemasan 8. Keterampilan mengajar kelompok yang sudah mempengaruhi kecil dan peroranga fisik, terutama fungsi sistem Menurut Sudrajat (2011: 10) syaraf seperti sukar tidur, kecemasan (axcienty) adalah salah jantung berdebar, keringat satu bentuk emosi individu yang berlebihan, sering gemetar berkenaan dengan adanya rasa dan perut mual. terancam oleh sesuatu, biasanya b. Tingkat psikologis, dengan objek ancaman yang tidak seperti begitu jelas. Kecemasan dengan khawatir, intensitas berkonsentrasi. yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif Berdasarkan tegang, yaitu bingung, sulit hasil observasi sebagai motivasi, tetapi apabila yang peneliti lakukan hari Senin, intensitasnya tanggal 20, bulan Desember, tahun sangat kuat dan bersifat negative justru malah akan 2016 menimbulkan kerugian dan dapat dirasakan mahasiswa PLBKS dalam mengganggu keadaan melaksanakan proses layanan BK fisik dan psikis individu yang yaitu susah tidur karena takut akan bersangkutan. Suatu ketegangan memberikan mental yang disertai peserta didik di kelas, mahasiswa dengan gangguan yang PLBKS merasa takut menghadapi individu peserta didik yang akan bertanya bersangkutan merasa tidak berdaya kepada mahasiswa PLBKS terkait menyebabkan terhadap biasanya tubuh bahwa kecemasan layanan BK yang kepada materi layanan yang diberikan dilakukan dengan lima orang dikelas, mahasiswa PLBKS merasa mahasiswa PLBKS yang di daerah sulit program mahasiswa mengaku sering merasa sendiri dan materi layanan yang akan gugup, tegang, salah tingkah, keringat diberikan kepada peserta didik yang dingin, wajah pucat, sakit perut, tidak terselesaikan dengan baik. jantung berdebar-debar, dan khawatir dalam menyusun Selanjutnya mahasiswa PLBKS merasa takut dimarahi apabila tidak bias ketika melaksanakan proses layanan pamong BK di sekolah. Kemudian dilihat dari memberikan hasil wawancara dengan tiga orang layanan BK dengan efektif di kelas, mahasiswa PLBKS yang di kota P mahasiswa jantung PLBKS merasa takut berdebar-debar, khawatir, dimarahi ketika permasalahan peserta gugup adang mahasiswa mengaku didik tidak dapat tertuntaskan dengan sering tegang, saat berbicara di depan baik, mahasiswa depan kelas ketika kelas ketika melakasanakan proses memberikan layanan BK di sekolah. layanan BK kepada peserta didik, jantung mahasiswa PLBKS PLBKS merasa cemas Berdasarkan diatas maka apabila berdiri di berdebar saat melaksanakan berbicara “Tingkat dengan pamong dalam permasalahan peneliti penelitian Kecemasan ingin tentang Mahasiswa mendiskusikan layanan BK yang akan dalam Melaksanakan Proses Layanan diberikan didik, BK di Sekolah serta Perbedaan adanya ditemukan mahasiswa PLBKS Kecemasan Mahasiswa PLBKS di sering merasa gugup, tegang, salah Daerah dan di Kota Padang”. kepada peserta tingkah, keringat dingin, wajah pucat, Mengingat begitu luasnya sakit perut, jantung berdebar-debar, permasalahan yang dihadapi dalam dankhawatirketika proses pemberian melaksanakan layanan BK ini, maka layanan BK kepada peserta didik di peneliti membuat batasan masalah dalam kelas. yang akan dibahas yaitu: Sedangkan dilihat dari hasil wawancara hari Senin, tanggal 20, bulan Desember, tahun 2016, yang 1. Kecemasan dalam mel mahasiswa PLBKS 2. aksanakan proses layanan BK di 4. Perbedaan tingkat kecemasan kota dilihat dari aspek fisiologis mahasiswa PLBKS di daerah dan dan psikologis. di kota Padang dilihat dari aspek 3. Kecemasan dalam mahasiswa PLBKS melaksanakan proses layanan BK di daerah dilihat dari fisiologis. METODE PENELITIAN Jenis aspek psikologis dan fisiologis. Perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa PLBKS di kota Padang dan di daerah dilihat dari aspek tingkat kecemasan mahasiswa PLBKS di daerah dan di kota Padang dilihat dari aspek Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mahasiswa PLBKS melaksanakan proses layanan BK di kota dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis. 2. Kecemasan dalam deskriptif kuantitatif pendekatan analisis yang mahasiswa PLBKS melaksanakan proses layanan BK di daerah dilihat dari aspek psikologis dan fisiologis. 3. Perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa PLBKS di kota Padang dan di daerah dilihat dari aspek psikologis. dengan komparatif. menggambarkan atau menjelaskan peristiwa atau kejadian pada masa sekarang. Menurut Yusuf 83) penelitian deskriptif merupakan usaha lebih spesifik dari/ lanjutan dan luas, atau untuk dapat menentukan untuk mendeskripsikan: dalam digunakan dalam penelitian ini adalah (2007: fisiologis. 1. Kecemasan yang Penelitian deskriptif yaitu penelitian psikologis. 4. Perbedaan penelitian hubungan beberapa perubahan atau untuk memperjelas dan mempertajam konsep yang sudah ada. Menurut Arikunto (2011: 14) penelitian kuantitatif yaitu sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis telah ditetapkan. Menurut (Sugiyono, 2013: 50 data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan hipotesis yang) dalam penelitian ini adalah data penelitian komparatif berarti menguji interval. Menurut Riduwan (2010: 85) parameter populasi yang berbentuk data perbandingan. menunjukkan jarak antara satu data untuk menguji Jenis data interval yang adalah digunakan data yang Berdasarkan pengertian di atas yang lain, dan mempunyai bobot yang dapat disimpulkan bahwa penelitian sama. Jadi yang di intervalkan dalam deskriptif penelitian kuantitatif dengan ini adalah “Tingkat pendekatan analisis komparatif yaitu, Kecemasan mendeskripsikan masa Melaksanakan Proses Layanan BK di sekarang kemudian menguji hipotesis Sekolah serta Perbedaan Kecemasan yang telah ditetapkan, lalu dilakukan Mahasiswa PLBKS di daerah dan di uji perbedaan dari sampel yang Kota Padang”. Sementara itu sumber berbeda yang telah ditetapkan. Oleh data yang digunakan adalah data sebab itu peneliti mendeskriptifkan primer yang diperoleh dari mahasiswa tentang Program Mahasiswa kejadian “Tingkat dalam Kecemasan Mahasiswa Studi Bimbingan dalam dan Melaksanakan Konseling dan data sekunder data Proses Layanan BK di Sekolah serta yang diperoleh dari pihak UPPL Perbedaan STKIP PGRI Sumatera Barat. Kecemasan Mahasiswa PLBKS di Daerah dan di Kota Padang. Dalam penelitian ini teknik pengmpulan data yang akan Populasi dalam penelitian ini digunakan adalah angket. Menurut adalah mahasiswa PLBKS di daerah Yusuf (2005: 249) “Angket adalah dan di kota Padang yang berjumlah di serangkaian daerah 172 orang dan di kota 45 berhubungan dengan topik tertentu, orang. Teknik yang di gunakan dalam diberikan pengambilan sampel ini purposive individu Sampling memperoleh data”. Darmawan dengan jumlah sampel di disebarkan kepada kota 25 orang dan di daerah 97 orang. jawaban atas pertanyaan-pertanyaan adalah rumus dari pertanyaan kepada dengan yang sekelompok maksud angket untuk yang responden, yang diajukan dapat berupa pilihan yang terdiri atas jenis-jenis jawaban cemas dengan presentase 186,2 %, sebagai berikut: 1. Setuju; 2. Sangat sebab dari 25 mahasiswa 20 setuju ; 3. Kurang setuju; 4. Tidak mahasiswa setuju; cemas 5. Sangat Tidak Setuju. tergolong selebihnya kategori tergolong Sedangkan teknik Analisis data yang kategori cukup cemas dan sangat dilakukan dengan cemas. Sesuai dengan hasil data mendeskripsikan tingkat kecemasan tersebut, maka ditemukan adanya mahasiswa dalam mahasiswa PLBKS yang merasa melaksanakan proses layanan BK cemas dalam melaksanakan proses serta layanan BK di kota. adalah PLBKS perbedaan kecemasan mahasiswa PLBKS di daerah dan di Berdasarkan penjelasan di kota Padang dengan menggunakan atas sesuai dengan pendapat rumus: menurut Dacey (Mustika, 2005 hal 5) gejala kecemasan P= HASILDAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, maka perbedaan tingkat kecemasan dapat ditinjau melalui tiga komponen, yaitu: a. Komponen psikologis, berupa melaksanakan kegelisahan, gugup, tegang, proses layanan BK di sekolah yang di cemas, rasa tidak aman, takut, daerah dan di kota dilihat dari kondisi cepat, terkejut. mahasiswa dalam fisiologis dan psikologis dapat dilihat b. Komponen fisiologis, berupa sebagai berikut: jantung 1. Kecemasan Mahasiswa PLBKS dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Kota Dilihat Dari Aspek Fisiologis dan Psikologis Berdasarkan pengolahan data dingin, pada telapak tangan, dapat diketahui bahwa kecemasan mahasiswa PLBKS dalam melaksanakan proses layanan BK di kota dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis tergolong kategori tekanan, berdebar darah keringat meninggi, (mudah emosi), respon kulit terhadap aliran (sentuhan dari galvanis luar) berkurang, gerakan peristaltik, (gerakan berulang-ulang tanpa disadari) bertambah, gejala somatik atau fisik (otot), gejala somatik atau (sensorik), Menurut Hawari (Isnaini 2015:43) gejala mengatakan Respiratori (pernafasan), gejala Gastrointertinal (pencernaan), kecemasan terdiri dari: a. Aspek fisiologis gejala Urogenital (perkemihan Diketahui dan kelamin). reaksi-reaksi tubuh tertentu c. Komponen perilaku sosial, yang sebuah ditunjukkan oleh individu yang dari munculnya sebagian besar merupakan hasil kerja sistem syaraf otonom yang dilingkungannya, perilaku itu mengontrol berbagai otot dan dapat berupa tingkah laku kelenjar tubuh. Jika fikiran (sikap) dan gangguan tidur. individu 2. Kecemasan Mahasiswa PLBKS dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Daerah Dilihat Dari Aspek Fisiologis dan Psikologis Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa kecemasan mahasiswa PLBKS dalam melaksanakan proses layanan BK di gejala daerah dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis tergolong kategori cukup cemas dengan presentase 156,43%, sebab dari 72 mahasiswa kebanyakan mahasiswa merasa cukup cemas berjumlah 35 mahasiswa sangat selebihnya cemas, cemas, kategori kurang cemas, dan 1 mahasiswa merasa tidak cemas. dikuasai kecemasan, maka oleh sistem syaraf otonom akan berfungsi dan akan muncul gejala-gejala fisik seperti jantung berdebardebar, tekanan darah nafas menjadi meningkat, cepat dan terjadi gangguan pencernaan. b. Aspek emosional Yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan reaksi afektif individu. Komponen ini ditunjukkan dengan munculnya kondisi perasaan yang seperti tidak menyenangkan kegugupan, kegelisahan dan ketegangan. c. Aspek koknitif signifikan antara yaitu pada kolom Ditunjukkan dengan adanya sigpeserta didikyaitudiperolehnilai kekhawatiran sig. 0,00< 0.05 individu terhadap konsekuensi- konsekuensi negatif yang artinya adanya perbedaan pada kecemasan yang mahasiswa PLBKS dilihat dari mungkin akan dialaminya atau segi fisiologis. Jika kita lihat adanya harapan yang negatif. dengan menggunakan t tabel maka Jika ini diperoleh nilai hasil t-tes adalah meningkat, maka thitung 6,075 dan ttabel 1,710 maka kemungkinan akan terlihat thitung>ttabel artinya hipotesis kemampuan kerja Ha diterima atau terdapat kekawatiran menggangu individu untuk berfikir jernih, perbedaan memecahkan mahasiswa PLBKS di daerah dan masalah memenuhi dan tuntutan lingkungan. di kota kecemasan . Menurut antara Sundari (Mukhayyaroh, hal 204) bahwa 3. Perbedaan Kecemasan Mahasiswa PLBKS dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Sekolah yang di Daerah dan di Kota dilihat dari Kondisi Fisiologi Perbedaan kecemasan gejala-gejala kecemasan ada dua macam yaitu yang bersifat fisik dan mental: a. Gejala kecemasan yang bersifat fisik merupakan suatu emosi mahasiswa PLBKS di daerah dan yang di kota memang sangat tampak meningkatnya aktivitas secara sekali diketahui otonom, secara khusus aktivitas independent samples test bahwa pada sistem syaraf sympathetic, kecemasan mahasiswa di daerah antara lain: dan dimana dapat di layanan kepada ditandai dengan kotadalam pelaksaan 1) Jari-jari tangan dingin bimbingan kelompok 2) Detak jantung makin cepat mahasiswa dalam 3) Berkeringat dingin melaksanakan proses layanan BK 4) Kepala pusing di sekolah yang berjumlah 24 5) Nafsu makan berkurang orang 6) Tidur tidak nyenyak terdapat perbedaanyang 7) Dada sesak nafas terlihat b. Gejala kecemasan yang bersifat bahwa kecemasan mahasiswa di daerah dan di kota mental yaitu perasaan subyektif dalam terhadap tekanan, dan kognisi bimbingan yang meliputi: mahasiswa dalam melaksanakan 1) Ketakutan proses layanan BK di sekolah yang 2) Merasa akan ditimpa bahaya berjumlah 3) Tidak korelasi yang signifikan antara dapat memusatkan perhatian pelaksaan layanan kelompok 24 orang kepada terdapat yaitu pada kolom sigpeserta didik 4) Tidak tentram sig. 0,00<0.05 yang artinya adanya 5) Ingin lari dari kenyataan perbedaan Artinya memang pada kecemasan ada mahasiswa PLBKS dilihat dari perbedaan yang signifikan antara segi psikologis. Jika kita lihat mahasiswa yang PLBKS di kota dengan menggunakan t tabel maka dengan mahasiswa yang PLBKS di diperoleh nilai hasil t-tes adalah daerah. Bisa saja hal itu terjadi thitung 8,469 dan ttabel 1,710 maka karena kondisi lingkungan tempat terlihat thitung>ttabel artinya hipotesis PLBKS, kurikulum yang dipakai kerja Ha diterima atau terdapat dalam perbedaan pembelajaran, perbedaan kecepatan dan system informasi yang di peroleh. pengolahan kota dilihat dari kondisi psikologis. Artinya juga terdapat perbedaan dari kondisi fisiologis yang dirasakan oleh mahasiswa di kota dan daerah. Jika kita lihat dengan tingkat signifikan 0,00 artinya statistik perbedaannya sempurna dan jelas. dengan Mahasiswa yang memiliki rasa independent kecemasan dari psikologis biasa samples test di atas maka dapat akan tampak tegang dan kaku saat menggunakan SPSS versi menggunakan data antara mahasiswa PLBKS di daerah dan di 4. Perbedaan Kecemasan Mahasiswa PLBKS dalam Melaksanakan Proses Layanan BK di Sekolah yang di Daerah dan di Kota dilihat dari Kondisi Psikologis Setelah dilakukan kecemasan program 20 memberikan layanan. Perasaan ini terasa biasanya muncul disebabkan oleh atau kebingungan 5) Sulit faktor dari dalam dan luar.Menurut berkonsentrasi 6) Khwatir Jeffrey S, (2003: 164) beberapa terhadap hal-hal sepele. ciri dari kecemasan adalah: 1) Kegelisahan, kegugupan Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar 3) Banyak berkeringat 4) Mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit menelan 5) Jantung berdebar keras berdetak kencang 6) Terdapat gangguan sakit perut atau mual 7) Wajah memerah dan terasa merasa sensitive atau mudah marah. b. Ciri-ciri Behavioral 1) Perilaku menghibu 2)Perilaku melekat dan dependen 3) Perilaku terguncang. 1) Khawatir tentang sesuatu Kecemasan kehilangan kontrol akan 3) Berfikir bahwa semuanya tidak bisa Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat kecemasan mahasiswa dalam melaksanakan proses layanan BK di sekolah lagi dikendalikan 4) Pikiran dan perbedaan kecemasan mahasiswa PLBKS di daerah dengan kota Padang dapat disimpulkan bahwa: 1. Kecemasan mahasiswa PLBKS dalam melaksanakan proses layanan BK di kota dilihat dari aspek fisiologis dan psikologis berada pada kategori cemas. 2. Kecemasan mahasiswa PLBKS dalam melaksanakan proses layanan BK di daerah dilihat dari aspek psikologis dan fisiologis berada pada kategori cukup cemas. 3. Adanya c. Ciri-ciri Kognitif 2) aduk KESIMPULAN a. Ciri Fisik 2) bercampur perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa PLBKS di kota Padang dan di daerah dilihat dari aspek psikologis. 4. Adanya perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa PLBKS di daerah dan di kota Padang dilihat dari aspek fisiologis. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi (2011) Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Daradjat, Zakiah (1982). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung. Isnaini, (2015) Nur Sari Nikmah dan Lestari Rini. Kecemasan pada Pengangguran Terdidik Lulusan Universitas. Jurna lFakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. No 1. Hlm 42-43. Mustika, Dyah Mustika. (2005). Kecemasan dan Strategi Coping Remaja Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan. Jurnal Program Psikologi, Fisip, Universitas Brawijaya. Hlm 5. Mukhayyaroh, Latifah. (1991) Kecemasan Menyusun Tugas Akhir Ditinjau Dari Berfikir Positif Pada Mahasiswa Program Studi DIII kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Semarang. Hlm 204. Putri, Anggia dan Budiani Santi Meita. (2012). Pengaruh Terhadap Perilaku Belajar pada Mahasiswa yang Bekerja. Jurnal Ilmiah. Kelelahan Emosional Riduwan.(2010). Skala pengukuran variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta Bandung.: S, Jeffrey. (2003). Psikologi Abnormal. Erlangga. Siska, dkk (2003).Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa. Jurnal Universitas Gajah Mada . 2. Hlm. 67-71. Sudrajad, Akhmad (2011). Mengatasi Masalah-Masalah Siswa Melalui Layanan Konseling Individual. Yogyakarta: Paramitra. Sugiyono. (2013). Statistika Penelitian. Bandung: Alfabeta. Syamdanidkk (2014).8 Keterampilan Dasar Mengajar. Padang: STKIP PGRI Sumbar Prees. Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Tinggi. Yusuf, Muri (2005). Metodologi Penelitian. Padang : UNP Press. Yusuf, Muri (2007). Metodologi Penelitian. Padang : UNP Press.