ISSN 1693 - 7309 JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN VOL. XV NO. 1, APRIL 2017 HAMBATAN YANG DIRASAKAN OLEH PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN PENCEGAHAN LUKA TEKAN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF Ristina Mirwanti, Hana Rizmadewi Agustina, Aan Nuraeni HUBUNGAN CEMAS DAN DEPRESI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) Aan Nuraeni, Ristina Mirwanti HUBUNGAN TINGKAT MORNING SICKNESS PADA IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER I DENGAN TINGKAT KECEMASAN SUAMI DI KELURAHAN WONOLOPO KECAMATAN MIJEN SEMARANG Menik Kustriyani, Priharyanti Wulandari, Ade Chandra PENGARUH SUBTYPE STROKE TERHADAP TERJADINYA DEMENSIA VASCULAR PADA PASIEN POST STROKE DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Refni Riyanto, Ageng Brahmadhi PERBANDINGAN RESIKO TERJADINYA RETIOPATI DIABETIK ANTARA PASIEN HIPERTENSI DAN NON HIPERTENSI YANG MENGIDAP DIABETES MELLITUS DI RSUD MAJENANG Yunia Annisa, M. Fadhol Romdhoni PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP TERJADINYA STROKE HEMORAGIK BERDASARKAN HASIL CT - SCAN KEPALA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO Soegimin Ardi Soewarno, Yunia Annisa HUBUNGAN ANTARA USIA KEHAMILAN TERHADAP KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Mustika Ratnaningsih Purbowati, Setya Dian Kartika STIGMA DAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) Ririn Nasriati Penerbit : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto ISSN 1693 - 7309 JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN VOL. XV NO. 1, APRIL 2017 Daftar Isi ARTIKEL PENELITIAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. HAMBATAN YANG DIRASAKAN OLEH PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN PENCEGAHAN LUKA TEKAN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF Ristina Mirwanti, Hana Rizmadewi Agustina, Aan Nuraeni HUBUNGAN CEMAS DAN DEPRESI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) Aan Nuraeni, Ristina Mirwanti HUBUNGAN TINGKAT MORNING SICKNESS PADA IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER I DENGAN TINGKAT KECEMASAN SUAMI DI KELURAHAN WONOLOPO KECAMATAN MIJEN SEMARANG Menik Kustriyani, Priharyanti Wulandari, Ade Chandra PENGARUH SUBTYPE STROKE TERHADAP TERJADINYA DEMENSIA VASCULAR PADA PASIEN POST STROKE DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Refni Riyanto, Ageng Brahmadhi PERBANDINGAN RESIKO TERJADINYA RETIOPATI DIABETIK ANTARA PASIEN HIPERTENSI DAN NON HIPERTENSI YANG MENGIDAP DIABETES MELLITUS DI RSUD MAJENANG Yunia Annisa, M. Fadhol Romdhoni PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP TERJADINYA STROKE HEMORAGIK BERDASARKAN HASIL CT - SCAN KEPALA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO Soegimin Ardi Soewarno, Yunia Annisa HUBUNGAN ANTARA USIA KEHAMILAN TERHADAP KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Mustika Ratnaningsih Purbowati, Setya Dian Kartika STIGMA DAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) Ririn Nasriati 1–9 10 – 16 17 – 22 23 – 30 31 – 38 39 – 46 47 – 55 56 – 65 MEDISAINS JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN ISSN : 1693-7309 Pelindung: Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Penasehat: Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Pemimpin Umum: Dedy Purwito Pemimpin Redaksi: Ragil Setiyabudi Editorial Alhamdulillah dengan mengucap syukur kepada Allah SWT Jurnal Medisains Vol 15, No 1, April 2017 dapat terbit. Pada terbitan ini kami mempublikasikan judul dan penulis sebagai berikut; Hambatan yang dirasakan oleh Perawat dalam Melaksanakan Pencegahan Luka Tekan Di Ruang Perawatan Intensif (Ristina Mirwanti, Hana Rizmadewi Agustina, Aan Nuraeni), Hubungan Cemas dan Depresi pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner (Aan Nuraeni, Ristina Mirwanti), Morning Sickness pada Ibu Hubungan Tingkat Primigravida Trimester I dengan Tingkat Kecemasan Suami di Kelurahan Wonolopo Redaktur Pelaksana: Sodikin, Siti Nurjanah, Agus S, Jebul Suroso, Diyah YH, Endiyono, Wilis DP. Kecamatan Mijen Semarang (Menik Kustriyani, Priharyanti Sekretariat: Meida Laely Ramdani Inggar Ratna Kusuma Stroke Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (Refni Keuangan: Alfi Noviyana Wulandari, Ade Chandra), Pengaruh Subtype Stroke terhadap terjadinya Demensia Vascular pada Pasien Post Riyanto, Ageng Brahmadhi), Perbandingan Resiko Terjadinya Retiopati Diabetik antara Pasien Hipertensi dan Non Hipertensi yang mengidap Diabetes Mellitus di RSUD Periklanan dan Promosi: Bunyamin Muchtasjar Majenang (Yunia Annisa, M. Fadhol Romdhoni), Pengaruh Distribusi dan Pemasaran: Devita Elsanti Rr. Dewi Rahmawati AP berdasarkan Hasil CT - Scan Kepala di Instalasi Radiologi Alamat Redaksi: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Let. Jend. Suparjo Rustam KM. 7 Sokaraja 53181 Telp. 0281-6844052, 6844053 Fax.(0281) 6844052 Web & E-mail: http://jurnalnasional.ump.ac.id/ index.php/medisains [email protected] Hipertensi RSUD terhadap Prof. Dr. terjadinya Margono Stroke Hemoragik Soekarjo(Soegimin Soewarno, Yunia Annisa), Hubungan Ardi antara Usia Kehamilan terhadap Kejadian Plasenta Previa di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (Mustika Ratnaningsih Purbowati, Setya Dian Kartika), Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (Ririn Nasriati) Redaksi MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan diterbitkan tiga kali dalam setahun (April, Agustus dan Desember) oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jurnal ini merupakan sarana penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, riset dan pengabdian masyarakat serta pemikiran ilmiah dalam bidang kedokteran, keperawatan, kebidanan, analis kesehatan dan kesehatan masyarakat. STIGMA DAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) Ririn Nasriati1 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email: [email protected] ABSTRAK Latar belakang: Gangguan jiwa adalah penyakit kronis yang membutuhkan proses panjang dalam penyembuhannya. Proses pemulihan dan penyembuhan pada orang dengan gangguan jiwa membutuhkan dukungan keluarga untuk menentukan keberhasilan pemulihan tersebut. Adanya stigma yang negatif terhadap ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dan keluarganya menyebabkan ODGJ dan keluarganya akan terkucilkan. Pada keluarga, stigma akan menyebabkan beban psikologis yang berat bagi keluarga penderita gangguan jiwa sehingga berdampak pada kurang adekuatnya dukungan yang diberikan oleh keluarga pada proses pemulihan ODGJ. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan stigma dengan dukungan keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa. Metode: Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang merawat orang dengan gangguan jiwa di desa Nambangrejo sejumlah 25 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang merawat orang dengan gangguan jiwa dengan jumlah 25 orang. Hasil : Hasil penelitian didapatkan stigma tinggi sejumlah 13 responden (52%) dan stigma rendah sejumlah 12 responden (47%). Sedangkan dukungan baik sejumlah 10 responden (40%) dan dukungan buruk sejumlah 15 responden (60%). Uji statistik dengan Fisher Exact didapatkan ada hubungan antara stigma dengan dukungan keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa dengan (p value=0,0082). Kesimpulan : stigma pada keluarga berhubungan dengan dukungan keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa sehingga perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi gangguan jiwa di masyarakat untuk meminimalkan stigma keluarga yang tinggi. Kata Kunci : stigma keluarga, dukungan keluarga, orang dengan gangguan jiwa PENDAHULUAN (pemulihan). Gangguan jiwa merupakan salah satu Proses pemulihan dan penyembuhan dari masalah kesehatan terbesar selain pada penyakit degeneratif, kecelakaan. orang dengan gangguan jiwa kanker dan membutuhkan dukungan keluarga untuk jiwa juga menentukan Gangguan keberhasilan merupakan masalah kesehatan yang serius tersebut. karena jumlahnya yang terus mengalami terhadap ODGJ (Orang Dengan Gangguan peningkatan. Selain itu gangguan jiwa Jiwa) adalah penyakit kronis yang membutuhkan ODGJ dan keluarganya akan terkucilkan. proses panjang dalam penyembuhannya. Pada keluarga, stigma akan menyebabkan Pengobatan beban psikologis yang berat bagi keluarga di penyembuhan rumah sakit sementara, adalah selanjutnya Adanya dan penderita stigma pemulihan keluarganya gangguan negatif menyebabkan jiwa berdampak komunitas dan komunitas yang bersifat dukungan yang diberikan oleh keluarga terapeutik pada proses pemulihan ODGJ. penderitanya mampu mencapai tahap membantu recovery Hasil Riset kurang sehingga penderita gangguan jiwa harus kembali ke akan pada yang adekuatnya Kesehatan MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 56 Dasar Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) (Riskesdas) tahun 2007 terdapat 0,46 menyebabkan perilaku pencarian bantuan persen dari total populasi Indonesia atau menjadi tertunda (Lefley, 1996). Keluarga setara dengan 1. 093. 150 jiwa penduduk yang memiliki anggota yang mengalami Indonesia gangguan berisiko tinggi mengalami kejiwaan akan selalu skizofrenia (Susanto,2013). Berdasarkan mendapatkan perhatian yang lebih dari Riskesdas tahun 2007 dan 2013 dinyatakan tetangga sekitar. Stigma yang seperti inilah bahwa prevalensi gangguan jiwa berat di yang yang dapat memperparah gangguan Indonesia masing-masing sebesar 4,6 per tersebut karena Orang Dengan Gangguan mil dan 1,7 per mil. Pada tahun 2007 Jiwa Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI dukungan dari keluarga untuk membantu Jakarta (20,3‰) dan terendah terdapat di proses penyembuhan penyakitnya. (ODGJ) sangat membutuhkan Provinsi Maluku (0,9‰). Sedangkan pada Stigma yang negative akan berdampak tahun 2013 prevalensi tertinggi di Provinsi pada kurangnya dukungan yang diberikan DI oleh Aceh, dan terendah di Provinsi Kalimantan Barat. keluarga sehingga keluarga melakukan tindakan pemasungan pada Data dari dinas kesehatan kabupaten ODGJ. Pemasungan terhadap penderita Ponorogo jumlah penderita gangguan jiwa gangguan jiwa masih banyak terjadi, di pada tahun 2010 sebanyak 2.301 orang, mana sekitar 20. 000 hingga 30. 000 sedangkan pada tahun 2014, penderita penderita gangguan skizofrenia mencapai 2561 jiwa. Pada data Indonesia mendapat tersebut menyebutkan bahwa daerah yang manusiawi dengan yang skizofrenia (Purwoko, 2010). kecamatan menunjukkan bahwa ada 14,3 persen RT Sukorejo hingga mencapai 202 jiwa, diikuti atau sekitar 237 RT dari 1. 655 RT yang oleh Jambon yang berjumlah 177 jiwa, dan memiliki tangga yang Balong 164 jiwa. mengalami gangguan jiwa berat yang memiliki terbanyak Finzen penderita terdapat (dikutip pada oleh Schultz anggota dan dipasung. Angermeyer, 2003) menyebut stigmatisasi METODE sebagai ’penyakit kedua,’ yaitu sebuah jiwa di seluruh perlakuan cara dipasung Riskesdas rumah tidak 2013 Desain penelitian ini adalah korelasi. penderitaan tambahan yang tidak hanya Pada dirasakan oleh penderita, namun juga mengidentifikasi hubungan antara stigma dirasakan oleh anggota keluarga. Stigma dengan dukungan keluarga dalam merawat sendiri diartikan sebagai “label” yang pada orang dengan gangguan jiwa. Sampel banyak hal mengarah untuk merendahkan dalam penelitian ini keluarga yang merawat orang lain (Johnstone, 2001). Dampak orang merugikan termasuk berjumlah 25 orang selama Bulan Juni esteem, perpecahan tahun 2016 dengan teknik sampling dalam kehilangan dalam dari self hubungan sosial,rasa malu; stigmatisasi kekeluargaan, yang penelitian dengan ini bertujuan gangguan jiwa untuk yang isolasi penelitian ini menggunakan total sampling. akhirnya Variabel penelitian meliputi stigma keluarga MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 57 Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan dukungan keluarga. sosial dan resisten stigma. Dukungan Instrumen penelitian untuk mengukur keluarga diukur menggunakan kuesioner. stigma menggunakan alat ukur Internalized Analisis Stigma of Mental Illness (ISMI) scale, yang untuk karakteristik responden menggunakan prosentase dirancang untuk mengukur pengalaman sedangkan analisis bivariat untuk subyektif dari stigma. Skala ISMI terdiri dari mengetahui hubungan stigma dengan 5 dukungan item yaitu keterasingan, dukungan stereotype, persepsi diskriminasi, penarikan univariat keluarga menggunakan uji statistik fisher exact. HASIL Tabel 1. Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden berdasarkan, jenis kelamin,usia pendidikan, pekerjaan, lama merawat, pendapatan keluarga, gangguan jiwa yang menonjol, tempat mencari bantuan, informasi gangguan jiwa (n=25) Variabel Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 Pendidikan SD SMP Pekerjaan Petani Swasta Lama menderita Gangguan jiwa <1 tahun 1-3 tahun >3 tahun Pendapatan <1.200.000 >1. 200.000 Gangguan Jiwa yang menonjol Ngamuk Menyendiri Mendengar suara Mondar-mandir Tempat Mencari bantuan Medis Non Medis Informasi tentang gangguan jiwa Pernah Tidak pernah Hasil penelitian menunjukkan Persentase (%) 68 32 4 24 28 24 12 8 72 28 68 32 4 96 96 4 16 36 12 36 48 52 60 40 jenis kelamin responden sebagian besar (68%) lak-laki, Usia rata-rata 41-50 tahun (28%) tahun, Pendidikan hampir seluruhnya (72%) MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 58 Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) SD, pekerjaan sebagian besar(68%) petani, mandir, temapt mencari bantuan medis Lama menderita gangguan jiwa hampir sebagian besar (52%) non medis, dan seluruhnya gejala informasi tentang gangguan jiwa sebagian hampir besar (60%) pernah mendapat informasi gangguan (96%) jiwa > yang 3 tahun, menonjol setengahnya (36%) Menyendiri dan monda- tentang gangguan jiwa Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stigma pada keluarga penderita gangguan Jiwa di Desa Nambangrejo Stigma Tinggi Rendah Jumlah Frekuensi 13 12 25 Persentase 52 48 100 Berdasarkan tabel 12 di atas menunjukkan bahwa dari 25 responden, sebagian besar ( 52%) atau 13 responden keluarga penderita gangguan jiwa mengalami stigma tinggi. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan keluarga penderita gangguan Jiwa di Desa Nambangrejo Dukungan Baik Buruk Jumlah Frekuensi 10 15 25 Persentase 40 60 100 Berdasarkan tabel 13 di atas menunjukkan bahwa dari 25 responden, sebagian besar (60%) atau 15 responden memberikan dukungan yang buruk pada penderita gangguan jiwa. Tabel 4. Crosstabulation stigma dengan dukungan keluarga penderita gangguan Jiwa di Desa Nambangrejo Dukungan Stigma Tinggi Rendah Total Buruk f(%) 10(76,9) 5(41,7) 15(60) Baik f(%) 3(23,1) 7(58,3) 10(40) Total p value 13(100) 12(100) 25(100) 0,0082 Berdasarkan tabel diatas menunjukkkan statistik menggunakan uji Fisher Exact bahwa dari 25 responden, 10 responden didapatkan nilai p = 0,0082dimana α= 0,05 (76,9%) sehingga p value < dari α maka Ho ditolak, mengalami stigma tinggi dengan dukungan artinya buruk, 3 (23,1%) responden dengan dukungan pada keluarga penderita mengalami stigma tinggi dengan dukungan baik, 5 responden (41,7%) mengalami (58,3%) mengalami hubungan antara stigma gangguan jiwa. stigma rendah dengan dukungan buruk dan 7 responden ada stigma PEMBAHASAN a. Stigma pada keluarga orang dengan gangguan jiwa rendah dengan dukungan buruk. Hasil uji MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 59 Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan oleh keluarga. Orang dengan tingkat data bahwa sebagian besar (52 %) atau 13 dukungan sosial tinggi mengalami stigma responden mengalami stigma tinggi. Stigma lebih rendah. (Yiyin etal, 2014). Magana et yang dirasakan oleh keluarga merupakan al, beban terbentuknya stigma pada keluarga juga di yang mengganggu keluarga. 2007 menyampaikan Didalam stigma terdapat tiga sumber yaitu dukung skizoprenia yang masalah dialami oleh penderita gangguan jiwa. pengetahuan masalah sikap (prasangka) dan masalah perilaku (diskriminasi) al,2007). oleh (kebodohan), (Thornicroffh et Perasaan malu yang dirasakan keluarga terbentuknya berperan stigma pada dalam keluarga. oleh gejala bahwa Gejala negatif dari skizoprenia inilah yang turut berperan dalam terbentuknya stigma pada keluarga. Pada didapatkan data penelitian hampir stengah (36%) gejala gangguan jiwa yang dialami oleh Keluarga yang merasakan stigma tinggi penderita akan menghindari dan menyembunyikan peningkatan aktivitas motorik. hubungan keluarga keluarga yang dengan menderita anggota penderita ini gangguan jiwa adalah Stigma tinggi yang dirasakan oleh keluarga akan berdampak pada gangguan jiwa (Magana et al, 2007). peningkatan Adanya perasaan takut terhadap label meningkatnya penderita gangguan jiwa yang dirasakan terhadap kualitas hidup serta depresi oelah keluarga akan mengakibatkan dalam Yiyin etal, 2014, keengganan Resiko depresi yang dialami oleh keluarga kesehatan untuk mental mengakui dan masalah keluarga, dan berpengaruh stress ( Magana, et al, 2007). akan karena faktor stigma ini di dukung oleh menggunakan mekanisme koping tertentu tingkat pendidikan keluarga yang tergolong seperti rendah. merahasiakan keluarga beban serta menolak Tingkat sehingga berdampak pada terlambatnya dalam pencarian pengobatan yang dilakukan oleh (72%) keluarga (Franz et al, 2010). Meskipun Wrigley et al. (2005) menyatakan bahwa pendidikan penelitian ini responden hampir seluruhnya ini tergolong rendah yaitu SD. dalam mengidentifikasi penelitian gejala ini tidak depresi yang konsekuensi sosial yang negatif terkait dialami oleh keluarga namun hal ini perlu dengan dapat mendapat perhatian karena beban yang untuk dirasakan oleh keluarga akibat stigma mengakui masalah kesehatan mental, yang dapat menimbulkan depresi dan stigma mungkin memiliki implikasi langsung untuk tinggi yang dirasakan oleh keluarga akan perilaku mencari bantuan. menimbulkan kondisi mengakibatkan menyebabkan gangguan jiwa keengganan Stigma dapat hambatan, yang gilirannya dapat keterlambatan pengobatan. pada mengakibatkan menyebabkan deskriminasi isolasi dan sehingga menyendiri (Ching et al,2016). Dukungan Ching et al (2016) menemukan bahwa berhubungan sekitar 40% dari penderita skizofrenia dan dengan pengalaman stigma yang dirasakan keluarga mereka percaya bahwa penyebab sosial secara signifikan MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 60 Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) schizophrenia terkait dengan fenomena dan supra natural. Hal ini juga diperkuat oleh penyakit gangguan jiwa yang diterima Pascolido et al (2013) bahwa terbentuknya penderita gangguan jiwa merupakan salah stigma negatif berkaitan dengan keyakinan satu dan budaya yang menganggap gangguan psikologis pada keluarga. Perasaan malu jiwa karena roh jahat. Pada penelitian ini yang ditemukan bahwa sebagian besar (52 %) menyebabkan keluarga mengalami harga keluarga mencari bantuan ke non medis diri rendah sehingga keluarga mengisolasi untuk mengatasi gejala gangguan jiwa yang dan mengasingkan dialami Ini jiwa ( Magana et al, 2007). Salah satu membuktikan bahwa keyakinan gangguan bentuk dukungan yang diberikan keluarga jiwa karena roh jahat atau supranatural kepada penderita gangguan jiwa adalah masih cukup tinggi dimasyarakat sehingga dukungan instrumental yang dapat diartikan turut berperan dalam terbentuknya stigma sebagai negatif pada penderita gangguan jiwa dan pemberian bantuan berdampak kesehatan. Kurangnya oleh anggota pada keluarganya. stigma tingi yang pendapatan faktor keluarga. yang Diagnosa menimbulkan dirasakan beban keluarga akan penderita gangguan keterlibatan keluarga pada dalam pelayanan dukungan dari dirasakan oleh keluarga. keluarga akan berdampak penundaan dan b. Dukungan keluarga pada penderita keterlambatan gangguan jiwa bahwa memberikan bantuan ke pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data mencari Tingkat pendidikan keluarga sebagian besar (60%) berpengaruh terhadap dukungan buruk dukungan buruk dalam keluarga dalam merawat penderita merawat penderita gangguan jiwa. Menurut gangguan jiwa. Hampir seluruhnya (72%) Friedman (2010) dukungan keluarga terdiri tingkat pendidikan keluarga adalah SD. dari Status tingkat pendidikan rendah kurang dan memiliki informasi cukup dukungan penilaian. Dukungan keluarga dengan pengetahuan dapat perawatannya dukungan informasi, instrumental, dukungan menjadi dukungan emosional faktor yang sangat yang terkait penyakit dalam dan memberikan berpengaruh dalam menentukan keyakinan dukungan keluarga. Menurut Lueckenotte dan nilai kesehatan individu serta dapat (2000), juga seseorang memenuhi tentang program bahwa tingkat dapat pengobatan yang mereka terima. Keluarga kemampuan juga memberikan dukungan dan membuat informasi,menyelesaikan keputusan berperilaku mengenai perawatan pendidikan mempengaruhi untuk baik. menyerap masalah, Pendidikan dan rendah darianggota keluarga yang sakit (Niven, berisiko ketidakmampuan dalam merawat 2002). Dukungan buruk dalam merawat kesehatannya anggota Magana et al (2007) tingkat pendidikan keluarga yang menderita yang (WHO, rendah 2003). Menurut gangguan jiwa disebabkan oleh beberapa keluarga juga faktor yaitu tingkat pendidikan, lama sakit berpengaruh terhadap kejadian depresi MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 61 akan Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sehingga akan berpengaruh terhadap dukungan buruk keluarga. yang perawatannya. relatif Dari luas daripada wanita, dan menggunakan strategi coping yang lebih Penderita gangguan jiwa membutuhkan waktu lebih lama hasil dalam penelitian efektif seperti problem solving (Sharma et al,2016), namun dukungan dalam dalam memberikan merawat penderita didapatkan data hampir seluruhnya (96%) gangguan jiwa, perempuan lebih sabar dan menderita gangguan jiwa lebih dari 3 tahun. telaten. Menurut Magana et al (2007) keluarga terhadap dukungan buruk keluarga. Selain penderita itu perempuan memiliki jaringan sosial lebih gangguan jiwa beresiko Hal mengalami stres dan tekanan psikologis besar karena beban memberikan yang dirasakan ketika inilah dan yang sumber berpengaruh lainnya dukungan yang informasi, merawat penderita gangguan jiwa. Tekanan sedangkan laki-laki yang kurang memiliki psikologis yang dialami oleh keluarga akan akses ke formal (Sharma et al, 2016). berpengaruh terhadap buruknya dukungan keluarga dalam merawat penderita Faktor penghasilan mempengaruhi juga dukungan buruk gangguan jiwa terutama pada dukungan keluarga. Status ekonomi seseorang akan emosional. menentukan Sharma et al (2016) menyebutkan ada perbedaan gender dalam memberikan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan perawatan yang dilakukan oleh keluarga mempengaruhi pada penderita gangguan jiwa. Menurut (Notoatmodjo, 2010). Santrock (2007) terdapat perbedaan sosio- dalam emosional antara laki-laki dan perempuan, mempengaruhi dukungan salah satunya perempuan memiliki regulasi diri yang lebih faktor sosio ekonomi yakni Semakin tinggi baik dalam berperilaku, serta lebih banyak tingkat ekonomi seseorang biasanya ia terlibat dalam perilaku prososial. Menurut akan lebih cepat tanggap terhadap gejala Purnawan (2008) dalam Rahayu (2008) penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan seseorang mencari segera mencari pertolongan ketika merasa dukungan dan persetujuan dari kelompok ada gangguan pada kesehatannya. Hasil sosialnya, hal ini akan mempengaruhi penelitian menunjukkan hampir seluruhnya keyakinan (96%) biasanya kesehatan akan dan cara dukungan Rahayu mempunyai seseorang Purnawan (2008) (2008) faktor penghasilan yang < Rp. pelaksanaanya. Karena perempuan lebih 1.200.000. Upah minimum regional (UMR) banyak berkumpul dengan kelompok sosial tahun 2015 di Kabupaten Ponorogo adalah yang lain mereka dapat bertukar informasi, Rp. 1.150.000. Faktor sosial ekonomi disini sehingga meliputi perempuan lebih bisa tingkat pendapatan atau memberikan dukungan yang baik. Dalam penghasilan keluarga klien, semakin tinggi penelitian ini sebagian besar responden tingkat (68%) berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki memberikan dukungan dan pengambilan memiliki kemampuan mengatasi masalah keputusan ekonomi dalam keluarga akan merawat MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 62 lebih anggota Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) keluarga mengalami jiwa. gangguan jiwa (Magana et al, 2007). Keluarga dengan kelas sosial ekonomi Kondisi tersebut berdampak pada buruknya yang akan dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga keluarga. Dukungan emosional mencakup keluarga ungkapan berlebih mempunyai yang gangguan secara tingkat finansial dukungan memadai,Penghasilan simpati, dan merupakan salah satu wujud dari dukungan kepedulian intrumental yang akan digunakan dalam 2010). mencari pelayanan kesehatan jiwa dalam emosional tersebut tidak akan diberikan merawat anggota keluarga yang mengalami oleh keluarga karena keluarga gangguan jiwa (Friedman, 2010). Selain itu keluarga dengan penderitagangguan jiwa. dengan upah keluarga yang dibawah kepada perhatian pasti akan lebih sering diluar rumah perpecahan untuk bekerja dari pagi hingga sore hari kekeluargaan, sehingga berdampak pada kurangnya yang dukungan pencarian kepada penderita gangguan jiwa. c. Hubungan Stigma dengan didapatkan hubungan kehilangan self dalam isolasi akhirnya esteem, hubungan sosial,rasa menyebabkan bantuan menjadi malu; perilaku tertunda al.,(2014) menyebutkan bahwa keluarga yang Hasil uji statistik menggunakan Exact dukungan (Lefley, 1996). Hasil penelitian Yiyin et Dukungan Keluarga Fisher bentuk Dampak merugikan dari stigmatisasi termasuk diberikan (Friedman, Berbagai UMR (upah minimum regional) keluarga yang individu nilai p mengalami stigma tinggi tidak uji mendapat dukungan dari teman dan orang = terdekat. Pengalaman diskriminasi yang 0,0082dimana α= 0,05 sehingga p value < dialami dari α maka Ho ditolak, artinya ada memperparah stigma yang dialami oleh hubungan antara stigma dengan dukungan keluarga, sebaliknya adanya keluarga sosial dalam merawat penderita gangguan jiwa. oleh akan dialami Atribut yang melekat pada penderita keluarga menurunkan oleh memberikan akan dukungan stigma keluarga dampak semakin pada yang sehingga dukungan gangguan jiwa termasuk adanya keyakinan keluaarga kepada anggota keluarganya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh hal- yang mengalami gangguan jiwa. hal supra natural dan gejala negatif dari Keterlambatan pencarian bantuan ke skizoprenia berpengaruh terhadap stigma pelayanan kesehatan karena stigma tinggi tinggi yang dialami keluarga yang merawat yang penderita gangguan jiwa. Stigma tinggi menunjukkan pada intrumental yang diberikan oleh keluarga. keluarga menimbulkan beban psikologis yang cukup besar . Keluarga Dukungan yang makanan merasakan menghindari hubungan keluarga stigma dan keluarga yang tinggi akan menyembunyikan dengan menderita dirasakan oleh kurangnya intrumental keluarga dukungan dapat berupa maupun obat-obatan. Stigma tinggi yang dirasakan keluarga merupakan anggota faktor penghambat untuk dapat mengakses penderita pelayanan kesehatan. Hal ini di dukung MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 63 Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan adanya dan Stigma yang dialami keluarga sebagian keyakinan terhadap penyebab gangguan besar tinggi dan dukungan yang diberikan jiwa keluarga dalam merawat orang dengan karena kepercayaan fenomena (Hawari,2001). supranatural Keyakinan faktor gangguan jiwa sebagian besar memberikan supranatural sebagai penyebab gangguan dukungan buruk dan ada hubungan antara jiwa berdampak pada kurangnya dukungan stigma dengan dukungan keluarga dalam instrumental oleh keluarga, hal ini didukung merawat penderita gangguan jiwa. Petugas dengan hasil penelitian yang menunjukkan kesehatan sebagian besar (52%) tempat pencarian pendidikan kesehatan kepada masyarakat pengobatan ke non medis. tentang gangguan jiwa sehingga stigma Faktor lain yang menunjukkan adanya hubungan keluarga stigma adalah dengan faktor hendaknya tinggi yang dirasakan oleh keluarga tidak dukungan berdampak terhadap dukungan keluarga pendidikan. dalam memberikan perawatan pada orang Pengalaman stigma tinggi keluarga lebih dengan gangguan jiwa. dirasakan pada DAFTAR PUSTAKA pendidikan rendah keluarga (Yiyin dengan et al,2014). Tingkat pendidikan merupakan prediktor kuat terhadap sosial ekonomi seseorang. Hasil penelitian seluruhnya (72%) menunjukkan hampir responden dengan pendidikan SD dan hampir seluruhnya (96%) dengan 1.200.000. meliputi pendapatan Rp. < Faktor sosial ekonomi disini tingkat pendapatan atau penghasilan keluarga klien, semakin tinggi tingkat ekonomi keluarga akan lebih memberikan dukungan dan pengambilan keputusan dalam merawat orang dengan gangguan jiwa. Keluarga dengan kelas sosial ekonomi yang berlebih secara finansial akan mempunyai tingkat dukungan keluarga yang memadai. Penghasilan keluarga merupakan salah satu wujud dari dukungan intrumental yang akan digunakan dalam mencari pelayanan kesehatan jiwa dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan 2010). SIMPULAN DAN SARAN jiwa memberikan (Friedman, Bina Jiwa. (2015).Edisi 19. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Boyd formerly Ritsher, Jennifer E (2003), Internalized stigma of mental illness: psychometric properties of a new measure, Psychiatry Research 121, www.elsevier.com/locate/psychres Buckles, dkk. (2008). Beyond Stigma and Discrimination : Challenges for Social Work Practice in Psychiatric Rehabilitation and Recovery, Journal of Social Work in Disability & Rehabilitation, vol. 7, no. 3, hal. 232283 Ching Wu.H, Chen. F. (2016). Sociocultural Factors Associated with CaregiverPsychiatrist Relationship in Taiwan Psychiatry Investig. Psikiatri Investig. 13 (3): 288-296 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses tanggal 14 Agustus 2016 Hawari.D .(2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Gaya Baru. Jakarta Friedman,M (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Ed 3, Jakarta:EGC Friedman, M.M, Bowden, O & Jones,M,(2010). n Keluarga: teori dan praktek: alih bahasa,Achir Yani S,Hamid…(et al): editor edisi bahasa Indonesia, Estu Tiar, Ed.5,Jakarta:EGC Franz.L, Carter T, Leiner A.S, Bergner. E. (2010) . Stigma and treatment delay in first-episode psychosis: a grounded MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 64 Ririn Nasriati | Stigma dan Dukungan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) theory study. Early Interv Psychiatry. 4(1): 47–56. http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses tanggal 14 Agustus 2016 Ienciu.M, Romoşan.M, Bredicean.C. (2010). First Episode Psychosis And Treatment Delay-Causes and Consequences. Psychiatria Danubina. Vol. 22, No. 4, pp 540–543. dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses tanggal 14 Agustus 2016 Kementerian Kesehatan RI. 2010. Menuju Indonesia Bebas Pasung. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Terdeia pada: http://www.depkes.go.id/index.php/beri ta/press-release/1242-menujuindonesia Kementerian Kesehatan RI. (2013). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Link, dkk. (2001). The Consequences of Stigma for the Self Esteem people with Mental Illness,Psychiatric Services, vol. 52, no. 12, hal. 1621-1626 Magaña.SM, García. R. (2007). Psychological Distress Among Latino Family Caregivers of Adults With Schizophrenia: The Roles of Burden and Stigma. Psychiatr Serv. 58(3): 378–384. Dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses tanggal 15 Agustus 2016 Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rika Cipta Rahmi, Anita. (2008). Stigma Gangguan Jiwa Perspektif Kesehatan Mental Islam. Skripsi . Sherman, Patricia. (2007). Stigma, Mental Illness, and Culture, Paper Presentation on April 3,2007.Availablet www.healingispossible.com Smith, A & Casswell, C. (2010). Stigma and Mental Illness : Investigating Attitudes of Mental Health and Non-Mental Health Professionals and Trainees, Journal of Humanistic Counselling, Education and Development, vol. 49, no. 2, hal. 189-202 Sharma N, Chakrabarti S, Grover S. (2016). Gender differences in care giving among family – caregivers of people with mental illnesses. World J Psychiatr, 22; 6(1): 7-17 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses tanggal 14 Agustus 2016 WHO. (2009). Improving Health Systemand Service for Mental Health: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data Yin,Y, Zhang,W, Hu..Z. (2014). Experiences of Stigma and Discrimination among Caregivers of Persons with Schizophrenia in China: A Field Survey. PLOS ONE . Volume 9 Issue 9. http://www.ncbi.nlm.nih.gov. diakses tanggal 14 Agustus 2016 MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 | Halaman 65