BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Vokasional 1. Definisi Kematangan Vokasional Dali Gulo (1982) mengemukakan bahwa kematangan adalah proses atau pertumbuhan dan perkembangan fisik yang disertai dengan perubahan-perubahan tingkah laku. Pengertian vokasional (vocational) diartikan sebaagai kejuruan. Chaplin (2000) mengartikan kematangan sebagai suatu hasil akhir dari perubahan-perubahan perilaku. Dan vocation di artikan dengan cara seseorang untuk mendapatkan penghasilan. Menurut Tielduman dan O’hang (dalam ratnasari, 2009) vokasional adalah proses perkembangan dan berhubungan dengan memilih, memasuki, dan kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam pendidikan dan pekerjaan. Menurut Super (dalam purwandari, 2009) mendefinisikan kematangan vokasional sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Super menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang adekuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. 13 14 2. Tugas perkembangan Vokasional Havighurst (dalam Hurlock, 1978) mendefinisikan tugas perkembangan sebagai suatu tugas yang timbul pada suatu periode atau masa tertentu dalam kehidupan seseorang. Tugas perkembangan tersebut di pusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanakkanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Delapan tugas perkembangan pada masa remaja antara lain : a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. b. Mencapai peran sosial pria dan wanita. c. Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. e. Mencapai kemadirian emosional dari orang tua dan dewasa lainnya. f. Mempersiapkan karir ekonomi g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. h. Memperoleh peringkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ediologi. Dari tugas-tugas perkembangan di atas, salah satu tugas perkembangan yang penting adalah mempersiapkan karir ekonomi yang di fokuskan pada perencanaan dan persiapan akan suatu pekerjaan. Tugas perkembangan ini sering di sebut dengan tugas perkembangan vokasional. Havighurst ( dalam Nogroho, 2009) menjelaskan tugas perkembangan vokasional pada remaja adalah kemampuan untuk 15 menanamkan kebiasaan-kebiasaan dasar dalam bekerja dengan jalan belajar, mengorganisaikan energi untuk menyelesaikan suatu tugas pekerjaan sekolah, pekerjaan sehari-hari, dan belajar menomorsatukan pekerjaan dari keinginan untuk bermain. Sedangkan super (dalam Nugroho, 2009) perkembangan vokasional remaja pada sikap melakukan pemantapan pilihan-pilihan pekerjaan sehingga remaja memformulasikan pendapatnya tentang pekerjaan yang sesuai untuk dirinya. Selain itu, seorang remaja juga mulai membuat pilihan pekerjaan yang tepat. Pada tahap ini remaja mulai mencari informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, yang sesuai dengan minat, kemampuan dan kesempatan yang ada. Sejalan dengan Super, menurut Tiedeman dan O’Hara (dalam Nugroho, 2009) mengungkapkan bahwa perkembangan vokasional merupakan proses perkembangan diri seseorang yang berhubungan dengan memilih, memasuki, dan mencapai kemajuan-kemajuan yang terjadi dalam bidang pendidikan dan pekerjaan. Ginzberg (dalam Nugroho, 2009) menjelaskan tugas perkembangan vokasional pada masa remaja yaitu : a. Mempertimbangkan faktor-faktor pribadi yang bersifat subyektif seperti minat, kemampuan dan nilai-nilai. b. Mulai mempertimbangkan nilai-nilai yang di miliki dan memcari bidang pekerjaan atau kegiatan yang memungkinkan mereka mengekspresikan nilai-nilai tersebut. 16 c. Muncul minat untuk dapat berguna bagi orang lain. d. Mulai mengambil keputusan khusus tentang pekerjaan di masa depan. e. Mencari lingkungan baru di luar rumah guna mengekspresikan minat dan menguji keahliannya. f. Dapat menemukan jalan untuk melaksanakan pilihan-pilihan yang telah di buat. g. Dapat mengevaluasi pengalaman dan umpan balik yang di terima dari orang lain. Dari beberapa penjelasan mengenai perkembangan vokasional di atas maka dapat di simpulkan bahwa perkembangan vokasional adalah sikap untuk mempersiapkan diri dalam memasuki pekerjaan dengan jalan memilih pekerjaan yang sesuai dengan dirinya yaitu sesuai dengan minat, kebutuhan, kemampuan, kesempatan yang ada dan mulai mencari informasi tentang pekerjaan yang akan di pilihnya. Ketika individu telah menguasai dan menjalankan tugas-tugas perkembangan vokasionalnya maka individu tersebut di katakan telah mempunyai kematangan vokasional Anastasia (dalam Nugroho, 2009). Proses perkembangan vokasional menurut Super (dalam Santrock, 2003) terbagi dalam lima tahap yang berbeda yaitu: 1. kristalisasi, sekitar usia 14-18 tahun. Pada tahap ini remaja membangun gambaran tentang kerja yang masih tercampur dengan konsep diri mereka secara umum yang telah ada. 17 2. spesifikasi, usia 18-21 tahun. Remaja mempersempit pilihan karir mereka, mencari informasi, dan mulai mengarahkan tingkah laku untuk bidang karir tertentu 3. Implementasi, usia 21-25. Orang dewasa muda menyelesaikan masa sekolah dan pelatihannya, lalu menapaki dunia kerja. 4. Tahap establishment, seseorang berusia 25-35 tahun merupakan masa pengambilan keputusan mengenai karir tertentu. 5. Konsolidasi (Usia 31-45 tahun) merupakan masa untuk memajukan karir mereka dan akan mencapai posisi yang lebih tinggi. Konsep umum perkembangan vokasional menurut Super (dalam sukardi, 1984) ada sepuluh konsep yaitu : a) Perbedaan-perbedaan individu (individual differences). Tiap-tiap orang memiliki perbedaan individual, ini telah secara luas di terima oleh psikologi vokasional dan pendidikan dewasa ini. Rintangan ciriciri kepribadian yang demikian luasnya baik yang terdapat dalam diri individu itu sendiri maupun antar individu. b) Pola-pola kemampuan kerja (occupational ability pattern). Setiap individu akan menemukan pilihan pekerjaan yang sesuai dengan polapola kepribadiannya. c) Pola identifikasi dan peranan model yang di peroleh (identification and the role of models) peranan orang tua serta orang dewasa memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk arah minat karir dan konsep diri anak. 18 d) Tingkatan-tingkatan kehidupan (life stages), tingkatan-tingkatan kehidupan mempengaruhi arah pilihan jabatan dan penyesuaian diri pada setiap individu. e) Kontinuitas penyesuaian (continuity of adjustment). Individu-individu baik remaja maupun pemuda dalam kehidupan-kehidupan sehari-hari selalu melihat kenyataan sebagai gambaran atau penjelasan proses kompromi antara konsep diri dengan realitas (kenyataan. f) Pola karir (career pattern). Pola karir pada seseorang itu terbentuk dari semenjak awal kehidupan individu itu sendiri. g) Perkembangan dapat di bimbing (development can be guided). Perkembangan individu yang di lalui sepanjang tahap-tahap atau tingkat-tingkat kehidupan itu dapat di bimbing. h) Pengembangan hasil interaksi (development the result of interaction). Pada hakikatnya interaksi antar individu dengan lingkungannya akan memberikan pekerjaan dan rencana jabatan(karir) tertentu. i) Dinamika pola karir (the dynamics of career pattern). Faktor interaksi antara individu dan lingkungan memiliki pengaruh pada dinamika pola karir individu. j) Pekerjaan sebagai pandangan hidup (work is a way of life). Di pandang bahwa pekerjaan dan pandangan hidup itu sesuai dengan potensipotensi, nilai yang di miliki individu. 19 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kematangan Voasional. Super (dalam Purwandari, 2009 ) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tercapainya kematangan karir yaitu: a. Faktor-biososial, seperti umur dan kecerdasan, b. Faktor lingkungan, yaitu tingkat pekerjaan orang tua, sekolah, stimulus budaya dan kohesivitas keluarga,Keperibadian, meliputi kosep diri, fokus kendali, bakat khusus, nilai/norma dan tujuan hidup c. Faktor vokasional, kematangan karir individu, tingkat kesesuaian aspirasi dan ekspektasi karir d. Prestasi individu, meliputui prestasi akademik, kebebasan, partisipasi di sekolah dan luar sekolah. 4. Dimensi dan Indikator Kematangan Vokasional 1. Dimensi Kematangan Vokasional Menurut Super (dalam, dalam Watkins & Campbell, 2000 ) dimensi kematangan vokasional terdiri dari: a. Career planning ( perencanaan karir ) Dimensi ini mengukur tingkat perencanaan melalui sikap terhadap masa depan. Individu memiliki kepercayaan diri, kemampuan untuk dapat belajar dari pengalaman, menyadari bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan, serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut. Nilai rendah pada dimensi career planning menunjukkan bahwa individu tidak merencanakan masa depan di dunia kerja dan 20 merasa tidak perlu untuk memperkenalkan diri atau berhubungan dengan pekerjaan. Nilai tinggi pada dimensi career planning menunjukkan bahwa individu ikut berpartisipasi dalam aktivitas perencanaan karir yaitu belajar tentang informasi karir, berbicara dengan orang dewasa tentang rencana karir, mengikuti kursus dan pelatihan yang akan membantu dalam menentukan karir, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler dan bekerja paruh waktu. b. Career exploration (eksplorasi karir) Dimensi ini mengukur sikap terhadap sumber informasi. Individu berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja serta menggunakan kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, guru, dan konselor. Nilai rendah pada dimensi career exploration menunjukkan bahwa individu tidak peduli dengan informasi tentang bidang dan tingkat pekerjaan. c. Career decision making Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang prinsip dan cara pengambilan keputusan. Individu memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan dan pekerjaan. Nilai rendah pada 21 dimensi career decision making menunjukkan bahwa individu tidak tahu apa yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan. Hal ini berarti individu tidak siap untuk menggunakan informasi pekerjaan yang telah diperoleh untuk merencanakan karir. Nilai tinggi pada dimensi career decision making menunjukkan bahwa individu siap mengambil keputusan. d. World of work information Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan, cara untuk memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran-peran dalam dunia pekerjaan. Nilai rendah pada dimensi world of work information menunjukkan bahwa individu perlu untuk belajar tentang jenis-jenis pekerjaan dan tugas perkembangan karir. Individu kurang mengetahui tentang pekerjaan yang sesuai dengannya. Nilai tinggi pada dimensi world of work information menunjukkan bahwa individu dengan wawasan yang luas dapat menggunakan informasi pekerjaan untuk diri sendiri dan mulai menetapkan bidang serta tingkat pekerjaan. 2. Indikator kematangan Vokasional a) Career planning : 1. mengikuti aktivitas dalam perencanaan karir 2. memiliki kepercayaan diri dalam perencanaan karir 22 3. mempersiapkan diri untuk membuat pilihan pekerjaan b) Carrer Exploration : 1. menggunakan kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial 2. berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja c) Carrer Decision Making: 1. membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan 2. menggunakan metode dan prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah d) World of work information 1. menggunakan informasi pekerjaan untuk diri sendiri 2. menetapkan bidang serta tingkat pekerjaan. B. Aspirasi Karir 1. Definisi Aspirasi Karir Menurut Gunarsah (2003) dalam penggunaan istilah cita-cita, adalah sama artinya dengan aspirasi. Aspirasi dapat diartikan merindukan yang lebih tinggi, dengan tujuan mendapat kemajuan. Jadi aspirasi yaitu sasaran yang di tentukan oleh diri sendiri dalam suatu tugas yang melibatkan diri sepenuhnya. Sedangkan menurut Partanto (2001) aspirasi merupakan citacita, dan tuntutan seseorang kearah perbaikan nasib; penuntutan (perorangan/individu); serta kehendak (akan kelayakan hidup). 23 Rojewski menyatakan bahwa aspirasi karir adalah cita-cita atau harapan karir yang menimbulkan usaha untuk pencapaian harapan tersebut. Aspirasi karir merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan vokasional. Menurut Hasan (dalam Purwandari, 2009) individu harus membentuk aspirasi karir dalam konteks kemampuan. potensi atau kapasitas, serta penerimaan terhadap situasi dan kenyataan di sekitar individu untuk mencapai kematangan karir. Aspirasi karir mengarahkan tingkah laku individu untuk mencapai karir yang menjadi harapan atau cita-citanya Ada dua macam penggolongan atau klasifikasi dari aspirasi, yaitu berdasarkan jangka waktunya dan berdasarkan sifatnya. Klasifikasi aspirasi berdasarkan penggolongan waktu yang di kemukakan oleh Hurlock ( dalam anggono, 2012) antara lain ; 1. Aspirasi jangka pendek Adalah keinginan-keinginan yang akan segera di capai dalam waktu yang relatif singkat. Contoh ingin menguasai ketrampilan tertentu 2. Aspirasi jangka panjang Adalah keinginan-keinginan yang baru akan di capai dalam waktu yang relative lama karena membutuhkan proses yang lebih panjang. Contohnya seseorang memiliki harapan untuk dapat merintis usaha sendiri setelah selesai menempuh ppendidikan dan bekerja mencari pengalaman selama 3 tahun. 24 Penggolongan aspirasi menurut sifatnya yang di kemukakan oleh winkel (1991) adalah sebagai berikut : a. Aspirasi positif Aspirasi yang di tujukan pada seseorang yang memiliki ambisi untuk memperoleh kesuksesan. Dalam hal ini aspirasi yang dimiliki oleh orang tersebut bersifat maju dan naik dimana ia akan berusaha mendapatkan lebih dan naik ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi. b. Aspirasi negatif Aspirasi yang di tujukan pada seseorang yang berusaha menghindari kegagalan dengan bertahan pada apa yang ia miliki dan jenjang dimana ia berada, tanpa berusaha mendapatkan lebih lagi. Kesuksesannya adalah mempertahankan apa yang sudah ada. c. Aspirasi realistis Aspirasi yang pencapaian keberhasilannya masih sangat mungkin atau dengan kata lain, tingkat keberhasilannya tinggi. Kemungkinan yang besar itu di dapatkan dari adanya pertimbangan-pertimbangan yang di sesuaikan dengan kemampuan dan ketekunan seseorang untuk mencapai suatu prestasi sehingga kemungkinan aspirasi bias tercapai semakin tinggi. d. Aspirasi idealis Aspirasi yang tingkat keberhasilannya rendah dan masih perlu di ragukan. Di sebabkan oleh kurangnya pertimbangan saat menetapkan suatu tujuan, sehingga terjadi ketimpangan antara keinginan, serta 25 kemampuan diri dan kemauan seseorang yang akan melakukan hal tersebut. 2. Perkembangan aspirasi karir menurut gunarsah (2003) perkembangan aspirasi seseorang antara lain sebagai berikut : a. harapan orangtua. Ambisi orang tua terhadap anak berasal dari kegagalan yang di alami dulu. Sebagian lagi ambisi orang tua berasal dari persaingan dengan orang tua lain. Orang tua menginginkan anaknya melakukan yang lebih baik dari anak orang lain. b. teman sebaya makin kuat keinginan untuk di akui oleh kelompoknya, makin tinggi pula tingkat aspirasinya. Cronbach L.J menyatakan bahwa norma yang di tetapkan oleh suatu kelompok mempunyai pengaruh terhadap tujuan atau sasaran seseorang. c. Persaingan Kebiasaan bersaing dengan orang lain mempunyai peran yang menentukan aspirasi yang akan di buat sendiri untuk dirinya. Efek positif dari persaingan itu adalah menambah rasa kepercayaan diri dan rasa bangga. 26 d. Kebudayaan Kemungkinan lebih besar kesempatan di negara-negara tertentu daripada di negara atau kelompok kebudayaan lain yang masih terdapat pembatasan-pembatasan terhadap apa yang dapat di lakukan seseorang. Di samping itu keterbatasan kesempatan mental atau fisik atau temperamennya tidak memungkinkan mencapai apa yang di inginkan. Batasan lain juga adalah lingkungan yang tidak memberikan kesempatan untuk mengembangkan pendidikan atau keahlian khusus. e. media massa media massa lebih mempengaruhi pada tujuan yang jauh ke depan daripada yang segera, sehingga remaja bercita-cita setinggi mungkin karena merasa bahwa selalu ada kemungkinan di mana sesuatu akan terjadi yang memberi kesempatan pada mereka mencapai hasil. f. Pengalaman Pengalaman juga menentukan apakah remaja akan bercita-cita mencapai sukses atau menghindari kegagalan. g. dan minat individu minat juga dapat mempengaruhi aspirasi dalam dua cara. Pertama, dalam bidang apa aspirasi-aspirasi itu akan di kembangkan. Kedua, adalah tingkat aspirasi. Cita-cita yang berkembang dari minatminat berdasarkan kemampuannya akan lebih kuat juga lebih realistis. 27 Setiap individu memiliki perbedaan dalam menentukan tingkat aspirasi karir yang hendak di capai. Hal ini di sebabkan karena setiap individu mempinyai sifat individu differences yaitu setiap orang mempunyai potensi, latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda sehingga tingkat aspirasi masing-masing individu berbeda. 3. Dimensi dan Indikator Aspirasi Karir a. Dimensi Aspirasi Karir Hoppe (dalam Rahayu, 1999) mengatakan bahwa harapan, keinginan dan hasrat merupakan komponen dari aspirasi. Berdasarkan uraian di atas aspek-aspek aspirasi karir terdiri dari 1. Cita-cita karir dengan adanya ada tujuan/goal tertentu, 2. adanya hasrat dengan melakukan sesuatu yang di sukai atau kesenangan yang berhubungan dengan karir 3. keinginan yaitu dorongan untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan karir. b. Indikator Aspirasi Karir Menurut rahayu indikator dari aspek-aspek di atas adalah 1. persaingan yang terdiri dari : a. persaingan positif yaitu keinginan untuk meraih kemajuan, mendapatkan yang lebih baik dan lebih tinggi dari keadaan sekarang. 28 b. persaingan negatif yaitu keinginan mempertahankan sesuatu yang sudah dicapai selama ini, tanpa keinginan untuk meningkatkan capaiannya 2. jangka waktu yang terdiri dari a. aspirasi jangka pendek, yaitu keinginan yang segera di capai dalam jangka waktu yang relatif singkat b. aspirasi jangka panjang yaitu keinginan yang proses pencapaiannya menekan waktu relatif lama 3. realita yang terdiri dari a. aspirasi realistis yaitu keinginan yang di dasarkan pada kemampuan dan kesempatan yang ada b. aspirasi idealis yaitu keinginan yang tidak di dasarkan pada kemampuan dan kesempatan yang ada. C. Hubungan antara Aspirasi Karir dengan Kematangan Vokasional Havighurst (dalam Monk, 2006) menjelaskan bahwa mempersiapkan karir merupakan salah satu tugas remaja dalam tahap perkembangannya. Remaja sering memandang eksplorasi karir dan pengambilan keputusan dengan di sertai kebimbangan, ketidakpastian, dan stress. Kebanyakan keputusan pemilihan karir yang di buat oleh para remaja mengalami perubahan yang menyulitkan dan tak terduga. Banyak remaja yang tidak cukup banyak mengeksplorasi pilihan karir sendiri dan juga menerima terlalu sedikit bimbingan karir dari sekolah. Satu aspek 29 penting dalam merencanakan perkembangan karir adalah kesadaran akan persyaratan pendidikan yang di perlukan untuk memasuki karir tertentu (Santrock, 2003). Umumnya remaja dengan usia 15 sampai 18 tahun sudah dapat mempertimbangkan nilai-nilai yang mereka miliki dalam menentukan karir. Selama masa ini remaja sudah dapat memperluas pandangannya mengenai pekerjaan. Mereka sudah mampu memikirkan atau merencanakan karir mereka berdasarkan minat, kemampuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan. Mereka semestinya membentuk aspirasi karir mulai sejak dini. Menurut Hasan (dalam Purwandari, 2009) Individu harus membentuk aspirasi karir dalam konteks kemampuan. potensi atau kapasitas, serta penerimaan terhadap situasi dan kenyataan di sekitar individu untuk mencapai kematangan vokasional. Aspirasi karir mengarahkan tingkah laku individu untuk mencapai karir yang menjadi harapan atau cita-citanya. Menurut Super (dalam Purwandari, 2009) kematangan vokasional sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugastugas perkembangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Super menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang adekuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. 30 Eksplorasi tersebut dapat memberikan informasi penting untuk dapat menetapkan aspirasi karir untuk masa depan individu. dengan begitu, individu dapat segera memutuskan karir lebih dini apa yang akan mereka capai kelak setelah keluar dari sekolah. Pemilihan karir yang terjadi pada siswa merupakan tahap perkembangan vokasional yang di alami setiap individu. sebab pada masa ini remaja mengalami peralihan dari fase tentatif menuju pada fase realistik yang berpengaruh pada kondisi dalam diri mereka, serta pada lingkungan sosialnya. Perubahan aspirasi karir pada siswa merupakan bagian dari proses dalam perencanaan karir di masa depan. Hal ini berkaitan dengan proses perkembangan vokasional yang di kemukakan oleh Super bahwa remaja pada usia 14-18 tahun yaitu pada tahap kristalisasi, sekitar usia 14-18 tahun. Pada tahap ini remaja membangun gambaran tentang kerja yang masih tercampur dengan konsep diri mereka secara umum yang telah ada. Sedangkan, pada tahap spesifikasi, usia 18-21 tahun. Remaja mempersempit pilihan karir mereka, mencari informasi, dan mulai mengarahkan tingkah laku untuk bidang karir tertentu. Fatimah (2006) remaja telah memiliki minat yang jelas tentang jenis pendidikan dan pekerjaan tertentu. Secara sadar, mereka telah mengetahui pula bahwa pendidikan dan pekerjaan yang diidamkan itu memerlukan dukungan pengetahuan dan ketrampilan prasyarat yang harus dimiliki. 31 Oleh karena itu, mereka masih memerlukan arahan atau bimbingan orang tua atau pembimbing. Secara psikologis, para remaja telah cukup mampu untuk memikul tanggung jawab dan hidup mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. D. Kerangka Teoritik Dari beberapa teori yang telah dipaparkan diatas dapat dilihat bahwa aspirasi karir adalah salah satu komponen penting dalam kematangan vokasional seorang remaja. Sebab jika remaja sudah memiliki gambaran tentang karir di masa depan maka mereka dapat berusaha untuk memaksimalkan potensi dan kemampuan yang mereka miliki pada bidang karir yang ingin mereka capai. Umumnya remaja dengan usia 15 sampai 18 tahun sudah dapat mempertimbangkan nilai-nilai yang mereka miliki dalam menentukan karir. Selama masa ini remaja sudah dapat memperluas pandangannya mengenai pekerjaan. Mereka sudah mampu memikirkan atau merencanakan karir mereka berdasarkan minat, kemampuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan. Mereka semestinya membentuk aspirasi karir mulai sejak dini. Pemilihan karir yang terjadi pada siswa merupakan tahap perkembangan vokasional yang di alami setiap individu. sebab pada masa ini remaja mengalami peralihan dari fase tentatif menuju pada fase realistik yang berpengaruh pada kondisi dalam diri mereka, serta pada 32 lingkungan sosialnya. Perubahan aspirasi karir pada siswa merupakan bagian dari proses dalam perencanaan karir di masa depan. Individu yang telah membentuk aspirasi karir akan berusaha untuk mengembangkan diri mereka dalam konteks kemampuan. potensi atau kapasitas, serta penerimaan terhadap situasi dan kenyataan di sekitar untuk mencapai kematangan vokasional. kematangan vokasional sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Super menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang adekuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Aspirasi karir Kematangan vokasional E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori-teori yang telah tersebut diatas, maka hipotesis penelitian yang diambil adalah “ Ada hubungan antara aspirasi karir dengan kematangan vokasional pada siswa SMK Walisongo Gempol Pasuruan ”