strategi, media dan evaluasi pembelajaran

advertisement
STRATEGI, MEDIA DAN EVALUASI PEMBELAJARAN
Dhikrul Hakim
Dosen Fakultas Agama Islam Unipdu dan Ketua UPT-PPL Unipdu Jombang
Abstraksi:
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Menjadi guru
kreatif, profesional dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan
mengembangkan dan memilih strategi, metode, media dan evaluasi pembelajaran yang
efektif. Setiap tenaga pendidik atau guru yang pekerjaan pokoknya mendidik dan
mengajar harus mengerti dengan jelas tentang tujuan pendidikan.Sebab tujuan itulah yang
menjadi sasaran dan menjadi pengaruh daripada tindakan-tindakanya dalam menjalankan
fungsinya sebagai guru. Tujuan pendidikan dan pengajaran itu juga berfungsi sebagai
pemilihan dan penentuan alat-alat (termasuk strategi, metode, media dan evaluasi) yang
digunakan dalam mengajar.
Kata kunci: Strategi,Media dan Evaluasi
Abstract:
The learning process as we known as some of the terms have similar meanings, so
people are confused to distinguish. Being a teacher of creative, professional and fun are
required to have the ability to develop and select strategies, methods, media and
evaluation of effective learning. Any educators or teachers who work to educate and
teach just have to understand clearly about the purpose education. Bacause purpose and
subjected to his action influence than in its function as a teacher. The purpose of
education and teaching it also serves as the selection and determination of the tools
(strategies, methods, media and evaluation) are used in teaching.
Keywords: Strategy, Media and Evaluation
A. PENDAHULUAN.
Menjadi guru kreatif, profesional dan menyenangkan dituntut untuk
memiliki kemampuan mengembangkan dan memilih strategi, metode, media dan
evaluasi pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan
iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Karena dalam proses
belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta
didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang telah di rencanakan
dan ditetapkan
Setiap orang yang mengerjakan sesuatu haruslah mengetahui dengan jelas
tentang tujuan yang hendak di capainya. Demikian juga setiap tenaga pendidik
atau guru yang pekerjaan pokoknya mendidik dan mengajar harus mengerti
dengan jelas tentang tujuan pendidikan. Pengertian akan tujuan pendidikan ini
mutlak perlu sebab tujuan itulah yang menjadi sasaran dan menjadi pengaruh
daripada tindakan-tindakanya dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Tujuan
pendidikan dan pengajaran juga berfungsi sebagai pemilihan dan penentuan alatalat (termasuk strategi, metode, media dan evaluasi) yang digunakan dalam
mengajar.
Sesuai dengan pembahasan pada makalah ini yaitu Strategi, media dan
evaluasi pembelajaran, salah satu yang dibicarakan adalah membedakan istilah,
1
memilih dan
pembelajaran).
mendiskripsikan
(strategi,
metode,
media
dan
evaluasi
B. Perbedaan istilah Stategi, Metode dan Media Pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah strategi, metode dan media
pembelajaran. Berikut akan dipaparkan istilah-istilah tersebut dengan harapan
dapat memberikan kejelasan tentang pengunaan istilah tersebut.
a. Strategi Pembelajaran.
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
(Sanjaya, 2007:126).
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu
adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara
bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya, 2007:126).
Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran
dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang akan dipilih atau digunakan oleh seorang guru untuk
menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasainya diakhir
kegiatan belajar..
Strategi pembelajaran yang akan dipilih dan digunakan oleh guru bertitik
tolak dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan di awal, artinya bahwa arah
dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun
sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya.
Strategi merupakan perpaduan secara keseluruhan dan pengorganisasian
secara kronologis dari metode-metode dan bahan –bahan yg di pilih untuk
mencapai tujuan tertentu1
b. Metode Pembelajaran.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu
kemampuan guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan
metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk
mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih
baik.
1
Unesco, 1981
2
Menurut Nana Sudjana (2005:76) metode pembelajaran adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran.
M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan metode pembelajaran ialah caracara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan definisi pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu
cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar
pada diri siswa untuk mencapai tujuan.
c. Media Pembelajaran.
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
“Medium” yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara
atau pengantar sumber pesan (pengirim) kepada penerima pesan. Secara umum
media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber
informasi kepada penerima informasi.
Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.
AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977)
media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi.
Istilah media disini dilihat dari segi penggunaan, serta faedah dan fungsi
khusus dalam kegiatan/proses belajar mengajar, maka yang digunakan adalah
media pembelajaran. Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda
yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk
menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber belajar (guru maupun
sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini peserta didik ataupun warga belajar).
Pesan (informasi) yang disampaikan melalui media dalam bentuk isi/materi
pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan (peserta didik)
Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media pembelajaran dalam hal-hal
tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika
program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan
dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.2
C. Kriteria Pemilihan Strategi, Metode, Media dan Evaluasi Pembelajaran.
a. Pemilihan Strategi Pembelajaran.
Kriteria pemilihan strategi pembelajaran adalahsuatu dasar acuan yang
dapat digunakan dalam memilih strategi yang tepat dan dapat digunakan dalam
proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik siswa serta
situasi dan kondisi lingkungan di mana proses belajar tersebut akan berlangsung.
Mager (1977) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam
pemilihan strategi pembelajaran yaitu:
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran. Gerlach dan Ely (1990)
menyebutkan tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik
dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya strategi
2
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers ,2009, hal 3
3
pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
2. Pilih teknik atau metode pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang
diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia
kerja).
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan
rangsangan pada indera peserta didik. Artinya dalam satuan-satuan waktu yang
bersama peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik maupun psikis, misalnya
menggunakan OHP. Dalam menjelaskan suatu bagan, lebih baik guru
menggunakan OHP daripada berceramah, karena penggunaan OHP
memungkinkan peserta didik sekaligus dapat melihat dan mendengarkan
penjelasan guru.
Gerlach dan Ely (1990:173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi
pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivitas dan keterlibatan
peserta didik.
1. Efisiensi yaitu penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan
metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
2. Efektivitas. Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan
seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Cara
untuk mengukur efektivitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas
(kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari.
3. Keterlibatan peserta didik. Pada dasarnya keterlibatan peserta didik dalam
proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat
membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran.strategi pembelajaran yang
bersifat inquiry pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang
lebih intensif dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang hanya bersifat
ekspositori.
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat
dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA ( Cara
Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari SAL (Student Aktive Learning)
yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila
peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan
dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditempatkan.
b. Pemilihan Metode Pembelajaran.
Metode mengajar merupakan syarat mutlak yang harus disertakan dalam
proses belajar mengajar, karena metode mengajar merupakan cara/proses untuk
mencapai tujuan pengajaran yaitu tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
dalam kegiatan belajar. Setiap guru yang akan menyajikan materi pelajaran kepada
anak didiknya, perlu memahami arti, peranan serta penggunaan metode mengajar,
karena metode yang akan digunakan itu akan berpengaruh sekali terhadap berhasil
tidaknya suatu tujuan yang akan dicapai tergantung pada penggunaan metode yang
tepat.
Setiap metode mempunyai karakteristik tersendiri, oleh karena itu perlu
dipilih satu/beberapa metode yang sesuai dan bervariasi, sehingga tercapai proses
belajar mengajar yang efektif. Mengenai kriteria yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan metode mengajar adalah sebagai berikut:
1. Anak Didik. Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan
pendidikan. Di sekolah gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya. Di
4
ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak didik dengan latar
belakang kehidupan dan status sosial yang berlainan. Dengan demikian jelas
bahwa keragaman karakteristik anak didik sangat besar pengaruhnya terhadap
pemilihan dan penentuan metode pengajaran.
2. Tujuan yamg hendak dicapai. Yang dimaksud tujuan disini adalah tujuan
pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan rumusan yang menggambarkan
tentang perubahan tingkah laku apa yang akan diperoleh siswa sebagai akibat
dari pengajaran. Dalam menentukan tujuan yang spesifik, harus diperhatikan
tiga unsur yaitu meliputi aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotor. Dengan
demikian jelaslah bahwa dalam pemilihan metode mengajar yang tepat untuk
mencapai tujuan haruslah memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan.
3. Situasi. Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan guru tidak
selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin
menciptakan situasi belajar mengajar di alam terbuka yaitu di luar sekolah,
maka dalam hal ini guru memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi
yang diciptakan itu.
4. Fasilitas. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di
sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan
metode mengajar. Ketiadaan laboratorium untuk praktek IPA, misalnya kurang
mendukung pengunaan metode eksperimen atau metode demonstrasi. Oleh
karena itu, keampuhan suatu metode mengajar akan terlihat jika faktor lain
mendukungnya.
5. Guru. Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas mendorong,
membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai
keberhasilan pengajaran. Untuk mencapai keberhasilan tersebut guru harus
dapat menerapkan berbagai metode, baik secara tunggal maupun bervariasi,
dengan berpedoman pada tujuan yang akan dicapai. Untuk menghasilkan
metode yang efektif seorang guru harus dapat memahami dan mengerti
kebaikan dan kelemahannya. Berdasarkan kemampuan guru dalam
menggunakan dan memilih metode mengajar, dapat menunjang tercapainya
proses belajar mengajar yang efektif.
6. Materi/Bahan pelajaran. Karakteristik bahan pelajaran meliputi mata
pelajaran vokasional dan mata pelajaran non vokasional. Dalam memilih
metode mengajar haruslah melihat karakteristik dan bahan mata pelajaran
tersebut. Karena metode yang digunakan untuk menyampaikan mata pelajaran
yang bersifat vokasional akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk
mata pelajaran yang bersifat non vokasional.3
c. Pemilihan Media Pembelajaran.
Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan
didasarkan atas kriteria tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arif S
Sadiman (1986;86) ada tiga model/pendekatan yang dapat dijadikan kriteria dalam
pemilihan media yang akan digunakan yaitu:
1. Pendekatan Flowchart. Pendekatan ini menggunakan sistem eliminasi dalam
pengambilan keputusan pemilihan.
2. Pendekatan Matriks. Berupa penangguhan proses pengambilan keputusan
pemilihan sampai seluruh kriteria pemilihannya di identifikasi.
3
Djamarah, Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, hal 89.
5
3. Pendekatan Checklist, yang menagguhkan keputusan pemilihan sampai
semua kriterianya dipertimbangkan.
Menurut Prof. Drs. Hartono Kasmadi, M.Sc. bahwa dalam memilih media
pendidikan perlu dipertimbangkan adanya empat hal, yaitu:
1. Pertimbangan Produksi, yaitu tersedianya bahan (availability), harga (Cost),
kondisi fisik (Physical condition), mudah dicapai siswa (Accessibility to
student), nilai estetika dan motivasi (Emotional impact).
2. Pertimbangan Peserta Didik, yaitu watak peserta didik (Student
characteristics), sesuai dengan pola pikir peserta didik (Student relevance),
keterlibatan peserta didik (Student involvement).
3. Pertimbangan isi, yaitu sesuai dengan kurikulum (Curriculair relevance),
bahasanya jelas (Content soundness), cara menyajikan (presentation).
4. Pertimbangan Guru, yaitu:
o Guru harus mempertimbangkan segi pemanfaatan media (Teacher
utilization).
o Media yang digunakan mampu memecahkan problem (Teacher peace of
mind).4
Sedangkan secara umum, ada beberapa kriteria yang harus
dipertimbangkan dalam memilih media, yaitu:
1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan
instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah
satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip
atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif,
media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan
kemampuan mental siswa. Televisi misalnya, tepat untuk mempertunjukkan
proses dan transformasi yang memerlukan manipulasi ruang dan waktu.
3. Praktis, luwes dan bertahan. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur
untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri
oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di manapun dan
kapan pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah
dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.
4. Guru terampil menggunakannya. Nilai dan manfaat media amat ditentukan
oleh guruyang menggunakannya. Proyektor transparansi (OHP), slide,
komputer dan peralatan canggih lainnya tidak akan mempunyai arti apa-apa
jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai
upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar.
5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum
tentu sama efektifnya, jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang,
kelompok kecil dan perorangan.
6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas
dan informasi yang ditonjolkan /disampaikan tidak boleh terganggu.5
d. Pemilihan Evaluasi Pembelajaran.
4
5
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hal 241.
Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hal 75.
6
Agar dapat memperoleh hasil yang efektif penilaian hasil belajar perlu
direncanakan secara sistematis sehingga jelas abilitas yang hendak diukur, materi,
alat dan interpretasi penilaiannya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan evaluasi hasil belajar, yaitu:
1. Pengambilan sampel dan pemilihan butir soal.
2. Tipe tes yang akan digunakan.
3. Aspek yang akan diuji.
4. Format butir soal.
5. Jumlah butir soal.
6. Distribusi tingkat kesukaran butir soal.
Empat langkah pokok dalam pengembangan penilaian pembelajaran, yaitu:
1. Karakteristik mata pelajaran yang akan diujikan.
2. Tujuan khusus pembelajaran yang harus dicapai siswa.
3. Tipe informasi yang dibutuhkan dari tujuan evaluasi.
4. Usia dan tingkat perkembangan mental siswa yang akan mengikuti tes.
5. Besarnya kelompok siswa yang akan mengikuti tes.
Pemilihan yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau
kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki validitas, artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang
hendak diukur. Suatau tes memiliki suatu validitas, bila tes itu benar-benar
mengukur hal yang hendak dites.
2. Mempunyai reliabilitas. Suatu alat evaluasi memiliki reliabilitas bila
menunjukkan ketepatan hasilnya. Reliabilitas suatu tes biasanya dinyatakan
dengan koefisien korelasi. Suatu alat evaluasi yang tinggi bila reliabilitasnya
menunjukkan koefisien korelasi 1,00, sedangkan tes yang reliabilitasnya
rendah mempunyai koefisien korelasi 0,00.
3. Objektivitas. Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur,
tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu.
Objektivitas dalam penilaian sering diperlukan dalam menggunakan
questioner, essay test, observation, rating scale, check list dan alat-alat lainnya.
4. Efisien. Suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang
waktu dan uang yang banyak. Ini tidak berarti bahwa evaluasi yang memakan
waktu, usaha dan uang sedikit dianggap alat evaluasi yang baik. Hal ini
tergantung pada tujuan pengunaan alat evaluasi dan banyaknya siswa yang
dinilai.
5. Kegunaan/kepraktisan. Ciri lain dari alat evaluasi ialah usefulness (harus
berguna). Untuk memperoleh keterangan tentang siswa, sehingga guru dapat
memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi para siswanya.
D. Mendiskripsikan Metode, Media dan Alat Evaluasi yang digunakan dalam
mendesain.
a. Metode Pembelajaran.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh
pendidik, maka perlu mengetahui dan mempelajari beberapa metode mengajar,
serta dipraktekkan pada saat mengajar. Beberapa metode mengajar adalah sebagai
berikut:
1. Metode Ceramah (Preaching Method) Yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah
siswa.
7
2. Metode Diskusi (Discussion method). Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan
bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya
dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode diskusi diaplikasikan
dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk:
a) Mendorong siswa berfikir kritis.
b) Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c) Mendorong siswa menyumbangkan buah fikirannya untuk memecahkan
masalah.
d) Mengambil satu alternatif jawaban/beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
3. Metode Eksperimen. Metode pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan/kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses percobaan.
Pengunaan metode ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan
menemukan sendiri, berbagai jawaban/persoalan yang dihadapinya dengan
mengadakan percobaan sendiri untuk menemukan kebenaran dari teori dengan
cara berfikir yang ilmiah.
4. Metode Demonstrasi (Demonstration method). Yaitu metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.
5. Metode Pemberian tugas. Yaitu suatu cara dalam proses belajar mengajar
bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian
tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Dengan cara demikian
diharapkan agar murid belajar secara bebas tapi bertanggung jawab.
6. Metode Sosiodrama. Metode sosiodrama adalah juga semacam drama atau
sandiwara, akan tetapi tidak disiapkan naskahnya terlebih dahulu. Metode ini
dapat dilaksanakan dalam bidang sejarah. Dalam bidang study agama dapat
dilaksanakan dalam bidang Sejarah Islam.
7. Metode Drill (Latihan). Suatu metode mengajar dimana siswa diajak ke
tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu,
bagaimana cara mengunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan
sebagainya.
8. Metode Kerja Kelompok. Suatu metode dengan cara membagi siswa dalam
kelompok-kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk
menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama.
9. Metode Tanya jawab. Yaitu salah satu teknik mengajar yang dapat
membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini
disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat
mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.
10. Metode Proyek. Metode ini disebut juga dengan teknik pengajaran unit. Anak
didik disuguhi bermacam-macam masalah dan anak didik bersama-sama
menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti langkah-langkah tertentu
secara ilmiah, logis dan sistematis.6
b. Media Pembelajaran.
Media pembelajaran dapat dipilih bilamana memberikan dukungan
terhadap isi bahan pembelajaran dan kemudahan untuk memperolehnya. Tetapi
jika media pembelajaran yang sesuai belum tersedia, maka guru berupaya untuk
6
Daradjat Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal
289.
8
mengembangkannya sendiri. Pengembangan media pembelajaran sederhana dapat
dikembangkan oleh guru sendiri. Media tersebut meliputi media berbasis visual
(gambar, chart, grafik, transparansi, dan slide), media berbasis audiovisual
(video dan audio-tape), dan media berbasis komputer (komputer dan video
interaktif).
Media Berbasis Visual
Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada
siswa-siswi dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto,
gambar/ilustrasi, sketsa/gambar garis, grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua
bentuk atau lebih. Foto menghadirkan ilustrasi melalui gambar yang hampir
menyamai kenyataan dari sesuatu objek atau situasi. Sementara itu, grafik
merupakan reprsentasi simbolis dan artistik sesuatu objek atau situasi.
Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas
dan efektifitas bahan-bahan visual dan grafik itu. Tampilan visual harus dapat
dengan mudah dimengerti, terang/dapat dibaca, dan dapat menarik perhatian
sehingga ia mampu menyampaikan pesan yang diinginkan oleh penggunanya.
Dalam proses penataan elemen-elemen dalam visualisasi perlu
diperhatikan prinsip-prinsip desain tertentu (Arsyad, 2002:107) antara lain sebagai
berikut.
a. Kesederhanaan. Secara umum kesederhanaan mengacu kepada jumlah elemen
yang terkandung dalam suatu visual.
b. Keterpaduan. Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat diantara
elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersamasama.
c. Penekanan. Visualisasi yang disajikan perlu penekanan terhadap salah satu
unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa-siswi. Dengan menggunakan
ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat
diberikan kepada unsur terpenting.
d. Keseimbangan. Keseimbangan yang keseluruhannya simetris disebut
keseimbangan formal dan bersifat statis. Sebaliknya keseimbangan yang tidak
keseluruhannya simetris (informal) memberikan kesan dinamis dan dapat
menarik perhatian.
e. Bentuk. Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa-siswi dapat membangkitkan
minat dan perhatian.
f. Garis. Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat
menuntun perhatian siswa-siswi untuk mempelajari suatu urutanurutan
khusus.
g. Tekstur. Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar
atau halus. Tekstur dapat digunakan untuk penekanan suatu unsure seperti
halnya warna.
h. Warna. Warna merupakan unsur visual yang penting, perlu perhatian dalam
penggunannya agar diperoleh dampak yang baik.
Media Berbasis Audio-Visual
Media audio dan audio-visual merupakan bentuk media pembelajaran yang
murah dan terjangkau. Disamping menarik dan memotivasi siswa untuk
mempelajari materi lebih banyak, materi audio dapat digunakan untuk keperluan
berikut.
9
1. Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah
didengar.
2. Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan
pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi.
3. Menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa.
4. Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat
kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah.
Media Berbasis Komputer
Kemajuan teknologi komputer pada akhir-akhir ini mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Media komputer sangat membantu dalam proses
belajar mengajar. Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran dikenal
dengan nama pembelajaran dengan bantuan komputer (computer assisted
instruction – CAI) atau (computer assisted learning – CAL). Dilihat dari situasi
belajar di mana komputer digunakan untuk menyajikan isi pembelajaran, CAI
dapat berbentuk tutorial, drills and practice, simulasi, dan permainan.
1. Tutorial. Program pembelajaran tutorial dengan bantuan komputer meniru
sistem tutor yang dilakukan oleh guru atau instruktur.
2. Latihan dan praktik (drills and practice). Latihan untuk mempermahir
keterampilan atau memperkuat penguasaan konsep dapat dilakukan dengan
modus drills and practice.
3. Simulasi. Program simulasi dengan bantuan komputer mencoba untuk
manyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata.
4. Permainan instruksional. Program permainan yang dirancang dengan baik
dapat memotivasi siswa dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya.
c. Alat Evaluasi Pembelajaran.
Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan
incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana,
sistematis, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.
Secara umum ada empat jenis evaluasi, yaitu:
1. Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang
dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan
materi pokok pada suatu bidang studi tertentu.
2. Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar
peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu caturwulan
semester, atau akhir tahun.
3. Evaluasi Penempatan (Placement), yaitu penilaian tentang pribadi peserta
didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai
dengan kondisi peserta didik.
4. Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil
penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik merupakan kesulitan
atau hambatan yang ditemui dalam proses pembelajaran.
Untuk keperluan evaluasi diperlukan alat evaluasi yang bermacam-macam.
Wrightone dalam bukunya Evaluation in Modern Education menggolongkan
macam-macam alat evaluasi menjadi sembilan kelompok, yaitu: 1) short answer,
2) essay and oral examinations, 3) observation and anecdotal records, 4)
questionnaires, inventories and interviews, 5) checklists and rating scales, 6)
10
personal reports and projectives techniques, 7) sociometric methods, 8) case
studies, 9) cumulative records.
Alat-alat penilaian di atas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Jenis Tes, digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik yang mencakup
aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap, bakat (intelegensi).
2. Jenis Non Tes, digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik yang
mencakup aspek sikap, minat, kepribadian peserta didik, wawancara, angket
dan observasi.7
Penetapan alat teknik evaluasi yang akan digunakan tergantung dari
indicator yang akan dicapai. Untuk itu teknik penilaian tergantung dari: (1)
kelompok mata pelajaran, dan (2) ranah yang akan dicapai. Yang tidak boleh
ditinggalkan adalah perlunya penggunaan prinsip-prinsip penilaian.
a. Penilaian Hasil Belajar Masing-masing Kelompok Mata Pelajaran
1. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
dilakukan melalui:
o Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik, dan
o Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek
kognitifpeserta didik.
2. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang
sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
3. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
4. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,dan
kesehatan dilakukan melalui:
o Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik; dan
o Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik.
b. Ranah Penilaian
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penjabaran dari standar
isi dan standar kompetensi lulusan. Di dalamnya memuat kompetensi secara utuh
yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik
masing-masing mata pelajaran.
Muatan dari standar isi pendidikan adalah standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Satu standar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi
dasar, dan setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam indikator-indikator
pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah/daerah masingmasing. Indikatorindikator yang dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk
menilai pencapaian kompetensi dasar bersangkutan. Teknik penilaian yang
digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi
dasar dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup
7
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hal 278.
11
kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik
penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor dan
afektif.Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik.
Penilaian satu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator
pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja,
penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian projek, penilaian produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri.
A. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan
untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan
tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga,
bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dll.
Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau
instrumen berikut:
1. Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek
(yatidak). Penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh
penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan
cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benarsalah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai
tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan
mengamati subjek dalam jumlah besar
2. Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan
penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena
pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya:
1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten.
B. Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap
dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif.
Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya
terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan
untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan
kehadiran objek sikap.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.
Teknikteknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan
laporan pribadi.
a. Observasi Perilaku: Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan
kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal.
12
b. Pertanyaan langsung: Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang
sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal.
c. Laporan pribadi: Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik
diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang
suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
C. Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon
dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti
memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1. Soal dengan memilih jawaban
a. pilihan ganda
b. dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
c. menjodohkan
2. Soal dengan mensuplai-jawaban.
a. isian singkat atau melengkapi
b. uraian terbatas
c. uraian obyektif/non obyektif
d. uraian terstruktur/nonterstruktur .
D. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu
diadakan penilaian melalui langkah berikut.
1. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
2. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta
didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
2. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan.
E. Penilaian Projek
Penilaian projek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir projek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan
yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat
disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan
alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
F. Penilaian Portofolio
13
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta
didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara
individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil
karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleg guru dan peserta didik. Berdasarkan
informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan
demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar
peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi,
musik.
E. Kesimpulan.
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat diambil
beberapa kesimpulan, diantaranya :
1. Perbedaan istilah Stategi, Metode dan Media Pembelajaran.
Strategi Pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih atau
digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga
akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar.
Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang
dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk
mencapai tujuan.
Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk
menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber belajar (guru
maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini peserta didik ataupun
warga belajar). Pesan (informasi) yang disampaikan melalui media dalam
bentuk isi/materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan
(peserta didik)
2. Kriteria Pemilihan Strategi, Metode, Media dan Evaluasi Pembelajaran.
a. Kriteria pemilihan strategi pembelajaran yang disampaikan oleh Mager
(1977) adalah 1) Berorientasi pada tujuan, 2) teknik atau metode
pembelajaran sesuai dengan keterampilan, 3) gunakan media
pembelajaran yang dapat member rangsangan kepada peserta didik.
Sedangkan Gerlach dan Ely (1990:173) memberikan criteria tentang
pemilihan strategi pembelajaran, yaitu efisien, efektivitas, keterlibatan
peserta didik.
b. Mengenai kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode
mengajar adalah sebagai berikut: anak didik, tujuan yang hendak dicapai,
situasi, fasilitas, guru dan materi.
c. Arif S Sadiman (1986:86) ada tiga model/pendekatan yang dapat
dijadikan kriteria dalam pemilihan media yang akan digunakan yaitu:
pendekatan Flowchart, pendekatan Matriks, pendekatan Checklist.
Sedangkan Prof, Drs Hartono Kasmadi, M.Sc, memilih media pendidikan
yang perlu dipertimbangkan, yaitu pertimbangan produksi, pertimbangan
peserta didik, pertimbangan isi, pertimbangan guru. Secara umum criteria
pemilihan media pendidikan adalah 1) sesuai dengan tujuan yang ingin
14
dicapai, 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran, 3) praktis, luwes dan
bertahan, 4) guru terampil menggunakannya, 5) pengelompokan sasaran,
6) mutu teknis.
d. Pemilihan yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau
kriteria sebagai berikut: memiliki validitas, mempunyai reliabilitas,
objektivitas, efisien, kegunaan kepraktisan.
3. Mendiskripsikan Metode, Media dan Alat Evaluasi yang digunakan
dalam mendesain.
a. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan
oleh pendidik, maka perlu mengetahui dan mempelajari beberapa metode
mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Beberapa metode
mengajar adalah sebagai berikut: metode ceramah, metode diskusi,
metode eksperimen, metode demonstrasi, metode pemberian tugas,
metode sosiodrama, metode drill, metode kerja kelompok, metode Tanya
jawab, metode proyek.
b. Pengembangan media pembelajaran sederhana dapat dikembangkan oleh
guru sendiri. Media tersebut meliputi media berbasis visual (gambar,
chart, grafik, transparansi, dan slide), media berbasis audiovisual (video
dan audio-tape), dan media berbasis komputer (komputer dan video
interaktif).
c. Secara umum ada empat jenis evaluasi, yaitu: evaluasi formatif, evaluasi
sumatif, evaluasi penempatan (placement), evaluasi diagnostik.
Untuk keperluan evaluasi diperlukan alat evaluasi yang bermacammacam. Alat-alat evaluasi ada dua jenis yaitu jenis test dan jenis non test.
Ada tujuh teknik yang dapat digunakan untuk penilaian, yaitu penilaian
unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian projek, penilaian
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
15
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2009
Djamarah Bahri, Startegi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1995
Daradjat Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008
Unesco, 1981
16
Download