1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat tradisional telah diterima secara luas baik di negara berkembang maupun di negara maju. Dalam penggunaan obat tradisional, simplisia, atau sediaan galeniknya untuk kesehatan perlu diperhatikan keamanannya. Oleh karena itu dilakuan penelitian antara lain pengujian terhadap toksisitas dan efek samping yang dapat ditimbulkannya. Perlu dilakukan penelitian terhadap toksisitas yang bersifat akut maupun kronis (Hendriani, 2007). Uji toksisitas merupakan salah satu uji yang digunakan untuk mengetahui keamanan suatu obat yang akan dijadikan produk. Uji toksisitas subkronis oral merupakan suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang diberikan secara oral pada hewan uji selama sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan (BPOM, 2014). Uji toksisitas subkronis ini dilakukan mengingat penggunaan obat herbal umumnya memerlukan waktu yang relatif lama, karena reaksi obat herbal yang berlangsung lambat. Penggunaan dalam jangka waktu yang lama mendorong perlunya penentuan toksisitas subkronis, karena meskipun dianggap aman, tetapi belum diketahui adanya kemungkinan efek yang tidak diharapkan pada tubuh akibat pemakaian lama (Hendriani, 2007). Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap efek toksik produk herbal “X”. Produk herbal “X” merupakan obat tradisional yang termasuk dalam kategori obat herbal tradisional. Sediaan ini mengandung kombinasi ekstrak jamur dewa (Agaricus blazei Murrill), ekstrak tumbuhan sarang semut (Myrmecodia pendans), dan ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Obat herbal tersebut sudah beredar di masyarakat dan sudah banyak pula yang menggunakannya untuk pengobatan. Namun belum ada data khasiat dan keamanannya. Uji Toksisitas Subkronik..., Dwi Sulistiyorini, Fakultas Farmasi, UMP, 2016 2 Berdasarkan data toksisitas dari ketiga bahan tersebut menunjukkan bahwa pemberian Agaricus blazei Murrill (ABM) dosis 10,5 dan 0,1 mg/mencit secara oral selama 28 hari tidak menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap penampakan histopatologi organ otak, jantung, ginjal, hati, limpa, kelenjar adrenal, testis atau ovarium (Chang et al, 2012). Menurut uji toksisitas akut ekstrak air tanaman sarang semut (Myrmecodia pendans) pada dosis 375 mg/kg bb menunjukkan adanya degenerasi pada hati bagian midzonal. Namun pada pemberian dosis ekstrak 3750 mg/kg bb dapat menimbulkan nekrosis pada jaringan hati dan ginjal (Soeksmanto et al, 2010). Sedangkan pada uji toksisitas 28 hari ekstrak etanolik tidak larut n-heksan tumbuhan sarang semut (Myrmecodia tuberosa (Jack) Bl.) pada dosis 140 mg/kgBB menyebabkan kerontokan bulu dan gambaran histopatologis menunjukkan adanya degenerasi hidropik epitel tubulus ginjal (Jati, 2013). Sedangkan pada uji toksisitas kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) ekstrak etanol buah manggis yang mengandung senyawa aktif xanthon tidak menunjukkan toksisitas baik secara akut maupun subkronis (Nugroho, 2009). Belum ada penelitian lebih lanjut mengenai keamanan penggunaan produk herbal “X” untuk pengobatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti efek toksik yang timbul setelah paparan sediaan uji secara berulang selama 28 hari melalui uji toksisitas subkronis dari produk herbal “X” yang mengandung ekstrak jamur dewa, ekstrak tumbuhan sarang semut dan ekstrak kulit buah manggis. Karena uji toksisitas subkronis adalah bagian dari uji praklinis yang merupakan penelitian awal untuk melihat apakah suatu bahan atau sediaan aman digunakan pada manusia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan dalam penelitian ini : 1. Apakah pemberian produk herbal “X” secara berulang selama 28 hari dapat menimbulkan efek toksik pada hewan uji ? Uji Toksisitas Subkronik..., Dwi Sulistiyorini, Fakultas Farmasi, UMP, 2016 3 2. Apakah dosis produk herbal “X” yang digunakan masih aman dan tidak menimbulkan efek toksik bagi hewan uji ? 3. Bagaimana pengaruh pemberian produk herbal “X” secara berulang selama 28 hari pada hewan uji terhadap berat badan, gejala toksik (jalan tak terkontrol, loncat tinggi, gelisah, kepasifan gerak, tidak ada kereaktifan terhadap rangsang, ataksia, dan mati), nilai hematologi (eritrosit dan leukosit) dan gambaran histopatologi organ hati, ginjal, lambung, dan usus pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk menentukan toksisitas subkronik yang timbul setelah pemberian produk herbal “X” secara berulang selama 28 hari. 2. Untuk mengetahui dosis produk herbal “X” yang masih aman dan tidak menimbulkan efek toksik pada hewan uji. 3. Untuk menentukan pengaruh pemberian produk herbal “X” secara berulang selama 28 hari pada hewan uji terhadap berat badan, gejala toksik (jalan tak terkontrol, loncat tinggi, gelisah, kepasifan gerak, tidak ada kereaktifan terhadap rangsang, ataksia, dan mati), nilai hematologi (eritrosit dan leukosit), dan gambaran histopatologi organ hati, ginjal, lambung, dan usus pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai toksisitas subkronik produk herbal “X”. 2. Dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kefarmasian, khususnya pada bidang uji praklinik produk herbal sehingga diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan. Uji Toksisitas Subkronik..., Dwi Sulistiyorini, Fakultas Farmasi, UMP, 2016 4 3. Diharapkan dapat memberikan infomasi bagi dinas kesehatan, BPOM, perusahaan industri obat, dan bagi konsumen pengguna obat tentang batas keamanan produk herbal “X” pada penggunaanya untuk manusia. Uji Toksisitas Subkronik..., Dwi Sulistiyorini, Fakultas Farmasi, UMP, 2016