pada uterus tikus (Rattus norvegicus)

advertisement
Studi ekspresi B-cell lymphoma-2 (BCL-2) dan Interleukin-2 (IL-2) pada uterus tikus (Rattus
norvegicus) model kanker mammae hasil induksi 7,12-Dimethylbenz
(α)antrasene (DMBA) Multiple lowdose (MLD)
Study expression of B-cell lymphoma-2 (BCL-2) and Interleukin-2 (IL-2) on uterine rat (Rattus
norvegicus) mammary cancer models induced by multiple lowdose
(MLD) 7,12-dimethylbenz (α) antrasene (DMBA)
Neny Novita Widiyanti, Sri Murwani dan Dyah Ayu Oktavianie A.P
Program Studi Kedokteran Hewan, Program Kedokteran Hewan,
Universitas Brawijaya
[email protected]
ABSTRAK
Kanker mammae adalah tumor ganas yang jaringan mammae dan dapat dipicu oleh agen
karsinogenik 7,12–dimethylbenz(α)antrhacene (DMBA). Induksi DMBA dapat menyebabkan
peningkatan ekspresi Beta cell Lyphoma-2 (BCL-2) dan inflamasi sistemik pada uterus yang ditandai
dengan peningkatan ekspresi Interleukin-2 (IL-2). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
induksi DMBA MLD terhadap ekspresi BCL-2 dan IL-2 pada uterus tikus. Metode penelitian ini adalah
true experimental laboratory dengan menggunakan tikus betina yang berumur 10-12 minggu dan berat
badan 150-200 gram sebagai hewan coba yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kontrol dan perlakuan.
Pembuatan keadaan kanker mammae dilakukan dengan induksi DMBA dengan dosis 10 mg/kg BB secara
subcutan pada mammae sebanyak 10 kali dan estrogen dengan dosis 20.000 IU/kg BB secara
intramuscular. Parameter yang di amati adalah ekspresi BCL-2 dan IL-2 dengan metode
imunohistokimia. Analisa data dilakukan dengan parametik uji T tidak berpasangan. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa induksi DMBA dengan dosis 10 mg/kg BB dan estrogen dengan dosis 20.000 IU/kg
BB dapat meningkatkan ekspresi BCL-2 uterus sebanyak 341,55% (12,54 ± 2,55) dan meningkatkan
ekpresi IL-2 uterus sebanyak 1352,94% (14,82 ± 2,01) pada kelompok perlakuan. Kesimpulannya induksi
DMBA MLD dengan dosis 10 mg/kg secara subcutan pada mammae dan estrogen dengan dosis 20.000
IU/kg BB dapat meningkatkan ekspresi BCL-2 dan IL-2 pada uterus tikus (Rattus norvegicus).
Kata Kunci : Kanker Mammae, DMBA, IL-2, BCL-2
ABSTRACT
Mammary cancer is a malignant breast tumor that can be triggered by 7,12dimethylbenz(α)antrhacene (DMBA) as a carcinogenic agent. DMBA induction can lead to increasing of
Beta cell Lyphoma-2 (BCL-2) expression and systemic inflamation on reproductive organs such as uterine
which was characterized by increasing of Interleukin-2 (IL-2) expression. This research was aimed to find
out the effect of DMBA induction on uterine BCL-2 and IL-2 expression of rat (Rattus norvegicus). The
method of this study was true experimental laboratory that used 10-12 weeks female rats with 150-200
grams body weight as animal models and divided into two groups: control and treatment group. The
mammary cancer models were conducted by induction of DMBA with doses of 10 mg/kg subcutaneusly
on mammae for 10 times and estrogen with dose of 20.000 IU/kg BW intramuscularly. The parameters of
this study were the expression of BCL-2 and IL-2 that determined by immunohistochemistry method.
Data were analyzed using independent T-test. The results showed that induction of DMBA with the dose
of 10 mg/kg BW and estrogen dose of 20.000 IU/kg BW could increase the expression of uterine BCL-2
and IL-2 as much as 341,55% (12,54 ± 2,55) and 1352,94% respectively (14,82 ± 2,01). The conclusion
is the induction of MLD DMBA with the dose of 10 mg/kg BW on mammae subcutaneously and estrogen
with dose of 20.000 IU/kg BW can increase the expression of BCL-2 and IL-2 on rat uterine.
Keywords : Mammary cancer, DMBA, IL-2, BCL-2
1
2 ini terdapat pada permukaan sel
(Baratawidjaja, 2004).
Induksi DMBA pada mammae, tidak
hanya mempengaruhi organ mammae saja
tetapi
juga
adanya
kemungkinan
mempengaruhi organ lain seperti uterus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh induksi DMBA MLD dengan dosis
10 mg/kg BB (Modifikasi Cordeiro dan
Kaliwal, 2011) terhadap ekspresi BCL-2 dan
IL-2 pada organ uterus, karena belum
banyaknya penelitian tentang pengaruh
induksi DMBA pada kanker mammae
terhadap organ uterus, hal ini mendorong
penulis untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang kemungkinan tersebut.
PENDAHULUAN
Kanker adalah kondisi sel kehilangan
mekanisme normal dan pengendaliannya
sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak
normal, cepat dan tidak terkendali (Hartati,
2008). Kanker mammae adalah salah satu
neoplasma yang paling umum pada anjing
betina, yaitu sebesar 52% dari semua
neoplasma ganas. Kanker mammae pada
hewan dapat disebabkan karena berbagai
faktor seperti hormon, faktor lingkungan,
gaya hidup, konstitusi genetika dan sinar UV
(Polton, 2009).
Senyawa
karsinogen
untuk
menginduksi kanker mammae pada tikus
yang sering digunakan dalam penelitian
sebelumnya
adalah
senyawa
7,12dimethylbenz(α)antrasene
(DMBA)
(Singletary et al., 1997 ; Anderson et al.,
1999 ; Kubatka et al., 2002). Mekanisme
aktivasi DMBA yang dapat mengubah
DMBA menjadi intermediate reaktif
melibatkan enzim sitokrom P-450 yaitu
menghasilkan epoksid dihidrodiol yang dapat
merusak DNA (Melendez-Colon et al.,
1999).
Sel kanker berpotensi untuk melakukan
apoptosis dan proliferasi sel yang tinggi.
Protein dalam kelompok proapoptosis adalah
BAX, BAK, dan BOK sedangkan yang
termasuk
protein
yang
termasuk
antiapoptosis adalah BCL-2 dan BCL-XL.
Protein proapoptosis menginduksi pelepasan
sitokrom C melalui aktivasi caspase bersama
Apaf-1. Pengaturan apoptosis tergantung
rasio relative dari BCL-2 dan dimerisasinya.
Homodimer BCL-2 akan menghambat
apoptosis dan homodimer BAX menginduksi
apoptosis (Sekti dkk., 2010).
Sistem imunitas tubuh mengenali sel
kanker sebagai nonself yang bersifat
antigenik, sehingga akan menginduksi respon
imun humoral dan seluler. Respon imun yang
lebih banyak berperan adalah respon imun
selular daripada respon imun humoral,
meskipun tubuh tetap membentuk antibodi
tehadap antigen tumor. Antigen dapat
merangsang proliferasi limfosit T yang diatur
oleh IL-2 terhadap reseptornya. Reseptor IL-
MATERI DAN METODE
Perlakuan Hewan Coba
Hewan coba menggunakan tikus
(Rattus norvegicus) strain Sprague dawley
betina, yang dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok kontrol adalah tikus sehat
yang hanya diberi makan dan minum
sedangkan kelompok perlakuan adalah tikus
yang di induksi DMBA dengan dosis 10
mg/kg BB dan estrogen 20.000 IU/kg BB.
Penggunaan hewan coba telah mendapat
sertifikat laik etik oleh Komisi Etik
Penelitian Universitas Brawijaya Nomor189KEP-UB.
Perhitungan Dosis DMBA dan estrogen
Dosis DMBA yang diberikan pada
kelompok perlakuan yaitu 10 mg/kg BB yang
merupakan modifikasi dari Cordeiro dan
Kaliwal (2011), DMBA dilarutkan dengan
minyak biji
bunga matahari dan NaCl
fisiologis
dengan
perbandingan
3:1
(Pugalendhi et al., 2011). Dosis estrogen
yang diberikan pada kelompok perlakuan
yaitu 20.000 IU/kg BB merupakan
modifikasi dari Naciff et al., (2002).
Pembuatan Hewan Model Kanker Mammae
Pembuatan hewan model kanker
mammae dilakukan dengan cara tikus
diinduksi DMBA dengan dosis 10 mg/kg BB
2
secara subcutan pada mammae setiap dua
hari sekali sebanyak sepuluh kali induksi dan
Induksi estrogen dengan dosis 20.000 IU/kg
BB secara intramuscular setiap empat hari
sekali yang diberikan dengan waktu
bergantian dengan induksi DMBA.
dengan antibodi primer dalam susu skim 1%
dalam pbs-tween suhu 4oC (24 jam). Slide
dicuci dengan PBS pH 7,4 (3x menit).
Inkubasi dengan antibodi sekunder goat
anti-rabbit berlabel biotin dengan suhu
ruang (1 jam). Dicuci dengan PBS pH 7,4
(3x5 menit). Ditetesi dengan SA-HRP dalam
suhu ruang (45 menit) dan dicuci dengan
PBS pH 7,4 (3x5 menit). Ditetesi dengan
DAB (Diamano Benzidine) dalam suhu ruang
(30 menit) dan dicuci dengan PBS pH 7,4
(3x5 menit). Counterstaning dengan Mayer
Hematoxylen (10 menit) lalu direndam dalam
air kran (10 menit). Slide dicuci dengan
akuades dan dikeringkan kurang lebih satu
malam. Dibilas dengan aquades dan
dikeringkan. Mounting slide dengan entelan
lalu keringkan dalam suhu ruang dan ditutup
dengan cover glass (Hayat, 2005).
Pengamatan tikus pasca induksi DMBA
Tikus yang sudah diinduksi DMBA
dilakukan penimbangan berat badan dan
palpasi pada daerah mammae. Palpasi
dilakukan setiap satu minggu sekali untuk
mengetahui perkembangan kanker sampai
terbentuknya nodul pada mammae tikus.
(Hamid dan Meiyanto, 2009).
Pengambilan Organ Uterus Tikus
Pengambilan organ uterus tikus
dilakukan pada hari ke 28. Langkah pertama
tikus dimasukan dalam wadah yang berisi
kloroform. Setelah itu tikus diletakkan posisi
terlentang dan dilakukan insisi pada bagian
abdomen, kemudian organ uterus diambil.
Organ uterus dicuci dengan NaCl fisiologis
0,9% dan selanjutnya uterus dimasukkan
dalam PFA 4%.
Pengamatan Ekspresi BCL-2 dan IL-2
Perhitungan persentase area ekspresi
IL-2 dan BCL-2 diamati menggunakan
mikroskop olympus dengan perbesaran 400x
sebanyak lima lapang pandang dan di analisa
menggunakan software Axio Vision.
Pembuatan preparat histopatologi
Analisis Data
Proses
pembuatan
preparat
histopatologi terdiri dari fiksasi, dehidrasi
dan infiltrasi penjernihan, infiltrasi paraffin,
embedding, sectioning dan penempelan di
gelas objek (Muntiha, 2001).
Data yang diperoleh dari penelitian ini
adalah data kuantitatif
yang kemudian
dianalisa menggunakan independent T test
dengan α=0,05.
Pewarnaan Preparat dengan Imunohistokimia BCL-2 dan IL-2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Preparat uterus direndam ke dalam
xylol I, xylol II, ethanol absolut 1, ethanol
absolut 2, ethanol 90%, ethanol 80%, ethanol
70%, ethanol 30% dan aquades selama (5
menit). Preparat dicuci dengan PBS pH 7,4
(3x5 menit). Unmusking dalam buffer sitrat
pH 6 dan edta pH 8 (10-20 menit) suhu suhu
9oC dan cuci dengan akuades. Jaringan
ditetesi 3% H2O2 (10 menit) lalu dicuci
dengan PBS pH 7,4 (3x5 menit) dan diblok
dengan susu skim 1% dalam PBS 30 menit
suhu ruang. Jaringan dicuci dengan PBS pH
7,4 selama (3x5 menit). Jaringan diinkubasi
Metode
untuk
mengetahui
keberhasilan pembuatan hewan model kanker
adalah dengan cara melakukan palpasi pada
daerah mammae setiap satu minggu sekali
(Hamid dan Meiyanto, 2009). Pada penelitian
ini nodul kanker pertama muncul pada hari
ke 14 setelah induksi pertama kali. Pada hari
ke 28 nodul sudah mengeras dan tidak dapat
digerakkan. Menurut Khasanah (2013)
adanya benjolan pada daerah mammae yang
sudah mengeras dan tidak beraturan
menunjukkan terjadinya kanker mammae.
Pernyataan tersebut membuktikan bahwa
Pemeriksaan Nodul Kanker
3
induksi DMBA dengan dosis 10 mg/kg BB
dua hari sekali sebanyak 10 kali secara
subcutan pada mammae dan estrogen dengan
dosis 20.000 IU/kg BB empat hari sekali
secara intramuscular dapat menginisiasi
kanker mammae.
Dalam penelitian ini
pemberian induksi DMBA MLD dengan
interval waktu 48 jam dapat menjaga kondisi
DMBA dalam darah tetap stabil (Kuhl,
2013). Selain itu induksi DMBA dilakukan
langsung ke organ target yaitu mammae
sehingga mempercepat DMBA untuk
mencapai sel targetnya. Hasil penelitian ini
terbentuknya nodul lebih cepat dibandingkan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ranasasnita (2008) menggunakan tikus SD
yang berusia 38 hari, dimana induksi DMBA
dilakukan secara oral dengan dosis 20 mg/kg
BB dan nodul kanker pertama muncul 24 hari
setelah induksi terakhir. Nodul terbentuk
akibat
dari
sel
yang
mengalami
perkembangan yang berlebih (proliferasi)
sehingga berbentuk massa padat (Wongso
dan Iswahyudi, 2013).
A
B
Gambar 1. Pemeriksaan Nodul kanker
Ket : A = tikus kontrol dan B = tikus perlakuan (pasca induksi DMBA10 mg/kg BB dan
estrogen 20.000 IU/kg BB), ( ) = nodul.
Pengaruh induksi DMBA terhadap ekspresi
Beta cell lymphoma 2 (BCL-2) pada Uterus
tikus (Rattus norvegicus)
bahwa induksi DMBA dan estrogen dapat
menyebabkan peningkatan ekspresi BCL-2
(Gambar 2). Ekspresi BCL-2 pada uterus
ditunjukkan dengan adanya warna coklat
pada sitoplasma.
Hasil penelitian ini menunjukkan
A
B
Gambar 2 : Ekspresi BCL-2 pada uterus tikus (Perbesaran 400x)
Ket : A= tikus kontrol dan B = tikus perlakuan (pasca induksi DMBA 10 mg/kg BB dan
estrogen 20.000 IU/kg BB), ( ) = ekspresi BCL-2.
4
Rata-rata persentase area ekspresi
BCL-2 pada jaringan uterus tikus kelompok
perlakuan mengalami peningkatan yang
signifikan dibandingkan pada jaringan
uterus tikus kelompok control (Tabel 1).
Tabel 1. Persentase area Ekspresi BCL-2 pada uterus tikus
Rata-rata persentase area
ekspresi BCL-2
Peningkatan (%)
(A) Kontrol
2,84 ± 0,79
0
(B) Perlakuan
12,54 ± 2,55
341,55
Kelompok Perlakuan
Hasil analisa menggunakan uji T tidak
berpasangan menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan (P˂0,05) antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Pada kelompok kontrol terdapat ekspresi
BCL-2 yang lebih sedikit dibandingkan
kelompok perlakukan karena BCL-2 secara
normal digunakan untuk menentukan respon
suatu sel terhadap stimulus apoptosis melalui
jalur instrinsik yang terdapat pada membran
mitokondria
bagian
luar,
retikulum
endoplasma dan membran inti (Chou et al.,
1999).
Induksi DMBA secara subcutan pada
mammae menyebabkan DMBA berikatan
dengan Aryl hydrocarbon receptor (Ahr) di
sitosol, lalu menuju nukleus berikatan
dengan Aryl receptor nuclear translocator
(ARNT) sehingga mengaktivasi enzim
sitokrom P-450 (Lin et al., 2002). Aktivasi
sitokrom p-450 ini juga dipengaruhi oleh
hormon estrogen dalam tubuh. Hormon
estrogen didalam tubuh yang paling banyak
estradiol (Clemons and Goss, 2001).
Estradiol digunakan sebagai ligan dari
reseptor estrogen dan substrat dari sitokrom
P450 (James et al., 2006). Senyawa DMBA
dioksidasi sitokrom P450 (CYP1B1) menjadi
3,4-epoxides,
lalu menjadi
metabolit
proximate carcinogenic yaitu DMBA-3,4diol melalui reaksi
hidrolisis oleh
microsomal epoxide hydrolase (MEH).
Metabolit ini akan dioksidasi oleh CYP1A1
atau CYP1B1 menjadi metabolit ultimate
carcinogenic yaitu DMBA-3,4-diol-1,2epoxide yang merupakan metabolit reaktif
dari DMBA (Smith, 2000). Metabolit reaktif
dari DMBA akan menyebabkan kerusakan
DNA (Meiyanto dkk., 2007). Kerusakan
DNA dapat menyebabkan mutasi gen P53.
Inaktivasi
P53
dapat
menyebabkan
peningkatan ekspresi BCL-2. Dimana BCL-2
adalah protein yang berperan untuk mengatur
atau menghambat apoptosis. Ekspresi
berlebih dari
BCL-2 akan mencegah
pelepasan sitokrom C sehingga ikatan antara
sitokrom C dengan Apoptotic protease
activating factor 1 (Apaf-1) dan ATP untuk
membentuk apoptosome tidak terjadi. Hal ini
menyebabkan
caspase-9
tidak
dapat
diaktifkan sehingga terjadi hambatan
apoptosis. (Bors et al., 1990 ; Kirkin et al.,
2004 ; Skommer et al., 2010 ). Peningkatan
ekspresi BCL-2 akan mempengaruhi fungsi
proapoptosis sehingga akan menyebabkan
penurunan
apoptosis
yang
dapat
menimbulkan kanker (Lumongga, 2008).
Hasil penelitan ini menunjukkan terdapat
peningkatan yang signifikan ekspresi BCL-2
pada uterus. Terjadinya peningkatan ini
disebabkan karena hormon estrogen yang
tinggi dan reseptor estrogen yang meningkat
memicu terjadinya proliferasi sel uterus.
Proliferasi sel uterus akan ditandai dengan
peningkatan
ekspresi
BCL-2
yang
merupakan gen antiapoptosis. Ekspresi BCL2 pada uterus yang meningkat akan
menghambat gen proapoptosis yaitu BAX
dan menyebabkan penurunan kemampuan
apoptosis sel (Cahyanti, 2008). Adanya
peningkatan ekspresi BCL-2 pada uterus
dimungkinkan dapat memicu proliferasi sel
uterus dan memunculkan kanker pada uterus.
5
Pengaruh induksi DMBA terhadap ekspresi
Beta cell lymphoma 2 (BCL-2) pada Uterus
tikus (Rattus norvegicus)
menyebabkan peningkatan ekspresi IL-2
(Gambar 3). Ekspresi IL-2 pada
uterus
tikus ditunjukkan dengan adanya warna
coklat pada sitoplasma.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa induksi DMBA dan estrogen dapat
A
B
Gambar 3 : Ekspresi IL-2 pada uterus tikus (Perbesaran 400x)
Ket : A = Uterus tikus kontrol dan B = uterus tikus Perlakuan (pasca induksi DMBA 10
mg/kg BB dan estrogen 20.000 IU/kg BB),( ) = ekspresi IL-2
Rata-rata persentase area ekspresi
IL-2 pada uterus tikus kelompok perlakuan
mengalami peningkatan yang signifikan
dibandingkan pada jaringan uterus tikus
kelompok kontrol negatif (Tabel 2).
Tabel 2. Persentase area Ekspresi IL-2 pada uterus tikus
Kelompok
(A)
Kontrol Negatif
(B)
Perlakuan
Rata-rata presentase area
ekspresi IL-2 ± SD
1,02 ± 0,54
14,82 ± 2,01
Hasil analisa menggunakan uji T
tidak perpasangan menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan
(P<0,05) antara kelompok kontrol dan
perlakuan. Pada kondisi normal sitokin
terdapat di dalam tubuh sebagai sistem
kekebalan. Sitokin IL-2 merupakan protein
yang dihasilkan oleh sel
Th1 untuk
membantu sistem kekebalan tubuh memicu
respon imun (Baratawidjaya, 2004).
Hasil induksi DMBA pada tikus
secara
subcutan
pada
mammae
menyebabkan DMBA menjadi bentuk
yang reaktif yang diubah oleh sitokrom
Peningkatan
(%)
0
1352,94
P450 yaitu ultimate carsinogen berupa
senyawa epoksida dihidrodiol yang
merupakan metabolit aktif dari DMBA
(Rowlands et al., 2001). Metabolit aktif
DMBA ini dapat membentuk DNA adduct
dan menginduksi reactie oxygen spesies
(ROS) (Weimer et al., 2000). Reactive
oxygen species (ROS) yang terangkut
aliran darah keseluruh tubuh akan
menyebabkan inflamasi sistemik pada
uterus. Reactive oxygen species yang
mengalami peningkatan sangat berbahaya
karena memiliki sifat reaktifitas tinggi.
Keberadaan ROS yang berlebihan akan
6
menyebabkan terjadinya stres oksidatif.
Stres oksidatif terjadi karena adanya
ketidak seimbangan antara radikal bebas
dan antioksidan dalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan sel yang ditandai
dengan penurunan kadar antioksidan tubuh
(Fiqriyana, 2010).
Sel yang mengalami kerusakan
akan mengaktivasi pelepasan dari mediator
inflamasi. Adanya mediator inflamasi akan
mendorong aktivasi dari platelet sehingga
menyebabkan peningkatan permeabilitas
dan dilatasi dari pembuluh darah. Keadaan
ini akan memicu monosit ke bagian
jaringan yang mengalami luka dan
berdiferensiasi menjadi makrofag (Boyer
et al., 2000). Aktivasi makrofag
menghasilkan radikal bebas dan sitokin
proinflamasi IL-2. (Abbas et al., 1991).
Interleukin-2 akan menstimulasi terjadinya
inflamasi
sistemik
pada
uterus.
Interleukin-2 merupakan hasil sekresi dari
sel Th1 yang teraktivasi oleh aktivitas
makrofag akan merangsang sel tersebut
untuk
memperbanyak
diri
dan
menghasilkan sitokin yang lebih aktif lagi
(Campbell, 2004). Pernyataan tersebut
menyebabkan ekspresi IL-2 pada jaringan
uterus meningkat. Sitokin IL-2 berfungsi
sebagai faktor pertumbuhan autokrin dan
memicu pertumbuhan dan diferensiasi sel
T CD8 menjadi sel T sitotoksik (Abbas et
al., 1991).
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
adanya metastase kanker mammae ke
uterus akibat induksi DMBA.
2. Perlu dilakukan penelitian induksi
DMBA dengan dosis yang berbeda
untuk mengetahui dosis yang paling
optimal dalam pembuatan hewan coba
kanker mammae.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada analis dan staf Laboratorium
Farmakologi Fakultas Kedokteran dan
Laboratorium Biokimia Fakultas MIPA
Universitas
Brawijaya
yang
telah
membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., A.H. Lichtman and J.S.
Pober. 1991. Cellular and molecular
immunology.
WB
Saunders
Company: Philadelphia.
Anderson, L.E., G.A. Boorman., J.E.
Morris., L.B. Sasser., P.C. Mann.,
S.L. Grumbein., J.R. Hailey., A. Mc
Nally, R.C. Sills and J.K Haseman.
1999. Effect of 13 weeks Magnetic
Fields Exposure on DMBA-Initiated
Mammary Gland Caricinomas in
Female
Sprague-Dawley
Rats.
Carcinogenesis 20 (8) : 1615-1620.
KESIMPULAN
1. Induksi DMBA secara subcutan pada
mammae dapat menyebabkan kanker
mammae dengan terbentuknya nodul
yang mengeras pada mammae.
2. Induksi DMBA secara subcutan pada
mammae dapat meningkatkan ekspresi
BCL-2 dan IL-2 pada uterus tikus
sebanyak 341,55%
dan 1352,94%,
dengan adanya peningkatan tersebut
memungkinkan kanker mammae sudah
mengalami metastase ke uterus.
Baratawidjaja, K. 2004. Imunologi dasar.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia : Ed 6 Jakarta.
Bors W., W. Heller., C. Michel., M.
Saran.,
1990.
Flavonoids
as
antioxidants:
Determination
of
radical scavenging efficiencies.
Methods Enzymol. 186: 343- 55.
Boyer, B., A.M. Valles and N. Edme.
2000. Induction and regulation of
epithelial-mesnchymal transitions.
Biochem Pharmacol. 60:10911099.
7
Cahyanti, R.D. 2008. Bcl-2 dan indeks
apoptosis
pada
hiperplasia
endometrium non-atipik simpleks
dan kompleks [tesis]. Program Pasca
Sarjan Magister Ilmu Biomedik dan
Program
Pendidikan
Dokter
Spesialis I obstetri Ginekologi.
Universitas Diponegoro.
Ceccarelli, C. 2005. Concurent EGFr and
Cox-2 Expression in Colorectal
Cancer : Proliferation Impact And
Tumor Spreading. Annonc. 15 : 74-9.
Chou, J.J., H. Li., G.S Salvesen., J. Yuan
and G. Wagner. 1999. Solution
Structure of Bid, an Intracellular
Amplifier of Apoptotic Signaling.
Cell. 96 : 615- 624.
Clemons, M. and P. Goss., 2001, Estrogen
and the risk of breast cancer, N.
Engl. J. Med. 344(4). 276-285.
Cordeiro, M.C and B.B. Kaliwal., 2011.
Antioxidant activity of bark extract
of bridelia retusa spreng on DMBA
induced mammary carsinogenesis in
female sprague dawley rats. Journal
of pharmacognosy. 2:14-20.
Fiqriyana,
M.A.,
2010.
Pengaruh
pemberian ekstrak Euchema spinom
terhadap kadar glukosa dalam darah
dan aktivitas superoksida dismutase
(SOD) pada tikusterpapar multiple
low doses streptozotocin (MLDSTZ) [Skripsi]. Fakultas Matematika
dan Ilmu pengetahuan Alam.
Universitas Brawijaya.
Hamid, I.S dan E. Meiyanto. 2009.
Modulasi CYP1A1 dan GST serta
ekspresi P53 dan Ras setelah induksi
7,12-Dimethyl
Benz(ά)antrasen
(DMBA) dan pemberian anti
karsinogenesis Gynura Procumbens
dan curcuma zedoaria pada tikus
galur Sprague dawley. J Penelit Med
Eksakta. 8(3) : 168-177.
Hartati, A.C. 2008. Konsep Diri dan
Kecemasan Wanita Penderita Kanker
Payudara di Poli Bedah Onkologi
Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan [skripsi].
Fakultas Kedokteran. Universitas
Sumatra Utara.
Hayat, M.A. 2005. Handbook of
Immunohistochemistry and in situ
Hybridization
of
Human
Carcinomas, Volume 3 Molecular
Genetics, Liver Carcinoma, and
Pancreatic Carcinoma. Department
of Biological Sciences. Kean
University Union, New Jersey.
James, D., Ph.D. Yoger., E. Nancy and
M.D. Davidson. 2006. Estrogen
carsinogenesis in breast cancer. The
new england journal of medicine.
354:270-82.
Khasanah, S.T. 2013. Karsinoma mammae
stadium IV dengan tanda-tanda
dyspnoe dan paraplegi ekstremitas
inferior. Medula. 1(2).
Kirkin., S. Joos., M. Zornig., 2004. The
role of Bcl-2 family members in
tumorigenesis. Biochim Biophys
Acta. 1644: 229-49.
Kubatka, P., E. Ahlersova., I. Ahlers., B.
Bojkova.,
K.
Kalicka.,
E.
Adamekova., M. Markova., M.
Chamilova., and M. Cermakova.
2002. Variability of Mammary
Carsinogenesis Induction in Female
Sprague-Dawley and Wistar: Han
Rats : the Effect of Season and Age.
Physiol. 51 : 633-640.
Kuhl, R. 2013. Consideration for use of
dimethylbenz(a)anthracene(DMBA).
Madison : Environment health and
safety departement of University of
Wiscosin.
Lin, P., W. Suh., H. Tzu., 2003.
Correlation
between
Gene
Expression of Aryl Hydrocarbon
Receptor
(AhR),
Hydrocarbon
Receptor
Nuclear
Translocator
(Arnt),
Cytochromes
P4501A1
(CYP1A1) and 1B1.
Lumongga,
F.
2008.
Apoptosis.
Departemen
Patologi
Anatomi
Fakultas Kedokteran. Universitas
Sumatra Utara : Medan.
Melendez-Colon, V., Luch, A., Seidel, A.,
and Baird, W.M., 1999. Cancer
8
Initiation by Polycyclic Aromatic
Hydrocarbon
Results
from
Formation of Stable DNA Adducts
rather
than
Apurinic
Sites.
Carcinogenesis. 20(10) 1885-1891.
and Whey Proteins Downregulate
DMBA-Induced
Liver
and
Mammary Gland CYP1 Expression
in Female Rats. Journal of Nutrition.
131 : 3281-3287.
Sekti,
D.A.,
M.F.
Mubarok.,
I.
Armandani.,
S.
Junedy.,
E.
Meiyanto. 2010. Ekstrak Etanolik
Daun Awar-Awar (Ficus Septica
Burm, F) Memacu Apoptosis Sel
Kanker Payudara MCF-7 Melalui
Penekanan Ekspresi BCL-2. Majalah
Obat Tradisional. 15(3) : 100-104.
Singletary, K., C. Macdonald and M.
Wallig. 1997. The Plasticizer Benzyl
Butyl Phtalate (BBP) Inhibits 7,12dimethylbenz(a)anthracene
(DMBA)-induced rat Mammary
DNA Adduct Formation and
Tumorigenesis. Carsinogenesis. 18
(8) 1669-1673.
Skommer, J., T. Brittain., S. Rayhaudhuri.
2010. Bcl-2 inhibits apoptosis by
increasing the time-to-death and
intrinsic cell-to-cell variations in the
mitochondrial pathway of cell death.
Apoptosis 15:1223–1233.
Smith, A.D. 2000. Oxford Dictionary of
Biochemistry
and
Molecular
Biology. Revised Ed. London :
Oxford University Pr. pp. 345.
Weimer, T.L., A.P. Reddy., U. Harttig., D.
Alexander., S.C. Stamm., M.R.
Miller., W. Baird., J. Hendricks and
G. Bailey. 2000. Influence of bNaphthoflavone
on
7,12Dimethylbenz
[a]
anthracene
Metabolism, DNA Adduction, and
Tumorigenicity in Rainbow Trout.
Toxicological Sciences.57:217-228.
Wongso, H dan Iswahyudi. 2013. Induksi
Kanker Pada Tikus Putih Sprague
Dawley sebagai Hewan Model
Dalam Penelitian Radiofarmaka.
Prosiding Seminar Sains dan
Teknologi Nuklir. Bandung.
Meiyanto, E., S. Susilowati., S.
Tasminatun., R. Murwanti dan
Sugiyanto. 2007. Efek Komprehensif
Etanolik Gynura Procumbens (Lour),
Merr pada Karsinogenesis Kanker
Payuara Tikus. 2007. Majalah
Farmasi Indonesia. 18(3):154-161.
Muntiha, M. 2001. Teknik Pembuatan
Preparat
Histopatologi
Dari
Jaringan Hewan dengan Pewarnaan
Hematoksilin Eosin (H&E). Temu
Teknis Fungsional Non Peneliti.
Bogor.
Naciff, J.M.M., Lynn J., Suzanne M.T.,
Gregory J.C., Jay P.T., Gary, J.O.,
George P.D. 2002. Gene Expression
Profile Induced by 17a-Ethinyl
Estradiol, Bisphenol a and Genistein
In
the
Developing
Female
Reproductive System of The Rat.
Toxicological sciences. 68 : 184-199.
Polton G. 2009. Mammary Tumours in
Dogs. Irish Veterinary Journal.
62(1).
Pugalendhi, P., S. Manoharan., K. Suresh.,
N. Baskaran. 2011. Genistein and
daidzein, in combination, protect
cellular
integrity
during7,12dimethylbenz(a)antracene
(DMBA)
induced
mammary
carcinoogenesis in sprague-dawley
Rats. Afr J Tradit Complement
Altern Med. 8(2):91-97.
Ranasasnita, R. 2008. Aktivitas antikanker
ekkstrak Etanol Daun Aglaia
Elliptica Blume pada Tikus Betina
yang
Diinduksi
7,12dimethylbenz(a)antrasena [skripsi].
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian
Bogor.
Rowlands, J.C., L. He, R. Hakkak., M.J.J.
Ronis., and T.M. Badger. 2001. Soy
9
Download