I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia kasus kanker rongga mulut berkisar 3-4% dari seluruh kasus kanker yang terjadi. Sekitar 90-95% dari total kanker pada rongga mulut merupakan kanker sel skuamosa (King, 2006). Kanker sel skuamosa sering terjadi pada lidah terutama bagian lateroposterior (Seyedmajidi dan Faizabadi, 2008). Dari 441 kanker sel skuamosa lidah, 25% terjadi pada wanita dan 75% terjadi pada pria (Achmad dkk., 2011). Prognosis dari kanker sel skuamosa adalah buruk, terkait invasi lokal dan metastasis yang agresif sehingga mengarah pada kekambuhan dan kematian (Wang dkk., 2013). Kanker adalah pertumbuhan sel yang cepat, abnormal, dan tidak terkendali. Kanker memiliki beberapa sifat seperti anaplasia, metastasis, dan pertumbuhan yang cepat (Achmad dkk., 2011). Kanker rongga mulut merupakan suatu pertumbuhan sel kanker yang dapat terjadi di mukosa bibir, lidah, palatum, gingiva, dasar mulut dan pipi (Khandekar, 2006). Kanker sel skuamosa lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel lidah. Penyebab kanker lidah bersifat multifaktorial dan kompleks. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker lidah yaitu faktor lokal meliputi kebersihan rongga mulut yang buruk, iritasi kronis dari restorasi, dan karies gigi, sedangkan faktor luar antara lain kebiasaan 1 2 merokok, minum alkohol, menyirih, virus, serta faktor host meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi, sistem imun, dan genetik (Sirait, 2013). Apoptosis adalah mekanisme kematian sel terprogram yang penting dalam berbagai proses biologi. Apoptosis merupakan suatu proses seluler yang terjadi baik dalam keadaan fisiologis dan patologis untuk mengatur jumlah sel (Wong, 2011). Pada sel normal, jumlah sel diatur oleh keseimbangan tingkat pembelahan sel (proliferasi) dan tingkat kematian sel (apoptosis). Tidak terkontrolnya pembelahan sel yang terjadi akan menyebabkan kanker (Albert dkk., 2002; Kumar dkk., 2007). Gen p53 merupakan gen penekan tumor yang berperan pada regulasi apoptosis dan cell cycle arrest (Gasco dkk., 2002). Jumlah gen p53 akan terakumulasi bila DNA mengalami kerusakan. Aktivitas p53 berupa penghentian pertumbuhan sel atau apoptosis sel. Gen ini berfungsi mencegah replikasi sel pada sel yang rusak secara genetik melalui penghentian siklus sel pada fase G1 atau interfase, sehingga sel mempunyai waktu untuk melakukan self repair (Lippman dan Hong, 2001). Pada penyakit kanker, umumnya p53 mengalami mutasi. Mutasi pada gen p53 menyebabkan hilangnya kemampuan p53 untuk menginduksi cell cycle arrest atau apoptosis dan hilangnya afinitas p53 untuk mengikat DNA yang rusak (Gasco dkk., 2002). 7,12-dimetilbenz[a]antrasen (DMBA) merupakan golongan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) yang diketahui bersifat sebagai karsinogen pada manusia (Yu dkk., 2005). Oksidasi metabolik DMBA akan 2 3 menghasilkan metabolik epoksida yang sangat reaktif sehingga mampu memicu karsinogenesis (King, 2006). Metabolit reaktif DMBA akan membentuk adduct pada DNA sehingga terjadi mutasi DNA yang menyebabkan perubahan sifat sel-sel normal menjadi sel kanker yang tak terkontrol (King, 2006). Terapi kanker lidah yang biasa dilakukan adalah terapi bedah, radiasi, dan kemoterapi. Kekurangan dari terapi bedah adalah penurunan kulitas hidup penderita secara fungsional maupun psikologis, sedangkan terapi radiasi menyebabkan terjadi disfagia dan xerostomia pada penderita setelah pengobatan. Kemoterapi mempunyai efek samping kerusakan selain sel kanker (Kasibhatla dan Tseng, 2003; Specht, 2007; Wong, 2014). Pengobatan alternatif menggunakan ramuan bahan alami banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia (Djumidi, 1991). Banyak tanaman obat yang diteliti khasiatnya sebagai zat anti kanker, salah satunya adalah herba ciplukan (Physalis angulata). Tanaman ini mengandung beberapa senyawa aktif antara lain saponin, flavonoid, polifenol, asam klorogenat, alkaloid, vitamin C, gula, tanin, asam sitrat dan fisalin (Djumidi, 1991). Senyawa aktif yang diduga sebagai antikanker pada herba ciplukan adalah fisalin. Ekstrak etanolik herba ciplukan secara in vitro memiliki aktivitas sitotoksik dan mampu menginduksi terjadinya apoptosis pada sel kanker leher rahim HeLa dan sel kanker payudara MCF-7 (Darma dkk., 2010; Fitria dkk., 2011). Fisalin B dan fisalin D memberikan aktivitas sitotoksik 3 4 pada beberapa sel kanker (Magalhaes dkk., 2006). Berdasarkan data tersebut maka penting dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanolik herba ciplukan terhadap peningkatan apoptosis sel epitel lidah tikus Sprague Dawley yang dipapar DMBA 2%. A. Perumusan Masalah Bagaimana pengaruh ekstrak etanolik herba ciplukan terhadap apoptosis sel epitel lidah tikus galur Sprague Dawley yang dipapar DMBA 2% ? B. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Chino dkk. (1983) menunjukkan bahwa suntikan larutan DMBA 0,25% dalam aseton setiap minggu pada lateral lidah hamster menimbulkan terbentuknya tumor di lidah pada minggu ke35. Mainenti dkk. (2008) telah meneliti bahwa suntikan larutan DMBA 2% dalam aseton pada glandula submandibularis yang dilakukan sekali pada hewan uji mampu menimbulkan kanker glandula submandibularis pada minggu ke-10. Monikawati (2011) telah meneliti penghambatan proliferasi sel payudara tikus Sprague Dawley dipapar 7,12- dimetilbenz[a]antrasena yang diberi ekstrak etanolik herba ciplukan dosis 750 mg/kg BB dan 1500 mg/kg BB. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanolik herba ciplukan dosis 750 mg/kg BB mampu menghambat proliferasi sel kanker payudara sebesar 13,23% sedangkan dosis 1500 mg/kg BB sebesar 17,65%. 4 5 Sejauh penulis ketahui penelitian mengenai pengaruh ekstrak etanolik herba ciplukan terhadap induksi apoptosis pada sel epitel lidah tikus Sprague Dawley yang dipapar DMBA 2% belum pernah dilaporkan sebelumnya. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanolik herba ciplukan terhadap apoptosis sel epitel lidah tikus Sprague Dawley yang dipapar DMBA 2%. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Dihasilkan suatu data ilmiah mengenai potensi ekstrak etanolik herba ciplukan terhadap apoptosis sel epitel lidah tikus Sprague Dawley yang dipapar DMBA 2% sehingga memperkaya ilmu pengetahuan. 2. Mengoptimalkan pemanfaatan herba obat yang terdapat di Indonesia sehingga mampu menghasilkan suatu alternatif pengobatan yang lebih terjangkau untuk menunjang pengobatan kanker mulut. 5