MODUL BAHASA INDONESIA DIKSI Fakultas Program Studi Ekonomi Akuntansi MODUL 09 Kode MK Disusun Oleh MK90008 Dra. Hj. Ekawati, M.Pd. Abstrak Kompetensi Diksi atau pilihan kata memiliki persyaratan ketepatan, keserasian, dan kecermatan. Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dalam memilih kata-kata yang tepat, serasi, dan cermat ketika menulis karya ilmiah. PILIHAN KATA (DIKSI) Pendahuluan Dalam kegiatan berbahasa, pilihan kata merupakan aspek yang sangat penting karena pilihan kata yang tidak tepat dapat menyebabkan ketidakefektifan bahasa yang digunakan, juga dapat mengganggu kejelasan informasiyang disampaikan. Kecuali itu, kesalahan informasi dan rusaknya situasi komunikasi juga tidak jarang disebabkan oleh penggunaan pilihan kata yang tidak tepat. Sebagai contoh, kita dapat memperhatikan ungkapan-ungkapan berikut. (1) Diam! (2) Tutup Mulutmu! (3) Saya harap Anda tenang (4) Jangan berisik! (5) Dapatkah Anda tenang sebentar? Ungkapan-ungkapan tersebut pada dasranya mengandung informasi yang sama, tetapi dinyatakan dengan pilihan kata yang berbeda-beda. Perbedaan pilihan kata itu dapat menimbulkan kesan dan efek komunikasi yang berbeda pula. Kesan dan efek itlah yang perlu dijaga dalam berkomunikasi jika kita tidak ingin situasi pembicaraan menjadi rusak. Kenyataan tersebut mengisyaratkan bahwa masalah pilihan kata hendaknya benar-benar diperhatikan oleh para pemakai bahasa agar bahasa yang digunakan menjadi efektif dan mudah dipahami sebagaimana yang kita maksudkan. 2016 2 Bahasa Indonesia Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kriteria Pemilihan Kata Agar dapat mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pikiran secara tepat, dalam berbahasa—baik lisan maupun tulis—pemakai bahasa hendaknya dapat memenuhi beberapa criteria dalam pemilihan kata. kriteria itu adalah sebagai berikut. (1) Ketepatan Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca atau pendengarnya.dengan kata lain, pilihan kata yang digunakan harus mampu mewakili gagasan secara tepat dan dapat menimbulkan gagasan yang sama pada pikiran pembaca atau pendengarnya. Ketepatan pemilihan kata semacam itu dapat dicapai jika pemakai bahasa mampu memahami perbedaan: (1) kata-kata yang bermakna denotatif dan konotatif dan (2) kata-kata yang bersinonim. Makna denotatif adalah makna yang mengacu pada gagasan tertentu (makna dasar), yang tidak mengandung makna tambahan atau nilai rasa tertentu, sedangkan makna konotatif adalah makna tambahan yang mengandung nilai rasa tertentu di samping makna dasarnya. Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia kita mengenal ada kata bini dan istri. Kedua kata itu mempunyai makna dasar yang sama, yakni ‘wanita yang telah menikah atau telah bersuami’, tetapi masing-masing mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata bini selain mempunyai nilai rasa yang berkonotasi kepada kelompok 2016 3 Bahasa Indonesia Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sosial tertentu, juga mempunyai nilai rasa yang cenderung merujuk pada situasi tertentu yang bersifat informal. Sementara itu, kata istri mempunyai nilai rasa yang bersifat netral, tidak berkonotasi pada kelompok sosial tertentu dan dapat dipergunakan untuk keperluan formal ataupun informal. Sejalan dengan itu, pada contoh berikut kata istri dapat digunakan untuk keperluan pemakaian bahasa yang resmi, sedangan kata bini penggunaannya tidak tepat. (1) Kami mengharapkan kehadiran Anda beserta istri/ *bini dalam pertemuan besok. Jika mampu memahami perbedaan makna denotasi dan konotasi, pemakai bahasa juga dapat mengetahui makna apa yang dikandung oleh kata kambing hitam pada contoh berikut. (2) Karena perlu biaya, ia menjual kambing hitamnya dengan harga murah. (3) Dalam setiap kerusuhan mereka selalu dijadikan kambing hitam. Beberapa contoh beserta keterangannya itu memberikan gambaran bahwa seseorang yang mampu memahami perbedaan makna denotasi dan konotasi akan dapat mengetahui kapan dan di mana ia harus menggunakan kata yang bermakna konotasi. (2) Kecermatan Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang memang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Untuk itu, pemakai bahasa harus mampu memahami secara cermat kata-kata yang mubazir atau kata-kata yang kehadirannya dalam konteks tertentu tidak diperlukan. 2016 4 Bahasa Indonesia Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dengan memahami kata-kata yang mubazir, pemakai bahasa dapat menghindarinya dalam pemakaian yang tidak perlu. Sehubungan dengan masalah tersebut, perlu pula dipahami adanya beberapa penyebab timbulnya kemubaziran suatu kata. Penyebab kemubaziran itu, antara lain, adalah (1) penggunaan makna jamak ganda, (2) penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara berganda, (3) penggunaan makna kesalingan secara berganda, dan (4) konteks kalimatnya. Kemubaziran yang disebabkan oleh penggunaan makna jamak secara berganda, antara lain, dapat diperhatikan pada contoh berikut. (a) Sejumlah desa-desa yang dilalui Sungai Citarum dilanda banjir. (b) Para guru-guru sekolah dasar hadir dalam pertemuan itu. Kata sejumlah dan para dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah mengandung makna jamak. Begitu juga halnya dengan bentuk ulang desa-desa dan guru-guru. Oleh karena itu, jika keduanya digunakan secara bersama-sama, salah satunya akan menjadi mubazir, sepert yang ampak pada contoh (a) dan (b). Agar tidak mubazir, kata-kata yang sudah menyatakan makna jamak itu hendaknya tidak diikuti bentuk ulang yang juga menyatakan makna jamak. Atau, jika bentuk ulang itu digunakan, kata-kata yang sudah menyatakan makna jamak itu harus dihindari pemakaiannya. Dengan demikian contoh (a) dan (b) dapat dicermati sebagai berikut. (a1) Sejumlah desa yang dilalui Sungai Citarum dilanda banjir. (a2) Desa-desa yang dilalui Sungai Citarum dilanda banjir. (b1) Para guru sekolah dasar hadir dalam pertemuan itu. 2016 5 Bahasa Indonesia Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (b2) guru-guru sekolah dasar hadir dalam pertemuan itu. Penyebab kemubaziran yang kedua adalah penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara berganda. Beberapa contohnya dapat diperhatikan pada kalimat berikut ini. (C) Kita harus bekerja keras agar supaya dapat mencapai cita-cita. (d) Generasi muda adalah merupakan penerus perjuangan bangsa. Kata agar dan supaya serta adalah dan merupakan masing-masing mempunyai makna dan fungsi yang bermiripan. Kata agar dan supaya masingmasing mempunyai makna yang bermiripan, yakni menyatakan ‘tujuan’ dan ‘harapan’. Di samping itu, fungsinya pun sama, yaitu sebagai ungkapan penghubung. Kata adalah dan merupakan juga mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai penanda predikat. Oleh karena itu, jika digunakan secara berpasangan, salah satu di antara pasangan kata tersebut menjadi mubazir. Agar tidak menimbulkan kemubaziran, kata-kata yang berpasangan itu sebenarnya cukup digunakan salah satu saja, tidak perlu kedua-duanya. Berdasarkan keterangan tersebut, contoh (C) DAN (d) dapat dicermati sebagai berikut. (C1) Kita harus bekerja keras agar dapat mencapai cita-cita. (C2) Kita harus bekerja keras supaya dapat mencapai cita-cita. (d1) Generasi muda adalah penerus perjuangan bangsa. (d2) Generasi muda merupakan penerus perjuangan bangsa. 2016 6 Bahasa Indonesia Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Penyebab kemubaziran yang ketiga adalah penggunaan makna kesalingan (resiprokal) secara berganda. Makna kesalingan yang dimaksudkan di sini adalah makna yang menyatakan tindakan ‘berbalasan’. Jadi, pelaku tindakan itu setidaktidaknya ada dua orang atau lebih. Jika tindakan itu hanya dilakukan oleh satu orang, dapat dikatakan bahwa hal itu tidak tepat karena tindakan berbalasan tidak dapat hanya dilakukan oleh satu orang. Misalnya, (e) Ia berjalan bergandengan (?) Tindakan bergandengan, dari segi pengalaman, tidak mungkin hanya dilakukan oleh satu orang karena tindakan itu, paling tidak, melibatkan orang yang menggandeng dan orang yang digandeng. Kalau hanya dilakukan oleh satu orang, penggunaan kata bergandengan tentu tidak cermat. Sejalan dengan itu, subjek ia dalam kalimat (e), yang hanya bermakna tunggal, harus diganti dengan kata mereka, misalnya, yang bermakna jamak, agar makna tindakan berbalasan menjadi tepat. Kecuali dengan cara itu, dapat pula dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan menambahkan makna keterangan penyerta pada kalimat tersebut. Dengan demikian, kalimat (e) maknanya akan menjadi lebih tepat jika diubah menjadi sebagai berikut. (e1) Ia berjalan bergandengan dengan adiknya. (e2) Mereka berjalan bergandengan. Bentuk resiprokal atau makna kesalingan selain dapat diungkapkan dengan gabungan imbuhan ber-…-an, seperti pada bergandengan, berangkulan, berpapasan, dan bertabrakan, dapat pula diungkapkan dengan menambahkan kata saling pada kata kerjanya. Misalnya: saling berpengaruh, saling pengaruh; saling 2016 7 Bahasa Indonesia Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id meminjam, saling pinjam; saling menuduh, saling tuduh; saling memukup, saling pukul. Penyebab kemubaziran berikutnya lebih banyak ditentukan oleh konteks pemakaiannya di dalam kalimat. Beberapa contonya dapat diperhatikan pada kalimat berikut. (f) Pertemuan kemarin membahas tentang masalah disiplin pegawai. (g) Maksud daripada kedatangan saya ke sini adalah untuk bersilaturahim. (h) Kursi ini terbut daripada kayu. Kata tentang pada kalimat (f) dan kata daripada pada kalimat (g) sebenarnya mubazir karena, berdasarkan konteksnya, kehadiran kata itu pada kalimat di atas tidak diperlukan. Karena tidak diperlukan, kata tentang dan daripada dapat dilepaskan dari kalimat yang bersangkutan. Sementara itu, penggunaan kata daripada dalam kalimat (h) tidak tepat karena kata tersebut mengandung makna perbandingan, sedangkan konteks kalimat (h) tidak memerlukannya. Kata yang diperlukan dalam kalimat itu adalah kata yang menyatakan makna ‘asal’. Makna ini terkandung dalam kata dari bukan kata daripada. Oleh karena itu, pada kalimat (h) kata daripada harus diganti dengan kata dari. Atas dasar keterangan tersebut, ketiga kalimat di atas hendaknya dicermatkan menjadi seperti berikut. (f1) Pertemuan kemarin membahas masalah disiplin pegawai. (g1) Maksud kedatangan saya ke sini adalah untuk bersilaturahim. (h1) Kusi itu terbuat dari kayu. 2016 8 Bahasa Indonesia Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebagaimana telah disinggung di atas, kata daripada hanya tepat jika digunakan untuk menyatakan makna ‘perbandingan’, seperti yang terdapat pada contoh berikut. (i) Gedung A lebih tinggi daripada gedung B. Penggunaan kata Tanya di mana dan yang mana sebagai perangkai juga merupakan penggunaan kata yang tidak cermat. Hal itu seperti yang dapat diperhatikan pada kalimat berikut. (1) Ia sering berkunjung ke Yogya dimana dulu ia mengikuti kuliah. (2) Saya mengucapkan terima kasih kepada hadirin di mana / yang mana telah bersedia menghadiri pertemuan ini. (3) Kami akan terus mengembangkan industry di mana pemerintah daerah jyga sangat mendukung. (4) Mereka menginginkan jembatan itu segera diperbaiki yang mana pemerintah juga telah menyetujui. Seperti yang tampak pada contoh tersebut, kata di mana dan yang mana digunakan sebagai perangkai, bukan sebagai penanda dalam kalimat tanya. Oleh karena itu, penggunaan kata tersebut tidak tepat. Karena penggunaannya tidak tepat, kata itu harus digantikan dengan kata lain yang dapat digunakan sebagai perangkai. Pada kalimat (1) kata di mana lebih tepat jika diganti dengan dengan kata tempat, dan kata di mana/ yang mana pada kalimat (2) diganti dengan kata yang, kemudian kata di mana dan yang mana pada kalimat (3) dan (4) 2016 9 Bahasa Indonesia Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id masing-masing lebih tepat jika diganti dengan kata dan. Dengan demikian keempat kalimat tersebut lebih tepat jika diubah menjadi seperti berikut. (1a) Ia sering berkunjung ke Yogya tempat dulu ia mengikuti kuliah. (2a) Saya mengucapkan terima kasih kepada hadirin yang telah bersedia menghadiri pertemuan ini. (3a) Kami akan terus mengembangkan industri ini dan pemerintah daerah juga sangat mendukung. (4a) Mereka menginginkan jembatan itu segera diperbaiki dan pemerintah juga telah menyetujui. Sebagaimana telah disinggung di atas, kata tanya di mana dan yang mana yang tepat digunakan pada kalimat Tanya, misalnya pada contoh berikut ini. (5) Rapat itu akan diselenggarakan di mana? (6) Di mana letak Kepulauan Seribu? (7) Anda memilih yang mana di antara keduanya? (8) Antara ini dan itu lebih bagus yang mana? Berdasarkan keterangan tersebut, kecermatan dalam memilih kata dapat dicapai jika pemakai bahasa mampu memahami perbedaan makna kata-kata yang bersinonim, kata yang bermakna denotasi dan konotasi, dan mampu pula memahami kata-kata yang pemakaiannya mubazir. 2016 10 Bahasa Indonesia Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id DAFTAR PUSTAKA Arifin, E. Zaenal. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo. Fonoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi. Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramdia Pustaka Utama. Kuntarto, Ninik M. 2011. Cermat dalam Berbahasa, Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana. Moeliono, Anton. (Ed.). 2001. Bentuk dan Pilihan Kata. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2016 11 Bahasa Indonesia Dra. Hj. Ekawati, M. Pd. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id