1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga
menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan
teknologi dan media sehingga berbagai mode dan gaya pakaian terus mengalami
perkembangan. Pakaian juga merupakan suatu simbol sosial sehingga
memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).
Fashion dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah
dari sudut pandang agama. Jilbab adalah pakaian yang diidentikkan dengan agama
Islam. Perempuan muslimah menggunakan jilbab untuk melindungi kerendahan
hati mereka (Ingham dan Dirgantoro, 2006). Terkait dengan pandangan terhadap
jilbab masyarakat Muslim di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua yaitu,
pertama, mereka yang memandang jilbab sebagai fashion tanpa mempedulikan
ketentuan syariat Islam yang menentukan jilbab sebagai penutup aurat. Kedua,
mereka yang beranggapan bahwa jilbab adalah murni pakaian untuk menutupi
aurat dan tidak mengikuti perkembangan mode (Surtiretna, 1993: 32). Sebagai
sebuah bentuk fashion, jilbab juga berfungsi sebagai identitas diri seorang
muslimah dan menjadi bagian dari ekspresi diri dalam berbusana. Penggunaan
jilbab pun juga tidak dipungkiri sebagai media komunikasi nonverbal, dimana
pengguna jilbab ingin mengirim pesan tentang identitas agama dan selera
berbusananya. Menggunakan jilbab modifikasi dapat mengkomunikasikan bahwa
1
2
individu adalah seorang muslimah dan disaat yang bersamaan dia adalah
perempuan yang selalu mengikuti trend fashion (Budiono, 2013: 13).
Disisi lain, Bali adalah daerah di Indonesia dengan mayoritas
penduduknya memeluk agama Hindu. Masyarakat Hindu Bali mengatur
masyarakatnya untuk melangsungkan berbagai aktivitas sosial agama berdasarkan
adat budaya Bali, termasuk cara berpakaian. Pada tahun 1908 perempuan Bali
melakukan berbagai aktivitas sosial dengan bertelanjang dada dan memakai kain
sampai batas pusar (Picard, 2006: 36-38). Akan tetapi, seiring dengan
perkembangan zaman dan masuknya kebudayaan luar, maka masyarakat Bali
memakai pakaian. Perlahan masyarakat Bali menghendaki kaum perempuan untuk
menggunakan baju kebaya di setiap acara seremonial adat dan keagamaan
(Jayanti, 2008: 60). Oleh karena itu, baju kebaya merupakan salah satu busana
yang harus dimiliki oleh kaum perempuan. Tuntutan sosial budaya terhadap
perempuan Bali sangat berdampak kepada perkembangan dunia fashion kebaya.
Bali menjadi salah satu daerah di Indonesia yang mengalami
perkembangan pesat dalam dunia fashion kebaya. Tingginya intensitas upacara
adat dan keagamaan di Bali mengharuskan perempuan Hindu Bali memiliki
kebaya dengan jumlah yang lebih banyak dari perempuan di daerah lain di
Indonesia. Pada awalnya, kebaya hanya baju yang dipergunakan untuk maksud
seremonial adat dan keagamaan semata. Belakangan ini kebaya berkembang
menjadi sebuah fashion dan mampu membentuk identitas seseorang.
Ubud adalah salah satu daerah yang ada di Bali. Kehidupan sehari-hari
masyarakat Hindu-Bali di Ubud tidak dapat dilepaskan dari berbagai upacara adat
3
dan keagamaan. Oleh karena itu, baju kebaya menjadi barang penting dan wajib
yang harus dimiliki. Penggunaan kebaya pun sudah mengalami pergeseran makna
di kalangan perempuan Bali di Ubud. Kebaya tidak hanya sekedar baju yang
dipergunakan untuk menutupi tubuh pemakai dan sebagai pakaian untuk
menghadiri upacara seremonial. Akan tetapi, kebaya perlahan bertransformasi
menjadi benda yang dapat mempresentasikan diri pemakainya. Melalui kebaya,
perempuan dapat menciptakan citra ideal.
Hal ini dapat dilihat pada saat perempuan Bali di Ubud akan menghadiri
berbagai acara adat dan keagamaan. Upacara-upacara tersebut seakan-akan
menjadi ajang fashion show karena pada kesempatan tersebut perempuan di Ubud
dapat menggunakan kebaya terbaik mereka. Tingginya intensitas penggunaan
kebaya secara perlahan melahirkan konsep ideal bagi penggunanya. Konsep
penggunaan kebaya yang ideal sangat dipengaruhi oleh kuatnya media dalam
mengiklankan berbagai busana kebaya yang sedang digemari. Berkenaan dengan
itu tema kebaya sering menjadi topik populer dalam berbagai kontes kecantikan.
Contohnya, dalam kontes Putri Bali, kebaya selalu menjadi seragam yang
dipertontonkan, sehingga masyarakat kemudian mendapatkan gambaran tentang
busana kebaya yang ideal (Jayanti, 2008: 51).
Penggunaan baju kebaya di kalangan perempuan Bali di Ubud dapat
menjelaskan tentang ‘siapa dia’, sehingga dapat membedakannya dengan orang
lain. Pakaian menjadi sebuah simbol penting dalam masyarakat, dengan pakaian
seseorang dapat merefleksikan persepsi tentang diri mereka dan orang lain (Hume
dan Mills, 2013: 465). Pemakaian kebaya dengan gabungan aksesoris-aksesoris
4
senada, sandal berhak tinggi, tubuh tinggi langsing, wajah dengan sentuhan
makeup, tutur bicara, dan cara berjalan seperti layaknya seorang model dapat
memberikan kesan kepada orang lain tentang kesan ideal seorang perempuan Bali.
Melalui pemakaian kebaya dengan berbagai perpaduan fashion lain akan
menghasilkan citra yang baik kepada lingkunganya. Agar menghasilkan
penampilan yang ideal, berbagai usaha dilakukan, misalkan untuk mendapatkan
tubuh yang langsing sebagai tubuh yang ideal (Wykes dan Gunter, 2005: 34).
Tubuh yang langsing akan memberikan kepercayaan diri yang lebih besar pada
saat menggunakan kebaya. Berbagai cara akan ditempuh oleh perempuan untuk
mendapatkan tubuh yang langsing, salah satunya adalah dengan cara berdiet. Saat
ini semakin banyak metode diet yang muncul di berbagai media, seperti majalah
perempuan yang memberikan gambaran bahwa perempuan yang ideal adalah
mereka dengan tubuh yang langsing. Perpaduan tubuh langsing, kebaya dengan
model terkini, aksesoris yang senada, sandal dengan hak yang tinggi dan gerak
tubuh yang anggun akan menghasilkan konsep perempuan Bali yang ideal.
Penelitian ini akan meneliti bagaimana aktivitas-aktivitas perempuan
Hindu-Bali di Ubud dalam menerapkan konsep perempuan yang ideal melalui
kebaya. Kehidupan perempuan Hindu-Bali di Ubud tidak dapat dilepaskan dari
ritual adat dan keagamaan, sehingga penggunaan kebaya pun tidak dapat
dielakkan. Maka dari itu, konsep ideal dalam penggunaan kebaya secara tidak
langsung sudah dikonstruksikan dalam masyarakat. Kebaya yang melekat di tubuh
seseorang dapat menggambarkan identitas seseorang mulai dari selera, status
sosial ekonomi, dari kalangan mana mereka berasal dan gaya hidupnya.
5
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah
‘Bagaimana perempuan Bali di Kelurahan Ubud, Gianyar mempresentasikan diri
melalui penggunaan kebaya?’
1.3
Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, batasan masalah penelitian ini
adalah lokasi penelitian yang hanya dilakukan di Kelurahan Ubud dan hanya
meneliti kesan ideal perempuan Bali di Ubud pada saat menggunakan kebaya saja.
1.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui, memahami dan mendeskripsikan pengguna kebaya
mampu membedakan seseorang dengan orang lain dan membentuk citra ideal
dalam kehidupan sosialnya.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan
dapat dijadikan acuan informasi kepada peneliti lain yang ingin mengkaji
permasalahan dengan tema kebaya, sosiologi tubuh, sosiologi budaya
maupun sosiologi fashion.
6
2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan yang digunakan
sebagai pelajaran dan pengembangan ilmu sosial, khususnya ilmu
sosiologi dalam melihat tingkah laku.
1.5.2
Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Dapat dijadikan pertimbangan bagi masyarakat, khususnya perempuan
Ubud dalam memilih kebaya dan memberikan mereka gambaran tentang
gaya hidup orang-orang di sekitar lingkungan mereka.
2.
Dapat dijadikan acuan bagi PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia),
WHDI (Wanita Hindu Dharma Bali) dan instansi pemerintah yang terkait
agar memberikan sedikit perhatian terhadap perkembangan busana kebaya,
agar ke depannya model kebaya yang digunakan untuk datang ke pura
tidak melewati norma dan etika yang berlaku.
1.6
Sistematika Penulisan
Penelitian tentang kebaya dan citra ideal perempuan Bali di Kelurahan
dibahas dalam beberapa bagian, diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
BAB I Pendahuluan:
Pada bagian ini meliputi pembahasan tentang latar belakang, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian sampai
dengan sistematika penulisan.
7
2.
BAB II Tinjauan Pustaka:
Pada bagian ini dijelaskan tentang tinjauan singkat atas beberapa bahan
pustaka, baik berupa hasil penelitian yang sudah dilakukan, buku maupun
jurnal ilmiah. Selain itu, pada bagian ini diuraikan konsep-konsep penting
dalam penelitian ini dan teori yang digunakan sebagai teropong dalam
proses penelitian.
3.
BAB III Metode Penelitian:
Dalam bagian ini dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian yang dilakukan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan
kualitatif dengan rancangan penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian,
teknik pengumpulan data dan teknik menganalisis data yang digunakan.
4.
BAB IV Pembahasan:
Pada bagian ini diuraikan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan.
Tidak hanya itu, dalam bagian ini juga dijelaskan gambaran umum
terhadap lokasi penelitian yaitu Kelurahan Ubud.
5.
BAB V Penutup:
Bagian ini memuat tentang kesimpulan dari penelitian yang sudah
dilakukan. Tidak hanya itu diuraikan juga saran-saran bagi peneliti
selanjutnya yang akan meneliti terhadap masalah atau tema yang sama.
Download