Jurnal AKP PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG INFORMED

advertisement
PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG INFORMED CONSENT
PADA PASIEN YANG AKAN DI PASANG INFUS
Erwin Yektiningsih, Perdhana Petronila Puspita
Abstrak
Informed Consent adalah atas persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien tersebut, artinya hak yang dimiliki oleh setiap
pasien untuk memberikan persetujuan atau menolak untuk menjalani prosedur tindakan medik yang
dilakukan secara professional dan didasarkan atas informasi yang diberikan oleh dokter atau perawat
Pemasangan infus harus diberikan informed consent terlebih dahulu sebelum dipasang infus hal ini
untuk mencegah terjadinya komplain atau tuntutan setelah dilakukan pemasangan infus. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang informed consent pada pasien yang akan dipasang
infus diruang seruni RSUD Pare Kabupaten Kediri Tahun 2011.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasinya Semua Perawat yang bertugas di
Ruang Seruni RSUD Pare sebanyak 13 responden dengan sampel 13 responden dengan menggunakan teknik
sampling quota sampling. Pengumpulan data pengetahuan menggunakan kuesioner. Analisa data dengan
menggunakan uji deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan tentang informed consent didapatkan hasil sebanyak 6
(46,15%) responden dalam kategori baik, 3 (23,08%) responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori
cukup, 4 (30,77%) responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori kurang.
Mengingat pentingnya pengetahuan perawat tentang informed consent pada pasien yang akan
dipasang infus maka sebagai solusinya perawat harus diberikan pengarahan tentang informed consent
minimal 1 bulan sekali selain itu juga saling mengingatkan antara teman sejawat tentang informed consent
dalam setiap tindakan medis.
Kata Kunci : Pengetahuan Perawat, Informed Consent, Pasang Infus
Abstract
Informed Consent is the consent given patient or family on the basis of a medical explanation of the
actions performed on these patients, it means the right of every patient to give consent or refuse to undergo
medical procedures performed actions in a professional manner and based on information provided by
doctor or nurse.
Infusion should be given informed consent prior to infusion set it to prevent the occurrence of
complaints or charges after the infusion. The purpose of this study to determine the image of the nurse's
knowledge about informed consent in patients who will be installed infusion room chrysanthemums Kediri
Pare Hospital in 2011.
The study design used is descriptive. All the nurses on duty population in Seruni Room Pare Hospital
were 13 respondents with a sample of 13 respondents using sampling quota sampling technique. Knowledge
of data collection using questionnaires. Analyze data using descriptive test.
Based on the results of research the knowledge of respondent about informed consent is are as much as
6 (46.15%) respondents is 3 (23.08%) of respondents who have knowledge in the category, 4 (30.77%) of
respondents who have knowledge in category less.
Given the importance of the nurse's knowledge about informed consent in patients who want to install it
as a solution infusion nurse should be briefed about the informed consent of at least 1 month but it also
remind each other among peers about informed consent in any medical action.
Keywords: Nurses Knowledge, Informed Consent, Post Infusion
Jurnal AKP
5
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
Latar Belakang
Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan
medis, pelayanan yang diberikan rumah sakit
kepada masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia. Pelayanan di rumah
sakit akan mempunyai arti bila para personelnya
mampu melakukan informed consent dengan baik.
Informed Consent adalah suatu izin (consent) atau
pernyataan setuju dari pasien yang diberikan
dengan bebas dan rasional, sesudah mendapat
informasi dari dokter maupun perawat yang sudah
dimengerti (Guwandi, 2003). Menurut pasal 1
PerMenKes No. 585/1989 Informed Consent
adalah atas persetujuan yang diberikan pasien atau
keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medis yang dilakukan terhadap pasien tersebut,
artinya hak yang dimiliki oleh setiap pasien untuk
memberikan persetujuan atau menolak untuk
menjalani prosedur tindakan medik yang dilakukan
secara professional dan didasarkan atas informasi
yang diberikan oleh dokter atau perawat
(Rachmawati, 2007). Seperti halnya pada
pemasangan infus harus diberikan informed
consent terlebih dahulu sebelum dipasang infus hal
ini untuk mencegah terjadinya komplain atau
tuntutan setelah dilakukan pemasangan infus. Pada
waktu praktek di ruang seruni, peneliti sering
menjumpai perawat dalam melakukan pemasangan
infuse informed consent yang diberikan kurang
detail. Hal ini dapat menimbulkan pertanyaan
pasien kepada perawat untuk apa harus dipasang
infus.
Berdasarkan penelitian pada bulan Maret
1998 di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya
sekitar (46,7%) pasien rawat inap yang tidak begitu
paham akan tindakan medis yang dilakukan
(Rachmawati, 2007). Pada bulan Juli-September
2010 di RSUD Pare pasien rawat inap yang
terpasang infus kurang lebih sebanyak 174 pasien
yang terpasang infus, dengan rata-rata tiap bulan
58 pasien/bulan. Berdasarkan studi awal yang
dilakukan peneliti dengan metode wawancara
diruang seruni RSUD Pare selama 2 minggu
didapatkan dari 8 pasien yang akan di pasang infus
didapatkan 3 (37,5%) pasien yang diberikan
informed consent secara baik (detail) dalam
pemasangan infus, tidak didapatkan (0%) pasien
yang diberikan informed consent secara cukup dan
5 (62,5%) pasien yang kurang diberikan informed
consent (kurang begitu detail) sebelum dipasang
infus.
Tenaga kesehatan yang bekerja dalam
lingkungan birokrasi, terlebih dalam lingkungan
Jurnal AKP
6
rumah sakit merupakan tenaga profesional yang
otonom. Tetapi dengan berkembangnya ilmu dan
teknologi kedokteran dan semakin kompleksnya
organisasi rumah sakit, maka berbagai kebutuhan
keorganisasian rumah sakit berpengaruh terhadap
pelayanan medik yang dilakukan oleh dokter
ataupun tenaga kesehatan yang lain yang terlibat
didalam
birokrasi
rumah
sakit
tersebut
(Komalawati, 1999). Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Thiroux yang dikutip oleh
Komalawati 1999 bahwa informed consent
merupakan suatu pendekatan terhadap kebenaran,
dan keterlibatan pasien dalam keputusan mengenai
tindakan medis dan pengobatanya. Tindakan medis
dengan indikasi apapun, juga bergantung pada
keputusan dan persetujuan pasien dan keluarga.
Untuk itulah, diperlukan pengetahuan yang baik
pada petugas kesehatan (perawat) agar dapat
memberikan informed consent dengan baik demi
tercapainya transaksi terapeutik. Pengetahuan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan,
usia, ekonomi, pekerjaan. Pelayanan medis selalu
diadakan demi kesejahteraan pasien dan kebaikan
pasien, namun banyak peraturan yang dibuat demi
kemudahan staf medik, perawat, dan administrasi
rumah sakit. Hal ini dimaksudkan agar pelayanan
dapat dilaksanakan lebih efisien, ekonomis, dan
lebih mudah. Semua tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan. Persetujuan termaksud diberikan
setelah pasien mendapat informasi yang adekuat
tentang perlunya tindakan medis serta resiko yang
dapat ditimbulkanya.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan atau ketrampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu
memerlukan
kewenangan
untuk
melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2002 ).
Tingkat pengetahuan dari petugas kesehatan
sebagai provider pelayanan kesehatan sangat
berpengaruh berpengaruh pada produktivitas
petugas tersebut, dan pada akhirnya hal ini akan
mempengaruhi pada pemberian pelayanan
kesehatan pada paien. Petugas kesehatan (perawat)
mempunyai peranan yang sangat menentukan
terhadap peningkatan pengetahuan (knowledge)
dan sikap (attitude) klien sehingga klien
termotivasi untuk dipasang infus. Mengingat
pentingnya pengetahuan perawat tentang perilaku
informed consent pada pasien yang akan dipasang
infus maka sebagai solusinya perawat harus
diberikan pengarahan tentang informed consent
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
minimal 1 bulan sekali selain itu juga saling
mengingatkan antara teman sejawat tentang
informed consent dalam setiap tindakan medis.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik
untuk mengambil judul penelitian yaitu
“Gambaran pengetahuan perawat tentang informed
consent pada pasien yang akan dipasang infus”.
Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran pengetahuan perawat
tentang informed consent pada pasien yang akan
dipasang infus di Ruang Seruni RSUD Kabupaten
Kediri Tahun 2011.
kerahasiaan) yaitu informasi yang diberikan oleh
subyek dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan suatu fenomena atau
kejadian tertentu secara objektif. (Tamsuri, 2006).
Penelitian dilakukan terhadap perawat di
Ruang Seruni RSUD Kab. Kediri Di Pare, dan
pengambilan data dilakukan pada tanggal 1 mei –
14 mei 2011 dengan total populasi sejumlah 13
orang responden. Teknik sampling yang digunakan
adalah Teknik sampling yang digunakan adalah
quota sampling yaitu tehnik pengambilan sampel
berdasarkan ciri-ciri tertentu sampai jumlah
terpenuhi, namun pemilihan tidak dilakukan secara
acak, (Tamsuri, 2006). Jumlah sampel penelitian
adalah 13 orang.
Pengukuran variabel dengan menggunakan
kuesioner yang memuat
pertanyaan tentang
informed consent. Indikator penilaian meliputi
pengetahuan perawat tentang : pengertian informed
consent, fungsi dari informed consent, Pentingnya
Informed Consent, Pihak yang berhak memberikan
Informed
Consent,
Unsur-unsur
yang
diinformasikan, Pihak yang berhak diberi atau
menerima Informed Consent dan Dasar hukum
Informed Consent. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang dirancang sendiri
oleh peneliti.
Analisis data dilakukan secara deskriptif,
dimana data yang telah diperoleh melalui
kuesioner selanjutnya diolah menggunakan tahap
editing, coding, scoring dan tabulating. Prinsip
etika yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
prinsip informed concent dengan memberikan
lembar kesediaan menjadi responden setelah
mendapatkan informasi secukupnya; prinsip
anonymity, yaitu bahwa identitas (nama dan
alamat) responden tidak akan diungkapkan dalam
hasil penelitian; serta confidentiality (azas
Dari diagram diatas diketahui bahwa
responden berusia 21-30 tahun berjumlah 3
(23,08%) responden, responden berusia 31-40
tahun
berjumlah 3 (23,08%) responden,
responden berusia 41–50 tahun berjumlah 4
(30,77%) responden, responden berusia > 50
tahun berjumlah 3(23,07%) responden.
Jurnal AKP
7
Hasil Penelitian
a. Karakteristik Responden berdasarkan usia
23,07%
23,08%
23,08%
30,77%
21-30 tahun
31-40 tahun
b. Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin
30,77%
69,23%
Laki-laki
Perempuan
Berdasarkan diagram di atas diketahui
responden berjenis laki-laki sebanyak 4
(30,77%) responden, responden kelamin
perempuan sebanyak 9 (69,23 %) responden.
c. Karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan
23,08%
23,08%
53,84%
SPK
D III Keperawatan
S1
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
Berdasarkan diagram diatas diketahui
berdasarkan
tingkat pendidikan bahwa
tingkat pendidikan SPK sebanyak 3 (23,08%)
responden,
tingkat
pendidikan
DIII
Keperawatan sebanyak 7 (53,84%) responden,
tingkat pendidikan S1 Keperawatan sebanyak
3 (23,08%) responden .
d. Riwayat Pengetahuan
Informed Consent
Perawat
Tentang
1.
Pengetahuan
informed
consent
Baik
2.
Cukup
3
23,08
3.
Kurang
4
30,77
13
100%
No.
Jumlah
Frekuensi
%
6
46,15
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan tentang
informed consent sebanyak 6 (46,15%)
responden dalam kategori baik, 3 (23,08%)
responden yang memiliki pengetahuan dalam
kategori cukup, 4 (30,77%) responden yang
memiliki pengetahuan dalam kategori kurang.
Pembahasan
Setelah dilakukan analisa data dan melihat
hasil yang sudah di dapatkan gambaran
pengetahuan perawat tentang informed consent
pada pasien yang akan dipasang infus di Ruang
Seruni RSUD Kabupaten Kediri didapatkan pada
tabel 4.5 menyatakan bahwa dari 13 responden
sebanyak 6 (46,15%) responden dalam kategori
baik, 3 (23,08%) responden yang memiliki
pengetahuan dalam kategori cukup, 4 (30,77%)
responden yang memiliki pengetahuan dalam
kategori kurang. Dari hasil penelitian yang
dilakukan bahwa rata – rata pengetahuan perawat
tentang informed consent pada pasien yang akan
dipasang infus di Ruang Seruni RSUD Kabupaten
Kediri masuk pada kategori berpengetahuan baik.
Dari 6 (46,15) responden yang masuk dalam
kategori baik semuanya memiliki pendidikan lebih
tinggi yaitu berpendidikan S1 dan D3. Menurut
Monks, Fj (2002) salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan,
karena pendidikan merupakan salah satu cara
untuk memperoleh pengetahuan melalui proses
belajar. Secara teoritis hal ini dikemukakan oleh
Jurnal AKP
8
(Notoatmodjo, 2005) Pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan seseorang bisa
dipengaruhi oleh faktor pendidikan yaitu proses
menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan
perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga
semakin rneningkat pendidikan seseorang makin
mudah pula menerima informasi, sehingga
semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,
sebaliknya pendidikan kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang
baru diperkenalkan (Arikunto, 2006). Disamping
itu, pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor
informasi karena Seseorang yang mendapat
informasi akan dapat mempertinggi pengetahuan
suatu hal (Nursalam dan Pariani, 2001).
Dari data yang sesuai dengan fakta dan teori
di atas, semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin baik pula pengetahuan yang dimiliki
seseorang karena semakin tinggi tingkat
pengetahuan semakin banyak informasi yang di
dapatkan seseorang.
Kesimpulan
Dari
hasil
penelitian
yang
telah
dilaksanakan oleh peneliti tentang pengetahuan
perawat tentang informed consent pada pasien
yang akan dipasang infus di Ruang Seruni RSUD
Pare dapat diambil kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian dari 13
responden yang diteliti didapatkan responden
yang memiliki pengetahuan tentang informed
consent sebanyak 6 (46,15%) responden dalam
kategori baik, 3 (23,08%) responden yang
memiliki pengetahuan dalam kategori cukup, 4
(30,77%) responden yang memiliki pengetahuan
dalam kategori kurang. Jadi semakin tinggi tingkat
pendidikan perawat maka semakin baik pula
pengetahuan perawat dan semakin baik dalam
memberikan informed consent pada klien.
Saran
1. Institusi Pendidikan
Literatur diperbanyak terutama tentang
informed consent agar dapat membantu
memperlancar dalam memperoleh informasi
yang dibutuhkan.
2. Tempat Penelitian
Perlu adanya bimbingan khusus atau
pengarahan atau penjelasan tentang pentingnya
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
informed consent minimal satu bulan sekali
terhadap perawat atau petugas kesehatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan
3. Bagi Peneliti Lain
Kepada peneliti lain yang mempunyai minat
meneliti tentang informed consent dari
penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
di tempat lain.
4. Bagi Pasien
Diharapkan pasien lebih dapat memperhatikan
penjelasan yang diberikan oleh perawat atau
petugas kesehatan tentang pemasangan infus.
Komalawati (1999), Peranan Informed Consent
dalam Transaksi Terapeutik. Jakarta : FKUI
Notoatmodjo, S. (2002). Metodelogi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2003), Ilmu Kesehatan
Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoadmodjo, S. (2005), Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo S (2007), Promosi Kesehatan dan
Ilmu perilaku. Jakarta : Rineka cipta
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Aswin W. S. (2008), Hak-Hak Pasien dalam
Menyatakan Persetujuan.
Depkes RI No. 1239 (2002), Tenaga Kesehatan.
Jakarta
Nursalam (2003), Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Rachmawati (2007), Aspek Hukum Informed
Consent. www.hukumonline.com
RSUD Pare (2004), Standar Operasional Prosedur
Pemasangan Infus. Kediri. RSUD Pare
Depkes RI (1999), Rencana Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
Jakarta
Sunaryo (2004). Psikologi untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC
________ (1999) Pedoman Perawatan RSCM.
Jakarta
Tamsuri, Anas. (2006), Riset Keperawatan Bagi
Pemula. Akper Pamenang.
Guwandi, J. S.H. (2003), Informed Consent dan
Informed Refusal. Jakarta : FKUI
www.informedconsent.com (download 21
Nopember 2010)
Jurnal AKP
9
Vol.6 No.1, 1 Januari – 30 Juni 2015
Download