BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup Indonesia yang dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa dan rakyat Indonesia, merupakan rahmat dari pada-Nya dan wajib dikembangkan dan dilestarikan kemampuannya agar dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat Indonesia serta makhluk lainnya, demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km21]. Yogyakarta kota pendidikan dan tujuan wisata nomor 2 di Indonesia, sehingga banyak dikunjungi orang dari berbagai daerah. Kondisi penduduk yang padat serta heterogenitas sosial dan budaya masyarakat, disamping menciptakan banyak potensi yang pada akhirnya membuka peluang investasi, juga menyebabkan terjadinya pergeseran tata nilai kehidupan dalam masyarakat.2 1 Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010. Wonorahardjo S., Koerniawan D., (2006). Thermal Environment of Kampung Kota in Hot Humid City, Proceedings of the Second iNTA International Seminar, Yogyakarta. 2 1 Bantul merupakan salah satu kabupaten di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di Utara, Kabupaten Gunungkidul di Timur, Samudra Hindia di Selatan, Serta Kabupaten Kulon Progo di Barat. Obyek wisata Pantai Parangtritis terdapat di wilayah kabupaten ini. Bagian Selatan kabupaten ini berupa pegunungan kapur, yakni ujung Barat dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali Progo (membatasi kabupaten ini dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak, Kali Tapus, beserta anak-anak sungainya. Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44ƍ 04Ǝ – 08° 00ƍ 27Ǝ Lintang Selatan dan 110° 12ƍ 34Ǝ – 110° 31ƍ 08Ǝ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 % dari Luas wilayah Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari : Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah). Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %). Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%). Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek. 2 Kabupaten Bantul dialiri 6 Sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan panjang 114 km2. Yaitu: 1. Sungai Oyo : 35,75 km, 2. Sungai Opak : 19,00 km, 3. Sungai Code : 7,00 km, 4. Sungai Winongo : 18,75 km, 5. Sungai Bedog : 9,50 km, 6. Sungai Progo : 24,00 km. Berkaitan dengan kondisi pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk di Kabuapaten Bantul Yogyakarta, akan mempengaruhi keberadaan lingkungan dalam proses pembangunan, menjadi hal yang sangat penting bagi makhluk hidup, terutama manusia demi kesejahteraannya. Untuk itu perlu adanya kebijakan yang berwawasan lingkungan agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga sehingga manusia bisa hidup sejahtera. Sumber daya air merupakan karunia tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat serba guna untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam sagala bidang. Sejarah dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang 3 untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air. Penguasaan negara atas sumber daya air diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masarakat hukum adat setempat dan hakhak yang serupa dengan itu, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.3 Untuk memudahkan pembahasan, ada baiknya terlebih dahulu didefinsikan beberapa kata kunci mengenai segala hal yang berkaitan dengan penegakan hukum terhadap pencemaran lingkungan hidup diantaranya adalah: 1. Dalam proses penegakan hukum lingkungan, harus mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air,dapat mengacu pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. 3. Memperhatikan kelestarian alam sekitar 4. Melakukan penyesuaian dengan mahluk hidup yang berada di lingkungan. 3 Keraf. A. Sonny,2000, Etika Lingkungan, Media Nusantara Jakarta. hlm 15 4 Hadirnya pembangunan industri atau pabrik, di lingkungan masyarakat pada dasarnya memiliki dampak negatif mengenai lingkungan hidup di sekitarnya. Karakterisasi kawasan perkampungan memiliki daya perkembangan yang cukup pesat di wilayah kota maupun kabupaten. Aspek fisik seperti luas bangunan, panjang dan lebarnya serta penggunaan tempat juga mempengaruhi keadaan sekitar. Adapun akibat pembangunan yang terjadi secara besar-besaran tanpa memperhatikan aspek lingkungan yang menimbulkan dampak perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui criteria baku kerusakan lingkungan hidup seperti perubahan pada kualitas udara, pada kuantitas dan kualitas air, iklim atau cuaca dan dampak pada tanah.4 Kebijakan terpenting dalam permasalahan dampak lingkungan adalah mengeluarkan peraturan sebagai dasar terbentuknya pembangunan. Ketika peraturan dapat berperan dalam permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan, maka dapat dikatakan bahwa dampak negatif pada proses pembangunan dapat di antisipasi. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan dasar dari peraturan dampak lingkungan setidaknya dapat memberikan sumbangsi dalam mengatur proses pembangunan baik di lingkungan kota maupun kabupaten 4 F.Gunawan Suratmo, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press, 1998, hlm. 97. 5 dalam hal pencemaran lingkungan yang memiliki dampak negative pada lingkungan, khusunya lingkungan Madukismo Kabupaten Bantul. Aktifitas pabrik sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan. Perkampungan memiliki daya sensitif akan perubahan lingkungan yang semakin memburuk, serta dapat menigkatkan pencemran terhadap air atas limbah dari aktifitas pabrik tersebut. 5 Pada prinsipnya ada beberapa langkah yang dapat di upayakan oleh pihak pemerintah serta dinas kabupaten Bantul dalam mengendalikan dampak lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan di wilayah Kabupaten Bantul. Berdasarkan langkah serta upaya diatas merupakan dasar ketertiban dalam bidang industri, khususnya pembangunan pabrik yang memiliki dampak negatif di wilayah Kota Yogyakarta maupun Kabupaten. Sesuai dengan penelitian mengenai dampak lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Bantul.6 Hasil yang diharapkan dari evaluasi pecemaran lingkunga Hidup di wilayah Kabupaten Bantul pada dasarnya bertujuan untuk menjaga kondisi lingkungan hidup yang di dalamnya terdiri dari masyarakat, ekosistem serta mahluk hidup lainya, agar terwujud kelestarian yang diinginkan masyarakat secara umum. Dari fakta dampak kegiatan pabrik madukismo terhadap lingkungan diatas, maka hal tersebut menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian serta analisis, yang akan di tuangkan kedalam bentuk penulisan Skripsi yang 5 Benedictus E., 2007. Thermal Environment of Bandung, Proceedings of the Eight SENVAR, Petra University, Surabaya-Indonesia. hlm. 11. 6 Ibid. 6 berjudul: “UPAYA MEDIASI TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP OLEH PABRIK GULA MADUKISMO ”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi. Perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya mediasi terhadap dampak pencemaran lingkungan hidup oleh Pabrik Gula Madukismo? 2. Hambatan yang dihadapi para pihak dalam proses mediasi terhadap kasus pencemaran lingkungan hidup oleh Pabrik Gula Madukismo? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Untuk mengetahui upaya mediasi terhadap dampak pencemaran lingkungan hidup oleh Pabrik Gula Madukismo. b. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi para pihak dalam proses mediasi terhadap kasus pencemaran lingkungan hidup oleh Pabrik Gula Madukismo. 7 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Praktis: a. Penelitian memberikan gambaran yang jelas sejauh mana pencemaran lingkungan hidup di Wilayah Kabupaten Bantul ini, dengan perkembangan industri yang terus meningkat. b. Untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam mengatasi pencemaran lingkungan hidup di Kabupaten Bantul dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, agar sumber alam di Kabupaten Bantul tetap lestari. c. Dapat memberikan masukan-masukan bagi para industriawan di Kabupaten Bantul, bagaimana industri yang ada harus selalu berwawasan lingkungan dan menghasilkan suatu produk yang bersih lingkungan. 2. Kegunaan Teoritis: a. Dapat menambah referensi bagi penelitian berikutnya, khususnya penelitian hukum tentang upaya penegakan hukum terhadap dampak pencemaran lingkungan hidup di Wilayah Kabupaten Bantul. 8 b. Dapat memberi sumbangan pikiran bagi Ilmu di bidang Hukum Administrasi Negara khususnya mengenai Hukum Lingkungan yang berkaitan dengan pencemaran. 9