Table of Contents No. Title Page 1 ANALYSIS OF PATIENT ASSESSMENT AND PERCEPTION ON DENTISTRY MEDICAL SCHOOL’S HOSPITAL UNIVERSITAS AIRLANGGA 200 - 207 2 CLINIC MANAGEMENT IN TERM OF PREPARING COOPERATION WITH SOCIAL HEALTH INSURANCE PROVIDER 208 - 216 3 PERFORMANCE ANALYSIS OF PEDIATRIC WARD PAMEKASAN GENERAL HOSPITALUSING BALANCED SCORECARD 217 - 224 4 JOB SATISFACTION AND PERFORMANCE OF NURSE BASED ON WORKLOAD IN BHAYANGKARA HOSPITAL LUMAJANG 225 - 233 5 EFFORTS IN INCREASING UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) COVERAGE OF KALIRUNGKUT PRIMARY HEALTH CENTER SURABAYA 234 - 243 6 DETERMINANTS FACTOR OF LOW COVERAGE IN HEALTH SERCTOR MINIMUM SERVICE STANDARDS ACHIEVEMENT OF MOJO PRIMARY HEALTH CARE SURABAYA 244 - 251 7 FACTORS AFFECTING OBEDIENCE IN NURSING DOCUMENTATION BASED ON MILGRAM’S THEORY 252 - 262 8 CROSS SELLING IMPLEMENTATION FROM OUTPATIENT UNIT TO RADIOLOGY UNIT IN SEMEN GRESIK HOSPITAL 263 - 271 9 PENYEBAB TURNOVER INTENTION PADA PEGAWAI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA 272 - 279 10 DETERMINANT FACTOR IN STAGNANT AND STOCKOUT OF DRY FOOD INVENTORY IN NUTRITION UNIT OF BHAKTI DHARMA HUSADA GENERAL HOSPITAL SURABAYA 280 - 290 Vol. 1 - No. 3 / 2014-03 TOC : 10, and page : 280 - 290 DETERMINANT FACTOR IN STAGNANT AND STOCKOUT OF DRY FOOD INVENTORY IN NUTRITION UNIT OF BHAKTI DHARMA HUSADA GENERAL HOSPITAL SURABAYA FAKTOR PENYEBAB STAGNANT DAN STOCKOUT BAHAN MAKANAN KERING DI INSTALASI GIZI RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA Author : Siti Nur Jayani | [email protected] Fakultas Kesehatan Masyarakat Widodo J. Pudjirahardjo | [email protected] Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstract ABSTRACT Supplies material dry food in installation nutrition during periods of 2012 average rate occurrence stagnant to 40 % and eventful stockout of 29 %. Management supplies food dry important to be implemented well so risk stagnant and stockout can be avoided causes damage loss. The purpose of this research is identify management supplies food dry, and analyzing cause stagnant and stockout groceries dry. This research was descriptive with quantitative approach, which uses observational study and indepth interview conducted by cross sectional. The result showed that in logistic unit of nutrition installation. Stagnant very high occurring in march and may of 29,1 % and groceries dry stockout of 33,4 % in april 2013. Cause stagnant procurement is excessive and change diet food from the patients. The cause of stockout is increasing visits his patient and condition that was limited, and lack of human resources. The conclusion of research indicated that the implementation of a management system in unit logistics nutrition installation has not been optimal so that need to be repaired in planning a food in accordance with the needs, the addition of human resources and evaluating the supply of dry food. Keywords: determinant, dry food, stagnant, stockout Keyword : determinant, dry, food, stagnant, stockout, , Daftar Pustaka : 1. Bowersox, D., Closs J. David, dan Cooper M. Bixby, (2002). Supply Chain Logistics Management. Boston : Brent gordon 2. Depkes RI, (2003). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Direktoral jenderal Bina Kesehatan Masyarakat 3. Quick, D, (1997). Managing Drug Supply, The Selection, Procurement, Distribution, And Use of Pharmaceuticals. Boston Massachusetts : Kumarianpress inc 4. Rahimy, R, (1997). Manajemen Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Yogyakarta : CV Andi Offset 5. Rangkuti, F, (1998). Manajemen Persediaan Aplikasi Di Bidang Bisnis. Jakarta : Raja Grafindo Persada 6. Sabarguna, B. S, (2005). Logistik Rumah Sakit dan Teknik Efisiensi. Yogyakarta : Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng 7. Seto, Nita, dan Trianan, (2004). Manajemen Farmasi.. Surabaya : Airlangga University Press 8. Subagya, M, (1994). Manajemen Logistik. keempat ed.. Yogyakarta : PT Gunung Agung 9. Suryawati, (1996). Efisiensi Pengelolaan Obat di Rumah Sakit. Yogyakarta : UGM. 10. Waluyo, D, (2006). Analisis Penyebab Utama Stagnant pada Manajemen Persediaan Obat di Rumah Sakit Kusta Kediri. Surabaya : Universitas Airlangga 11. Yamit, S, (2003). Manajemn Persediaan. Yogyakarta : EKONISIA Fakultas Ekonomi UI. Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 280 FAKTOR PENYEBAB STAGNANT DAN STOCKOUT BAHAN MAKANAN KERING DI INSTALASI GIZI RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA DETERMINANT FACTOR IN STAGNANT AND STOCKOUT OF DRY FOOD INVENTORY IN NUTRITION UNIT OF BHAKTI DHARMA HUSADA GENERAL HOSPITAL SURABAYA 1 2 Siti Nur Jayani , Widodo J. Pudjirahardjo RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: [email protected] ABSTRACT Supplies material dry food in installation nutrition during periods of 2012 average rate occurrence stagnant to 40 % and eventful stockout of 29 %. Management supplies food dry important to be implemented well so risk stagnant and stockout can be avoided causes damage loss. The purpose of this research is identify management supplies food dry, and analyzing cause stagnant and stockout groceries dry. This research was descriptive with quantitative approach, which uses observational study and indepth interview conducted by cross sectional. The result showed that in logistic unit of nutrition installation. Stagnant very high occurring in march and may of 29,1 % and groceries dry stockout of 33,4 % in april 2013. Cause stagnant procurement is excessive and change diet food from the patients. The cause of stockout is increasing visits his patient and condition that was limited, and lack of human resources. The conclusion of research indicated that the implementation of a management system in unit logistics nutrition installation has not been optimal so that need to be repaired in planning a food in accordance with the needs, the addition of human resources and evaluating the supply of dry food. Keywords: determinant, dry food, stagnant, stockout PENDAHULUAN mengakibatkan Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan hilangnya pelanggan (Rangkuti, 1998). RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya dalam anggaran, menu sampai dengan pendistribusian menjalankan makanan konsumen. Agar memberikan Logistik Instalasi Gizi, khususnya pengelolaan bahan pelayanan dengan optimal, dibutuhkan makanan kering belum berjalan dengan baik, karena berbagai sumber daya yang harus diatur sedemikian masih terjadi stagnant dan stockout bahan makanan rupa antara perencanaan kebutuhan, pengadaan, kering. Data stagnant dan stockout jenis bahan penyimpanan dan distribusi, serta adanya evaluasi makanan kering di Unit Logistik Instalasi Gizi RSUD sehingga dapat menghasilkan kualitas pelayanan BDH periode yang sesuai (Depkes, 2003). Fungsi manajerial menunjukkan dalam persediaan sangat penting karena melibatkan stagnant 40% dan stockout sebesar 29%. Penelitian investasi uang yang tidak sedikit. Investasi yang ini bertujuan untuk mengidentifikasi manajemen digunakan terlalu banyak akan mengakibatkan biaya persediaan bahan makanan kering dan menganalisis penyimpanan faktor terlalu dapat banyak maka yang mungkin pelayanan Januari bahwa penyebab kesehatan hingga rata-rata pada Desember angka kejadian stagnantdan Unit 2012, kejadian stockout mempunyai opportunity cost. Persediaan yang tidak bahan makanan kering di Instalasi Gizi RSUD Bhakti mencukupi dapat menyebabkan biayakekurangan Dharma Husada Surabaya. Penelitian ini diharapkan bahan, tertundanya keuntungan atau bahkan dapat dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan manajemen persediaan bahan makanan kering di Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 281 Instalasi Gizi RSUD Bhakti Dharma Husada mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar dalam pelaksanaannya. Surabaya. 2. Fungsi Penganggaran. PUSTAKA Penganggaran Manajemen dari sistem timbul semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian persediaan(Waluyo, 2006). Persediaan penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu atau dan penyediaan, untuk memproses tidak serta adalah adalah jantung disebabkan persediaan (budgetting), sinkronnya permintaan waktu bahan yang baku. digunakan Empat faktor skala standar yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya, 1994). Dalam fungsi penganggaran, semua rencana dari fungsi perencanaan dan fungsi persediaan menurut Yamit (2003) adalah penentu faktor waktu, ketidakpastian disesuaikan dengan besarnya biaya dari dana yang waktu datang, kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk ketidakpastian penggunaan, dan ekonomis. tersedia, Fungsi Manajemen Logistik keterbatasan yang dikaji secara seksama maka 1. anggaran Fungsi Perencanaan Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkah- dengan tersebut mengetahui merupakan hambatan anggaran dan yang reliable. 3. Fungsi Pengadaan langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai Pengadaan adalah semua kegiatan dan usaha tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan secara untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang khusus perencanan logistik adalah merencanakan dan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan ada menjadi ada.Kegiatan ini termasuk dalam usaha sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada organisasi (Subagya, 1994), juga menyatakan bahwa dalam batas-batas efisiensi (Subagya, 1994).Fungsi perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman atau keadaan atau lingkungan yang merupakan cara direncanakan atau telah disetujui sebelumnya. Cara– terencana dalam memuat keinginan serta usaha cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi merumuskan dasar dan pedoman tindakan. pengadaan adalah: Perencanaan yang mewujudkan kebutuhan a. Pembelian; sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang b. Penyewaan; memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk c. Peminjaman; tindakan yang d. Pemberian (hibah); ada.Suatu rencana harus didukung oleh semua e. Penukaran; pihak, f. Pembuatan; rencana yang menuntut berdasarkan peraturan adanya pengendalian baik jasa terhadap dipaksakan devisi akan sulit Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 yang berlaku yang telah 282 g. Perbaikan. Penghapusan Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi teknis yang menyangkut pihak luar maka pembebasan barang berlaku perhatian.Pengendalian barang antara lain: dari awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan. 4. kegiatan dari atau usaha pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan dilaksanakan adalah (Subagya, Barang a. 1994).Alasan hilang, akibat penghapusan kesalahan sendiri, Fungsi Penyimpanan kecelakaan, bencana alam, administrasi yang Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan salah, tercecer atau tidak ditemukan; usaha untuk persediaan melakukan di tempat 1994).Penyimpanan pengelolaan penyimpanan berfungsi barang Teknis dan ekonomis: Setelah nilai barang b. (Subagya, untuk dianggap tidak ada manfaatnya. Keadaan tersebut menjamin disebabkan Kerusakaan sebelumnya dengan pemenuhan setepat-tepatnya obsolute dan biaya serendah-rendahnya.Fungsi ini mencakup efektifitas), kadaluarsa yaitu suatu barang semua kegiatan mengenai pengurusan, pengelolaan tidak dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah: ketentuan waktu yang ditetapkan, aus atau Kualitas barang deteriorasi yaitu barang mengurang karena terhindar dari kerusakan, pencarian barang yang susut, menguap atau handling, busuk karena lebih mudah dan barang yang aman dari pencuri. tidak memenuhi spesifikasi sehingga barang 5. tidak dapat dipergunakan lagi. dapat dipertahankan, Fungsi Penyaluran (Distribusi) Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan 7. tidak dapat faktor: penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi barang yang karena (meningkatkan boleh diperbaiki, efisiensi dipergunakan lagi atau menurut Fungsi Pengendalian Pengendalian adalah sistem pengawasan dari atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya, 1994). hasil Faktor pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen yang mempengaruhi penyaluran barang logistik antara lain: a. Proses administrasi; b. Proses penyampaian yang penilaian, sedang atau pemantauan telah dan berlangsung (Subagya, 1994). Bentuk kegiatan pengendalian berita (data-data antara lain: a. informasi); 6. laporan, Merumuskan tatalaksana dalam bentuk c. Proses pengeluaran fisik barang; manual, standar, kriteria, norma, instruksi dan d. Proses angkutan; prosedur lain; e. Proses pembongkaran dan pemuatan; f. Pelaksanaan rencana yang telah ditentukan. Fungsi Penghapusan b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna mendapatkan gambaran dan Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 informasi tentang 283 penyimpangan serta jalannya pelaksanaan c. Perhitungan kebutuhan bahan makanan; dari rencana; d. Prosedur pembelian bahan makanan; guna e. Prosedur penerimaan bahan makanan; dalam f. Prosedur penyimpanan bahan makanan; rangka pencapaian tujuan; g. Tehnik persiapan bahan makanan; Melakukan supervise. h. Pengaturan pemasakan makanan; bahan i. Cara pelayanan dan distribusi makanan; makanan merupakan salah satu logistik yang berada j. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi c. Melakukan kunjungan mengidentifikasi d. Menurut Quick cara staf pelaksanaan (1997), perbekalan di rumah sakit. Apabila pengelolaan bahan makanan dilakukan 2. Pengadaan Bahan Makanan dengan pendekatan manajemen logistik Pengadaan adalah suatu proses untuk tahapan tersebut di atas harus dilakukan. Secara mendapatkan perbekalan. Tujuan sistem pengadaan umum siklus dan penggunaan bahan makanan di adalah untuk mendapatkan bahan makanan dengan rumah sakit akan mencakup tahap seleksi bahan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin tepat makanan, tahap pengadaan, tahap distribusi dan waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan tahap tenaga yang berlebihan (Suryawati, 1996). penggunaan yang disusun berdasarkan pengalaman tahun yang lalu dan perkiraan yang akan datang, kesemuanya dapat berjalan dengan baik dengan adanya dukungan dari Langkah proses pengadaan dimulai dengan (Quick, 1997) pihak a. Review daftar bahan yang akan diadakan; manajemen yaitu pengorganisasian, dana, sistem b. Menentukan jumlah masing-masing item yang informasi manajemen dan sumber daya manusia. 1. Perencanaan Bahan Makanan. akan dibeli; c. Menyesuaikan dengan situasi keuangan; makanan d. Memilih metode pengadaan; dilakukan agar jumlah persediaan bahan makanan e. Memilih supplier atau rekanan; dapat efisien dan efektif, mendukung kelancaran f. Memonitor pengiriman Perencanaan proses pengadaan produksi perusahaan bahan (rumah Perencanaan serangkaian pengadaan makanan g. macam dan jumlah bahan makanan, pengadaan bahan makanan hingga proses penyediaan makanan Melakukan pembayaran serta menyimpan yang kemudian; adalah kegiatan mulai dari perencanaan menerima barang dan memeriksa; sakit), terpenuhinya modal investasi yang memadai. barang, h. Didistribusikan 3. Penyimpanan dan Distribusi Bahan Makanan. Kegiatan penyimpanan atau storage atau matang bagi pasien dan karyawan rumah sakit, yang pergudangan, dimulai dari datangnya barang yang meliputi (Rahimy, 1997) diadakan sampai adanya permintaan untuk a. Perencanaan anggaran belanja; digunakan atau distribusi.Kegiatan penyimpanan dan b. Perencanaan menu; distribusi diawali dengan penerimaan barang di Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 284 gudang, penelitian dan pengecekan, pencatatan g. Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak pengendalian ada kegiatan serta dibuka pada waktu yang inventory serta barang dimasukkan dan ditempatkan telah ditentukan. Pegawai yang masuk keluar pada tempat yang telah ditentukan di dalam gudang. gudang juga hanya pegawai yang ditentukan; pada kartu stok gudang untuk Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata h. makanan kering baik kualitas maupun Persyaratan ruang i. b. c. d. e. f. hendaknya Pembersihan ruangan secara periodik, 2 kali Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan secara periodik dengan bahan mempertimbangkan keadaan ruangan; makanan kering (gudang) menurut Depkes 2003: a. kering seminggu; j. penyimpanan harus berkisar antara 19-21 C; kuantitas di gudang bahan makanan kering serta pencatatan dan pelaporan (Depkes, 2003). ruangan 0 cara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan Suhu Bahan makanan harus ditempatkan secara k. Semua lubang yang ada di gudang harus teratur menurut macam, golongan ataupun berkasa, serta bila terjadi pengrusakan oleh urutan pemakaian bahan makanan; binatang pengerat, harus segera diperbaiki. Menggunakan bahan yang diterima terlebih Analisis ABC dahulu (FIFO = First In First Out). Untuk Analisis ABC atau dikenal dengan nama analisis mengetahui bahan makanan yang diterima Pareto (Pareto analysis) dibuat berdasarkan sebuah diberi tanda tanggal penerimaan; konsep Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan (Pareto’s Law). Kata Hukum Pareto menyatakan serta bagian bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase penyimpanan bahan makanan ini, termasuk terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak kartu stok bahan makanan harus segera diisi terbesar tanpa ditunda, diletakkan pada tempatnya, pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan diperiksa dan diteliti secara kontinyu; peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, berbagai pembukaan di yang dikenal (80%). dengan Analisis Hukum ABC adalah Pareto metode dan dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut pengeluaran bahan makanan, harus segera kelompok A, B dan C. Kelompok A biasanya diisi dan diletakkan pada tempatnya; sejumlah Kartu atau Gudang buku dibuka penerimaan, pada waktu stok yang telah 10-20% dari total item dan merepresentasikan 60-70% total nilai. Kelompok B ditentukan; berjumlah 20% Semua bahan makanan ditempatkan dalam merepresentasikan 20% total nilai. Kelompok C keadaan tertutup, terbungkus rapat dan tidak biasanya berlubang, diletakkan di atas rak bertingkat merepresentasikan 10-20% total nilai (Bowersox, et yang cukup dan kuat dan tidak menempel al., 2002) berjumlah dari 60-70% pada dinding; Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 total dari item dan total item dan 285 METODE 3. Perencanaan kebutuhan bahan makanan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif 4. Pembelian bahan makanan dengan pendekatan kuantitatifdan cross sectional. 5. Penerimaan bahan makanan Variabel perencanaan, 6. Penyimpanan bahan makanan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, 7. Persiapan bahan makanan penghapusan, bahan 8. Pengolahan bahan makanan makanan kering yang stagnant, bahan makanan 9. Pendistribusian makanan kering 10. Pencatatan pelaporan dan evaluasi yang diteliti terdiri pengendalian, yang stockout, penyebab dari evaluasi, penyebab stockout.Penelitian stagnant dan dilakukan di unit Seto, et al. (2004) pada siklus logistik terdiri dari logistik instalasi gizi RSUD Bhakti Dharma Husada perencanaan dan Surabaya bulan Juni hingga Agustus 2013. penganggaran, pengadaan, Responden penelitian merupakan petugas yang penerimaan serta peramalan kebutuhan, penyimpanan pemeliharaan dan penyaluran, mengelola unit logistik instalasi gizi RSUD BDH penghapusan dan pengendalian. Berdasarkan Dirjen Surabaya.Unit analisis dalam penelitian ini adalah Yanmed, Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah instalasi Gizi RSUD BDH Surabaya. Data primer Sakit diperoleh dengan cara melakukan indepth interview pelayanan gizi rumah sakit meliputi perencanaan dengan petugas dan observasi. Data sekunder anggaran belanja, perencanaan menu, perhitungan diperoleh dengan melihat laporan persediaan bahan kebutuhan bahan makanan, prosedur pembelian makanan kering di unit logistik instalasi gizi RSUD bahan BDH Surabaya bulan Maret hingga Juli 2013.Teknik makanan, prosedur penyimpanan bahan makanan, analisis data dimulai dengan melakukan analisis teknik ABC (Bowersox, et al., 2002).Data yang telah pemasakan bahan makanan, cara pelayanan dan dikumpulkan pelaksanaan distribusi bahan makanan, pencatatan pelayanan manajemen persediaan dan narasi hasil indepth dan evaluasi. Dari kedua teori dalam cakupan interview. pelayanan menggambarkan ada 10 langkah makanan, persiapan gizi penting prosedur bahan pada dalam rangka penerimaan makanan, pengelolaan bahan pengaturan perbekalan makanan perlu adanya tambahan pada cakupan HASIL DAN PEMBAHASAN pengelolaan bahan makanan yaitu penghapusan dan Pengelolaan Persediaan Bahan Makanan Kering di Instalasi Gizi RSUD BDH Surabaya evaluasi. Berdasarkan kegiatan tersebut hasil tetapi penelitian tidak terdapat dituliskan pada Kegiatan pelayanan gizi di Instalasi Gizi RSUD Kebijakan RSUD BDH Kota Surabaya.Manajemen BDH Kota Surabaya berdasarkan laporan tahun Persediaan telah dilakukan di Unit Logistik Instalasi 2012 mencakup 10 kegiatan yaitu : Gizi RSUD BDH Kota Surabaya. 1. Perencanaan anggaran belanja 2. Perencanaan menu Kegiatan perencanaan bahan makanan kering tidak ada perencanaan Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 kebutuhan perbulan, 286 melainkan perencanaan dilakukan setiap hari, setiap Kebijakan di RSUD BDH Surabaya belum ada kali stok bahan tersisa sedikit akan segera dilakukan kebijakan tertulis yang mengatur batas safety stock pengadaan. disesuaikan di Unit Logistik Instalasi Gizi, sehingga bisa menjadi dengan anggaran. Apabila anggaran berlebih maka faktor penyebab adanya stockout karena tidak akan dapat dilakukan penambahan pemesanan adanya dengan persediaan Perencanaan menyamakan ini juga anggaran yang telah ketentuan untuk safety pengaman. stock Penerimaan atau dan ditetapkan akan dapat mengakibatkan stagnant pemeriksaan barang yaitu penerimaan oleh petugas bahan makanan kering, buffer stock yang tidak yang berada di gudang logistik makanan.Petugas ditetapkan di Unit Logistik bisa berpengaruh pada yang kondisi pengecekan dengan di dampingi oleh ahli gizi.Pihak stagnant bahan makanan kering, berada di kecenderungan pengadaan dengan membeli bahan petugas dari makanan fast moving lebih banyak dan pembelian jumlah, spesifikasi sekaligus untuk bahan makanan berharga murah. kemasan, gudang unit logistik dan dari logistik makanan memeriksa barang tanggal melakukan yang dipesan, kadaluarsa. Tahap Sistem pengadaan logistik makanan yang ada di selanjutnya petugas yang berada di gudang logistik Instalasi Gizi RSUD BDH Kota Surabaya adalah memasukkan data barang dalam sistem pancatatan metode pengadaan langsung, yang dilakukan oleh gudang yaitu dengan cara manual dengan kartu petugas logistik makanan gizi.Metode pengadaan stok. langsung ini biasanya pembelian dalam jumlah kecil Menurut pedoman pelayanan gizi rumah sakit, dan perlu segera tersedia serta relatif agak mahal. penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan Berdasarkan hasil observasi yang jadwal pengadaan meliputi pemeriksaan, pencatatan dan bahan makanan kering tidak sesuai jadwal hal ini pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas menyebabkan pekerjaan overload tidak efektifnya bahan waktu kering. pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan pembelian (Depkes 2003). Penerimaan bahan makanan kering pengadaan bahan makanan Pengadaan bahan makanan langsung bahan makanan akan mengalami diterima sesuai dengan dilakukan dengan baik oleh pihak gudang makanan hambatan dan ahli gizi, yaitu dengan melakukan pengecekan kebutuhan bahan makanan. Hal ini juga dapat diharapkan dapat menjaga kualitas dan kuantitas menjadi penyebab stockoutnya bahan makanan bahan makanan yang masuk ke gudang logistik kering. Persediaan pengaman (safety stock) adalah makanan persediaan menghindari kosong tambahan yang di di yang bagian distributor apabila melalui makanan adakan untuk rumah sakit. penerimaan Pengecekan bahan makanan untuk yang melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya rusak kemasannya atau kadaluarsa, sehingga sesuai kekurangan bahan (stockout) (Bowersox, et al., dengan permintaan dan dapat segera digunakan 2002) untuk proses pelayanan gizi. Setelah proses penerimaan dan pengecekan bahan makanan kering Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 287 akan di masukkan dan di simpan di gudang logistik produksi, petugas gudang yang akan menyiapkan makanan kering. bahan Penyimpanan bahan makanan di gudang logistik dan diambil Pendistribusian oleh bahan petugas makanan produksi. tidak terdapat makanan dianggap kurang mendukung kegiatan petugas khusus, yaitu secara langsung dilakukan penyimpanan, karena masih ada beberapa barang oleh petugas gudang. Penyaluran bahan makanan yang diletakkan diluar gudang penyimpanan bahan adalah makanan kering. Gudang penyimpanan yang ada di berdasarkan Instalasi Gizi belum mempunyai termometer suhu tersedianya bahan makanan yang siap pakai dengan ruangan yang memantau kondisi suhu ruangan, kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai pesanan sehingga dapat memungkinkan bahan rusak.Setiap (Depkes, 2003). Sistem distribusi bahan makanan bahan makanan telah dilengkapi dengan kartu stok yang ada di Instalasi Gizi sejauh ini sudah sesuai untuk pencatatan bahan masuk dan keluar serta sisa dengan protap yang telah ditetapkan rumah sakit bahan makanan. Metode penyimpanan di Unit yaitu menggunakan form yang telah ditandatangani Logistik Gizi menggunakan FEFO (first expired first oleh penanggung jawab dapur, dan adanya kartu out) yang seharusnya menurut Depkes (2003) stok atau buku catatan keluar masuknya bahan adalah metode FIFO yang harus diterapkan. Hal ini makanan kering. dilakukan untuk mencegah bahan yang rusak akibat expired date. tata cara mendistribusikan permintaan Pengendalian harian logistik bahan makanan dengan tujuan makanan di Instalasi Gizi RSUD BDH Kota Surabaya belum Kegiatan penyimpanan bahan makanan kering menggunakan metode khusus.Pengendalian di Unit Logistik Instalasi Gizi kurang optimal karena dilakukan secara langsung dilapangan dan secara kondisi gudang yang kurang mendukung sehingga tak langsung yaitu melalui laporan persediaan bahan bisa menyebabkan adanya bahan makanan yang makanan kering. Pengendalian perlu diperhatikan stockout. Tidak terdapatnya protap penyimpanan apabila stok bahan makanan dalam keadaan menipis bahan makanan kering dan perlunya perbaikan dan keadaan permintaan bahan makanan melonjak fasilitas untuk mendukung kualitas bahan makanan atau dalam keadaan sebaliknya, maka Instalasi Gizi yang akan digunakan untuk pelayanan gizi dan dapat mengoreksi kembali dan merevisi daftar optimalisasi inventory yang mempengaruhi stagnant perencanaan pengadaan bahan makanan kering, dan stockoutnya bahan makanan kering di Unit sehingga hal ini dapat mnegurangi angka kejadian Logistik Gizi. Optimalisasi kegiatan inventory untuk stagnant dan stockout bahan mkanan kering di unit menghindari terjadinya stockout dan stagnant bahan logistik makanan yaitu dengan adanya ukuran atau jumlah manajemen persediaan adalah untuk menyediakan safety stock. Pendistribusian atau penyaluran bahan jumlah material yang tepat, lead time yang tepat dan makanan produksi biaya yang rendah. Menurut Waluyo (2006), terdapat petugas beberapa kering menggunakanform kepada petugas permintaan dari gizi. Menurut macam Yamit sistem Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 (1999), pengendalian tujuan yang 288 digunkan untuk menjaga persediaan tetap stabil, dilakukan antar lain Economic Order Quantity (EOQ), Material dampak Requirement kesesuaian dan kegunaan, dalam hal ini diutamakan Planning (MRP), tabel Material Production Schedule (MPS) dan Just-In-Time. terhadap untuk masukan, menilai proses, relevansi luaran, kecukupan, luaran atau hasil yang dicapai (Depkes, 2003). Tidak ada protap yang mengatur pengendalian Kegiatan evaluasi instalasi gizi belum optimal dalam bahan makanan kering, sehingga pihak RSUD BDH melakukan evaluasi manajemen pengelolaan bahan Kota metode makanan kondisi beberapa masalah manajeman persediaan bahan manajemen persediaan agar dpat memenuhi tujuan makanan, antara lain yaitu perencanaan yang belum manajemen persediaan bahan makanan yaitu tepat sesuai dengan kebutuhan bahan, pengadaan bahan waktu, tepat jumlah, tepat kualitas dan biaya makanan diluar prosedur, kualitas SDM unit logistik terendah dapat dicapai dena mengurangi stagnant yang masih kurang, dan sistem pengendalian bahan dan stockout bahan makanan kering di Unit Logistik makanan yang belum maksimal karena masih terjadi Intalasi adanya stagnant dan stockout bahan makanan Surabaya pengendalian Gizi harus yang RSUD menentukan sesuai BDH dengan Surabaya. Kegiatan evaluasi di Unit Instalasi Gizi adalah penilaian yang kering, sehingga 100 Tabel 1 dapat diketahui bahwa Kelompok A ditemukan kering. Tabel 1 Pengelompokan Bahan Makanan Kering Berdasarkan Analisis ABC No. Kelompok % investasi Nilai investasi 1 A 70 Rp11.026.800 2 B 20 Rp 3.185.500 3 C 10 Rp 1.474.950 Jumlah masih ∑ bahan Rp15.687.250 % 6 10 35 11 20 69 51 100 makanan kering, maka kelompok B adalah kelompok memiliki persentase jumlah sediaan 11 % dan nilai bahan makanan kering investasi 70% dari total sediaan bahan makanan pengendalian kering, maka kelompok A adalah kelompok bahan sedang.Kelompok C memiliki persentase jumlah makanan yang memerlukan pengendalian ketat sediaan 69% dan nilai investasi 10% dari total karena nilai investasinya yang tinggi. Kelompok A sediaan bahan makanan kering. Jadi kelompok C terdiri dari bahan beras, air minum gelas, minyak adalah kelompok bahanmakanan yang memerlukan goreng, roti cracker, gula pasir dan tepung kobe. pengendalian longgar karena nilai investasinya yang Kelompok B memiliki persentase jumlah sediaan kecil. sedang karena yang memerlukan nilai investasinya 20% dan nilai investasi 20% dari total sediaan bahan Tabel 2 Data Stagnant berdasarkan ABC di Unit Logistik Instalasi Gizi RSUD BDH Kota Surabaya Bulan Maret s/d Juni 2013 Stagnant berdasarkan kategori Bulan Maret Jumlah A (6) B (10) C (35) 2 (33,3%) 7 (70%) 15 (42,9%) Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013 24 289 1 (16,7%) 2 (33,3%) 2 (33,3%) April Mei Juni 5 (50%) 7 (70%) 6 (60%) Data Tabel 2 di atas adalah data 13 (42,9%) 15 (42,9%) 12 (34,3%) 19 24 20 besar adalah bahan makanan yang mempunyai nilai persentase pada kelompok A kejadian stagnant investasi paling tinggi, sehingga perlu diperhatikan tertinggi dengan nilai sebesar 33,3% dari jumlah pada saat pengadaan bahan makanan. Kelompok B jenis kelompok A yang terjadi pada bulan Maret, Mei kejadian stagnant tertinggi terjadi pada bulan Maret dan Juni. Hal ini menunjukkan kurang efektifnya dan Mei yaitu sebesar 70% dari total bahan manajemen persediaan, karena pada kelompok A ini kelompok B. Tabel 3 Nilai Rupiah StagnantBahan Makanan Kering di Unit Logistik Instalasi Gizi Bulan Juni 2013 No. Nilai bahan makanan stagnant (Rupiah) Jumlah jenis bahan yang stagnant Kategori 1 2 Rp 4.805.500 A 2 6 Rp 4.020.000 B 3 12 Rp 555.750 C ∑ 20 Rp 9.381.250 Jumlah jenis bahan makanan kering yang sebelumnya sudah disediakan kebutuhan untuk mengalami stagnant sebanyak 20 jenis bahan beberapa makanan dengan jumlah kelompok A yang paling menyebabkan kejadian stagnant . Jadi kedua faktor sedikit yaitu 2 jenis bahan makanan yaitu air mineral tersebut menjadi penyebab utama kejadian stagnant dan gula pasir. Hal ini menandakan bahwa pada bahan makanan kering di Instalasi Gizi RSUD BDH kelompok A memiliki jumlah jenis bahan makanan Kota Surabaya. yang paling sedikit tetapi memiliki efek yang besar hari, karena perubahan tersebut bisa Faktor penyebab stockout bahan makanan dengan nilai bahan makanan paling tinggi. Biaya kering dapat diketahui bahwa sebanyak 3 responden total yang dikeluarkan untuk pembelian bahan atau 62,5 % memilih naiknya kunjungan pasien. makanan yang mengalami stagnant tersebut sebesar Terdapat 1 responden atau 25% dari total responden Rp 9.381.250. memilih terbatasnya fasilitas gudang untuk Faktor penyebab stagnant bahan makanan penyimpanan, dan terdapat 1 responden sebesar keringadalah sebanyak 2 responden atau 50% dari 12,5 % dari total responden memilih SDM di Instalasi total responden gizi memilih pengadaan bahan yang yang tidak mencukupi sehingga terdapat berlebihan karena perencanaan tidak sesuai dengan pekerjaan tidak bisa maksimal dalam pengerjaannya. kebutuhan. Penggunaan bahan makanan pengganti Terdapat 1 responden yang menjawab 2 faktor karena menu diet pasien yang berubah dipilih 2 penyebab stockout sehingga frekuensi terdapat 0,5. responden atau 50 % dari total responden, yang Jadi faktor penyebab utama stockout adalah naiknya 290 atau dengan bahan yang fast moving, medium moving permintaan dari setiap unit yang berlebihan dan stok dan slow moving. Penambahan SOP manajerial atau gudang kosong atau sedikit karena perencanaan protap untuk optimalisasi kegiatan inventory di pembelian sebagai dasar usulan pembelian tidak gudang memperhitungkan secara akurat di Logistik Makanan persediaan.Pengkajian Instalasi Gizi RSUD BDH Kota Surabaya. makanan.Pada kunjungan pasien yang tidak bisa diprediksi logistik makanan SDM pengendalian untuk di mengontrol unit logistik diperlukan metode khusus untuk persediaan bahan makanan kering. SIMPULAN Perencanaan belum dilaksanakan secara efektif karena masih terdapat stagnant dan stockout bahan makanan kering di Unit Logistik Instalasi Gizi RSUD BDH Kota Surabaya.Laporan persediaan menunjukkan kejadian stagnant sebesar 36,9% dan stockout sebesar 29,9%. Penyebab stockout adalah, naiknya kunjungan pasien, kondisi gudang yang terbatas, serta kondisi SDM yang kurang mencukupi, sedangkan penyebab stagnant adalah, pengadaan bahan makanan yang berlebihan karena pembelian dan penggunaan bahan makanan lain akibat Surabaya perlu perubahan diit pasien. RSUD BDH Kota melakukan perencanaan kebutuhan bahan makanan kering yang sesuai kebutuhan riil, perhitungan safety stock untuk setiap bahan makanan agar disesuaikan DAFTAR PUSTAKA Bowersox, D., Closs J. David, dan Cooper M. Bixby, 2002. Supply Chain Logistics Management. Boston: Brent gordon. Depkes RI., 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Direktoral jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta Quick, D., 1997. Managing Drug Supply, The Selection, Procurement, Distribution, And Use of Pharmaceuticals. Boston Massachusetts: Kumarianpress inc. Rahimy, R., 1997. Manajemen Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Yogyakarta: CV Andi Offset. Rangkuti, F., 1998. Manajemen Persediaan Aplikasi Di Bidang Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sabarguna, B. S., 2005. Logistik Rumah Sakit dan Teknik Efisiensi. Daerah Istimewa Yogyakarta: Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng. Seto, Nita, dan Trianan, 2004. Manajemen Farmasi. Surabaya: Airlangga University Press Subagya, M., 1994. Manajemen Logistik. keempat ed. Jakarta: PT Gunung Agung. Suryawati, 1996. Efisiensi Pengelolaan Obat di Rumah Sakit. Yogyakarta: UGM. Waluyo, D., 2006. Analisis Penyebab Utama Stagnant pada Manajemen Persediaan Obat di Rumah Sakit Kusta Kediri. In: Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga, pp. 1-5. Yamit, S., 2003. Manajemn Persediaan.Yogyakarta: EKONISIA Fakultas Ekonomi UI. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013