Psikologi sosial 2 Pendekatan kognitif Sour Grape Psikologi Sosial Sebelum 1970’an Psikologi sosial banyak didominasi oleh doktrin Behavioristik. Saat itu, untuk memenuhi kriteria ‘scientific’ para psikolog hanya melakukan studi perilaku yang nampak, dan tidak membuat kesimpulan tentang apa yang terjadi dalam diri seseorang (pikiran dan perasaan) Pada tahun setelah 1970’an Psikolog sosial mulai menyadari bahwa tidak mungkin untuk memahami orang tanpa memperhatikan bagaimana mereka Berfikir dan Merasa Sebagai sub area, kognisi sosial mencakup pendekatan baru untuk penelitian klasik pada: Teori atribusi (bagaimana orang menjelaskan perilaku dan peristiwa) Impression formation/pembentukan kesan (bagaimana orang-orang membentuk kesan dari orang lain) Stereotip (bagaimana orang berpikir tentang anggota kelompok) Attitude (bagaimana orang merasa tentang berbagai hal) The Self (bagaimana orang berpikir tentang diri mereka sendiri) Prinsip-prinsip inti dari pendekatan ini adalah bahwa: (1) peneliti harus menggunakan konsep-konsep umum dan teori daripada microtheories tertentu, (2) proses-proses kognitif merupakan penentu utama penilaian dan perilaku manusia, (3) model pengolahan informasi menyediakan struktur universal berguna untuk memeriksa kognisi, (4) proses mediasi harus diukur (umumnya menggunakan metode yang dipinjam dari psikologi kognitif) daripada hanya menduga, yang semuanya mengimplikasikan bersama-sama (5) harus ada satu set konsep universal, prinsip, dan praktik mendasari sebagian besar, jika tidak semua, teori dan penelitian psikologi. Konsep dasar orientasi kognitif (1) Teori yang menitik beratkan proses sentral (sikap, ide, harapan) Bandingkan dengan Behavioristik (rangsang-balas) dan psikoanalisis (ketidak sadaran) Konsep dasar orientasi kognitif (2) Teori-teori kognitif menjelaskan tentang konsepkonsep mentalistik Behavioristik mempelajari perilaku kasat mata. Konsep dasar orientasi kognitif (3) Analisa kognitif bersifat keseluruhan (molar) Analisis behavioristik menjelaskan bahwa tingkah laku merupakan kumpulan dari reflek-reflek (molekular) Konsep dasar orientasi kognitif (4) Aliran kognitif tidak mementingkan faktor genetik Behaviristik lebih fokus pada faktor genetik Konsep dasar orientasi kognitif (5) Teori kognitif berkeyakinan bahwa proses belajar dapat terjadi tanpa dipenuhinya kebutuhan tertentu. Behavioristik berpendapat bahwa setiap tingkah laku dirangsang oleh kebutuhan primer tertentu. Istilah Scheerer Kognisi adalah proses sentral yang menghubungkan peristiwa-peristiwa external dan di dalam diri sendiri (internal) Istilah Festinger (1957) Kognisi adalah elemen kognitif, yaitu hal-hal yang diketahui oleh seseorang tentang dirinya sendiri, tentang tingkahlakunya, dan tentang keadaan di sekitarnya Istilah Neisser (1967) Kognisi ada proses yang mengubah , mereduksi, memperinci, menyimpan, mengungkapkan, dan memakai setiap masukkan (input) yang datang dari indera. Istilah (ttg struktur kognitif) Zayong (1960) Struktur kogitif adalah serangkaian sifat (attributes) yang terorganisir dan digunakan oleh individu untuk mengidentifikasi dan mendiskriminasi suaru obyek atau peristiwa. Istliah (ttg struktur kognitif) Scott (19630 Struktur kognisi adalah struktur yang terdiri dari elemen-elemen berupa ide-ide yang secara sadar dipertahankan oleh seseorang atau satu set ide yang dipertahankan oleh orang yang bersangkutan dan setiap waktu tersedia bagi kesadaran. Rangsang (Scheerer) Ada tiga elemen dari proses penginderaan Rangsang dalam bentuk fisik (distal) Rangsang sebagai keseluruhan (proksimal) Rangsang sebagai representasi fenomenal Respon Proses pengorganisasian rangsang. Karaketeristiknya komplek sampai mencapai representasi fenomenal Ada internal environmental yang terlibat Karenanya respon sulit untuk diukur, sulit pula dipelajari Arti (meaning) Merupakan konsep utama dalam teori Kognitif Arti merupakan hasil dari proses belajar yang berujud gejala istimewa (idiosinkratik) .Ausubel, 1965 Info baru akan mengubah Arti baru People think about other people more than any other topic, and probably more than about all other topics combined (Fiske & Taylor, 1991). Proses psikologik Persepsi Belajar Reinforcement Persepsi (Scheerer, 1954) Persepsi adalah representasi fenomenal. Hal yang diamati tergantung pola dari keseluruhan Sangat individual dan bervariasi dari waktu ke waktu, dan tergantung fokus panca indera Cenderung berkembang kearah tertentu, tetapi jika sudah terbentuk cenderung menetap. Belajar Ausubel (1961) Belajar menerima saja (reception learning) Belajar menemukan sesuatu (discovery learning) Belajar dengan menghafal tanpa dipikir (rote learning) Belajar dengan mengartikan (meaningful learning) Reinforcement (Motivasi dan penguat) Kebutuhan diukur tinggi rendahnya kebutuhan akan kognisi itu sendiri Kebutuhan muncul dalam situasi ambigious situation atau structured situation (gamblang) Satisfaction tidak dikaitkan dengan tension, goal, reiforcement Cognitive Dissonance Theory The theory that inconsistencies produce psychological discomfort, leading people to rationalize their behavior or change their attitudes Leon Festinger Justifying effort effort justification the finding that when people suffer or work hard or make sacrifices, they will try to convince themselves that it is worthwhile (Aronson & Mills, 1959) It is a theory about how people rationalize their behavior so as to bring their attitudes into line with their actions. Menurut Festinger, kehadiran kognisi disonan menimbulkan keadaan ketegangan psikologis yang tidak menyenangkan. Selain itu, semakin besar jumlah kognisi disonan, dan kepentingan yang lebih besar untuk individu, semakin intens ketegangan yang akan dihasilkan. Setelah ketegangan telah terangsang, individu termotivasi untuk meringankannya. Secara khusus, ia mencoba untuk menemukan cara untuk mengurangi besarnya disonansi kognitif yang mendasari bertanggung jawab atas ketegangan. Beberapa taktik yang tersedia, yang semuanya melibatkan rasionalisasi dalam satu bentuk atau lainnya (Abelson, 1963). Konsekuensi disonansi Mengubah eleman tingkah laku (i.e. hp tidak level hp di simpan saja) Mengubah elemen kognitif lingkungan (i.e berusaha meyakinkan hp lagi trend) Menambah elemen kognitif baru (i.e cari dukungan bhw hp lagi ngetrend) Menghindari timbulnya disonansi (mencari dukungan informasi yang bisa mengangkat nilai) HEIDER’S P-O-X THEORY In 1946, social psychologist Fritz Heider proposed balance theory. Balance theory is sometimes called P-O-X theory because it focuses on situations containing three elements (triads): the person (P), the other person (O), and the attitude object (X). Heider proposed that a person’s understanding of the relationships among P, O, and X was either “balanced” or “unbalanced.” Balanced is the term for consistency. (For example, the principle that “my enemy’s enemy is my friend” is balanced, because there is something consistent about liking the person who has attacked your enemy.) Dinamika Tingkah Laku Krech & Crutfield Tingkah laku keseluruhan (need & goal) Immediate psychological field (dinamika perilaku) Tension Frustasi (Responnya Adaptif/una daptif) selesai