FOKUS Profesionalisme identik dengan kompetensi

advertisement
| Nomor 08 | Tahun 2004 | Rp6.750 |
DaftarIsi
2
2
3
4
6
8
16
18
22
26
27
28
29
30
31
32
DariRedaksi
SuratSurat
InfoEksekutif
Etalase
SpecialHC
Fokus
StrategiHC
HCTren
Kolega
Konsultasi
TipsPraktis
Kolom
Kiat
PirantiKerja
BursaKerja
Rehal
KOMPETENSI
RESEP AJAIB?
F O K U S
Profesionalisme identik dengan kompetensi. Wajar,
bila kompetensi kini menjadi resep ajaib
bagi organisasi dalam meningkatkan kinerjanya.
Berbagai model kompetensi dibuat, tetapi yang
lebih penting adalah implementasinya. Bagaimana
kiat agar organisasi tidak terjebak
pada perangkap fantasi kompetensi.
WALK-IN
INTERVIEW
halaman
18
Ada sejumlah alasan di balik pemanfaatan metode rekrutmen
walk-in interview. Keterbatasan lapangan kerja dan maraknya
praktik outsourcing membuat metode ini semakin populer,
namun belum menjadi sebuah tren. Sejauh mana efektivitas
metode walk-in interview? Apa plus-minusnya dibandingkan
metode konvensional?
Joris de Fretes:
Kendala terberat adalah
dalam mensosialisasikan
kompetensi tersebut dan
proses evaluasi kompetensi karyawan.
halaman 15
Ricky Sutanto:
“Sebagai negara besar,
Indonesia harus menjadi
pionir dalam menciptakan
kehidupan beragama di
level internasional.”
halaman 22
Hasan Aula:
“Nokia 9500 merupakan
ponsel yang mirip
komputer namun berkemampuan komunikasi
yang hebat.”
halaman 30
Budiman Sanusi:
“Banyak hal dari manusia
yang mempengaruhi
kompetensinya antara lain
bakat, motivasi, sikap,
sistem nilai, ...”
halaman 12
2
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
D a r i R e d a k s i
HUMAN CAPITAL FORUM
M
ewujudkan cita-cita mulia Human Capital untuk
ikut berpartisipasi di dalam pengembangan
kualitas sumberdaya manusia Indonesia adalah
episode panjang penuh perjuangan. Itulah komitmen yang
kami usung sejak kehadiran Human Capital sekitar Maret
2004.
Terima kasih atas dukungan pembaca, pelanggan, dan
mitra bisnis selama ini, Human Capital mulai melangkah
untuk mewujudkan cetak biru pengembangan bisnisnya.
Bulan lalu, tepatnya 13 Oktober 2004 di Newscafe, Jakarta,
bersamaan dengan acara launching resmi Human Capital,
telah diumumkan pula pembentukan Human Capital Forum sebagai forum pertemuan para praktisi dan pemerhati
human capital dalam upaya pengembangan kualitas SDM
Indonesia.
Human Capital Forum, menurut N. Krisbiyanto yang
didaulat menjadi Ketua, adalah forum independen yang
secara rutin akan bertemu dan berdiskusi tentang berbagai
persoalan dan tren human capital. Gagasan dan pemikiran
yang muncul dari Human Capital Forum diyakini akan
sangat positif bagi kemajuan manajemen human capital di
Indonesia.
Hubungan kelembagaan Human Capital dengan Human
Capital Forum bersifat saling melengkapi dan mitra sejajar.
Sebagai media khusus mengupas persoalan human capital, Human Capital akan menjadi media disseminasi
informasi seluruh kegiatan Human Capital Forum.
Pengorganisasian seluruh kegiatan Human Capital Forum
rencananya akan dilaksanakan oleh HC Event Management,
sebuah unit bisnis di bawah bendera Human Capital. Meski demikian, baik Human Capital
Forum maupun HC Event Management terbuka pula untuk bekerjasama dengan pihakpihak lain dengan prinsip win-win.
Rincian tentang format organisasi dan kegiatan Human Capital Forum masih
dimantapkan oleh sebuah tim kecil dipimpin Pak Kris, begitu kami sering memanggil N.
Krisbiyanto. Juga tentang persyaratan keanggotaan.
Tapi, Pak Kris menegaskan, Human Capital Forum tidak
bersifat eksklusif – bahkan ingin merangkul seluruh
organisasi profesi di bidang human resources, praktisi
maupun pemerhati di bidang ini. Syukur-syukur tidak
perlu ada biaya keanggotaan, ya nggak Pak Kris?
Pada waktunya, informasi tentang Human Capital
Forum maupun kegiatan-kegiatannya akan secara rutin disampaikan melalui media cetak tercinta ini.
Sumbangsih pemikiran dan partisipasi aktif akan
sangat dinantikan demi berjalannya seluruh rencana
ini dengan baik. Sumbangsih pemikiran ataupun
komentar bisa dikirimkan ke alamat redaksi Human
Capital, khususnya ke alamat e-mail humancapital
@centrin.net.id .
Kehadiran Human Capital Forum menandai
langkah kongkrit Human Capital untuk terus melangkah maju. Kami menganut prinsip Think Big, Start
Small. Segala yang besar, bagaimanapun tidak mesti
langsung dimulai dengan yang besar. Kita bisa
memulainya dengan sesuatu yang kecil tapi penuh
makna.
Pada edisi ini, Human Capital mengupas habis
tentang tema kompetensi, sebuah tema yang sudah
menjadi makanan sehari-hari orang human resources,
namun tidak mudah diimplementasikan di dalam
organisasi. Pemikiran-pemikiran besar tentang
kompetensi terus bermunculan, dan semuanya itu
bisa menjadi referensi dalam mengelola dan mengembangkan kompetensi dalam organisasi. Selamat membaca.
Tak lupa, segenap manajemen dan karyawan Human Capital serta kelompok bisnis
Persaels-Exis mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi saudara-saudara kita yang
merayakan hari nan fitri ini. Semoga Meraih Kemenangan Seperti Yang DijanjikanNya.
Amin…
S u r a t S u r a t
RENCANA SUKSESI (1)
Saya mahasiswa program magister bisnis di perguruan tinggi ternama di Bandung.
Saya tertarik dengan tulisan mengupas
rencana suksesi di Human Capital edisi 07,
khususnya suksesi di perusahaan keluarga.
Setidaknya dari tulisan itu kita bisa melihat
bagaimana perusahaan-perusahaan keluarga mempersiapkan rencana suksesi yang
lebih baik, lengkap dengan implementasinya. Lihat bagaimana Ciputra mempersiapkan konsep struktur Grup Ciputra di masa
depan agar perusahaan tidak terpecah-pecah
setelah ia pergi. Semakin banyak perusahaan
keluarga yang berbagi informasi tentang
topik tentu akan sangat menarik. Berikut
adalah pertanyaan dan permintaan saya:
1. Apakah ada rencana menampilkan
lagi rencana sukses di perusahaan keluarga
lainnya di masa depan?
2. Mohon alamat Bapak Dr. AB Susanto
yang kabarnya banyak membantu proses
suksesi di perusahaan keluarga.
Terima kasih atas bantuan redaksi.
Nina W.
Jl. Adisucipto, Yogyakarta
Jawab
1. Kami berharap tulisan rencana
suksesi di berbagai perusahaan keluarga
lainnya (khususnya perusahaan besar) juga
bisa dimuat dalam edisi-edisi mendatang.
Pemunculannya tidak harus di rubrik Fokus,
tetapi bisa saja di rubrik lain yang relevan.
Atau dibuatkan rubrik tidak tetap bila ada
bahan-bahan yang memadai.
2. Anda bisa menghubungi Dr. AB
Susanto di alamat berikut:
The Jakarta Consulting Group
Semoga informasi ini bermanfaat untuk
Anda. Salam. (Red.)
RENCANA SUKSESI (2)
Bravo untuk redaksi Human Capital telah
menyajikan tulisan tentang rencana suksesi di perusahaan-perusahaan besar dan
perusahaan keluarga. Tulisan itu menambah
pemahaman kami sebagai praktisi SDM di
daerah. Selama ini, perusahaan kami belum
terlalu memperhatikan persoalan suksesi
ini karena masih dipimpin oleh eksekutif
yang cukup muda. Tulisan itu seperti membangun kami untuk segera menyusun rencana strategis terkait program suksesi di
perusahaan. Tidak hanya di level eksekutif,
melainkan juga di level-level kunci di bawah-
nya.
Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih.
Kami nantikan sajian-sajian bermanfaat
lainnya.
Salam,
Antonius Hendrawan
SMB Group Pekanbaru
Jawab
Terima kasih atas dukungan Anda. Kami
berharap, sajian Human Capital bermanfaat
tidak hanya bagi perusahaan yang telah
menerapkan segala konsep manajemen HR
modern, melainkan juga bagi perusahaan –
perusahaan yang mungkin selama ini belum
terlalu peduli terhadap praktik manajemen
HR tertentu, seperti yang terjadi pada
perusahaan Anda.
Salam. (Red.)
Pemimpin Umum: Farid Aidid „ Pemimpin Perusahaan: Iftida Yasar „ Pemimpin Redaksi: Syahmuharnis „ Redaktur Pelaksana: Malla Latif
„ Wakil Pemimpin Perusahaan: P.M.Rizal „ Redaktur: Ratri Suyani, Vriana Indriasari „ Kontributor: Indraria Djokomono „ Artistik: Joel
Totok Apriyanto „ Sekretaris Redaksi: Rizma Maulina „ Administrasi: Afiantomi „ Alamat Redaksi/Tata Usaha, Iklan & Promosi: Setiabudi
Building 2, 3rd Floor. Suite 305 Jl. H. R. Rasuna Said Kav. 62 Jakarta 12920 Telp. 021-5220575 Fax. 021-52901024 E-mail: [email protected] „ Bank: a/n PT. Bina Semesta Giartha Lestari, Citibank No. Rek. 8000494690 „ Pencetak: PT Temprint.
3
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
I n f o E k s e k u t i f
CARA
MENGELOLA
SDM
C
ara mengelola SDM harus disesuaikan dengan strategi bisnis
perusahaan. Survei menyebutkan,
banyak sekali pemimpin yang tidak tahu
melakukan hal ini. Mereka lebih tertarik
berbicara tentang pemotongan biaya-biaya,
mempermaju teknologi, atau membangun
produk baru. Kendati sejumlah langkah itu
dilakukan, pada akhirnya tetap saja masalah
utamanya menyangkut pemahaman karyawan terhadap apa yang harus dikerjakan dan
komitmen seperti apa yang diharapkan
terhadap setiap tugas.
Berbicara strategi bisnis, maka istilah
strategi generik yang dibuat oleh Michael
Porter tahun 80-an relevan untuk dipergunakan. Porter menegaskan, perusahaan
bisa berkompetisi dalam satu di antara tiga
cara berikut:
● Cost leadership: yakni sebagai produsen
berbiaya terendah
● Differentiation: memiliki produk atau jasa
yang unik
KURSUS
MANAJEMEN
STRES
S
tres telah menjadi bagian tak
terpisahkan dari kehidupan manusia
di abad modern ini. Sesungguhnya,
kita butuh elemen stres untuk memacu
kehidupan lebih baik, namun terlalu banyak
stres juga berbahaya. Hasil akhirnya adalah
defisit kinerja: absensi tinggi, muncul
penyakit terkait stres, ketergantungan,
● Focus: berkonsentrasi pada jasa atau
produk spesial untuk ceruk pasar sangat
khusus.
Sebagai pengembangan dari pemikiran
Porter, Michael Treacy dan Fred Wiersema
memperluasnya mengkaji alasan utama
pelanggan mencari satu dari tiga sumber
masalah interpersonal dan ketidakmampuan bekerja secara efektif. Nah, jika stres
telah menggelayuti organisasi Anda, training manajemen stres bisa membantu Anda
mengatasi masalah. Di kawasan Asia, salah
satu organisasi psikologi yang menyediakan
secara khusus training manajemen stres
adalah PsyAsia International.
FOKUS TRAINING
Fokus training adalah mengurangi dan
mengelola stres di tempat kerja. Untuk training in-house, partisipan didorong untuk
mendiskusikan isu-isu relevan terhadap
organisasi dan timnya, difasilitasi dengan
memecah peserta dalam grup, presentasi
oleh setiap grup, dan diskusi menyimpulkan
apa-apa saja yang diajarkan selama kursus.
FORMAT TRAINING
Bagi sebuah grup hingga 15 orang
dilakukan 1-2 hari lebih atau bisa juga dalam
2 kali setengah hari berturut-turut. Sedangkan kursus untuk publik memakan waktu
2 hari lebih.
Setiap sesi terdiri dari 2 bagian. Pertama,
pengetahuan interaktif berdasarkan apa
yang dipelajari peserta tentang stres dan
bagaimana ia bisa dikelola. Kedua, peserta
ikut serta dalam latihan relaksasi. Latihan
relaksasi yang baru ditambahkan dalam
setiap sesi. Jumlah sesi keseluruhan
mencapai 8 buah. Kombinasi pengetahuan
baru yang diperoleh dan latihan relaksasi
akan menjadi mekanisme efektif untuk
mengelola stres■
nilai dari sebuah perusahaan:
Operational Excellence: berbiaya rendah,
handal, dan produk atau jasa yang mudah
dipergunakan
● Product leadership: produk yang sangat
unggul
● Customer intimacy: menyediakan solusi
dan jasa yang sangat dikustomisasi.
●
Setiap disiplin nilai membutuhkan cara
yang berbeda dalam mengelola SDM.
Tergantung pada strategi yang dipilih,
organisasi akan melakukan penyelarasan
dan mengikat karyawan dalam cara berbeda.
Sebagai contoh, apabila disiplin nilai
organisasi adalah operational excellence,
maka perusahaan akan fokus pada upaya
membangun perilaku konstan dengan
penekanan lebih pada keseragaman dan
kesamaan. Sebaliknya, bila perusahaan
menekankan pada customer intimacy,
karyawan akan didorong untuk lebih
responsif, dan deviasi dari hal yang normal
selama bertujuan untuk menyenangkan
hati pelanggan akan diterima – bahkan
didorong secara positif.
Upaya mengoperasionalkan pemikiran
ini terhadap praktik sumberdaya manusia
spesifik diperlihatkan oleh Ed Gubman dalam
bukunya The Talent Solution, Ed sebelumnya
adalah pimpinan praktik global konsultan
Hewitt Associates. Ia membuatkan matriks
penyelarasan antara berbagai fungsi dalam
manajemen dengan tiga komponen penting
perusahaan: produk, operasional, dan
pelanggan■
DUKUNGAN
TERHADAP HR
R&D
K
orea Selatan memperkenalkan pro
gram pengembangan HR (HumanResources) untuk mencetak talenta di bidang R&D (Research & Development)
secara nasional dengan menyediakan
bantuan finansial terhadap pusat-pusat R&D
atau perusahaan penyelenggara (host).
Langkah ini juga bertujuan mengatasi
kedalaman industri manufaktur nasional.
Dalam presentasinya di Seoul, Vice
Chairman FKI (Federation of Korean Industries) Lee Yong-the mengatakan, pusat R&D
yang baru didirikan maupun yang sudah ada
bisa mengambil keuntungan dari program
ini, khususnya untuk personil R&D yang
baru dan pengiriman personil untuk training ke luar negeri.
“Program ini bertujuan mendorong
perusahaan asing untuk berinvestasi dalam
R&D di Korea dengan membantu mereka
dalam biaya tenaga kerja dan biaya training,” ujarnya seperti ditulis harian Korean
Times. FKI bekerjasama dengan The American Chamber of Commerce dan KOTRA
dalam mengorganisir program ini.
Untuk bisa mengikuti program, perusahaan atau pusat R&D harus memiliki
kapasitas R&D state-of-the art, jaringan
pemasaran dan distribusi global, dan pro-
gram R&D inhouse yang maju. Dengan program ini, pusat R&D maupun perusahaan
bisa mendapatkan grant untuk personil R&D
yang baru. Kontrak kerja minimal 2 tahun,
dan grant akan menutupi 80% gaji tahunan
sebesar 30 juta won (US$25,000) untuk
dua tahun pertama.
Pusat R&D atau perusahaan juga bisa
mentransfer personil yang telah ditraining
dari luar negeri. Personil tersebut diharuskan berpartisipasi dalam program training
inhouse dan grant akan menutupi 50% gaji
tahunan dan pengeluaran akomodasi dalam
batas 50 juta won ($41,700) untuk 5 tahun
pertama.
Aplikasi ronde pertama berlangsung 15
Oktober-30 November; ronde kedua 15
Februari-30 Maret tahun depan■
4
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
E t a l a s e
Landor Indonesia), Godo Tjahjono, RFA (Technical Advisor), David Wongso (Human Capital Director) dan Agung Laksamana (Vice
President Public Affairs HSBC Indonesia).
Dalam seminar tersebut, dikemukakan
pula bahwa semua aktivitas tersebut
akhirnya dikomunikasikan secara terpadu
dan menyeluruh dalam bentuk integrated
reputation management. Kegiatan pembentukan reputasi tersebut telah menciptakan
lingkaran kekuatan dan pertumbuhan yang
berkesinambungan dan kokoh■
Dunamis, Blaine Lee dan
Seminar Tentang ‘POWER’
Kata kekuasaan atau ‘power’ kian akrab
ditelinga, namun seringkali orang menyalahgunakan kata ini untuk hal-hal yang
bersifat kepentingan pribadi. Untuk mengurangi kesalahan persepsi mengenai
‘power’, Dunamis, sebuah konsultan yang
merupakan satu-satunya organisasi yang
dipercaya untuk menerapkan konsep ‘7
Habits’ mengadakan sebuah seminar
mengenai ‘Power’.
Acara yang diselenggarakan di Hotel
Grand Melia ini menghadirkan Blaine Lee,
seorang tokoh dari Franklin Covey, sebagai
pembicara. Blaine Lee memberikan informasi power seperti apa yang seharusnya di
miliki oleh seorang pemimpin. Menurutnya,
perlu dibedakan apa yang disebut pemimpin
dan penguasa. Acara yang dihadiri oleh tidk
kurang dari 200 peserta ini, diharapkan
dapat merubah persepsi seseorang mengenai inti dari kepemimpinan dan power
yang sesungguhnya dan tidak menerapkan
power hanya sebagai kekuasaan untuk
membenarkan semua kesalahan■
Buku Mini Biografi
dan Web Site
Mooryati Soedibyo
Setelah terpilih menjadi
anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) DKI Jakarta, Hj.
BRA. Mooryati Soedibyo, S.sS,
M.Hum menggelar “Launching Buku Mini Biografi” dan
“Web Site www. mooryatisoedibyo.org” di Ballroom Hotel Sari Pan Pasific Jakarta,
Senin (27/9) malam.
Buku mini biografi ini
berisi tentang berbagai pokok
pikiran, visi dan misi Mooryati
Soedibyo selaku anggota
DPD DKI Jakarta. Sementara
Web Site sengaja dibuat dengan tujuan sebagai salah
satu media komunikasi antara Ibu Mooryati Soedibyo
dengan masyarakat luas.
Selain berisi profil lengkap dirinya, di
dalamnya juga dipaparkan berbagai kegiatan
politik yang ia lakukan mulai dari masa
kampanye hingga terpilih menjadi anggota
DPD DKI Jakarta untuk periode 20042005■
Brand Management
Yang Solid Tingkatkan
Reputasi Perusahaan
Reputasi perusahaan yang baik akan
menarik human capital yang berkualitas,
yang pada akhirnya meningkatkan kapabilitas internal untuk memberikan hasil
terbaik. Kapabilitas kuat, tercermin dari
solidnya program brand management
sehingga dapat meningkatkan reputasi
perusahaan.
Hal ini dikemukakan dalam seminar
bertajuk “Aligning Human Capital Investment with Corporate Reputation” yang
diselenggarakan oleh M-Knows Consulting
29 September lalu di Financial Club Graha
Niaga Jakarta. Tampil sebagai pembicara
adalah Daniel Surya (Chief Representative
Penghargaan Bagi
Karyawan Persaels
Kesehatan adalah karunia yang sangat
berharga dan setelah setahun Persaels
meluncurkan Bantuan Pemeliharaan Kesehatan, ada beberapa karyawan yang belum
pernah menggunakan program tersebut.
Sebagai penghargaan terhadap mereka,
Persaels mengadakan acara yang khusus
diperuntukkan bagi mereka.
Acara yang diadakan di Hartz Chicken
Buffet, Kuningan, dihadiri oleh sekitar 100
karyawan Persaels yang tidak pernah sakit
dan tidak pernah mengajukan klaim kesehatan dan minimal telah bergabung dengan
Pesaels lebih dari satu tahun. Acara yang
ditata untuk santai ini dimeriahkan dengan
acara games dan pembagian door prize■
IBM Luncurkan PC
yang Semakin Canggih
Teknologi yang semakin canggih menjadi pemicu bagi IBM untuk melakukan
inovasi. Penggunaan komputer untuk
berbagai kepeluan, baik individu terutama
perusahaan, mengharapkan tingkat keamanan yang tinggi bagi semua informasi
yang dimilikinya. Jika tingkat keamanan
rendah, dapat mengakibatkan kerugian yang
tidak terhingga jumlahnya.
Baru-baru ini IBM
menggebrak dunia komputerisasi dengan meluncurkan PC yang
menggunakan tingkat
keamanan yang sangat
canggih. PC ini menggunakan sidik jari sebagai alat proteksi, tidak
lagi hanya dengan password yang bisa di lacak
atau dipecahkan oleh
pihak yang tidak berkepentingan. Dengan
menggunakan sidik jari,
dipastikan hanya mereka yang sidik jarinya
terdaftar yang dapat
mengaktifkan PC tersebut■
Festival Buka Puasa
di Dharmawangsa Hotel
Menyambut bulan suci Ramadhan
tahun ini, acara buka puasa selalu mewarnai
hotel-hotel di Jakarta. Mereka bersaing
menghadirkan makan yang enak dan mewah
bagi kepuasan para pelanggannya. Hiburan
pun merupakan suatu hal yang tidak kalah
pentingnya.
Dharmawangsa hotel, salah satu hotel
ternama yang terletak di kawasan Dharmawangsa Square, juga menyajikan acara
festival buka puasa. Suasana Timur Tengah
menambah kenikmatan makanan yang juga
bertradisi Timur Tengah dan tradisional Indonesia■
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
5
6
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
S p e c i a l H C
LAUNCHING
RESMI
TABLOID HUMAN CAPITAL
& HUMAN CAPITAL FORUM
B
ertempat di Newscafe, Setiabudi
Building Jakarta, pada tanggal 13
Oktober 2004, Human Capital mengadakan acara bertajuk “Human Capital &
Human Capital Forum: the Launching”
dengan mengundang praktisi dan konsultan
human resources (HR) serta para relasi
Human Capital. Acara yang diselingi dengan
presentasi tentang tema Talent Optimyzation yang dibawakan oleh Kezia Arya dari PT
Daya Dimensi Indonesia (DDI) itu ditutup
dengan makan siang.
Memang muncul pertanyaan, bukankah
Tabloid Human Capital sudah hadir menyapa
para pembacanya sejak edisi perdana Maret
2004, kenapa baru diadakan acara peluncurannya? Dalam sambutannya, Farid Aidid,
Pemimpin Umum Human Capital, secara
implisit menjawab pertanyaan tersebut.
“Setelah hadir sekian lama dan mendapatkan sambutan sangat menggembirakan,
baru sekaranglah kami berkesempatan
untuk membuat acara peluncuran secara
resmi sekaligus bertemu dengan banyak
pihak yang selama ini telah memberikan
dukungan terhadap Human Capital.”
Farid juga memaparkan roadmap pengembangan bisnis Human Capital sebagai
bagian dari kontribusi kelompok bisnis Human Capital terhadap pengembangan
kualitas HR di Indonesia. Tahun depan,
misalnya, Human Capital berencana mengubah penampilan dari bentuk tabloid
menjadi majalah eksklusif. Selain itu, Hu-
man Capital juga menggagas pembentukan
Human Capital Forum, sebuah forum
independen bagi peminat masalah HR untuk
saling berbagi pengetahuan dan pengalaman
untuk kemajuan manajemen HR di Indonesia. Human Capital Forum akan menggelar
seminar, training, workshop, diskusi, dan
ajang temu muka di antara sesama para
peminat manajemen HR maupun dengan
pihak terkait.
Human Capital Forum diluncurkan
bersamaan dengan peluncuran resmi Human Capital tersebut. Kami telah meminta
kesediaan Bapak N. Krisbiyanto untuk
menjadi Ketua perdana dari Human Capital
Forum. Kepengurusan Human Capital Forum akan melibatkan berbagai figur dan
organisasi terkemuka di bidang manajemen
HR. Bapak N. Krisbiyanto berkesempatan
menyampaikan presentasi singkat tentang
Human Capital Forum dalam acara peluncuran tersebut.
Banyak “orang-orang penting” bidang HR
yang hadir dalam acara yang dikemas
setengah formal tersebut. Panitia tak lupa
mengucapkan terima kasih atas partisipasinya. Kami memohon maaf kepada praktisi
dan konsultan HR, termasuk para pelanggan
Human Capital, yang tidak sempat diundang. Kami berharap, jalinan komunikasi
dan kerjasama akan terus berjalan dengan
baik di masa datang■
Farid Aidid, Pemimpin Umum Human Capital
Hadirin undangan sedang menyimak presentasi
Manajemen Human Capital
(dari kiri): P.M. Rizal (Wakil Pemimpin Usaha), Tommy (Admin),
Syahmuharnis (Chief Editor), Farid Aidid (Pemimpin Umum),
Malla Latif (Managing Editor), Ratri (Redaksi), Riri (Support), Iftida Yasar
(Pemimpin Perusahaan), Indri (Redaksi), N. Krisbiyanto (Penasehat).
7
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
S p e c i a l H C
Andreas Diantoro, Farid Aidid, Syahmuharnis, dan Fritz
Simanjuntak (Excelcomindo).
AB Susanto (The Jakarta Consulting Group) sedang
berbincang dengan Andreas Diantoro (Managing
Director HP Indonesia)
Pendukung Human Capital dan Human Capital Forum.
DAPATKAN
TABLOID
HUMANCAPITAL
DI
SINI?
TB. Gramedia Bintaro
Farid Aidid, Almitra Abidin, dan pemilik Global Teleshop Hermes Thamrin
TB. Gramedia Bekasi
TB. Gramedia Taman Anggrek Mall
TB. Gramedia Matraman
TB. Gramedia Depok
TB. Gramedia Pondok Indah Mall
TB. Gramedia Ciputra Mall
TB. Gramedia Kelapa Gading
TB. Gramedia Supermall
TB. Gramedia WTC – Serpong
TB. Gramedia Gatot Soebroto
TB. Gramedia Pluit
TB. Gramedia Melawai
TB. Gramedia Cempaka Mas
TB. Gramedia Pintu Air
TB. Gramedia Gajah Mada
TB. Gramedia Cinere
TB. Gunung Agung Trisakti
TB. Gunung Agung Citraland
TB. Gunung Agung Taman Anggrek
PT. Cipta Mediagraha
Paper Clip - Kelapa Gading
Paper Clip - Midplaza II
Paper Clip - Gajahmada Plaza
Jakarta Book Center
8
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
F O K U S
KOMPETENSI
RESEP AJAIB?
Profesionalisme identik dengan kompetensi. Wajar bila kompetensi kini menjadi resep ajaib
bagi organisasi dalam meningkatkan kinerjanya. Berbagai model kompetensi dibuat, tetapi yang
lebih penting adalah implementasinya. Bagaimana kiat agar organisasi tidak terjebak
pada perangkap fantasi kompetensi? Tulisan pertama dari rangkaian tulisan tentang kompetensi yang
akan dimuat Human Capital dalam edisi-edisi berikutnya
“W
ah, Anda tidak kompeten di
bidang ini …,” begitu sering
kita mendengar penilaian
seorang atasan kepada bawahannya. Di lain
kesempatan, CEO sebuah perusahaan besar
menegaskan bahwa perusahaannya menerapkan manajemen HR (Human Resources) berbasis kompetensi.
Kompeten dan kompetensi adalah dua
kata yang semakin sering diucapkan dalam
lingkup bisnis maupun organisasi pemerintah belakangan ini. Saking seringnya,
makna hakiki kedua kata itu pun cenderung
disederhanakan. Kompeten dan kompetensi, misalnya, dianggap sama dengan
keahlian atau kemampuan. Orang yang ahli
di bidang teknik bangunan, umpamanya,
dianggap kompeten di bidang teknik bangunan. Padahal, kompetensi seorang ahli
teknik bangunan yang berprofesi sebagai
dosen akan berbeda dengan ahli teknik
bangunan yang berprofesi sebagai Manajer
Proyek.
Di sini terlihat, kompetensi
individu tidak bisa berdiri
sendiri hanya sebatas kebisaan atau kemampuan seseorang, tetapi ia terkait erat
dengan tugas dan profesi yang
dijalankan orang itu dalam
pekerjaan. Selain itu, kompetensi individu tak bisa dilepaskan dari kompetensi inti (core
competence) perusahaan.
Seorang yang sejatinya kompeten di bidangnya, mungkin
dianggap tidak kompeten bila
bekerja di perusahaan dengan
kompetensi inti berbeda.
Kompetensi lagi naik daun? Ini adalah hal yang patut
disyukuri. Kompetisi bisnis yang semakin
keras – baik dalam lingkup lokal maupun
regional dan global – mengharuskan
perusahaan untuk selalu ada di depan yang
lain. Hal itu hanya mungkin diraih dengan
dukungan sumberdaya manusia berkompetensi tinggi. Perusahaan mengharapkan
para karyawannya untuk memiliki kinerja
lebih tinggi, lebih responsif terhadap
pelanggan, lebih berorientasi pada proses,
lebih terlibat dalam kepemimpinan, dan lebih bertanggung
jawab dalam menciptakan
pengetahuan yang memberi
nilai tambah bagi kemampuan
perusahaan.
Untuk bisa mewujudkan
harapan perusahaan itu, profesional human resources
(HR) harus bisa membantu
organisasi untuk mengidentifikasi dan menentukan
kompetensi karyawan yang
diperlukan. Sudah menjadi
strategi bagi perusahaan
terkemuka untuk menerapkan dan mengintegrasikan
kompetensi dalam seluruh
bidang HR, termasuk rekrutmen, seleksi,
evaluasi, pengembangan, penilaian, dan
pemberian imbalan.
“Perusahaan perlu untuk memikirkan
secara serius proses seleksi dan penentuan
9
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
F O K U S
tidak memiliki kesempatan dan
kesehatan. “Di grup kami, jika
ingin sukses, setiap orang harus
mempraktikkan excellent attitude,” tambahnya.
kompetensi. Mereka harus melakukan
introspeksi sejenak,” tulis Steven Moulton,
SPHR., dalam majalah SHRM. Mengaitkan
kompetensi dengan tujuan dan nilai-nilai
perusahaan akan sangat positif mempengaruhi arah dan fondasi perusahaan.
Sejatinya, kompetensi bisa dihubungan
dengan seluruh aspek dari bisnis. Ia bisa
dihubungkan dengan misi/visi, objektif, dan
nilai-nilai perusahaan. Sebaliknya, kompetensi bisa dihubungkan pula dengan
aspek praktik/operasional perusahaan yang
akhirnya berkaitan dengan nilai-nilai
perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus
memberikan dukungan konsisten untuk
menginstitusionalisasikan kompetensi ke
seluruh bagian organisasi.
KOMPETENSI, APA ITU?
Lyle M. Spencer, Jr. dan Signe M. Spencer menulis dalam bukunya Competence at
Work, Models for Superior Performance
(1993), kompetensi adalah karakteristik
dasar dari seseorang yang biasanya terkait
dengan kinerja efektif menurut kriteria
tertentu dan/atau kinerja superior dalam
sebuah pekerjaan atau situasi. Selanjutnya,
Lyle dan Signe menjelaskan, karakteristik
dasar tersebut mengindikasikan cara
berperilaku atau berpikir, berlaku dalam
berbagai situasi dan bertahan hingga batas
waktu yang lama.
Mereka membagi karakteristik kompetensi menjadi 5 tipe, yaitu motives, traits,
self-concept, knowledge, dan skill (lihat
boks: Lima Tipe Karakteristik Kompetensi).
Kenneth H. Pritchard, CCP., mendefinisikan kompetensi sebagai kombinasi
pengetahuan (knowledge), keahlian (skill),
kebisaan (abilities), karakteristik personal
(personal characteristics) dan faktor-faktor
individual lainnya yang membedakan kinerja
superior dari kinerja rata-rata pada situasi
spesifik tertentu. Ia menggarisbawahi
kompetensi terkait erat dengan pekerjaan
dan pekerja.
Definisi kompetensi yang lebih sederhana – dan mungkin lebih mudah dicerna –
diuraikan oleh Steven Moulton, SPHR,
dalam tulisannya di SHRM berjudul “Competency Development, Integration and Application”. Bagi organisasi, katanya, kompetensi bisa didefinisikan sebagai kemampuan teknikal yang membedakan
perusahaan dengan pesaing. Sementara
bagi individu, kompetensi bisa didefinisikan
sebagai kombinasi pengetahuan , keahlian,
dan kebisaan yang mempengaruhi kinerja
kerjanya. Ia mengaku, definisi kompetensi
bisa sangat beragam dan berbeda dari satu
orang ke orang lainnya.
Drs. Budiman Sanusi Mpsi, Direktur
Psikologi dan Pengembangan Sumberdaya
Manusia (PPSDM), mengatakan kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan,
keterampilan, perilaku, dan sikap yang
ditampilkan oleh orang-orang yang sukses/
berhasil dalam mengerjakan suatu tugas
dengan prestasi kerja yang optimal.
Dengan demikian, meski kalimatnya
agak berbeda-beda, komponen kompetensi
terdiri dari pengetahuan, keahlian, kebisaan,
dan karakteristik personal. Seluruh komponen itu bersatu pada diri seseorang saat
ia menyelesaikan sebuah pekerjaan/tugas
ataupun menghadapi situasi apa saja.
Artinya, orang yang punya pengetahuan saja,
belum bisa dikatakan memiliki kompetensi,
kalau ia tidak memiliki keahlian untuk
mewujudkan pengetahuan itu.
Sebagai praktisi, Setia Wijaya, HRD Director Agung Podomoro Group – kelompok
usaha properti terkemuka – mencoba
menempatkan kompetensi sebagai faktor
yang menentukan seseorang sukses dalam
pekerjaan. Ia menilai, kompetensi terdiri dari
4 komponen, yaitu kemauan, kemampuan,
kesempatan, dan kesehatan. “Empat hal
inilah yang membuat orang sukses,”
ujarnya. Orang tidak akan sukses bila hanya
mempunyai kemauan dan kemampuan, tapi
DIMULAI DARI PERUSAHAAN
Sebelum menentukan kompetensi yang diharapkan perusahaan terhadap para karyawan,
hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan kompetensi perusahaan terlebih
dahulu. Kompetensi tersebut
sebaiknya tidak bersifat umum,
melainkan sudah dalam bentuk
kompetensi inti (core competencies). Setiap perusahaan yang
mengetahui secara persis kompetensi intinya bisa memanfaatkannya
untuk mendapatkan keuntungan strategik.
Terlebih pula, bila perusahaan memahami
benar keberagaman kompetensi organisasi
yang diperlukan untuk menjalankan misinya. Gabungan kompetensi inti dan
organisasi ini akan melahirkan kultur apa
dan bagaimana organisasi berharap bisa
beroperasi.
“Kompetensi inti merupakan karakteristik utama dari keberhasilan organisasi,”
ungkap Steven Moulton. Kompetensi inti
adalah keahlian teknikal yang membedakan
organisasi dengan para pesaingnya. Kompetensi inti itu mencakup teknologi,
strategi, metodologi atau proses yang
memberikan keunggulan bersaing bagi
LIMA TIPE KARAKTERISTIK KOMPETENSI
1. MOTIVES (MOTIF). SEGALA SESUATU
YANG SECARA KONSISTEN DIPIKIRKAN
ATAU DIINGINKAN TERJADI. MOTIF MENGENDALIKAN, MENGARAHKAN, DAN
MENYELEKSI PERILAKU MENUJU AKSI
ATAU TUJUAN TERTENTU.
Contoh: Orang yang termotivasi berprestasi secara konsisten menyusun
tujuan/target menantang untuk diri
mereka sendiri, mengambil tanggung
jawab pribadi untuk menyelesaikannya,
dan menggunakan umpan balik untuk
bisa bekerja lebih baik.
2. TRAITS (SIFAT BAWAAN). KARAKTERISTIK FISIK DAN RESPON KONSISTEN
TERHADAP SITUASI ATAU INFORMASI.
Contoh: Waktu bereaksi dan kualitas
pandangan mata adalah kompetensi
bawaan fisik yang diperlukan pilot pesawat
tempur.
Pengontrolan emosi diri dan inisiatif
adalah bentuk respons konsisten terhadap
situasi yang lebih rumit. Beberapa orang
tidak mau membebani orang lain dalam
menyelesaikan masalah dalam situasi
stres. Motives dan traits adalah faktor
penting untuk menduga orang seperti apa
yang bisa menyelesaikan pekerjaan dalam
jangka panjang tanpa supervisi langsung.
3. SELF-CONCEPT (KONSEP DIRI). SIKAP,
NILAI-NILAI, ATAU CITRA DIRI SESEORANG.
Contoh: Percaya diri, seseorang yakin
dia akan bisa secara efektif dalam berbagai
situasi adalah bagian dari konsep diri itu.
Nilai-nilai seseorang bisa memprediksikan apa yang akan dikerjakannya
dalam jangka pendek. Sebagai contoh,
seseorang yang nilai-nilainya menjadi
pemimpin akan bisa memperagakan
perilaku kepemimpinan bila kepadanya
dikatakan bahwa tugas itu adalah ujian
terhadap kemampuan kepemimpinannya.
Orang yang nilainya menjadi bagian dari
manajemen namun secara intrinsik tidak
suka mempengaruhi orang lain sering
berhasil mempertahankan posisi dalam
manajemen, tetapi kemudian gagal.
4. KNOWLEDGE (PENGETAHUAN). INFORMASI YANG DIMILIKI SESEORANG
DALAM AREA SPESIFIK.
Contoh: Pengetahuan seorang ahli
bedah tentang syaraf dan otot pada tubuh
manusia.
Pengetahuan adalah kompetensi yang
kompleks. Sistem skor dalam menguji
pengetahuan sering gagal memprediksi
kinerja kerja karena gagal mengukur
pengetahuan dan keahlian yang mereka
gunakan dalam bekerja.
Pertama, kebanyakan tes pengetahuan mengukur memori hafalan, padahal yang terpenting adalah kemampuan
menemukan informasi. Memori terhadap
fakta spesifik tidak begitu penting dibandingkan dengan mengetahui fakta mana
yang relevan terhadap masalah spesifik,
dan di mana mendapatkannya saat
dibutuhkan.
Kedua, tes pengetahuan menggunakan responden. Mereka mengukur
kemampuan penguji untuk memilih
beberapa opsi sebagai respons yang benar,
bukan apakah seseorang bisa bertindak
berdasarkan pengetahuannya. Sebagai
misal, kemampuan memilih satu dari lima
opsi sebagai argumen efektif sangat
berbeda dengan kemampuan untuk
mengambil sikap dalam situasi konflik dan
menyampaikan argumen secara persuasif.
Akhirnya, pengetahuan bisa menjadi alat
terbaik memprediksi apakah seseorang
bisa mengerjakan, bukan apa yang akan
dikerjakan.
5. SKILL (KEAHLIAN). KEMAMPUAN
UNTUK MENYELESAIKAN SEBUAH TUGAS FISIK ATAU MENTAL TERTENTU.
Contoh: Keahlian fisik dokter gigi
untuk mengisi gigi pasien tanpa merusak
syaraf; atau seorang programer komputer
untuk mengorganisasikan 50.000 lini
kode dalam urutan logikal.
Kompetensi keahlian mental atau
kognitif termasuk berpikir analitikal
(mengolah pengetahuan dan data, menentukan akibat dan efeknya, mengorganisasikan data dan rencana) dan
berpikir konseptual (mengenali pola dalam
data yang kompleks, misalnya)■
10
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
F O K U S
sebuah organisasi.
Sumberdaya organisasi
yang bisa dijual macam
uang, bangunan atau
peralatan tidak termasuk di dalamnya.
Gary Hamel dan
Prahalad mendefinisikan kompetensi inti
sebagai “… proses pembelajaran kolektif dalam organisasi, khususnya bagaimana
mengkoordinasikan beragam keahlian produksi dan mengintegrasikan beragam jenis
teknologi.” Oleh sebab
itu, upaya memahami dan mengaplikasikan
kompetensi organisasi sangatlah berbeda
dengan aplikasi tradisional terhadap sumberdaya fisik. Kompetensi organisasi tidak
hanya harus disimpan dan dirawat, melainkan juga disebarluaskan dan ditanamkan dalam organisasi.
Contoh dari kompetensi inti tersebut
adalah sebagai berikut: Canon, menggunakan mekanik presisi, optik halus dan
mikroelektronik untuk memproduksi aneka
produk seperti kamera, mesin fotokopi, dan
peralatan litografi semikonduktor; 3M,
mengolah aneka material menjadi aneka
produk macam Post-it notes, tape magnetik,
film fotografi, coated abrasives, dan
sebagainya.
Kompetensi organisasi mencerminkan
daftar kompetensi yang menguraikan
bagaimana organisasi mengharapkan
karyawan menyelesaikan pekerjaannya.
Kombinasi misi, visi, nilai, kultur, dan
kompetensi inti menentukan cara bekerja
dalam organisasi. Setiap karyawan harus
mendemonstrasikan hal tersebut dalam
berbagai aspek pekerjaan.
Lajimnya, setiap perusahaan menyusun
banyak kompetensi organisasi – idealnya
15-25 kompetensi – dalam upaya menjelaskan secara umum bagaimana perusahaan berharap karyawannya bertindak.
Kompetensi yang umum dikemukakan
adalah sebagai berikut: pengambilan
keputusan, pengambilan risiko, pengembangan relasi, pemecahan masalah,
analisis, perhatian terhadap detil, inovasi,
kelenturan, layanan pelanggan, perspektif
strategik, kerjasama tim, dan kepemimpinan.
Tersusunnya kompetensi organisasi
selanjutnya ditindaklanjuti dengan penentuan kompetensi di tingkat individu. Di sini
kompetensi penting untuk menjelaskan
cakupan jabatan/pekerjaan. Fokusnya
terletak pada kompetensi teknikal dan
kinerja, dua hal yang sangat vital untuk
sukses.
Kebanyakan analisis jabatan (job analysis) fokus terhadap persyaratan kompetensi
teknikal. Akibatnya, perusahaan yang
mengutamakan promosi berdasarkan
kompetensi teknikal sering tidak peduli
terhadap orang yang lemah kompetensi
kinerjanya. Untuk menghindari hal ini,
Steven Moulton mengingatkan perusahaan
untuk mempertimbangkan pendekatan
berimbang dalam mengevaluasi rekrutmen
baru, promosi, kinerja, dan rencana suksesi
– tergantung pada posisinya. Diharapkan
setiap individu bisa mengaitkan apa dan
bagaimana mereka bekerja dengan objektif
perusahaan.
Lantas, apa beda kompetensi teknikal
dan kompetensi kinerja? Kompetensi
teknikal adalah pengetahuan, keahlian, dan
kebiasaan tertentu yang diterapkan dalam
menyelesaikan sebuah tugas, pekerjaan
atau fungsi tertentu. Fokusnya adalah pada
apa yang dia kerjakan. Harus dibedakan
antara kompetensi teknikal dengan tujuan
operasional. Tujuan operasional spesifik
pada proyek atau output dan keahlian
teknikal yang diperlukan untuk mendapatkan output itu. Kompetensi teknikal
contohnya menyelesaikan laporan keuangan, mendesain produk tertentu,
mewawancarai pelamar kerja, mengoperasikan komputer, dan seterusnya.
Kompetensi kinerja individu
adalah kompetensi organisasi
yang diterapkan kepada setiap
individu. Karyawan akan berjuang menerjemahkannya ke
dalam aplikasi pekerjaan tertentu. Perjuangan bagi setiap
karyawan ini diperlukan karena
keahlian ini diterapkan secara
berbeda dan seringkali tidak
konsisten. Esensi kompetensi
kinerja adalah bagaimana pekerjaan dikerjakan. Sebagai
contoh, akuntan membutuhkan kompetensi kinerja terkait
pada aspek detil dan pemecahan masalah secara analitikal. Sedangkan, untuk orangorang HR, berlaku hal yang lebih fleksibel –
mungkin karena lebih banyak berurusan
dengan aspek kualitatif.
FANTASI KOMPETENSI
Tak pelak lagi, kompetensi menjadi
salah satu bagian yang tersulit dalam
pekerjaan orang-orang HR saat ini. Begitu
banyaknya jabatan dan jenis tugas dalam
organisasi menjadikan upaya menyusun
kompetensi dasar untuk setiap orang
bukanlah pekerjaan mudah. Pekerjaan ini
mungkin lebih sulit dibandingkan dengan
penyusunan kompetensi inti dan organisasi
di mana para eksekutif dan pemilik masih
bisa membantu dengan menjabarkan visi,
misi, tujuan, dan nilai-nilai organisasi yang
ingin diwujudkan. Sekali kompetensi
individu itu ditetapkan, maka pekerjaan yang
tak kalah repot berikutnya adalah melakukan evaluasi kompetensi terhadap
seluruh orang dalam organisasi. Berlanjut kemudian dengan upaya mengembangkan kompetensi bila terdapat gap antara kompetensi yang ada
dengan kompetensi yang diharapkan
perusahaan.
Berdasarkan studi menggunakan
Behavioral Event Interview (BEI) selama
20 tahun, Lyle Spencer dan Signe Spencer telah berhasil menyusun 286
model kompetensi. Masing-masing
model terdiri dari 50-150 indikator
perilaku. Bisa dibayangkan, betapa
banyaknya indikator perilaku untuk
keseluruhan model kompetensi tersebut. Saking banyaknya, mereka
membuatnya menjadi sebuah kamus
kompetensi.
Model kompetensi itu termasuk teknikal/profesional, layanan SDM, pengusaha,
penjualan/pemasaran/perdagangan, dan
pekerjaan manajerial dalam berbagai
organisasi (perusahaan, pemerintahan,
militer, pendidikan, dan sebagainya). Secara
rinci, Spencer kemudian mengelompokkan
kompetensi tersebut dalam 6 bagian, yang
disebutnya dengan istilah cluster (achievement & action, helping & human service,
the impact & influence cluster, managerial,
cognitive, personal effectiveness). Selengkapnya soal ini bisa dibaca dalam tulisan
lain pada Fokus kali ini.
Pentingnya kompetensi menyebabkan
perusahaan terkemuka dunia menerapkan
manajemen HR berbasis kompetensi yang
mencerminkan kerangka terpadu dalam
manajemen human capital. Menurut Kenneth H. Pritchard, fungsi utama manajemen
HR yang bisa menggunakan pendekatan
berbasis kompetensi adalah selection &
placement, training & development, dan performance management & compensation.
“Pendekatan menyeluruh mencakup ketiga
bidang tersebut adalah yang terbaik,”
ungkapnya.
Implementasi manajemen HR berbasis
kompetensi bisa saja dilakukan secara
bertahap sepanjang organisasi telah menyusun agenda yang jelas untuk mewujudkan
sistem kompetensi dalam manajemen HR.
Organisasi harus memiliki kecepatan,
fleksibilitas, ekonomi, dan efektivitas untuk
mendapatkan dan mempertahakan keunggulan kompetitif. Dengan pemilihan dan pe-
nyusunan model kompetensi secara lengkap, Kenneth mengatakan, setiap organisasi
akan bisa menyusun, menyelaraskan, dan
menilai kompetensi untuk:
● Mengidentifikasi persyaratan kompetensi
dan memiliki kompetensi berbasis individu,
tim, unit, dan sebagainya.
● Menghilangkan setiap gap kompetensi
melalui seleksi efektif dan/atau training
yang tepat
● Menghargai dan mendorong secara jelas
kinerja melalui sistem kompensasi
Di era di mana manajemen HR harus
diselaraskan dengan strategi bisnis, maka
tuntutan terhadap manajemen HR berbasis
kompetensi juga semakin tinggi. Kompetensi menjadikan integrasi manajemen HR
dengan strategi bisnis lebih fokus sehingga
memberi nilai tambah kepada keseluruhan
organisasi. Tambahan lagi, manajemen HR
berbasis kompetensi mendorong pemberdayaan individu maupun tim sehingga
proses manajemen HR yang kompleks bisa
dikurangi.
Perlu dicatat bahwa kompetensi membantu terwujudnya kinerja superior, namun
tidak ada jaminan untuk itu. Kompetensi
dimiliki oleh pekerja. Mereka menerapkannya dalam lingkungan kerja (proses,
sistem, dan struktur) untuk menghasilkan
output sebagai produk dari kinerja. Faktor
lingkungan internal dan eksternal sangat
berpengaruh dalam menentukan kinerja itu.
“Kompetensi itu hanya enabler – tidak
kurang, dan tidak lebih. Kompetensi juga
bukan untuk mengatasi masalah karyawan,
disfungsi organisasi, perubahan teknologi
yang cepat, atau berbagai isu
bisnis lainnya,” ujar Kenneth
mengingatkan. Kompetensi
adalah pendekatan teknikal
dalam bekerja yang bila diterapkan secara efektif akan
membantu mewujudkan kinerja optimal.
Tidak ada yang menjamin
bahwa kompetensi adalah
resep ajaib bagi kesuksesan
organisasi. Aplikasi kompetensi akan berhasil bila dikembangkan dan diimplementasikan secara konsisten
dan tanpa kenal lelah ditindaklanjuti. Ia harus berjalan
bersama-sama dalam organisasi sehingga dampaknya
bersifat sistemik.
Drs. Budiman Sanusi, Mpsi. mengembalikan keberhasilan manajemen HR
berbasis kompetensi kepada kebijakan
organisasi, dengan mengajukan rangkaian
pertanyaan berikut: Apakah tenaga kerja
dianggap aset atau hanya modal kerja?
Apakah tujuan organisasi sejalan dengan
tujuan individu-individunya? Apakah
kompetensi organisasi dan kompetensi
individu mendapat prioritas atau perhatian
yang tinggi dari pimpinan? Apakah ada program pengembangan kompetensi dan
disediakan dana/sumberdaya memadai
untuk implementasinya?
Kalau jawaban dari seluruh pertanyaan
di atas positif mendukung, maka jalan
menuju sukses dalam manajemen HR
berbasis kompetensi terbuka lebar■
11
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
F O K U S
RESEP MENGIDENTIFIKASI KOMPETENSI ORGANISASI
M
engidentifikasi sekumpulan
kompetensi organisasi membutuhkan sebuah metodologi terstruktur. Hal tersebut, menurut Steven
Moulton, SPHR, dimaksudkan supaya
proses identifikasi berlangsung seimbang
dan bisa diaplikasikan. Kompetensi organisasi bisa disusun dalam sebuah kumpulan besar kompetensi atau dibuat dalam
kumpulan berbeda untuk setiap level
berbeda dalam organisasi.
Seimbang dan bisa diaplikasikan seringkali menjadi wilayah yang terlupakan
saat organisasi memilih kompetensi organisasi. Kebanyakan hasil kompetensi
terfokus pada eksekutif dan level manajemen serta mengabaikan kompetensi yang
dibutuhkan oleh bagian lain dari organisasi.
Atau fokus pada satu atau dua dimensi lebih
dominan dibandingkan yang lain.
Steven memberi contoh, kebanyakan
organisasi cenderung mengidentifikasi
kompetensi yang fokus kepada interpersonal dan personal. Kompetensi interpersonal adalah bagaimana orang diharapkan
berinteraksi dengan orang lain, seperti
mendengarkan atau membina. Kompetensi
personal adalah bagaimana seseorang
melakukan tindakan, seperti bisa mengontrol diri dan berani mengambil ke-
putusan.
Seyogyanya, fokus seperti itu juga
memasukkan kompetensi yang dibutuhkan
dalam menjalankan tugas (task) dan
lingkungan kerja (interface). Kompetensi
tugas terkait dengan bagaimana pekerjaan
atau tanggung jawab dilaksanakan, seperti
pemecahan masalah atau sikap persisten.
Sedangkan kompetensi lingkungan kerja
(interface) terkait dengan lingkungan di
mana seseorang bekerja, termasuk upaya
mengikuti kebijakan dan prosedur atau
tanggung jawab etika/sosial.
Ada banyak pendekatan yang dipergunakan dalam mengidentifikasi kompetensi organisasi. Yang populer adalah metode
behavioral/critical event interview. Bisa juga
dengan memilih kompetensi dari daftar
kompetensi atau melakukan benchmarking
dengan organisasi lainnya. Apapun pendekatannya, tutur Steven, terdapat 7 komponen yang diperlukan untuk menjamin
bahwa hasilnya sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Ketujuh komponen itu adalah
structure, balance, participation, organizational context, job content, linkage, dan validation.
Pendekatan yang dipilih haruslah terstruktur (structured) untuk mengidentifikasi sekelompok kompetensi seimbang
(balance) yang sesuai dengan kultur
organisasi maupun dengan kategori
kompetensi yang diperlukan. Ia harus
melibatkan partisipasi (participation)
representatif dari karyawan perusahaan.
Untuk menciptakan kompetensi menyeluruh yang sesuai dengan konteks organisasi
(organizational context), daftar kompetensi
itu bisa mencapai 20 buah atau lebih. Setiap
kompetensi itu tidak diaplikasikan sama
untuk setiap posisi. Oleh sebab itu, tahap
berikutnya diperlukan cakupan jabatan/
pekerjaan (job content).
Ada tiga hal kunci dalam upaya mengembangkan dan mengimplementasikan
kompetensi dalam perusahaan:
(1) Kompetensi yang diterapkan di level
individu perlu dikaitkan dengan kompetensi
inti dan kompetensi organisasi
(2) Seluruh kompetensi perlu dibuat spesifik
dan kompetensi yang diterapkan dalam
lingkungan kerja harus jelas wujud perilakunya
(3) Metodologi identifikasi kompetensi
harus memasukkan ketujuh komponen di
atas.
Pendekatan perilaku cenderung lebih
masuk akal saat menerapkan kompetensi
terhadap individu. Uraian secara jelas
tentang bagaimana karyawan bisa mende-
monstrasikan kompetensi memudahkan
karyawan dan pimpinan dalam mengukur
penerapannya. Dampak positif lain, meningkatnya kepercayaan dan sikap hormat
dalam organisasi.
Keterkaitan (linkage) kompetensi dengan manajemen kinerja, seleksi, pengembangan, dan proses HR lainnya akan
menjadi faktor kunci sukses manajemen
HR berbasis kompetensi. Analisa jabatan
dan kompetensi yang dibutuhkan untuk
setiap posisi menjadi penentu sukses atau
gagalnya sebuah bisnis. Praktisi HR bisa
memberi nilai tambah dengan menciptakan
wawancara terstruktur, perencanaan
kinerja, bentuk-bentuk diskusi, dan program
pengembangan.
Komponen terakhir adalah proses
validasi (validation) yang terdokumentasikan. Terdapat 3 proses validasi, yaitu
criterion, construct, dan job content.
Artinya, validasi bisa dilakukan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan, validasi
berdasarkan konstruksi tertentu, atau
berdasarkan lingkup jabatan/pekerjaan.
Dari ketiga proses tersebut, validasi
berdasarkan kriteria dan lingkup jabatan/
pekerjaan paling banyak digunakan■
CLUSTER KOMPETENSI MENURUT SPENCER
S
eperti telah disinggung di atas, Lyle
dan Signe Spencer mencoba mengelompokkan kompetensi menurut
pekerjaan ataupun profesi. Setidaknya ada
5 kelompok (cluster) kompetensi. Berikut
adalah kupasan ringkas tentang masingmasing kelompok tersebut.
HELPING AND HUMAN SERVICE.
Cluster ini melibatkan kegiatan yang
harus memahami kebutuhan orang lain,
yang terdiri dari pemahaman interpersonal
(interpersonal understanding/IU) dan
orientasi layanan pelanggan (customer service orientation/CSO).
IU adalah kemampuan untuk mendengarkan secara akurat dan memahami yang
apa yang tidak terucapkan dari orang lain.
Atau mengekspresikan pikiran, perasaan,
dan perhatian terhadap orang lain. Orang
lain di sini bisa individu ataupun kompulan
individu yang memiliki perasaan dan
perhatian yang hampir sama. IU sering juga
disebut dengan empati, mendengarkan,
kepekaan terhadap orang lain, perhatian
terhadap perasaan orang lain, dan pemahaman diagnostik.
CSO mencerminkan keinginan untuk
membantu atau melayani orang lain, untuk
memenuhi kebutuhannya. Fokus kompetensi ini adalah pada upaya memenuhi
kebutuhan pelanggan atau klien. Pelanggan
di sini bisa berarti pelanggan sebenarnya
atau pihak lain dalam organisasi. CSO sering
disebut: berorientasi pada layanan dan
bantuan, fokus pada kebutuhan klien,
bermitra dengan klien, fokus pada pengguna
akhir, perhatian terhadap kepuasan pasien.
THE IMPACT AND INFLUENCE (IMP)
Cluster ini terdiri dari IMP sendiri, orga-
nizational awareness (OA), dan relationship
building (RB).
IMP mencerminkan niat untuk mendekati, meyakinkan, mempengaruhi, atau
membuat terkesan orang lain, agar mereka
mendukung agenda tertentu atau mereka
menjadi terpengaruh.
OA yaitu kemampuan individual untuk
memahami hubungan kekuasaan dalam
organisasi atau di organisasi lain terkait
(pelanggan, pemasok, dan sebagainya). Juga
dalam level yang lebih tinggi, posisi
perusahaan dalam dunia yang lebih luas.
RB adalah pekerjaan untuk membangun
atau memelihara pertemanan, hubungan
yang hangat atau jaringan kontak dengan
orang, yang suatu kali, akan bermanfaat
untuk mencapai tujuan terkait pada
pekerjaan.
MANAGERIAL
Cluster ini mencakup kompetensi developing others (DEV), directiveness:
assertiveness and use of positional power
(DIR), teamwork and cooperation (TW), team
leadership (TL),
DEV adalah versi khusus dari impact and
influence, berupa kemauan untuk mengembangkan orang lain. Esensi dari
kompetensi ini terletak pada kemauan
serius untuk mengembangkan orang lain
dan dampaknya ketimbang sebuah peran
formal. Bisa dengan mengirim orang ke program training secara rutin untuk memenuhi
kebutuhan pekerjaan dan perusahaan. Cara
lain adalah dengan bekerja untuk mengembangkan para kolega, klien, bahkan
atasan.
DIR mencerminkan kemauan untuk
membuat orang lain selaras dengan
keinginannya. Di sini sang pemimpin
menceritakan apa yang harus dilakukan.
TW berarti kemauan sungguh-sungguh
untuk bekerja secara kooperatif dengan
pihak lain, menjadi bagian sebuah tim,
bekerja bersama sehingga menjadi lebih
kompetitif.
TL adalah kemauan untuk berperan
sebagai pemimpin tim atau kelompok lain.
Jadi berkaitan dengan keinginan untuk
memimpin orang lain. TL lajimnya terlihat
dalam posisi otoritas formal.
COGNITIVE
Cluster ini meliputi kompetensi analytical thinking (AT), conceptual thinking (CT),
technical/professional/managerial expertise (EXP)
AT adalah kemampuan memahami
situasi dengan merincinya menjadi bagianbagian kecil, atau melihat implikasi sebuah
situasi secara rinci. Pada intinya, kompetensi ini memungkinkan seseorang berpikir
secara analitis atau sistematis terhadap
sesuatu yang kompleks.
CT adalah memahami sebuah situasi
atau masalah dengan menempatkan setiap
bagian menjadi satu kesatuan untuk
mendapatkan gambar yang lebih besar.
Termasuk kemampuan mengidentifikasi
pola atau hubungan antar situasi yang tidak
secara jelas terkait; mengidentifikasi isu
mendasar atau kunci dalam situasi yang
kompleks. CT bersifat kreatif, konsepsional,
atau induktif.
EXP termasuk pengetahuan terkait
pada pekerjaan (bisa teknikal, profesional,
atau manajerial), dan juga motivasi untuk
memperluas, memanfaatkan, dan mendistribusikan pengetahuan tersebut.
PERSONAL EFFECTIVENESS
Kompetensi ini mencerminkan sejumlah aspek kematangan individual terkait
dengan orang lain dan pekerjaan. Kompetensi ini mengontrol efektivitas kompetensi
lainnya terkait dengan lingkungan, terdiri
dari self-control (SCT), self-confidence
(SCF), flexiblity (FLX), dan organizational
commitment (OC).
SCT adalah kemampuan untuk menjaga
emosi dan meredam aksi negatif ketika
sedang marah, tatkala berhadapan dengan
oposisi atau tindakan kasar dari orang lain,
atau saat bekerja dalam kondisi stres. SCT
lebih sering ditemukan pada jabatan
manajerial level bawah dan posisi kontributor individual dengan tingkat stres tinggi.
SCT jarang disebut-sebut untuk level
manajer ke atas.
SCF adalah keyakinan terhadap kemampuan diri menyelesaikan sebuah tugas. SCF
adalah sebuah komponen dari kebanyakan
model dari orang-orang berkinerja superior.
FLX merupakan kemampuan untuk
beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam
berbagai ragam situasi, individual, atau
kelompok. Kemampuan untuk memahami
dan menghargai perbedaan dan pandangan
berlawanan terhadap sebuah isu. Untuk
mengadaptasi sebuah pendekatan sejalan
dengan perubahan situasi. FLX memungkinkan superior performer untuk beradaptasi dengan keahlian lain dan kompetensi yang dibutuhkan situasi.
OC adalah kemampuan dan kemauan
individu untuk menyelaraskan perilaku
dengan kebutuhan, prioritas, dan tujuan
organisasi. Untuk bertindak mempromosikan tujuan organisasi atau memenuhi
kebutuhan organisasi. OC sering muncul
pada posisi staf■
12
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
F O K U S
Kompetensi Mendasari Semua Aspek
Dalam Perusahaan
K
ompetensi, satu kata yang kini
seringkali diucapkan, terutama oleh
orang-orang yang bergerak di bidang
sumber daya manusia (SDM). Kata ini juga
sering dituliskan dalam iklan lowongan yang
menyatakan sebuah perusahaan mencari
atau membutuhkan karyawan yang memiliki
kompetensi yang tinggi. Namun apakah
sebenarnya yang dimaksud dengan kompetensi ?
Psikologi dan Pengembangan Sumber
daya Manusia (PPSDM) adalah lembaga
konsultan yang bergerak di bidang psikologi
dan pengembangan SDM, didirikan oleh
para psikolog dari Universitas Indonesia pada
tahun 1998. Lembaga ini kini lebih banyak
melakukan riset untuk membantu perusahaan mengenai budaya perusahaan dan
sistem perusahaan.
Berkaitan dengan kompetensi, menurut
Drs. Budiman Sanusi, M.Psi., Direktur
PPSDM, manajemen SDM kini mulai beralih
dari sistem manajemen konvensional ke
sistem manajemen berbasis kompetensi.
Yang dimaksud dengan sistem manajemen
SDM konvensional adalah sistem manajemen yang pendekatannya lebih administratif. Menurut Budiman, orang SDM konvensional tidak lebih hanya sebagai juru catat,
baik pada administrasi kepersonaliaan
hingga administrasi rekrutmen, dimana
hanya mencatat dan menyediakan orang
yang dibutuhkan di suatu divisi. Penilaian
tensi tetapi masih belum mengerti
dengan pasti apa yang dimaksud
dengan kompetensi. “Ada perusahaan yang mengatakan butuh orang yang memiliki kompetensi,
namun setelah dijabarkan, kompetensi yang dimaksud tidak lebih
dari pengetahuan saja,” tegasnya.
Versi Budiman, kompetensi adalah seluruh ciri-ciri yang dimiliki
oleh seseorang yang berhasil
dalam suatu pekerjaan. Ciri-ciri
tersebut didapat bukan tanpa
alasan, namun dengan melakuDRS. BUDIMAN SANUSI. M.Psi. Director PPSDM
kan riset. “Misalnya ada seorang
marketing yang sukses, kemuyang dilakukan juga hanya berdasar pada
dian diteliti keterampilan apa saja yang
fakta masa lalu. “Peran SDM mulai dari
dimiliki orang tersebut sehingga dapat
pencatatan, pengadaan, seleksi hingga
menjadi seorang marketing yang sukses,”
penempatan selalu berdiri sendiri,” ujar
jelas Budiman. Hasilnya kemudian dipuBudiman. “Mereka tidak pernah dilibatkan
blikasikan dan dipakai sebagai patokan
dalam perencanaan SDM baik jangka
untuk mengembangkan tenaga kerja. Ciri
panjang maupun jangka pendek,” tamperusahaan yang sudah berbasis kompetensi
bahnya lagi. Sedangkan yang disebut
adalah ia sudah memiliki model kompetensi
manajemen SDM berbasis kompetensi tidak
untuk semua jabatan yang ada, yang
langsung menghilangkan fungsi-fungsi
berafiliasi pada hasil riset kompetensi yang
manajemen konvensional. Menurut Budisudah ada atau ia melakukan riset sendiri.
man, perbedaannya adalah pada penilaian
“Setelah itu perusahaan tersebut akan
yang didasarkan pada data riset faktual dan
membuat kamus kompetensi seperti yang
juga melakukan fungsi prediksi.
sudah dimiliki oleh Telkom, Unilever,” papar
Ilmu kompetensi, menurut Budiman
Budiman.
juga tergolong ilmu baru. Banyak pihak yang
“Banyak hal dari manusia yang memsudah sering menggunakan kata kompepengaruhi kompetensinya antara lain
bakat, motivasi, sikap, sistem nilai, cara
pandang, pengetahuan, keterampilan juga
lingkungan,” ujar Budiman. “Namun tidak
semua hal tersebut dapat terlihat dari
perilaku, ada juga yang masih terpendam di
bawah sadar manusia, ini pun harus
dikembangkan menjadi kompetensi,”
tegasnya lagi. Dan untuk mengukur
kompetensi sendiri itu banyak macamnya.
Bisa melalui referensi dari professional,
assessment center, psikotest, wawancara,
kuestioner perilaku dan biodata, namun
untuk memperoleh hasil yang maksimal
hendaknya menggunakan semua alat
tersebut.
Industri, menurut Budiman, intinya
adalah duplikasi atau pengulangan dari yang
baik, oleh karena itu juga dibutuhkan contoh
pekerja yang baik. “Untuk mencari contoh
pekerja yang baik dibutuhkan science atau
ilmu, itulah awal munculnya kompetensi,”
tuturnya. “Jadi kompetensi diawali dengan
riset tentang orang-orang atau pekerjapekerja sukses, dan kalau risetnya sudah
jelas, semua orang bisa mencontoh,”
tegasnya lagi. Bisa dikatakan bahwa saat
ini seorang karyawan dikelompokkan,
dibayar, dikembangkan melalui pelatihan
sesuai dengan kompetensinya. Jadi kompetensi itu yang mendasari keberhasilan mulai
dari seorang karyawan hingga keberhasilan
perusahaan■
PT. Yupharin Pharmaceuticals
KARYAWAN YANG TIDAK KOMPETEN,
TIDAK HARUS BERAKHIR PHK
S
ejak mengikuti ISO 9001/2000 pada
tahun 2002 lalu, perusahaan farmasi
milik keluarga ini mulai memetakan
dan menerapkan kompetensi bagi setiap
karyawan sejalan dengan perbaikan visi dan
misi perusahaan.
Mengubah budaya perusahaan dari
perusahaan keluarga menjadi perusahaan
yang profesional memerlukan strategi yang
tepat seperti yang kini sedang dilakukan di
PT. Yupharin Parmaceuticals. Menurut Adri
Kurniawan, HR Manager PT. Yupharin
Parmaceuticals, dalam masa transisi
tersebut, pihaknya melakukan pembaharuan visi dan misi sehingga PT. Yupharin bisa
lebih fokus terhadap bisnis ini.
“Kami sedang mengarahkan kepada
bagaimana membentuk budaya perusahaan
mengingat masa transisi ini,” ujarnya. Dan
ini tidak bisa dilakukan dalam kurun waktu
setahun atau dua ke depan. “Banyak
kendala. Sebagai contoh, yang namanya
perusahaan keluarga, kalau mau rapat,
susah untuk tepat waktu. Bisa telat satu dua jam. Atau jika yang satu sudah hadir,
yang lain belum datang atau malah tidak
bisa sama sekali,” tuturnya kembali.
Berbeda dengan perusahaan yang sudah
profesional. Segala sesuatunya harus
berdasarkan aturan.
Permasalahan lain yang tak kalah
penting adalah leadership. “Dulu karena ini
perusahaan keluarga, jika ada yang bagus,
langsung dipromosikan begitu saja, tidak
di-assess dulu untuk jadi manager,”
ungkapnya. Tapi, cara ini malah berakhir
dengan ketidakpuasan akibat tidak kompeten orang itu di level tersebut.
Misalnya untuk posisi supervisor. Meski
sebelum menjadi supervisor (medical representatives) dia berhasil mencapai target
dengan baik dan terus-menerus, bukan
berarti dia sudah berhasil memiliki kompetensi yang benar sebagai seorang supervi-
sor. Seorang supervisor harus bisa pula memanage orang lain, mengambil keputusan,
berani bertanggung jawab. “Dia kan sudah
tidak kerja sendiri lagi, melainkan sudah
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan people management dan teamwork.”
Untuk melatih karyawan dengan kondisi
demikian, Adri menekankan karyawan
tersebut untuk mengikuti self development
seperti seminar atau worshop yang diselenggarakan oleh institusi/lembaga independen agar mental dan skill karyawan itu
lebih tertata dengan baik. “Dalam sebuah
sesi training yang sudah diset sedemikian
rupa, pernah juga diterapkan hukuman
dilarang makan siang bagi karyawan yang
tidak berhasil menjual produk yang harus
mereka jual. Rupanya dalam kondisi
kepepet, orang bisa juga melakukan asalkan
hukumannya juga konsisten,” senyum Adri
mengembang.
Kebutuhan akan kompetensi juga
sejalan dengan diikutinya ISO 9001/2000
yang diberlakukan di Yupharin sejak tahun
2002. “Memang berbeda saat kami mengikuti ISO 9001/1994 lalu. Di situ tidak
mensyaratkan adanya kompetensi. Sedangkan di ISO 9001/2000, jelas mensyaratkan
kompetensi,” tambahnya. Dalam persyaratan, setiap karyawan yang melakukan
pekerjaan yang mempengaruhi produk
haruslah kompeten. Untuk mengetahui
seseorang itu kompeten atau tidak, perusahaan harus mengkualifikasikan kompetensi dan job competency (kompetensi
jabatan) dan individual competency (kompetensi individu). Kemudian kompetensi
jabatan tersebut dicocokkan dengan kompetensi individu/karyawan. “Dulu mungkin
namanya kualifikasi pekerjaan (job qualification), sekarang namanya kompetensi
yang lebih luas cakupannya.”
Untuk mengetahui kompetensi yang
dibutuhkan perusahaan, pihaknya menggu-
13
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
F O K U S
ADRI KURNIAWAN.
HR Manager PT. Yupharin Parmaceuticals
nakan jasa konsultan,
untuk menentukan kompetensi mana saja yang
diperlukan. Misalnya untuk managerial level di
Yupharin, caranya, dengan
melakukan focus group
discusion dari bawahan
masing-masing manager
serta wawancara dengan
top managerment untuk
mengetahui bagaimana
profil manager yang diharapkan. Sedangkan untuk
mengetahui kompetensi
para manager-nya sendiri,
dilakukan assessment
untuk mengetahui sejauh
mana kompetensi yang
dimilikinya. “Kami melakukan assessment untuk
mencari perbedaan antara manager yang
biasa dengan yang unggul. Dengan demikian, kami bisa tahu model kompetensi
apa yang akan kita pakai,” jelasnya kembali.
Jika terdapat gap atau kesenjangan yang
signifikan, pihaknya melakukan evaluasi.
Setelah itu, baru menerapkan training dan
coaching, untuk mengurangi gab tersebut.
“Itu kalau gap-nya negatif. Tapi kalau gapnya positif, kami lakukan dengan cara
pengembangan, misalnya ada cara proses
promosi, perluasan pertanggungjawabkan
pekerjaan, sehingga nantinya orang ini tidak
merasa frustasi, tapi malah diberikan
kesempatan yang lebih baik, sehingga bisa
mengembangkan aktivitas dirinya dengan
baik,” imbuhnya panjang lebar.
Di awal penerapan, tepatnya Juli 2002,
Adri mengaku mendapat kendala dari
karyawan Yupharin, tidak hanya di level staf,
tapi juga di level manager. Ada yang
mengkaitkan kompetensi dengan masa
kerja. Sehingga ujung-ujungnya ada ketakutan mereka tidak kompeten karena
kompetensi yang tidak sesuai. “Cara
mengatasi gap atau kesenjangan kompetensi negatif ini tidak harus berakhir dengan
PHK. Kan bisa cara lain seperti mutasi,
pengalihan tugas dan sebagainya,” tandas
Adri.
Meski baru menata kompetensi, ia
mengaku optimis kompetensi bisa berjalan
dengan baik di perusahaan tersebut.
“Karena kami baru set up, kami masih
banyak mengandalkan hard competencies
seperti pendidikan, pengalaman, dan keahlian mengingat penerapan kompetensi
sebaiknya berawal dari rekrutmen dan
seleksi karyawan.” Kemudian, pihaknya
melihat apakah kompetensi individual ini
cocok dengan hasil kerjanya■
BHP Billiton Indonesia
WAJIBKAN KARYAWAN MENANDATANGANI
MORAL AGREEMENT
P
erusahaan pertambangan batubara
terbesar di dunia yang berpusat di Inggris dan Australia ini mulai menerapkan core competency mereka misalnya integritas dan “ethics and value“ sejak tahun
2000. Yaitu, dengan mewajibkan karyawannya menandatangani perjanjian atau mereka sebut moral agreement yang berkaitan
dengan kedua kompetensi utama tersebut.
BHP Billiton hingga kini memiliki sekitar
26 kompetensi bagi para proffesional nya
yang terdiri dari beberapa fungsi untuk setiap
jabatan. Sedangkan core competency ada
sekitar 6 - 8 kompetensi yang dipakai setiap
karyawan. “Misalnya untuk posisi HR, kami
punya kompetensi seperti ethics & value,
hiring dan staffing, interpersonal relationship ,” ujar Muliawan Margadana, HR Manager BHP Billiton Indonesia.
Menurut Muliawan, visi dan misi BHP
Billiton yang abstrak itu perlu diterjemahkan
dalam kehidupan sehari-hari di seluruh
dunia. “Namun untuk BHP Bilition Indonesia, kami memilih core competency integritas dan kepercayaan karena disesuaikan
dengan kondisi di Indonesia. Oleh karenanya
setiap karyawan harus menandatangani
perjanjian atau moral agreement yang isinya
berkaitan dengan kompetensi integritas
dan kepercayaan tersebut,” papar Muliawan
yang juga menjadi Tim Perumus Sistem
Kompetensi Profesi Bidang Geologi dan
Pertambangan.
Dalam mengidentifikasi kompetensi
yang diberlakukan di BHP Billiton khususnya
BHP Billiton Indonesia, disesuaikan dengan
visi BHP Billiton Indonesia yaitu keselamatan
kerja dan lingkungan, keberanian memelopori perubahan, saling menghargai satu
sama lain dan menciptakan keuntungan
melalui penemuan, pengembangan dan
pengelolaan sumber daya alam dan mem-
berikan solusi inovatif yang berorientasi
pada pelanggan dan pasar . Makanya tak
heran jika BHP Billiton Indonesia memiliki
beberapa kompetensi penting berkaitan
dengan visi dan misi tersebut yaitu action
oriented, planning and organizing dan integrity. “Maksudnya, perusahaan tidak hanya
sekedar cari untung saja, tapi juga bagaimana agar kami tidak merusak alam, tetap
menjaga kelestarian. Inilah yang membuat
kami mengambil kompetensi integritas dan
kepercayaan,” lanjutnya kembali.
Dalam membangun kompetensi yang
ada di BHP Billiton Indonesia, Muliawan
memaparkan bahwa pihaknya dibantu
konsultan dalam mendifinisikan kompetensi yang jumlahnya sampai saat ini sekitar
74 kompetensi. Pihak konsultan juga
membantu bagaimana cara melakukan
pengukuran kompetensi karyawan, sementara proses pengukurannya dilakukan oleh
BHP Biliton sendiri.
Untuk mengetahui keampuhan kompetensi yang diterapkan di perusahaan,
Muliawan mengaku menggunakan cara
“360 derajat”. Jadi, penilaian tidak hanya
dilakukan oleh atasan, tapi juga oleh rekan
kerja setingkat dan bawahan. “Berbeda
dengan performance atau kinerja karyawan.
Kalau kinerja, yang menilai hanya atasan
saja,” tukasnya. Dengan cara demikian,
diakui Muliawan akan terlihat jelas jika
interpreneurship seorang karyawan. Tidak
hanya terlihat bagus di mata pimpinan, tapi
juga terlihat bagus di mata rekan sekerja
dan bawahan.
Sejauh mana karyawan mencapai target kompetensi, menurut Muliawan, dibutuhkan cara yang tepat, yaitu dengan cara
penentuan target dari kompetensi dasar
setiap karyawan. Misalnya untuk sebuah
posisi /fungsi marketing, kompetensi
MULIAWAN MARGADANA. HR Manager BHP Billiton Indonesia
utamanya ada 10 macam, dengan skala
ukur kepentingan antara 1-5. “Kemudian
kami melihat posisi kompetensi karyawan
ada di mana, apakah ada diskala 1, 3 atau
bahkan sudah 5,” jelasnya. Jika kompetensi
karyawan masih berada dibawah target yang
dibutuhkan oleh fungsi / jabatan tersebut ,
maka bagian human resource departement
(HRD) akan melanjutkan dengan Individual
Development Plan
Gap atau perbedaan tersebut, kata
Muliawan lagi, ditindaklanjuti dengan
membuat training need analysis yang
sifatnya individual dan perusahaan secara
keseluruhan. Training ini dilakukan sesuai
dengan kebutuhan bisa satu training
khusus untuk meningkatkan satu kompetensi atau untuk beberapa kompetensi
sekaligus bagi setiap karyawan. “Dari sisi
biaya, saya kira relatif. Bisa murah, bisa
mahal. Misalnya Training leadership yang
mencakup beberapa kompetensi sekaligus
didalamnya seperti decision making, problem solving analysis, planning akan lebih
murah bila pesertanya cukup banyak,”
Muliawan menegaskan hal ini.
Hingga kini BHP Billiton mempunyai
250an karyawan dan 500an karyawan
kontraktor. Ke-200 karyawan ada di posisi
HR, finance, marketing, transport and logistic manager, government relation, community development, health safety and environment, engineering, exploration
Dalam mengembangkan kompetensi
selain dengan metode training, BHP Billiton
juga melakukan dengan cara lain seperti
International Mentoring Program yaitu
mengirimkan karyawan ke operasi lain yang
lebih matang di luar negeri dalam bentuk
on the job training■
14
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
F O K U S
PT. Excelcomindo Pratama
TERAPKAN TRAINING PER KOMPETENSI
K
endati baru diterapkan pada tahun
2002 lalu, perusahaan telekomunikasi terbesar ketiga di Indonesia
ini menganggap pemetaan kompetensi
terhadap setiap posisi jabatan akan mengarahkan karyawannya menjadi lebih kompeten dalam bidang pekerjaannya.
Mengimplementasikan sebuah kompetensi dalam sebuah perusahaan bukanlah
hal yang mudah mengingat pengukurannya
sangat rentan terhadap pengaruh subyektifitas. Namun, inilah daya seni bagi sosok
Joris de Fretes, Director Human Capital Development PT Excelcomindo, yang berusaha
menerapkan pengelolaan SDM berbasis
kompetensi di perusahaan yang sahamnya
dimiliki PT. Telekomindo Primabhakti
sebanyak 60 persen.
Menurut Joris, hasil kerja keras divisi
HR dibantu pihak konsultan KPMG selama
6 bulan memang belum terlihat nyata. “Karena setiap kompetensi yang telah ditetapkan untuk setiap karyawan berdasarkan
jabatannya selalu kami lakukan penilaian,
tidak hanya oleh atasan, tapi juga rekan kerja
dan bawahan, maka proses ini tidak bisa
dibilang sebentar,” Joris menegaskan.
Dari sekitar 100 kompetensi yang
dijabarkan pihak konsultan, pihak Excelcomindo akhirnya hanya memilih 33
kompetensi, yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan ini. “Waktu kita datang ke
konsultan, mereka berikan sekitar 100 job
competency, sedangkan kami punya sekitar
400 posisi jabatan. Ke-400 ini kami pilah
dulu menjadi 12 job family, atau yang
pekerjaannya hampir sama. Kami akan
melihat kompetensi yang cocok dengan job
family-nya apa. Baru setelah itu kami pilah
lagi menjadi job specific,” tandas Joris.
Ke-33 kompetensi tersebut dibagi
menjadi empat bagian, yaitu bisnis &
organisasi, fungsional, interpersonal dan
intrapersonal. Bagian bisnis dan organisasi,
bertujuan bagaimana mengelola bisnis,
fungsional, lebih kepada bidang masingmasing karyawan, misalnya keuangan, marketing. Sementara interpersonal adalah
kompetensi yang berhubungan antara
manusia, dan intrapersonal sifatnya lebih
ke dalam diri karyawan, yaitu bagaimana dia
percaya diri dan sebagainya.
Bisnis & organisasi, terdiri external
(srategic) wareness, internal (organiza-
tional) awareness, customer focus, entreen intrapreneurship, innovation orientation,
quality orientation dan financial awareness.
Kedua, fungsional, terdiri negotiating, computer literacy, data gathering & analisys,
problem solving, decision making, conceptual thingking, planning & organizing, leadership, people development, attention to
detail, usage of fungctional expertise dan
usage of technical expertise.
Interpersonal, berisi tentang oral communication & presentation, written communication, persuasiveness & influence, teamwork, interpersonal understanding dan sociability & networking. Sedangkan intrapersonal merupakan continuous learning,
stress tolerance, proactivity & initiative,
adaptability, tenacity & result orientation,
accountability, integrity dan self confidence.
“Setiap jabatan memakai maksimal delapan
kompetensi,” ujar Joris yang mengaku
sedang mengusahakan agar delapan kompetensi itu bisa diperkecil menjadi sekitar 5
kompetensi utama.
Selain delapan kompetensi untuk setiap
posisi, Excelcomindo juga memiliki tiga
kompetensi utama (core competenccies)
yang berlaku untuk semua posisi, yaitu customer focus, quality orientation dan teamwork. “Core competency ini tidak peduli dia
ada di posisi mana, bidang apa, pokoknya
harus bisa memiliki ketiga kompetensi ini,”
tukasnya.
Sebagai contoh, untuk posisi insinyur
konstruksi, selain harus punya 3 core
kompetensi tersebut, dia harus punya
kompetensi integrity, tenacity & result orientation, attention to detail, usage of technical expertise, untuk job family competencies. Sedangkan untuk job specific competencies, terdiri dari planning & organizing,
data gathering & analisys, proactivity &
initiave dan problem solving.
Joris mengutarakan, diberlakukannya
kompetensi lebih bertujuan agar pengembangan SDM dapat lebih diarahkan sesuai
dengan kompetensi yang dituntut oleh
pekerjaan karyawan, dan karyawan Excelcomindo bisa lebih fokus dan kompeten dalam
pekerjaannya sehingga pada akhirnya
karyawan akan mendapatkan kepuasan
kerja karena dapat memberikan hasil yang
dituntut oleh pekerjaannya. “Agar kompeten,
maka karyawan harus menguasai bidang
15
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
F O K U S
pekerjaannya, baik pengetahuan teknis
maupun perilaku yang dituntut oleh pekerjaannya. Oleh karena itu diperlukan disain
kompetensi yang tepat dan benar,” ujar Joris
yang mengakui pihaknya tidak mengukur
hal-hal yang sifatnya attitude dan kepribadian seseorang.
Jika dalam pengukuran kompetensi
karyawan masih terdapat gap yang besar,
maka dilakukan training sesuai dengan
kebutuhan si karyawan sampai karyawan
tersebut bisa mengatasi kesenjangan
kompetensi yang dialaminya.
Kendala terberat yang muncul dalam
pemberlakukan kompetensi ini menurut
Joris adalah dalam mensosialisasikan
kompetensi tersebut dan proses dalam
melakukan penilaian kompetensi karyawan.
“Kami harus mensosialisasikan kepada
seluruh karyawan yang ada di Excelcomindo,
mereka harus mengerti dan sadar akan
pengetahuan dan perilaku yang dituntut
untuk mereka tampilkan agar sukses dalam
melakukan pekerjaannya.” Belum lagi
masalah penilaian terhadap kompetensi
yang pada umumnya bersifat kualitatif. Hasil
penilaian harus diyakini obyektifitasnya agar
tidak dilakukan kesalahan dalam melakukan
analysis maupun pengambilan keputusan
berikutnya. “Kalau hanya atasan saja yang
menilai, kami kuatir pengaruh subyektifitasnya. Makanya kami sekarang menggunakan
tenaga bantuan untuk melakukan interview,
dimana pada umumnya mereka adalah
psikolog” ujar Joris kembali.
Dari sisi perusahaan, diakuinya dengan
menerapkan sistim kompetensi justru lebih
efektif dan efisien dalam melakukan
pengembangan kemampuan karyawan
mengingat training yang dilakukan lebih
fokus sesuai kebutuhan. “Kalau kami
melakukan training untuk banyak hal tapi
kebutuhnya tidak sedemikian banyak, maka
terbuang percuma dan pemborosan,”
ungkap Joris sambil menambahkan bahwa
total biaya membangun kompetensi sekitar
JORIS DE FRETES. Director Human
Capital Development PT Excelcomindo,
Rp.2,7 miliar, sedangkan untuk melakukan
penilaian, tak kurang dari Rp.1 miliar sejak
awal diberlakukan kompetensi hingga tahun
ini.
Jika tahun lalu, pihak Excelcomindo
melakukan penilaian kompetensi hanya
untuk level manager dan supervisor, maka
pada tahun ini mulai dilakukan pula untuk
level staf. Namun, bukan berarti penerapan
kompetensi ini tidak mengundang resiko.
Kalau tidak tepat dalam menentukan arah
bagi setiap karyawan, maka akan terjadi
kesalahan yang efeknya berimbas pula
kepada biaya.
“Meski belum pernah terjadi, tapi kami
berusaha mencoba menghindari hal ini.
Misalnya dengan cara mengurangi kompetensi dari delapan menjadi lima kompetensi.
Soalnya akan lebih mudah jika orang
dibentuk dengan lebih sedikit tetapi tepat
dari pada banyak kompetensi untuk setiap
jabatan staff. Biasanya makin tinggi jabatan
makin banyak kompetensi yang dituntut dari
jabatan tersebut. Akhirnya kami harapkan
dengan pengembangan kompetensi ini,
kalau dia ahli dan kompeten dengan
pekerjaannya, akhirnya dia akan mendapatkan kepuasan kerja,” lontarnya mengakhiri
perbincangan■
Agung Podomoro Group
KOMPETENSI KARYAWAN
MENDUKUNG KEMAJUAN PERUSAHAAN
K
emajuan bagi sebuah perusahaan
adalah sesuatu yang amat didambakan. Untuk mencapai hal tersebut, sebuah perusahaan harus jeli dalam
melihat apa dan siapa saja yang dibutuhkan
perusahaan. Hampir semua perusahaan
membutuhkan kompetensi yang sesungguhnya bukan hanya sekedar pengetahuan.
Agung Podomoro Group, sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang property, juga mnjabarkan kompetensi yang
diperlukan bagi kemajuan perusahaannya
saat ini. “Kompetensi adalah unsur yang
ada dalam diri dan di luar diri seseorang
untuk menuju kesuksesan,” ujar Setia
Wijaya, HRD Director Agung Podomoro
Group. “Jadi kunci kesuksesan seseorang
itu ada di dalam dan di luar diri orang
tersebut,” tambahnya lagi.
Faktor dari dalam diri yang mempengaruhi seseorang menjadi sukses adalah
kemauan. Menurut Setia, tidak semua orang mau maju dan agar kemauan itu bisa
muncul, orang tersebut harus mengetahui
keuntungan dan kerugian jika ia memiliki
kompetensi dan apa keuntungannya
menjadi orang yang sukses. Sedangkan
faktor yang berasal dari luar diri adalah
kemampuan. Kemampuan di sini berarti
memiliki pengetahuan dan juga skill atau
keterampilan. “Keterampilan sendiri terbagi
atas soft skill dan hard skill. Soft skill terkait
dengan hubungan antar manusia sedangkan hard skill adalah teknisnya,” jelas Setia.
Disimpulkan Setia, bahwa kompetensi
itu terdiri dari kemauan, kemampuan, kesempatan dan kesehatan. “Orang tidak akan
sukses jika hanya memiliki kemauan dan
kemampuan tanpa kesempatan dan kesehatan. Baginya sukses hanyalah mimpi,” ujar
Setia. Dengan kata lain bagaimana seseorang yang memiliki kemauan dan kemampuan tanpa diberi kesempatan untuk
menunjukkan apapun yang dimilikinya.
Agung Podomoro Group memiliki cara
sendiri untuk menggali kompetensi yang
dimiliki oleh pelamar yang datang. “Hal itu
bisa kami gali dengan cara mengajukan
beberapa pertanyaan untuk mengetahui
kemampuan apa saja yang dimiliki dan apa
saja yang telah orang tersebut kerjakan,”
paparnya. “Dari sini kami bisa tahu apakah
si pelamar mempunyai kompetensi yang
cocok dengan kebutuhan perusahaan,”
tambahnya lagi.
Bagi mereka yang baru lulus dan belum
memiliki kompetensi yang jelas namun
memiliki kemungkinan untuk berkembang,
maka perusahaan ini tidak segan untuk
mengirim mereka ke lembaga training
melalui program-program yang tersedia di
perusahaan. Tersedia training reguler untuk
membantu pekerjaan sehari-hari dan training pengembangan untuk mengembangkan jabatan.
Untuk mengukur kompetensi karyawannya digunakan tes psikotes, sedangkan
untuk mengukur kemampuan kompetensi
untuk level manajer dilakukan melalui
presentasi untuk melihat ide dan apa saja
yang ingin dikembangkannya. “Pemilik
perusahaan inipun menekankan bahwa jika
ada karyawan yang berprestasi, harus
diarahkan sebaik mungkin,” tegasnya.
“Karyawan yang berpotensi akan dikembangkan dan karyawan yang berprestasi
akan menjadi calon pemimpin,” tambahnya
lagi.
Bagi perusahaan property seperti Agung
Podomoro Group tersedia dua kompetensi,
untuk karyawan dan perusahaan. Kompetensi perusahaan dimaksudkan perusahaan
harus mampu bertahan dan juga bersaing.
“Ini harus dimiliki juga oleh karyawan agar
terjalin hubungan yang sejalan antara
perusahaan dan karyawan,” jelasnya lagi.
Meski demikian, Setia mengaku tidak
pernah melibatkan konsultan dalam proses
perekrutan karyawannya■
16
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
S t r a t e g i H C
JIWASRAYA
KETIKA
TAMPIL BEDA
“S
ekarang kami benar-benar
merasa bangga dan percaya diri menjual
produk-produk asuransi Jiwasraya,” ungkap
sejumlah agen Jiwasraya yang telah bergabung selama 7-10 tahun kepada Human
Capital. Alasan mereka, Jiwasraya kini
sangat dikenal dan produk-produk yang
ditawarkan kepada konsumen dikemas
sangat menarik. Kedua kekuatan tersebut
sangat membantu para agen pemasaran
Jiwasraya melakukan tugasnya.
Rasa percaya diri, bangga, dan optimis
kini menghiasi wajah seluruh insan Jiwasraya. Plus baju seragam biru dongker,
penampilan karyawan Jiwasraya tak lagi
seperti perusahaan BUMN umumnya. Hal
tersebut tidak bisa dilepaskan dari serangkaian langkah perubahan yang diambil
oleh direksi Jiwasraya di bawah kepemimpinan Herris B. Simandjuntak.
Sebagai orang swasta – lama di Asuransi
Jasindo dan Asuransi Allianz Utama Indonesia, terakhir dengan jabatan Managing Director – Herris dengan cepat mengidentifikasi persoalan yang dihadapi oleh
Jiwasraya usai diangkat tahun 2002.
Setidaknya ada dua masalah besar yang
perlu diatasi secara sistematis. Pertama,
citra BUMN yang identik dengan karyawan
banyak dan kualitas yang rendah, tidak
profesional, dan sarang KKN. Kondisi ini
membuat memimpin BUMN menjadi lebih
menantang karena mengurangi atau mengganti karyawan pasti menimbulkan gejolak.
Kedua, produk Jiwasraya lebih cocok untuk
orang tua.
Berangkat dari kenyataan tersebut,
langkah pertama yang dilakukan direksi
tahun 2002 adalah mengubah total identitas
korporat Jiwasraya. Dibantu konsultan,
perubahan itu melahirkan logo dengan
warna yang tidak lagi mengesankan sebuah
BUMN. Identitas baru tersebut berwarna
merah yang mencerminkan keberanian dan
integritas Jiwasraya. Manajemen menjadikan perubahan identitas itu sebagai langkah
awal perubahan.
“Kami menilai, upaya perubahan identitas harus didahulukan. Tidak menunggu
implementasi perubahan dari dalam,” ujar
Herris. Strategi perubahan ini sedikit
berbeda dengan yang diambil oleh Bank
Danamon dan BII, yang memilih untuk
menjadikan perubahan identitas sebagai
bagian pertengahan dan terakhir dari fase
perubahan organisasi.
Berbekal perubahan identitas itu,
manajemen bergerak melakukan sosialisasi
pentingnya perubahan. Proses sosialisasi
mengharuskan Herris dan jajaran direksi
jarang di kantor Jakarta dan memilih untuk
berkeliling ke kantor cabang. Kesempatan
itu digunakan untuk memotivasi karyawan
dan menjelaskan risiko jika Jiwaraya tidak
berubah.
Mensosialisasikan perubahan di Jiwasraya tentu tidak semudah membalik telapak
tangan. Tantangan pertama adalah banyaknya jaringan kantor perusahaan, yang
berjumlah sekitar 400 buah dengan karyawan lebih dari 1.700 orang. Tantangan
berikutnya adalah sumberdaya manusia
(SDM) yang terbiasa dengan budaya lama
di mana karyawan tidak kreatif dan hanya
menunggu keputusan direksi. Herris
mengibaratkan hal ini dengan punggung
parang yang tumpul. “Kami berkeyakinan,
Tak percuma pemerintah meminta
Herris B. Simandjuntak menjadi pimpinan puncak
Asuransi Jiwasraya (Persero), perusahaan asuransi
tertua milik pemerintah. Asuransi jiwa pelat merah itu
kini berkembang menjadi perusahaan asuransi yang
tangguh bak perusahaan swasta. Pelan tapi pasti,
raksasa itu bangkit dari tidurnya.
punggung parang yang tumpul itu bila terus
diasah juga menjadi tajam,” tegasnya.
Manajemen memperkenalkan pola-pola
manajemen baru sebagai bagian upaya
mengasah punggung parang itu. Herris
menerapkan manajemen kepemimpinan
demokratik-partisipatif. Partisipasi dari
bawahan didorong maksimal karena ia yakin
segala sesuatunya harus dimulai dari
bawah. Pola rapat pimpinan, termasuk Rapat
Kerja Nasional (Rakernas), tak luput diubah.
Setiap tahunnya, Jiwasraya melakukan 4
kali rapat pimpinan nasional (termasuk
Rakernas).
Rapat pimpinan triwulanan itu ada yang
dilakukan di Jakarta dan ada pula di daerahdaerah. Lokasi rapat di daerah pun digantiganti. Penggantian lokasi rapat dimaksudkan untuk meningkatkan rasa memiliki
kepada seluruh karyawan. Misalnya, untuk
kawasan Indonesia Tengah dan Indonesia
Timur belum lama diadakan di Balikpapan.
Rapat tersebut diikuti tidak hanya oleh Regional Managers tetapi juga Branch Managers. Dengan demikian, komunikasi bisa
langsung dilakukan dengan level manajemen paling bawah.
Dalam setiap rapat pimpinan, manajemen bertugas menyampaikan isu-isu
strategis yang perlu dibahas oleh karyawan.
Selanjutnya karyawan mendiskusikannya,
mencari solusi dan strategi terbaik serta
memutuskannya. Risalah rapat itu kemudian disampaikan kepada direksi. Bila dinilai
direksi sudah cocok, manajemen tinggal
mengembalikan pelaksanaannya kepada
karyawan. Karena proses pembuatan
keputusan itu sepenuhnya dilakukan
karyawan, Herris tinggal meminta mereka
konsekuen dan konsisten melaksanakannya.
“Jadi, mereka tidak bisa lagi bilang itu
17
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
S t r a t e g i H C
maunya direksi. Semua hal, dari susunan
organisasi, struktur keagenan, penyusunan
target, dan strategi pencapaian target …
mereka yang buat,” katanya.
Langkah lain adalah memperbaiki saluran komunikasi antara karyawan dengan
manajemen. Jalan ke luarnya, Jiwasraya
membuat newsletter, berisi informasi
kegiatan di lingkup perusahaan. Media cetak
ini dibagikan ke seluruh karyawan di seluruh
Indonesia, termasuk para agen. Herris rutin menulis dalam rubrik CEO Messages, di
mana ia selalu memfokuskan tulisannya
untuk mengupas nilai-nilai profesionalisme.
Di sisi lain, ia juga membuka dialog dari atas
ke bawah kapan saja. Ruang kantornya
selalu terbuka untuk membicarakan hal
menyangkut perusahaan. Komunikasi bisa
pula dilakukan ke telepon selulernya.
Seringkali Herris mendapatkan kiriman SMS
dari para agen sehingga ia tahu apa yang
terjadi di level bawah.
Dalam perkembangannya Jiwasraya
Newsletter tidak hanya untuk kalangan intern saja, tapi juga ekstern. Media ini dikirim
gratis untuk nasabah Jiwasraya, baik
individu maupun korporat. Bahkan isi media ini juga disesuaikan dengan menampilkan beberapa artikel mengenai nasabah
maupun pihak luar yang ada kaitannya
dengan Jiwasraya.
STRATEGIC ARCHITECTURE
Seiring manajemen perubahan di atas,
Jiwasraya berhasil menyelesaikan strategic
architecture atau cetak biru perusahaan ke
depan. Pembuatannya dilakukan seluruh
pimpinan perusahaan yang difasilitasi oleh
konsultan. Di situ dijelaskan visi, misi,
prinsip bisnis berorientasi kepada pelanggan, dan prinsip bisnis berorientasi kepada
bisnis. Keempat hal ini menjadi tuntutan
hidup bagi seluruh orang Jiwasraya. Juga
menjadi acuan dalam membuat setiap
keputusan. Cetak biru disosialisasikan
sehingga karyawan memperoleh arahan yang
jelas tentang perusahaan ke depan.
Jiwasraya memiliki konsep strategi
bersaing 3P, yaitu Product (menciptakan
produk yang inovatif, kompetitif, dan bernilai
tinggi), Process (membangun proses bisnis
yang tepat, cepat, dan efisien), dan People
(mengembangkan SDM yang profesional).
Manajemen SDM menjadi sentral
dalam proses perubahan di Jiwasraya karena
secara kualitas SDM masih perlu ditingkatkan. Perombakan organisasi dan sistem
banyak dilakukan untuk merespons strategi
bisnis perusahaan dan tuntutan persaingan.
Jiwasraya bahkan mencetak orang-orang
yang kerjanya khusus menjadi instruktur
untuk mempercepat peningkatan kualitas
SDM. Para instruktur itu ditempatkan 2 orang di setiap kantor wilayah. Tahap pertama
berhasil dicetak 35 instruktur. Kecuali itu,
Jiwasraya juga gencar melakukan pendidikan bagi jajarannya, termasuk bekerjasama dengan Prasetiya Mulya Business
School.
Keberadaan instruktur di tingkat wilayah
diharapkan mempercepat peningkatan
kualitas karyawan karena ada keinginan
manajemen untuk mulai menembus pasar
menengah-atas. Herris mengakui, pasar
Jiwasraya saat ini masih dominan di
masyarakat kelas menengah-bawah, di
samping di lingkungan Pemda, BUMN,
BUMD, dan pihak terkait. “Menembus pasar
lebih atas, orang yang dibutuhkan tentu tidak
sama dengan orang lama,” tukasnya.
Jiwasraya kini memiliki sekitar 5000
agen, yang ditargetkan bertambah menjadi
7000 agen dalam akhir tahun 2004 ini.
Berkat citra yang lebih baik, Jiwasraya
berhasil merekrut agen-agen dengan
kualitas yang lebih baik. Manajemen
menyarankan ke cabang-cabang dan wilayah
untuk mulai melakukan kegiatan roadshow
ke kampus-kampus, misalnya fakultas
ekonomi. Selain untuk memperkenalkan
perusahaan dan asuransi, kesempatan
tersebut juga bisa digunakan untuk
mempromosikan peluang berkarir sebagai
agen, antara lain dengan menghadirkan
testimoni dari agen-agen berprestasi.
“Banyak orang yang sukses di bisnis
asuransi, kenapa orang hanya mau menjadi
agen properti,” katanya setengah bertanya.
Untuk memperluas wawasan para agen,
secara rutin Jiwasraya mengundang para
agen terbaik dari perusahaan asuransi lain
untuk berbicara tentang kiat sukses
mereka. Kemudian, program tur ke luar
negeri bagi agen-agen terbaik (Top Agents)
yang berlangsung setiap 6 bulan diberi nilai
tambah dengan kunjungan ke perusahaan
asuransi terkemuka di negara tujuan.
Tahun 2003, misalnya, para agen terbaik
dibawa ke Cina. Selain melihat obyek wisata,
juga ada kunjungan ke China Life, perusahaan asuransi jiwa terbesar di sana dan
berdialog dengan pimpinannya. Tahun
2004, kunjungan dilakukan ke Korea
Selatan sambil bertemu dengan pimpinan
dan mengunjungi pusat-pusat pendidikan
dan pelatihan Samsung Life, perusahaan
asuransi terbesar di sana.
“Wawasan kita akan semakin luas,”
tukasnya. Perluasan wawasan ini diakui
Herris sangat penting karena cepat atau
lambat, Jiwasraya harus menjadi perusahaan
asuransi regional juga.
MENGUKUR PERUBAHAN
Secara kuantitatif, perubahan di Jiwasraya terlihat pada sejumlah hal. Riset MARS
& SWA terhadap brand value Jiwasraya
menunjukkan kenaikan cukup signifikan.
Pada tahun 2002 brand value Jiwasraya
berada pada angka 28,50, tahun 2003
meningkat menjadi 30,50, dan tahun 2004
meningkat tiga kali lipat menjadi 95,80.
Tentu ini sebuah peningkatan yang amat
signifikan. Pihak luar juga memandang
positif perubahan tersebut. “Mereka bilang,
Jiwasraya sekarang telah berubah menjadi
lebih baik,” ujarnya, sambil menambahkan,
“Ini yang kami lakukan terus. Meski ini
sebuah proses yang belum selesai, masih
butuh waktu panjang.”
Pendapatan premi perusahaan terus
menunjukkan peningkatan. Untuk pertama
kalinya dalam sejarah perusahaan, pendapatan premi menembus batas psikologis Rp
1 triliun (tepatnya Rp 1,091 triliun) pada
tahun 2003. Kenaikannya secara persentase dibanding 2002 tidak begitu tinggi,
tetapi pencapaian Rp 1 triliun lebih itu
sebuah prestasi tersendiri. Tahun 2004 ini,
perusahaan menargetkan pendapatan premi
naik menjadi Rp 1,6 triliun.
Sebagai upaya mewujudkan target itu,
HERRIS, SANG ARSITEK PERUBAHAN
Keputusan Herris B. Simanjuntak untuk
menerima tawaran memimpin Asuransi
Jiwasraya tergolong keputusan berisiko.
Sebagai Managing Director Allianz Indonesia, perusahaan asuransi umum milik
raksasa Allianz asal Jerman, ia telah
menduduki jabatan enak di perusahaan
yang mapan dan maju. Remunerasinya
sebagai eksekutif yang membawahi pemasaran, jaringan cabang retail dan bidang
SDM tentunya sangat menarik.
Tetapi, tantangan yang dihadirkan
Jiwasraya mampu mengalahkan segala
kenikmatan jabatan di perusahaan multinasional itu. Ia juga ingin berkontribusi
bagi pemulihan perusahaan asuransi milik
nasional ini dengan mengerahkan segala
kemampuannya. Mengaku hanya tahu
persoalan Jiwasraya dari kulitnya saja,
tantangan untuk membenahi Jiwasraya
ternyata sangat besar saat ia masuk ke
dalamnya. Tanpa manajemen perubahan
terarah, ia melihat Jiwasraya hanya
berjalan di tempat dan akan tersisih dari
peta persaingan.
Herris sadar bahwa semua orang Jiwasraya akan selalu memperhatikan sikapnya sebagai pimpinan. Untuk membasmi
tingkat penyimpangan yang tinggi selama
ini, ia tak henti menanamkan nilai-nilai
profesionalisme, membangun sistem preventif, dan memberikan contoh langsung.
Tak khawatir penghasilan terpangkas?
“Prinsip hidup saya dari dulu memang
bukan untuk mencari uang. Tetapi rejeki
selalu saja ada saja,” ujarnya santai. Menurutnya, uang akan mengikuti orang
yang mempunyai posisi di tengah masyarakat dan diakui profesionalismenya.
perusahaan mengkonsolidasikan dan
mengembangkan kantor pemasaran. Kantor
pemasaran yang terlalu banyak di satu
kawasan disatukan dengan mendorong
kompetisi yang sehat di antara setiap unit
bisnis, namun penambahan kantor baru
terus dilakukan bila diperlukan. Jumlah
kantor pemasaran 300 buah tahun 2002
dan diproyeksikan naik menjadi sekitar 350
kantor pemasaran tahun 2004.
Perubahan terlihat pula secara kualitatif.
Orang-orang Jiwasraya menjadi lebih terbuka, berani menyampaikan pendapat, dan
berani untuk berbeda. Hal ini sangat kontras
dengan kondisi sebelum Herris masuk. Di
setiap forum rapat dan diskusi, suasananya
menjadi lebih hidup. Praktik Good Corporate
Governance (GCG) diterapkan secara
konsisten melalui prinsip transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, dan fairness.
“Sejak awal kami sudah tegaskan, setiap
orang diberlakukan secara adil dan setiap
orang punya peluang untuk berkembang.
Di sini tidak berlaku perbedaan berdasarkan
SARA. Yang penting ukurannya profesionalisme,” paparnya mantap. Ia menilai,
kata kunci dari GCG adalah keteladanan dari
pemimpin. Untuk itu, Herris mengambil
peran terdepan dalam menerapkan prinsip
GCG tersebut. Misalnya himbauan untuk
tidak menghambur-hamburkan uang peru-
Ia membuktikan sendiri kebenaran
pandangan hidup seperti ini. Sebagai orang yang aktif dalam organisasi dan
pendidikan – khususnya di bidang
asuransi – ia mendapat honor sebagai
pengurus, pendidik, di samping sebagai
pembicara di pelbagai seminar. Ia kini
menjabat Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia
(AAMAI) sekaligus Pemimpin Redaksi
Jurnal AAMAI. Saat ini Herris juga menjadi
salah satu Ketua Bersama Asosiasi
Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI).
“Saya tertarik bergabung di Jiwasraya
karena tugas ini sangat menantang dan
berusaha mengalahkan tantangan tersebut. Pencapaian dalam tugas ini akan
menjadi kepuasan tak ternilai dalam
hidup saya,” akunya mengenang masamasa awal.
Tak ayal, rasa ragu menerima tawaran
ini beberapa kali menyergap dirinya pada
tahun 2002. Perasaaan semacam itu
akhirnya ia kalahkan. “Ini adalah tugas
negara yang mulia, yang hasilnya mungkin baru bisa dinikmati generasi kepemimpinan mendatang,” ungkapnya
serius■
sahaan. “Saya harus beri contoh terlebih
dulu,” lanjutnya.
Satu hal yang mengganjal di hati Herris
dan jajaran direksi lainnya adalah sikap
pemegang saham (pemerintah) yang lebih
peduli terhadap tingkat profitabilitas
ketimbang membangun fondasi jangka
panjang yang kuat bagi perusahaan. Upaya
pembenahan perusahaan seperti perusahaan asuransi jiwa, baru bisa dinikmati
hasilnya dalam jangka panjang. Kenyataan
ini sangat berbeda dengan sikap pemegang
saham korporasi multi nasional macam
Allianz yang selalu berpandangan jauh ke
depan.
Sebagai contoh, untuk laporan keuangan 2004, biaya-biaya perusahaan cenderung
meningkat karena perusahaan banyak
melakukan perombakan struktur dan
sistem keagenan, serta pengadaan karyawan. Jiwasraya memilih pola outsourcing
karyawan pada bidang spesifik kepada
perusahaan lain. Dalam jangka pendek,
strategi ini akan meningkatkan biaya.
Namun dalam jangka panjang, strategi ini
akan sangat menguntungkan.
Perubahan selalu saja menghadirkan
tantangan yang kadang sangat mengganjal.
Profesionalisme manajemen akan menjadi
alat ampuh mengatasi tantangan seperti
itu■
18
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
H C
T r
e n d
WALK-IN
INTERVIEW
Ada sejumlah alasan di balik pemanfaatan metode
rekrutmen walk-in interview. Keterbatasan lapangan
kerja dan maraknya praktik outsourcing membuat
metode ini semakin populer, namun belum menjadi
sebuah tren. Sejauh mana efektivitas metode walk-in
interview? Apa plus-minusnya dibandingkan metode
konvensional?
H
ati Andini, seorang gadis lulusan
perguruan tinggi swasta di Jakarta,
deg-degan ketika pagi itu ia berangkat untuk wawancara di sebuah perusahaan. Dalam iklan di sebuah media massa
cetak nasional, perusahaan yang bergerak
di bidang keuangan itu membutuhkan
beberapa Marketing Executive. Setelah
beberapa kali lamaran kerjanya ditolak atau
dinyatakan tidak lulus seleksi, wajar bila ia
sangat berharap bisa lulus kali ini. Kondisi
ini membuatnya agak nervous.
Ia sudah membayangkan peserta tes
akan sangat banyak karena setiap peminat
yang memenuhi syarat bisa ikut tes.
Sehingga, saingannya juga akan banyak.
Waktu wawancara yang dimulai jam 9 pagi
hingga jam 3 sore selama dua hari menunjukkan betapa banyaknya pelamar yang
akan diseleksi. Namun di sisi lain, hatinya
pun bertanya-tanya tentang kualitas
lowongan yang tersedia mengingat persyaratan dasar peserta tes yang sangat sederhana: berpenampilan menarik, lulusan S1
19
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
H C
T r
e n
segala jurusan, umur maksimal 35 tahun,
mau bekerja keras, dan memiliki relasi luas.
“Ini pekerjaan menjanjikan atau tidak, serius
atau tidak, bergengsi apa nggak ya,”
begitulah tanda tanya menggelayut di
kepalanya.
Sebagian besar para pelamar metode
walk-in interview akan memiliki pikiran yang
sama dengan Andini. Kesannya kok mudah
banget. Bawa lamaran, wawancara, dan
lulus. Benarkah demikian?
“Sebetulnya tidak sesederhana itu,”
ungkap Agatha V. Savefina, HRD & Operational Manager PT Media Prima HR Solution. Biasanya perusahaan pemakai menetapkan standar tertentu, misalnya Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK). Kalau IPK-nya
sudah terpenuhi, pelamar disuruh mengisi
formulir lamaran. “Ini hanya persyaratan
saja. Tetapi, esensinya adalah pengecekan
langsung kepada pelamar tentang kebenaran semua data pribadinya,” tambahnya.
Tahap berikutnya baru wawancara. Jika
lolos, berlanjut ke tahap tes psikologi atau
wawancara kedua dengan pihak pemakai.
Proses pengujian ini bisa bolak-balik, antara
pemakai dengan konsultan rekrutmen.
Setelah lulus ketiga tahapan tersebut,
kandidat ditraining. Itupun tidak semua
kandidat lulus training sebab pada setiap
tahapan berlaku sistem gugur. Setelah lulus
training, kandidat masuk masa percobaan.
Alhasil, proses yang harus dilalui ternyata
tidak sesederhana yang dibayangkan banyak
orang.
Tujuan utama rekrutmen walk-in interview, menurut Senior Consultant Experd
Theresia Maharini, adalah menjaring
sebanyak mungkin kandidat sehingga
proses selanjutnya menjadi lebih efisien.
“Misalnya ada 500 pelamar yang diwawancarai, tidak akan semuanya masuk ke
tahap seleksi berikutnya,” tegasnya.
Keputusan organisasi untuk melaksanakan rekrutmen secara konvensional dan
walk-in interview sangat tergantung dari
posisi yang dibutuhkan dan ketersediaan
kandidat untuk posisi tersebut. “Kalau
posisi itu di pasar cukup banyak tersedia
sumberdaya manusianya, dan perusahaan
ingin menarik kandidat awal sebanyakbanyaknya, maka perusahaan sebaiknya
menggunakan teknik walk-in interview,”
lanjutnya.
Sebaliknya, bila ketersediaan pasokan
untuk posisi itu tidak banyak, dari pada
perusahaan sudah menyiapkan walk-in interview dan pada akhirnya yang datang tidak
banyak, maka lebih baik perusahaan menggunakan teknik konvensional. Hal ini sedikit
banyak juga menjelaskan kenapa teknik
walk-in interview banyak dipergunakan
untuk rekrutmen karyawan level bawah, dan
tidak efektif untuk level manajerial ke atas.
Semakin tinggi jabatannya, semakin tinggi
pula tingkat kompetensi yang dibutuhkan –
otomatis ketersediaannya di pasar semakin
rendah. Kompetensi yang lebih tinggi itu
sulit untuk diketahui dengan menggunakan
teknik walk-in interview. Selain itu, waktu
yang disediakan untuk wawancara tidak bisa
hanya 10 menit seperti dalam teknik walkin interview. “Energi pewawancara akan
terkuras karena harus menyeleksi begitu
banyak orang, dan maaf, akan banyak
sampahnya nanti,” tambah Agatha.
Kenyataannya, posisi yang ditawarkan
melalui teknik walk-in interview memang
untuk level agak ke bawah. Sebagai contoh,
Media Prima biasanya menggunakan teknik
ini untuk merekrut operator telepon dan
sejenisnya. Skill yang dibutuhkan lebih
sederhana ketimbang customer service
atau call center, misalnya. Kedua, teknik
walk-in interview lebih banyak dilakukan
untuk pekerjaan penjualan dan pemasaran,
sebuah posisi yang lebih banyak mengandalkan kemampuan personal dibandingkan
kemampuan intelektual dalam menjalankan tugasnya.
Terdapat kesan umum bahwa profesi
penjualan dan pemasaran yunior – dengan
beragam penamaan jabatan seperti Marketing Executive, Account Officer, Public Relations, Marketing Officer, dan seterusnya bisa dilakukan oleh siapa saja dengan syarat
pendidikan minimum tertentu. Jurusan
maupun perguruan tingginya tidak terlalu
dipentingkan seperti tertera dalam persya-
– bukan dilakukan konsultan rekrutmen –
tidak menggunakan tes-tes lain (termasuk
tes psikologi), dan semata-mata hanya
melakukan wawancara terhadap kandidat.
Budi Juwanto, sebut saja begitu, yang kini
bekerja di bagian pemasaran perusahaan
pembiayaan, mengatakan biasanya dalam
wawancara langsung dikemukakan target
penjualan dan sistem insentifnya. Bila si
pelamar setuju, maka ia dinyatakan diterima
dan segera bisa langsung bekerja.
Kegagalan pelamar bisa terjadi karena
ia tidak tampil meyakinkan saat wawancara.
Misalnya karena kemampuan komunikasi
dan persuasi yang payah. Atau karena
penampilannya tidak cukup meyakinkan.
Sebaliknya, sering juga terjadi, si pelamar
sendiri yang menolak untuk bergabung
dengan perusahaan tersebut kendatipun
dinyatakan diterima. Ini bisa terjadi karena
pelamar tidak yakin terhadap perusahaan
maupun prospek keberhasilannya di pasar.
Menurut pengamatan Agatha, nama
(baca: reputasi dan popularitas) perusahaan merupakan faktor yang sangat
penting untuk mendapatkan pelamar
berkualitas dalam jumlah besar dengan
Seharusnya perusahaan fokus pada upaya
mendukung keberhasilan kandidat dengan
menyediakan lingkungan yang kondusif
dalam bekerja. Bukan hanya bermodalkan
brosur atau proposal produk/jasa dan
alamat kantor saja.
Belajar dari pengalaman ini, Media
Prima meminta perusahaan yang mempekerjakan tenaga penjualan dan pemasaran
dari mereka untuk menyediakan gaji pokok
dan tunjangan. Artinya, tercapai atau tidak
targetnya, karyawan masih mendapatkan
remunerasi tertentu. “Kasihan kalau target
tidak tercapai tidak mendapat apa-apa. Kami
menolak remunerasi yang sepenuhnya
tergantung pada target,” ungkap Agatha.
Dalam situasi lapangan kerja yang
sangat terbatas dan meningkatnya kegiatan
outsourcing, penggunaan teknik walk-in
interview diperkirakan akan terus meningkat, meskipun belum akan menjadi sebuah
tren. Perlu dijaga agar jangan sampai metode
rekrutmen seperti ini disalahgunakan untuk
“memperkuda” atau menipu si pelamar. Itu
sebabnya, perlu pula nama perusahaan dan
bidang kegiatannya dicantumkan dalam
iklan lowongan kerja supaya si pelamar
Tujuan utama rekrutmen
walk-in interview, menurut
Senior Consultant Experd
Theresia Maharini, adalah menjaring
sebanyak mungkin kandidat sehingga
proses selanjutnya menjadi lebih efisien.
Misalnya ada 500 pelamar yang
diwawancarai, tidak akan semuanya
masuk ke tahap seleksi
berikutnya.
ratan pelamar. “Kami merasa, setiap orang
memiliki bakat dalam penjualan dan
pemasaran yang bisa dikembangkan,” kilah
Edi Susanto, Direktur sebuah perusahaan
perdagangan berjangka. Karena profesi
penjualan dan pemasaran membutuhkan
mobilitas tinggi, maka sering pula dipersyaratkan pelamar untuk memiliki kendaraan
sendiri (motor maupun mobil).
Menurutnya, kunci sukses utama
profesi penjualan dan pemasaran adalah
memiliki kemauan untuk maju dan relasi
yang luas. Soal relasi ini, lanjutnya, tidak
ada sekolahnya. Pada beberapa bidang,
persyaratan tambahannya adalah bisa
berbahasa Mandarin karena yang akan
mereka garap adalah orang-orang berduit
yang sebagian besar keturunan Cina. Faktor
kesamaan bahasa ini akan memudahkan
komunikasi dan melakukan penjualan.
Tidak seperti dikatakan Agatha dan
Theresia, kebanyakan perusahaan yang
melakukan sendiri teknik walk-in interview
teknik walk-in interview. Fenomena ini
sebetulnya juga terjadi dalam rekrutmen dengan teknik konvensional. Perusahaan ternama akan mudah mendapatkan
pelamar, walaupun posisi yang tersedia tidak
terlalu bagus. “Beda jika posisi yang dicari
bagus tapi perusahaannya kurang punya
nama, pelamarnya pasti kurang memadai,”
lanjutnya.
Rupanya dalam melamar pekerjaan pun,
faktor merek atau identitas perusahaan juga
memainkan peran penting (perusahaan
konsultan Hewitt menyebutnya dengan
istilah internal brand sebagai lawan dari external brand – merek produk atau jasa yang
dijual ke pasar).
Hal lain, kebanyakan lowongan yang
disediakan melalui teknik walk-in interview
menyediakan remunerasi yang terlalu
minim. Kadang-kadang, penghasilan pelamar sepenuhnya tergantung pada pencapaian target, tanpa adanya gaji pokok dan
tunjangan tertentu. Praktik seperti ini
memanfaatkan betul keterdesakan pencari
kerja, tetapi hasilnya juga tidak akan optimal. Sebab, pelamar menjadi ogah-ogahan.
memiliki informasi awal tentang perusahaan maupun pekerjaan yang akan dijalani.
Sebagai salah satu metode rekrutmen,
pada akhirnya efektivitas teknik walk-in interview sangat tergantung pada kesiapan
tenaga penyeleksi/pewawancara memadai
dan ketajaman alat ukur dalam tahapan
berikutnya. Tenaga penyeleksi harus memiliki kemampuan tinggi untuk mengevaluasi
kandidat dalam tempo relatif singkat. Lokasi
wawancara pun harus dipertimbangkan agar
gampang diakses oleh pelamar. Secara
umum, teknik walk-in interview lebih efisien
ketimbang teknik konvensional untuk
rekrutmen massal. Efisien di sini memang
belum tentu efektif, namun perusahaan
terkemuka tahu persis kapan waktunya
menerapkan teknik walk-in interview dan
kapan harus menggunakan teknik konvensional.
Apapun metodenya, perlu juga kita
mengingat ucapan Mick Bennett dan Andrew Bell dalam bukunya Leadership & Talent in Asia. “Merekrut orang yang tepat
merupakan kunci sukses awal bagi setiap
organisasi yang sukses.”■
20
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
H C
T r
e n d
METODE WALK IN INTERVIEW
MALAH LEBIH MAHAL
M
etode perekrutan karyawan yang
digunakan perusahaan yaitu
dengan cara pelamar mengirimkan lamarannya dan kemudian diseleksi,
dan di interview pada hari yang telah
ditentukan atau dikenal dengan metode
konvensional, tidak harus menjadi pilihan
bagi setiap perusahaan. Tehnik yang lain
seperti walk in interview, malah lebih efektif
meski justru tidak efisien dari sisi biaya.
Di PT. Media Prima HR Solutions, kedua
cara tersebut tetap digunakan sesuai
dengan kebutuhan user. Metode konvensional dilakukan jika user Media Prima tidak
terlalu mendesak namun sifatnya tetap urgent. Biasanya, setiap lamaran yang masuk
dikualifikasikan dengan kebutuhan klien.
Kemudian jika sudah lengkap, barulah
pelamar ditelepon untuk diinterview pada
waktu yang telah ditentukan.
Namun, jika kondisi mendesak dan
kebutuhan tergolong banyak, barulah
digunakan teknik walk in interview (WII).
“Pelamar tinggal datang ke kantor kami
membawa lamaran. Jika kita lihat sesuai
dengan kualifikasi, maka langsung interview,” ujar Agatha V. Savefina, HRD & Operational Manager PT. Media Prima HR Solution saat ditemui HC di kantornya di bilangan
Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Media Prima patut berbangga hati
mengingat sejak didirikan hingga kini,
pihaknya tidak perlu memasang iklan untuk
mencari kandidat yang diinginkan perusahaan klien. “Beruntung buat kami karena
banyak yang sudah tahu dari mulut ke
mulut,” jelas Agatha sambil tersenyum.
Belakangan ini, lanjutnya, Media Prima
memang lebih sering melakukan metode
WII. “Sejak Agustus 2004 kemarin, kami
mendapat kesempatan yang cukup besar
untuk salah satu perusahaan besar di Indonesia,” aku Agatha yang dalam waktu
sempit harus menyediakan sekitar 100 orang untuk perusahaan tersebut. Praktis,
metode ini harus dilakukan.
Dari segi resiko, menurutnya setiap
metode memiliki resiko yang berbeda-beda,
tergantung darimana orang menilainya.
Meski keunggulan metode konvensional
adalah penyedia jasa tenaga kerja mempunyai waktu lebih banyak untuk proses
seleksi dan kelengkapan berkas, namun
tetap memiliki resiko kendati tidak terlalu
besar yaitu kesalahan orang dan kesalahan
posisi. “Tapi di metode WII, kalau kami bisa
tahu kualifikasinya dengan baik, resikonya
juga bisa berkurang. Hanya mungkin lebih
banyak waktu untuk melakukan interview
dari yang konvensional,” tukasnya.
Bahkan dalam metode konvensional,
Agatha mengaku beberapa kali mengalami
kesulitan. Misalnya jika ia menelepon
pelamar seminggu setelah menyeleksi
bekas-berkas lamaran, pelamar seringkali
mempunyai alasan untuk tidak melakukan
interview pada waktu yang telah ditentukan.
“Mereka ada yang bilang tidak bisa hari ini.
Atau adapula yang berdomisili tidak di
Jakarta. Mereka malah domisili di Bogor
bahkan Bandung,” ujarnya menyayangkan.
Dalam proses seleksi, untuk metode WII,
biasanya saat pelamar datang untuk interview, pelamat diharuskan mengisi formulir
lamaran yang berisi biodata pelamar. “Itu
hanya persyaratan saja, apakah data yang
dia tulis benar atau tidak,” ia berujar. Jika
tes interview lolos, ada dua kemungkinan.
Bisa langsung tes psikologi kemudian second interview dengan pihak user. Atau interview dengan pihak user, barulah dengan tes
psikologi. Setelah lulus, barulah pelamar
ditraining. Lolos training, barulah dia masuk
masa percobaan.
Kalau ada pelamar hanya lulus dalam
beberapa persyaratan, papar Agatha, biasanya Media Prima mencoba mengalihkan
kepada pekerjaan lain sehingga pelamar
tidak akan sia-sia datang. “Prioritas kami
masih call center. Sedang posisi di bawah
itu adalah data entry, scanning data. Atau
customer service tapi yang tidak terlalu
membutuhkan keahlian yang terlalu baik,
tapi cukup dengan penampilan saja atau
kemampuan berbicara bahasa inggris
pasif,” tukasnya kembali.
Persyaratan tidak hanya berlaku bagi
pelamar saja. Tapi juga bagi perusahaan
pemberi jasa. Salah satu persyaratan mutlak
yang harus dimiliki perusahaan adalah
perusahaan tersebut harus punya nama
alias terkenal. Sehingga pada saat perusahaan itu ada permintaan karyawan,
banyak pelamar yang datang walaupun itu
posisinya tidak terlalu baik.
“Beda jika ada posisi yang bagus tapi
perusahaannya kurang punya nama, pelamarnya pasti kurang berminat,” ungkap Agatha yang bekerjasama dengan berbagai institusi seperti UI, Gunadarma, Borobudur untuk memberi tahu kepada mahasiswa yang
baru lulus di tempat tersebut ada lowongan
kerja. Jika perusahaannya tidak terkenal,
meski ditunggu sampai dua minggu pun,
biasanya hanya sedikit pelamar yang datang.
Dari sisi waktu dan biaya, dinilai Agatha
jauh lebih efisien WII dari segi waktu. “Tapi
apapun metodenya yang kita pakai, kita
tetap pakai yang itu tadi, sistem remunerasinya harus lebih baik dan kualifikasinya
jelas.” Sementara konvensional lebih banyak
memakan waktu, saya kira tidak juga. Di
kita kan paling lama lamaran tertumpuk
satu minggu saja. Namanya juga pekerjaan
call center. Apalagi yang namanya pekerjaannya ini kan short term atau long term
paling lama setahun. Kalau habis, kita
langsung gunakan pelamar lain. Makanya
untuk rutinintas, kita lebih suka yang
konvensional ketimbang WII.
Namun dari segi biaya, WII jauh lebih
mahal ketimbang konvensional mengingat
Media Prima harus menggunakan jasa
psikolog independen, dalam hal ini Media
Prima memakai jasa psikolog UI, untuk
lakukan interview. Sementara kalau konvensional, Media Prima sudah memiliki psikolog
khusus berdasarkan kontrak. “Biayanya
berbeda-beda. Kebetulan kami pakai interviewer yang jam terbangnya sudah tinggi dan
ahli. Untuk satu lembar interview dengan
waktu sekitar 10 menit saja, kami keluarkan
uang Rp.75 ribu. Makanya kita harus
imbangi dengan stok yang ada melalui
metode konvensional.”
Menanggapi image WII yang hanya diposisikan untuk level bawah, Agatha malah
mengaku tidak tidak bisa melihat dari sisi
baik atau buruk. “Saya sendiri melihatnya
dari dua sisi, satu sebagai pengguna, satu
sebagai pemberi jasa.” Dari sisi pengguna,
tentu ia akan mengatakan perusahaan punya alasan sendiri kenapa dia melakukan
hal itu. “Mungkin waktunya lebih hemat dan
biayanya lebih kecil, karena orang-orang
mereka sendiri yang menjadi interviewer.”
Tapi sebagai pemberi jasa kerja atau vendor, ia menilai bahwa metode WII untuk
posisi bawah sah-sah saja. “Tapi kalau
dikasihkan ke kami, kami akan bilang, eh
tunggu dulu. Kelanjutannya mau jadi apa
orang-orang ini. Kami ingin pelamar yang
diterima jelas dalam hal remunerasinya,”
imbuhnya kembali■
AGATHA V. SAVEFINA. HRD & Operational Manager PT. Media Prima HR Solution
K
emajuan sebuah perusahaan
tergantung pada banyak aspek,
mulai dari modal kerja hingga
para karyawannya. Proses perekrutan
yang baik untuk memperoleh karyawan
yang tepat di posisi yang tepat juga harus
diperhitungkan dengan matang. Perusahaan perlu mengetahui dengan jelas
karyawan seperti apa yang dibutuhkan,
dan bagaimana cara mencapai tujuannya
tersebut.
Tehnik perekrutan karyawan yang
dulu biasa digunakan perusahaan adalah
pelamar mengirimkan lamarannya dan
kemudian diseleksi, yang lulus seleksi
pertama, biasanya secara adminstratif,
akan dipanggil untuk wawancara atau
tahap penyeleksian berikutnya. Hal
tersebut kini sering disebut sebagai
tehnik konvensional.
Kini muncul tehnik baru yang disebut
walk in interview. Pada prakteknya, tehnik
ini melakukan proses seleksi awal yang
lebih cepat, di mana pelamar yang merasa
memenuhi kualifikasi yang diajukan atau
dipersyaratkan oleh perusahaan akan
datang secara bersamaan pada hari yang
ditentukan oleh perusahaan. Pada hari
tersebut pelamar akan langsung mengikuti seleksi awal yang berupa wawancara.
Meski telah marak digunakan oleh
perusahaan dalm melakukan perekrutan
karyawannya, menurut Theresia Maharini, Senior Consultant Experd, tehnik
walk in interview belum bisa dikatakan
telah menjadi tren perekrutan masa kini.
“Walk In Interview itu tujuan utamanya
adalah untuk menyaring kandidat yang
banyak sehingga proses selanjutnya bisa
lebih efisien,” ujarnya. “Jadi misalkan ada
500 pelamar tidak akan semuanya masuk
ke tahap berikutnya,” jelasnya.
Dikatakan Rini, walk in interview itu
juga merupakan salah satu bagian dari
proses seleksi. Perusahaan memutuskan
akan menggunakan tehnik walk in interview atau tehnik konvensional itu juga
tergantung dari posisi jabatan apa yang
tengah dibutuhkan. “Kalau posisi itu di
pasar kayaknya sumber daya manusianya
sangat banyak, dan perusahaan ingin
menarik kandidat awal yang sebanyakbanyaknya, maka perusahaan tersebut
sebaiknya menggunakan tehnik walk in
interview,” papar Rini. “Namun kalau
misalnya kandidatnya tidak banyak, dari
pada si perusahaan sudah menyiapkan
walk in interview dan pada akhirnya yang
datang tidak banyak, maka perusahaan
lebih baik menggunakan tehnik yang
banyak orang menyebutnya konvensional,” tambahnya lagi.
Dengan menggunakan tehnik walk in
interview, dapat mempermudah proses
perekrutan karena kandidat yang datang
itu langsung banyak sehingga menyebabkan pilihan bagi perusahaan juga
langsung banyak. “Dengan demikian,
21
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
H C
T r
e n d
PEREKRUTAN SECARA MASSAL
SEBAGAI SELEKSI AWAL
THERESIA MAHARINI. Senior Consultant Experd
maka si penyeleksi dapat memilih orang
dengan kriteria yang bisa langsung diamati.
Misalnya customer service, si pelamar bisa
komunikasi dengan lancar atau tidak,” tutur
Rini lagi.
Dari penjabaran di atas, dapat terlihat
pertimbangan apa saja yang membuat
perusahaan memutuskan untuk menggu-
nakan tehnik walk in interview, yaitu
pertama, jika sumber kandidatnya di pasar
sangat banyak, kedua, jika tahapan seleksi
berikutnya panjang sehingga penyaringan
pertama sangat perlu untuk mendapat
kandidat yang tepat maju ke tahap berikutnya, ketiga, tipe pekerjaan yang dibutuhkan,
pekerjaan yang dicari harus yang memiliki
kualifikasi yang mudah terlihat saat dilakukan proses walk in interview.
Rini juga menyarankan bagi perusahaan
agar dalam membuat lowongan tidak hanya
menggunakan nama posisi yang terkesan
tren, karena yang saat ini serigkali membuat
pelamar itu kesal adalah bukan karena proses
rekrutmennya tetapi setelah itu ada ketidakjelasan dari pekerjaan yang ditawarkan
seperti tidak adanya gaji pokok, training
untuk pengembangan dll. “Jadi perusahaan
dalam melakukan proses rekrutmen, baik
menggunakan tehnik walk in interview
ataupun konvensional, harus benar-benar
professional dan tidak ala kadarnya saja,”
katanya.
Menurut Rini, jika untuk posisi yang
cukup tinggi atau bisa dikatakan level manager, semakin tinggi posisi, biasanya tingkat
kompetensinya juga tidak dapat dilihat
secara sepintas seperti yang dilakukan
dalam walk in interview. “Dalam walk in interview, proses rekrutmen dilakukan secara
massal, jadi waktu yang diperlukan untuk
wawancara satu kandidat itu hanya sebentar. Sedangkan untuk level manager, untuk
tahapan awal, diperlukan waktu mungkin
hingga satu jam untuk setiap kandidat, dan
kalau satu jam itu bukan lagi walk in interview,” jelasnya. Namun Rini menambahkan
untuk perekrutan karyawan tetap juga
dimungkinkan menggunakan tehnik walk
in interview hanya saja proses selanjutnya
yang berbeda. Untuk mendapatkan orang
yang tepat untuk suatu posisi itu, masih
menurut Rini, bukan hanya tergantung pada
proses walk in interview tadi, tetapi juga
ketajaman alat-alat pengukur di tahap-tahap
berikutnya.
Agar walk in interview dapat berjalan
dengan baik, perusahaan harus melakukan
beberapa hal, diantaranya, pertama harus
menyediakan SDM penyeleksi yang cukup
agar orang tidak menunggu terlalu lama,
dan juga harus handal untuk menilai
seorang kandidat dalam waktu yang singkat., kedua harus jelas apa yang akan dinilai
dari kandidat dan alat-alat yang akan
digunakan untuk mendukung penilaian
tersebut, tempat penyelenggaraan dipilih
yang strategis agar mudah dicapai pelamar
juga besar atau sesuai dengan perkiraan
pelamar yang akan datang agar tidak terjadi
kelebihan orang, kalau ada pengumuman
untuk tahap berikutnya agar diberitahukan
dengan jelas. “Dengan demikian tehnik walk
in interview dari sisi biaya itu bisa dikatakan
lebih mahal dari tehnik konvensional,” ujar
Rini■
22
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
K o l e
g a
Pemikiran Besar
Ricky Sutanto
M
atahari sedang bersinar terik
tatkala di suatu siang bulan Sep
tember 2004 kami berkunjung ke
kawasan Kemayoran, Jakarta. Tujuan kami
adalah berbincang-bincang dengan pengusaha mapan Ricky Sutanto, yang dengan
tangan dinginnya telah ikut mengubah
wajah gersang Kemayoran menjadi pemukiman eksklusif di bawah bendera PT Blossom Utama. Blossom Residences, itulah
nama pemukiman tersebut. Di kawasan
yang sama, Ricky sedang mempersiapkan
proyek properti prestisius lainnya: sejumlah
apartemen. Salah satu apartemen itu akan
menjadi resort apartment pertama di Indonesia dan mungkin juga di kawasan ini.
Konsep resort apartment itu sangat unik
dan istimewa. Bangunan 36 lantai ini akan
dibuat bagaikan rumah lengkap dengan
fasilitas halaman namun terletak di udara.
Ke luar apartemen yang ada adalah koridor,
bukan deretan lift. Kalau tidak mau pakai
AC, tinggal buka jendela untuk menikmati
kesejukan angin. Mobil akan diparkir
langsung di lantai masing-masing, bukan
di lantai parkir seperti biasa. Apartemen ini
akan dijual masing-masing 2 lantai sehingga
jumlahnya hanya 16 unit saja. Harga per
unit diperkirakan Rp 15-25 miliar. Masih
cukup murah bagi kalangan berduit yang
selama ini banyak membeli apartemen di
Singapura seharga Sin$5 juta lebih.
Perbincangan dengan Ricky Sutanto
tentu bukan tentang proyek-proyek prestisius yang ingin diwujudkan kelompok
bisnisnya. Ia lebih tertarik berbicara tentang
upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat
banyak. “Rakyat masih banyak menderita
kemiskinan dan keterbelakangan,” kata
pembina dan penasehat Asosiasi Pedagang
Kaki Lima Seluruh Indonesia itu. Ia menilai,
kinilah saatnya bagi rakyat ikut berperan
dalam kebangkitan Indonesia. Terpilihnya
Presiden SBY adalah momentum tepat
untuk melakukan perubahan demi kemajuan bangsa. “Sebagai praktisi ekonomi, saya
ingin membantu Presiden dalam membangun kembali Indonesia yang kini jauh
tertinggal dibandingkan negara-negara
tetangga,” tambahnya.
Kesuksesan ekonomi Cina tak luput
menjadi perhatiannya. Banyak hal yang bisa
ditiru di balik kemajuan Cina itu. Negara
dengan penduduk 1,3 miliar itu berhasil
menjadi pasar yang besar sekaligus eksportir
terkemuka di dunia. Cina berhasil menyedot
arus investasi global. Sekarang pemerintahnya menganjurkan keluarga besar
setelah sempat membatasi jumlah anak
untuk setiap keluarga. Perubahan kebijakan
ini sejalan dengan keyakinan bahwa populasi adalah asset. Artinya, makin banyak
penduduk, makin sejahtera. Jumlah penduduk dunia kini sekitar 4 miliar orang.
Seandainya Cina bermaksud menggandakan
jumlah penduduknya, maka dunia akan
didominasi oleh orang Cina. Mereka membangun pasar konsumen terbesar di dunia.
Bercermin dari kesuksesan Cina itu, Indonesia – menurut Ricky – juga harus
mengambil langkah-langkah strategis ke
arah itu. Tugas utama Presiden Indonesia
adalah bagaimana menjadikan pasar konsumen terbesar keempat di dunia menjadi
pasar terkuat keempat di dunia. “Jadi, bukan
hanya dalam hal kuantitas, tetapi juga
secara kualitas,” ungkapnya dengan nada
tenang.
Lantas, bagaimana mewujudkannya?
Ricky bukan hanya sekedar berbicara hal
yang ideal. Hatinya tergerak untuk berbuat
sesuatu untuk mewujudkan Indonesia yang
sejahtera. Ia menuliskan pemikiran besarnya
dalam sebuah buku berjudul “2015, Kita
Terkaya No. 5”. Di mana lagi kalau bukan di
dunia. Mimpi? Pengusaha yang juga hobi
bernyanyi – telah merampungkan 4 album
– yakin, pemikiran besarnya bukanlah
sebuah mimpi atau omong kosong.
Dalam buku tersebut, Ricky membahas
partisipasi rakyat dalam Pemilu 2004,
strategi pelunasan utang luar negeri US$78
miliar, Zona Ekonomi ASEAN pertama
dengan Batam sebagai pusat kegiatan
ekonomi kawasan, menjadikan pulau
Galang sebagai Las Vegas dan obyek turisme
Indonesia, dan yang paling menarik adalah
gagasan Garden of Prayers – sebuah tempat
ibadah terbesar di dunia bagi semua umat
dari segala agama, di mana umat sembahyang dan saling menghargai satu sama lain.
Di sini akan dibangun rumah ibadah terbesar
di dunia untuk setiap agama. Pusat
peribadatan ini dilengkapi fasilitas hotel dan
komersial yang lengkap dan modern
sehingga orang-orang yang beribadah bisa
tinggal untuk waktu yang lama dengan
nyaman.
Garden of Prayers merupakan impian
Ricky sejak berumur 16 tahun. Ceritanya,
pada usia 16 tahun, ia dibangunkan pada
saat malam oleh cahaya yang menembus
atap ruang tidurnya dan suara yang sangat
merdu berpesan bahwa ia akan diberikan
kekayaan yang luar biasa namun harus
dipergunakan untuk kebaikan umat di
dunia. Pesannya cukup singkat tapi tajam
tertanam dalam ingatannya. Setelah
kejadian malam itu, Tuhan rupanya selalu
berkomunikasi dengan segala cara sehingga
akhirnya Ricky menangkap pesannya yang
jelas, yaitu membangun Garden of Prayers.
Di sini berlokasi mesjid terbesar di dunia,
gereja Protestan terbesar di dunia, gereja
23
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
K o l e
g a
Katolik terbesar di dunia, dan rumah ibadah
agama lain yang juga terbesar di dunia.
Semuanya berada dalam satu lokasi yang
nyambung.
Pesan gaib itu juga menjelaskan tempatnya antara bukit dan pantai, bercuaca dingin. Bayangan itu muncul silih berganti
tetapi lokasi yang sebenarnya tidak pernah
ketahuan. Menurut Ricky, pantai yang dingin
itu banyak, tetapi tidak ada gunungnya.
Begitu pula sebaliknya. Ia pergi ke Eropa,
ketemu banyak tempat di mana ada gunung
dan pantai yang dingin. Sayangnya, 3 bulan
menjadi es. Padahal, Garden of Prayers
harus buka sepanjang tahun.
Setelah mencari ke mana-mana di
seluruh dunia, dan tidak ketemu lokasi
dimaksud, ia mulai putus asa. Janganjangan ini hanya sekedar mimpi, pikirnya.
“Tiga puluh tahun lebih saya mencari, wajar
kalau saya mulai putus asa,” akunya.
Dalam pencariannya, Ricky sempat di
bawa temannya ke seorang paranormal di
kawasan Tebet, Jakarta, saat Presiden
Soeharto berkuasa. Begitu bertemu, si paranormal yang masih berusia muda itu
mengeluarkan peta. Ternyata, gambaran
yang disampaikan paranormal itu persis
sama dengan pesan gaib yang diterimanya.
“Saya menunggu pertemuan ini,” kata si
paranormal kepada Ricky. Tak lama setelah
pertemuan “iseng-iseng” itu, si paranormal
dijemput oleh Yang Maha Kuasa. Disusul
kemudian oleh teman yang mengajak Ricky
bertemu paranormal tersebut. Hingga kini,
Ricky tak mengerti apa makna dari kejadian
aneh yang menimpa paranormal dan
temannya itu.
Di tengah keputus-asaannya, suatu kali
tahun 2003 ia diberi kesempatan terbang
melewati Medan dan melintas di atas pulau
Samosir. Saat itu, ia setengah tidur ketika
tiba-tiba dibangunkan oleh pramugari. “Pak
Ricky sebentar lagi kita melewati Danau
Toba, mau lihat tidak?.” Dia bertanya pulau
yang di tengah itu, dan dijawab Samosir.
Kemudian Ricky bertanya kepada kapten
berapa suhu di sana. “Malam 16 derajat,
dan siang sekitar 22 derajat.” Udaranya
ternyata sangat dingin. Itu dimungkinkan
karena lokasinya di ketinggian. Inilah the
highest water level in the world. Ia melihat
awan menari-nari. Ricky pun merinding,
sambil tak lupa berdoa: “Terimakasih ya
Tuhan karena sudah memperlihatkan
tempat yang saya cari selama puluhan
tahun.”
Pulau Samosir adalah contoh keajaiban
ciptaan Tuhan. Di situ ada pantai dan gunung
yang duduk berdampingan secara serasi.
Dari Samosir melihat Sumatera tidak bisa,
begitu sebaliknya. Setelah diperiksa,
ternyata pulau Samosir dua kali lebih luas
daripada Singapura. Hari ini lagi dibangun
airport oleh Singapore Airlines. “Saya sudah
pikirkan rencana komprehensif soal ini.
Kalau tidak, kita hanya memble saja,”
tuturnya serius.
Ricky menyusun sebuah tim perencana
terdiri dari 29 profesor dan doktor yang
bekerja siang-malam selama 41 hari nonstop untuk menyiapkan konsep Garden of
Prayers. Buku rancangannya sudah hampir
jadi. Di lokasi ini akan dibangun berbagai
fasilitas modern selain rumah ibadah
seperti bandar udara internasional, pusat
studi keagamaan, pusat riset medis, sistem
perbankan yang aman dan bertaraf internasional, kawasan pemukiman seniman
dunia, dan pemberlakuan mata uang dunia.
“Pokoknya, kalau sudah rampung, Garden
of Prayers akan menjadi impian setiap orang,” katanya meyakinkan.
Untuk mewujudkannya, Ricky yakin tidak
butuh waktu lama. Banyak orang kaya yang
mau beramal untuk membangun rumah
ibadah. Banyak investor yang akan menanamkan uang setelah melihat konsep Garden of Prayers tersebut. Rencananya, di
lereng pulau Samosir akan dibangun patung
para pendonor (statues of thousand donors)
sebagai apresiasi terhadap sumbangsih
mereka. Perwujudan proyek ini akan
berjalan cepat. Rangkanya saja jadi, orang
sudah berdatangan melihat proses kontsruksinya. Ia berharap, proyek ini sudah bisa
dicanangkan dalam masa pemerintahan SBY
ini.
“Kita ini negara majemuk, makanya
dipilih Tuhan,” tambahnya. Indonesia adalah
miniatur dunia dengan keragaman yang
sangat luas. Sebagai negara besar, Indone-
sia harus menjadi pionir dalam menciptakan
kehidupan beragama di level internasional.
Selain bermanfaat positif bagi kemajuan
ekonomi Indonesia dan kehidupan beragama
di dunia, keberadaan Garden of Prayers
diharapkan juga akan mengikis habis praktik
KKN di Indonesia.
Di luar itu, Ricky mengusulkan dibentuknya Badan Pengembangan Ekonomi Nasional (Bapekonas), yang akan melaksanakan
langsung proyek pengembangan ekonomi.
Berbeda dengan Dewan Ekonomi Nasional
yang lebih berfungsi sebagai lembaga
pemikir, Bapekonas adalah lembaga pelaksana. Lembaga ini tidak menggunakan
anggaran pemerintah, tetapi akan berusaha
sendiri. Seperti Singapura yang punya Economic Development Board dan Reformation
Development Board, maka Indonesia perlu
membuat Bapekonas sebagai suplemen dari
lembaga-lembaga penggerak ekonomi yang
ada. Kalau pemerintah tidak mau dengan
gagasan ini?
“Ya tidak apa-apa. Berarti pemerintah
menolak investasi miliaran dolar yang bakal
masuk ke sini,” ungkapnya enteng. Sebagai
pengusaha, Ricky telah terbiasa bergerak
cepat dan penuh perhitungan. Saat mengusulkan pemikiran besarnya bagi kebangkitan ekonomi Indonesia, ia pun telah memikirkan secara detil bagaimana mengimplementasikannya. Sehingga, gagasan besar Ricky,
bukan lagi keniscayaan■
24
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
K o l e
g a
Resep Mawas Diri Budi Wisakseno
M
atch, Awareness, Willingness, An
ticipative dan Sensitive (atau
MAWAS) itulah resep yang dipercaya Budi Wisakseno dalam menjalankan
kehidupannya. Pada kenyataannya resep ini
tidak serumit kedengarannya, karena
sebenarnya hidup ini adalah kombinasi dari
bekerja keras untuk mencapai tujuan dan
realistik menerima keputusan Tuhan Yang
Maha Kuasa untuk hasil akhirnya, demikian
ungkap Presiden Direktur Bank Syariah
Mega Indonesia yang banknya resmi
beroperasi Agustus 2004 lalu sebagai bank
penuh berprinsip syariah ketiga di Indonesia. Mengalir dan sederhana, itu memang
kesan yang mudah ditangkap dari ayah dua
puteri yang genap berusia 50 tahun 18 Juni
2004 lalu. Ia sendiri mengakui perjalanan
hidupnya lebih banyak merupakan berkah
dari Yang Maha Esa. Menyadari itu, Budi
memfokuskan hidupnya pada keberkahan
Tuhan. Ia mengistilahkan dirinya militan
dalam beribadah,”bukan militant terhadap
orang lain, tapi pada diri sendiri agar saya
selalu punya malu kepada Allah SWT yang
selalu menghadiahi saya dengan kenikmatan,” ujarnya.
Bermimpi bekerja di perusahaan terkemuka saat lulus sekolah, Budi Wisakseno
justru memulai karier formalnya bekerja
sebagai pegawai admistrasi keuangan di
pabrik pompa tangan di kawasan Tangerang.
“Bayangkan Tangerang akhir tahun 70an
seperti apa? Padahal saya inginnya jadi
pegawai BNI, Pertamina, Bulog atau kalau
swasta ya Unilever lah…,” Budi tergelak.
Namun demikian tujuh bulan kemudian
sarjana Ekonomi lulusan Uiversitas Trisakti
ini akhirnya mendapat kabar gembira dari
Citibank tempat ia kemudian bekerja selama
3 tahun lebih, berawal dari accounting clerk
hingga menjadi senior clerk.
Dari Citibank Budi kemudian hengkang
ke Bank Duta di mana ia mendapat kesempatan memperoleh pendidikan Officer Development Program. “Waktu saya datang,
periode program sudah berjalan, jadi saya
harus menunggu 1,5 tahun bekerja dulu
sebagai Official Assistant Treasury,” katanya. Akhirnya Budi melewatkan 8 tahun
masa berkariernya di Bank Duta. Ia sempat
memegang berbagai bidang operasional
bank, namun transaksi luar negeri adalah
yang paling lama ia geluti.”Bank Duta seperti
sekolahan buat saya. Masa ini dapat
dikatakan sebagai stepping stone saya
menjadi expertise transaksi luar negeri. Pada
tahun 82 hingga 85 ada perubahan drastis
di sisi tata cara transaksi luar negeri dan,
Alhamdullillah, saya punya kesempatan
untuk menguasainya dengan baik,” tambah
Budi yang ketika meninggalkan Bank Duta
telah mencapai level Senior Manager.
Budi Wisakseno mendapat tawaran
untuk membantu realisasi program
mendevisakan Bank Perkembangan Asia
yang merupakan embrio dari Bank Universal. Keahlian dan pengalamannya memungkinkan Budi membangun departemendepartemen baru yang terkait dengan
transaksi luar negeri di Bank Universal. Budi
juga aktif menjadi instruktur program-program pelatihan dan perintisan kader
Kenapa tiba-tiba
beralih ke perbankan
syariah. Apakah ada
pencerahan secara
religius? Budi tertawa.
Pencerahan religius
saya justru terjadi jauh
saat saya berkarier di
bank umum, persisnya
Bank Universal.
eksekutif di bank tersebut. Berakhir sebagai
kepala divisi operasi yang berurusan dengan
transaksi luar negeri, Budi pun memilih
untuk berkarier di bank lain.
“Saya sempat bekerja di dua bank umum
lagi sebelum saya hijrah ke perbankan
syariah. Keduanya masih berurusan dengan
transaksi luar negeri. Pendeknya, saya
benar-benar jadi spesialis deh….” Ada
pengalaman menarik dalam periode itu, Budi
sebagai pegawai bank sempat berhadapan
langsung dengan Edy Tansil yang kasusnya
hangat mencuat di tanah air awal 90an. “Edy
Tansil itu adalah orang yang persuasive dan
persistent sekali dalam mencapai tujuannya. Hanya saja saya tetap melihat ada
potensi masalah dari kebutuhan transaksi
luar negeriya sehingga saya tidak dapat
meluluskan permintaannya,” Budi tertawa
kecil. Budi bahkan rela mengorbankan
kariernya saat penolakannya pada Edy
Tansil kemudian justru menjadikan kariernya terpojok karena manajemen bank
tersebut menganggap Budi tidak mau
bekerjasama. Apa yang dilakukan saat itu?
“Saya hanya berdoa, mecoba mencari
kesempatan berkarier di tempat lain dan
pasrah saja. Saya pikir toch saat itu itikad
saya baik, mempertahankan hal yang benar
secara etika maupun professional. Alhamdullillah ada teman yang menawarkan
pekerjaan lain. Ya saya terus pindah kerja
ke tempat lain yang justru benefit dan
kompensasinya jauh lebih besar dari
sebelumnya,” Budi tersenyum. Setelah itu,
setahun Budi sempat menjabat sebagai
kepala operasi sebuah bank joint venture,
akhirnya ia memutuskan untuk bergabung
dengan Bank Muamalat, membantu bank
Syariah pertama di Indonesia itu menjadi
bank devisa.
Dari spesialis ke generalis, Budi Wisakseno di Bank Muamalat sempat diberi
kepercayaan menjadi General Manager HR
dan kemudian Operasi. Hingga akhirnya
pada tahun 1995 ia mulai memegang posisi
Direktur, mulai dari Direktur Operasi dan
Administrasi, Kepatuhan hingga Direktur
Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia
Tbk.
Kenapa tiba-tiba beralih ke perbankan
syariah. Apakah ada pencerahan secara
religius? Budi tertawa. Pencerahan religius
saya justru terjadi jauh saat saya berkarier
di bank umum, persisnya Bank Universal.
Saat itu kalau diistilahkan hidup ini seperti
berkendara mobil di suatu track, saya itu
berputar balik melawan arus. Saya berkaca,
bertobat dan berdoa dengan pasrah karena
menyadari begitu banyak berkah dan
kenikmatan yang Allah SWT berikan pada
saya. Apapun yang saya minta, datang
langsung diberikan pada saya. Saya jadi
malu jika tidak bersyukur dan beribadah
padaNya. Itu lah titik balik saya,” sahut Budi
yang sempat menggambarkan dirinya
sebagai seorang perfeksionis, idealis, selalu
menurut peraturan dan memandang jauh
ke depan untuk setiap hal ini.
Kekaguman Budi pada prinsip ekonomi
syariah justru hadir di tahun keduanya
berkarier di Bank Muamalat. “Prinsipnya
manusia itu diwajib menjadi kaya oleh Allah. Tapi tentu saja kekayaan yang berkah.
Ada dua cara mencari kekayaan yang
berkah, yaitu dengan berniaga / jual beli dan
berproduksi /berkarya yang bisa diselaraskan dengan berinvestasi. Inilah dua prinsip
menjalankan ekonomi syariah, termasuk
perbankan syariah. Dan ada dua nilai yang
penting dalam menjalankan prinsip ini, yaitu
transparansi dan efisiensi, di mana keterbukaan, keadilan, kejujuran, kepercayaan dan
keakuratan termasuk di dalamnya. Sounds
simple, but quite meaningful andicable”
tuturnya.
Mengenai perkembangan dunia perbankan syariah sekarang bagaimana
menurut pandangan Budi Wisakseno.
“Sangat baik. Pesat sekali ya. Kini banyak
orang yang menyadari kehadiran bank
syariah meski harus diakui sedikit sekali
informasi yang mereka miliki. Ini adalah
homework buat kami kalangan perbankan
syariah untuk menyebarkan pengetahuan
mengenai bank syariah beserta benefitnya.
Insya Allah kami bisa lakukan itu,” katanya.
Apakah ada rencana menjadi konsultan
perbankan syariah? Budi wisakseno tersenyum, “mungkin belum bisa dikatakan
spesifik konsultan, tetapi pembina lah.Saya
ingin berkontribusi mengembangkan industri perbankan syariah di negeri ini. Rasanya
yang bisa saya sumbangkan secara real kan
ilmu yang saya miliki. Insya Allah,” demikian
Budi yang gemar mengoleksi burung
berkicau ini menutup wawancara dengan
HC■
25
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
K o l e
g a
Cinta & Passion Bayu Winarko
K
erja adalah cinta yang mengejawantah, sedangkan hasil adalah
buah proses yang kita hasilkan dari
kerja keras serta komitmen terhadap
pekerjaan yang dilakukan. Puitis sekali Bayu
Winarko menyatakan kiatnya bekerja. Tidak
mengherankan karena Senior Business
Analyst MarkPlus&Co ini memang sosok
yang memiliki komitmen tinggi terhadap
pekerjaannya. Pria kelahiran Jombang 23
Februari yang murah senyum ini rela
seringkali menghabiskan banyak waktunya
untuk menyelesaikan pekerjaan ketimbang
harus membiarkannya tertunda atau melewati tenggat yang telah ditetapkan. Apakah
ini artinya Bayu hidup untuk bekerja? “Bagi
saya hidup itu mesti bermanfaat bagi
keluarga, sesama dan semesta. Selama
kita masih berada di muka bumi, kerjakan
yang terbaik untuk diri kita dan keluarga,
perusahaan, sesama dan semesta,” demikian ia mengungkapkan. Tapi toch di tengah
kesibukannya ayah dari seorang putri ini
masih sempat menjalankan hobbynya, yaitu
membaca dan menonton film.
Bayu Winarko mengaku filosofi dalam
meniti karier di dunia konsultasi banyak
diilhami oleh dua orang konsultan kawakan
yang ia temui di awal karier. Yang pertama
adalah Heru prasetyo yang dulu adalah Coun-
try Manager Accenture Indonesia. Yang
kedua adalah Hermawan Kertajaya, Pendiri
dan CEO MarkPlus&Co. “Dari Heru Prasetyo
saya belajar untuk terus menerus melakukan pengembangan agar menjadi valuable
person di setiap pekerjaan yang saya
lakukan. Sementara Hermawan Kertajaya
mengajarkan pada saya bagaimana mencintai pekerjaan sebagai konsultan yang harus
memiliki passion for knowledge, passion for
business, passion for people dan passion
for service, agar dapat bertahan dan
berperan dengan baik sebagai konsultan,
businessman dan partner bagi customer
serta personil di kalangan internal,” katanya.
Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Indonesia jurusan manajemen ini dulu memang
memulai kariernya di Accenture, sebuah
konsultan internasional untuk manajemen
sebelum ia akhirnya hijrah ke MarkPlus&Co
yang dikenal sebagai perusahaan konsultan
terkemuka asli Indonesia yang berfokus di
bidang strategi pemasaran, tempat ia
berkarier hingga sekarang.
Mengenai industri bisnis konsultasi,
Bayu melihat perkembangan yang cukup
pesat di Indonesia. “Hal ini terjadi seiring
dengan semakin tingginya kesadaran
kalangan bisnis untuk menyusun strategi
dan manajemen perusahaan secara efektif
dan efisien. Persaingan yang ketat seiring
dengan berkembangnya regionalisasi dan
globalisasi akan mendorong kebutuhan
kalangan bisnis akan bantuan pihak lain di
luar perusahaan, baik sebagai second
oppinion, input atau problem solver,”
ungkap Bayu. Hanya saja Bayu mengakui
bahwa memang hingga saat ini belum terlalu
banyak perusahaan di Indonesia yang
memanfaatkan jasa konsultan, terutama
konsultan lokal untuk strategi dan manajemen. “Kesadaran yang mulai muncul akan
kebutuhan bantuan konsultan tampaknya
tidak langsung mendorong perusahaan
untuk langsung action memanfaatkan jasa
konsultan. Mungkin memang harus perlahan-lahan. Bertahap lah,” tambahnya.
Pernah bekerja di konsultan asing dan
lokal, adakah bedanya? Bayu yang tulisannya kerap muncul di berbagai media,
khususnya di kolom strategi marketing, ini
tertawa kecil. “Yang jelas tantangan bekerja
sebagai konsultan lokal besar lah. Kita
dituntut untuk memberi value yang sama
seperti yang dihasilkan konsultan-konsultan global dan regional yang bergerak di
bidang yang sama. Dan sebagai konsultan,
baik lokal maupun global, kita dituntut untuk
selalu terdepan dalam pengetahuan dan
strategi karena ini sangat diperlukan dalam
membantu klien. Ide yang breakthrough,
fresh dan implementable serta solution oriented adalah hal-hal yang sangat diharapkan
oleh klien dari konsultannya,” tutur Bayu.
Bagaimana meningkatan industri konsultasi, khususnya yang lokal menurut Bayu?
“Ya… salah satunya adalah menciptakan
SDM yang berkualitas untuk mengisi posisi
konsultan. Kualitas ini meliputi intelektual
dan kreatifitas,” sahutnya. Jadi Bayu, dengan
segala kiat dan filosofimu, siapkah menjadi
inspirasi bagi para konsultan muda ke
depan?■
Formulir Berlangganan
Pembaca yang terhormat,
z Tabloid Human Capital ( HC ) merupakan media
pertama di Indonesia yang berfokus pada berita
dan informasi seputar Sumber Daya Manusia dan
penyajian informasi sangat informatif serta disain
tabloidnya sangat menarik.
z HC ditujukan bagi berbagai kalangan dan terbuka
bagi siapa saja yang tertarik pada sumber daya
manusia.
z Dengan ragam rubrikasi yang sangat menarik
untuk pengembangan karir, kiat sukses, isu
permasalahan dan alternatif solusi di bidang
sumber daya serta rubrik lainnya.
z HC merupakan media komunikasi potensial bagi
para pengguna iklan untuk memasarkan produk
maupun corporate image mengingat pembaca tabloid HC adalah kalangan menengah, menengah
atas
z Untuk itu, kami memberikan penawaran yang
menarik & mudah kepada Anda guna mendapatkan
Tabloid Human Capital (HC) setiap terbit / edisi
dengan cara berlanggan.
z Cukup dengan menghubungi nomor telepon
telepon (62-21) 5220575 - 52901022 atau
mengirimkan form langganan ke faksimili (62-21)
52901024.
Kami pastikan Tabloid Human Capital (HC) akan
hadir tepat waktu di alamat yang Anda kehendaki.
Terima kasih.
Mohon dikirim tabloid HC
Nama
Perusahaan / instansi
Alamat
Telp
Alamat Rumah
Telp
E-mail
Pesanan tiap edisi
HumanCapital, untuk dan atas nama kami :
: ……………………………………..
: ……………………………………..
Jabatan
: ……………………………….…….
Kota
: ……………………………….…….
Kode pos
: ……………………………………..
Faks
: ……………………………….…….
: ……………………………….…….
Kota
Kode pos
: ……………………………….……..
Faks
: ……………………………….……..
: …………………… Eksemplar
Mulai edisi
: ……………….… s/d ………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
Daftar Harga Langganan (per-eksemplar)
Harga : Rp. 6.750,- / Eksemplar
Periode
† 2 tahun (24 edisi)
† 1 tahun (12 edisi)
Harga Normal
Rp. 162.000,Rp. 81.000,-
Diskont
20% (Rp.32.400,-)
10% (Rp.8.100,-)
Harga Pelanggan
Rp. 129.600,Rp. 72.900,-
* Untuk Pelanggan di luar Jakarta tambah ongkos kirim
Pembayaran :
………, ………………………………. 2004
Hormat kami,
† Transfer a/n PT. Bina Semesta Giartha Lestari,
Citibank No. Rek. 8000494690
(bukti transfer dikirim melalui faksimili)
( ………………………………)
LENGKAPI
KOLEKSI
HC ANDA
Hubungi TOMY untuk pemesanan di telp. 021-5220575; fax. 021-52901024
26
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
Konsultasi Hukum Ketenagaker jaan
Diasuh oleh: A. Kemalsjah Siregar
PHK Tanpa Pesangon
PHK TANPA PESANGON
Bapak Kemal Yth
Karena beban kerja sangat menurun
sehingga tidak ada lagi pekerjaan bagi
sebagian besar pekerja kami, maka Perusahaan kami mengalami kesulitan keuangan
yang sangat parah. Hal ini sudah berlangsung selama 2 tahun. Selama ini semua
pekerja hanya dibayarkan 50% dari upah
pokok saja sedangkan semua tunjangan
tetap dan tidak tetap tidak dibayarkan lagi.
Kami ingin mem PHK mereka namun tidak
mampu membayarkan pesangonnya yang
sangat besar. Kami mohon petunjuk
bagaimana menyelesaikan masalah ini
misalnya apakah kami dapat me PHK para
pekerja kami tanpa membayar pesangon.
Terima kasih atas jawaban Bapak.
Johny Sembiring
Perumahan Binong Indah
Tangerang
Jawab
Setiap keputusan akan melakukan PHK
harus memperhatikan alasan-alasan PHK
yang tercantum dalam UU No. 13/2003.
Apabila Bapak mau mengurangi jumlah
pekerja tanpa menututp perusahaan maka
Bapak dapat menggunakan alasan efisiensi
dalam Pasal 164 (3) UU No. 13/2003. Hak
pekerja yang di PHK adalah pesangon
sebesar 2 x Pasal 156 (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 x Pasal 156 (3)
dan penggantian hak sesuai Pasal 156 (4)
UU No. 13/2003. Apabila Bapak tidak
mampu membayar sesuai ketentuan
tersebut maka hal ini dapat dibicarakan
dengan para pekerja yang akan di PHK.
Tentunya melihat keadaan perusahaan yang
sudah sedemikian sulitnya para pekerja
akan dapat mengerti dan mau menerima
pembayaran kurang daripada yang seharusnya mereka terima, Kuncinya adalah
bersikap jujur dan terbuka kepada mereka
mengenai kesulitan keuangan yang luar
biasa yang diderita oleh perusahaan. Kalau
perlu tunjukkan semua bukti keuangan
sehingga mereka akan percaya.
PEKERJA MANGKIR
Bapak Kemal Yth
Dalam Pasal 168 (1) UU No. 13/2003
dinyatakan bahwa pekerja yang mangkir 5
hari kerja berturut-turut atau lebih tanpa
keterangan secara tertulis yang dilengkapi
dengan bukti-bukti yang sah dan telah
dipanggil oleh pengusaha 2 kali secara patut
dan tertulis dapat diputus hubungan
kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri. Pengertian saya adalah bahwa
karena dikualifikasikan mengundurkan diri
maka perusahaan tidak perlu memproses
PHK yang bersangkutan karena PHK terjadi
serta mereta atas dasar pengunduran diri.
Mohon pendapat Bapak apakah memang
demikian pengertian yang dimaksud dalam
Pasal 168 (1) UU No. 13/2003.
Safitri Widyaningrum
Kelurahan Karet
Jakarta Selatan
Jawab
Kami berpendapat bahwa yang dimaksudkan sebagai dikualifikasikan mengundurkan diri dalam Pasal 168 (1) UU No. 13/
2003 adalah bahwa alasan PHK yang dapat
diajukan perusahan kepada P4D atau P4P
adalah bahwa pekerja dikualifikasikan
mengundurkan diri karena mangkir. Bukan
diartikan bahwa PHK sudah terjadi serta
merta karena pekerja dianggap mengundurkan diri karena mangkir. Untuk PHK itu
sendiri perusahaan tetap wajib mengajukan
permohonan ijin PHK ke P4D atau P4P,
tergantung jumlah pekerja yang akan di PHK.
Dengan demikian, apabila perusahaan tidak
mengajukan permohonan ijin PHK maka
hubungan kerja tetap berlangsung dan
apabila ini dibiarkan maka akan dapat
menimbulkan beban biaya bagi perusahaan
untuk membayarkan upah pekerja sampai
adanya ijin PHK dari P4D atau P4P.
PHK TANPA PENETAPAN
KARENA PELANGGARAN BERAT
Bapak Kemal Yth
Pasal 158 (1) UU No. 13/2003 menyatakan bahwa pengusaha dapat memutuskan
hubungan kerja terhadap pekerja dengan
alasan pekerja telah melakukan kesalahan
berat sebagaimana tercantum dari huruf a
sampai dengan j. Pasal 159 menyatakan
bahwa pekerja yang tidak menerima di PHK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158
(1) dapat mengajukan gugatan ke lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Pertanyaan kami adalah apakah
berdasarkan Pasal 158 (1) maka sekarang
ini pengusaha dapat serta merta mem PHK
pekerja tanpa mengajukan permohonan ijin
dan mendapatkan ijin PHK dari P4D atau
P4P?
Anton
PT Kualitas Utama Sejati
Jakarta
Jawab
Sampai saat ini UU No. 22/1957 dan UU
No. 12/1964 masih berlaku dan karenanya
tatacara PHK masih merujuk pada kedua
UU tersebut. Pasal 3 (1) UU No. 12/1964
menyatakan bahwa pengusaha baru dapat
melakukan PHK setelah mendapatkan ijin
dari P4P. Dengan demikian sampai dicabutnya kedua UU tersebut maka dalam
melakukan PHK bagi pekerja yang melakukan kesalahan berat pengusaha tetap wajib
mengajukan permohonan ijin PHK ke P4D
atau P4P tergantung dari banyaknya pekerja
yang akan di PHK. Selama belum adanya
ijin PHK maka hubungan kerja tetap
berlangsung dan pekerja tetap merupakan
pekerja perusahaan sehingga berhak menerima semua haknya seperti sediakala.
PUTUSAN PTTUN KASUS PT DI
Yth, Bang Kemal
Saya orang baru dalam dunia HRD,
banyak hal yang saya tidak mengerti tapi
ada beberapa hal diprioritaskan untuk saya
tanyakan berhubungan dengan masalah
pengunduran diri.
1. Apa yang didapat pekerja apabila mengundurkan diri? Apakah termasuk pesangon dan
masa penghargaan?
2. Apabila berkenan, mohon dirinci apa yang
menjadi hak pekerja yang bersangkutan?
Terima kasih atas bantuan dan perhatiannya.
Sabar
Eka Bhakti
Cimahi
Jawab
Masalah pengunduran diri pekerja diatur
dalam Pasal 162 UU No. 13/2003. Berdasarkan Pasal 162 (1) pekerja yang mengundurkan diri berhak atas uang penggantian
hak dalam Pasal 156 (4) UU No. 13/2003.
Tidak ada aturan dalam Pasal 162 yang
mewajibkan perusahaan untuk membayarkan uang pesangon dan uang masa penghargaan masa kerja bagi pekerja yang
mengundurkan diri. Karenanya, walaupun
pekerja memintanya, tidak ada kewajiban
perusahaan untuk membayarkan uang
pesangon dan uang masa penghargaan
masa kerja bagi pekerjanya yang mengundurkan diri. Dilihat dari sisi pekerja maka
ketentuan ini dapat dikatakan merupakan
kerugian karena nilai yang didapat pekerja
lebih rendah daripada apa yang tercantum
dalam Pasal 26 Kep-150/Men/2000 yang
memberikan hak kepada pekerja yang
mengundurkan diri untuk mendapatkan
membayarkan uang masa penghargaan
masa kerja dan uang penggantian hak.
Selain uang penggantian hak, berdasarkan Pasal 162 (2) bagi pekerja yang tugas
dan fungsinya tidak mewakili kepentingan
pengusaha secara langsung mereka berhak
atas pembayaran uang pisah. Karena
penentuan besarnya dan pelaksanaan
pemberian uang pisah dalam peraturan
perusahaan diatur oleh perusahaan maka
setiap perusahaan bebas menentukan (a)
golongan atau jabatan pekerja yang tugas
dan fungsinya tidak mewakili kepentingan
pengusaha secara langsung dan (b) besaran dari uang pisah dan bagi pekerja.
Berdasarkan ketentuan ini maka bagi
mereka yang tugas dan fungsinya mewakili
kepentingan pengusaha secara langsung
misalnya para pekerja di tingkat manajemen
bisa saja tidak akan berhak atas uang pisah
ini.
Kirimkan pertanyaan Anda ke Redaksi Human Capital
A. Kemalsjah Siregar
Partner Kemalsjah Cembyn & Affriline
Attorneys At Law
27
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
T i p s P r a k t i s
MENGATASI LINGKUNGAN KERJA
YANG MENEGANGKAN, SULITKAH?
W
ulan hari ini sakit lagi. Setiap kali
ia harus menghadiri pertemuan
bulanan divisi selalu ia punya
keluhan dengan kesehatan. Bukannya ia
bikin-bikin, tapi memang stress betulan.
“Tempat kerja aku itu pacenya cepat sekali.
Situasinya pun begitu demanding. Yang
namanya tepo sliro itu udah jadi barang
langka. Seolah-olah semua orang di organisasi itu hanya paham target dan target, dan
seringkali tidak mempedulikan bagaimana
proses pencapaiannya,” demikian keluhnya.
Santo seorang karyawan di perusahaan
lain belum lama akhirnya mengundurkan
diri dari pekerjaannya. “Saya dapat beasiswa
terus mau belajar dulu deh ke luar negeri
mumpung masih muda,” katanya. Dapat
beasiswa memang keberuntungan yang
membantu Santo melepaskan diri dari
lingkungan kantor yang diakuinya kurang
menyenangkan. “Tegang banget! Rasanya
yang namanya misi perusahaan menciptakan lingkungan dan pengalaman terbaik
bagi stakeholder hanya jadi kata-kata aja.
Sebenarnya sih dari sisi performa tidak ada
masalah. So far team kerjanya bisa memenuhi harapan. “Tapi yang gak ketahan tuh
persaingan antar individu. Waduh… kayaknya gak boleh salah dikit, langsung diserang
dari berbagai jurusan. Dan gak boleh
ketinggalan dikit, lengah dikit, ide bisa
keburu jadi milik orang lain. Dan konyolnya,
atasan kayaknya oke-oke aja dengan situasi
kayak gitu, karena katanya dulu juga dia
dididik begitu.”
Wulan dan Santo hanya sebagian kecil
dari beberapa karyawan yang mengalami
tekanan dari lingkungan kerjanya. Dipikirpikir apa iya ya ada orang yang tahan dalam
situasi seperti itu? Tapi jangan salah, ada
juga lho yang bisa. Beberapa nara sumber di
bawah ini mungkin bisa jadi referensi Anda:
HERI, Sales Supervisor
Kalau saya sih sudah terbiasa bekerja
dengan target. Karena penghasilan saya
sangat ditentukan oleh pencapaian target
saya. Berat? Ya sudah pasti, apalagi waktu
di awal saya diberi masa percobaan 3 bulan
yang jika terbukti saya tidak bisa berjualan,
ya dikeluarkan. Belum lagi pencapaian kami
selalu dipantau dan didisplay di kantor. Tapi
mungkin saya tipe orang yang suka tantangan. Jadi saya membuat target pada diri
sendiri yang bahkan lebih tinggi daripada
target yang diberikan kantor saya. Misalnya,
kantor menentukan setiap hari saya harus
bertemu 3 calon pembeli potensial, saya
menargetkan minimal 5. Anda bisa bayangkan bagaimana saya harus mengatur waktu
menemui 5 orang yang lokasinya tidak
jarang berjauhan satu sama lain, di Jakarta
pula. Dan dengan sengaja saya membuat
janji dengan orang-orang itu lewat telpon
terlebih dahulu sehingga saya tak punya
alasan untuk tidak datang. Berat sekali di
awal, tapi lama kelamaan saya terbiasa. Saya
jadi sangat menghargai waktu, disiplin
dengan jadwal, dan ujung-ujungnya menghargai orang lain.
RARA, Product Development Manager
Lingkungan kerja saya termasuk tough.
Memang credo kerja organisasi tempat saya
bekerja itu, tepat, cepat dan akurat. Jadi tidak
ada ruangan buat keterlambatan, kesalahan
dan keteledoran. Dalam bekerja kami
berkomunikasi melalui email yang tidak
jarang menjadi media ‘penghujatan’ apabila
ada ketidaksesuaian yang dilakukan oleh
seseorang, be it small mistake, delay or just
tiny lack of care. Bayangkan email itu kan
menghantar berita ke seluruh penjuru dalam
waktu yang sangat singkat. Habis itu mau
ke toilet aja rasanya malu banget. Ampun
deh! Awalnya memang menyebalkan. Selalu
tegang dan takut salah. Tapi lama-lama, saya
merasa justru banyak dibantu oleh budaya
itu. Saya jadi terpacu untuk berpikir cepat,
selalu memperhitungkan resiko dan mengantisipasi kemungkinan yang bisa terjadi
secepat dan seakurat mungkin. Saya terlatih
untuk selalu membuat check list yang
menjadi panduan arah saya serta membuat
target penyelesaiannya. Dan untuk hal-hal
yang berpotensi tertunda atau bermasalah,
umumnya saya sudah pikirkan antisipasinya. Jadi jika terjadi yang tak diinginkan
saya punya plan kedua yang umumnya bisa
memberikan saya alasan untuk menyelesaikannya. Dan kalau sampai itu gak berhasil
juga, ya jurus pamungkas saya adalah
menjabarkan masalah itu segera lengkap
dengan semua langkah yang sudah saya
ambil. Setidaknya kalau ada yang mencela
saya dan terus menawarkan solusi yang
sudah pernah saya ambil, bisa saya cela
balik… He…he…
RISWAN, Procurement Manager
Wah.. memang berat bekerja di lingkungan yang membuat kita stress. Tapi
herannya kok ternyata saya bisa juga ya.
Padahal ini pengalaman pertama lho! Tempat
saya bekerja sebelumnya santai dan sangat
kekeluargaan. Jadi bisa bayangkan bagaimana saya shock-nya setiap hari harus head
on dengan masalah yang seringkali membuat saya konflik dengan orang lain. Saya
sempat menyerah dan berbincang dengan
Kepala Personalia yang notabene adalah
orang yang menawarkan saya posisi ini. Tapi
pembicaraan yang tadinya saya harap
hasilnya bisa berpihak ke saya, ternyata
justru jadi menohok saya sendiri. Waktu saya
jabarkan masalah saya, dia menjawab
dengan enteng: “Sejak awal kami sudah
sampaikan bahwa kami tengah melakukan
perubahan organisasi yang sudah tentu
sangat berpengaruh pada aktifitas bekerja
sehari-hari.Anda dulu dipilih karena dianggap mampu menggantikan manager lama
yang menurut kami tidak mampu mengelola
ini. Itu sebabnya benefit dan kompensasi
Anda juga kami sesuaikan dengan tekanan
yang sudah kami duga akan Anda alami.
Sekarang jawabannya ada di Anda sendiri.”
Begitu katanya. Wah… malu juga. Sempat
merasa marah dan dilecehkan, tapi di sisi
lain saya melihat kebenarannya. Kalau
memang saya menyerah, ya keluar saja.
Mudah kan? Dan akhirnya, saya justru
memilih untuk membuktikan bahwa saya
memang pantas untuk posisi itu.
FERRY, Account Executive
Tekanan berat di lingkungan kerja
biasanya saya hadapi dengan professional
aja. Artinya gini, saya ikuti saja kecepatannya, trendnya, kebiasaannya dalam konteks
pekerjaan. Kalau memang organisasinya
dan tipe pekerjaannya mengharuskan kita
cepat dan menuntut, ya itu lah yang saya
lakukan. Marah-marah? Gak perlu. Kan kita
bisa menegur dan menekan orang tanpa
harus keras-kerasan dan marah. Di sisi lain,
kita juga harus siap dikomplain dan ditekan.
Head on sama teman kerja? Kalau itu
konteksnya pekerjaan, tentu hasilnya untuk
kebaikan team atau perusahaan, kenapa
tidak? Kan gak perlu sampai harus bantingbanting barang, bisa argumentasi saja. Dan
satu hal…, nothing’s personal. Ini kerjaan.
Setelah itu mau ketawa cekikikan atau
makan bareng, ya gak jadi masalah■
28
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
K O L O M
PEKERJAAN RUMAH DI BIDANG
PENGEMBANGAN SUMBERDAYA
MANUSIA DI INDONESIA
OLEH : IVAN TAUFIZA*
- STRATEGI PENGEMBANGAN KEAHLIAN NASIONAL -
L
aporan World Economic Forum
melalui Global Competitiveness Re
port 2003-2004 telah memberikan
gambaran tentang daya saing bangsa Indonesia dalam kategori Business Competitiveness Ranking yang berada pada nomor 60
dari total sebanyak 95 negara. Daya saing
Indonesia tetap berada jauh dibawah negara
kawasan lainnya seperti Singapura (8),
Malaysia (26), Thailand (31), bahkan Vietnam (50). Indonesia hanya ‘unggul’ tipis
dari Phillipina yang berada di posisi 64.
Melalui laporan World Economic Forum ini
semakin menggambarkan ketatnya kompetisi dunia usaha di dalam maupun luar
negeri, sehingga tidak ada pilihan lain bagi
pemerintah Indonesia mendatang untuk
kembali fokus dan merumuskan kebijakan
yang menyeluruh terhadap peningkatan daya
saing di dalam bidang penguasaan teknologi, reformasi birokrasi aparat-aparat
negara, perangkat hukum dan birokrasi
berupa peningkatan pelayanan publik
sekaligus komponen paling fundamental di
dalamnya yaitu peningkatan daya saing
manusia Indonesia melalui pengembangan
keahlian agar semakin maju dan berkembang.
Apabila mengacu kepada indikatorindikator yang dipakai oleh World Economic
Forum untuk mengukur Global Competitiveness isinya mengukur seberapa besar
kekuatan dan kelemahan ekonomi secara
kompetitif sebuah negara dibandingkan
negara lain - maka akan terlihat bahwa faktor
tingginya penguasaan serta inovasi di
bidang teknologi, komitmen pemerintah
untuk melakukan reformasi terhadap
institusi publik, intervensi pemerintah
dibidang makroekonomi ditambah dengan
komponen-komponen relevan lainnya
seperti produktifitas, pengembangan tenaga
kerja dan lingkungan hidup.
Kelemahan umum yang menjadi alasan
rendahnya daya saing manusia dan pekerja
Indonesia sangat terlihat dari rendahnya
penguasaan keahlian dasar seperti komunikasi misalnya penguasaan bahasa asing,
keahlian negosiasi, administrasi dst,
keahlian yang berhubungan antar pribadi
(interpersonal) misalnya bagaimana membangun jaringan (develop networking), tidak
fokus dalam mengembangkan kepemimpinan diri (leadership). Rendahnya kompetensi dan penguasaan keahlian-keahlian
dasar seperti diatas mudah kita temukan
dalam aktifitas sehari-hari di lapangan. Mulai
dari petugas pelayanan publik pada tingkat
pusat dan daerah, pekerja informal di multisektor, pekerja formal di kalangan korporasi,
bahkan pada level pekerja senior yang bekerja
di perusahaan multinasional asing. Lemahnya keahlian dasar tadi sudah terjadi sekian
lama tanpa ada intervensi yang menyeluruh
dari pemerintah untuk melakukan perbaikan
daya saing manusia Indonesia.
Secara prinsip untuk dapat meningkatkan daya saing dibutuhkan manusia yang
mampu memberikan berkontribusi dan
terlibat secara aktif terhadap keputusankeputusan yang mempengaruhi dunia
investasi atau pekerjaan itu sendiri. Melalui
pengembangan keahlian nasional diharapkan mampu membangun kemampuan
manusia Indonesia untuk terlibat dalam
aktifitas pekerjaan mereka baik secara formal maupun informal. Pada dunia kerja
misalnya bentuk kontribusi terhadap
produktifitas, bagaimana organisasi dapat
bekerja dengan lebih efektif dan efisien,
penguasaan teknologi dst. Di dalam usaha
skala kecil keahlian berupa kewirausahaan,
kemampuan dasar management, dst.
Tujuan dan prioritas pengembangan keahlian ini ditujukan untuk membuka peluangpeluang baru bagi mereka yang masih
bekerja maupun yang sedang tidak bekerja,
lulusan sekolah menengah atau perguruan
tinggi yang baru memasuki dunia kerja dan
kepada pekerja yang memasuki masa
pensiun, wanita dan pria yang memiliki
keterbatasan yang sudah terlalu lama tidak
pernah mendapatkan perhatian dan tidak
dimanfaatkan kemampuannya.
Untuk dapat memperbaiki daya saing
bangsa Indonesia diperlukan komitmen
kuat dari pemerintah sebagai regulator
sekaligus lokomotif penggerak pengembangan kualitas SDM. Sudah saatnya
pemerintah melakukan pengukuran (assessment) yang realistis tentang keahlian
apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh
negara.. Fokusnya kepada keahlian dan
kompetensi apa yang diperlukan untuk terus
produktif, memiliki daya saing internasional,
fleksibilitas dan kemampuan mobilitas dari
pekerja. Seperti pada banyak negara berkembang yang berhasil meningkatkan daya
saing manusianya diperlukan sebuah
inisitif yang dikelola oleh lembaga yang
tugas utamanya adalah membuat dan
mengembangakan keahlian sumber daya
manusia secara menyeluruh. Dalam konteks Indonesia, penulis menyarankan
pemerintah mendatang membentuk otoritas
atau lembaga khusus sebut saja lembaga
tersebut adalah Lembaga Keahlian Nasional
(LKN) yang anggotanya berasal dari beragam
perwakilan seperti asosiasi pengusaha, universitas, asosiasi profesi, serikat pekerja,
wakil pemerintah dan organisasi lain yang
mewakili komunitas dan pengembangan
khusus. Tugas dan fungsi utama LKN adalah
pertama memberikan usulan kepada menteri tenaga kerja tentang bagaimana
mengembangkan keahlian SDM jangka
pendek, menengah dan panjang di Indonesia. Kedua melakukan kerja sama saling
menguntungkan dengan department pendidikan dalam penerapan strategi pengembangan keahlian berdasarkan skala prioritas
dan persetujuan bersama. Ketiga memberikan laporan secara periodik dan terbuka
kepada pihak terkait tentang kendalakendala yang dihadapi, perkembangan serta
pencapaian penerapan strategi pengembangan keahlian tersebut secara nasional
kepada menteri tenaga kerja.
Penerapan dari strategi pengembangan
keahlian nasional baik secara kolektif
maupun individu harus menyatu dengan
visi dan tujuan daya saing bangsa Indonesia di masa mendatang. Strategi pengembangan keahlian nasional ini akan menjadi
salah satu komponen esensial dalam upaya
peningkatan daya saing, kualitas dan
kesejahteraan manusia Indonesia secara
menyeluruh. Faktor-faktor lain yang menjadi
pertimbangan utama bagi LKN dalam
membuat strategi pengembangan keahlian
nasional adalah mengikut-sertakan program-program serta rencana jangka menengah-panjang seperti perbaikan sekolah dan
institusi pelatihan, pelatihan tingkat
lanjutan disertai dengan inisiatif riset dan
kewirausahaan dalam pengembangan
ekonomi rakyat.
Dalam waktu lima tahun mendatang,
dengan adanya perubahan globalisasi yang
terjadi begitu cepat apabila Indonesia ingin
meningkatkan daya saing manusianya minimal dibandingkan dengan negara-negara
kawasan ASEAN ada beberapa perubahan
atau kendala besar yang harus dihadapi
adalah yaitu bagaimana merubah sekaligus
meningkatkan budaya pembelajaran yang
semakin berkualitas (culture of high quality lifelong learning), pengembangan dalam
keahlian mengelola diri (self management),
peningkatan keahlian dalam berinovasi dan
berpikir strategis (thinking).
Setiap target atau sukses indikator yang
akan diusulkan oleh LKN melalui strategi
pengembangan keahlian nasional bukanlah
sebuah sukses indikator pencapaian yang
hanya bersifat statis, karena indikator tadi
harus cukup fleksibel untuk disesuaikan
dengan kebutuhan sektor-sektor baru dan
sejalan dengan tujuan nasional yang
dinamis. Adalah sangat penting dalam
mengembangkan keahlian nasional untuk
mendapatkan beragam masukan dari department tenaga kerja tingkat propinsi
maupun forum-forum pelatihan di tingkat
wilayah, terutama di dalam membuat
kerangka sukses indikator dalam strategi
pengembangan keahlian khusus. Tidak
kalah penting dilaksanakannya sosialisasi
program melalui dialog dengan pengusaha,
pekerja, penyedia jasa pendidikan dan
pelatihan serta perwakilan dari komunitas
khusus untuk mendapatkan masukan
apakah usulan pengembangan yang diberikan realistis, dapat dikerjakan namun cukup
ambisius untuk menjamin terjadinya
revolusi perubahan perilaku terhadap
investasi yang berkelanjutan di bidang
keahlian SDM■
* Penulis adalah Pengamat dan Praktisi
Sumber Daya Manusia
29
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
K i a t
Empat Hukum Kepemimpinan Dalam Perusahaan
M
elakukan perubahan adalah tugas utama seorang
eksekutif. Tiap hari eksekutif berkutat dengan
segala hal yang berbau perubahan, dan ia berperan
besar dalam setiap proses perubahan. Tanpa dukungan dan
dorongan pimpinan, niscaya perubahan bisa terlaksana
secara efektif dalam setiap perusahaan. Pakar manajemen
dari Columbia University Graduate School of Business Prof.
Michael Feiner menyebutkan 4 hukum yang harus dipahami
oleh setiap pemimpin dalam melakukan perubahan:
1. The Law of the Burning Platform
Bila seorang pemimpin ingin meraih sukses dalam upaya
perubahan – dalam departemen, seksi, divisi, di perusahaan
anak, atau di perusahaan itu sendiri – langkah pertama
yang harus Anda lakukan adalah meyakinkan orang lain
bahwa perubahan tak terelakkan. Bahwa tanpa perubahan,
kondisi akan sangat menyakitkan. Platform bisnis saat ini
lebih baik dihancurkan kalau tidak ia akan menghadapi masa
depan yang semakin sulit. Kegagalan menyampaikan pesan
ini kepada seluruh jajaran organisasi akan menyebabkan
perubahan sulit terlaksana secara baik.
Sebagai contoh, sering sekali pimpinan senior memutuskan untuk mengganti kultur dari organisasi. Tingginya
tingkat ke luar-masuk karyawan (turnover) menyadarkan
mereka bahwa kultur yang ada saat ini bisa terlalu longgar
dan bisa pula karena terlalu kejam. Bisa pula karena adanya
masukan dari pelanggan yang menyebutkan mereka tidak
terlalu sensitif terhadap kebutuhan pelanggan. Namun,
pada saat mengkomunikasikan perubahan tersebut,
pimpinan hanya menjelaskan kepada karyawan hal yang
sangat umum bahwa diperlukan perubahan kultur, tanpa
mengaitkannya dengan keberlanjutan nasib mereka ke
depan.
Cara semacam ini tidak membuat orang terdorong untuk
melakukan perubahan. Orang harus melihat kebutuhan
untuk perubahan kultur tersebut selama hal itu menjadi
isu sentral bagi perusahaan – hal yang akan menentukan
hidup-matinya perusahaan. Pemimpin yang hebat akan
menjelaskan bahwa tingkat ke luar-masuk karyawan yang
tinggi akan menyebabkan perusahaan sulit beroperasi
secara efektif dan mempertahankan pelanggan. Karena
perubahan itu begitu vital bagi perusahaan, maka karyawan
secara otomatis akan ikut dalam perubahan tersebut.
2. The Law of Cascading Sponsorhip
Pemimpin tidak bisa mendelegasikan tanggung jawab
untuk melakukan perubahan kepada orang lain. Sering
terjadi, pemimpin yang melihat perlunya perubahan yakin
bahwa sekali hal itu dipahami oleh staf atau bawahan, maka
mereka akan bisa melakukan perubahan tersebut.
Kenyataannya, tidak bisa begitu.
Proses perubahan mensyaratkan keterlibatan dan
dukungan dari banyak pihak. Pemimpin harus bisa
mendapatkan dukungan dari setiap level organisasi. Sekali
pimpinan mendapatkan komitmen dari sekelompok orang
tersebut (disebut juga cascading sponsorship), maka
kelompok itu akan bekerja sama untuk mendapatkan
komitmen perubahan yang lebih luas. Pemimpin yang
sukses paham betul bahwa mereka harus selalu terlibat
langsung dan terus menerus sejak dari awal hingga selesai.
3. The Law of Nuts and Bolts
Pada umumnya, pemimpin mengawali proses perubahan
dengan sebuah pidato dan pesan lainnya terhadap karyawan.
Pidato itu sendiri tidaklah cukup untuk membuat perubahan,
tetapi ia bagian penting dari alat perubahan. Akan tetapi,
pidato itu hanya bagian kecil dari proses perubahan yang
efektif. Pemimpin yang berpidato tentang perlunya
perubahan mengasumsikan bahwa orang akan menerima
penjelasan yang disampaikan. Hal itu tentu saja belum
cukup karena masih banyak yang harus dikerjakan.
Jauh sebelum komunikasi pertama, seorang pemimpin
harus memulai proses dengan memahami apa saja yang
perlu dilakukan agar perubahan dalam organisasi berlang-
sung sukses. Ada beberapa pertanyaan berikut yang perlu
dijawab terlebih dulu:
Berapa lama perubahan dibutuhkan? Apa saja faktorfaktor kunci selama proses perubahan tersebut? Siapa saja
pendukung kunci yang diperlukan untuk memperkenalkan
perubahan? Bagaimana caranya agar pendukung perubahan
bisa menang? Di mana saja resistensi bakal muncul? Apa
peran yang dimainkan pendukung kunci dalam membantu
sponsor perubahan? Seberapa besar kebutuhan terhadap
perubahan bisa dikomunikasikan secara meyakinkan?
Bagaimana cara terbaik untuk mengkomunikasikan dampak
positif dari perubahan terhadap peran dan jabatan individual
dalam organisasi? Masukan apa saja yang diharapkan dari
karyawan di setiap level? Apa peran saya sebagai pimpinan
dalam setiap tahapan proses perubahan? Bagaimana
caranya agar bisa terus menumbuhkan perlunya perubahan?
Seorang pimpinan mesti menganalisis setiap langkah
dalam proses, harus menentukan secara tepat apa saja
yang dibutuhkan untuk sukses, dan mesti pula mengambil
tanggung jawab demi kesuksesan implementasi perubahan.
4. The Law of Ownership
Salah satu alasan kenapa orang membenci perubahan
adalah karena hal itu berpengaruh terhadap mereka. Kendati
mereka paham terhadap alasan perubahan, tetap saja mereka
merasa menjadi korban dari keputusan orang lain. Oleh
sebab itu, orang harus diberi hak untuk menyampaikan
pendapat dalam setiap proses perubahan yang dilakukan.
Bila tidak, mereka tidak akan merasa memiliki hasil dari
proses perubahan.
Selama proses perubahan berlangsung, setiap orang
dalam organisasi seyogyanya diberi kesempatan untuk
menyatakan pendapat dan pertanyaan. Selama masukan
mereka masuk akal, pemimpin harus menyatukannya ke
dalam proses perubahan. Hal ini menjadikan mereka
memiliki perubahan itu sendiri - aktif sebagai pelaku
perubahan■
30
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
P i r a n t i K e r j a
KANTOR BERJALAN ITU
SEMAKIN CANGGIH
P
enikmat teknologi komunikasi
sekaligus status sosial makin
memiliki banyak pilihan peralatan
telekomunikasi untuk menunjang aktivitas
dan penampilan mereka. Dari PDA ponsel
hp, O2 seri XDA II hingga Vertu; dari ponsel
canggih macam P901i buatan Sony Ericsson hingga Nokia 9210i Communicator.
Seringkali peralatan komunikasi canggih itu
disebut kantor berjalan karena fungsinya
yang benar-benar lengkap, tak hanya
sebatas ponsel atau PDA. Pilihan kantor
berjalan itu kini bertambah dengan munculnya Nokia 9500 Communicator dengan
fitur dan kemampuan jauh lebih lengkap
daripada Nokia 9210i Communicator.
Nokia 9500 merupakan ponsel dengan
fungsi yang sangat beragam, mirip kom-
puter di kantor ataupun di rumah namun
dengan kemampuan komunikasi yang
hebat. Seluruh fungsi kantor bisa dijalankannya, seperti faksimile, akses situs Web,
presentasi, pengolah kata dan angka,
Bluetooth, nirkabel Wi-Fi, GPRS, EDGE, video,
audio, kamera digital, dan sebagainya –
selain fungsi telekomunikasi. Tersedianya
fasilitas EDGE menunjukkan bahwa ponsel
ini siap menyongsong era 3G (Third Generation), yang memungkinkan akses digital
pita lebar berkualitas tinggi.
Sebagai contoh, akses Internet benarbenar berlangsung cepat berkat teknologi
WiFi. Ditambah dengan fasilitas GPRS, maka
pengiriman data dalam jumlah besar bisa
dilakukan dengan cepat di jaringan GPRS.
Bila harus melakukan presentasi, Nokia
Nokia 9500
9500 tinggal disambungkan
dengan peralatan sejenis
Infocus, sehingga tidak perlu
menggotong-gotong laptop
atau PC lagi untuk sebuah
presentasi. Fasilitas Bluetooth memungkinkan pemakainya tetap bisa bekerja
sambil melakukan komunikasi dengan lawan bicara.
Ukuran monitor bagian dalam
dibuat lebih lebar sehingga
lebih nyaman buat pemakainya.
Layaknya PDA, kemampuan sinkronisasi dengan
komputer kantor melalui ka- Hasan Aula dan Nokia 9500
bel USB ataupun Bluetooth
memudahkan pemindahan
data secara dua arah, seperti buku alamat,
persegi. Ini sesuai dengan tema human
agenda, dan kalender. Mau tahu agenda
technology yang diusung Nokia. Warnanya
rapat beberapa hari lagi, Anda tinggal lakukan
merupakan kombinasi abu-abu dan hitam
sinkronisasi dengan komputer sekretaris
dengan resolusi gambar pada monitor luar
Anda.
dan dalam yang lebih tinggi, maka ponsel
Fasilitas kamera digital Nokia 9500
ini memiliki gengsi tinggi.
sangat unik karena memang tidak bisa
Hasan tak menampik kalau Nokia 9500
ditaruh di tengah seperti pada ponsel
akan menjadi simbol status bagi pemaumumnya. Kamera diposisikan di bagian
kainya. “Itu tidak terelakkan,” ujarnya
bawah. Namun kualitas hasil pemotretannya
senang. Seperti juga generasi Communicasangat oke. Foto yang dihasilkan sangat
tor sebelumnya, Nokia 9500 makin mengujelas dan jernis, termasuk di malam hari.
kuhkan citra istimewa produk CommunicaHasan Aula, Country Manager Nokia
tor. Lantas, berapa harganya? Nokia sendiri
Mobilephone Indonesia, mengakui banyak
belum memutuskan harga final Nokia 9500.
perubahan (baca: penyempurnaan) yang
Tapi, ia tak mengelak jika disebutkan
dilakukan di Nokia 9500 ketimbang geneharganya sekitar 10 juta rupiah.
rasi pendahulunya Nokia 9210i. Selain
Mahal? Ah, nggak juga. Untuk gengsi,
fungsinya yang sangat kaya, Nokia 9500
bahkan makin mahal makin laku. Itulah
pun memiliki desain lebih ramping dengan
fenomena konsumerisme a la Indonesia■
sudut-sudut ponsel yang tidak lagi terlalu
GRATIS BAGI PELANGGAN
Bagi perusahaan atau organisasi yang ingin memasang iklan lowongan kerja di rubrik BURSA KERJA Human Capital, maka silakan menghubungi
kami melalui telepon (021) 522-0575, Fax (021) 5290102 atau e-mail [email protected]. Program pemasangan iklan tersebut masih
gratis bagi perusahaan/organisasi yang tercatat sebagai pelanggan HC, dan diskon 75% bagi perusahaan/organisasi yang belum menjadi pelanggan
HC. Program ini berlaku hingga edisi Desember 2004. Mulai Januari 2005 kami akan berlakukan tarif komersial.
Materi iklan bisa disampaikan melalui CD dengan program MS Words (teks saja) dan Tiff (teks dan image), melalui fax (teks saja), dan bisa pula
melalui alamat e-mail di atas (teks dan image).
TARIF IKLAN
BURSAKERJA
Rp10.000 per (lebar
milikolom
per kolom 58mm)
Segera hubungi
bagian iklan
HumanCapital
Telp. 021-5220575
Fax.021-5290102
E-mail : [email protected]
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
B u r s a K e r j a
| S TA R T |
YOUR CAREER WITH US
We are global leader in outsourcing company. Our
client is one of Indonesia’s premier banking industry,
the company is seeking ‘Innovative and Driven Individuals’ to fill this challenging positions:
ADMINISTRATION (ADM) / DATA ENTRY (DE)
You will be responsible to creates or set up file management system, input data, and manage all relevant data and
records. You should hold min. D1 degree from reputable
university, with min GPA of 2.75. You should have high
attention to detail and hands on with standard computer
packages.
CALL CENTER (CC)
You will be responsible to handle incoming call and complain from customer. You should hold min. D3 degree from
reputable university with min. GPA 2.75. Ideally, you have
min. 2 years experience as call center, preferably in banking industry. You must have excellent communication skill
with pleasant voice, high tolerance for stress, and willing to
work on shift schedule.
CREDIT OFFICER (C0)
As Credit Officer, you will responsible for processing loan
transaction (e.g appraisal, document verification, loan
agreement and disbursement, provide reporting internal &
BI). You should hold min. D3 degree from reputable university with min. GPA 2.75. Ideally, you have min. 1 years
experience demonstrated top performance in mass market credit management role in fields such as BPR, BRI unit
Desa, mass market consumer goods (low end electronic).
You should be a team player, concern for excellent, following procedure and able to building relationship.
CUSTOMER SERVICE (CS)
You will responsible to serve and handle complain from
customer. You should hold min. D3 degree from reputable
university with min. GPA 2.75. You should have excellent
communication and interpersonal skill, good administration skill and high attention to detail. You should also have
excellent customer orientation.
MARKETING / SALES (MKT/SLS)
Your main responsibility will be to offer and sell our client’s
product. You should hold min. D3 degree from reputable
university with min. GPA 2.75. Ideally, you have min. 2
years experience in the same position, preferably for banking industry. You should also have excellent communication and negotiation skill. An open-minded professional
with high initiative and creativity are highly preferred.
SUPPORT OFFICER (SO)
You will responsible to seek and open new channel for new
outlet. You should hold min. D3 degree from reputable
university with min. GPA 2.75 located in Karawang, Bandung,
Tasikmalaya, and Surabaya. You should have excellent communication and interpersonal skill, good analyzing skill
and high attention to detail, and experienced in banking
industry preferably in BPR or BRI unit Desa min. 1 year.
TELLER (TLR) / GREETER (GRT)
As Teller / Greeter, you will be responsible to serve cash
and non cash transaction, including to handle incoming
customer. You should have min. 2 years experience in the
same position, preferably in banking industry. Ideally, you
hold min. D3 degree from Economy, Accountancy or Finance with min. GPA of 2.75. You must have high attention
to detail and integrity, and able to learn new things.
UNIT MANAGER (UM)
As Unit Manager, you will responsible for P & L of our unit
focused on micro businesses, small businesses and lower
income consumers. Manages sales, books and operations.
Can approve loans up to IDR50M. You should hold min. S1
degree from reputable university with min. GPA 2.75 and
with 3 years experience in management role of Sub Branch,
BPR or BRI unit Desa. You must have high integrity, able to
demonstrate core values of DSP, good leadership skill and
target oriented. Your location must be in Rengasdengklok.
VERIFICATION (VER)
As Verification Staff, You will be responsible to verify data,
based on incoming application. You should hold min. D3
degree from reputable university with min. GPA 2,75. Ideally, you have min. 2 years experience as verificator, preferably in banking industry. You must have excellent communication skill and good analytical thinking.
The successful candidate will be offered competitive
remuneration package and opportunity to work for
well-known company. To apply, please submit your
complete application with brief description about your
achievement & job description, within 2 weeks to:
PT. Perdana Perkasa Elastindo
PO BOX 8231 JKS SB
Please indicate the position applied
on upper left of your envelope.
MARI BERBUAT PAHALA,
PARTISIPASI ANDA
DITUNGGU!!!
HC berencana untuk menampilkan rubrik baru JOKES AT
WORK pada edisi-edisi mendatang untuk menghilangkan stress
di tempat kerja. Rubrik ini berisi lelucon segar yang diharapkan
membuat gembira para pembacanya. Kami mengundang
partisipasi seluruh pembaca setia HC untuk mengirimkan
l e l u c o n ( j o k e s) k e p a d a r e d a k s i H C m e l a l u i e m a i l :
[email protected] , faks. (021) 52901024, atau
dikirim via pos ke alamat redaksi HC: Gedung Setiabudi 2 Lt.
3 (ruang 305), Jl. HR Rasuna Said Kav. 62, Kuningan, Jakarta
Selatan.
Lelucon tersebut syaratnya harus lucu (membuat ketawa),
tidak porno maupun berbau SARA. Panjangnya mulai dari
beberapa baris hingga beberapa paragraf maksimal 500 kata.
Pemuatan lelucon menjadi hak penuh redaksi. Lelucon yang
lulus seleksi akan dimuat, dan nama pengirimnya akan
diterakan dalam setiap lelucon yang dimuat. Pada waktunya,
pembaca akan dipersilakan menilai lelucon yang paling lucu.
Dan, lelucon yang dinilai paling lucu, akan mendapatkan hadiah
dari HC. Pemberitahuan mengenai hadiah menyusul.
Bukankah membuat orang lain senang itu berpahala?
Selamat mengirim…Kami tunggu.
REDAKSI HC
31
32
| HumanCapital | Nomor 08 | Tahun 2004 |
R e h a l
PENTINGNYA MEMBANGUN KEPERCAYAAN
Judul
Confidence
Penulis
Rosabeth Moss Kanter
Penerbit
Random House Business Books
Halaman
402 halaman, termasuk indeks
H
idup adalah sebuah proses yang
penuh dengan kemenangan-kekalahan, kemudahan-kesulitan, naikturun, kesuksesan-kegagalan, dan hal
kontradiktif lainnya. Setiap orang, setiap
kelompok, setiap perusahaan akan selalu
berada dalam siklus keberuntunganketidakberuntungan. Apa yang menjadi
penyebab mereka bangkit atau gagal
seringkali terkait kepada rasa percaya (confidence). Itu sebabnya, Rosabeth Moss
Kanter, guru besar manajemen pada Harvard
Business School, merasa perlu untuk
mengupas soal kepercayaan ini secara
panjang-lebar dalam bukunya terbaru
berjudul Confidence, How Wining Streaks
and Losing Streaks Begin and End.
Rasa percaya, tulisnya, adalah jembatan
penghubung antara ekspektasi dan kinerja,
TUNGGU EDISI BERIKUTNYA
investasi dan hasil. Istilah ini umum dipakai
setiap hari untuk mengindikasikan prospek
masa depan dari beragam keadaan – rasa
percaya diri para atlet, kepercayaan konsumen dalam ekonomi, kepercayaan publik
terhadap pimpinan, atau sikap tidak percaya
terhadap rapat dewan direksi. Hanya saja, ia
menilai masih sangat sedikit pengetahuan
di balik hal tersebut.
Dalam buku ini, Rosabeth menggali
banyak cerita di balik kesuksesan dan
kegagalan untuk menunjukkan bahwa
kepercayaan sangat menentukan hasil dari
kontes kehidupan yang sebenarnya – dari
permainan bola yang sederhana hingga
perusahaan yang kompleks, dari kinerja individual hingga budaya nasional. Ia menjelaskan apa yang disebut dengan kepercayaan dan dari mana datangnya. Juga tentang
budaya sukses dan gagal, bagaimana
kemenangan-kekalahan sangat ditentukan
oleh diri mereka sendiri, dan bagaimana
menggeser dinamika penurunan menjadi
sebuah siklus sukses.
Rasa percaya membantu orang untuk
mengontrol berbagai keadaan ketimbang
terjebak di dalamnya. Di dalam kehidupan
sehari-hari, kita sering merasa pada saat
sukses, sukses berikutnya lebih mudah
didapat. Sukses menciptakan momentum
positif. Orang yang yakin menang akan
Nomor
09
Th. 2004
SAATNYA MEMILIKI
ASSESSMENT CENTER
Metode evaluasi karyawan berdasarkan perilaku
(behaviour) makin banyak dipakai oleh perusahaan. Hasilnya, diyakini lebih baik ketimbang
metode evaluasi tradisional. Hal ini mendorong
perusahaan mendirikan assessment center yang
benar-benar berkualitas. Dibutuhkan komitmen
penuh jajaran manajemen dan dukungan pembiayaan untuk mewujudkan sebuah assessment center. Bagaimana strategi terbaik membangun assessment center? Apa saja persyaratannya, dan
sejauh ini seberapa efektif assessment center?
Bagaimana potret assessment center sejumlah
perusahaan terkemuka?
HC TREND
Simak jawaban tuntasnya di rubrik FOKUS.
BERLOMBA MERAIH SERTIFIKASI PROFESIONAL
Plus
banyak
artikel
menarik
dan penting
lainnya.
Para professional semakin
rajin mencari
sertifikasi
professional
untuk kesuksesan
karir. Aneka
pendidikan
professional bersertifikat tersedia untuk setiap profesi. Apa saja program bersertifikasi favorit? Bagaimana cara
mendapatkannya, dan seberapa mahal? Sejauh mana hal itu menambah bobot professional mereka?
MEDIA SATU-SATUNYA
MENGUPAS TUNTAS MASALAH SDM
berusaha melakukan upaya ekstra dalam
situasi sulit untuk menjamin kemenangan
tersebut. Sebaliknya, kekurangyakinan
untuk menang menyebabkan upaya untuk
menang tidaklah maksimal.
Seiring dengan kinerja yang berjalan di
jalur positif atau negatif, momentum
tersebut sulit untuk dihentikan. Siklus
pertumbuhan menghasilkan optimisme,
siklus menurun menghasilkan pesimisme.
Disposisi seperti ini membantu untuk
meramalkan pemulihan bisnis yang bermasalah, sekolah berkinerja rendah, atau
bahkan pasien di ujung kematian.
Tatkala orang atau kelompok dalam
situasi menyenangkan, mereka bergerak
dari sebuah kekuatan ke kekuatan berikutnya. Pecundang, sebaliknya, cenderung
selalu kalah, karena tak seorang pun
mempercayainya, tak seorang pun mau
berinvestasi dengannya, dan tidak ada yang
membantu meningkatkan dirinya. Hal ini
menjelaskan kenapa orang kaya semakin
kaya dan orang miskin semakin miskin –
atau orang sakit semakin sakit; orang yang
rentan menjadi korban; dan segala sesuatu
tampak menurun karena momentum
memang sedang menurun.
Rasa percaya, dalam pandangan penulis,
terdiri dari harapan positif terhadap hasil
yang diinginkan. Secara psikis, para investor yang percaya menyebabkan mereka mau
berinvestasi – berkomitmen dalam bentuk
uang, waktu, reputasi, energi emosi, dan
sumberdaya lainnya. Investasi tersebut
menentukan kemampuan untuk meraih
hasil yang diinginkan. Dalam pengertian itu,
rasa percaya menjadi bagian sentral dari
peradaban. Segala sesuatu tentang ekonomi, masyarakat, organisasi, atau sebuah tim
sangat tergantung kepadanya.
Tak lupa penulis mengingatkan, rasa
percaya berlebihan (overconfidence) bisa
menjadi sumber malapetaka. Orang yang
memiliki rasa percaya berlebihan akan
menjadi irasional atau optimistik tanpa
dasar. Ia akan bertindak seakan-akan tidak
akan gagal atau ada yang bisa menghentikan
segala tindakannya. Rasa percaya berlebihan
inilah yang menyebabkan orang tidak
pernah puas, pemimpin mengabaikan
disiplin fundamental, investor berubah
menjadi petaruh.
Sebaliknya, minimnya rasa percaya
(underconfidence) sama buruknya, atau
bahkan malah lebih buruk dibandingkan
dengan overconfidence. Hal ini menyebabkan orang takut berinvestasi, takut berbuat
atau mencoba, tidak inovatif, dan seterusnya.
Sebagai guru manajemen terkemuka,
Rosabeth mencoba mendeskripsikan secara
jelas fenomena rasa percaya ini di dalam
kehidupan manusia, organisasi, bangsa,
dan sebagainya. Jelas, bukan sesuatu yang
mudah. Rasa percaya mudah diucapkan,
namun sulit mengupasnya dengan landasan teoritis yang memadai. Buku ini merupakan buku ke-16 karya Rosabeth. Ini saja sudah bisa menjadi petunjuk tingkat kesulitan
membahasnya, karena baru pada periode
waktu yang panjang ia bisa menuliskannya.
Buku ini tidak hanya menjelaskan bagaimana rasa percaya bertumbuh atau berkurang. Pada Bagian II penulis membeberkan
tema Turnarounds: The Art of Building Confidence dalam 6 Bab, berisi langkah-langkah
untuk memulihkan rasa percaya yang
menurun tajam. Bagian III mengupas tema
Implications and Life Lessons, terdiri dari 2
Bab. Di sini disebutkan, menghadirkan rasa
percaya adalah menjadi beban tugas utama
dari pemimpin. Satu hal yang sangat relevan
dengan kondisi Indonesia dewasa ini, yang
memiliki kepemimpinan nasional yang baru.
Mudah-mudahan rasa percaya itu benarbenar berhasil kita dapatkan sehingga Indonesia bangkit dari keterpurukan■
Buku ini bisa diperoleh, antara lain, di jaringan toko buku QB World Books. (Red.)
Download