Dinamika Persaingan Industri Asuransi Jiwa di Indonesia Dikirim oleh prasetya1 pada 22 Februari 2007 | Komentar : 0 | Dilihat : 7909 Berbagai kondisi dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis meningkatkan persaingan. Hal ini membuat banyak perusahaan harus bersaing dengan cara-cara yang berbeda untuk mencapai daya saing yang stategis dan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Beberapa bentuk perubahan yang mewarnai lingkungan persaingan dan mentransformasi dunia industri diantaranya adalah dalam pemanfaatan teknologi baru, pendekatan strategis dalam kerangka manajerial yang baru serta fenomena lainnya dalam konsolidasi industri untuk memenuhi skala ekonomi tertentu agar dapat bertahan di kancah persaingan global. Salah satu yang tidak luput dari dunia persaingan adalah industri asuransi yang kini tengah marak di Indonesia. Melalui kesempatan kuliah tamu yang diikuti oleh seluruh angkatan Program Ilmu Sosial Universitas Brawijaya di gedung PPI Unibraw pada Kamis (22/2), Direktur utama PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sekaligus Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Ahli Mamajemen Indonesia (AAMAI), Herris B Simandjuntak memaparkan materi "Dinamika Persaingan Industri: Studi Kasus Industri Asuransi Jiwa di Indonesia". Dalam pemaparannya, Herris membahas berbagai strategi perusahaan dan implementasinya yang bersifat dinamis, dimana tindakan suatu perusahaan seringkali mendatangkan respon dari para pesaingnya dan bagaimana perusahaan tersebut merespon kembali sehingga rangkaian tindakan dan respon diantara perusahaan yang bersaing dalam suatu industri asuransi menciptakan dinamika persaingan. Dalam industri asuransi, pasar yang sangat ketat dijelaskannya timbul dari penetrasi asuransi yang masih rendah disatu sisi dan banyaknya perusahaan asuransi yang beroperasi disisi yang lain. Data terakhir dari Biro Perasuransian Bapepam LK disampaikannya, bahwa pada medio 2006 di Indonesia telah terdapat 1 perusahaan jiwa BUMN (Jiwasraya), 34 perusahaan asuransi swasta nasional dan 34 perusahaan asuransi patungan (joint venture). Kendati jumlah pemain industri asuransi meningkat, industri asuransi jiwa disebut Herris masih belum cukup berperan dalam perekonomian nasional jika dibanding dengan industri jasa keuangan lainnya. Dari total aset di pasar keuangan sebesar 1.832 triliun rupiah, asuransi (jiwa dan kerugian) hanya berperan 4.11 %, dibawah perbankan sebesar 85.81% dan multifinance sebesar 5.35% disusul dana pensiun 3.30%, perusahaan sekuritas 1.12% dan pegadaian 0.31%. Lebih jauh lagi, peranan asuransi bagi PDB di Indonesia dijelaskan Herris hanya sebesar 1.24% pada tahun 2005 jauh ketinggalan dibanding negaranegara tetangga anggota ASEAN (Malaysia, Filipina, Thailand0 yang telah mencapai 2.5%. Sejalan dengan lingkungan bisnis yang berubah, maka dimasa datang industri asuransi jiwa akan dihadapkan pada beberapa kendala seperti produk asuransi yang semakin canggih serta layanan prima disegala sektor mulai dari proses penjualan sampai penyelesaian klaim. Tantangan serius dalam hal ini dikatakan Herris adalah tersedianya tenaga profesional dalam bidang asuransi seperti aktuaris, underwriter dan ahli investasi. Sementara itu, perang tarif yang berkelanjutan dan dilanjutkan masuknya pemain baru dengan membawa kapasitas penutupan yang besar menurut Herris akan menyingkirkan perusahaan-perusahaan kecil. Dalam menghadapi situasi persaingan ini, secara khusus Herris menyarankan untuk mempertimbangkan strategi bersaing "Co-opetition" yang basisnya adalah game theory. "Membentuk kemitraan atau membangun network dengan perusahaan-perusahaan asuransi kelas dunia perlu dilakukan oleh para pemain lokal mengingat asuransi telah menjadi produk global yang tidak mungkin dibatasi hanya oleh lingkup lokal", kata Herris. Kerjasama Jiwasraya Mengawali kegiatan kuliah umum, dilakukan penandatangan piagam kerjasama Universitas Brawijaya dengan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) oleh Rektor Prof Dr Ir Yogi Sugito dan Herris B. Simandjuntak Direktur Utama PT Jiwasraya. Kerjasama ini berlaku selama 2 tahun. Pihak Jiwasraya akan mewadahi mahasiswa untuk magang atau melakukan penelitian di satu-satunya perusahaan asuransi milik negara tersebut. Selain itu, diawali kerjasama ini PT Asuransi Jiwasraya akan melakukan presentasi dan ceramah yang berkaitan dengan penawaran dan pemasaran produk-produk asuransi. Selain itu, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) juga akan memberikan pelayanan prima kepada dosen, karyawan, dan mahasiswa yang menjadi nasabah/pemegang polis asuransi dalam melakukan pengurusan klaim asuransi. Menyampaikan sambutannya, rektor universitas Brawijaya menyinggung rendahnya kesadaran warga Indonesia akan kebutuhan asuransi. Hal ini menurutnya bertolak belakang dengan berbagai fenomena yang ada di berbagai negara maju dimana tiap warga memiliki kesadaran tinggi untuk mengasuransikan diri mulai ujung rambut hingga ujung kaki serta semua aset/propertinya. Menanggapi hal tersebut, direktur perusahaan asuransi yang telah memiliki kantor pusat yang membawahi 17 kantor regional, 71 kantor cabang serta 400 area office ini mengatakan rendahnya kesadaran tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi kalangan perusahaan asuransi kepada masyarakat. "Dimata masyarakat, asuransi identik dengan orang-orang yang menjajakan polis", kata Herris. Padahal dijelaskannya asuransi merupakan kebutuhan yang harus dimiliki masyarakat dengan semua fungsinya dalam aspek ekonomi dan sosial. "Yang perlu diketahui masyarakat adalah "bagaimana cara memilih provider?", terang Herris. [nok]