BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan studi tentang proses pertukaran bagaimana transaksi dimulai, dimotivasikan, dimungkinkan dan diselesaikan. Manajemen pemasaran membicarakan bagaiman tentang manusiadan organisasi dapat mengelolah lebih baik kegiatan pertukaran mereka untuk menghasilkan laba. Pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2003, p.6) didefinisikan sebagi suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan ingin melalui penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Menurut Stanton (Umar, 2005, p.31), pemasaran adalah keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan, dan mendistribusikan barang – barang jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial. Menurut Ries dan Trout (Prasetijo, 2005, p.67), pemasaran adalah peperangan antar produsen untuk memperebutkan persepsi konsumen terhadap produk yang kita tawarkan. Demikian pentingnya persepsi di benak konsumen, sehingga bermacam – macam strategi dirancang perusahaan supaya produk atau merknya bisa jadi nomor satu di benak konsumen dan mempengaruhi perilaku membelinya. Dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah kegiatan dalam mengkustomisasi penjualan melalui beberapa pendekatan seperti modifikasi produk, perencanaan harga, promosi atau distribusi yang sangat berpengaruh terhadap penjualan. 2.1.1 Bauran Pemasaran Bauran pemasaran menurut Kotler (2004, p.18) adalah seperangakat alat pemasaran yang digunakan perusahaan secara terus menerus mencapai tujuan pemasarnnya dipasar sasaran. Bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi 4 kelompok 7 8 yang luas disebut “4P” dalam pemasaran : produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). 1. Produk Menurut Umar (2005, p.31), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu kebutuhan atau keinginan. 2. Harga Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli (Umar, 2005, p.32) 3. Distribusi Menurut Umar (2005, p.34), saluran distribusi adalah sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi pengguna atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial 4. Promosi Pemasaran tidak hanya membicarakan mengenai produk, harga, distribusi, tetapi juga komunikasi produk kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan terjadi pembelian. Untuk mengkomunikasikan produk ini perlu disusun strategi bauran promosi yang terdiri dari periklanan (advertising), hubungan masyarakat (public relation), promosi penjualan (sales promotion), dan penjualan perorangan (personal selling) (Umar, 2005, p.35) 9 2.1.2 Definisi Merk Menurut Durianto, (2004, p.2), merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing dan merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah merek dagang (trademark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila dikelola dengan tepat. Saat ini merek sudah menjadi konsep yang kompleks dengan sejumlah ratifikasi teknis dan psikologis. Menurut Surachman (2008, p.2) pengertian merk bukan sekedar sesuatu yang dapat menampilkan nilai fungsional, melainkan juga dapat memberikan nilai tertentu dalam lubuk hati atau benak konsumen. Nama, istilah, symbol, tanda atau rancangan, atau kombinasi dari hal – hal tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa oleh seorang atau sekelompok penjual sebagai pemegang merk sekaligus membedakannya dari produk pesaing. Dan menurut Herman (2003) dari Herman Strategic Counsulting “a brand is the anticipation or consumer feel, toward specific benefit about to be derived from a identified source (a product, a service, and so forth) often associated with standardized set of symbolic representations (name, logo, emblem, color, tagline, image, etc).” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa merk mempunyai dua unsur yaitu brand name yang terdiri dari huruf – huruf atau kata – kata yang dapat terbaca dan brand mark yaitu terbentuk simbol, desain atau warna tertentu yang spesifik. Merk selain berguna untuk membedakan satu produk dari produk pesaing, juga dapat mempermudah konsumen untuk mengenali atau mengidentifikasi barang atau jasa. Menurut Durianto (2004, p.2), merk menjadi sangat penting saat ini dikarenakan beberapa faktor, yang antara lain: 1. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merk mampu membuat janji emosi menjadi konsisiten dan stabil. 10 2. Merk mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa suatu merk yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budaya. 3. Merk mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat suatu merk, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin banyak brand association yang terbentuk dalam merk tersebut jika brand association yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat, potensi ini akan meningkatkan citra merk (brand image) 4. Merk sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merk yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen. 5. Merk memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian untuk konsumen. Dengan adanya merk, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada produk tersebut. 6. Merk berkembang menjadi sumber terbesar bagi perusahaan. 2.1.3 Manfaat Merk Menurut Sadat (2009, p.21), manfaat merk bagi perusahaan dan pelanggan adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Manfaat Merk Pelanggan Perusahaan Merk sebagai sinyal kualitas Magnet Pelanggan Mempermudahproses / memandu Alat proteksi dari para imitator pembelian Alat mengidentifikasi produk Memiliki segmen pelanggan yang loyal Mengurangi resiko Membedakan produk dari pesaing 11 Memberi Nilai psikologis Mengurangi perbandingan harga sehingga dapat dijual premium Dapat mewakili kepribadian Memudahkan penawaran produk baru Bernilai finansial tinggi Senjata dalam kompetisi 2.1.4 Tipe – tipe Merk Pemahaman mengenai peranan strategik merk tidak bisa dipisahkan dari tipe – tipe utama merk, karena masing – masing tipe memiliki citra merk yang berbeda. Menurut Whitwell, et al dalam Tjiptono (2005, p.22) tipe – tipe merk tersebut meliputi: 1. Atribut brands, yakni merk – merk yang memiliki citra yang memiliki citra yang mampu mengkomunikasikan keyakinan atau kepercayaan terhadap atribut fungsional produk. Kerapkali sangat sukar bagi konsumen untuk menilai kualitas dan fitur secara obyektif atas begitu banyak tipe produk, sehingga mereka cendrung memilih merk – merk yang dipersepsikan sesuai dengan kualitasnya. 2. Aspirational brands, yaitu merk – merk yang menyampaikan citra tentang tipe orang yang membeli merk bersangkutan. Citra tersebut tidak banyak menyangkut produknya, tetapi justru lebih banyak berkaitan dengan gaya hidup yang didambakan. Keyakinan yang dipegang konsumen adalah bahwa dengan memiliki merk semacam ini, akan tercipta asosiasi yang kuat antara dirinya dengan kelompok aspirasi tertentu (misalnya, golongan kaya, prestisius, dan populer). Dalam hal ini, status, pengakuan sosial, dan identitas jauh lebih penting daripada sekedar nilai fungsional produk. 3. Experience brands, mencerminkan merk – merk mencerminkan merk – merk yang menyampaikan citra asosiasi dan emosi bersama (shared association and emotions). Tipe ini memiliki citra melebihi sekedar aspirasi dan lebih berkenan dengan kesamaan filosofi antara merk dan konsumen individual. Kesuksesan 12 sebuah experience brand ditentukan oleh kemampuan merk bersangkutan dalam mengekspresikan individualitas dan pertumbuhan personal. 2.1.5 Tingkat pengertian Merk 6 Tingkat pengertian merk yang dikutip dari buku The Power of Brands (Rangkuti, 2002) adalah: 1. Atribut. Perlu dikelola dan diciptakan agar konsumen dapat mengetahui dengan pasti atribut apa saja yang terkandung dalam suatu merk. 2. Manfaat. Konsumen membeli manfaat dari sebuah produk atau jasa, bukan atribut. 3. Nilai. Merk juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. 4. Budaya. Merk mewakili budaya tertentu. 5. Kepribadian. Kepribadian pengguna akan tercermin bersamaan dengan merk yang ia gunakan. 6. Pemakai. Menunjukan jenis konsumen pemakai merk tersebut. 2.1.6 Strategi Merk Menurut Kotler (2003, p.341) strategi merk adalah sebagai berikut: 1. Merk baru (New Brand) Sebuah perusahaan dapat menciptakan sebuah nama merk baru ketika memasuki sebuah kategori produk baru. Strategi ini dapat dilakukan karena tidak ada nama merk yang sesuai. 13 2. Multi merk (Multi Brand) Strategi ini dilakukan bila perusahaan ingin mengelola berbagai nama merk dalam kategori kategori yang ada untuk mengemukakan fungsi dan manfaat yang berbeda. 3. Perluasan merk (Brand Extension) Strategi ini dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah nama merk yang sudah berhasil untuk meluncurkan produk baru atau produk yang dimodifikasi dalam sebuah kategori baru. 4. Perluasan lini (Line extension) Strategi ini dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan berbagai macam feature atau tambahan variasi produk seperti rasa, bentuk, warna, atau ukuran kemasan baru dalam sebuah kategori produk yang sudah ada dibawah nama merk yang sudah ada. 5. Co-branding Strategi ini merupakan sebuah fenomena baru dalam strategi pemasaran. Co branding yang dapat disebut juga dual branding menggabungkan dua atau lebih merk yang sudah ada dengan tujuan memperkuat merk tersebut dan merangsang daya beli konsumen. 2.1.7 Definisi Citra Merk (Brand Image) Menurut Kotler dan Keller (2006, p.268) “brand image is the perception and beliefs held by consumers, as reflected in association held in consumer memory.” Brand image merupakan bagian dari merk yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain, huruf, atau warna khusus atau persepsi pelanggan atas sebuah produk atau jasa yang diwakili oleh merknya. Impresi yang ada dalam konsumen mengenai kepribadian total merk (kualitas nyata dan imajiner, serta kekurangannya). Citra Merk dikembangkan dari waktu ke waktu 14 melalui kamapanye iklan dengan tema yang konsisten dan ditanggapi melalu pengalaman langsung konsumen. (http://www.businessdictionary.com/definition/brand-image.html) Menurut Lamb, Hair and McDaniel (2001, p.233), “Citra merek (brand image) adalah serangkaian keyakinan tentang merek produk tertentu yang membentuk sikap konsumen terhadap produk tersebut.” Definisi brand image menurut Rangkuti (2002, p.43) “Brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen.” Dapat disimpulkan bahwa brand image adalah seperangkat asosiasi yang unik yang terbentuk dalam benak konsumen sebagai hasil persepsi konsumen atas identitas sebuah merk. 2.1.8 Manfaat Citra Merk Menurut Rangkuti (2002, p.44), brand image yang telah dibentuk oleh perusahaan dan yang telah ada dalam benak konsumen, akan membawa manfaat baik bagi perusahaan maupun bagi konsumen. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi konsumen: konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merk, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. 2. Manfaat bagi perusahan: perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap merk produk lama. 2.1.9 Komponen citra merk Sebuah biro riset Benchmark Research dikutip Ferrinadewi (2008, p.167) berpendapat bahwa brand image terdapat tiga komponen penting yaitu brand association, brand value, dan brand positioning. 1. Brand association Adalah tindakan konsumen untuk membuat asosiasi berdasarkan pengetahuan mereka akan merk, baik itu pengetahuan yang bersifat faktual maupun yang bersumber dari pengalaman dan emosi. Brand association sebagai suatu yang dihubungkan dengan memori terhadap suatu merk dan brand image, biasanya 15 dalam bentuk – bentuk yang mempunyai arti. Bentuk – bentuk ini tidak hanya ada tetapi mempunyai kekuatan jika pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikan merk tersebut cukup banyak. Ketika suatu merk sering menggunakan merk yang sama misalnya merk sabun deterjen, biasanya tercipta asosiasi yang kuat, unik, dan positif. Asosiasi semacam ini dapat dibuktikan, ketika responden dapat mengingat atribut – atribut produk yang dibeli keluarganya tapi tidak mampu mengingat nama merknya. Itu berarti brand image tersebut telah diasosiasikan dengan kemasan, desain atau atribut lainnya. 2. Brand value Adalah tindakan konsumen dalam memilih merk. Seringkali tindakan konsumen ini lebih karena persepsi mereka kepada karakteristik merk dikaitkan dengan nilai yang mereka yakini. 3. Brand positioning Adalah persepsi konsumen akan kualitas merk yang nantinya persepsi ini akan digunakan oleh konsumen dalam evaluasi alternatif merk yang akan dipilih. Menurut Kotler & Keller (2006, p.288) pemosisian (positioning) adalah upaya – upaya untuk menancapkan produk - merk kita dalam benak konsumen di antara produk - merk pesaing. Pemosisian dilakukan berdasarkan nilai, harga, kualitas, manfaat, dan hal lain yang berkaitan dengan psikologis pelanggan. Menurut Surachman (2008,p.15) brand positioning merupakan upaya mengkomunikasikan realitas merk kepada konsumen, namun tidak semua realitas tersebut dapat dikomunikasikan kepada para konsumen. 2.1.10 Membangun Citra Merk Menurut Maulana (http://swa.co.id/sekunder/konsultasi), banyak perusahaan yang belum menyadari bahwa membangun brand image dengan komunikasi pemasaran tidak sebatas lewat iklan dan promosi saja. Ada banyak kegiatan lain yang juga berdampak besar, contohnya adalah: 1. Disain kemasan, termasuk isi tulisan atau pesan yang disampaikan. 16 2. Promosi di toko, event, promosi di tempat umum, dan kegiatan below the line lainnya. 3. Iklan tidak langsung yaitu yang bersifat hubungan masyarakat. 4. CSR (Corporate Social Responsibility), yaitu kegiatan – kegiatan sosial untuk komunitas yang dilakukan oleh perusahaan. 5. Customer Services, bagaimana perusahaan menangani keluhan, masukan dari konsumen setelah terjadi transaksi. 6. Bagaimana karyawan yang bekerja di lini depan atau front liners bersikap dalam menghadapi pelanggan. 2.2 Bauran Promosi Bauran promosi atau bauran komunikasi pemasaran adalah pemilihan fungsi komunikasi pemasaran yang digunakan pada waktu tertentu sebagai bagian dari program pemasaran. Dalam menentukan bauran komunikasi yang digunakan, pemasar harus bisa mengukur keperluan tiap fungsi yang dipilih (Duncan, 2005) Menurut Kotler (2003, p.13), bauran promosi adalah total sebuah perusahaan yang terdiri dari ramuan khusus pemasangan iklan, penjualan personal, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan alat – alat pemasaran langsung yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan – tujuan pemasangan iklan dan pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong (2004, p.600), ada lima macam perangkat promosi yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Periklanan: Setiap bentuk presentasi dan promosi non – personal yang memerlukan biaya tentang gagasan, barang atau jasa dari sponsor yang jelas. 2) Hubungan Masyarakat: membangun hubungan baik dengan publik, perusahaan dengan sejumlah cara supaya memperoleh publisitas yang 17 menguntungkan, membangun citra perusahaan yang bagus, dan menangani atau meluruskan rumor, cerita, serta event yang tidak menguntungkan. 3) Penjualan personal: presentasi personal oleh tenaga penjualan sebuah perusahaan dengan tujuan menghasilkan transaksi penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan. 4) Promosi penjualan: insentif – insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan sebuah produk atau jasa. Contohnya: sample, kupon, refund, diskon, bingkisan premium, barang iklan khusus, hadiah pelanggan, promosi di tempat, kontes, undian berhadiah, permainan. 5) Pemasaran langsung: hubungan – hubungan langsung dengan masing – masing pelanggan yang dibidik secara seksama untuk tujuan baik untuk memperoleh tanggapan segera maupun untuk membina hubungan dengan pelanggan yang langgeng. Dengan penggunaan telpon, surat, fax, e – mail, internet dan perangkat – perangkat lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan konsumen tertentu. 2.2.1 Definisi Periklanan Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk – produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum (Lee & Johnson, 2007, p.3) Menurut Belch (2001, p.15) periklanan, yaitu:“Advertising is defined as any paid form of nonpersonal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor” (Periklanan adalah segala bentuk penyajian dalam bentuk komunikasi nonpersonal tentang organisasi, produk, jasa atau ide oleh sponsor yang diketahui). Menurut Masyarakat Periklanan Indonesia, iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Widyatama, 2007, p.16). 18 Suryadi (2006, p.92) mengemukakan bahwa dalam dunia promosi, periklanan dibagi menjadi dua, yaitu jenis above the line dan below the line. 1) Above the line: sebagian dari media ini adalah media massa cetak seperti koran, majalah, brosur, dll serta media elektronik seperti televisi, radio, dll 2) Below the line: BTL memiliki varian yang lebih luas dan kreatif, hal ini dikarenakan media – media BTL menuntut perhatian lebih banyak dari publik, contohnya, yaitu: a. Media luar ruang seperti poster, billboard, stiker, bus painting, taxi painting b. Event atau kegiatan yang diselenggarakan oleh pemilik brand, sehingga terjalinya interaksi antara konsumen dengan produk c. Menancapkan citra produk di benak konsumen melalui film d. Iklan di dunia maya atau internet e. Seluler Periklanan memiliki empat ciri khas, yaitu (Kotler, 2003, p.580): 1) Penampilan publik Iklan adalah model komunikasi yang paling memasyarakat. Sifat iklan publik menghasilkan suatu pengesahan terhadap suatu produk yang diiklankan dan juga memberikan penawaran yang standar. 2) Daya serap Iklan adalah media yang dapat meresap karena penjual bisa mengulang pesan mereka, juga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan dari berbagai pesaing. 3) Ungkapan perasaan yang diperjelas Iklan mampu mendramatisasikan suatu perusahaan beserta produk melalui lukisan indah, bunga, dan warna menarik. Kadang alat – alat ini berhasil mengungkapkan perasaan 19 4) Tidak adanya tatap muka Para audience tidak merasa perlu memperhatikan atau memberikan tanggapan terhadap iklan. 2.2.2 Prinsip dasar periklanan Menurut Widyatama (2007, p.17), terdapat enam prinsip dasar iklan, yaitu: a. Adanya pesan tertentu Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Tanpa pesan, iklan tidak akan berwujud b. Dilakukan oleh komunikator (sponsor) Pesan iklan ada karena dibuat oleh komunikator. Sebaliknya bila tidak ada komunikator, maka tidak ada pesan iklan. Dengan demikian, ciri sebuah iklan adalah bahwa pesan tersebut dibuat dan disampaikan oleh kominukator atau sponsor tertentu dengan jelas. c. Dilakukan dengan cara nonpersonal Tidak adanya tatap muka. Penyampaian pesan dapat disebut iklan apabila melalui media yang kemudian disebut dengan media periklanan. d. Disampaikan untuk khalayak tertentu Iklan diciptakan oleh komunikator karena ingin ditujukan kepada khalayak tertentu. Dalam dunia periklanan, khalayak sasaran cendrung bersifat khusus. Pesan yang disampaikan tidak dimaksudkan untuk diberikan untuk semua orang, melainkan untuk sekelompok audience tertentu. e. Dalam penyampaian pesan tersebut, dilakukan dengan cara membayar Penyampaian pesan yang dilakukan dengan cara bukan membayar, oleh kalangan pengiklan dewasa ini dianggap bukan sebagai iklan. Dalam kegiatan periklanan, istilah membayar sekarang ini harus dimaknai secara luas, sebab kata membayar tidak saja dilakukan dengan alat tukar 20 uang, melainkan dengan cara barter berupa ruang, waktu, dan kesempatan. f. Penyampaian pesan tersebut, mengharapkan dampak tertentu Dalam sebuah visualisasi iklan, seluruh pesan dalam iklan semestinya merupakan pesan yang efektif. Artinya pesan mampu menggerakan khalayak agar mereka mengikuti pesan iklan. 2.2.3 Media - media iklan Menurut Kotler dan Armstrong (2004, p.652) terdapat berbagai media iklan beserta keunggulan dan kelemahan dari masing – masing media tersebut: Tabel 2.2 Keunggulan dan Kelemahan Media Media Keunggulan Kelemahan Koran Fleksibilitas, kecepatan waktu, Masa edar pendek, kualitas liputan reproduksi Televisi pasar lokal yang bagus, diterima secara luas, jelek,pemindahtanganan tingkat kepercayaan tinggi. khalayak kecil. Liputan pasar massal bagus, Biaya biaya rendah, paparan berlangsung cepat, menggabungkan penglihatan, selektivitas khalayak kurang. perpaparan yang besar, rumit, suara dan gerakan, menarik panca indrera. Surat Langsung Selektivitas khalayak tinggi, Biaya per paparan relatif fleksibel, tidak ada persaingan tinggi, citra surat sampah. iklan pada media yang sama, memungkinkan personalisasi. Radio Penerimaan lokal yang baik, Keterpaparan cepat berlalu, selektivitas perhatian rendah, khalayak demografis geografis tinggi, dan biaya terfragmentasi. 21 rendah. Majalah Selektivitas geografis demografis tinggi, dan kualitas Biaya mahal, tidak ada jaminan posisi. reproduksi tinggi, masa edar lama dan tingkat keterbacaan baik. Luar Ruang Fleksibilitas, keterpaparan yang berulang tinggi, biaya rendah, persaingan pesan rendah, selektivitas posisi Selektivitas khalayak rendah, kelemahan kreatif. tinggi. Internet Selektivitas rendah, tinggi, biaya kecepatan waktu, Khalayak terpisah demografis, dampak relatif rendah, kemampuan interaktif. secara khalayak mengendalikan keterpaparan. 2.2.4 Fungsi Periklanan Berikut adalah fungsi periklanan menurut Lee dan Johnson (2007, p.10), yaitu: a. Periklanan menjalankan mengkomunikasikan sebuah informasi produk, fungsi ciri “informasi”; – ciri, dan iklan lokasi penjualannya. Periklanan juga memberi tahu konsumen tentang produk – produk baru. b. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “persuasif”; iklan mencoba membujuk konsumen untuk membeli merek – merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut. c. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “pengingat”; iklan terus menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka 22 akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merk pesaingnya. 2.2.5 Kreativitas Periklanan Menurut Belch (2001, p.249), kreativitas periklanan adalah kemampuan untuk menghasilkan ide yang baru, unik, dan sesuai yang dapat digunakan sebagai solusi untuk menyelsaikan masalah komunikasi. Menurut Frank Jefkins (1997) dikutip Agustrijanto (2002, p.47), dalam penulisan copy iklan yang menarik diperlukan tim kreatif. Copywriting merupakan kewiraniagaan melalui media cetak. Jika penulisan pesan penjualan tersebut gagal menarik perhatian (attention), ketertarikan (interest), keinginan (desire), keyakinan (conviction), dan tindakan (action) sebagaimana yang diinginkan, maka pesan penjualan atau copy iklan itu telah gagal. Copy iklan harus didukung oleh bentuk kreativitas lain seperti gambar, tipografi, dan juga warna. Namun, penulis iklan (copywriter) dalam menyusun pesan penjualan harus mengarahkan bentuk - bentuk kreativitas tersebut guna meraih tujuannya. Copywriter harus bekerja dengan erat bersama visualizer (juru gambar) dan typographer (ahli jenis huruf) guna menghasilkan interpretasi copy iklan yang artistik dan memenuhi kaidah tipografis. Desain atau layout iklan yang dirancang anggota tim kreatif harus memberikan dukungan yang efektif terhadap penampilan kata – kata, ilustrasi harus memberikan tekanan dan dukungan, serta tipografi (pilihan jenis huruf, ukuran, serta ketebalan huruf) harus menjadikan copy iklan terbaca dan memberi penekanan bilamana diperlukan. 2.2.6 Perencanaan Periklanan Tujuan – tujuan periklanan menyatakan dimana pengiklan ingin berada dalam kaitannya dengan pangsa pasar dan kepekaan publik. Strategi periklanan (atau kreatif) menggambarkan cara untuk mencapainya. Strategi periklanan ini terdiri dari elemen – elemen sebagai berikut (Lee & Johnson, 2007, p.157): 23 1. Media periklanan Para pengiklan memerlukan menentukan media mana sebuah metode yang digunakan, sistematik untuk fisik sebuah media, penggunaan warna, penentuan posisi. 2. Pesan Periklanan Apa yang ingin dikatakan perusahaan dalam iklan – ilklan dan bagaimana cara menyampaikannya, secara verbal atau nonverbal - membentuk pesan iklan. Hal yang perlu diperhatikan seperti penempatan pesan, format pesan, kuantitas informasi, compressed messages, dan sebagainya. 2.3 Persepsi Konsumen Persepsi adalah satu proses dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh (Bilson Simamora, 2004, p.102) Menurut Schiffman & Kanuk (2007, p.136), individu bertindak dan bereaksi berdasarkan persepsi mereka, tidak berdasarkan realitas yang objektif. Jadi, bagi pemasar, persepsi konsumen jauh lebih penting daripada pengetahuan mereka mengenai realitas yang objektif. Karena jika seorang berpikir mengenai realitas, itu bukanlah realitas yang sebenarnya, tetapi apa yang dipikirkan konsumen sebagai realitas, yang akan mempengaruhi tindakan mereka, kebiasaan membeli mereka, kebiasaan bersantai mereka dan sebagainya. Dan karena individu membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan apa yang mereka rasakan sebagai realitas, maka para pemasar perlu memahami gagasan persepsi secara keseluruhan dan berbagai konsep yang berhubungan dengannya, sehingga mereka dapat lebih mudah menetukan faktor – faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar 24 yang berarti dan masuk akal mengenai dunia. Proses ini dapat menjelaskan sebagai “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang seorang individu memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimuli menjadi gambaran dunia yang berarti dan koheren (Schiffman & Kanuk, 2010, p.175) Menurut Prasetijo (2005, p.67), dari definisi yang umum dapat dilihat bahwa persepsi seseorang akan berbeda dari yang lain. Cara memandang dunia luar sudah pasti dipengaruhi oleh sesuatu dari dalam maupun luar orang itu. Media massa dengan segala bentuknya dapat membentuk persepsi yang serupa antar warga kelompok masyarakat tertentu. Dalam hal pemasaran, pengaruh iklan di media massa, kemasan produk, papan reklame, dan sebagainya mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu produk atau merk. Menurut William J. Stanton dalam Setiadi (2003, p.160), persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan – rangsangan) yang kita terima melalu lima indera. Sedangkan menurut Webster dalam Setiadi (2003, p.160), persepsi adalah proses bagaimana stimuli – stimuli itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Persepsi kita dibentuk oleh tiga pasang pengaruh: 1. Karakteristik dari stimuli 2. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya 3. Kondisi – kondisi dalam diri kita sendiri Stimuli / stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Kita merasakan bentuk, warna, suara, sentuhan, aroma, dan rasa dari stimuli. Perilaku kita kemudian dipengaruhi oleh persepsi – persepsi fisik ini. Para pemasar harus menyadari bahwa manusia – manusia terbuka terhadap jumlah stimuli yang sangat banyak. Karena itu, seorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus sebagai stimuli yang jika ia ingin menarik perhatian konsumen. 25 Stimuli: - Penglihatan - Bau - Suara - Rasa Sensasi Indra peneriman Pemberi arti Perhatian Persepsi Interpretasi Tanggapan Sumber: Setiadi (2003, p.161) Gambar 2.1 Proses Perseptual Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda – beda. Oleh karena itu persepsi memiliki nilai subjektif. Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang perlu diperhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara subtansil bisa sangat berbeda dengan realitas. Gambar menjelaskan mengenai bagaimana stimuli ditangkap melalui indra (sensasi) dan kemudian diproses oleh penerima stimulus (persepsi). Dapat disimpulkan bahwa ada faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Faktor – faktor itu adalah: - Faktor internal: 1. Pengalaman 2. Kebutuhan saat itu 3. Nilai – nilai yang dianutnya 4. Ekspetasi atau harapan 26 - Faktor eksternal: 1. Fisik produk 2. Sifat – sifat stimulus 3. Situasi lingkungan 2.3.1 Dinamika persepsi Menurut Schiffman & Kanuk (2010, p.179), di bawah alam kesadarannya, konsumen melakukan pemilihan dalam mempersepsikan aspek – aspek lingkungan. Di bawah ini merupakan faktor – faktor yang mempengaruhi dinamika persepsi: 1. Sifat – sifat stimulus Stimulus pemasaran termasuk ciri – ciri produk, atribut – atributnya, rancangan kemasan, nama merk, iklan (termasuk model, jenis kelamin, ukuran iklan, dan sebagainya) dan posisi iklan atau waktu tayangnya serta lingkungan editorialnya. Faktor stimulus yang penting dalam persepsi konsumen adalah: a. Contrast, merupakan salah satu sifat stimulus yang paling dapat menarik perhatian, menguatkan persepsi dengan menonjolkan perbedaan intensitas stimulus itu. Jadi, konsumen menerima stimulus yang berhubungan dengan konteksnya. Hal ini mendasari prinsip sosok dan latar. b. Closure, adalah kecendrungan orang untuk mengisi, secara persepsi, bagian yang hilang dari stimulus yang tidak lengkap. c. Proximity, menurut prinsipnya, benda atau artikel yang berdekatan satu sama lain dalam wawasan waktu maupun ruang akan dipersepsi sebagai bagian – bagian yang berhubungan dari suatu pola atau konfigurasi. d. Similarity (grouping), dalam suatu konglomerasi suatu stimulus, orang akan mempersepsi obyek – obyek yang kelihatan sama menjadi satu kelompok. e. Ukuran, warna, posisi dan usia dari stimulus itu. Ukuran, warna, dan posisi produk dalam stimulus, atau dalam hal ini iklan, harus sesuai 27 dengan positioning produk; sedangkan stimulus yang baru tentu saja akan lebih menarik perhatian dari pada yang sudah usang. 2. Expectation Harapan ini dibentuk dari pengalaman sebelumnya, informasi yang dia peroleh dari media massa dan kenalannya, atau juga dari apa yang dilihat, didengar, dan diraba saat itu. Produk diberi kemasan dengan bahan, warna dan gambar tertentu. Semua itu merupakan sesuatu yang mengkondisikan prospek untuk membentuk ekspektasi. 3. Motive Motif adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Orang cendrung memasukan stimulus yang cocok dengan motifnya ke dalam persepsinya. Semakin kebutuhannya, semakin besar kecendrungan untuk mengabaikan stimulus yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan itu. 2.3.2 Definisi Pengalaman Konsumen Menurut Schmitt (2002, p. 45) sebuah pengalaman konsumen memberi lebih dari keuntungan fungsional tradisional seperti mengirim produk pada waktunya dan harga yang tepat. Ketika konsumen memulai mengembangkan suatu hubungan melebihi transaksi ekonomi, dengan kata lain, ketika konsumen menghubungkan emosi mereka secara simbolik, dan pengalaman kepada perusahaan, perusahaan dapat mencapai lebih dari sekedar keuntungan yang ditargetkan atau loyalitas yang tinggi. Sebagai tambahan perusahaan dapat mencari konsumen baru berdasar pada semangat konsumen lama yang melindungi, menyebarkan, dan menjaga merk. 28 2.4 Pengertian perilaku konsumen Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses dan aktivitas yang orang lakukan di saat mencari, memilih, membeli, menggunakan, evaluasi, dan menghabiskan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Belch, 2001, p.107) Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditampilkan dalam mencari, membeli, menggunakan, evaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan untuk memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman & Kanuk, 2010, p.23) Menurut American Marketing Association dalam Setiadi (2003, p.3) “Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka”. Dari definisi tersebut di atas terdapat tiga ide penting yaitu: (1) Perilaku konsumen adalah dinamis; (2) Hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku serta kejadian di sekitar; dan (3) Hal tersebut melibatkan pertukaran. Menurut Loudon dan Bitta dalam Simamora (2004, p.2), perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut. 29 2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Dalam memahami perilaku konsumen perlu dipahami siapa konsumen, sebab dalam suatu lingkungan yang berbeda akan memiliki penelitian, kebutuhan, pendapat, sikap dan selera yang berbeda. Menurut Kotler (2006, p.232), Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah kebudayaan, faktor sosial, pribadi, psikologis. Sebagian faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen tersebut mempengaruhi pembelian konsumen. BUDAYA: • SOSIAL: Budaya • Subbudaya • Kelompok • Kelas Sosial • Keluarga • Peran & Status • PRIBADI: Umur • Pekerjaan • • Situasi • Persepsi Ekonomi • Pengetahuan • Gaya hidup • Keyakinan • Kepribadian PSIKOLOGIS: Motivasi Gambar 2.2 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen PEMBELIAN 30 Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Faktor kebudayaan Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari lembaga-lembaga penting lainnya. Faktor kebudayaan memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang dimainkan oleh: 1. Budaya Budaya adalah kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. 2. Sub budaya Sub budaya adalah sekelompok orang dengan sistem nilai terpisah berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang umum. Sub budaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. 3. Kelas sosial Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan tingkah laku yang serupa. 31 b. Faktor sosial Kelas sosial merupakan Pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilainilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Dalam beberapa sistem sosial, anggota dari kelas yang berbeda memelihara peran tertentu dan tidak dapat mengubah posisi sosial mereka. Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, yaitu: 1) Kelompok Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama. Beberapa merupakan kelompok primer yang mempunyai interaksi reguler tapi informal- seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan sekerja. Beberapa merupakan kelompok sekunder, yang mempunyai interaksi lebih formal dan kurang reguler. Ini mencakup organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi profesional dan serikat pekerja. 2) Keluarga Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan telah diteliti secara mendalam, pemasar tertarik dalam peran dan pengaruh suami, istri dan anak-anak pada pembelian berbagai produk dan jasa. 32 3) Peran dan status Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang - orang yang ada disekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang masyarakat. Orang seringkali memilih produk yang diberikan oleh menunjukkan statusnya dalam masyarakat. c. Faktor pribadi Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan. Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu: 1) Umur dan tahap daur hidup Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap. 2) Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka. Sebuah perusahaan 33 bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan produk menurut kelompok pekerjaan tertentu. 3) Situasi ekonomi Situasi ekonomi sekarang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali dan mengubah harga produknya. 4) Gaya hidup Pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi) dan opini yang lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang, gaya hidup menampilkan pola bereaksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di dunia. 5) Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian setiap orang jelas mempengaruhi tingkah laku membelinya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa percaya diri, dominasi, kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan. Kepribadian dapat bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku konsumen untuk pemilihan produk atau merek tertentu. 34 d. Faktor psikologis Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. 2.4.2 Pengertian Keputusan Pembelian Menurut Shiffman dan Kanuk (2007, p.485), keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkatan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika pengambilan keputusan. Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, pengguanan beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu. Shiffman dan Kanuk (2007, p.289) mendefinisikan suatu keputusan adalah sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternative. Jika konsumen tidak memiliki pilihan alternatif. Suatu konsumen tanpa pilihan tersebut maka disebut sebagai sebuah Hobson’s choice. Dalam membeli suatu barang atau jasa seorang konsumen akan melalui suatu proses keputusan pembelian. Menurut Ma’ruf (2006, p.61) terdapat tiga keputusan pembelian, yaitu : 1. Proses keputusan panjang untuk barang durable (rumah, lahan mobil, dll). Proses itu menurut Berman dan Evans adalah stimulus, kebutuhan, mencari informasi, evaluasi, transaksi ke perilaku pasca pembelian. Pengertian stimulus adalah situasi yang menyebabkan munculnya kebutuhan dalam diri konsumen. 2. Proses kebutuhan terbatas, sama dengan proses diatas tetapi terjadi secara lebih cepat dan kadang meloncati tahapan. Proses terbatas ini biasanyauntuk barang seperti pakaian, hadiah , mobil kedua. 3. Proses pembelian rutin, keputusan pembelian yang terjadi secara kebiasaan sehingga proses pembelian sangat singkat saja. Menurut 35 Utami (2006, p.37) kesetian pada merk dan kesetian pada pada toko adalah contoh pengambilan keputusan berdasarkan kebiasaan. Proses pembelian yang panjang dan terbatas dapat dikatakan sebagai pembelian yang bersifat insidental. Sedangakan proses pembelian rutin merupakan proses berlawanan arah dengan proses pembelian yang bersifat incidental. Pembelian incidental adalah yang hanya sekali atau sekali-kali beli. Impulse buying adalah proses pembelian barang yang terjadi secara spontan. Menurut Ma’ ruf ( 2006, p.64) ada tiga jenis pembelian impulse buying, yaitu : 1. Pembelian tanpa rencana sama sekali. Konsumen tidak ada rencana apa pun untuk pembelian barang. 2. Pembelian dengan setengah tidak direncanakan. Konsumen sudah ada rencana untuk membeli tetapi tidak punya rencana atau jenis/merek dan membeli ketika melihat barang itu sendiri. 3. Barang pengganti yang tidak direncanakan. Konsumen sudah ingin membeli barang dengan merek tertentu, dan membeli brang tersebut dengan merek lain. 2.4.3 Tingkatan dalam keputusan pembelian Menurut Schiffman & Kanuk (2010, p.478) ada tiga tingkatan spesifik yang membedakan dalam keputusan pembelian, yaitu: a) Extensive problem solving Di saat konsumen tidak memiliki kriteria khusus dalam mengevaluasi kategori produk atau merk spesifik dalam kategori tersebut atau tidak menyempit dalam jumlah merk yang dipertimbangkan, hal ini bisa dikategorikan extensive problem solving. b) Limited problem solving Di tingkatan ini, konsumen sudah memiliki kriteria dasar dalam evaluasi kategori produk dan beberapa merk dalam kategori 36 c) Routinized response behavior Di level ini, konsumen telah memiliki pengalaman dengan kategori produk dan beberapa kriteria yang untuk mengevaluasi merk yang mereka anggap. 2.4.4 Peran konsumen dalam membeli Menurut Engel et. Al (2000, p.31) Keputusan pembelian adalah proses merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melakukan pembelian. Pemasar perlu mengetahui siapa yang terlibat dalam keputusan membeli dan peran apa yang dimainkan oleh setiap orang untuk banyak produk, cukup mudah untuk mengenali siapa yang mengambil keputusan. Menurut Engel et. Al (2000, p.33) beberapa peran dalam keputusan membeli: a. Pemrakarsa orang yang pertama menyarankan atau mencetuskan gagasan membeli produk atau jasa tertentu. b. Pemberi pengaruh: orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan membeli. c. Pengambil keputusan : orang yang akhirnya membuat keputusan membeli atau sebagian dari itu, apakah akan membeli, apa yang dibeli, bagaimana membelinya atau di mana membeli. d. Pembeli : orang yang benar-benar melakukan pembelian e. Pengguna : orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. 37 Mengetahui peserta utama proses pembelian dan peran yang mereka mainkan membantu pemasar untuk menyesuaikan program pemasaran. 2.4.5 Jenis - jenis tingkah laku keputusan pembelian Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanya semakin banyak pertimbangannya untuk membeli. Menurut Kotler (2003, p.160) adapun jenis-jenis tingkah laku membeli konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan dan tingkat perbedaan antara merek, yaitu: a. tingkah laku membeli yang kompleks b. tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan. c. tingkah laku membeli yang mencari variasi d. tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan. Penjelasan jenis-jenis tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut: a. Tingkah laku membeli yang kompleks Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan tinggi konsumen dalam pembelian dan perbedaan besar yang dirasakan diantara merek. Pembeli ini akan melewati proses pembelajaran, pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk, kemudian sikap, dan selanjutnya membuat pilihan membeli yang dipikirkan masak-masak. Pemasar dari produk yang banyak melibatkan peserta harus memahami tingkah laku pengumpulan informasi dan evaluasi dari konsumen yang amat terlibat. Mereka perlu membantu pembeli belajar mengenai atribut kelas produk dan kepentingan relatif masing-masing, dan mengenai apa yang ditawarkan merk tertentu, 38 mungkin dengan menguraikan panjang lebar keunggulan mereka lewat media cetak. b. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen amat terlibat dalam pembelian barang yang mahal, jarang dibeli dan beresiko tetapi melihat sedikit perbedaan diantara merek. c. Tingkah laku membeli yang merupakan kebiasaan Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan terjadi di bawah kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan merek yang dirasakan besar. Konsumen tampaknya mempunyai keterlibatan yang rendah dengan kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli. Dalam hal ini, tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat urutan keyakinan – sikap – tingkah laku yang biasa. Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensif mengenai merek mana yang akan dibeli. Sebaliknya, mereka secara pasif menerima informasi ketika menonton televisi atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan pengenalan akan merek bukan keyakinan pada merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek; mereka memilih merek karena sudah dikenal. Karena keterlibatan mereka dengan produk tidak tinggi, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan bahkan setelah membeli. Jadi, proses membeli melibatkan keyakinan merek yang terbentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti dengan tingkah laku membeli, yang mungkin diikuti atau tidak dengan evaluasi. Karena pembeli tidak memberikan komitmen yang kuat pada suatu merek, pemasar produk yang kurang terlibat 39 pada beberapa perbedaan merek seringkali menggunakan harga dan promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba produk. d. Tingkah laku membeli yang mencari variasi Konsumen menjalani tingkah laku membeli yang mencari variasi dalam situasi yang ditandai oleh keterlibatan konsumen rendah, tetapi perbedaan merk dianggap berarti. Dalam kategori produk seperti ini, strategi pemasaran mungkin berbeda untuk merk yang menjadi pemimpin pasar dan untuk merk yang kurang ternama. Perusahaan akan mendorong pencarian variasi dengan menawarkan harga rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru. 2.4.6 Proses Keputusan Membeli Menurut (Belch, 2001, p.108) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu: a. Pengenalan Masalah b. Pencarian Informasi c. Evaluasi alternatif d. Keputusan Membeli e. Tingkah laku pasca pembelian 40 Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Pengenalan masalah Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan. b. Pencarian informasi Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada umumnya belajar mengenai obat baru cari sumber komersial, tetapi bertanya kepada dokter lain untuk informasi yang evaluatif. c. Evaluasi alternatif Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita 41 menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian. Pemasar harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan membeli. e. Keputusan membeli Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, 42 yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian. f. Tingkah laku pasca pembelian Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas. Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. 43 2.6 Kerangka Pemikiran Kreativitas Periklanan (X2) Citra Merk (X1) Pengalaman Konsumen (Y) Keputusan Pembelian (Z) Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran