Diktat Kuliah SISTEM MANAGEMEN LINGKUNGAN (SML) Untuk Kalangan Terbatas Pada Mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Medan Area Oleh: Drs. Riyanto, Msc Medan 2017 2 Mata Kuliah Sistem Managemen Lingkungan Pendahuluan I. Matakuliah ini adalah matakuliah program S1 yang mengkaji lingkungan hidup (LH), menganalisa kondisinya saat ini dan potensi permasalahannya kedepan, mempelajari UU dan peraturan yang mengatur pengelolaan LH, mempelajari pencegahan kerusakan LH secara pre-emtip, preventip, proaktip dan represip, membahas cara-cara mengaudit LH, mengevaluasi dan belaja cara memberikan rekomendasi perbaikan terhadap Lingkungan khususnya LH sekitar perusahaan yang berpotensi memberikan dampak negatip terhadap LH. Tujuan mata kuliah Sistem managemen Lingkungan (SML) agar mahasiswa setelah menempuh mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mahasiswa mengerti polecy tentang lingkungan hidup, aspek –aspek lingkungan hidup, peraturan pemerintah dan undang-undang yang berhubungan dengan lingkungan, UU dan peraturan yang mengatur pengelolaan LH, memahami pencegahan kerusakan LH secara pre-emtip, preventip, proaktip dan represip, mengetahui cara mengaudit LH, mengevaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan pencegahan kerusakan lingkungan akibat suatu aktifitas entitas bisnis tertentu. Adapun outcome yang diharapkan dari mata kuliah ini mahasiswa diharapkan: a. Mampu mempelajari dan mengembangkan sendiri (self-learning) berbagai teori ilmu yang mendukung system managemen pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan hidup. b. Mampu melakukan analisis terhadap resiko dampak jika ada gangguan terhadap lingkungan hidup c. Memiliki keluasan wawasan tentang isue-isue lingkungan hidup yang terus berkembang d. Memiliki wawasan untuk berkarir di bidang lingkungan hidup. “Lingkungan didefinisikan sebagai sekitar kita yang berinteraksi baik sebagai individual atau dalam kelompok sosial dan termasuk aspek bio fisik dan sosial budaya. Pengelolaan LH adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi : kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup (UU.RI. No. 23 Tahun 1997) yang sekarang sudah dipernaharui menjadi UU.RI. No. 32 Tahun 2009 Lingk Fisik Apa itu SML •UU Ling Hidup •HCV •Flora & Fauna •ISO14000 Sisten Managemen Lingkungan Lingk Sosial • SML SMK3 CSR SMK3 •CD, CC, CSR Certificataion for Inveronment SML ISO1400 • Round Table Sustainable Palm Oil Sistem managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerla RSPO SMK3 & CSR Corporate Social Responsibility Text Sistem Manajemen Lingkungan (SML) adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam prosesproses bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan mengontrol dampak-dampak lingkungan secara efektif, dan oleh karenanya merupakan risiko-risiko lingkungan. 3 PRINSIP-PRINSIP DEKLARASI STOCKHOLM & RIO DE JANEIRO (diadopsi dalam perundang-undangan LH Nasional) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Tanggung jawab negara (State Responsibility) Hak dasar atas LH (Right to Environment) Keterpaduan pengelolaan LH Hak berperan serta (Popular Participations) Aksesibilitas pada informasi Precautionary Principles Polluter Pays Principle Tanggung Jawab Mutlak (Strict Liability) Keadilan inter dan antar generasi Kewajiban bekerjasama Aksesibilitas pada teknologi lingkungan Hak bersama atas SDA lintas batas Note. Pengaturan ECO-SUSTAINABLE DEVELOPMENT 1. Pemanfaatan SDA secara rasional 2. Pembangunan tanpa merusak (Eco-Development) 3. Keterpaduan pengelolaan (Integrated Policy) Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya. CIRI-CIRI LINGKUNGAN l Sistem (systems) l Berstruktur (structure) l Saling-Tergantung (interdependency) l Jaring kerja (networks) l Keanekaragaman (diversity) l Holistik (holistic) l Dinamis (dinamic) l Keseimbangan (equilibrium) 4 Antisipasi Kerusakan LH secara Pre-Emtip 1. Ada yang bersifat pre-emtip (Kebijakan) Tindakan yang dilakukan pada tingkat pengambilan KEPUTUSAN & PERENCANAAN seperti: penataan ruang dan AMDAL (Dilakukan Pemerintah Pusat) 2. Ada yang bersifat Preventip (Pencegahan) Tindakan pada tingkat PELAKSANAAN: evaluasi berbagai instrumen ekonomi (pajak & retribusi lingkungan, dana pelestarian lingkungan hidup), izin, dan penataan baku mutu buangan (Dilakukan Pemerintah Daerah) 3. Ada yang bersifat pro-aktip Tindakan pada tingkat PRODUKSI dengan menerapkan standardisasi lingkungan seperti: ISO 14000, RSPO, ISPO 4. Ada yang bersifat represip Tindakan pada tingkat penindakan / hukuman / denda bagi para perusak atau pelanggar aturan Lingkungan Hidup lainnya. 5 II. PERUNDANGAN YANG MENGANDUNG PENGATURAN LINGKUNGAN HIDUP a.l: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Hinder-Ordonnantie 1926 UU 5/1960: Agraria UU 11/1967: Pertambangan UU 11/1974: Pengairan UU 5/1984: Perindustrian UU 9/1985: Perikanan UU 5/1990: KSDAH UU 9/1990: Kepariwisataan UU 4/1992: Perumahan dan Permukiman UU 5/1992: Cagar Budaya UU 12/1992: SBD Tanaman UU 24/1992: Tata Ruang UU 6/1996: Perairan INA UU 10/1997: Tenaga Nuklir UU 15/1997: Transmigrasi UU 41/1999: Kehutanan UU 22/2001: Migas UU 16/2002: Explorasi Angkasa UU 20/2002: Ketenagalistrikan UU 28/2002: Bangunan UU 17/2004: Protokol Kyoto UU 7/2004: SD Air UU 26/2007: Penataan Ruang UU 27/2007: Pngelolaan Pesisir UU 30/2007: Energi UPAYA TERPADU Untuk Melestarikan Fungsi Lingkungan Hidup: Kebijaksanaan PENATAAN LH PEMANFAATAN LH PENGEMBANGAN LH PEMELIHARAAN LH PEMULIHAN LH PENGAWASAN LH PENGENDALIHAN LH UU dan Peraturan lainnya yang mempengaruhi system pengelolaan / managemen lingkungan. UU No. 2 Tahun 1966 Hygiene UU No. 5 Tahun 1967 Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan UU No. 6 Tahun 1967 Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan Dan Kesehatan Hewan UU No. 11 Tahun 1967 Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja UU No. 16 Tahun 1985 Rumah Susun UU No. 5 Tahun 1990 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya UU No. 4 Tahun 1992 Perumahan dan Pemukiman 6 UU No. 24 Tahun 1992 Penataan Ruang UU No. 5 Tahun 1994 Pengesahan United Nations Convention On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati) UU No. 6 Tahun 1994 Pengesahan United Nations Framework Convention On Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Perubahan Iklim) UU No. 23 Tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No. 41 Tahun 1999 Kehutanan UU No. 7 Tahun 2004 Sumberdaya Air =Peraturan Pemerintah PP No. 9 Thn 1969 Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi PP No. 32 Thn 1969 Pelaksanaan Undang Undang No. 11 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan PP No. 33 Thn 1970 Perencanaan Hutan PP No. 7 Thn 1973 Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan Pestisida PP No. 19 Thn 1973 Pengaturan Dan Pengawasan Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan PP No. 11 Tahun 1975 Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi PP No. 12 Tahun 1975 Izin Pemakaian Zat Radioaktip Dan Atau Sumber Radiasi Lainnya PP No. 13 Tahun 1975 Pengangkutan Zat Radioaktip PP No. 27 Tahun 1980 Penggolongan Bahan-bahan Galian PP No. 6 Tahun 1981 Iuran Pembiayaan Eksploitasi Dan Pemeliharaan Prasarana Pengairan PP No. 22 Tahun 1982 Tata Pengaturan Air PP No. 23 Tahun 1982 Irigasi PP No. 15 Tahun 1984 Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia PP No. 28 Tahun 1985 Perlindungan Hutan PP No. 4 Tahun 1988 Rumah Susun PP No. 20 Tahun 1990 Pengendalian Pencemaran Air PP No. 27 Tahun 1991 Rawa PP No. 35 Tahun 1991 Sungai PP No. 13 Tahun 1994 Perburuan Satwa Buru PP No. 18 Tahun 1994 Pengusahaan Pariwisata Alam Di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Dan Taman Wisata Alam PP No. 6 Tahun 1995 Perlindungan Tanaman PP No. 68 Tahun 1998 Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam PP No. 6 Tahun 1999 Pengusahaan Hutan Dan Pemungutan Hasil Hutan Pada Hutan Produksi PP No. 7 Tahun 1999 Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa PP No. 8 Tahun 1999 Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Liar 7 PP No. 18 Tahun 1999 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun PP No. 19 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut PP No. 27 Tahun 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran Udara PP No. 85 Tahun 1999 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya PP No. 10 Tahun 2000 Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah PP No. 54 Tahun 2000 Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan PP No. 63 Tahun 2000 Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion PP No. 102 Tahun 2000 Standardisasi Nasional PP No. 4 Tahun 2001 Pengendalian Kerusakan Dan Atau Pencemaran Lingkungan Hidup Yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan Dan Atau Lahan PP No. 8 Tahun 2001 Pupuk Budidaya Tanaman PP No. 82 Tahun 2001 Penjelasan Pengolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air PP No. 74 Tahun 2001 Penjelasan LAMPIRAN-1 LAMPIRAN-2 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun PP No. 26 Tahun 2002 Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif PP No. 27 Tahun 2002 Pengelolaan Limbah Radioaktif Keputusan Presiden Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978 Convention On International Trade In Endangered Species Of Wild Fauna And Flora Keputusan Presiden No. 46 Tahun 1986 Pengesahan International Convention For The Prevention Of Pollution From Ships 1973, Beserta Protokol Keputusan Presiden No. 49 Tahun 1986 Pengesahan Convention On The Physical Protection Of Nuclear Material Keputusan Presiden No. 1 Tahun 1987 Pengesahan Amandemen 1979 Atas Convention On International Trade In Endangered Species Of Wild Fauna And Flora, 1973 Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 48 Tahun 1991 Pengesahan Convention On Wetlands Of International Importance Especially As Waterfowl Habitat Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993 Satwa Dan Bunga Nasional Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1993 Pengesahan Basel Convention On The Control Of Transboundary Movements Of Hazardous Wastes And Their Disposal Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1993 Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional 8 Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1995 Pembentukan Tim Pengamanan Hutan Terpadu Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1995 Reklamasi Pantai Utara Jakarta Keputusan Presiden No. 73 Tahun 1995 Reklamasi Pantai Kapuknaga, Tangerang Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1998 Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser Keputusan Presiden No. 101 Tahun 2001 Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Menteri Negara Keputusan Presiden No. 102 Tahun 2001 Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan organisasi, Dan Tata Kerja Departemen Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen Keputusan Presiden No. 106 Tahun 2001 Pengesahan Convension On Nuclear Safety (Konvensi Tentang Keselamatan Nuklir) Instruksi Presiden Instruksi Presiden No. 5 Tahun 1982 Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan Tahun 1982 / 1983 Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1990 Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar Dan Ikan Beku Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2001 Pemberantasan Penebangan Kayu Illegal (Illegal Logging) Dan Peredaran Hasil Hutan Illegal Di Kawasan Ekosistem Leuser Dan Taman Nasional Tanjung Puting Peraturan Menteri Peraturan Menteri Kesehatan No. 528 Tahun 1982 Kualitas Air Tanah Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 Tahun 1989 Persyaratan Kesehatan Rumah Makan Dan Restoran Peraturan Menteri Kesehatan No. 472 Tahun 1996 Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 39 Tahun 1989 Pembagian Wilayah Sungai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45 Tahun 1990 Pengendalian Mutu Air Pada Sumber Sumber Air Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 48 Tahun 1990 Pengelolaan Atas Air Dan Atau Sumber Air Pada Wilayah Sungai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 Tata Cara Dan Persyaratan Izin Penggunaan Air Dan Atau Sumber Air Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993 Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 Reklamasi Rawa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 65 Tahun 1993 Penyuluhan Pengairan 9 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 67 Tahun 1993 Panitia Tata Pengaturan Air Propinsi Daerah Tingkat I Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 05 Tahun 1996 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahunan 2006 Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.12 Tahun 2007 Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Keputusan Bersama Menteri Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum Dan Penggunaan Air Dan Atau Sumber Air Untuk Kegiatan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 04 Tahun 1991 Usaha Pertambangan Termasuk Pertambangan Minyak Dan dan 76 Tahun 1991 Gas Bumi Dan Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi Keputusan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup /Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Pelaksanaan Pemantauan Dampak Lingkungan 183/Menkes/SKB/II/1993 No.Kep09/Bapedal/O2/1993 Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan Dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, Dan Menteri Negara Pangan Dan Hortikultura No. 998.1/Kpts/OT.201/9/1999 790.a/Kpts-IX/1999 1145A/MENKES/SKB/IX/1999 015A/NMenegPHOR/09/1999 Keamanan Hayati Dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetik Keputusan Menteri Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/Um/1/1975 Pembinaan Kelestarian Kekayaan Yang Terdapat Dalam Sumber Perikanan Indonesia Keputusan Menteri Pertanian No. 944 Tahun 1984 Pembatasan Pendaftaran Pestisida Keputusan Menteri Pertanian No. 536 Tahun 1985 Pengawasan Pestisida Keputusan Menteri Pertanian No. 541 Tahun 1996 Pendaftaran Dan Pemberian Izin Tetap Pestisida Keputusan Menteri Pertanian No. 543 Tahun 1996 Pendaftaran Dan Pemberian Izin Sementara Pestisida Keputusan Menteri Pertanian No. 544 Tahun 1996 Pendaftaran Dan Pemberian Izin Bahan Teknis Pestisida Keputusan Menteri Pertanian No. 546 Tahun 1996 Pemberian Izin Dan Perluasan Penggunaan Pestisida Keputusan Menteri Pertanian No. 688 Tahun 1998 Perubahan Anggota Komisi Pestisida Keputusan Menteri Pertanian No. 763 Tahun 1998 Pendaftaran Dan Pemberian Izin Tetap Pestisida 10 Keputusan Menteri Pertanian No. 764 Tahun 1998 Pendaftaran Dan Pemberian Izin Sementara Pestisida Keputusan Menteri Pertanian No. 818 Tahun 1998 Laporan Pemantauan Limbah Cair Kegiatan/Usaha Dan Atau Industri Pertanian Keputusan Menteri Pertanian No. 949 Tahun 1998 Pestisida Terbatas Keputusan Menteri Perindustrian No. 148 Tahun 1985 Pengamanan Bahan Beracun Dan Berbahaya Di Perusahaan Industri Keputusan Menteri Perindustrian No. 250 Tahun 1994 Pedoman Teknis Penyusunan Pengendalian Dampak Terhadap Lingkungan Hidup Pada Sektor Industri Keputusan Menteri Perindustrian No. 148 Tahun 1995 Penetapan .Jenis Dan Komoditi Industri Yang Proses Produksinya Tidak Merusak Ataupun Membahayakan Lingkungan Serta Tidak Menggunakan Sumber Daya Alam Secara Berlebihan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 458 Tahun 1986 Ketentuan Pengamanan Sungai Dalam Hubungan Dengan Penambangan Bahan Galian Golongan C Keputusan Menteri Perhubungan No. 167 Tahun 1986 Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dan Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran Oleh Bahan Cair Beracun Keputusan Menteri Perhubungan No. 215 Tahun 1987 Pengadaan Fasilitas Penampungan Limbah Dari Kapal Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal Keputusan Menteri Kehutanan No.756 Tahun 1990 Penetapan Kelompok Hutan Rawa Aopa Watumohai Yang Terletak di Propinsi Dati I Sulawesi Tenggara Seluas 12.825 HA, Di Kabupaten Dati II Kolaka Seluas 12.825 HA, Di Kabupaten Dati II Buton Seluas 45.605 HA Dan Di Kabupaten Dati II Kendari Seluas 46.764 HA S Keputusan Menteri Kehutanan No. 252 Tahun 1993 Kriteria Dan Indikator Pengelolaan Hutan Produksi Alam Indonesia Secara Lestari Keputusan Menteri Kehutanan No. 26 Tahun 1994 Pemanfaatan Jenis Kera Ekor Panjang (Macaca Fascilularis), Beruk (Macaca Nemesterina) Dan Ikan Arowana ( Sceleropages Formasus) Untuk Keperluan Eksport Keputusan Menteri Kehutanan No. 154/Kpts-II/1997 Perubahan Fungsi Dan Penunjukan Cagar Alam Lorentz Seluas ?1.907.500 Hektar, Hutan Lindung Gunung Trikora Seluas ? 373.125 Hektar, Dan Perairan Sekitarnya Seluas ? 224.975 Hektar Yang Terletak di Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya Sebagai Taman Nasional Keputusan Menteri Kehutanan No. 20 Tahun 2001 Pola Umum Dan Standar Serta Kriteria Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Keputusan Menteri Kehutanan No. 32/KptsKriteria Dan Standar Pengukuhan Kawasan Hutan II/2001 Keputusan Menteri Kehutanan No. 70 Tahun 2001 Penetapan Kawasan Hutan, Perubahan Status Dan Fungsi Kawasan Hutan Menteri Kehutanan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 86 Tahun 1990 Tata Cara Pemusnahan Pelumas Bekas Dan Pengawasannya 11 Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 1991 Pedoman Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 1992 Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Daerah Tingkat I Dan Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Daerah Tingkat II Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 84 Tahun 1993 Bentuk Peraturan Daerah Dan Peraturan Daerah Perubahan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 98 Tahun 1996 Pedoman Pembentukan, Organisasi Dan Tatakerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 179 Tahun 1996 Pedoman Organisasi Dan Tata Kerja Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah No. 50 Tahun 2000 Pedoman Susunan Organisasi Perangkat Daerah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35 Tahun 1993 Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 1994 Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1994 Pedoman Susunan Keanggotaan Dan Tata Kerja Komisi AMDAL Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 1994 Pedoman Umum Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 1994 Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 1994 Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 1995 Pemberian Penghargaan Kalpataru Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 1995 Dewan Pertimbangan Pemberian Penghargaan Kalpataru Masa Bakti 1995-1998 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 24 Tahun 1995 Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 1995 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35 Tahun 1995 Program Kali Bersih Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 1995 Pedoman Pelaksanaan Kebersihan Kota Dan Pemberian Penghargaan Adipura Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 52 Tahun 1995 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 54 Tahun 1995 Pembentukan Komisi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Terpadu Multisektor Dan Regional Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 55 Tahun 1995 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Regional Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 57 Tahun 1995 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Usaha Atau Kegiatan Terpadu/Multisektor 12 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35-A Tahun 1995 Program Penilaian Kinerja Perusahaan / Kegiatan Usaha Dalam Pengendalian Pencemaran Dalam Lingkup Kegiatan PROKASIH (PROPER PROKASIH) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 1996 Program Langit Biru Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 1996 Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Langit Biru Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 39 Tahun 1996 Jenis Usaha Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 1996 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 43 Tahun 1996 Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1996 Program Pantai Lestari Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 46 Tahun 1996 Pembentukan Tim Pengarah Dan Tim Teknis Program Pantai Lestari Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 47 Tahun 1996 Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Pantai Lestari Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Baku Tingkat Kebisingan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Baku Tingkat Getaran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Baku Tingkat Kebauan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 1997 Perubahan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 Tahun 1996 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Indeks Standar Pencemar Udara Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 1998 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 1999 Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 1 Tahun 2000 Organisasi Dan Tata Kerja Staf Menteri Negara Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 Panduan Penilaian Dokumen AMDAL Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2000 Jenis Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2000 Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Permukiman Terpadu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Di Daerah 13 Hidup No. 5 Tahun 2000 Lahan Basah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 Pedoman Tata Kerja Komisis Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 41 Tahun 2000 Pedoman Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 2000 Susunan Keanggotaan Komisi Penilai Dan Tim Teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pusat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001 Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2001 Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2001 Organisasi Dan Tata Kerja Staf Menteri Negara Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2001 Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang Diwajibkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2003 LAMPIRAN Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2003 LAMPIRAN Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 77 Tahun 2003 Pembentukan Lembaga Penyedian Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan (LPJP2SLH) pada Kementerian Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 78 Tahun 2003 Tata Cara Pengelolaan Permohonan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan pada Kementerian Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 111 Tahun 2003 Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air LAMPIRAN Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 Baku Mutu Air Limbah Domestik Keputusan Menteri Negara Lingkungan Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan 14 Hidup No. 113 Tahun 2003 Batubara Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 Pedoman Penentuan Status Mutu Air Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 128 Tahun 2003 Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara Biologis Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 129 Tahun 2003 Baku Mutu Emisi Udara dan atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141 Tahun 2003 Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaran Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor yang Sedang Diproduksi (Current Production) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003 Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.19 Tahun 2004 Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004. LAMPIRAN-1 LAMPIRAN-2 LAMPIRAN-3 Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.95 Tahun 2004 LAMPIRAN Klasifikasi Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.122 Tahun 2004 Perubahan atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.133 Tahun 2004 LAMPIRAN Baku Mutu Emisi Kegiatan Industri Pupuk Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.148 Tahun 2004 LAMPIRAN-1 LAMPIRAN-2 Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.175 Tahun 2004 Organisasi dan Tata Laksanan Pusat Produksi Bersih Nasional Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.178 Tahun 2004 LAMPIRAN-1 LAMPIRAN-2 Kurikulum Penyusunan, Penilaian dan Pedoman Serta Kriteria Penyelenggaraan Pelatihan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.179 Tahun 2004 Ralat atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut 15 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.197 Tahun 2004 Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.200 Tahun 2004 Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.201 Tahun 2004 Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.202 Tahun 2004 Baku Mutu Air Limbah dan atau Kerusakan Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan Atas Tembaga Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.252 Tahun 2004 Program Penilaian Peringkat Hasil Uji Tipe Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 2555.K Tahun 1993 Pelaksana Inspeksi Tambang Bidang Pertambangan Umum Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 103.K Tahun 1994 Pengawasan Atas Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Dalam Bidang Pertambangan Dan Energi Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 1211 k Tahun 1995 Pencegahan Dan Penaggulangan Perusakan Dan Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No.137/MPP/Kep/6/1996 Prosedur Impor Limbah Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 231 Tahun 1997 Prosedur Impor Limbah Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 254 Tahun 1997 Kriteria Industri Kecil Dan Perdagangan Kecil Di Lingkungan Departemen Perindustrian Dan Perdagangan Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 255 Tahun 1997 Pelimpahan Wewenang Pemberian Perijinan Di Bidang Industri Dan Perdagangan Di Lingkungan Departemen Perindustrian Dan Perdagangan Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 110 Tahun 1998 Larangan Memproduksi Dan Memperdagangkan Bahan Perusak Lapisan Ozon Serta Memproduksi Dan Memperdagangkan Barang Baru Yang Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon (Ozone Depleting Substances) Keputusan Menteri Kesehatan No. 872 Tahun 1997 Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Keputusan Menteri Kesehatan No. 829 Tahun 1999 Persyaratan Kesehatan Perumahan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 376 Tahun 1998 Kriteria Penyediaan Areal Hutan Untuk Perkebunan Budidaya Kelapa Sawit Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar 16 Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 728/Kpts-II/1998 Luas Maksimum Pengusahaan Hutan Dan Pelepasan Kawasan Hutan Untuk Budidaya Perkebunan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 731 Tahun 1998 Tata Cara Pelelangan Hak Pengusahaan Hutan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 732/Kpts-II/1998 Persyaratan Dan Tata Cara Pembaharuan Hak Pengusahaan Hutan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 734/Kpts-II/1998 im Persiapan Pelelangan Hak Pengusahaan Hutan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 735 Tahun 1998 Panitia Pelaksana Pelelangan Hak Pengusahaan Hutan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 146 Tahun 1999 Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 279 Tahun 1999 Pembinaan Wilayah Di Bidang Kehutanan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 385 Tahun 1999 Penetapan Lola Merah (Trochus Niloticus) Sebagai Satwa Buru Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 449 Tahun 1999 Pengelolaan Burung Walet (Collocalia) Di Habitat Alami (In-Situ) Dan Habitat Buatan (Ex-Situ) Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 465 Tahun 1999 Hak Pemanfaatan Hutan Untuk Pendidikan, Pelatihan Dan Penelitian Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 614 Tahun 1999 Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Campuran Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 55 Tahun 2000 Perlindungan Ikan Raja Laut (Latimeria Menadoensis) Sebagai Satwa Yang Dilindungi Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 104/Kpts-II/2000 Tata Cara Mengambil Tumbuhan Liar dan Menangkap Satwa Liar Instruksi Menteri Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1989 Pengelolaan Lingkungan Lahan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 11 Tahun 1997 Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 98 Tahun 1996 Tentang : Pedoman Pembentukan, Organisasi Dan Tatakerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Instruksi Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 951 Percepatan Kegiatan Operasional Lapangan Hasil Redesidn Tahun 1999 Hak Pengusahaan Hutan (HPH) Keputusan Direktur Jenderal Petunjuk Pelaksanaan Ketentuan Pengamanan Sungai Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 176 Tahun Dalam Hubungan Dengan Penambangan Bahan Galian 1987 Golongan C Di Sungai 17 Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Dan Konservasi Alam No. 200 Tahun 1999 Penetapan Jatah Penangkapan dan Pengambilan Tumbuhan Alam Dan Satwa Liar Dan Atau Hasil Tumbuhan Alam Dan Satwa Liar Yang Tidak Dilindungi Undang-Undang Untuk Periode Tahun 2000 Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Dan Konservasi Alam No. 66/Kpts/DJ_V/2000 Kuota Pengambilan Tumbuhan Dan Penangkapan Satwa Liar yang Tidak Dilindungi Undang-Undang Dan Tidak Termasuk Dalam daftar Appendix Cites untuk Tahun 2000 Surat Edaran Menteri Surat Edaran Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Penyerahan Minyak Pelumas Bekas Tahun 1997 Surat Edaran Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 1234 Tahun 1999 Kegiatan Wajib UKL Dan UPL Surat edaran Menteri Dalam Negeri no 061 / 2426/ sj Tahun 1999 Tentang Pembentukan BAPEDALDA Kabupaten/ Kota Keputusan Kepala Bapedal Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 Pedoman Mengenai Dampak Penting Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1995 Dokumen Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Keputusan Kepala Bapedal No. 3 Tahun 1995 Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1995 Tata Cara Pesyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, Dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun - Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995 Simbol Dan Label Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Keputusan Kepala Bapedal No. 14 Tahun 1996 Pembentukan Tim Pengarah Dan Tim Teknis Penilaian Kebersihan Kota Dalam Rangka Pemberian Penghargaan Adipura Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 Tata Cara Dan Persyaratan Penyimpanan Dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas Keputusan Kepala Bapedal No. 299 Tahun 1996 Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1997 Pedoman Syarat Administratif Dan Kualifikasi Teknis Para Pejabat Struktural Bapedalda Tingkat I Dan Tingkat II Keputusan Kepala Bapedal No. 29 Tahun 1997 Standardisasi, Akreditasi, Dan Sertifikasi Bidang Lingkungan Keputusan Kepala Bapedal No. 30 Tahun 1997 Organisasi Dan Tata Kerja Komite Akreditasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 18 Keputusan Kepala Bapedal No. 32 Tahun 1997 Pedoman Dan Tata Cara Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan / Kegiatan Usaha Dalam Lingkup Kegiatan Program Kali Bersih Keputusan Kepala Bapedal No. 105 Tahun 1997 Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara Keputusan Kepala Bapedal No. 124 Tahun 1997 Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1998 Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Daerah Keputusan Kepala Bapedal No. 03 Tahun 1998 Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1998 Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Keputusan Kepala Bapedal No. 19 Tahun 1999 Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Keputusan Kepala Bapedal No. 39 Tahun 2000 Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Keputusan Kepala Bapedal No. 113 Tahun 2000 Pedoman Umum Dan Pedoman Teknis Laboratorium Lingkungan Keputusan Kepala Bapedal No. 25 Tahun 2001 Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Keputusan Kepala Bapedal No. 27 Tahun 2001 Pembentukan Satuan Tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Lingkungan Hidup Di Bapedal Keputusan Kepala Bapedal No. 47 Tahun 2001 Pedoman Pengukuran Kondisi Terumbu Karang Keputusan Kepala Bapedal No. KEP-93A TAHUN 2001 Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : KEP-25 Tahun 2001 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 19 III. Kondisi Lingk Hidup Saat ini dan Potensi Ancaman LH Masa depan Kenapa kita sekarang seperti kebakaran jenggot dalam masalah Lingkungan Hidup • • • • • • • Karena saat ini masalah sudah menyelimuti kita Karena saat ini kita merasa sumberdaya alam semakin menipis Karena saat ini bencana alam sudah banyak terjadi Karena saat ini kesehatan masyarakat sudah mulai terancam Karena saat ini kemiskinan sudah sedemikian besar Karena saat ini… kesadaran baru muncul Pertanyaan : Terlambatkah kita…? MASALAH LINGKUNGAN • • • • • • • • • • • • Pencemaran air Pencemaran udara di kota-kota besar Pencemaran limbah domestik dan sampah Kontaminasi dari bahan berbahaya dan beracun (B3) Kerusakan ekosistem hutan hujan tropika Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kerusakan ekosistem danau Kerusakan ekosistem pesisir dan laut Kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan Pemanasan bumi Penipisan lapisan ozon Bencana lingkungan: banjir dan longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan 20 Bagaimana Kondisi Lingkungan Kita Saat ini…? • • • • • • • • • Perilaku sebagian masyarakat yang kurang cinta lingkungan Kota - kota di Indonesia secara umum belum bersih dan hijau Menurunnya kualitas sungai dan danau di Indonesia Meningkatnya pencemaran dari industri Masih lemahnya penerapan hukum lingkungan Menurunnya daya pulih hutan setelah ditebang Menurunnya daya dukung pesisir dan laut Belum membudayanya pemakaian energi ramah lingkungan dan berkelanjutan Masih rendahnya posisi tawar Indonesia dalam pengelolaan lingkungan global Apa Saja Isu Lingkungan Hidup LOKAL? • • • • Eksploitasi Sumberdaya Alam yang kurang terkendali Kebijakan Otonomi Daerah (terutama untuk meningkatkan PAD) Bencana Alam (dan faktor lingkungan yang lain? Dan lin-lain KERUSAKAN LINGKUNGAN : PERUBAHAN LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG TERHADAP SIFAT FISIK DAN/ATAU HAYATI LING-KUNGAN AKIBAT SUATU TINDAKAN YANG MENGA-KIBATKAN LINGKUNGAN HIDUP TIDAK BERFUNGSI LAGI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Th 2007 dari tutupan hutan Indonesia seluas 130 juta hektare, menurut World Reseach Institute (sebuah lembaga think tank di Amerika Serikat), 72 persen hutan asli Indonesia telah hilang. Berarti hutan Indonesia tinggal 28 persen. Data Departemen Kehutanan sendiri mengungkapan 30 juta hektare hutan di Indonesia telah rusak parah. Itu berarti 25 persen hutan yang tersisa telah rusak parah 21 PEMBUKAAN HUTAN MENURUNNYA EVAPOTRANSPIRASI MENINGKATNYA KELEMBABAN DALAM TANAH MENURUNNYA INTERSEPSI MENURUNNYA KAPASITAS INFILTRASI MENINGKATNYA PENGARUH TETES HUJAN MENINGKATNYA LARIAN PERMUKAAN PERMUKAAN AIR TANAH MENJADI DANGKAL MENINGKATNYA ALIRAN DASAR MENURUNNYA KEKUATAN AKAR POHON MENINGKATNYA PERCIKAN TANAH MENINGKATNYA GERAK MASSA BATUAN MENINGKATNYA EROSI LEMBAH MENINGKATNYA EROSI PERMUKAAN MENINGKATNYA ALIRAN HUJAN MENINGKATNYA ALIRAN SUNGAI TAHUNAN MENINGKATNYA HASIL SEDIMEN TAHUNAN Skema Alir Akibat Penebangan Hutan Terhadap Proses Hidrologidan Hasil Sedimen (Cassells. 1982) KERUSKAAN LINGKUNAN AKIBAT PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C ( DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP LINGKUNGAN) 1.Perubahan kapasitas infiltrasi tanah untuk memasok air tanah; 2. Hilangnya lapisan tanah yang subur (top soil) bagi tumbuh dan berkembangnya tanaman tegakan; 3. Tidak berfungsinya akifer bawah tanah yang disebabkan oleh pemadatan tanah akibat aktivitas penambangan (misal bekerjanya alat-alat berat/angkut); Terputusnya alur sungai sehinga daerah hilir kekurangan air untuk air irigasi (kekeringan. 4. Perubahan lapisan porus menjadi impermeabel, sehingg berpotensi meningkatnya lhilangnya air permukaan (run-off) 5. Berpotensi terjadi longsor pada dinding-dinding tambang; 6. Kerusakan lingkungan permukiman di sekitar penambangan. Apa Saja Isu Lingkungan Hidup Regional? • • • • Dampak Lingkungan tidak mengenal batas administrasi Pencemaran udara, pencemaran air Peran propinsi dalam pengelolaan lingkungan hidup Koordinasi antar Pem. Kab/Pem.Kota 22 KONDISI KOTA KITA: DEHUMANISASI? • • • • Persoalan lingkungan kota semakin meningkat dan kompleks; Meningkatnya persoalan-persoalan sosial perkotaan merefleksikan situasi-kondisi lingkungan kota yang tidak kondusif untuk perkembangan kebudayaan manusia; Perkembangan transportasi kota tidak mengarah pada upaya perwujudan kota yang berkelanjutan; Proses perkembangan kota yang “market driven” telah membawa kota-kota kita pada proses dehumanisasi yang mengkhawatirkan. KENDALA PELAKSANAAN PENGELOLAAN LH DI DAERAH DLM ERA OTONOMI • • • • • • • • • Karakteristik daerah yang beragam (potensi SDA, luas wilayah, kondisi geografi, asesibilitas dsb) Pemahaman atas pengelolaan lingkungan hidup dan “otonomi” yang belum baik (sering terjadi eksploitasi SDA unt peningkatan PAD tanpa memperhatikan LH) Ketersediaan di daerah SDM yang belum mendukung Komitmen dari pimpinan di daerah tentang lingkungan hidup (eksekutif-yudikatif-legislatif) Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah belum mendukung PAD belum memperhitungkan Lingkungan Hidup Kemampuan (antara lain pendanaan) dari daerah untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup terbatas, bahkan pengelolaan LH dianggap menghambat/mengurangi PAD Lemahnya implementasi penegakan hukum lingkungan Pembangunan Berkelanjutan masih sebatas slogan Apa Saja Issu-Issu Lingkungan Hidup Global? 23 • • • • • • Pencemaran Udara Pemanasan Global Hujan Asam Penipisan Lapisan Ozon Pencemaran air (sungai, laut, airtanah) Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) Strategi Antisipasi kedepan • • • • • • • • • Mainstreaming pembangunan berkelanjutan Peningkatan pentaatan lingkungan Peningkatan kapasitas dan mekanisme pendanaan lingkungan Diplomasi lingkungan hidup dalam dan luar negeri Peningkatan partisipasi masyarakat Kampanye lingkungan Menciptakan champions lingkungan Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang lingkungan hidup Perencanaan lingkungan dan penataan wilayah PENCEGAHAN KERUSAKAN LINGKUNGAAN : UPAYA UNTUK MEMPERTAHANKAN KONDISI LINGKUNGAN MELALUI CARA-CARA YANG TIDAK MEMBERI PELUANG BERLANG-SUNGANYA PROSES KERUSAKAN LINGKUNGAN PENANGGULANGAN KERUSAKAN LINGKUNGAN UPAYA UNTUK MENGHENTIKAN MELUAS DAN MENINGKATNYA KERUSAKAN LINGKUNGAN. PEMULIHAN KONDISI LINGKUNGAN UPAYA UNTUK MENGEMBALI-KAN KONDISI LINGKUNGAN KETINGKAT YANG TIDAK RUSAK. ada apa dengan lingkungan ? komponen membentuk lingkungan, sementara itu berbagai macam hal terdapat di dalam lingkungan. Di dalam lingkungan terjadi proses interaksi untuk menciptakan keseimbangan yang tiada henti. 24 IV. Antisipasi Kerusakan LH secara Pre-Emtip (Kebijakan) Yaitu Tindakan yang dilakukan pada tingkat pengambilan KEPUTUSAN & PERENCANAAN seperti: penataan ruang dan AMDAL (Dilakukan Pemerintah Pusat) 1. AMDAL Peruntukan Andal dalam UU No.4 1982 PASAL 16: Setiap rencana yang diperrkirakan mempunyai dampak penting thd lingkungan wajib dilengkapi dengan AMDAL. Jadi AMDAL diperuntukkan bagi suatu rencana PP No.29 1986 pasal 39: Untuk proyek yang sudah jadi dipergunakan Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL) dan atau Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) PEL : Suatu aktivitas penelaahan mengenai dampak lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan yang sudah berjalan SEL: Analisis dampak lingkungan yang dilakukan pada proyek yang sudah berjalan. Dalam analisis ini rona lingkungan sebelum proyek berjalan sudah tdk dapat dijumpai. PP tersebut diganti dengan PP No. 51 1993 Yg tidak menyebutkan adanya PEL dan SEL, tetapi menyebutkan adanya: • Audit lingkungan • AMRIL (Analisis Manfaat dan Risiko Lingkungan) AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan didefinisi kan sebagai Kajian mengenai dampak pada lingkungan hidup suatu usaha yang direncanakan. AMDAL diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan Mengapa AMDAL diperlukan??? : Karena dokumen AMDAL berisi PEDOMAN PENGELOLAAN L.H (SML). Dampak + maupun - , yang harus dikelola dan dipantau Pada Tahap: Pra Konstruksi – Konstruksi – Operasi – Pasca Operasi Manfaat AMDAL Supaya dampak rencana kegiatan terhadap lingkungan ( + / - ) dapat diketahui sebelum kegiatan dimulai dan dapat dikelola dan dipantau (dampak positip diperbesar dan dampak negatip diperkecil) Mengapa AMDAL diperlukan ? • Pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masy. • Pembangunan memanfaatkan sumber daya alam terus menerus • Ketersediaan sumber daya alam terbatas • Daya dukung dan daya tampung lingkungan, TERBATAS • Kegiatan pembangunan mempunyai dampak + (kesejahteraan) dan – (pencemaran lingkungan) 25 26 2. Tata Ruang Gambaran Umum Perubahan Penggunaan Ruang • Perkembangan Perkotaan: perumahan, busines • Pengembangan Infrastruktur: transportasi, komunikasi, energi • Industri • Pertambangan • Perkebunan • Pariwisata Beberapa issue strategis dalam penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia: a. Terjadinya konflik kepentingan antar-sektor, seperti pertambangan, lingkungan hidup, kehutanan, prasarana wilayah, dan sebagainya, b. Terdapat ketidakselarasan dalam pemanfaatan ruang, antara manusia dengan alam maupun antara kepentingan ekonomi dengan pelestarian lingkungan. c. Terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan dan norma yang seharusnya ditegakkan. Penyebabnya adalah inkonsistensi kebijakan terhadap rencana tata ruang serta kelemahan dalam pengendalian pembangunan, d. Kesenjangan antar wilayah Belum adanya keseimbangan dalam menempatkan kepentingan sektor dan wilayah dalam kerangka penataan ruang. Kurangnya kemampuan menahan diri dari keinginan membela kepentingan masing-masing secara berlebihan. e. Fenomena urbanisasi. Kenaikan jumlah penduduk perkotaan sebagai wujud terjadinya fenomena urbanisasi akibat migrasi desa – kota. f. Menurunnya luas kawasan yang berfungsi lindung, kawasan resapan air dan meningkatnya DAS kritis Pentingnya Tata Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan • • • • • Pembangunan semakin berskala besar dan kompleks; Kegiatan pembangunan bersifat open system yang mempunyai linkage yang luas Pembangunan seringkali bersifat permanen, irreversible dan mempunyai dampak jangka panjang; Ruang memiliki keterbatasan tertentu Perubahan tata ruang memiliki implikasi lanjutan yang luas Kegiatan pembangunan semakin berskala besar dan kompleks : ekstensif dan intensif Perubahan tata ruang bersifat permanen dan mempunyai implikasi jangka panjang : fisik, social, ekonomi, budaya Ruang mempunyai keterbatasan tertentu : dimensi geometri, kompatibilitas, daya dukung Perubahan tata ruang mempunyai dampak tidak saja fisik melainkan juga sosial, ekonomi, dan budaya Penataan Ruang : Proses penyusunan rencana pemanfaatan dan pengendalian ruang Ditujukan untuk: 1. Efisiensi sumber daya 2. Keadilan pemanfaatan 3. Kelestarian lingkungan Manfaat Tata Ruang 1. Menjamin kepentingan dan pelayanan publik 2. Efisiensi sumber daya 3. Menjamin kepentingan individu 4. Konservasi lingkungan dan budaya 5. Mengurangi konflik ruang 6. Mengurangi ketimpangan spasial (social equity) 27 7. Koordinasi pembangunan antar sektor 8. Menjamin keberlanjutan region, kota, atau kawasan Kaitan Tata Ruang, Lingkungan dan AMDAL (Tata ruang perlu merupakan UJUNG TOMBAK pengelolaan lingkungan) 1. 2. 3. 4. Tata ruang sebagai sumber dampak; Tata ruang sebagai yang terkena dampak; Tata ruang untuk mencegah terjadinya dampak negatif Tata ruang untuk menanggulangi terjadinya dampak negatif. Beberapa Kendala Penataan Ruang 1. 2. 3. 4. Kesadaran pentingnya penataan ruang masih rendah Penataan ruang merupakan proses yang makan waktu, biaya, dan tenaga Proses penataan ruang belum transparan dan partisipatif Law enforcement yang rendah 28 V. Program Go Green Indinesia (GGI) Go Green Indonesai adalah salah satu cara untuk antisipasi Kerusakan LH secara Pre-Emtip yang berbentuk sebuah kampanye LSM kepada masyarakat Indonesia agar peduli lingkungan, hemat energy, hemat dalam penggunaan bahan dari plastic (Un-organik, undegradable, hidup sehat dengan lingkungan yang bersih dan dikelilingi tanamantanaman yang hijau sejuk. Latar belakang kampanye Go Green ini adalah : 1. Pemanasan global Adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut. Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan. Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca 29 9 GREEN PROGRAMS 1. Menanam Pohon. 2. Menyuarakan dan mendorong agar semua elemen masyarakat, kalangan Pemerintahan, swasta, baik organisasi maupun Individu untuk dapat mensukseskan Green Campaign’, guna tercipta budaya yang baik dengan kebiasaan kita Anak Bangsa Indonesia adalah “ Jangan Membuang Sampah Sembarangan”, Buanglah Sampah Dengan Baik & Benar”; yakni memisahkan sampah Organik dan Non Organik. 3. Mengefisienkan pengunaan Energi Listrik sehari-hari dan Mengurangi penggunaan bahan bakar Minyak dan Batu Bara, serta berupaya mendorong Terwujudnya Indonesia yang menggunakan Energy Hijau yang bersih dan Berkelanjutan / Reneweble Energy ; Solar Panel, Wind Energy, Energi Hidroelectrik adalah energi air, dan Energi Geothermal / Panas Bumi. 4. Mengurangi penggunaan kertas, dengan cara mengantikannya secara Electronik atau Online atau dengan menggunakan kertas dari bahan Daur Ulang. 5. Mengefisienkan dan mengurangi pengunaan Air yang tidak perlu dalam penggunaannya sehari-hari, untuk menghadapi ancaman badai Elnino yang berkepanjangan di Indonesia serta Menggalakkan Pembuatan Lubang Biofory khususnya di Perkotaan. 6. Melakukan Perubahan ke Gaya Hidup Hijau yang Ramah Lingkungan dengan Mengunakan dan membeli produk- produk yang ramah lingkungan pula / Green Products. 7. Jika barang atau alat Electronik Rusak, maka Tidak langsung membuangnya menjadi limbah atau Sampah Electronik yang Berbahaya, tetapi berupaya dahulu untuk melakukan perbaikan atau Repair’, 8. Berkomitmen untuk terus mengajak semua anak bangsa tanpa kecuali, agar dapat terus menyuarakan dan mempromosikan Go Green Indonesia Ku kepada semua Bangsa Indonesia lainnya yang hidup di tanah tumpah darah Indonesia ini, untuk dapat memberikan sumbangsih dan baktinya dengan tindakan nyata’ guna membuat Indonesia yang Lebih Hijau & Bersih. 9. Menggalak’kan Program Perbaikan; memperbaiki Hutan Bumi Ibu Pertiwi ini semakin bertambah Rusak, Program Perbaikan Sungai & Laut agar Bersih dari Sampah. dan Tidak membiarkan Sungai & Laut semakin Rusak dan menjadi Keranjang Sampah Kampanye Go Green di Indonesia : Be Green, For Clean Think Globally, Act Locally Ajakan go green ini, kiranya dapat men'support & men'sukseskan ajakan untuk Hidup Lebih HIJAU, Lebih BERSIH & STOP Global Warming". EARTH HOUR 2011 30 Tanaman – Tanaman yang ampuh Mencegah Global Warming Bungur & Mahoni Dikenal mampu menyerap polutan seperti timbal. Maka kedua pohon ini sebaiknya ditanam untuk penghijauan di kotakota besar, dekat jalan protokol yang padat lalu lintasnya. Bukan rahasia lagi kalau kendaraan bermotor menjadi penyumbang timbal terbesar di udara Sebaliknya, pohon seperti akasia sebaiknya jangan dijadikan pohon jalur hijau. Mengapa? karena akasia menjadi salah satu pencetus asma. Begitu juga pohon palem yang indah bentuknya, tak begitu besar manfaatnya. Lumut Lumut yang menempel di batang pohon mampu mendeteksi tingkat polusi udara suatu daerah. Semakin banyak lumut menempel di sebuah pohon berarti semakin baik kualitas udara di tempat itu. 31 Tanaman Sirih Belanda Tanaman perdu yang bisa tumbuh dimana saja, termasuk di dalam pot di halaman rumah ini mampu menyerap formaldehida dan benzena. Hasilnya rumah pun lebih segar dan lega untuk bernafas. Kembang Sepatu Mampu menyerap nitrogen sehingga membuat paru-paru kita jadi lega. Namun jangan sekali-sekali menanam bunga kembang sepatu di dekat ruang Radiografi. Tanaman ini berfungsi meneruskan radiasi sehingga berbahaya bagi orang di sekitar tempat radiografi tersebut. Sansevieria Kalau kembang sepatu berfungsi melanjutkan radiasi, tidak demikian dengan tanaman sansevieria ini. Sansevieria mampu menyerap 107 jenis racun, termasuk polusi udara, asap rokok (nikotin), hingga radisi nuklir, sehingga cocok dijadikan penyegar. Oya, kaktus juga bisa menghambat radiasi. Pohon Trembesi Mampu menyerap karbondioksida dalam jumlah yang besar, sehingga sangat disarankan untuk ditanam sebagai pohon penghijauan. Namun trembesi membutuhkan lahan yang cukup luas. 32 Green Campus Program eco-campus pada dasarnya dilatarbelakangi oleh antara lain bahwa, lingkungan kampus diharapkan harus merupakan tempat yang nyaman, bersih, teduh (hijau), indah dan sehat dalam menimba ilmu pengetahuan; Kemudian lingkungan kampus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistem perkotaan tidak sedikit peranan dan sumbangannya bagi meningkatkan maupun dalam menurunkan pemanasan global. Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana masyarakat kampus dapat mengimplementasikan IPTEK Bidang Lingkungan Hidup secara Nyata. Oleh karena itu program Eco-Campus adalah Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kampus sebagai kumpulan masyarakat ilmiah untuk turut serta berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam mengurangi Pemanasan Global. Pengertian istilah Eco-Campus/ Green Campus dalam konteks pelestarian lingkungan bukan hanya suatu lingkungan kampus yang dipenuhi dengan Pepohonan yang Hijau ataupun kampus yang dipenuhi oleh Cat Hijau, ataupun barangkali karena kebetulan Jaket Almamater kampus yang bersangkutan berwarna hijau, namun lebih jauh dari itu makna yang terkandung dalam eco-campus adalah sejauh mana warga kampus dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan kampus secara efektif dan efisien, misalnya dalam pemanfaatan Kertas, alat tulis menulis, penggunaan Listrik, Air, Lahan, Pengelolaan Sampah, dll. Dimana semua kegiatan itu dapat dibuat neraca dan dapat diukur secara Kuantitatif baik dalam jangka waktu bulanan maupun tahunan. Indikator Green Campus Oleh sebab itu, dalam program eco-campus ada beberapa indikator ataupun parameter yang dapat dijadikan sebagai ukuran apakah kampus tersebut telah benar-benar telah mencapai sebutan eco-campus ataupun Green Campus. Adapun Ukuran keberhasilan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : • Efisiensi penggunaan kertas sebagai kebutuhan pokok pengajaran Efisiensi pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran Efisiensi penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau dan estetika (landscape) Efisiensi penggunaan listrik Efisiensi penggunaan Air Efisiensi pemakaian sumber daya alam Upaya kontribusi pengurangan pemanasan Global Pengelolaan Sampah Kampus sebagai suatu Lembaga/ Institusi yang fungsinya utamanya menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian masyarakat, tentunya dalam semua kegiatannya tidak terlepas dari penggunaan kertas yang cukup banyak. Harus diakui bahwa kondisi yang ada selama ini menunjukkan bahwa hampir semua lembaga/institusi baik pemerintah maupun swasta tidak terkecuali lembaga pendidikan sangat boros dalam pemakaian kertas. Hal ini bukan saja akan berdampak pada meningkatnya volume limbah yang dihasilkan di perkotaan secara langsung, dimana pada gilirannya akan memperpendek usia TPA, namun juga secara tidak langsung hal ini akan memboroskan penggunaan sumberdaya alam hutan (kayu). Pemusnahan limbah kertas dengan cara membakar seperti yang lazim dilakukan bukanlah penyelesaian masalah sampah, bahkan sebaliknya akan menimbulkan masalah baru berupa pencemaran udara, dengan dilepaskannya gas karbondioksida yang dapat memicu meningkatnya pemanasan global. Oleh sebab itu, di 33 dalam lingkungan kampus diharapkan sudah tersedia tempat-tempat sampah sekaligus upaya-upaya pemilahan sampah antara organik & an-organik. Penerapan konsep 4 R (Reduce, Recycle, Reuse dan Repair atau Recovery) merupakan pilihan yang tepat dan bijak dalam mengatasi masalah sampah termasuk di lingkungan kampus. Pemanfaatan Lahan Efisiensi penggunaan lahan di lingkungan kampus juga perlu mendapat perhatian. Idealnya harus ada perimbangan antara luas bangunan dengan ruang terbuka hijau. Minimal 30% lahan kampus sebaiknya dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH). Selama ini ada kecenderungan bahwa banyak lahan-lahan di lingkungan kampus yang belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan cenderung ditelantarkan atau dibiarkan sebagai lahan tidur (sleeping land) atau ruang hilang (lost space). Padahal bila lahan yang ada dimanfaatkan bagi berbagai macam tanaman, termasuk tanaman produktif misalnya buah-buahan akan memberikan manfaat ganda. Disatu sisi tanaman dapat mendaurulang gas-gas CO2 di udara, sekaligus menghasilkan udara segar (oksigen) yang memberikan kenyamanan bagi lingkungan sekitarnya, yang berarti juga akan mengurangi pemanasan global, disisi lain tanaman buah-buahan dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga kampus/masyarakat. Disamping itu dengan adanya vegetasi/tanaman dapat memberikan nilai estetika/keindahan tersendiri bagi lingkungan kampus. Penggunaan Energi Penggunaan energi listrik juga merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai apakah suatu kampus telah berwawasan lingkungan atau belum. Hal ini sangat erat kaitannya dengan isu pemanasan global itu sendiri. Selama ini sebagian besar sumber energi utama manusia di bumi lebih terfokus pada penggunaan bahan bakar fosil (BBF) seperti minyak bumi, gas, dan batubara yang jelas-jelas telah banyak menghasilkan gas-gas rumah kaca seperti CO2, dan telah memberikan kontribusi terbesar bagi pemanasan global. Disamping itu, mengingat BBF ini merupakan energi tersimpan, sehingga dapat diperkirakan stock yang ada di perut bumi, dimana hanya dapat dimanfaatkan untuk beberapa tahun ke depan. Untuk itu, perlu upaya-upaya efisiensi dalam penggunaannya sambil terus menerus mengembangkan energi alternatif lain yang ramah lingkungan seperti energi Matahari (solar cell) yang terus menerus mengalir dan tidak akan habis selama matahari masih bersinar, Energi Air, Energi Angin, Bio-fuel, Panas Bumi (geothermal), dll. Pemanfaatan Air Demikian juga halnya dengan pemanfaatan sumberdaya alam lainnya seperti air. Air merupakan kebutuhan Vital manusia dan makhluk hidup lainnnya. Pemanfaatan air oleh manusia ada kecenderungan terus menerus mengalami peningkatan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, baik diperkotaan maupun pedesaan serta menunjukkan pemakaian yang cenderung boros. Walaupun secara kuantitatif jumlah air di bumi relatif tidak berkurang, namun secara kualitas banyak sumber-sumber air yang telah mengalami pencemaran, baik air permukaan maupun air tanah. Pemanfaatan air permukaan (mis: air sungai) sebagai sumber air bersih dewasa ini bukan saja membutuhkan pengolahan dengan teknologi yang ekstra, namun juga membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Tidak mengherankan harga jual air oleh PDAM juga cenderung mengalami kenaikan yang terus menerus. Eksploitasi air tanah, terlebih sumur bor sebagai sumber air bersih dan air minum bukan saja berdampak pada semakin terkurasnya air tanah, namun juga dapat mengakibatkan menurunnya permukaan tanah (land subsidence) seperti yang dialami oleh banyak kota-kota besar saat ini seperti Jakarta, dimana selanjutnya akan berdampak pada terjadinya intrusi air laut. Dengan adanya gejala penurunan permukaan tanah yang terus menerus akan memudahkan air laut masuk ke daratan yang lebih dikenal dengan banjir laut (rob), terlebih lebih dewasa ini ada kecenderungan yang menunjukkan bahwa volume air laut terus menerus bertambah karena mencairnya es di kutub sebagai dampak dari Pemanasan Global yang terjadi, yang akan memudahkan tenggelamnya daratan. 34 Berbagai parameter/indikator sebagaimana diuraikan diatas pada dasarnya adalah disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ilmiah terutama dikaitkan dengan fenomena-fenomena alam serta fakta-fakta yang terjadi bahwasanya saat ini lingkungan hidup manusia sedang mengalami degradasi dan kerusakankerusakan yang luar biasa, demikian juga terjadinya laju penyusutan sumberdaya alam dengan intensitas yang cukup tinggi yang bermuara pada timbulnya Pemanasan Global. Oleh karena itu, program ini juga bertujuan untuk melestarikan lingkungan serta upaya-upaya efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan, dimana pada gilirannya diharapkan dapat meminimalisir ataupun mengurangi pemanasan global. Sudah seyogyanya kita sebagai warga kampus yang hidup dalam lingkungan masyarakat ilmiah terdidik selalu tanggap dan bertanggungjawab dalam menyikapi berbagai masalah disekeliling kita dan menjadi contoh/model, tidak terkecuali masalah lingkungan seperti Pemanasan Global / Global Warming yang sedang menghantui kita yang dapat mengancam kelanjutan Bumi dan Kehidupan kita. 35 VI. Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Sesuai dg UU No 23 th 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup : Dalam rangka mendayagunakan SDA utk memajukan kesejahteraan umum spt diamanatkan dlm UUD 1945 dan utk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yg berwawasan LH berdasarkan kebijaksanaan nasional yg terpadu menyeluruh dg memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi , masa depan Agar dapat berhasil, maka : Untuk mencapai tujuan tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah Diperlukan tanggung jawab semua pihak (stakeholder). Pembangunan harus melibatkan stakeholders/pemangku kepentingan (pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan masyarakat). tanpa partisipasi pemangku kepentingan tidak akan ada strategi yang mampu bertahan lama. Kegiatan pengelolaan LH tak terpisahkan dari pengelolaan lingkungan hidup merupakan kegiatan lintas sektor dan menuntut dikembangkannya suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya. Dengan demikian pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup memerlukan keterlibatan pemangku kepentingan/stakeholders, baik instansi pemerintah, dunia pendidikan, dunia usaha (swasta) maupun masyarakat KEBIJAKAN NASIONAL & DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No. 22 TH 1999 yg telah diganti dg 32 TH 2004 ttg Pemerintah Daerah dan PP No. 38 TH 2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota .sbg pengganti PP 25 TH 2000 : 1. 2. 3. 4. Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup. Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan. Membangun hubungan interdependensi antar daerah Menetapkan pendekatan kewilayahan. PENGELOLAANLINGKUNGAN HIDUP : Dilakukan oleh Pemprov & pemkab/kota dengan memperhatikan: 1. 2. 3. 4. Partisipasi masyarakat. Penegakan hukum. Komitmen pada lingkungan Perlu adanya Kebijakan Penataan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah (LHD). 36 Tujuan : 5. 6. 7. Tertananginya pengelolaan LH di daerah secara efektif Tertatanya lembaga LH daerah yang berbentuk Badan/Kantor Mandiri Terlaksananya tugas dan fungsi LH daerah secara maksimal Contoh-contoh lembaga yang menangani LHD 1. 2. 3. Bapedalda Prov. Sumut Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Temanggung Kantor Lingkungan Hidup Daerah : misal Kantor LHD Kabupaten Magelang Pengelolaan Lingkungan di era Otonomi Daerah ? PASKA : UU 32/2004; UU 26/2007; PP 38/2007; PP 41/2007: (Status per January 2009 ) 37 PEMAHAMAN SAMA ANTARA PEMDA TENTANG LH Dasar pertimbangan kepentingan tersebut : 1. 2. 3. Urusan bidang lingkungan hidup berasarkan Peraturan Pemerintah no 38 /2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten yang harus dilaksanakan Pemerintah Kabupaten / Kota. Laju kerusakan lingkungan hidup yang terus meningkat. Pemerintahan di daerah harus peduli terhadap lingkungan hidup, terutama Bupati / Walikota Tahun 2008 MenLH mendekonsentrasikan beberapa kewenangan pada 33 Propinsi dengan jumlah anggaran 500 jt untuk setiap provinsi. Disini, Penyelenggaraan urusan pemerintah (pusat) bisa dilakukan sendiri di pusat atau dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dalam rangka dekonsentrasi Bentuk Kelembagaan LHD berbentuk “ Badan “ dengan nomenklatur “Badan Lingkungan Hidup “. Bagi daerah yang belum mapan/ baru mekar dapat berbentuk “ Kantor “ dengan nomenklatur “Kantor Lingkungan Hidup Daerah “ 38 KEBUTUHAN PENINGKATAN KAPASITAS BADAN/KANTOR LH??? Optimalisasi dalam pengarus utamaan LH dlm Penataan Ruang dan Pembangunan Daerah 1. DALAM PROSES Rencana Pembangunan Jangka Panjang / Menengah DAERAH dalam Musrenbang 2. DALAM PROSES RTRW/RDTR DAERAH 3. PILIHAN TERHADAP PROGRAM2 STRATEGIS DAERAH 4. K L H S dkk. Tindak Lanjut ditetapkannya PP 38/2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Kementerian Lingkungan Hidup tengah menyusun Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria untuk pelaksanaan urusan wajib. 39 NSPK Penjabaran dari Lampiran E danH, PP 38/2007, Pedoman penyelenggaraan urusan yang dilaksanakan pemerintah daerah. Penetapan NSPK dilakukan selambat-lambatnya 2(dua) tahun, Perlu dipandang sebagai satu kesatuan dengan : PENETAPAN URUSAN DI DAERAH Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah wajib ditetapkan dalam Perda selambat-lambatnya satu tahun setelah ditetapkannya PP 38/2007. (PP 38/2007 ditetapkan tgl 9 Juli 2007) PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB (PP 38/2007) Penyelenggaraan urusan wajib berpedoman pada SPM SESUAI dengan PP NO. 38 TH 2007 pada pasal 7 LINGKUNGAN HIDUP merupakan URUSAN WAJIB yang artinya Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Dearah Kabupaten/Kota, barkaitan pelayanan dasar. Untuk meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat, berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap. 40 41 VII. Antisipasi Kerusakan LH secara Preventip Antisipasi Kerusakan Lingkungan Hidup yang bersifat Preventip (Pencegahan) misalnya Tingkat pelaksanaan (Perizinan, Baku mutu buangan, Limbah, B3) Evaluasi berbagai instrumen : 1. Strategi penataan & Penegakan Hukum 2. Ekonomi (pajak & retribusi lingkungan, dana pelestarian lingkungan hidup), 3. Perizinan, dan 4. Penataan baku mutu buangan (Dilakukan Pemerintah Daerah) STRATEGI PENAATAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN Kondisi LH saat ini perlu mendapat perhatian serius dari berbagai fihak / stakeholders i. Perlu dilakukan perubahan arah kebijakan menuju keseimbangan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup ii. Perlu langkah konkrit untuk menghentikan laju kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup iii. Penaatan dan Penegakan hukum Instrumen Penegakan Hukum Lingkungan Perizinan Mekanisme perizinan Transparansi perizinan Persyaratan dan kewajiban Pembinaan Pengawasan Insentif dan disinsentif Audit Lingkungan Tegoran/surat peringatan Macam-macam izin Izin Prinsip Izin Lokasi atau Izin Pemanfaatan Lahan Izin IMB/IMBB Izin HO Izin Kelayakan Bangunan Izin Usaha Tetap Strategi Penaatan Hukum Lingkungan dengan Pendekatan Perilaku • • Penanggung jawab usaha/kegiatan • PROPER • SUPERKASIH • PROLABIR Aparatur penegak hukum dan Mekanisme Kerja • Peraturan Bersama Penegakan Hukum Lingkungan Hidup terpadu Pendekatan ekonomi Pendekatan tekanan public Tindakan Administrasi : Preventif adalah tindakan yang dapat diambil melalui kegiatan pengawasan dan upaya pembinaan terhadap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan agar melaksanakan kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan hidup 42 PROPER : (Program Peringkat Kinerja Perusahaan) PROPER merupakan upaya untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrument informasi. Prinsip dasar pelaksanaan PROPER adalah mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrument insentif reputasi/citra bagi perusahaan bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan instrument disinsentif reputai/citra bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang buruk. 43 44 VIII. Baku Mutu Lingkungan Hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. aku mutu lingkungan merupakan batas atau akadar makhluk hidup, zat, energi, atau kompinen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar lingkungan yang ditenggang adanya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. terdapat 5 jenis baku mutu lingkungan, yaitu: 1. Baku mutu air 2. Baku mutu udara ambien 3. Baku mutu emisi gas dan partikel buang 4. Baku mutu air laut 5. Baku mutu limbah cair Baku mutu dan nilai ambang batas sebenrany berbeda perbedaan itu antara lain: 1. Baku mutu untuk lengkungan ambien, sedangkan nilai ambang batas untuk lingkungan kerja. 2. Waktu pemaparan pada baku mutu adalh 24jam, sedangkan pada nilai ambang batas adalah 8jam per hari. 3. pada baku buku yang menjadi target terpapar adalah semua kelompok umur, sedangkan pada nilai ambang batas adalah pekerja. 4. Baku mutu memiliki kadar yang lebih kecil sedangkan nilai ambang batas memiliki kadar yang lebih besar. Baku Mutu Air Baku mutu air terbagi atas 2, yaitu baku mutu aliran dan baku mutu effluen. Baku mutu aliran merupakan persyaratan mutu air bagi sumber air seperti sungai, danau, air tanah yang disusun dengan mempertimbangkan pemanfaat air tersebut, kemampuan mengencerkan dan membersihkan diri terhadap beban pencemaran dan faktor ekonomis. Ciri-ciri baku mutu aliran: 1. Untuk mengatur kualitas badan air 2. Untuk daerah yang sedikit industri 3. Pengawasan lebih sulit 4. Syarat untuk industri sejenis beda Baku mutu effluen merupakan persyaratan mutu air limbah yang dialirkan ke sumber air, sawah, tanah, dan tempattempat lain dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air yang bersangkutan dan faktor ekonomi pengelolaan air buangan. Ciri-ciri baku mutu effluen; 1. Mengatur buangan ke badan air 2. Untuk daerah yang banyak industri 3. Pengawasan yang dilakukan lebih mudah 4. Syarat untuk industri sejenis sama. Penggolongan badan air menurut PP No 2o Tahun 1990: 45 1. Golongan A, untuk air minum tanpa pengolahan 2. Golongan B, untuk bahan bak air minum 3. Golongan C, untuk keperluan perikanan dan pertanian 4. Golongan D, untuk pertanian, usaha perkotaan, industri 5. Golongan E, untuk selain di atas, seperti transportasi. 46 IX. Antisipasi Kerusakan LH secara Preventip dengan berbagai program 1.Strategi Penaatan Hukum Lingkungan • • • Pendekatan Perilaku Penanggung jawab usaha/kegiatan • PROPER • SUPERKASIH • PROLABIR Aparatur penegak hukum dan Mekanisme Kerja • Peraturan Bersama Penegakan Hukum Lingkungan Hidup terpadu Pendekatan ekonomi Pendekatan tekanan publik 2.Tindakan Pencegahan • Preventif adalah tindakan yang dapat diambil melalui kegiatan pengawasan dan upaya pembinaan terhadap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan agar melaksanakan kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan hidup PROPER (Program Peringkat Kinerja Perusahaan) PROPER merupakan upaya untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrument informasi. Prinsip dasar pelaksanaan PROPER adalah mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrument insentif reputasi/citra bagi perusahaan bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan instrument disinsentif reputai/citra bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang buruk SUPER KASIH (Surat Pernyataan Kali Bersih Suatu program guna mendorong percepatan pentaatan industri terhadap ketentuan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup yang berlaku, dengan membuat surat pernyataan tertulis industri untuk melakukan upaya pentaatan dalam batas waktu tertentu dengan memperhatikan faktor teknis, sosial dan administrasi 47 X. Antisipasi Kerusakan Lingkungan Secara Pro-Aktip Dengan ISO14000 Antisipasi Kerusakan Lingkungan Hidup bersifat pro-aktip : Tindakan pada tingkat PRODUKSI Dengan menerapkan standardisasi lingkungan seperti: 1. ISO 14000, 2. RSPO, 3. ISPO ISO14000 Apa itu ISO..? Dari Yunani (ISO = sama) International Standarization Organization atau organisasi standar internasional Berdiri pada tahun 1947 untuk mengembangkan standar dunia untuk meningkatkan komunikasi dan kerjasama internasional dan untuk memfasilitasi pertukaran barang dan jasa. Berpusat di Geneva (Switzerland). Apa itu ISO 14000.. suatu standarisasi sistem manajemen lingkungan dirancang, dilaksanakan dan bekerja untuk mengendalikan dampak lingkungan penting dan untuk mencapai kesesuaian dengan peraturan serta mempertahankan dan meningkatkan perbaikan sistem manajemen lingkungan secara terus menerus Untuk organisasi apa saja standar internasional tersebut diterapkan? • ingin menerapkan, mempertahankan dan menyempurnakan sistem manajemen lingkungan • ingin menjamin dirinya atas kesesuaiannya dengan kebijakan lingkungan yang sudah ditetapkan • ingin membuktikan kesesuaiannya kepada pihak lain • ingin memperoleh sertifikasi atau registrasi oleh organisasi dari pihak ketiga atas sistem manajemen lingkungan • ingin menyatakan dirinya sendiri telah sesuai dengan standart internasional SML model SNI (Standard Nasional Indonesia). 48 Kenapa ISO kita laksanakan ? Meskipun bersifat suka rela, tapi apabila kita laksanakan banyak manfaat yang kita dapat : • alat melakukan perbaikan-perbaikan kinerja lingkungan • Memenuhi Peraturan Perundangan Lingkungan • Penghematan biaya (dalam keuangan / financial) • Permintaan customer • Investasi dan asuransi • Kemudahan akses pasar • Image thd perusahaan Macam-macam standar lingkungan internasional Selain ISO 14001 terdapat Standar Sistem Manajemen Lingkungan lainnya : • British Standard (BS 7750) dilaksanakan di Inggris, Belanda dan Denmark tahun 1994) • Eco-Management and Audit Scheme (EMAS) skupnya lebih spesifik ke industri dilaksanakan di Uni Eropa Perbedaan ISO 14001 dengan ISO 9001 Perbedaan utama antara ISO 14001 dengan ISO 9001 : • ISO 14001 stakeholdernya banyak (pemerintah, masyarakat, investor, pemasok/kontraktor, karyawan, dll) ISO 9001 hanya satu yaitu costumer • Elemen-elemen ISO 9001 tidak ada Aspek Lingkungan dan Kesiapsiagaan & tanggap darurat • ISO 14001 mengacu pada Continual Improvement (Perbaikan terus menerus) sedangkan ISO 9001 mengacu pada satu persyaratan standar mutu yang telah ditetapkan LINGKUNGAN (ENVIRONMENT) Adalah keadaan sekeliling, tempat organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna dan keterkaitannya. Klasifikasi lingkungan : • Lingkungan alami • Lingkungan buatan • Lingkungan sosial ASPEK LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL ASPECT) Adalah elemen dari aktifitas suatu organisasi, produk atau jasa yang dapat berinteraksi dengan lingkungan (merupakan penyebab). Contoh : Kebakaran hutan, habitat berkurang, buangan limbah, residu pestisida, bising, debu, tumpahan minyak. ASPEK PENTING (SIGNIFICANT ASPECT): Adalah aspek lingkungan yang menimbulkan atau dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan baik positif atau negatif. DAMPAK LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL IMPACT) : Adalah suatu perubahan terhadap lingkungan baik yang bersifat positif atau negatif, keseluruhan atau sebagian yang dihasilkan dari kegiatan organisasi, produk atau jasa (merupakan Efek). Contoh : Polusi udara, kontaminasi tanah, penipisan lapisan ozon, pemanasan global, pencemaran perairan, migrasi satwa, hilangnya biodiversity, hujan asam, peningkatan pendapatan (masyarakat). KEBIJAKAN LINGKUNGAN Manajemen puncak harus mempunyai komitmen untuk : • Melakukan penyempurnaan berkelanjutan • Melakukan pencegahan pencemaran • Mematuhi persyaratan perundang-undangan 49 Aspek Lingkungan • Masing-masing estate/mill/dept mengidentifikasi dan mengevaluasi aspek lingkungannya • Mengkompilasi hasil evaluasi dalam dokumen • Masing-masing estate/mill/dept mengevaluasi kesesuaian dokumennya sekali setahun atau apabila ada perubahan kegiatan Contoh Aspek dan dampak Lingkungan Kegiatan Aspek Dampak Transport Debu Terhadap Masyarakat Persiapan Lahan Hilangnya Vegetasi Terhadap Biodiversity Plantation Limbah kemasan pupuk Kontaminasi tanah Peraturan & Persyaratan Lingkungan • Keanekaragaman hayati • Tanah • Air • Udara • Limbah • Masyarakat • Kesehatan • dll Kontrol Kegiatan: ORGANISASI harus Kelola aspek lingkungan penting Pemenuhan peraturan & persyaratan lingkungan Mencapai tujuan dan sasaran Hindari atau minimalisasi resiko lingkungan. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat • Ditetapkan prosedur pengendalian dan kesiapsiagaan terhadap situasi darurat, contoh: kebakaran hutan, serangan hama dan penyakit, tumpahan oli dan bahan kimia berbahaya, dan keadaan darurat lainnya. • Apabila didapati adanya keadaan darurat/bahaya maka masing-masing bagian yang bertanggung jawab bekerja sesuai dengan fungsinya. • Pasca kejadian dilakukan evaluasi dan jika diperlukan direvisi prosedurnya untuk perbaikan. PEMERIKSAAN & TINDAKAN PERBAIKAN Pemantauan dan Pengukuran Evaluasi Pemenuhan Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan Catatan Lingkungan Audit SML Pemantauan dan Pengukuran • Ditetapkan prosedur dari kegiatan yang dapat menimbulkan dampak lingkungan • Pemantauan lingkungan perusahaan antara lain : vegetasi, satwa liar, Erosi tanah , kualitas air sungai dan Sosekbud, Limbah. • Untuk keakuratan hasil pengukuran maka alat-alat yang dipergunakan harus dikalibrasi secara periodik. 50 Catatan-catatan lingkungan • Merupakan bukti dari kegiatan kinerja lingkungan dalam rangka memenuhi persyaratan SML ISO 14001. • Disimpan sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan untuk menunjukkan kesesuaiannya dengan kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran lingkungan. Sebagai alat bukti untuk melacak kegiatan operasional yang telah dikerjakan. • Seluruh bagian bertanggung jawab memelihara catatan lingkungan sesuai kegiatan operasionalnya. Persepsi-persepsi salah terhadap ISO • Yang kita butuhkan hanya sertifikat • Sertifikat / pelaksanaan ISO hanya tanggung jawab bagian lingkungan saja • ISO / SML terpisah dari kegiatan operasional estate/mill • Kita harus memanjakan auditor • Sibuk melaksanakan ISO pada saat menjelang Audit • Menyimpan dokumen ISO dalam lemari terkunci & tak tersentuh Apa yang dimaksud dgn ISO 14001? • Suatu group dari standar internasional • Proses untuk membantu perusahaan dalam implementasi SML • ISO 14001 merupakan spesifikasi sistem manajemen • Dapat diaudit untuk deklarasi sepihak atau untuk tujuan sertifikasi • (Standar didisain untuk penerapan umum) Elemen Kunci ISO 14001 • Kebijakan • Perencanaan • Implementasi & Operasi • Pemeriksaan(Checking) • Kajian Manajemen(Managemen Review) Proses Implementasi ISO 14001 • Komitmen dan Kebijakan • Benchmarking /Titik tolak audit lingkungan • Mengeset StandarKinerja sesuai RSPO • Identifikasi resiko sosial dan lingkungan • Mempersiapkan Rencana Perbaikan Lingkungan Proses Implementasi ISO 14001 • Memadukan Manajemen Lingkungan ke dalam SOP bisnis • Mempersiapkan SOP tambahan bila diperlukan seperti Asesmen untuk Area Pembangunan Baru, bengkel kendaraan dsb ISO 14001 IMPLEMENTATION PROCESS • Training Audit – Perwakilan dari masing-masing unit bisnis • Internal audit thd unit bisnis secara keseluruhan • Memperbaiki/Merevisi Rencana Perbaikan Lingkungan • Audit Eksternal untuk Sertifikasi Manfaat ISO 14001 • Kinerja lingkungan yang sistematik dan seragam di seluruh operasional perusahaan • Perbaikan berkelanjutan terhadap kinerja lingkungan dan sosial • Lebih transparan pada pemilik kepentingan • Sertifikasi pihak ketiga – pemeriksaan independen dan validasi 51 IMPLEMENTASI DAN OPERASIONAL Perusahaan akan menetapkan peran, tanggung jawab dan otorisasi bagi efektifitas manajemen lingk dan akan menyediakan sumber daya yang memadai untuk implementasi, pemeliharaan dan perbaikan Sistem Manajemen Lingkungan.. Seluruh personel bertanggung jawab terhadap perlindungan lingkungan karena itu tanggung jawan manajemen lingkungan didelegasikan kepada fungsi yang paling terkait dan manager sehingga perannya terintegrasi secara efektif Dewan Direksi menyediakan pendanaan dan sumber daya manusia untuk penerapan teknologi baru, pelatihan dan keterampilan khusus yang dibutuhkan untuk memelihara seluruh pengontrolan lingkungan dan pemenuhan persyaratan ISO 14001. Dewan Direksi telah menunjuk MDO sebagai EMS Management Representative. Sebagai tambahan dari tanggung jawab lainnya, Management Representative memiliki peran, tanggung jawab dan otorisasi sebagai berikut: - Memastikan Sistem Manajemen Lingkungan telah ditetapkan, diimplementasikan dan dipelihara sesuai dengan ISO 140001 dan ISO 14004, dan - Melaporkan kepada Dewan Direksi kinerja Sistem Manajemen Lingkungan untuk pengkajian termasuk memberikan rekomendasi untuk perbaikan. 52 XI. Antisipasi Kerusakan Lingkungan Secara Pro-Aktip Dengan RSPO Khusus untuk bisnis kelapa sawit. Mengapa Sustainable Palm Oil? • • • • • • Kesadaran konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan dan sosial Kesadaran di sepanjang rantai pasok sawit Pengaruh NGO yang semakin kuat Kekhawatiran maraknya pembukaan hutan & potensi hilangnya keanekaragaman hayati Potensi keterkaitan antara kerusakan hutan dan ekspansi industri sawit Kesempatan bagi perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan efisiensi Green Consumers Tujuan RSPO “ Mempromosikan produksi dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan melalui kerjasama di sepanjang rantai pasok (supply chain) dan dialog terbuka dengan para pemangku kepentingan” 53 Vision RSPO ensures palm oil contributes to a better world Mission RSPO promotes the production, procurement and use of sustainable palm oil, through development, implementation and verification of credible global standards, supported by engagement of and communication to stakeholders along the supply chain Karakteristik keikut sertaan dalam RSPO • • • • • • Pendekatan & Keanggotaan Multi-stakeholder Sukarela, swakelola Transparan Inklusif Berorientasi aksi – hasil nyata Komitmen pada produksi dan penggunaan SPO Komposisi Anggota Ordinary RSPO, Jan 2008 Prinsip Dan Kriteria RSPO 54 Prinsip RSPO Apakah NKT ? Nilai Konservasi Tinggi yaitu hutan yang punya Nilai Konservasi Tinggi NKT = HCV (High Conservation Value) • NKT menekankan pada nilai yang sangat penting dari hutan/areal (bukan nilai ekonomi kayu), mencakup: – Nilai Perlindungan keanekaragaman flora dan Fauna – Nilai Jasa ekosistem (daerah tangkapan air, menjaga erosi, dll) – Nilai bagi kepentingan sosial dan budaya, • … yang tergolong sangat penting atau kritis. Ada 6 tipe NKT 1. NKT1: Suatu areal yang mengandung nilai-nilai keanekaragaman hayati yang penting secara global, regional atau nasional. (misalnya: kawasan lindung, kumpulan spesies terancam punah, kumpulan spesies endemis, tempat siklus hidup sesaat) 2. NKT2: Suatu areal yang mempunyai tingkat lanskap yang luas dan penting secara global, regional dan lokal, dimana sebagian besar atau semua populasi spesies alami berada dalam pola-pola alami atau distribusi dan kelimpahan. 3. NKT3: Suatu areal yang mempunyai ekosistem langka, terancam atau hampir punah (termasuk hutan berkabut (cloud forest), hutan dataran rendah, hutan rawa gambut (peat swamp forest), hutan rawa air tawar (freshwater swamp forest), hutan belukar, padang rumput, savana, hutan bukit kapur, mangrove) 4. NKT4: Suatu areal yang memberikan pelayanan dasar alam dalam situasi yang kritis (e.g. perlindungan daerah aliran sungai, pengendalian erosi) 55 5. NKT5: Suatu areal yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal (misalnya pemenuhan kebutuhan pokok, kesehatan) 6. NKT6: Suatu areal yang sangat penting untuk identitas budaya tradisional masyarakat lokal (kawasan-kawasan budaya, ekologi, ekonomi, agama yang penting). Areal yang sangat diperlukan untuk mempertahankan identitas kultur mereka (kawasan-kawasan budaya dan agama yang penting diidentifikasi bersama dengan masyarakat lokal yang bersangkutan) 56 XII. Tindakan Represip Terhadap Pelanggar Pengelolaan Lingkungan Hidup Disinsentif yaitu penaatan hukum melalui penerapan sanksi hukum terhadap penanggung jawab usaha/kegiatan yang belum melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pengawasan : Meliputi kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup dengan mendasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Audit yang dipaksakan, (ps 29), yaitu audit yang diperintahkan oleh Menteri atas ketidak patuhan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup, (penyusunannya didasarkan pada KepMenLH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang diwajibkan) Penegakan Hukum Lingkungan • Administrasi (Surat Peringatan) • Perdata (Denda) • Pidana Peraturan Bersama mengenai Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Terpadu • Maksud : Untuk meningkatkan keterpaduan diantara para pihak yang terkait dalam penegakan hukum lingkungan • Tujuan : Tercapainya penegakan hukum lingkungan hidup secara optimal melalui koordinasi dan kesamaan persepsi diantara para pihak terkait dalam penegakan hukum Terwujudnya keterpaduan, meningkatnya kapasitas dan integritas dari Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan LH dan Satuan Tugas Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Terbentuknya sistem Penegakan Hukum LH Terpadu Ruang Lingkup Penegakan Hukum LH terpadu meliputi: a. Verifikasi pengaduan b. Penegakan hukum Administrasi c. Penyelesaian sengketa LH (melalui pengadilan dan diluar pengadilan) d. Penegakan hukum Pidana (penyidikan dan penuntutan) e. Sosialisasi dan penyuluhan f. Pertukaran data dan informasi g. Pendidikan dan pelatihan Penegakan Hukum LH Terpadu Terdiri dari : • • Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan Lingkungan Hidup (STP2LH) Satuan Tugas Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup (STPHPL) 57 Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan Lingkungan Hidup (STP2LH), terdiri dari : • Kelompok Kerja Peneliti • Kelompok Kerja Teknis • Kelompok Kerja Hukum Satuan Tugas Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup (STPHPL), terdiri dari : • PPNS Lingkungan Hidup • Penyidik Polri • Jaksa/Penuntut Umum STP2LH melakukan tugas : 1. Melakukan verifikasi terhadap pengaduan yang disampaikan kepada Tim dan selanjutnya memberikan rekomendasi penegakan hukum administrasi dan/atau penyelesaian sengketa LH dan/atau penegakan hukum pidana kepada instansi terkait dan/atau tim terkait yang tergabung dalam satuan tugas sesuai kewenangan masing-masing 2. Melakukan penyusunan dan pengajuan gugatan ganti rugi untuk penyelesaian sengketa lingkungan hidup baik yang dilakukan melalui pengadilan atau di luar pengadilan. STPHPL melakukan tugas : Penyelidikan (PULBAKET), penyidikan, penuntutan terhadap kasus LH yang memenuhi kriteria telah terjadi pencemaran/ perusakan LH (bukti permulaan cukup) atau adanya dugaan tindak pidana seperti yang dimaksud dalam UUPLH. 58 XIII. Audit Lingkungan Hidup Audit Lingkungan (Kep. Men. LH No. 42 Th. 1994) adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara: • Sistematik • Terdokumentasi • Periodik • Obyektif tentang bagaimana kinerja suatu • Organisasi • Sistem manajemen • Peralatan memfasilitasi kontrol manajemen terhadap • pelaksanaan pengendalian pampak lingkungan dan • pengkajian pentaatan kebijakan usaha terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan Definisi AUDIT LINGKUNGAN ( UU No.23 Th.1997 Ps 1 Bt 23) adalah: Suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan AUDIT LINGKUNGAN (ISO 14010, SNI 19-14010-1997) : Adalah Suatu proses verifikasi secara sistematis dan terdokumentasi untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif untuk menentukan apakah sistem manajemen lingkungan dari organisasi sesuai dengan kriteria audit sistem manajemen lingkungan yang dibuat oleh organisasi, dan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil proses ini kepada manajemen AUDIT LINGKUNGAN HIDUP YANG DIWAJIBKAN (Kep. Men. LH No. 30 Th. 2001) Adalah Suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan, berdasarkan perintah Menteri atas ketidakpatuhan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan kegiatan tersebut PROSEDUR AUDIT LINGKUNGAN 59 60 XIV. Latihan Audit, Evaluasi dan Rekomendasi LH Contoh Audit suatu pabrik K.Sawit Prinsip 1. Komitmen terhadap Transparansi Gunung Melayu Oil Mill Status Minor No Lengkap Belum Lengkap Data yg ditunjukkan Tindakan Aksi Mill Pembuatan blangko (TT) √ 1 Rekaman Permintaan informasi. Daftar Permintaan Info Pengisian blangko 20052008 2 Rekaman tanggapan terhadap permintaan informasi √ Daftar Permintaan & Tanggapan Info Pembuatan blangko (TT) & Pengisian blangko (estate, mill, 2 th terakhir), update catatan lingkungan in process 1.1. Pihak Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit memberikan informasi yang memadai kepada stakeholder lainnya dalam bahasa Major No progress No Completed Indicator Kriteria 1 5-Mar 1 5-Mar Prinsip 4 : Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik 1 4.1. Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat dan diimplementasikan dan dipantau secara konsisten 2 Terdapat kegiatan pemeriksaan atau pemantauan kegiatan operasional minimal satu kali setahun √ Rekaman hasil kegiatan operasional tersedia √ Rekaman kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah (melalui pemupukan, 2 tanaman kacangan, aplikasi janjang kosong, land aplikasi) berdasarkan hasil analisa pada (1 4.2. Praktek-praktek mempertahankan kesuburan tanah, atau bilamana mungkin meningkatkan kesuburan tanah, sampai pada tingkat yang memberikan hasil optimal dan berkelanjutan √ 4.4. Praktek-praktek mempertahankan kualitas dan ketersediaan air permukaan dan air tanah Rekaman catatan penggunaan air di pabrik √ Penanggung jawab K3 ditetapkan dan harus ada catatan tentang pertemuan berkala antara penanggung jawab dan para pekerja yang membicarakan masalah kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan pekerja 4.7. Rencana kesehatan dan keselamatan kerja didokumentasikan, disebarluaskan dan diimplementasikan secara efektif 5.3. Limbah dikurangi, didaur ulang, dipakai kembali, dan dibuang dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara lingkungan dan sosial Data pemupukan, kacangan, aplikasi JK, LA 5 Mar (SPM) 1 5 Mar (SPM) 1 1 5-Mar 5-Mar 1 13-Mar 1 Catatan penggunaan air di pabrik Catatan penggunaan air di pabrik 2005-2008 5-Mar 1 Catatan meeting K3 berkala dan tindak lanjutnya Pastikan terdapat catatan meeting K3 berkala dan tindak lanjutnya 5-Mar 1 Catatan kejadian kecelakaan masing2X estate & mill Update data kecelakaan kerja masing-masing estate & mill 5-Mar 1 Rekapitulasi kejadian Sinkronisasi data kecelakaan dan tindak kecelakaan kerja antara estate, mill dan H&S lanjutnya 5-Mar 1 √ Catatan kejadian kecelakaan kerja Buat catatan monitoring limbah Identifikasi sumber-sumber limbah dan pencemaran terdokumentasi 1 31-Mar Tersedianya rekaman monitoring penggunaan energi 1 terbarukan serta analisis efisiensinya 5.4. Efisiensi penggunaan energi dan penggunaan energi terbarukan dimaksimalkan 5.6 Rencana-rencana untuk mengurangi pencemaran dan emisi, termasuk gas rumah kaca, disusun, diimplementasikan dan dimonitor Chek laporan 2005-2008 (rencana & realisasi) Catatan analisa effluent, check kelengkapannya, blangkonya? Check apakah selalu Catatan pengontrolan dilakukan? Adakah effluent pond (min 2005blangkonya? Apakah 2008) lengkap? Rekaman analisis mutu BOD limbah cair sesuai peraturan perundangundangan 3 Chek laporan 2005-2008 (rencana & realisasi) Rekaman analisa effluent internal dan eksternal 2 3 laporan Inspeksi tanaman, hama, penyakit & tindak lanjutnya laporan Inspeksi tanaman, hama, penyakit & tindak lanjutnya 2 Pemantauan kualitas emisi dari sumber emisi tersebut 2 Rekaman pengelolaan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit tersedia Buat catatan monitoring limbah Buat catatan monitoring penggunaan cangkang sawit untuk boiler & analisa efisiensinya (energi/ton CPO) √ Catatan monitoring penggunaan cangkang sawit untuk boiler & analisa efisiensinya (energi/ton CPO) √ Catatan pemanfaatan buat catatan pemanfaatan JK ; JK + effluent untuk JK ; JK + effluent untuk kompos 2006-2008 kompos √ Catatan monitoring effluent pond Buat dan update catatan monitoring effluent pond 1 31-Mar 5-Mar (spm) 10-Mar 5-Mar 1 1 1 61 BLRS Analysis Laboratory BLRSS Rat Bait Production Land Preparation Land Acquisition New Land Development Bulldozer Windrowing (flat land) Bulldozer Terracing Heavy Eqpt Field Servicing Road Construction Road Surfacing Laterite/Gravel Quarry/Borrow Pit Illegal Gardening in Buffer Zones Conservation Forest Conversion Upkeep Pesticide Application Chemical Fertiliser Use Cover Crop Maintence Transport Pruning Plasma Road Maintenance Truck operation C C C C C C C C C C C C C C C C I I I C C I C C C C C C C C C C C C C N N A A A A A A A A A A A A A A A A N N N A A N A N A A A A A A N A N C C C C C C C C C C C C C C C N N N N N N N N N N N N N N N 2 2 1 2 1 1 1 4 4 4 2 4 2 3 3 2 2 1 2 2 2 2 1 3 2 2 1 1 4 2 4 4 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 H L L L L L L H H H L H M H H M M L M L L L L M L L L L H L E E L M M L H L L M L M M H M E H E M L L Significant? 5 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 1 3 2 5 1 1 2 3 3 3 5 1 5 5 5 2 2 2 Negative Impacts Risk Score N Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y N Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Positive Impacts Risk Score Normal (N) or Abnormal (A) Operation or Emergency/Darurat (E) Positive (P) Negative (N) Topsoil stripping for Media Topsoil Loss N Nutrient leaching and Discharge Surface Water quality N Soil Erosion Surface Water quality N Untreated Liquid Waste Disposal Water Quality N Inappropriate Solid Waste Disposal Aesthetic N Inadequate control of product Soil Contamination N Inadequate Safe Work Practices Worker H&S N Disputed Land Ownership Social Conflict N Unintended Fire Loss of Organic Mater N Wildlife Habitat DestructionN Loss of Young Palms N Smoke / Air Quality N Land Clearing Loss of Vegetation HCV N Loss of Cultural HCV N Soil Erosion Soil Resource Loss N Surface Water Quality N Soil Compaction Reduced palm growth N Soil Erosion Surface Water quality N Soil Erosion Soil Resource Loss N Soil Compaction Reduced palm growth N Soil Erosion Surface Water quality N Soil Erosion Soil Resource Loss N Oil Spill onto ground Soil Contamination N Soil Erosion Water Quality N Erosion Prevention Water quality protection P Soil Erosion Water Quality N Abandonment Aesthetic N Rehabilitation Water quality protection P Vegetation Removal Habitat Loss N Soil Erosion Surface Water quality N Buffer Zone Reinstatement Habitat Enhancement P Buffer Zone Reinstatement Biodiversity Improvement P Pest Outbreak (Rats, Wild Boar) Damage to palms N Production Loss N Pesticide Mixing Minor Spill onSoil Ground Contamination N Pesticide Mixing Minor Spill inWater Drain quality N Chemical Odour Worker H&S N Leaking knapsack Worker H&S N Excessive Spraying Beneficial Plant Loss N Nutrient leaching Surface Water quality N Discarded Plastic Bags Aesthetic N Erosion Prevention Water quality protection P Erosion Prevention Soil Conservation P Frond Stacking Soil Conservation P Ownership Dispute Social Conflict N Silt Trap cleaning Water quality protection P Surface compaction Soil Conservation P Silt Trap cleaning Soil Conservation P Exhaust smoke emissions Air Quality N Traffic Dust at Estate HousingAir Quality N Traffic Noise at Estate HousingNuisance N Control (C) or Influence/Pengaruh (I) Dampak Lingkungan Potensial (atau resiko) (Potential Environmental Impact (or Risk)) Consequence Polybag preparation Irigation Aspek Lingkungan Potensial (atau bahaya) (Potential Environmental Aspect (or Hazard)) Likelihood/Kemungkinan Nursery Aktivitas, Produk, Jasa (Activity, Product or Service) Legal & Other Requirement (Legal & persyaratan Lain) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Lokasi (Location) No. Resiko (Risk Number) CONTROLS Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Adakah SOP utk mengkontrol aspek dan dampak lingkungan (Any Existing SOP to control env aspect and impact)? Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Program Manajemen Lingkungan yang diusulkan (the proposed Environmental Management Program/EMP ) Tanam kembali LCC Pemeliharaan Pipa Irigasi Pemeliharaan Pipa Irigasi Pembuatan trape dan lubang sampah Pembuatan lubang sampah Menyediakan tempat pembuangan limbah Melengkapi pekerja dengan safety Ranti rugi yang benar Penggunaan sistin zero burning Penggunaan sistin zero burning Penggunaan sistin zero burning Penggunaan sistin zero burning Menanam LCC Menanam LCC Menanam LCC Menanam LCC Penanaman LCC dan pemberian EFB Penanaman LCC Penanaman LCC Penanaman LCC dan pemberian EFB Pembuatan stop band wash band, penanaman LCC dan pemberian EFB Penanaman LCC dan pemberian EFB Service harus ke bengkel Pembuatan roadside drain Pembuatan roadside drain dan water outlet Upkeep water outlet Merapikan sisa galian Membuat subsidiary drain Memberikan pengertian terhadap penduduk dilarang menggarap Dengan penanaman tanaman/penghijauan Dengan penanaman tanaman/penghijauan Dengan penanaman tanaman/penghijauan Membasmi hama-hama yang merusak Membasmi hama-hama yang merusak Pencampuran diadakan digudang Pemakaian masker Perwatan alat-alat semprot Penyemprotan tepat dosis, waktu tepat guna (effectif) Curan hujan tinggi jangan memupuk, pemberian EFB Dikumpul Upkeep LCC Upkeep LCC Susun pelepah sesuai SOP Rutin pemeliharaan Upkeep road, grading Upkeep water outlet Gunakan BBM yang layakdan maintenance transport Truck jangan lewat perumahan Truck jangan lewat perumahan 62 PUSTAKA 1. Rothery, B. 1995. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO14000. Pustaka Binaan Pressindo. Jakarta 2. Adisasmito, W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan (SML). Rajawali Press. Jakarta 3. Hariadi, A. 2003. SML ISO14001 Interpretasi Dokumentasi Dan Implementasi. Paradigma Pustaka. Jakarta 4. Hadiwiardjo, B.H. 1997. ISO 14000 Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 5. Wardhani, A.P.D.W. 2008. Analisis Penerapan Sistem Manjemen Lingkungan. Fakultas Arsitektur Lansekap Universitas Trisakti. Jakarta 6. Adisasmito, W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Rumah Sakit. Raja Grafindo Persada. Jakarta 7. Williem, S. 2010. Audit Lingkungan Di Universitas Katolik Atma Jaya. Fakultas Ekonomi UNIKA Atma Jaya. Jakarta 8. Bapedal. 2006. Pedoman Penyusunan AMDAL. Media Pressindo. Yogyakarta.