- Drs. Riyanto, MSc.

advertisement
Diktat Kuliah
SISTEM MANAGEMEN LINGKUNGAN
(SML)
Untuk Kalangan Terbatas Pada
Mahasiswa Fakultas Biologi
Universitas Medan Area
Oleh:
Drs. Riyanto, Msc
Medan
2017
2
Mata Kuliah Sistem Managemen Lingkungan
Pendahuluan
I.
Matakuliah ini adalah matakuliah program S1 yang mengkaji lingkungan hidup (LH), menganalisa
kondisinya saat ini dan potensi permasalahannya kedepan, mempelajari UU dan peraturan yang
mengatur pengelolaan LH, mempelajari pencegahan kerusakan LH secara pre-emtip, preventip,
proaktip dan represip, membahas cara-cara mengaudit LH, mengevaluasi dan belaja cara
memberikan rekomendasi perbaikan terhadap Lingkungan khususnya LH sekitar perusahaan
yang berpotensi memberikan dampak negatip terhadap LH.
Tujuan mata kuliah Sistem managemen Lingkungan (SML) agar mahasiswa setelah menempuh mata kuliah ini
mahasiswa diharapkan mahasiswa mengerti polecy tentang lingkungan hidup, aspek –aspek lingkungan hidup,
peraturan pemerintah dan undang-undang yang berhubungan dengan lingkungan, UU dan peraturan yang
mengatur pengelolaan LH, memahami pencegahan kerusakan LH secara pre-emtip, preventip, proaktip
dan represip, mengetahui cara mengaudit LH, mengevaluasi dan memberikan rekomendasi untuk
perbaikan pencegahan kerusakan lingkungan akibat suatu aktifitas entitas bisnis tertentu.
Adapun outcome yang diharapkan dari mata kuliah ini mahasiswa diharapkan:
a. Mampu mempelajari dan mengembangkan sendiri (self-learning) berbagai teori ilmu yang
mendukung system managemen pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
b. Mampu melakukan analisis terhadap resiko dampak jika ada gangguan terhadap lingkungan
hidup
c. Memiliki keluasan wawasan tentang isue-isue lingkungan hidup yang terus berkembang
d. Memiliki wawasan untuk berkarir di bidang lingkungan hidup.
“Lingkungan didefinisikan sebagai sekitar kita yang berinteraksi baik sebagai individual atau dalam kelompok sosial
dan termasuk aspek bio fisik dan sosial budaya.
Pengelolaan LH adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi : kebijaksanaan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup
(UU.RI. No. 23 Tahun 1997) yang sekarang sudah dipernaharui menjadi UU.RI. No. 32 Tahun 2009
Lingk Fisik
Apa itu SML
•UU Ling Hidup
•HCV
•Flora & Fauna
•ISO14000
Sisten Managemen Lingkungan
Lingk
Sosial
•
SML
SMK3
CSR
SMK3
•CD, CC, CSR
Certificataion for Inveronment
SML
ISO1400
•
Round Table
Sustainable Palm Oil
Sistem managemen
Kesehatan dan
Keselamatan Kerla
RSPO
SMK3 & CSR
Corporate Social
Responsibility
Text
Sistem Manajemen Lingkungan (SML) adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam prosesproses bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan mengontrol dampak-dampak lingkungan secara
efektif, dan oleh karenanya merupakan risiko-risiko lingkungan.
3
PRINSIP-PRINSIP DEKLARASI STOCKHOLM & RIO DE JANEIRO
(diadopsi dalam perundang-undangan LH Nasional)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Tanggung jawab negara (State Responsibility)
Hak dasar atas LH (Right to Environment)
Keterpaduan pengelolaan LH
Hak berperan serta (Popular Participations)
Aksesibilitas pada informasi
Precautionary Principles
Polluter Pays Principle
Tanggung Jawab Mutlak (Strict Liability)
Keadilan inter dan antar generasi
Kewajiban bekerjasama
Aksesibilitas pada teknologi lingkungan
Hak bersama atas SDA lintas batas
Note.
Pengaturan ECO-SUSTAINABLE DEVELOPMENT
1. Pemanfaatan SDA secara rasional
2. Pembangunan tanpa merusak (Eco-Development)
3. Keterpaduan pengelolaan (Integrated Policy)
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
CIRI-CIRI LINGKUNGAN
l
Sistem (systems)
l
Berstruktur (structure)
l
Saling-Tergantung (interdependency)
l
Jaring kerja (networks)
l
Keanekaragaman (diversity)
l
Holistik (holistic)
l
Dinamis (dinamic)
l
Keseimbangan (equilibrium)
4
Antisipasi Kerusakan LH secara Pre-Emtip
1.
Ada yang bersifat pre-emtip (Kebijakan)
Tindakan yang dilakukan pada tingkat pengambilan KEPUTUSAN & PERENCANAAN seperti: penataan
ruang dan AMDAL (Dilakukan Pemerintah Pusat)
2.
Ada yang bersifat Preventip (Pencegahan)
Tindakan pada tingkat PELAKSANAAN: evaluasi berbagai instrumen ekonomi (pajak & retribusi
lingkungan, dana pelestarian lingkungan hidup), izin, dan penataan baku mutu buangan (Dilakukan
Pemerintah Daerah)
3.
Ada yang bersifat pro-aktip
Tindakan pada tingkat PRODUKSI dengan menerapkan standardisasi lingkungan seperti: ISO 14000,
RSPO, ISPO
4.
Ada yang bersifat represip
Tindakan pada tingkat penindakan / hukuman / denda bagi para perusak atau pelanggar aturan Lingkungan
Hidup lainnya.
5
II.
PERUNDANGAN YANG MENGANDUNG PENGATURAN LINGKUNGAN HIDUP a.l:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Hinder-Ordonnantie 1926
UU 5/1960: Agraria
UU 11/1967: Pertambangan
UU 11/1974: Pengairan
UU 5/1984: Perindustrian
UU 9/1985: Perikanan
UU 5/1990: KSDAH
UU 9/1990: Kepariwisataan
UU 4/1992: Perumahan dan Permukiman
UU 5/1992: Cagar Budaya
UU 12/1992: SBD Tanaman
UU 24/1992: Tata Ruang
UU 6/1996: Perairan INA
UU 10/1997: Tenaga Nuklir
UU 15/1997: Transmigrasi
UU 41/1999: Kehutanan
UU 22/2001: Migas
UU 16/2002: Explorasi Angkasa
UU 20/2002: Ketenagalistrikan
UU 28/2002: Bangunan
UU 17/2004: Protokol Kyoto
UU 7/2004: SD Air
UU 26/2007: Penataan Ruang
UU 27/2007: Pngelolaan Pesisir
UU 30/2007: Energi
UPAYA TERPADU Untuk Melestarikan Fungsi Lingkungan Hidup:
 Kebijaksanaan PENATAAN LH
 PEMANFAATAN LH
 PENGEMBANGAN LH
 PEMELIHARAAN LH
 PEMULIHAN LH
 PENGAWASAN LH
 PENGENDALIHAN LH
UU dan Peraturan lainnya yang mempengaruhi system pengelolaan / managemen lingkungan.
UU No. 2 Tahun 1966
Hygiene
UU No. 5 Tahun 1967
Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan
UU No. 6 Tahun 1967
Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan Dan Kesehatan Hewan
UU No. 11 Tahun 1967
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
UU No. 1 Tahun 1970
Keselamatan Kerja
UU No. 16 Tahun 1985
Rumah Susun
UU No. 5 Tahun 1990
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya
UU No. 4 Tahun 1992
Perumahan dan Pemukiman
6
UU No. 24 Tahun 1992
Penataan Ruang
UU No. 5 Tahun 1994
Pengesahan United Nations Convention On Biological Diversity (Konvensi
Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati)
UU No. 6 Tahun 1994
Pengesahan United Nations Framework Convention On Climate Change
(Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Perubahan
Iklim)
UU No. 23 Tahun 1997
Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No. 41 Tahun 1999
Kehutanan
UU No. 7 Tahun 2004
Sumberdaya Air
=Peraturan Pemerintah
PP No. 9 Thn 1969
Pemakaian Isotop Radioaktip Dan Radiasi
PP No. 32 Thn 1969
Pelaksanaan Undang Undang No. 11 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan
PP No. 33 Thn 1970
Perencanaan Hutan
PP No. 7 Thn 1973
Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan Pestisida
PP No. 19 Thn 1973
Pengaturan Dan Pengawasan Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan
PP No. 11 Tahun 1975
Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi
PP No. 12 Tahun 1975
Izin Pemakaian Zat Radioaktip Dan Atau Sumber Radiasi Lainnya
PP No. 13 Tahun 1975
Pengangkutan Zat Radioaktip
PP No. 27 Tahun 1980
Penggolongan Bahan-bahan Galian
PP No. 6 Tahun 1981
Iuran Pembiayaan Eksploitasi Dan Pemeliharaan Prasarana Pengairan
PP No. 22 Tahun 1982
Tata Pengaturan Air
PP No. 23 Tahun 1982
Irigasi
PP No. 15 Tahun 1984
Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
PP No. 28 Tahun 1985
Perlindungan Hutan
PP No. 4 Tahun 1988
Rumah Susun
PP No. 20 Tahun 1990
Pengendalian Pencemaran Air
PP No. 27 Tahun 1991
Rawa
PP No. 35 Tahun 1991
Sungai
PP No. 13 Tahun 1994
Perburuan Satwa Buru
PP No. 18 Tahun 1994
Pengusahaan Pariwisata Alam Di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya, Dan Taman Wisata Alam
PP No. 6 Tahun 1995
Perlindungan Tanaman
PP No. 68 Tahun 1998
Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam
PP No. 6 Tahun 1999
Pengusahaan Hutan Dan Pemungutan Hasil Hutan Pada Hutan Produksi
PP No. 7 Tahun 1999
Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa
PP No. 8 Tahun 1999
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Liar
7
PP No. 18 Tahun 1999
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
PP No. 19 Tahun 1999
Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut
PP No. 27 Tahun 1999
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
PP No. 41 Tahun 1999
Pengendalian Pencemaran Udara
PP No. 85 Tahun 1999
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya
PP No. 10 Tahun 2000
Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah
PP No. 54 Tahun 2000
Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di
Luar Pengadilan
PP No. 63 Tahun 2000
Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
PP No. 102 Tahun 2000
Standardisasi Nasional
PP No. 4 Tahun 2001
Pengendalian Kerusakan Dan Atau Pencemaran Lingkungan Hidup Yang
Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan Dan Atau Lahan
PP No. 8 Tahun 2001
Pupuk Budidaya Tanaman
PP No. 82 Tahun 2001
Penjelasan
Pengolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air
PP No. 74 Tahun 2001
Penjelasan
LAMPIRAN-1
LAMPIRAN-2
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
PP No. 26 Tahun 2002
Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif
PP No. 27 Tahun 2002
Pengelolaan Limbah Radioaktif
Keputusan Presiden
Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978
Convention On International Trade In Endangered Species
Of Wild Fauna And Flora
Keputusan Presiden No. 46 Tahun 1986
Pengesahan International Convention For The Prevention
Of Pollution From Ships 1973, Beserta Protokol
Keputusan Presiden No. 49 Tahun 1986
Pengesahan Convention On The Physical Protection Of
Nuclear Material
Keputusan Presiden No. 1 Tahun 1987
Pengesahan Amandemen 1979 Atas Convention On
International Trade In Endangered Species Of Wild Fauna
And Flora, 1973
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990
Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No. 48 Tahun 1991
Pengesahan Convention On Wetlands Of International
Importance Especially As Waterfowl Habitat
Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993
Satwa Dan Bunga Nasional
Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1993
Pengesahan Basel Convention On The Control Of
Transboundary Movements Of Hazardous Wastes And
Their Disposal
Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1993
Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional
8
Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1995
Pembentukan Tim Pengamanan Hutan Terpadu
Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1995
Reklamasi Pantai Utara Jakarta
Keputusan Presiden No. 73 Tahun 1995
Reklamasi Pantai Kapuknaga, Tangerang
Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1998
Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser
Keputusan Presiden No. 101 Tahun 2001
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, Dan Tata Kerja Menteri Negara
Keputusan Presiden No. 102 Tahun 2001
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
organisasi, Dan Tata Kerja Departemen
Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen
Keputusan Presiden No. 106 Tahun 2001
Pengesahan Convension On Nuclear Safety (Konvensi
Tentang Keselamatan Nuklir)
Instruksi Presiden
Instruksi Presiden No. 5 Tahun 1982
Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan Tahun 1982 /
1983
Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1990
Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar Dan
Ikan Beku
Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2001
Pemberantasan Penebangan Kayu Illegal (Illegal Logging)
Dan Peredaran Hasil Hutan Illegal Di Kawasan Ekosistem
Leuser Dan Taman Nasional Tanjung Puting
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Kesehatan No. 528 Tahun 1982
Kualitas Air Tanah Yang Berhubungan Dengan Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 Tahun 1989
Persyaratan Kesehatan Rumah Makan Dan Restoran
Peraturan Menteri Kesehatan No. 472 Tahun 1996
Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 39 Tahun
1989
Pembagian Wilayah Sungai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45 Tahun
1990
Pengendalian Mutu Air Pada Sumber Sumber Air
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 48 Tahun
1990
Pengelolaan Atas Air Dan Atau Sumber Air Pada Wilayah
Sungai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun
1990
Tata Cara Dan Persyaratan Izin Penggunaan Air Dan Atau
Sumber Air
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun
1993
Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah
Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 64 Tahun
1993
Reklamasi Rawa
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 65 Tahun
1993
Penyuluhan Pengairan
9
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 67 Tahun
1993
Panitia Tata Pengaturan Air Propinsi Daerah Tingkat I
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 05 Tahun 1996
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
08 Tahunan 2006
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.12
Tahun 2007
Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Keputusan Bersama Menteri
Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum Dan
Penggunaan Air Dan Atau Sumber Air Untuk Kegiatan
Menteri Pertambangan Dan Energi No. 04 Tahun 1991 Usaha Pertambangan Termasuk Pertambangan Minyak Dan
dan 76 Tahun 1991
Gas Bumi Dan Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi
Keputusan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri
Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup
/Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Pelaksanaan Pemantauan Dampak Lingkungan
183/Menkes/SKB/II/1993 No.Kep09/Bapedal/O2/1993
Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri
Kehutanan Dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, Dan
Menteri Negara Pangan Dan Hortikultura No.
998.1/Kpts/OT.201/9/1999 790.a/Kpts-IX/1999
1145A/MENKES/SKB/IX/1999
015A/NMenegPHOR/09/1999
Keamanan Hayati Dan Keamanan Pangan Produk Pertanian
Hasil Rekayasa Genetik
Keputusan Menteri
Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
01/Kpts/Um/1/1975
Pembinaan Kelestarian Kekayaan Yang Terdapat Dalam Sumber
Perikanan Indonesia
Keputusan Menteri Pertanian No. 944
Tahun 1984
Pembatasan Pendaftaran Pestisida
Keputusan Menteri Pertanian No. 536
Tahun 1985
Pengawasan Pestisida
Keputusan Menteri Pertanian No. 541
Tahun 1996
Pendaftaran Dan Pemberian Izin Tetap Pestisida
Keputusan Menteri Pertanian No. 543
Tahun 1996
Pendaftaran Dan Pemberian Izin Sementara Pestisida
Keputusan Menteri Pertanian No. 544
Tahun 1996
Pendaftaran Dan Pemberian Izin Bahan Teknis Pestisida
Keputusan Menteri Pertanian No. 546
Tahun 1996
Pemberian Izin Dan Perluasan Penggunaan Pestisida
Keputusan Menteri Pertanian No. 688
Tahun 1998
Perubahan Anggota Komisi Pestisida
Keputusan Menteri Pertanian No. 763
Tahun 1998
Pendaftaran Dan Pemberian Izin Tetap Pestisida
10
Keputusan Menteri Pertanian No. 764
Tahun 1998
Pendaftaran Dan Pemberian Izin Sementara Pestisida
Keputusan Menteri Pertanian No. 818
Tahun 1998
Laporan Pemantauan Limbah Cair Kegiatan/Usaha Dan Atau Industri
Pertanian
Keputusan Menteri Pertanian No. 949
Tahun 1998
Pestisida Terbatas
Keputusan Menteri Perindustrian No. 148
Tahun 1985
Pengamanan Bahan Beracun Dan Berbahaya Di Perusahaan Industri
Keputusan Menteri Perindustrian No. 250
Tahun 1994
Pedoman Teknis Penyusunan Pengendalian Dampak Terhadap
Lingkungan Hidup Pada Sektor Industri
Keputusan Menteri Perindustrian No. 148
Tahun 1995
Penetapan .Jenis Dan Komoditi Industri Yang Proses Produksinya
Tidak Merusak Ataupun Membahayakan Lingkungan Serta Tidak
Menggunakan Sumber Daya Alam Secara Berlebihan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.
458 Tahun 1986
Ketentuan Pengamanan Sungai Dalam Hubungan Dengan
Penambangan Bahan Galian Golongan C
Keputusan Menteri Perhubungan No. 167
Tahun 1986
Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dan
Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran Oleh Bahan Cair
Beracun
Keputusan Menteri Perhubungan No. 215
Tahun 1987
Pengadaan Fasilitas Penampungan Limbah Dari Kapal
Keputusan Menteri Perhubungan No. 86
Tahun 1990
Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal
Keputusan Menteri Kehutanan No.756
Tahun 1990
Penetapan Kelompok Hutan Rawa Aopa Watumohai Yang Terletak di
Propinsi Dati I Sulawesi Tenggara Seluas 12.825 HA, Di Kabupaten
Dati II Kolaka Seluas 12.825 HA, Di Kabupaten Dati II Buton Seluas
45.605 HA Dan Di Kabupaten Dati II Kendari Seluas 46.764 HA S
Keputusan Menteri Kehutanan No. 252
Tahun 1993
Kriteria Dan Indikator Pengelolaan Hutan Produksi Alam Indonesia
Secara Lestari
Keputusan Menteri Kehutanan No. 26
Tahun 1994
Pemanfaatan Jenis Kera Ekor Panjang (Macaca Fascilularis), Beruk
(Macaca Nemesterina) Dan Ikan Arowana ( Sceleropages Formasus)
Untuk Keperluan Eksport
Keputusan Menteri Kehutanan No.
154/Kpts-II/1997
Perubahan Fungsi Dan Penunjukan Cagar Alam Lorentz Seluas
?1.907.500 Hektar, Hutan Lindung Gunung Trikora Seluas ? 373.125
Hektar, Dan Perairan Sekitarnya Seluas ? 224.975 Hektar Yang
Terletak di Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya Sebagai Taman
Nasional
Keputusan Menteri Kehutanan No. 20
Tahun 2001
Pola Umum Dan Standar Serta Kriteria Rehabilitasi Hutan Dan Lahan
Keputusan Menteri Kehutanan No. 31
Tahun 2001
Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan
Keputusan Menteri Kehutanan No. 32/KptsKriteria Dan Standar Pengukuhan Kawasan Hutan
II/2001
Keputusan Menteri Kehutanan No. 70
Tahun 2001
Penetapan Kawasan Hutan, Perubahan Status Dan Fungsi Kawasan
Hutan Menteri Kehutanan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 86
Tahun 1990
Tata Cara Pemusnahan Pelumas Bekas Dan Pengawasannya
11
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 32
Tahun 1991
Pedoman Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 33
Tahun 1992
Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah Rencana Struktur Tata Ruang
Propinsi Daerah Tingkat I Dan Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten
Daerah Tingkat II
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 84
Tahun 1993
Bentuk Peraturan Daerah Dan Peraturan Daerah Perubahan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 98
Tahun 1996
Pedoman Pembentukan, Organisasi Dan Tatakerja Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Daerah
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 179
Tahun 1996
Pedoman Organisasi Dan Tata Kerja Balai Pengelolaan Sumber Daya
Air
Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan
Otonomi Daerah No. 50 Tahun 2000
Pedoman Susunan Organisasi Perangkat Daerah
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 35 Tahun 1993
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 12 Tahun 1994
Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 13 Tahun 1994
Pedoman Susunan Keanggotaan Dan Tata Kerja Komisi AMDAL
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 14 Tahun 1994
Pedoman Umum Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 15 Tahun 1994
Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 42 Tahun 1994
Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 13 Tahun 1995
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 15 Tahun 1995
Pemberian Penghargaan Kalpataru
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 16 Tahun 1995
Dewan Pertimbangan Pemberian Penghargaan Kalpataru Masa Bakti
1995-1998
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 24 Tahun 1995
Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16
Tahun 1995
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 35 Tahun 1995
Program Kali Bersih
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 37 Tahun 1995
Pedoman Pelaksanaan Kebersihan Kota Dan Pemberian Penghargaan
Adipura
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 52 Tahun 1995
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 54 Tahun 1995
Pembentukan Komisi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Terpadu Multisektor Dan Regional
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 55 Tahun 1995
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Regional
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 57 Tahun 1995
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Usaha Atau Kegiatan
Terpadu/Multisektor
12
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 58 Tahun 1995
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 35-A Tahun 1995
Program Penilaian Kinerja Perusahaan / Kegiatan Usaha Dalam
Pengendalian Pencemaran Dalam Lingkup Kegiatan PROKASIH
(PROPER PROKASIH)
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 15 Tahun 1996
Program Langit Biru
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 16 Tahun 1996
Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Langit Biru
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 39 Tahun 1996
Jenis Usaha Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 42 Tahun 1996
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas
Bumi
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 43 Tahun 1996
Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan
Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 45 Tahun 1996
Program Pantai Lestari
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 46 Tahun 1996
Pembentukan Tim Pengarah Dan Tim Teknis Program Pantai Lestari
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 47 Tahun 1996
Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Pantai Lestari
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 48 Tahun 1996
Baku Tingkat Kebisingan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 49 Tahun 1996
Baku Tingkat Getaran
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 50 Tahun 1996
Baku Tingkat Kebauan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 9 Tahun 1997
Perubahan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42
Tahun 1996 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak
Dan Gas Serta Panas Bumi
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 45 Tahun 1997
Indeks Standar Pencemar Udara
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 3 Tahun 1998
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 30 Tahun 1999
Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 1 Tahun 2000
Organisasi Dan Tata Kerja Staf Menteri Negara Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 2 Tahun 2000
Panduan Penilaian Dokumen AMDAL
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 3 Tahun 2000
Jenis Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 4 Tahun 2000
Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Permukiman
Terpadu
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Di Daerah
13
Hidup No. 5 Tahun 2000
Lahan Basah
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 40 Tahun 2000
Pedoman Tata Kerja Komisis Penilai Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 41 Tahun 2000
Pedoman Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 42 Tahun 2000
Susunan Keanggotaan Komisi Penilai Dan Tim Teknis Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pusat
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 4 Tahun 2001
Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 7 Tahun 2001
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Dan Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup Daerah
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 9 Tahun 2001
Organisasi Dan Tata Kerja Staf Menteri Negara Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 17 Tahun 2001
Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 30 Tahun 2001
Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang Diwajibkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 86 Tahun 2002
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 28 Tahun 2003
LAMPIRAN
Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri
Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 29 Tahun 2003
LAMPIRAN
Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah
Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 37 Tahun 2003
Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air
Permukaan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 77 Tahun 2003
Pembentukan Lembaga Penyedian Jasa Pelayanan Penyelesaian
Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan (LPJP2SLH) pada
Kementerian Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 78 Tahun 2003
Tata Cara Pengelolaan Permohonan Penyelesaian Sengketa
Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan pada Kementerian Lingkungan
Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 110 Tahun 2003
Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada
Sumber Air
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 111 Tahun 2003
Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman
Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air
LAMPIRAN
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 112 Tahun 2003
Baku Mutu Air Limbah Domestik
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan
14
Hidup No. 113 Tahun 2003
Batubara
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 115 Tahun 2003
Pedoman Penentuan Status Mutu Air
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 128 Tahun 2003
Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh
Minyak Bumi secara Biologis
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 129 Tahun 2003
Baku Mutu Emisi Udara dan atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 141 Tahun 2003
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaran Bermotor Tipe Baru dan
Kendaraan Bermotor yang Sedang Diproduksi (Current Production)
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 142 Tahun 2003
Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau
Sumber Air
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.19 Tahun 2004
Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran dan atau
Perusakan Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.51 Tahun 2004. LAMPIRAN-1
LAMPIRAN-2
LAMPIRAN-3
Baku Mutu Air Laut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.95 Tahun 2004
LAMPIRAN
Klasifikasi Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.122 Tahun 2004
Perubahan atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No.Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Industri
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.133 Tahun 2004
LAMPIRAN
Baku Mutu Emisi Kegiatan Industri Pupuk
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.148 Tahun 2004
LAMPIRAN-1
LAMPIRAN-2
Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.175 Tahun 2004
Organisasi dan Tata Laksanan Pusat Produksi Bersih Nasional
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.178 Tahun 2004
LAMPIRAN-1
LAMPIRAN-2
Kurikulum Penyusunan, Penilaian dan Pedoman Serta Kriteria
Penyelenggaraan Pelatihan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.179 Tahun 2004
Ralat atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 tahun
2004 tentang Baku Mutu Air Laut
15
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.197 Tahun 2004
Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup di Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.200 Tahun 2004
Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang
Lamun
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.201 Tahun 2004
Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.202 Tahun 2004
Baku Mutu Air Limbah dan atau Kerusakan Kegiatan Pertambangan
Bijih Emas dan Atas Tembaga
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.252 Tahun 2004
Program Penilaian Peringkat Hasil Uji Tipe Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor Tipe Baru
Keputusan Menteri Pertambangan Dan
Energi No. 2555.K Tahun 1993
Pelaksana Inspeksi Tambang Bidang Pertambangan Umum
Keputusan Menteri Pertambangan Dan
Energi No. 103.K Tahun 1994
Pengawasan Atas Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Dalam Bidang Pertambangan Dan Energi
Keputusan Menteri Pertambangan Dan
Energi No. 1211 k Tahun 1995
Pencegahan Dan Penaggulangan Perusakan Dan Pencemaran
Lingkungan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum
Keputusan Menteri Perindustrian Dan
Perdagangan No.137/MPP/Kep/6/1996
Prosedur Impor Limbah
Keputusan Menteri Perindustrian Dan
Perdagangan No. 231 Tahun 1997
Prosedur Impor Limbah
Keputusan Menteri Perindustrian Dan
Perdagangan No. 254 Tahun 1997
Kriteria Industri Kecil Dan Perdagangan Kecil Di Lingkungan
Departemen Perindustrian Dan Perdagangan
Keputusan Menteri Perindustrian Dan
Perdagangan No. 255 Tahun 1997
Pelimpahan Wewenang Pemberian Perijinan Di Bidang Industri Dan
Perdagangan Di Lingkungan Departemen Perindustrian Dan
Perdagangan
Keputusan Menteri Perindustrian Dan
Perdagangan No. 110 Tahun 1998
Larangan Memproduksi Dan Memperdagangkan Bahan Perusak
Lapisan Ozon Serta Memproduksi Dan Memperdagangkan Barang
Baru Yang Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon (Ozone
Depleting Substances)
Keputusan Menteri Kesehatan No. 872
Tahun 1997
Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
Keputusan Menteri Kesehatan No.
261/MENKES/SK/II/1998
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Keputusan Menteri Kesehatan No. 829
Tahun 1999
Persyaratan Kesehatan Perumahan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 907
Tahun 2002
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 376 Tahun 1998
Kriteria Penyediaan Areal Hutan Untuk Perkebunan Budidaya Kelapa
Sawit
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994
Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar
16
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 728/Kpts-II/1998
Luas Maksimum Pengusahaan Hutan Dan Pelepasan Kawasan Hutan
Untuk Budidaya Perkebunan
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 731 Tahun 1998
Tata Cara Pelelangan Hak Pengusahaan Hutan
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 732/Kpts-II/1998
Persyaratan Dan Tata Cara Pembaharuan Hak Pengusahaan Hutan
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 734/Kpts-II/1998
im Persiapan Pelelangan Hak Pengusahaan Hutan
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 735 Tahun 1998
Panitia Pelaksana Pelelangan Hak Pengusahaan Hutan
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 146 Tahun 1999
Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 279 Tahun 1999
Pembinaan Wilayah Di Bidang Kehutanan
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 385 Tahun 1999
Penetapan Lola Merah (Trochus Niloticus) Sebagai Satwa Buru
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 449 Tahun 1999
Pengelolaan Burung Walet (Collocalia) Di Habitat Alami (In-Situ)
Dan Habitat Buatan (Ex-Situ)
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 465 Tahun 1999
Hak Pemanfaatan Hutan Untuk Pendidikan, Pelatihan Dan Penelitian
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 614 Tahun 1999
Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Campuran
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 55 Tahun 2000
Perlindungan Ikan Raja Laut (Latimeria Menadoensis) Sebagai Satwa
Yang Dilindungi
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan No. 104/Kpts-II/2000
Tata Cara Mengambil Tumbuhan Liar dan Menangkap Satwa Liar
Instruksi Menteri
Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988
Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan
Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1989
Pengelolaan Lingkungan Lahan Usaha Pertambangan
Bahan Galian Golongan C
Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 11 Tahun 1997
Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri
No. 98 Tahun 1996 Tentang : Pedoman Pembentukan,
Organisasi Dan Tatakerja Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah
Instruksi Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 951 Percepatan Kegiatan Operasional Lapangan Hasil Redesidn
Tahun 1999
Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
Keputusan Direktur Jenderal
Petunjuk Pelaksanaan Ketentuan Pengamanan Sungai
Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 176 Tahun
Dalam Hubungan Dengan Penambangan Bahan Galian
1987
Golongan C Di Sungai
17
Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Dan
Konservasi Alam No. 200 Tahun 1999
Penetapan Jatah Penangkapan dan Pengambilan Tumbuhan
Alam Dan Satwa Liar Dan Atau Hasil Tumbuhan Alam
Dan Satwa Liar Yang Tidak Dilindungi Undang-Undang
Untuk Periode Tahun 2000
Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Dan
Konservasi Alam No. 66/Kpts/DJ_V/2000
Kuota Pengambilan Tumbuhan Dan Penangkapan Satwa
Liar yang Tidak Dilindungi Undang-Undang Dan Tidak
Termasuk Dalam daftar Appendix Cites untuk Tahun 2000
Surat Edaran Menteri
Surat Edaran Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8
Penyerahan Minyak Pelumas Bekas
Tahun 1997
Surat Edaran Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
1234 Tahun 1999
Kegiatan Wajib UKL Dan UPL
Surat edaran Menteri Dalam Negeri no 061 / 2426/ sj
Tahun 1999 Tentang
Pembentukan BAPEDALDA Kabupaten/ Kota
Keputusan Kepala Bapedal
Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994
Pedoman Mengenai Dampak Penting
Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995
Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan
Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1995
Dokumen Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Keputusan Kepala Bapedal No. 3 Tahun 1995
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun
Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1995
Tata Cara Pesyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan,
Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, Dan Lokasi Bekas
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun -
Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995
Simbol Dan Label Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Keputusan Kepala Bapedal No. 14 Tahun 1996
Pembentukan Tim Pengarah Dan Tim Teknis Penilaian
Kebersihan Kota Dalam Rangka Pemberian Penghargaan
Adipura
Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996
Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber
Tidak Bergerak
Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996
Tata Cara Dan Persyaratan Penyimpanan Dan Pengumpulan
Minyak Pelumas Bekas
Keputusan Kepala Bapedal No. 299 Tahun 1996
Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1997
Pedoman Syarat Administratif Dan Kualifikasi Teknis Para
Pejabat Struktural Bapedalda Tingkat I Dan Tingkat II
Keputusan Kepala Bapedal No. 29 Tahun 1997
Standardisasi, Akreditasi, Dan Sertifikasi Bidang
Lingkungan
Keputusan Kepala Bapedal No. 30 Tahun 1997
Organisasi Dan Tata Kerja Komite Akreditasi Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan
18
Keputusan Kepala Bapedal No. 32 Tahun 1997
Pedoman Dan Tata Cara Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan / Kegiatan Usaha Dalam Lingkup Kegiatan
Program Kali Bersih
Keputusan Kepala Bapedal No. 105 Tahun 1997
Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) Dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL)
Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997
Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar
Pencemar Udara
Keputusan Kepala Bapedal No. 124 Tahun 1997
Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam
Penyusunan AMDAL
Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1998
Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun Di Daerah
Keputusan Kepala Bapedal No. 03 Tahun 1998
Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Bahan Berbahaya
Dan Beracun
Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1998
Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program
Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun
Keputusan Kepala Bapedal No. 19 Tahun 1999
Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Wilayah
Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000
Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi
Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
Keputusan Kepala Bapedal No. 39 Tahun 2000
Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan
Keputusan Kepala Bapedal No. 113 Tahun 2000
Pedoman Umum Dan Pedoman Teknis Laboratorium
Lingkungan
Keputusan Kepala Bapedal No. 25 Tahun 2001
Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan
Keputusan Kepala Bapedal No. 27 Tahun 2001
Pembentukan Satuan Tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) Lingkungan Hidup Di Bapedal
Keputusan Kepala Bapedal No. 47 Tahun 2001
Pedoman Pengukuran Kondisi Terumbu Karang
Keputusan Kepala Bapedal No. KEP-93A TAHUN
2001
Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Nomor : KEP-25 Tahun 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan
19
III.
Kondisi Lingk Hidup Saat ini dan Potensi Ancaman LH Masa depan
Kenapa kita sekarang seperti kebakaran jenggot dalam masalah Lingkungan Hidup
•
•
•
•
•
•
•
Karena saat ini masalah sudah menyelimuti kita
Karena saat ini kita merasa sumberdaya alam semakin menipis
Karena saat ini bencana alam sudah banyak terjadi
Karena saat ini kesehatan masyarakat sudah mulai terancam
Karena saat ini kemiskinan sudah sedemikian besar
Karena saat ini… kesadaran baru muncul
Pertanyaan : Terlambatkah kita…?
MASALAH LINGKUNGAN
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Pencemaran air
Pencemaran udara di kota-kota besar
Pencemaran limbah domestik dan sampah
Kontaminasi dari bahan berbahaya dan beracun (B3)
Kerusakan ekosistem hutan hujan tropika
Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kerusakan ekosistem danau
Kerusakan ekosistem pesisir dan laut
Kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan
Pemanasan bumi
Penipisan lapisan ozon
Bencana lingkungan: banjir dan longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan
20
Bagaimana Kondisi Lingkungan Kita Saat ini…?
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Perilaku sebagian masyarakat yang kurang cinta lingkungan
Kota - kota di Indonesia secara umum belum bersih dan hijau
Menurunnya kualitas sungai dan danau di Indonesia
Meningkatnya pencemaran dari industri
Masih lemahnya penerapan hukum lingkungan
Menurunnya daya pulih hutan setelah ditebang
Menurunnya daya dukung pesisir dan laut
Belum membudayanya pemakaian energi ramah lingkungan dan berkelanjutan
Masih rendahnya posisi tawar Indonesia dalam pengelolaan lingkungan global
Apa Saja Isu Lingkungan Hidup LOKAL?
•
•
•
•
Eksploitasi Sumberdaya Alam yang kurang terkendali
Kebijakan Otonomi Daerah (terutama untuk meningkatkan PAD)
Bencana Alam (dan faktor lingkungan yang lain?
Dan lin-lain
KERUSAKAN LINGKUNGAN : PERUBAHAN LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG TERHADAP SIFAT
FISIK DAN/ATAU HAYATI LING-KUNGAN AKIBAT SUATU TINDAKAN YANG MENGA-KIBATKAN
LINGKUNGAN HIDUP TIDAK BERFUNGSI LAGI DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN.
Th 2007 dari tutupan hutan Indonesia seluas 130 juta hektare, menurut World Reseach Institute (sebuah lembaga
think tank di Amerika Serikat), 72 persen hutan asli Indonesia telah hilang. Berarti hutan Indonesia tinggal 28
persen. Data Departemen Kehutanan sendiri mengungkapan 30 juta hektare hutan di Indonesia telah rusak parah.
Itu berarti 25 persen hutan yang tersisa telah rusak parah
21
PEMBUKAAN HUTAN
MENURUNNYA
EVAPOTRANSPIRASI
MENINGKATNYA
KELEMBABAN
DALAM TANAH
MENURUNNYA
INTERSEPSI
MENURUNNYA
KAPASITAS INFILTRASI
MENINGKATNYA
PENGARUH TETES HUJAN
MENINGKATNYA
LARIAN PERMUKAAN
PERMUKAAN AIR TANAH
MENJADI
DANGKAL
MENINGKATNYA
ALIRAN DASAR
MENURUNNYA KEKUATAN
AKAR POHON
MENINGKATNYA
PERCIKAN TANAH
MENINGKATNYA
GERAK
MASSA BATUAN
MENINGKATNYA
EROSI LEMBAH
MENINGKATNYA
EROSI PERMUKAAN
MENINGKATNYA
ALIRAN HUJAN
MENINGKATNYA ALIRAN SUNGAI TAHUNAN
MENINGKATNYA HASIL SEDIMEN TAHUNAN
Skema Alir Akibat Penebangan Hutan Terhadap Proses
Hidrologidan Hasil Sedimen (Cassells. 1982)
KERUSKAAN LINGKUNAN AKIBAT PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C ( DAMPAK
PERTAMBANGAN TERHADAP LINGKUNGAN)
1.Perubahan kapasitas infiltrasi tanah untuk memasok air tanah;
2. Hilangnya lapisan tanah yang subur (top soil) bagi tumbuh dan berkembangnya tanaman tegakan;
3. Tidak berfungsinya akifer bawah tanah yang disebabkan oleh pemadatan tanah akibat aktivitas penambangan
(misal bekerjanya alat-alat berat/angkut); Terputusnya alur sungai sehinga daerah hilir kekurangan air untuk air
irigasi (kekeringan.
4. Perubahan lapisan porus menjadi impermeabel, sehingg berpotensi meningkatnya lhilangnya air permukaan
(run-off)
5. Berpotensi terjadi longsor pada dinding-dinding tambang;
6. Kerusakan lingkungan permukiman di sekitar penambangan.
Apa Saja Isu Lingkungan Hidup Regional?
•
•
•
•
Dampak Lingkungan tidak mengenal batas administrasi
Pencemaran udara, pencemaran air
Peran propinsi dalam pengelolaan lingkungan hidup
Koordinasi antar Pem. Kab/Pem.Kota
22
KONDISI KOTA KITA: DEHUMANISASI?
•
•
•
•
Persoalan lingkungan kota semakin meningkat dan kompleks;
Meningkatnya persoalan-persoalan sosial perkotaan merefleksikan situasi-kondisi lingkungan kota yang
tidak kondusif untuk perkembangan kebudayaan manusia;
Perkembangan transportasi kota tidak mengarah pada upaya perwujudan kota yang berkelanjutan;
Proses perkembangan kota yang “market driven” telah membawa kota-kota kita pada proses dehumanisasi
yang mengkhawatirkan.
KENDALA PELAKSANAAN PENGELOLAAN LH DI DAERAH DLM ERA OTONOMI
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Karakteristik daerah yang beragam (potensi SDA, luas wilayah, kondisi geografi, asesibilitas dsb)
Pemahaman atas pengelolaan lingkungan hidup dan “otonomi” yang belum baik (sering terjadi eksploitasi
SDA unt peningkatan PAD tanpa memperhatikan LH)
Ketersediaan di daerah SDM yang belum mendukung
Komitmen dari pimpinan di daerah tentang lingkungan hidup (eksekutif-yudikatif-legislatif)
Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah belum mendukung
PAD belum memperhitungkan Lingkungan Hidup
Kemampuan (antara lain pendanaan) dari daerah untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup terbatas,
bahkan pengelolaan LH dianggap menghambat/mengurangi PAD
Lemahnya implementasi penegakan hukum lingkungan
Pembangunan Berkelanjutan masih sebatas slogan
Apa Saja Issu-Issu Lingkungan Hidup Global?
23
•
•
•
•
•
•
Pencemaran Udara
Pemanasan Global
Hujan Asam
Penipisan Lapisan Ozon
Pencemaran air (sungai, laut, airtanah)
Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Strategi Antisipasi kedepan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Mainstreaming pembangunan berkelanjutan
Peningkatan pentaatan lingkungan
Peningkatan kapasitas dan mekanisme pendanaan lingkungan
Diplomasi lingkungan hidup dalam dan luar negeri
Peningkatan partisipasi masyarakat
Kampanye lingkungan
Menciptakan champions lingkungan
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang lingkungan hidup
Perencanaan lingkungan dan penataan wilayah
PENCEGAHAN KERUSAKAN LINGKUNGAAN : UPAYA UNTUK MEMPERTAHANKAN KONDISI
LINGKUNGAN MELALUI CARA-CARA YANG TIDAK MEMBERI PELUANG BERLANG-SUNGANYA PROSES
KERUSAKAN LINGKUNGAN
PENANGGULANGAN KERUSAKAN LINGKUNGAN UPAYA UNTUK MENGHENTIKAN MELUAS DAN
MENINGKATNYA KERUSAKAN LINGKUNGAN. PEMULIHAN KONDISI LINGKUNGAN UPAYA UNTUK
MENGEMBALI-KAN KONDISI LINGKUNGAN KETINGKAT YANG TIDAK RUSAK.
ada apa dengan lingkungan ?
komponen membentuk lingkungan, sementara itu berbagai macam hal terdapat di dalam lingkungan. Di dalam
lingkungan terjadi proses interaksi untuk menciptakan keseimbangan yang tiada henti.
24
IV.
Antisipasi Kerusakan LH secara Pre-Emtip (Kebijakan)
Yaitu Tindakan yang dilakukan pada tingkat pengambilan KEPUTUSAN & PERENCANAAN seperti: penataan
ruang dan AMDAL (Dilakukan Pemerintah Pusat)
1.
AMDAL
Peruntukan Andal dalam UU No.4 1982 PASAL 16: Setiap rencana yang diperrkirakan mempunyai dampak
penting thd lingkungan wajib dilengkapi dengan AMDAL. Jadi AMDAL diperuntukkan bagi suatu rencana
PP No.29 1986 pasal 39: Untuk proyek yang sudah jadi dipergunakan Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL) dan
atau Studi Evaluasi Lingkungan (SEL)
PEL
: Suatu aktivitas penelaahan mengenai dampak lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan yang
sudah berjalan
SEL: Analisis dampak lingkungan yang dilakukan pada proyek yang sudah berjalan.
Dalam analisis ini rona lingkungan sebelum proyek berjalan sudah tdk dapat dijumpai. PP tersebut diganti dengan
PP No. 51 1993 Yg tidak menyebutkan adanya PEL dan SEL, tetapi menyebutkan adanya:
• Audit lingkungan
• AMRIL (Analisis Manfaat dan Risiko Lingkungan)
AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan didefinisi kan sebagai Kajian mengenai dampak pada
lingkungan hidup suatu usaha yang direncanakan. AMDAL diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
Mengapa AMDAL diperlukan??? : Karena dokumen AMDAL berisi PEDOMAN PENGELOLAAN L.H (SML).
Dampak + maupun - , yang harus dikelola dan dipantau
Pada Tahap: Pra Konstruksi – Konstruksi – Operasi – Pasca Operasi
Manfaat AMDAL
Supaya dampak rencana kegiatan terhadap lingkungan ( + / - ) dapat diketahui sebelum kegiatan dimulai
dan dapat dikelola dan dipantau (dampak positip diperbesar dan dampak negatip diperkecil)
Mengapa AMDAL diperlukan ?
• Pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masy.
•
Pembangunan memanfaatkan sumber daya alam terus menerus
•
Ketersediaan sumber daya alam terbatas
•
Daya dukung dan daya tampung lingkungan, TERBATAS
•
Kegiatan pembangunan mempunyai dampak + (kesejahteraan) dan – (pencemaran lingkungan)
25
26
2. Tata Ruang
Gambaran Umum Perubahan Penggunaan Ruang
• Perkembangan Perkotaan: perumahan, busines
• Pengembangan Infrastruktur: transportasi, komunikasi, energi
• Industri
• Pertambangan
• Perkebunan
• Pariwisata
Beberapa issue strategis dalam penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia:
a. Terjadinya konflik kepentingan antar-sektor, seperti pertambangan, lingkungan hidup, kehutanan,
prasarana wilayah, dan sebagainya,
b. Terdapat ketidakselarasan dalam pemanfaatan ruang, antara manusia dengan alam maupun antara
kepentingan ekonomi dengan pelestarian lingkungan.
c. Terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan dan norma yang seharusnya ditegakkan.
Penyebabnya adalah inkonsistensi kebijakan terhadap rencana tata ruang serta kelemahan dalam pengendalian
pembangunan,
d. Kesenjangan antar wilayah Belum adanya keseimbangan dalam menempatkan kepentingan sektor dan
wilayah dalam kerangka penataan ruang. Kurangnya kemampuan menahan diri dari keinginan membela
kepentingan masing-masing secara berlebihan.
e. Fenomena urbanisasi. Kenaikan jumlah penduduk perkotaan sebagai wujud terjadinya fenomena
urbanisasi akibat migrasi desa – kota.
f. Menurunnya luas kawasan yang berfungsi lindung, kawasan resapan air dan meningkatnya DAS kritis
Pentingnya Tata Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan
•
•
•
•
•
Pembangunan semakin berskala besar dan kompleks;
Kegiatan pembangunan bersifat open system yang mempunyai linkage yang luas
Pembangunan seringkali bersifat permanen, irreversible dan mempunyai dampak jangka panjang;
Ruang memiliki keterbatasan tertentu
Perubahan tata ruang memiliki implikasi lanjutan yang luas


Kegiatan pembangunan semakin berskala besar dan kompleks : ekstensif dan intensif
Perubahan tata ruang bersifat permanen dan mempunyai implikasi jangka panjang : fisik, social, ekonomi,
budaya
Ruang mempunyai keterbatasan tertentu : dimensi geometri, kompatibilitas, daya dukung
Perubahan tata ruang mempunyai dampak tidak saja fisik melainkan juga sosial, ekonomi, dan budaya
Penataan Ruang : Proses penyusunan rencana pemanfaatan dan pengendalian ruang
Ditujukan untuk:
1.
Efisiensi sumber daya
2.
Keadilan pemanfaatan
3.
Kelestarian lingkungan




Manfaat Tata Ruang
1. Menjamin kepentingan dan pelayanan publik
2. Efisiensi sumber daya
3. Menjamin kepentingan individu
4. Konservasi lingkungan dan budaya
5. Mengurangi konflik ruang
6. Mengurangi ketimpangan spasial (social equity)
27
7. Koordinasi pembangunan antar sektor
8. Menjamin keberlanjutan region, kota, atau kawasan
Kaitan Tata Ruang, Lingkungan dan AMDAL (Tata ruang perlu merupakan UJUNG TOMBAK pengelolaan
lingkungan)
1.
2.
3.
4.
Tata ruang sebagai sumber dampak;
Tata ruang sebagai yang terkena dampak;
Tata ruang untuk mencegah terjadinya dampak negatif
Tata ruang untuk menanggulangi terjadinya dampak negatif.
Beberapa Kendala Penataan Ruang
1.
2.
3.
4.
Kesadaran pentingnya penataan ruang masih rendah
Penataan ruang merupakan proses yang makan waktu, biaya, dan tenaga
Proses penataan ruang belum transparan dan partisipatif
Law enforcement yang rendah
28
V.
Program Go Green Indinesia (GGI)
Go Green Indonesai adalah salah satu cara untuk antisipasi Kerusakan LH secara Pre-Emtip yang berbentuk sebuah
kampanye LSM kepada masyarakat Indonesia agar peduli lingkungan, hemat energy, hemat dalam penggunaan
bahan dari plastic (Un-organik, undegradable, hidup sehat dengan lingkungan yang bersih dan dikelilingi tanamantanaman yang hijau sejuk.
Latar belakang kampanye Go Green ini adalah :
1. Pemanasan global
Adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun
terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan
suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan
oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8.
Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1
hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh
penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model
sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya
permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi.
Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya
berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan
terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi
dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai
apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau
untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di
dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas
rumah kaca
29
9 GREEN PROGRAMS
1. Menanam Pohon.
2. Menyuarakan dan mendorong agar semua elemen masyarakat, kalangan Pemerintahan, swasta, baik
organisasi maupun Individu untuk dapat mensukseskan Green Campaign’, guna tercipta budaya yang baik
dengan kebiasaan kita Anak Bangsa Indonesia adalah “ Jangan Membuang Sampah Sembarangan”, Buanglah
Sampah Dengan Baik & Benar”; yakni memisahkan sampah Organik dan Non Organik.
3. Mengefisienkan pengunaan Energi Listrik sehari-hari dan Mengurangi penggunaan bahan bakar Minyak
dan Batu Bara, serta berupaya mendorong Terwujudnya Indonesia yang menggunakan Energy Hijau yang
bersih dan Berkelanjutan / Reneweble Energy ; Solar Panel, Wind Energy, Energi Hidroelectrik adalah energi
air, dan Energi Geothermal / Panas Bumi.
4. Mengurangi penggunaan kertas, dengan cara mengantikannya secara Electronik atau Online atau dengan
menggunakan kertas dari bahan Daur Ulang.
5. Mengefisienkan dan mengurangi pengunaan Air yang tidak perlu dalam penggunaannya sehari-hari, untuk
menghadapi ancaman badai Elnino yang berkepanjangan di Indonesia serta Menggalakkan Pembuatan Lubang
Biofory khususnya di Perkotaan.
6. Melakukan Perubahan ke Gaya Hidup Hijau yang Ramah Lingkungan dengan Mengunakan dan membeli
produk- produk yang ramah lingkungan pula / Green Products.
7. Jika barang atau alat Electronik Rusak, maka Tidak langsung membuangnya menjadi limbah atau Sampah
Electronik yang Berbahaya, tetapi berupaya dahulu untuk melakukan perbaikan atau Repair’,
8. Berkomitmen untuk terus mengajak semua anak bangsa tanpa kecuali, agar dapat terus menyuarakan dan
mempromosikan Go Green Indonesia Ku kepada semua Bangsa Indonesia lainnya yang hidup di tanah tumpah
darah Indonesia ini, untuk dapat memberikan sumbangsih dan baktinya dengan tindakan nyata’ guna membuat
Indonesia yang Lebih Hijau & Bersih.
9. Menggalak’kan Program Perbaikan; memperbaiki Hutan Bumi Ibu Pertiwi ini semakin bertambah Rusak,
Program Perbaikan Sungai & Laut agar Bersih dari Sampah. dan Tidak membiarkan Sungai & Laut semakin
Rusak dan menjadi Keranjang Sampah
Kampanye Go Green di Indonesia : Be Green, For Clean
Think Globally, Act Locally
Ajakan go green ini, kiranya dapat men'support &
men'sukseskan ajakan untuk Hidup Lebih HIJAU,
Lebih BERSIH & STOP Global Warming".
EARTH HOUR 2011
30
Tanaman – Tanaman yang ampuh Mencegah Global Warming
Bungur & Mahoni
Dikenal mampu menyerap polutan seperti timbal. Maka
kedua pohon ini sebaiknya ditanam untuk penghijauan di kotakota besar, dekat jalan protokol yang padat lalu lintasnya.
Bukan rahasia lagi kalau kendaraan bermotor menjadi
penyumbang timbal terbesar di udara Sebaliknya, pohon
seperti akasia sebaiknya jangan dijadikan pohon jalur hijau.
Mengapa? karena akasia menjadi salah satu pencetus asma.
Begitu juga pohon palem yang indah bentuknya, tak begitu
besar manfaatnya.
Lumut
Lumut yang menempel di batang pohon mampu mendeteksi
tingkat polusi udara suatu daerah. Semakin banyak lumut
menempel di sebuah pohon berarti semakin baik kualitas udara
di tempat itu.
31
Tanaman Sirih Belanda
Tanaman perdu yang bisa tumbuh dimana saja, termasuk di
dalam pot di halaman rumah ini mampu menyerap
formaldehida dan benzena. Hasilnya rumah pun lebih segar
dan lega untuk bernafas.
Kembang Sepatu
Mampu menyerap nitrogen sehingga membuat paru-paru kita
jadi lega. Namun jangan sekali-sekali menanam bunga
kembang sepatu di dekat ruang Radiografi. Tanaman ini
berfungsi meneruskan radiasi sehingga berbahaya bagi orang
di sekitar tempat radiografi tersebut.
Sansevieria
Kalau kembang sepatu berfungsi melanjutkan radiasi, tidak
demikian dengan tanaman sansevieria ini. Sansevieria mampu
menyerap 107 jenis racun, termasuk polusi udara, asap rokok
(nikotin), hingga radisi nuklir, sehingga cocok dijadikan
penyegar. Oya, kaktus juga bisa menghambat radiasi.
Pohon Trembesi
Mampu menyerap karbondioksida dalam jumlah yang besar,
sehingga sangat disarankan untuk ditanam sebagai pohon
penghijauan. Namun trembesi membutuhkan lahan yang
cukup luas.
32
Green Campus
Program eco-campus pada dasarnya dilatarbelakangi oleh antara lain bahwa, lingkungan kampus diharapkan
harus merupakan tempat yang nyaman, bersih, teduh (hijau), indah dan sehat dalam menimba ilmu
pengetahuan; Kemudian lingkungan kampus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistem perkotaan
tidak sedikit peranan dan sumbangannya bagi meningkatkan maupun dalam menurunkan pemanasan global.
Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana masyarakat kampus dapat
mengimplementasikan IPTEK Bidang Lingkungan Hidup secara Nyata. Oleh karena itu program Eco-Campus
adalah Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kampus sebagai kumpulan
masyarakat ilmiah untuk turut serta berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam mengurangi Pemanasan
Global.
Pengertian istilah Eco-Campus/ Green Campus dalam konteks pelestarian lingkungan bukan hanya suatu
lingkungan kampus yang dipenuhi dengan Pepohonan yang Hijau ataupun kampus yang dipenuhi oleh Cat
Hijau, ataupun barangkali karena kebetulan Jaket Almamater kampus yang bersangkutan berwarna hijau,
namun lebih jauh dari itu makna yang terkandung dalam eco-campus adalah sejauh mana warga kampus dapat
memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan kampus secara efektif dan efisien, misalnya dalam
pemanfaatan Kertas, alat tulis menulis, penggunaan Listrik, Air, Lahan, Pengelolaan Sampah, dll. Dimana
semua kegiatan itu dapat dibuat neraca dan dapat diukur secara Kuantitatif baik dalam jangka waktu bulanan
maupun tahunan.
Indikator Green Campus
Oleh sebab itu, dalam program eco-campus ada beberapa indikator ataupun parameter yang dapat dijadikan
sebagai ukuran apakah kampus tersebut telah benar-benar telah mencapai sebutan eco-campus ataupun Green
Campus.
Adapun Ukuran keberhasilan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
• Efisiensi penggunaan kertas sebagai kebutuhan pokok pengajaran
 Efisiensi pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
 Efisiensi penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau dan estetika (landscape)
 Efisiensi penggunaan listrik
 Efisiensi penggunaan Air
 Efisiensi pemakaian sumber daya alam
 Upaya kontribusi pengurangan pemanasan Global
Pengelolaan Sampah
Kampus sebagai suatu Lembaga/ Institusi yang fungsinya utamanya menyelenggarakan proses pendidikan dan
pengajaran, penelitian serta pengabdian masyarakat, tentunya dalam semua kegiatannya tidak terlepas dari
penggunaan kertas yang cukup banyak. Harus diakui bahwa kondisi yang ada selama ini menunjukkan bahwa
hampir semua lembaga/institusi baik pemerintah maupun swasta tidak terkecuali lembaga pendidikan sangat
boros dalam pemakaian kertas. Hal ini bukan saja akan berdampak pada meningkatnya volume limbah yang
dihasilkan di perkotaan secara langsung, dimana pada gilirannya akan memperpendek usia TPA, namun juga
secara tidak langsung hal ini akan memboroskan penggunaan sumberdaya alam hutan (kayu).
Pemusnahan limbah kertas dengan cara membakar seperti yang lazim dilakukan bukanlah penyelesaian
masalah sampah, bahkan sebaliknya akan menimbulkan masalah baru berupa pencemaran udara, dengan
dilepaskannya gas karbondioksida yang dapat memicu meningkatnya pemanasan global. Oleh sebab itu, di
33
dalam lingkungan kampus diharapkan sudah tersedia tempat-tempat sampah sekaligus upaya-upaya pemilahan
sampah antara organik & an-organik. Penerapan konsep 4 R (Reduce, Recycle, Reuse dan Repair atau
Recovery) merupakan pilihan yang tepat dan bijak dalam mengatasi masalah sampah termasuk di lingkungan
kampus.
Pemanfaatan Lahan
Efisiensi penggunaan lahan di lingkungan kampus juga perlu mendapat perhatian. Idealnya harus ada
perimbangan antara luas bangunan dengan ruang terbuka hijau. Minimal 30% lahan kampus sebaiknya
dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH). Selama ini ada kecenderungan bahwa banyak lahan-lahan di
lingkungan kampus yang belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan cenderung ditelantarkan atau dibiarkan
sebagai lahan tidur (sleeping land) atau ruang hilang (lost space). Padahal bila lahan yang ada dimanfaatkan
bagi berbagai macam tanaman, termasuk tanaman produktif misalnya buah-buahan akan memberikan manfaat
ganda. Disatu sisi tanaman dapat mendaurulang gas-gas CO2 di udara, sekaligus menghasilkan udara segar
(oksigen) yang memberikan kenyamanan bagi lingkungan sekitarnya, yang berarti juga akan mengurangi
pemanasan global, disisi lain tanaman buah-buahan dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga
kampus/masyarakat. Disamping itu dengan adanya vegetasi/tanaman dapat memberikan nilai
estetika/keindahan tersendiri bagi lingkungan kampus.
Penggunaan Energi
Penggunaan energi listrik juga merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai apakah suatu
kampus telah berwawasan lingkungan atau belum. Hal ini sangat erat kaitannya dengan isu pemanasan global
itu sendiri. Selama ini sebagian besar sumber energi utama manusia di bumi lebih terfokus pada penggunaan
bahan bakar fosil (BBF) seperti minyak bumi, gas, dan batubara yang jelas-jelas telah banyak menghasilkan
gas-gas rumah kaca seperti CO2, dan telah memberikan kontribusi terbesar bagi pemanasan global. Disamping
itu, mengingat BBF ini merupakan energi tersimpan, sehingga dapat diperkirakan stock yang ada di perut
bumi, dimana hanya dapat dimanfaatkan untuk beberapa tahun ke depan. Untuk itu, perlu upaya-upaya
efisiensi dalam penggunaannya sambil terus menerus mengembangkan energi alternatif lain yang ramah
lingkungan seperti energi Matahari (solar cell) yang terus menerus mengalir dan tidak akan habis selama
matahari masih bersinar, Energi Air, Energi Angin, Bio-fuel, Panas Bumi (geothermal), dll.
Pemanfaatan Air
Demikian juga halnya dengan pemanfaatan sumberdaya alam lainnya seperti air. Air merupakan kebutuhan
Vital manusia dan makhluk hidup lainnnya. Pemanfaatan air oleh manusia ada kecenderungan terus menerus
mengalami peningkatan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, baik diperkotaan maupun pedesaan serta
menunjukkan pemakaian yang cenderung boros. Walaupun secara kuantitatif jumlah air di bumi relatif tidak
berkurang, namun secara kualitas banyak sumber-sumber air yang telah mengalami pencemaran, baik air
permukaan maupun air tanah. Pemanfaatan air permukaan (mis: air sungai) sebagai sumber air bersih dewasa
ini bukan saja membutuhkan pengolahan dengan teknologi yang ekstra, namun juga membutuhkan biaya yang
cukup tinggi. Tidak mengherankan harga jual air oleh PDAM juga cenderung mengalami kenaikan yang terus
menerus.
Eksploitasi air tanah, terlebih sumur bor sebagai sumber air bersih dan air minum bukan saja berdampak pada
semakin terkurasnya air tanah, namun juga dapat mengakibatkan menurunnya permukaan tanah (land
subsidence) seperti yang dialami oleh banyak kota-kota besar saat ini seperti Jakarta, dimana selanjutnya akan
berdampak pada terjadinya intrusi air laut. Dengan adanya gejala penurunan permukaan tanah yang terus
menerus akan memudahkan air laut masuk ke daratan yang lebih dikenal dengan banjir laut (rob), terlebih
lebih dewasa ini ada kecenderungan yang menunjukkan bahwa volume air laut terus menerus bertambah
karena mencairnya es di kutub sebagai dampak dari Pemanasan Global yang terjadi, yang akan memudahkan
tenggelamnya daratan.
34
Berbagai parameter/indikator sebagaimana diuraikan diatas pada dasarnya adalah disusun berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan ilmiah terutama dikaitkan dengan fenomena-fenomena alam serta fakta-fakta
yang terjadi bahwasanya saat ini lingkungan hidup manusia sedang mengalami degradasi dan kerusakankerusakan yang luar biasa, demikian juga terjadinya laju penyusutan sumberdaya alam dengan intensitas yang
cukup tinggi yang bermuara pada timbulnya Pemanasan Global. Oleh karena itu, program ini juga bertujuan
untuk melestarikan lingkungan serta upaya-upaya efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan,
dimana pada gilirannya diharapkan dapat meminimalisir ataupun mengurangi pemanasan global. Sudah
seyogyanya kita sebagai warga kampus yang hidup dalam lingkungan masyarakat ilmiah terdidik selalu
tanggap dan bertanggungjawab dalam menyikapi berbagai masalah disekeliling kita dan menjadi
contoh/model, tidak terkecuali masalah lingkungan seperti Pemanasan Global / Global Warming yang sedang
menghantui kita yang dapat mengancam kelanjutan Bumi dan Kehidupan kita.
35
VI.
Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sesuai dg UU No 23 th 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup :
Dalam rangka mendayagunakan SDA utk memajukan kesejahteraan umum spt diamanatkan dlm UUD 1945 dan utk
mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yg berwawasan
LH berdasarkan kebijaksanaan nasional yg terpadu menyeluruh dg memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini
dan generasi , masa depan
Agar dapat berhasil, maka :
 Untuk mencapai tujuan tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah
 Diperlukan tanggung jawab semua pihak (stakeholder).
 Pembangunan harus melibatkan stakeholders/pemangku kepentingan (pemerintah, dunia usaha, dunia
pendidikan dan masyarakat).
 tanpa partisipasi pemangku kepentingan tidak akan ada strategi yang mampu bertahan lama.
Kegiatan pengelolaan LH tak terpisahkan dari pengelolaan lingkungan hidup merupakan kegiatan lintas sektor dan
menuntut dikembangkannya suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya.
Dengan demikian pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup memerlukan keterlibatan pemangku
kepentingan/stakeholders, baik instansi pemerintah, dunia pendidikan, dunia usaha (swasta) maupun masyarakat
KEBIJAKAN NASIONAL & DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
UU No. 22 TH 1999 yg telah diganti dg 32 TH 2004 ttg Pemerintah Daerah dan PP No. 38 TH 2007 ttg Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten dan
Kota .sbg pengganti PP 25 TH 2000 :
1.
2.
3.
4.
Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan.
Membangun hubungan interdependensi antar daerah
Menetapkan pendekatan kewilayahan.
PENGELOLAANLINGKUNGAN HIDUP : Dilakukan oleh Pemprov & pemkab/kota dengan memperhatikan:
1.
2.
3.
4.
Partisipasi masyarakat.
Penegakan hukum.
Komitmen pada lingkungan
Perlu adanya Kebijakan Penataan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah (LHD).
36
Tujuan :
5.
6.
7.
Tertananginya pengelolaan LH di daerah secara efektif
Tertatanya lembaga LH daerah yang berbentuk Badan/Kantor Mandiri
Terlaksananya tugas dan fungsi LH daerah secara maksimal
Contoh-contoh lembaga yang menangani LHD
1.
2.
3.
Bapedalda Prov. Sumut
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Temanggung
Kantor Lingkungan Hidup Daerah : misal Kantor LHD Kabupaten Magelang
Pengelolaan Lingkungan di era Otonomi Daerah ?
PASKA : UU 32/2004; UU 26/2007; PP 38/2007; PP 41/2007: (Status per January 2009 )
37
PEMAHAMAN SAMA ANTARA PEMDA TENTANG LH
Dasar pertimbangan kepentingan tersebut :
1.
2.
3.
Urusan bidang lingkungan hidup berasarkan Peraturan Pemerintah no 38 /2007 tentang Pembagian Urusan
Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten yang harus
dilaksanakan Pemerintah Kabupaten / Kota.
Laju kerusakan lingkungan hidup yang terus meningkat.
Pemerintahan di daerah harus peduli terhadap lingkungan hidup, terutama Bupati / Walikota
Tahun 2008 MenLH mendekonsentrasikan beberapa kewenangan pada 33 Propinsi dengan jumlah anggaran 500 jt
untuk setiap provinsi. Disini, Penyelenggaraan urusan pemerintah (pusat) bisa dilakukan sendiri di pusat atau
dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dalam rangka dekonsentrasi
Bentuk Kelembagaan LHD berbentuk “ Badan “ dengan nomenklatur “Badan Lingkungan Hidup “.
Bagi daerah yang belum mapan/ baru mekar dapat berbentuk “ Kantor “ dengan nomenklatur “Kantor Lingkungan
Hidup Daerah “
38
KEBUTUHAN PENINGKATAN KAPASITAS BADAN/KANTOR LH???
Optimalisasi dalam pengarus utamaan LH dlm Penataan Ruang dan Pembangunan Daerah
1. DALAM PROSES Rencana Pembangunan Jangka Panjang / Menengah DAERAH  dalam Musrenbang
2. DALAM PROSES RTRW/RDTR DAERAH
3. PILIHAN TERHADAP PROGRAM2 STRATEGIS DAERAH
4. K L H S dkk.
Tindak Lanjut ditetapkannya PP 38/2007
Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota
Kementerian Lingkungan Hidup tengah menyusun Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria untuk pelaksanaan urusan
wajib.
39
NSPK
Penjabaran dari Lampiran E danH, PP 38/2007, Pedoman penyelenggaraan urusan yang dilaksanakan pemerintah
daerah. Penetapan NSPK dilakukan selambat-lambatnya 2(dua) tahun, Perlu dipandang sebagai satu kesatuan
dengan :
PENETAPAN URUSAN DI DAERAH
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah wajib ditetapkan dalam Perda selambat-lambatnya satu
tahun setelah ditetapkannya PP 38/2007. (PP 38/2007 ditetapkan tgl 9 Juli 2007)
PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB (PP 38/2007)
Penyelenggaraan urusan wajib berpedoman pada SPM
 SESUAI dengan PP NO. 38 TH 2007 pada pasal 7 LINGKUNGAN HIDUP merupakan URUSAN
WAJIB yang artinya Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Dearah Kabupaten/Kota,
barkaitan pelayanan dasar.
 Untuk meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat, berpedoman pada standar pelayanan minimal
yang ditetapkan Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap.
40
41
VII.
Antisipasi Kerusakan LH secara Preventip
Antisipasi Kerusakan Lingkungan Hidup yang bersifat Preventip (Pencegahan) misalnya Tingkat pelaksanaan
(Perizinan, Baku mutu buangan, Limbah, B3)
Evaluasi berbagai instrumen :
1. Strategi penataan & Penegakan Hukum
2. Ekonomi (pajak & retribusi lingkungan, dana pelestarian lingkungan hidup),
3. Perizinan, dan
4. Penataan baku mutu buangan (Dilakukan Pemerintah Daerah)
STRATEGI PENAATAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
Kondisi LH saat ini perlu mendapat perhatian serius dari berbagai fihak / stakeholders
i.
Perlu dilakukan perubahan arah kebijakan menuju keseimbangan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup
ii.
Perlu langkah konkrit untuk menghentikan laju kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup
iii.
Penaatan dan Penegakan hukum
Instrumen Penegakan Hukum Lingkungan
 Perizinan
 Mekanisme perizinan
 Transparansi perizinan
 Persyaratan dan kewajiban
 Pembinaan
 Pengawasan
 Insentif dan disinsentif
 Audit Lingkungan
 Tegoran/surat peringatan
Macam-macam izin
 Izin Prinsip
 Izin Lokasi atau Izin Pemanfaatan Lahan
 Izin IMB/IMBB
 Izin HO
 Izin Kelayakan Bangunan
 Izin Usaha Tetap
Strategi Penaatan Hukum Lingkungan dengan Pendekatan Perilaku

•
•
Penanggung jawab usaha/kegiatan
• PROPER
• SUPERKASIH
• PROLABIR
 Aparatur penegak hukum dan Mekanisme Kerja
• Peraturan Bersama Penegakan Hukum Lingkungan Hidup terpadu
Pendekatan ekonomi
Pendekatan tekanan public
Tindakan Administrasi : Preventif adalah tindakan yang dapat diambil melalui kegiatan pengawasan dan upaya
pembinaan terhadap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan agar melaksanakan kewajibannya dalam
pengelolaan lingkungan hidup
42
PROPER : (Program Peringkat Kinerja Perusahaan)
PROPER merupakan upaya untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui
instrument informasi. Prinsip dasar pelaksanaan PROPER adalah mendorong penaatan perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan melalui instrument insentif reputasi/citra bagi perusahaan bagi perusahaan yang
mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan instrument disinsentif reputai/citra bagi perusahaan yang
mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang buruk.
43
44
VIII. Baku Mutu Lingkungan Hidup
adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
aku mutu lingkungan merupakan batas atau akadar makhluk hidup, zat, energi, atau kompinen yang ada atau harus
ada dan atau unsur pencemar lingkungan yang ditenggang adanya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup.
terdapat 5 jenis baku mutu lingkungan, yaitu:
1. Baku mutu air
2. Baku mutu udara ambien
3. Baku mutu emisi gas dan partikel buang
4. Baku mutu air laut
5. Baku mutu limbah cair
Baku mutu dan nilai ambang batas sebenrany berbeda perbedaan itu antara lain:
1. Baku mutu untuk lengkungan ambien, sedangkan nilai ambang batas untuk lingkungan kerja.
2. Waktu pemaparan pada baku mutu adalh 24jam, sedangkan pada nilai ambang batas adalah 8jam per hari.
3. pada baku buku yang menjadi target terpapar adalah semua kelompok umur, sedangkan pada nilai ambang batas
adalah pekerja.
4. Baku mutu memiliki kadar yang lebih kecil sedangkan nilai ambang batas memiliki kadar yang lebih besar.
Baku Mutu Air
Baku mutu air terbagi atas 2, yaitu baku mutu aliran dan baku mutu effluen.
Baku mutu aliran merupakan persyaratan mutu air bagi sumber air seperti sungai, danau, air tanah yang disusun
dengan mempertimbangkan pemanfaat air tersebut, kemampuan mengencerkan dan membersihkan diri terhadap
beban pencemaran dan faktor ekonomis.
Ciri-ciri baku mutu aliran:
1. Untuk mengatur kualitas badan air
2. Untuk daerah yang sedikit industri
3. Pengawasan lebih sulit
4. Syarat untuk industri sejenis beda
Baku mutu effluen merupakan persyaratan mutu air limbah yang dialirkan ke sumber air, sawah, tanah, dan tempattempat lain dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air yang bersangkutan dan faktor ekonomi pengelolaan
air buangan.
Ciri-ciri baku mutu effluen;
1. Mengatur buangan ke badan air
2. Untuk daerah yang banyak industri
3. Pengawasan yang dilakukan lebih mudah
4. Syarat untuk industri sejenis sama.
Penggolongan badan air menurut PP No 2o Tahun 1990:
45
1. Golongan A, untuk air minum tanpa pengolahan
2. Golongan B, untuk bahan bak air minum
3. Golongan C, untuk keperluan perikanan dan pertanian
4. Golongan D, untuk pertanian, usaha perkotaan, industri
5. Golongan E, untuk selain di atas, seperti transportasi.
46
IX.
Antisipasi Kerusakan LH secara Preventip dengan berbagai program
1.Strategi Penaatan Hukum Lingkungan
•
•
•
Pendekatan Perilaku
 Penanggung jawab usaha/kegiatan
• PROPER
• SUPERKASIH
• PROLABIR
 Aparatur penegak hukum dan Mekanisme Kerja
• Peraturan Bersama Penegakan Hukum Lingkungan Hidup terpadu
Pendekatan ekonomi
Pendekatan tekanan publik
2.Tindakan Pencegahan
•
Preventif adalah tindakan yang dapat diambil melalui kegiatan pengawasan dan upaya pembinaan
terhadap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan agar melaksanakan kewajibannya dalam pengelolaan
lingkungan hidup
PROPER
(Program Peringkat Kinerja Perusahaan)
PROPER merupakan upaya untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui
instrument informasi. Prinsip dasar pelaksanaan PROPER adalah mendorong penaatan perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan melalui instrument insentif reputasi/citra bagi perusahaan bagi perusahaan yang
mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan instrument disinsentif reputai/citra bagi perusahaan yang
mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang buruk
SUPER KASIH
(Surat Pernyataan Kali Bersih
Suatu program guna mendorong percepatan pentaatan industri terhadap ketentuan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup yang berlaku, dengan membuat surat pernyataan tertulis industri untuk melakukan upaya
pentaatan dalam batas waktu tertentu dengan memperhatikan faktor teknis, sosial dan administrasi
47
X.
Antisipasi Kerusakan Lingkungan Secara Pro-Aktip Dengan ISO14000
Antisipasi Kerusakan Lingkungan Hidup bersifat pro-aktip : Tindakan pada tingkat PRODUKSI Dengan
menerapkan standardisasi lingkungan seperti:
1. ISO 14000,
2. RSPO,
3. ISPO
ISO14000
Apa itu ISO..?
 Dari Yunani (ISO = sama)
 International Standarization Organization atau organisasi standar internasional
 Berdiri pada tahun 1947 untuk mengembangkan standar dunia untuk meningkatkan komunikasi dan
kerjasama internasional dan untuk memfasilitasi pertukaran barang dan jasa.
 Berpusat di Geneva (Switzerland).
Apa itu ISO 14000..
 suatu standarisasi sistem manajemen lingkungan
 dirancang, dilaksanakan dan bekerja untuk mengendalikan dampak lingkungan penting dan untuk
mencapai kesesuaian dengan peraturan serta
mempertahankan dan meningkatkan perbaikan sistem manajemen lingkungan secara terus menerus
Untuk organisasi apa saja standar internasional tersebut diterapkan?
• ingin menerapkan, mempertahankan dan menyempurnakan sistem manajemen lingkungan
• ingin menjamin dirinya atas kesesuaiannya dengan kebijakan lingkungan yang sudah ditetapkan
• ingin membuktikan kesesuaiannya kepada pihak lain
• ingin memperoleh sertifikasi atau registrasi oleh organisasi dari pihak ketiga atas sistem manajemen
lingkungan
• ingin menyatakan dirinya sendiri telah sesuai dengan standart internasional
SML model SNI (Standard Nasional Indonesia).
48
Kenapa ISO kita laksanakan ?
Meskipun bersifat suka rela, tapi apabila kita laksanakan banyak manfaat yang kita dapat :
• alat melakukan perbaikan-perbaikan kinerja lingkungan
• Memenuhi Peraturan Perundangan Lingkungan
• Penghematan biaya (dalam keuangan / financial)
• Permintaan customer
• Investasi dan asuransi
• Kemudahan akses pasar
• Image thd perusahaan
Macam-macam standar lingkungan internasional
Selain ISO 14001 terdapat Standar Sistem Manajemen Lingkungan lainnya :
• British Standard (BS 7750) dilaksanakan di Inggris, Belanda dan Denmark tahun 1994)
• Eco-Management and Audit Scheme (EMAS) skupnya lebih spesifik ke industri dilaksanakan di Uni
Eropa
Perbedaan ISO 14001 dengan ISO 9001
Perbedaan utama antara ISO 14001 dengan ISO 9001 :
• ISO 14001 stakeholdernya banyak (pemerintah, masyarakat, investor, pemasok/kontraktor, karyawan, dll)
ISO 9001 hanya satu yaitu costumer
• Elemen-elemen ISO 9001 tidak ada Aspek Lingkungan dan Kesiapsiagaan & tanggap darurat
• ISO 14001 mengacu pada Continual Improvement (Perbaikan terus menerus) sedangkan ISO 9001
mengacu pada satu persyaratan standar mutu yang telah ditetapkan
LINGKUNGAN (ENVIRONMENT)
Adalah keadaan sekeliling, tempat organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna
dan keterkaitannya.
Klasifikasi lingkungan :
• Lingkungan alami
• Lingkungan buatan
• Lingkungan sosial
ASPEK LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL ASPECT)
Adalah elemen dari aktifitas suatu organisasi, produk atau jasa yang dapat berinteraksi dengan lingkungan
(merupakan penyebab). Contoh : Kebakaran hutan, habitat berkurang, buangan limbah, residu pestisida, bising,
debu, tumpahan minyak.
ASPEK PENTING (SIGNIFICANT ASPECT): Adalah aspek lingkungan yang menimbulkan atau dapat
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan baik positif atau negatif.
DAMPAK LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL IMPACT) : Adalah suatu perubahan terhadap lingkungan baik
yang bersifat positif atau negatif, keseluruhan atau sebagian yang dihasilkan dari kegiatan organisasi, produk atau
jasa (merupakan Efek). Contoh : Polusi udara, kontaminasi tanah, penipisan lapisan ozon, pemanasan global,
pencemaran perairan, migrasi satwa, hilangnya biodiversity, hujan asam, peningkatan pendapatan (masyarakat).
KEBIJAKAN LINGKUNGAN
Manajemen puncak harus mempunyai komitmen untuk :
• Melakukan penyempurnaan berkelanjutan
• Melakukan pencegahan pencemaran
• Mematuhi persyaratan perundang-undangan
49
Aspek Lingkungan
• Masing-masing estate/mill/dept mengidentifikasi dan mengevaluasi aspek lingkungannya
• Mengkompilasi hasil evaluasi dalam dokumen
• Masing-masing estate/mill/dept mengevaluasi kesesuaian dokumennya sekali setahun atau apabila ada
perubahan kegiatan
Contoh Aspek dan dampak Lingkungan
Kegiatan
Aspek
Dampak
Transport
Debu
Terhadap Masyarakat
Persiapan Lahan
Hilangnya Vegetasi
Terhadap Biodiversity
Plantation
Limbah kemasan pupuk
Kontaminasi tanah
Peraturan & Persyaratan Lingkungan
• Keanekaragaman hayati
• Tanah
• Air
• Udara
• Limbah
• Masyarakat
• Kesehatan
• dll
Kontrol Kegiatan: ORGANISASI harus
 Kelola aspek lingkungan penting
 Pemenuhan peraturan & persyaratan lingkungan
 Mencapai tujuan dan sasaran
Hindari atau minimalisasi resiko lingkungan.
Kesiapsiagaan dan tanggap darurat
• Ditetapkan prosedur pengendalian dan kesiapsiagaan terhadap situasi darurat, contoh: kebakaran hutan,
serangan hama dan penyakit, tumpahan oli dan bahan kimia berbahaya, dan keadaan darurat lainnya.
• Apabila didapati adanya keadaan darurat/bahaya maka masing-masing bagian yang bertanggung jawab
bekerja sesuai dengan fungsinya.
• Pasca kejadian dilakukan evaluasi dan jika diperlukan direvisi prosedurnya untuk perbaikan.
PEMERIKSAAN & TINDAKAN PERBAIKAN
 Pemantauan dan Pengukuran
 Evaluasi Pemenuhan
 Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan
 Catatan Lingkungan
 Audit SML
Pemantauan dan Pengukuran
• Ditetapkan prosedur dari kegiatan yang dapat menimbulkan dampak lingkungan
• Pemantauan lingkungan perusahaan antara lain : vegetasi, satwa liar, Erosi tanah , kualitas air sungai dan
Sosekbud, Limbah.
• Untuk keakuratan hasil pengukuran maka alat-alat yang dipergunakan harus dikalibrasi secara periodik.
50
Catatan-catatan lingkungan
• Merupakan bukti dari kegiatan kinerja lingkungan dalam rangka memenuhi persyaratan SML ISO 14001.
• Disimpan sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan untuk menunjukkan kesesuaiannya dengan kebijakan
lingkungan, tujuan dan sasaran lingkungan. Sebagai alat bukti untuk melacak kegiatan operasional yang
telah dikerjakan.
• Seluruh bagian bertanggung jawab memelihara catatan lingkungan sesuai kegiatan operasionalnya.
Persepsi-persepsi salah terhadap ISO
• Yang kita butuhkan hanya sertifikat
• Sertifikat / pelaksanaan ISO hanya tanggung jawab bagian lingkungan saja
• ISO / SML terpisah dari kegiatan operasional estate/mill
• Kita harus memanjakan auditor
• Sibuk melaksanakan ISO pada saat menjelang Audit
• Menyimpan dokumen ISO dalam lemari terkunci & tak tersentuh
Apa yang dimaksud dgn ISO 14001?
• Suatu group dari standar internasional
• Proses untuk membantu perusahaan dalam implementasi SML
• ISO 14001 merupakan spesifikasi sistem manajemen
• Dapat diaudit untuk deklarasi sepihak atau untuk tujuan sertifikasi
• (Standar didisain untuk penerapan umum)
Elemen Kunci ISO 14001
• Kebijakan
• Perencanaan
• Implementasi & Operasi
• Pemeriksaan(Checking)
• Kajian Manajemen(Managemen Review)
Proses Implementasi ISO 14001
• Komitmen dan Kebijakan
• Benchmarking /Titik tolak audit lingkungan
• Mengeset StandarKinerja sesuai RSPO
• Identifikasi resiko sosial dan lingkungan
• Mempersiapkan Rencana Perbaikan Lingkungan
Proses Implementasi ISO 14001
• Memadukan Manajemen Lingkungan ke dalam SOP bisnis
• Mempersiapkan SOP tambahan bila diperlukan seperti Asesmen untuk Area Pembangunan Baru, bengkel
kendaraan dsb
ISO 14001 IMPLEMENTATION PROCESS
• Training Audit
– Perwakilan dari masing-masing unit bisnis
• Internal audit thd unit bisnis secara keseluruhan
• Memperbaiki/Merevisi Rencana Perbaikan Lingkungan
• Audit Eksternal untuk Sertifikasi
Manfaat ISO 14001
• Kinerja lingkungan yang sistematik dan seragam di seluruh operasional perusahaan
• Perbaikan berkelanjutan terhadap kinerja lingkungan dan sosial
• Lebih transparan pada pemilik kepentingan
• Sertifikasi pihak ketiga – pemeriksaan independen dan validasi
51
IMPLEMENTASI DAN OPERASIONAL
Perusahaan akan menetapkan peran, tanggung jawab dan otorisasi bagi efektifitas manajemen lingk dan akan
menyediakan sumber daya yang memadai untuk implementasi, pemeliharaan dan perbaikan Sistem Manajemen
Lingkungan..
Seluruh personel bertanggung jawab terhadap perlindungan lingkungan karena itu tanggung jawan manajemen
lingkungan didelegasikan kepada fungsi yang paling terkait dan manager sehingga perannya terintegrasi secara
efektif
Dewan Direksi menyediakan pendanaan dan sumber daya manusia untuk penerapan teknologi baru, pelatihan dan
keterampilan khusus yang dibutuhkan untuk memelihara seluruh pengontrolan lingkungan dan pemenuhan
persyaratan ISO 14001.
Dewan Direksi telah menunjuk MDO sebagai EMS Management Representative. Sebagai tambahan dari tanggung
jawab lainnya, Management Representative memiliki peran, tanggung jawab dan otorisasi sebagai berikut:
- Memastikan Sistem Manajemen Lingkungan telah ditetapkan, diimplementasikan dan dipelihara sesuai dengan
ISO 140001 dan ISO 14004, dan
- Melaporkan kepada Dewan Direksi kinerja Sistem Manajemen Lingkungan untuk pengkajian termasuk
memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
52
XI.
Antisipasi Kerusakan Lingkungan Secara Pro-Aktip Dengan RSPO
Khusus untuk bisnis kelapa sawit.
Mengapa Sustainable Palm Oil?
•
•
•
•
•
•
Kesadaran konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan dan sosial
Kesadaran di sepanjang rantai pasok sawit
Pengaruh NGO yang semakin kuat
Kekhawatiran maraknya pembukaan hutan & potensi hilangnya keanekaragaman hayati
Potensi keterkaitan antara kerusakan hutan dan ekspansi industri sawit
Kesempatan bagi perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan efisiensi
Green Consumers
Tujuan RSPO
“ Mempromosikan produksi dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan melalui kerjasama di
sepanjang rantai pasok (supply chain) dan dialog terbuka dengan para pemangku kepentingan”
53
Vision
RSPO ensures palm oil contributes to a better world
Mission
RSPO promotes the production, procurement and use of sustainable palm oil, through
development, implementation and verification of credible global standards, supported by
engagement of and communication to stakeholders along the supply chain
Karakteristik keikut sertaan dalam RSPO
•
•
•
•
•
•
Pendekatan & Keanggotaan Multi-stakeholder
Sukarela, swakelola
Transparan
Inklusif
Berorientasi aksi – hasil nyata
Komitmen pada produksi dan penggunaan SPO
Komposisi Anggota Ordinary RSPO, Jan 2008
Prinsip Dan Kriteria RSPO
54
Prinsip RSPO
Apakah NKT ? Nilai Konservasi Tinggi yaitu hutan yang punya Nilai Konservasi Tinggi
NKT = HCV (High Conservation Value)
• NKT menekankan pada nilai yang sangat penting dari hutan/areal (bukan nilai ekonomi
kayu), mencakup:
– Nilai Perlindungan keanekaragaman flora dan Fauna
– Nilai Jasa ekosistem (daerah tangkapan air, menjaga erosi, dll)
– Nilai bagi kepentingan sosial dan budaya,
• … yang tergolong sangat penting atau kritis.
Ada 6 tipe NKT
1. NKT1: Suatu areal yang mengandung nilai-nilai keanekaragaman hayati yang penting
secara global, regional atau nasional. (misalnya: kawasan lindung, kumpulan spesies
terancam punah, kumpulan spesies endemis, tempat siklus hidup sesaat)
2. NKT2: Suatu areal yang mempunyai tingkat lanskap yang luas dan penting secara
global, regional dan lokal, dimana sebagian besar atau semua populasi spesies alami
berada dalam pola-pola alami atau distribusi dan kelimpahan.
3. NKT3: Suatu areal yang mempunyai ekosistem langka, terancam atau hampir punah
(termasuk hutan berkabut (cloud forest), hutan dataran rendah, hutan rawa gambut (peat swamp
forest), hutan rawa air tawar (freshwater swamp forest), hutan belukar, padang rumput, savana,
hutan bukit kapur, mangrove)
4. NKT4: Suatu areal yang memberikan pelayanan dasar alam dalam situasi yang kritis
(e.g. perlindungan daerah aliran sungai, pengendalian erosi)
55
5. NKT5: Suatu areal yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
lokal (misalnya pemenuhan kebutuhan pokok, kesehatan)
6. NKT6: Suatu areal yang sangat penting untuk identitas budaya tradisional masyarakat
lokal (kawasan-kawasan budaya, ekologi, ekonomi, agama yang penting). Areal yang
sangat diperlukan untuk mempertahankan identitas kultur mereka (kawasan-kawasan budaya
dan agama yang penting diidentifikasi bersama dengan masyarakat lokal yang bersangkutan)
56
XII.
Tindakan Represip Terhadap Pelanggar Pengelolaan Lingkungan Hidup
Disinsentif yaitu penaatan hukum melalui penerapan sanksi hukum terhadap penanggung jawab usaha/kegiatan
yang belum melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
Pengawasan : Meliputi kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup
dengan mendasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Audit yang dipaksakan, (ps 29), yaitu audit yang diperintahkan oleh Menteri atas ketidak patuhan dalam
melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup, (penyusunannya didasarkan pada KepMenLH No. 30 Tahun 2001
tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang diwajibkan)
Penegakan Hukum Lingkungan
• Administrasi (Surat Peringatan)
• Perdata (Denda)
• Pidana
Peraturan Bersama mengenai Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Terpadu
• Maksud : Untuk meningkatkan keterpaduan diantara para pihak yang terkait dalam penegakan hukum
lingkungan
• Tujuan :
 Tercapainya penegakan hukum lingkungan hidup secara optimal melalui koordinasi dan
kesamaan persepsi diantara para pihak terkait dalam penegakan hukum
 Terwujudnya keterpaduan, meningkatnya kapasitas dan integritas dari Satuan Tugas Penyelesaian
Permasalahan LH dan Satuan Tugas Penegakan Hukum Pidana Lingkungan
 Terbentuknya sistem Penegakan Hukum LH Terpadu
Ruang Lingkup Penegakan Hukum LH terpadu meliputi:
a. Verifikasi pengaduan
b. Penegakan hukum Administrasi
c. Penyelesaian sengketa LH (melalui pengadilan dan diluar pengadilan)
d. Penegakan hukum Pidana (penyidikan dan penuntutan)
e. Sosialisasi dan penyuluhan
f. Pertukaran data dan informasi
g. Pendidikan dan pelatihan
Penegakan Hukum LH Terpadu Terdiri dari :
•
•
Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan Lingkungan Hidup (STP2LH)
Satuan Tugas Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup (STPHPL)
57
Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan Lingkungan Hidup (STP2LH), terdiri dari :
• Kelompok Kerja Peneliti
• Kelompok Kerja Teknis
• Kelompok Kerja Hukum
Satuan Tugas Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup (STPHPL), terdiri dari :
• PPNS Lingkungan Hidup
• Penyidik Polri
• Jaksa/Penuntut Umum
STP2LH melakukan tugas :
1. Melakukan verifikasi terhadap pengaduan yang disampaikan kepada Tim dan selanjutnya memberikan
rekomendasi penegakan hukum administrasi dan/atau penyelesaian sengketa LH dan/atau penegakan
hukum pidana kepada instansi terkait dan/atau tim terkait yang tergabung dalam satuan tugas sesuai
kewenangan masing-masing
2. Melakukan penyusunan dan pengajuan gugatan ganti rugi untuk penyelesaian sengketa lingkungan hidup
baik yang dilakukan melalui pengadilan atau di luar pengadilan.
STPHPL melakukan tugas :
Penyelidikan (PULBAKET), penyidikan, penuntutan terhadap kasus LH yang memenuhi kriteria telah terjadi
pencemaran/ perusakan LH (bukti permulaan cukup) atau adanya dugaan tindak pidana seperti yang dimaksud
dalam UUPLH.
58
XIII.
Audit Lingkungan Hidup
Audit Lingkungan (Kep. Men. LH No. 42 Th. 1994)
adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara:
• Sistematik
• Terdokumentasi
• Periodik
• Obyektif
tentang bagaimana kinerja suatu
• Organisasi
• Sistem manajemen
• Peralatan
memfasilitasi kontrol manajemen terhadap
• pelaksanaan pengendalian pampak lingkungan dan
• pengkajian pentaatan kebijakan usaha
terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan
Definisi AUDIT LINGKUNGAN ( UU No.23 Th.1997 Ps 1 Bt 23)
adalah: Suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan untuk menilai
tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan
AUDIT LINGKUNGAN (ISO 14010, SNI 19-14010-1997) : Adalah Suatu proses verifikasi secara sistematis dan
terdokumentasi untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif untuk menentukan apakah sistem
manajemen lingkungan dari organisasi sesuai dengan kriteria audit sistem manajemen lingkungan yang dibuat oleh
organisasi, dan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil proses ini kepada manajemen
AUDIT LINGKUNGAN HIDUP YANG DIWAJIBKAN (Kep. Men. LH No. 30 Th. 2001)
Adalah Suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan, berdasarkan perintah
Menteri atas ketidakpatuhan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan kegiatan tersebut
PROSEDUR AUDIT LINGKUNGAN
59
60
XIV. Latihan Audit, Evaluasi dan Rekomendasi LH
Contoh Audit suatu pabrik K.Sawit
Prinsip 1. Komitmen terhadap Transparansi
Gunung Melayu
Oil Mill
Status
Minor
No
Lengkap
Belum
Lengkap
Data yg ditunjukkan
Tindakan Aksi
Mill
Pembuatan blangko (TT)
√
1 Rekaman Permintaan informasi.
Daftar Permintaan Info
Pengisian blangko 20052008
2
Rekaman tanggapan terhadap
permintaan informasi
√
Daftar Permintaan &
Tanggapan Info
Pembuatan blangko (TT) &
Pengisian blangko (estate,
mill, 2 th terakhir), update
catatan lingkungan
in process
1.1. Pihak Perkebunan dan Pabrik Kelapa
Sawit memberikan informasi yang memadai
kepada stakeholder lainnya dalam bahasa
Major
No progress
No
Completed
Indicator
Kriteria
1
5-Mar
1
5-Mar
Prinsip 4 : Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik
1
4.1. Prosedur operasi didokumentasikan
secara tepat dan diimplementasikan dan
dipantau secara konsisten
2
Terdapat kegiatan
pemeriksaan atau pemantauan
kegiatan operasional minimal
satu kali setahun
√
Rekaman hasil kegiatan
operasional tersedia
√
Rekaman kegiatan untuk
mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan
tanah (melalui pemupukan,
2
tanaman kacangan, aplikasi
janjang kosong, land aplikasi)
berdasarkan hasil analisa pada
(1
4.2. Praktek-praktek mempertahankan
kesuburan tanah, atau bilamana mungkin
meningkatkan kesuburan tanah, sampai pada
tingkat yang memberikan hasil optimal dan
berkelanjutan
√
4.4. Praktek-praktek mempertahankan
kualitas dan ketersediaan air permukaan dan
air tanah
Rekaman catatan penggunaan air di
pabrik
√
Penanggung jawab K3 ditetapkan
dan harus ada catatan tentang
pertemuan berkala antara
penanggung jawab dan para pekerja
yang membicarakan masalah
kesehatan, keselamatan dan
kesejahteraan pekerja
4.7. Rencana kesehatan dan keselamatan
kerja didokumentasikan, disebarluaskan dan
diimplementasikan secara efektif
5.3. Limbah dikurangi, didaur ulang, dipakai
kembali, dan dibuang dengan cara-cara yang
dapat dipertanggungjawabkan secara
lingkungan dan sosial
Data pemupukan,
kacangan, aplikasi JK,
LA
5 Mar
(SPM)
1
5 Mar
(SPM)
1
1
5-Mar
5-Mar
1
13-Mar
1
Catatan penggunaan
air di pabrik
Catatan penggunaan air di
pabrik 2005-2008
5-Mar
1
Catatan meeting K3
berkala dan tindak
lanjutnya
Pastikan terdapat catatan
meeting K3 berkala dan
tindak lanjutnya
5-Mar
1
Catatan kejadian
kecelakaan masing2X
estate & mill
Update data kecelakaan
kerja masing-masing
estate & mill
5-Mar
1
Rekapitulasi kejadian Sinkronisasi data
kecelakaan dan tindak kecelakaan kerja antara
estate, mill dan H&S
lanjutnya
5-Mar
1
√
Catatan kejadian kecelakaan kerja
Buat catatan monitoring
limbah
Identifikasi sumber-sumber limbah
dan pencemaran terdokumentasi
1
31-Mar
Tersedianya rekaman
monitoring penggunaan energi
1
terbarukan serta analisis
efisiensinya
5.4. Efisiensi penggunaan energi dan
penggunaan energi terbarukan
dimaksimalkan
5.6 Rencana-rencana untuk mengurangi
pencemaran dan emisi, termasuk gas rumah
kaca,
disusun, diimplementasikan dan dimonitor
Chek laporan 2005-2008
(rencana & realisasi)
Catatan analisa effluent,
check kelengkapannya,
blangkonya?
Check apakah selalu
Catatan pengontrolan
dilakukan? Adakah
effluent pond (min 2005blangkonya? Apakah
2008)
lengkap?
Rekaman analisis mutu BOD limbah
cair sesuai peraturan perundangundangan
3
Chek laporan 2005-2008
(rencana & realisasi)
Rekaman analisa
effluent internal dan
eksternal
2
3
laporan Inspeksi
tanaman, hama,
penyakit & tindak
lanjutnya
laporan Inspeksi
tanaman, hama,
penyakit & tindak
lanjutnya
2
Pemantauan kualitas emisi dari
sumber emisi tersebut
2
Rekaman pengelolaan limbah
cair pabrik pengolahan kelapa
sawit tersedia
Buat catatan monitoring
limbah
Buat catatan monitoring
penggunaan cangkang
sawit untuk boiler &
analisa efisiensinya
(energi/ton CPO)
√
Catatan monitoring
penggunaan cangkang
sawit untuk boiler &
analisa efisiensinya
(energi/ton CPO)
√
Catatan pemanfaatan buat catatan pemanfaatan
JK ; JK + effluent untuk JK ; JK + effluent untuk
kompos 2006-2008
kompos
√
Catatan monitoring
effluent pond
Buat dan update catatan
monitoring effluent pond
1
31-Mar
5-Mar
(spm)
10-Mar
5-Mar
1
1
1
61
BLRS
Analysis Laboratory
BLRSS
Rat Bait Production
Land Preparation
Land Acquisition
New Land Development
Bulldozer Windrowing (flat land)
Bulldozer Terracing
Heavy Eqpt Field Servicing
Road Construction
Road Surfacing Laterite/Gravel
Quarry/Borrow Pit
Illegal Gardening in Buffer Zones
Conservation
Forest Conversion
Upkeep
Pesticide Application
Chemical Fertiliser Use
Cover Crop Maintence
Transport
Pruning
Plasma
Road Maintenance
Truck operation
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
I
I
I
C
C
I
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
N
N
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
N
N
N
A
A
N
A
N
A
A
A
A
A
A
N
A
N
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
2
2
1
2
1
1
1
4
4
4
2
4
2
3
3
2
2
1
2
2
2
2
1
3
2
2
1
1
4
2
4
4
2
3
2
2
2
2
2
3
1
2
2
2
3
3
2
3
3
2
2
H
L
L
L
L
L
L
H
H
H
L
H
M
H
H
M
M
L
M
L
L
L
L
M
L
L
L
L
H
L
E
E
L
M
M
L
H
L
L
M
L
M
M
H
M
E
H
E
M
L
L
Significant?
5
2
2
1
3
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
1
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
3
3
2
1
3
2
5
1
1
2
3
3
3
5
1
5
5
5
2
2
2
Negative Impacts Risk Score
N
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
N
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Positive Impacts Risk Score
Normal (N) or Abnormal (A) Operation or Emergency/Darurat (E)
Positive (P) Negative (N)
Topsoil stripping for Media
Topsoil Loss
N
Nutrient leaching and Discharge
Surface Water quality
N
Soil Erosion
Surface Water quality
N
Untreated Liquid Waste Disposal
Water Quality
N
Inappropriate Solid Waste Disposal
Aesthetic
N
Inadequate control of product Soil Contamination
N
Inadequate Safe Work Practices
Worker H&S
N
Disputed Land Ownership
Social Conflict
N
Unintended Fire
Loss of Organic Mater
N
Wildlife Habitat DestructionN
Loss of Young Palms
N
Smoke / Air Quality
N
Land Clearing
Loss of Vegetation HCV N
Loss of Cultural HCV
N
Soil Erosion
Soil Resource Loss
N
Surface Water Quality
N
Soil Compaction
Reduced palm growth
N
Soil Erosion
Surface Water quality
N
Soil Erosion
Soil Resource Loss
N
Soil Compaction
Reduced palm growth
N
Soil Erosion
Surface Water quality
N
Soil Erosion
Soil Resource Loss
N
Oil Spill onto ground
Soil Contamination
N
Soil Erosion
Water Quality
N
Erosion Prevention
Water quality protection P
Soil Erosion
Water Quality
N
Abandonment
Aesthetic
N
Rehabilitation
Water quality protection P
Vegetation Removal
Habitat Loss
N
Soil Erosion
Surface Water quality
N
Buffer Zone Reinstatement
Habitat Enhancement
P
Buffer Zone Reinstatement
Biodiversity Improvement P
Pest Outbreak (Rats, Wild Boar)
Damage to palms
N
Production Loss
N
Pesticide Mixing Minor Spill onSoil
Ground
Contamination
N
Pesticide Mixing Minor Spill inWater
Drain quality
N
Chemical Odour
Worker H&S
N
Leaking knapsack
Worker H&S
N
Excessive Spraying
Beneficial Plant Loss
N
Nutrient leaching
Surface Water quality
N
Discarded Plastic Bags
Aesthetic
N
Erosion Prevention
Water quality protection P
Erosion Prevention
Soil Conservation
P
Frond Stacking
Soil Conservation
P
Ownership Dispute
Social Conflict
N
Silt Trap cleaning
Water quality protection P
Surface compaction
Soil Conservation
P
Silt Trap cleaning
Soil Conservation
P
Exhaust smoke emissions
Air Quality
N
Traffic Dust at Estate HousingAir Quality
N
Traffic Noise at Estate HousingNuisance
N
Control (C) or Influence/Pengaruh (I)
Dampak Lingkungan
Potensial (atau resiko)
(Potential
Environmental Impact
(or Risk))
Consequence
Polybag preparation
Irigation
Aspek Lingkungan
Potensial (atau bahaya)
(Potential Environmental
Aspect (or Hazard))
Likelihood/Kemungkinan
Nursery
Aktivitas, Produk, Jasa
(Activity, Product or Service)
Legal & Other Requirement (Legal & persyaratan Lain)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Lokasi (Location)
No. Resiko (Risk Number)
CONTROLS
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Adakah SOP
utk
mengkontrol
aspek dan
dampak
lingkungan
(Any Existing
SOP to control
env aspect
and impact)?
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Program Manajemen Lingkungan
yang diusulkan (the proposed
Environmental Management
Program/EMP )
Tanam kembali LCC
Pemeliharaan Pipa Irigasi
Pemeliharaan Pipa Irigasi
Pembuatan trape dan lubang sampah
Pembuatan lubang sampah
Menyediakan tempat pembuangan limbah
Melengkapi pekerja dengan safety
Ranti rugi yang benar
Penggunaan sistin zero burning
Penggunaan sistin zero burning
Penggunaan sistin zero burning
Penggunaan sistin zero burning
Menanam LCC
Menanam LCC
Menanam LCC
Menanam LCC
Penanaman LCC dan pemberian EFB
Penanaman LCC
Penanaman LCC
Penanaman LCC dan pemberian EFB
Pembuatan stop band wash band, penanaman LCC dan pemberian EFB
Penanaman LCC dan pemberian EFB
Service harus ke bengkel
Pembuatan roadside drain
Pembuatan roadside drain dan water outlet
Upkeep water outlet
Merapikan sisa galian
Membuat subsidiary drain
Memberikan pengertian terhadap penduduk dilarang menggarap
Dengan penanaman tanaman/penghijauan
Dengan penanaman tanaman/penghijauan
Dengan penanaman tanaman/penghijauan
Membasmi hama-hama yang merusak
Membasmi hama-hama yang merusak
Pencampuran diadakan digudang
Pemakaian masker
Perwatan alat-alat semprot
Penyemprotan tepat dosis, waktu tepat guna (effectif)
Curan hujan tinggi jangan memupuk, pemberian EFB
Dikumpul
Upkeep LCC
Upkeep LCC
Susun pelepah sesuai SOP
Rutin pemeliharaan
Upkeep road, grading
Upkeep water outlet
Gunakan BBM yang layakdan maintenance transport
Truck jangan lewat perumahan
Truck jangan lewat perumahan
62
PUSTAKA
1. Rothery, B. 1995. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO14000. Pustaka Binaan Pressindo.
Jakarta
2. Adisasmito, W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan (SML). Rajawali Press. Jakarta
3. Hariadi, A. 2003. SML ISO14001 Interpretasi Dokumentasi Dan Implementasi. Paradigma
Pustaka. Jakarta
4. Hadiwiardjo, B.H. 1997. ISO 14000 Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML).
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
5. Wardhani, A.P.D.W. 2008. Analisis Penerapan Sistem Manjemen Lingkungan. Fakultas
Arsitektur Lansekap Universitas Trisakti. Jakarta
6. Adisasmito, W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Rumah Sakit. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
7. Williem, S. 2010. Audit Lingkungan Di Universitas Katolik Atma Jaya. Fakultas Ekonomi
UNIKA Atma Jaya. Jakarta
8. Bapedal. 2006. Pedoman Penyusunan AMDAL. Media Pressindo. Yogyakarta.
Download