HUBUNGAN PICKY EATER DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA TODDLER Picky Eater Relations With Nutritional Status Of Children In The Village Lamuk Toddler Sumarni1* 1 Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto JL. K.H. Wahid Hasyim No. 274 A Purwokerto Email: [email protected] ABSTRAK Permasalahan makan pada anak, salah satunya picky eater yang merupakan faktor pengaruh pada status gizi anak. Umumnya, pada anak yang berperilaku picky, atau memilihmilih makanan, akan dijumpai inadekuasi asupan makanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan masalah makan (picky eater) dengan status gizi anak usia toddler. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada pengasuh anak usia toddler sebanyak 64 orang dan dianalisa dengan menggunakan C-Squre. Hasil analisis menunjukan bahwa sebagian besar anak usia toddler tidak mengalami masalah makan (picky eater) lebih banyak yaitu 38 orang (59,4%). Status gizi usia toddler diperoleh sebagian besar mempunyai status gizi baik sebanyak 44 orang (68,8%) dan hasil uji statistika p value sebesar 0,001 sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara masalah makan (Picky Eater) dengan status gizi pada anak usia toddler di Desa Lamuk Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga. Kata kunci : picky eater, status gizi, anak usia toddler ABSTRACT The problems of eating in children, the one is picky eater which is a factor of influence on a child's nutritional status. Generally, in children who behave picky, or picking food, will be found inadequate food intake. The purpose of this study was to determine the relationship problems eating (picky eater) and nutritional status of children aged toddler. This research is analytic survey with cross sectional approach. This study was conducted on children aged toddler caregivers as many as 64 people and analyzed using C-squre. Results of the analysis showed that the majority of toddler age children do not have problems eating (picky eater) more that 38 people (59.4%). Nutritional status toddler has acquired most of the good nutritional status of as many as 44 people (68.8%) and the results of the statistical test p value of 0.001 thus be concluded that there is a relationship between eating problems (Picky Eater) and nutritional status in children ages toddler in the village Lamuk Subdistrict Kejobong Purbalingga. Keywords: picky eater, nutritional status, children ages toddler Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VIII, No. 2. September 2015 26 Permasalahan makan pada anak, salah PENDAHULUAN tahun) satunya picky eater yang merupakan faktor merupakan kelompok usia yang berada pengaruh pada status gizi anak. Umumnya, dalam proses perkembangan unik karena pada anak yang berperilaku picky, atau proses perkembangannya terjadi bersamaan memilih-milih dengan golden age (masa peka). Golden age inadekuasi asupan makanan (Moehji, 2006). merupakan untuk Menurut WHO (2006), didapatkan hasil memberikan bekal yang kuat kepada anak prevalensi gizi kurang yang disebabkan oleh karena pada masa ini merupakan peka berbagai dimana masa ini menentukan kecepatan pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat adalah perkembangan otak anak selama hidupnya. 19,2 % dan gizi buruk 8,3 %. Cara Artinya, golden age merupakan masa yang pemberian makan pada anak yang mengalami sangat penting untuk menciptakan generasi masalah makan adalah suasana makan sambil bangsa yang sehat secara fisik dan jiwa bermain (87%), waktu makan tidak teratur (Depkes, 2008). (63,6%), frekuensi makan buruk (78,1%) dan Anak toddler usia waktu (1-3 paling tepat Salah satu upaya menciptakan kesehatan fisik pada anak toddler usia adalah makanan, faktor salah akan dijumpai satunya akibat jenis makanan sesuai dengan usia (100%). Hasil penelitian Nurjannah (2013), memberikan makanan yang sehat dan bergizi menunjukkan hasil adanya hubungan yang padahal signifikan antara waktu makan tidak teratur pada masa ini anak sering mendapatkan masalah makan yang berakibat dengan sulit makan pada anak balita. anak kurang mengkonsumsi makanan yang Masalah makan yang sering muncul sehat dan bergizi (Sarasani, 2005). Masalah pada usia toddler dipengaruhi oleh dua makan pada anak merupakan masalah yang faktor, yaitu faktor fisik dan faktor psikis. sangat sering dihadapi orang tua, dokter dan Faktor fisik artinya perilaku memilih-milih petugas kesehatan. Keluhan yang sering makanan muncul adalah anak tidak mau makan, makanan disebabkan oleh masalah fisik, menolak makan, proses makan yang terlalu seperti masalah sistem pencernaan (lambung, lama, hanya mau minum saja, kalau diberi usus) biasanya menyebabkan anak mual makan muntah, mengeluh sakit perut, bahkan setiap kali makan, masalah di gigi geligi, ada masalah pada perkembangan, sedangkan yang disuruh makan marah-marah sampai mengamuk (Nadesul, 2006). (picky eater) atau menolak faktor psikis artinya masalah makan yang disebabkan oleh perilaku keliru, masalah Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VIII, No. 2. September 2015 27 mental-emosional dan kebiasaan yang kurang Teknik pengambilan sampel pada baik. Contoh faktor psikis adalah, anak diberi penelitian ini menggunakan makan sesuai porsi orang tuanya, kalau tidak random sampling. Besar sampel dalam mau makan, anak dipaksa makan atau penelitian ini sebanyak 64 orang ibu yang dimarahi (Soenardi, 2007). memiliki anak toddler. Data pra Lamuk Analisis dilakukan terhadap dua variabel Kabupaten yang diduga atau berkorelasi (Notoatmodjo, Purbalingga menunjukkan bahwa pada bulan 2012). Dalam penelitian ini analisis bivariat Januari-April 2015 jumlah anak usia toddler dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sebanyak 178 anak, dari jumlah tersebut yang masalah makan dengan stastus gizi anak usia mengalami gizi kurang sejumlah 43 orang toddler. Uji statistik yang digunakan adalah (18,45%) dan toddler dengan gizi buruk chi square, uji chi-square yakni salah satu sejumlah 5 orang (2,14%). jenis uji komparatif non parametris yang Kecamatan survey di Kejobong Desa proporsional dilakukan pada dua variabel, di mana skala data METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam kedua variabel adalah nominal (Sugiyono, 2010). penelitian ini adalah survei analitik. Survei analitik adalah survei atau penelitian yang HASIL mencoba menggali bagaimana dan mengapa 1. Masalah Makan fenomena kesehatan itu terjadi. Pendekatan Deskripsi masalah makan (Picky Eater) penelitian yang digunakan pada penelitian ini pada anak usia toddler di Desa Lamuk adalah dengan pendekatan cross sectional Kecamatan yaitu Purbalingga. penelitian dengan melakukan Kejobong Kabupaten pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara cara pemberian makan dengan masalah makan pada anak usia toddler (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengasuh toddler di Desa Lamuk Kecamatan Kejobong Kabupaten Sumber: Data Primer Juni-Juli 2015 Purbalingga bulan Januari sampai April 2015 Diagram 1. Distribusi frekuensi masalah sebanyak 178 orang. makan (Picky Eater) pada anak usia toddler Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VIII, No. 2. September 2015 28 di Desa Lamuk Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Berdasarkan diagram 1 diketahui bahwa anak usia toddler yang tidak mengalami masalah makan (picky eater) lebih banyak Makan Tidak Picky Eater Picky Eater yaitu 38 orang (59,4%) dibandingkan dengan yang mengalami masalah makan(picky eater) yaitu 26 orang (40,6%). f 32 12 Baik % 15, 8 % 84, 2 f 6 46, 2 14 Berdasarkan 53, 8 tabel 1 f 38 26 % 10 0 0,001 10 0 ditunjukkan bahwa dari 44 anak usia toddler yang mempunyai gizi baik sebagian besar tidak mengalami masalah makan (picky eater) 2. Status Gizi Deskripsi status gizi pada anak usia yaitu sebanyak 32 orang (84,2%), sedangkan toddler di Desa Lamuk Kecamatan anak usia toddler yang tidak mengalami Kejobong Kabupaten Purbalingga. masalah makan (picky eater) yaitu 12 orang (46,2%). Berdasarkan hasil uji statistika 60 menggunakan Chi-Square didapatkan nilai []/68,8% 40 []/31,2% 20 signifikasi p value sebesar 0,001. Dengan taraf signifikan 5%, nilai α adalah 0,05, 0 BAIK BAIK KURANG BAIK KURANG BAIK Diagram 2. Distribusi frekuensi Statis Gizi pada anak usia toddler di Desa Lamuk Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Berdasarkan diagram 2 diketahui bahwa anak usia toddler yang mempunyai status gizi baik sebanyak 44 orang (68,8%) dibandingkan dengan yang mengalami gizi kurang yaitu 20 orang (31,2%). 3. Hubungan Antara Masalah Makan Dan Status Gizi karena nilai p value < α (0,001 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara masalah makan (Picky Eater) dengan status gizi pada anak usia toddler di Desa Lamuk Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga. PEMBAHASAN 1. Masalah Makan Berdasarkan diagram 2 diketahui bahwa anak toddler yang tidak mengalami masalah makan (picky eater) lebih banyak yaitu 38 orang (59,4%) dibandingkan Tabel 1. Hubungan antara masalah makan dengan status gizi Status Gizi P Masalah Baik Kurang Total usia dengan yang mengalami masalah makan (picky eater) yaitu 26 orang (40,6%). Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VIII, No. 2. September 2015 29 Berdasarkan hasil penelitian yang Disorders). Masalah makan yang telah dilakukan didapatkan sebagian besar dihubungkan dengan bidang nutrisi pada responden tidak mengalami masalah makan anak adalah segala sesuatu yang berkaitan (picky eater), hal ini menurut asumsi peneliti dengan dikarenakan responden memberikan makan mengkonsumsi dengan pola yang bervariasi sehingga ibu diperlukan tidak kesusahan dalam pemberian makan (menggunakan mulutnya secara sukarela) pada anak dan untuk sebagian responden (Gibson, 2005). yang mengalami masalah dalam makan 2. Status gizi ketidakmampuan sejumlah secara anak untuk makanan yang alamiah dan wajar didapatkan hasil bahwa ibu memberikan Berdasarkan diagram 1 diketahui beberapa jenis makanan saja seperti bubur, bahwa anak usia toddler yang mempunyai pisang dan susu saja tanpa mencoba dengan status gizi baik sebanyak 44 orang (68,8%) berbagai jenis makanan yang lain, karena dibandingkan dengan yang mengalami gizi sebagian ibu cenderung bekerja sehingga kurang yaitu 20 orang (31,2%). kurang memiliki memperhatikan asupan waktu dalam makanan untuk Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi kurang dari energi yang anaknya. Hal ini yang menyebabkan anak dikeluarkan akan menghambat pertumbuhan bayi dan anak- mengalami defisiensi gizi untuk perkembangan. tubuh akibatnya akan anak. Penyebab langsung yaitu makanan Menurut Sarasani (2005) masalah anak dan penyakit infeksi. Timbulnya KEP makan pada anak lebih dihubungkan dengan tidak hanya disebabkan karena kurangnya berkurangnya asupan makanan, sehingga konsumsi makanan tetapi juga disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang oleh penyakit. berdampak nutrisi Anak yang mendapat makanan cukup (malnutrisi). Sedangkan makanan berlebihan tetapi sering terserang diare atau demam juga merupakan suatu masalah makan pada dapat menderita KEP. Sebaliknya anak yang anak, namun dampaknya terutama pada tidak cukup makanan, daya tahan tubuh akan terjadinya obesitas (kegemukan). Deteksi melemah, mudah terserang infeksi, kurang masalah makan secara dini penting dilakukan nafsu makan dan akhirnya KEP. (Soekirman, agar dapat dicegah dan tidak berkepanjangan. 1999/2000). Masalah ini dalam bahasa kedokteran disebut walaupun masih ringan mempunyai pengaruh sebagai pada Feeding defisiensi Problems (Eating Kekurangan Energi Protein negatif terhadap daya tahan tubuh anak Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VIII, No. 2. September 2015 30 terhadap infeksi, dan infeksi derajat apapun penting menjaga permukaan mukosa. Bukti dapat memperburuk keadaan gizi anak terbaru (Depkes RI, 1999, Syamsianah, 2004). pertahanan tubuh dipengaruhi oleh vitamin Penyebab tidak langsung yang A. menunjukan Vitamin E bahwa juga mekanisme melindungi dan mempengaruhi status gizi yaitu ketahanan meningkatkan pertahanan tubuh terhadap pangan dalam keluarga, pola pengasuhan infeksi penyakit. pada anak serta pelayanan kesehatan dan Pada anak-anak yang mengalami sanitasi lingkungan. Ketahanan pangan di kekurangan zinc (seng) dapat mengalami keluarga (household food security) adalah diare kemampuan keluarga untuk memenuhi Suplementasi zinc kebutuhan pangan seluruh anggota meningkatkan imunitas dan infeksi saluran pernapasan. secara baik pada dapat anak-anak keluarganya dalam jumlah yang cukup baik penderita gizi buruk. Vitamin dan mineral jumlah maupun gizinya. Pola pengasuhan yang dapat diperoleh dari buah-buahan, anak daging adalah masyarakat kemampuan untuk keluarga menyediakan dan dan sayuran berguna untuk waktu, membangun sistem imun anak. Seorang anak perhatian dan dukungan terhadap anak agar dengan status gangguan gizi dapat dipastikan tumbuh kembang dengan sebaik-baiknya memiliki sistem kekebalan tubuh yang secara fisik, mental, dan sosial. rendah, 3. Hubungan antara masalah makan dan kerentanan tubuh terhadap infeksi penyakit. hal ini dapat menyebabkan Menurut Sarasani (2005) masalah status gizi Seorang anak yang memilih makanan makan pada anak lebih dihubungkan dengan biasanya makan dalam porsi kecil dan berkurangnya asupan makanan, sehingga memiliki nafsu makan yang buruk. Hal ini, tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang dalam berdampak beberapa kasus, menyebabkan pada defisiensi nutrisi retardasi pertumbuhan, kurangnya daya ingat (malnutrisi). Sedangkan makanan berlebihan dan konsentrasi, serta memiliki sistem imun juga merupakan suatu masalah makan pada yang kurang baik. Nutrisi memiliki efek anak, namun dampaknya terutama pada mendalam pada fungsi kekebalan tubuh dan terjadinya obesitas (kegemukan). ketahanan terhadap infeksi. Malnutrisi energi Deteksi masalah makan secara dini protein dan kekurangan vitamin A sangat penting dilakukan agar dapat dicegah dan terkait dengan imunitas dan perkembangan tidak berkepanjangan. Masalah ini dalam penyakit menular. Vitamin A berperan bahasa kedokteran disebut sebagai Feeding Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VIII, No. 2. September 2015 31 Problems (Eating Disorders). Masalah Purbalingga mempunyai status gizi Baik makan yang dihubungkan dengan bidang sebesar 44 orang (68,8%) nutrisi pada anak adalah segala sesuatu yang 3. Ada Hubungan antara masalah makan berkaitan dengan ketidakmampuan anak dengan status Gizi pada anak usia toddler untuk mengkonsumsi sejumlah makanan di desa Lamuk kecamatan Kejobong yang diperlukan secara alamiah dan wajar Purbalingga. (p:0,001) (menggunakan mulutnya secara sukarela) (Gibson, 2005). DAFTAR PUSTAKA Pada masalah makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak (Khomsan, 2003). Pada masalah makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemiadefisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP) (Sarasani, 2005). KESIMPULAN 1. Sebagian besar anak usia toddler di desa Lamuk kecamatan Kejobong Purbalingga mengalami masalah makan sebesar 38 orang (59,4%). 2. Sebagian besar anak usia toddler di desa Lamuk Kecamatan Kejobong Arsad.RA. 2006. Perbedaan Hemoglobin, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD Wilayah Gunung dan Pantai di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2006, FKM-UNHAS, Makassar. Abunain Djumadias. 1990. Aplikasi Antropometri sebgai Alat Ukur Status Gizi, Puslitbang Gizi Bogor. Achadi, E.L. 2007. Gizi ibu dan kesehatan reproduksi. dalam: dep.gizi dan kesehatan masyarakat, fkm ui. "gizi dan kesehatan masyarakat". Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Almatsier. 2005. Pinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Anwar HM. 2008. Peranan gizi dan pola asuh dalam meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak. http://www.whandi.net diakses 8 Februari 2015. Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta. Baliwati, YF, Khomsan, A dan Dwiriani, CM. 2006. Pengantar pangan dan gizi. cetakan II. Jakarta: Penebar Swadaya. Depkes, RI, 2004, Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman status gizi melalui posyandu. Jakarta. Dubois, L. 2007. Higher intakes of energy and grain products at 4 years of age are associated with being overweight at 6 years of age. The Journal of Nutrition. 141: 2024-2029. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VIII, No. 2. September 2015 32 Evan, Alexandra, Rafiroiu, Codruta A. 2005. Nutrition knowledge, attitudes, and practices among nutrition educators in the south. American Journal of Health Studies 2005; 1 January. http://www.encyclopedi.com (diakses tanggal 25 Januari 2015). Fitriani, I. 2009. Karakteristik faktor-faktor yang mempengaruhi masalah makan pada anak PAUD permata bunda Jakarta Timur. Jakarta: Politeknik Kesehatan Jakarta. Gibson, S. R. 2005. Principles of nutrition assessment. New York: Oxford University Press. Hidayat, A.A. 2007. Metode penelitian keperawatan dan teknis analitik data. Jakarta: Salemba Medika. Moehji, S. 2006. Ilmu gizi 2 penanganan gizi buruk. Jakarta: PT. Bhratara Niaga Media. Nadesul, H. 2006. Makanan sehat untuk bayi. Jakarta: Puspa Swara. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurjannah. 2013. Hubungan antara waktu pemberian makan padat petama dengan picky eater pada baita. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Saifuddin, A. B. 2008. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: YBP-SP. Santjaka, A. 2009. Biostatistik. Purwokerto Timur : Global Internusa. Sarasani. T. 2005. Praktek pemberian makan dan status gizi anak usia 0-24 bulan ditinjau dari pekerjaan ibu. Skripsi FKM. USU. Medan. Soenardi, T. 2007. Makanan untuk tumbuh kembang bayi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Soetjiningsih. 2011. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC. Sudiarti, T & Utari, D M. 2007. Kecukupan energi dan zat gizi. gizi dan kesehatanmasyarakat. departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM UI. Sugiyono. 2010. Metode penelitian administrasi. Bandung : Alfabeta. Suharjo, 1996, Gizi dan Pangan, Kanisius, Yogyakarta Supariasa, I. D. N. 2004. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC. Sudaryanto, G. 2009. MPASI super lengkap. Jakarta. Penebar-swadaya. Uripi, V. 2004, Menu sehat untuk balita. Jakarta: Puspa Swara. World Health Organization dan UNICEF. 2006. Global strategy for infant and young child feeding. Sitasi: www.who.int/nutrition/topics/global_stra tegy/en/index.html. Diakses: 17 Februari 2015. Wright, CM., Parkinson, KN., Shipton, D., Drewett, RF. 2007. How do toddler eating problems relate to their eating behavior, food preferences, and growth. American Academy of Pediatrics; 120:1069-75. WHO, 1983. Measuring Change In Nutritional Status, Genewa. Tiwi. 2010. Buku sehat lezat. Jakarta: Kompas. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VIII, No. 2. September 2015 33