Ikatan Sarjana Katolik Indonesia

advertisement
Rilis Perdana H-2, Rapimnas!
Rapat Pimpinan Nasional (11 Mei – 13 Mei 2012)
Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA):
“Merawat Kebhinekaan Indonesia”
Jakarta, Kamis, 10 Mei 2012
***
Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) akan menggelar Rapat
Pimpinan Nasional (Rapimnas), di Makassar, Sulawesi Selatan.
Dihadiri Presidium Pusat ISKA—pimpinan dan intelektual dari sekitar
60 cabang dari seluruh Indonesia—Rapimnas bakal dilangsungkan
selama tiga hari, mulai Jumat, 11 Mei – Minggu 13 Mei. “Dengan
semangat Solidaritas Tanpa Sekat—yang merupakan tema dasar ISKA-pimpinan ISKA dari berbagai wilayah tanah air akan bertukar gagasan
dengan para cendekiawan Indonesia dalam forum ini,” ujar Muliawan
Margadana, Ketua Presidium Pusat ISKA periode 2010 – 2013.
Muliawan menyampaikan hal tersebut dalam diskusi terbatas dengan
Dewan Pakar ISKA—yang terdiri dari sejumlah intelektual senior di
bidang politik, ekonomi, dan budaya— di gedung Konferensi
Waligereja Indonesia, Cikini, Jakarta Pusat, pada Senin malam,
7/05/2012. Pertemuan ini adalah bagian dari persiapan menuju
Rapimnas.
Ketua Presidium Pusat ISKA menjelaskan, ada dua topik utama yang
akan dibahas dalam Rapimnas. Pertama, mendorong para intelektual
Indonesia turut aktif merawat kebhinekaan Indonesia tanpa dibatasi
sekat politik, agama, sosial dan budaya. Kedua, berkontribusi
mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin masa depan Indonesia yang
bersih, berani, dan ber-integritas di seluruh lini. “Concern ISKA bukan
hanya pada pemimpin 2014 - 2019, tapi terutama pada sistem
kaderisasi yang kuat, transparan, dan mengutamakan meritokrasi
yang dapat menjamin keberlanjutan kepemimpinan idiologi bangsa di
masa depan,” Muliawan menegaskan.
Pemilihan kedua topik Rapimnas di atas tidak lepas dari keprihatinan
ISKA akan minimnya pemimpin Indonesia yang terpuji dalam kualitas
mau pun integritas, hingga 14 tahun selepas Reformasi. Menurut
Muliawan, penyimpangan sistem ekonomi, politik, sosial—dari
implementasi yang seharusnya-- kian menjauhkan Indonesia dari citacita adil-sejahtera. Maka, ISKA menyerukan kepada para intelektual dan
cendekia, agar memacu lahirnya kembali pemimpin masa depan yang
berkualitas.
Agung Pambudhi, Ketua Panitia Pengarah (Steering Committee/SC)
Rampimnas ISKA mengingatkan cita-cita Indonesia sejahtera—yang
begitu riuh dibangkitkan selepas Reformasi 1998—sejatinya bisa dicapai
melalui tatanan kenegaraan yang desentralistik, yang di masa Orde
Baru sepenuhnya sentralistik. Dan ISKA mencatat ambigu yang
mendebarkan dalam dinamika Otonomi Daerah selama satu lebih
dekade terakhir.
Catatan positif di antaranya soal identitas lokal dan kearifan lokal yang
telah mendapat pengakuan, mulai ditempatkan secara patut dan
terhormat. Aktor-aktor daerah mendapat kewenangan jauh lebih luas
untuk mengendalikan berbagai sumber daya—dibanding lima
dasawarsa sejak kemerdekaan Indonesia.
Sayang, pencapaian kinerja hingga 2012 masih jauh dari yang
diharapkan. Bahkan, dikhawatirkan bisa-bisa terkungkung dalam ‘masa
transisi permanen’. “Otonomi daerah masih terjerat persoalan
instrumental kebijakan dan kelembagaan, dan belum banyak bergerak
secara substansial dalam pelayanan dasar masyarakat,” kata Agung.
ISKA melihat situasi bisa jauh lebih pelik bila fundamentalisme
ideologis yang diredam semasa Orde Baru bangkit kembali menyemai
bibit bibit baru di berbagai bidang, dan di daerah daerah otonom.
Ancaman terhadap kebebasan berkeyakinan, berpendapat, dan
beragama pun kian sering terancam dalam skala lokal hingga nasional.
Kekerasan terhadap Akhmadiyah dan kasus Gereja Yasmin adalah dua
contoh amat jelas yang mencerminkan miskinnya penghargaan atas
pluralisme, dan absennya negara dalam menegakkan idiologi yang
mendasari pendiriannya.
Di titik inilah ISKA sungguh-sungguh ingin mengingatkan kembali
pentingnya solidaritas tanpa sekat di seluruh tanah air. Sudah saatnya
para pemimpin lembaga negara, cendekiawan dari berbagai latar
keyakinan, sosial, budaya hendaknya menjadi pemacu tumbuhkembang solidaritas dalam berdemokrasi, berpolitik, berkeyakinan.
Yang lahir dari rasa hormat kita pada kebhinekaan dan demokrasi sejati.
“Dengan cara ini kita akan mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin
masa depan yang kuat, dan berani memerangi penyakit kronis yang
telah banyak merusak hidup negeri kita: korupsi pada segala lini dan
penegakan idiologi bangsa,” kata Muliawan.
Dalam konteks ISKA, spirit solidaritas tanpa sekat dihayati sebagai
kesadaran untuk ikut menentukan wajah Indonesia masa depan.
“Solidaritas ini hendaknya diwujudkan dalam tanggungjawab ikut
membentuk Indonesia yang adil dan sejahtera,” kata Agung, yang
juga Ketua Presidium Politik dan Pemerintahan ISKA.
Ada pun pemilihan lokasi Rapimnas di Makassar dilakukan melalui
timbangan kuat dan relevan. Di bawah Dewan Pimpinan Daerah
(DPD) ISKA Provinsi Sulawesi Selatan, Josep Janz dan Sekretaris DPD
Stanis D. Kwen---organisasi ini berkembang secara signifikan di
Makassar mau pun pada basis-basis lain di seantero Sulawesi Selatan.
Peran ISKA SulSel bisa dilihat, antara lain, Sinode Diosesan Keuskupan
Agung Makassar (KAMS), diikuti 250 utusan dari 45 paroki, pimpinan
ormas/lembaga/tarekat/komunitas kategorial se-KAMS. Termasuk Tim25 KAMS yang dimotori oleh ISKA, sebagai think-tank bidang politik
dan kemasyarakatan, serta menyikapi kondisi sosial-kemasyarakatan di
Sulsel pada umumnya.
Puncak Rapimnas ISKA 2012 akan ditandai oleh seminar satu hari –
sepanjang Sabtu, 12 Mei--yang menyajikan pidato kunci, serta diskusi
“Sistem Politik dan Pranata Sosial Budaya” dan “Visi Pembangunan
Ekonomi dan Tata Kelola”. Seminar diteruskan dengan “Dialog Karya
Pengembangan Solidaritas Tanpa Sekat” dengan lembaga nonpemerintahan.
Para nara sumber diharapkan untuk menyampaikan ide-ide mereka
dalam menggagas peta jalan menuju Indonesia yang dicita-citakan.
Mereka, antara lain, tokoh senior H. Jusuf Kalla (pembicara kunci),
cendekiawan muda Yudi Latif, dan ekonom Antonius Prasetyantoko.
Ikatan Sarjana Katolik Indonesia berdiri pada 22 Mei 1958 di Jakarta—
kini memiliki sekitar 60 Koordinator Daerah dan Basis di seluruh
Indonesia. Organisasi ini tergabung dalam International Catholic
Movement for Intellectual and Cultural Affairs (ICMICA) - PAX
ROMANA yang merupakan wadah organisasi para sarjana dan
cendekia Katolik di seluruh dunia. ICMICA - Pax Romana, adalah
Consultative Member of UN Commission for Human Right.
Kepada seluruh rekan-rekan media, kami persilahkan menyiarkan rilis
ini seturut kebijakan redaksionalnya masing-masing. Sekiranya rekanrekan memerlukan tambahan informasi lebih jauh mengenai Rapimnas
mau pun detail acaranya, silakan menghubungi perwakilan sekretariat
kami yang ada di bagian bawah email ini.
Terimakasih untuk perhatian, dan bantuannya.
Salam kami,
 Muliawan Margadana
Ketua Presidium Pusat (DPP)
Ikatan Sarjana Katolik Indonesia
Kontak: 0811 875 572
 Kikin Tarigan
Sekretaris Jenderal Presidium Pusat (DPP)
Ikatan Sarjana Katolik Indonesia
Kontak: 0811 680 175
 Josep Janz
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD)
Ikatan Sarjana Katolik Indonesia
Sulawesi Selatan
Kontak: 0819 411 8079
Download