PROPOSAL KULIAH LAPANGAN “ TIPOLOGI MASYARAKAT DESA SUMBER PANG KIDUL” SEMESTER GENAP 2014 Oleh: 1. Chaterina Ervita P (135120107111029) 2. Lia Anggraeni (135120101111047) 3. Muhammad Faris (135120101111023) 4. Nisfal Desmianda (135120101111059) 5. Rendi Irfan P (135120101111027) 6. Zeniarti (130120107111007) 7. Zulfa Nuraini (135120107111037) PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLTIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Manusia secara umum disebut sebagai makhluk sosial, artinya setiap individu tidak ada yang dapat hidup tanpa individu lain. Karena itu setiap individu perlu berinteraksi dengan individu lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai makhluk sosial. Interaksi yang dibangun oleh individu-individu itulah yang menjadi faktor terbentuknya masyarakat. Dalam sebuah masyarakat terdapat kebudayaan yang berkembang secara alami. Karena masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan saling berinterksi sehingga menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian hampir dapat dipastikan tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan. Budaya yang dimaksud adalah hasil karya manusia yang menjadi kebiasaan dan memunculkan suatu tradisi. Dimana kebiasaan itu secara tidak langsung menimbulkan interaksi karena adanya dorongan dari diri sendiri yang memunculkan rasa solidaritas antar masyarakat. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.1 Oleh karena itu, tindakan manusia termasuk dalam kebudayaan, karena tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat didasarkan pada naluri maupun refleks. Seperti misalnya cara berjalan, makan, berbicara seseorang bisa berubah dari suatu waktu atau terombak karena tindakan kebudayaan. Adapun juga kebudayaan berasal dari bahasa asing, yaitu colere yang berarti mengolah, mengerjakan.2 Dari situ, dapat dicontohkan kebudayaan gotong royong yang dimana masyarakat ikut berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong entah itu mengerjakan bangunan ataupun mengolah SDA di suatu kelompok. Dalam proses gotong royong akan membutuhkan interaksi 1 Koentjaraningrat, Pengantar ilmu antropologi, 1990: 180 2 Koentjaraningrat, Pengantar ilmu antropologi, 1990: 182 antar anggotanya. Interaksi dalam kegiatan gotong-royong ini timbul karena dorongan dari diri masing-masing anggota masyarakat, maksudnya yaitu dorongan seperti seorang anggota yang melihat anggota lainnya sedang menolong, maka anggota lainya akan mempunyai dorongan dalam dirinya untuk ikut membantu anggota yang lainnya, begitu pula yang terjadi pada diri setiap anggota tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebudayaan yang ada dalam masyarakat dapat memunculkan rasa solidaritas diantara masyarakat maupun suatu kelompok tersebut. Solidaritas menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin menentukan tipologi masyarakat di Dusun Sumber Pang Kidul, Desa Sumbersuko, Kecamatan Wagir, Kabupaten malang menurut teori Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Menurut Emile durkheimmasyarakat dibagi menjadi dua yaitu masyarakat organis dan masyarakat mekanis dan Menurut teori Ferdinand Tonnies, masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu gemeinschaft dan gesselschaft. Dalam masyarakat organis sifatnya cenderung individualis dan heterogen. Jika disangkutpautkan dengan kebudayaan, masyarakat organis cenderung bersolidaritas rendah karena mereka tidak terlalu peduli apa yang menjadi urusan bersama. Sedangkan dalam masyarakat mekanis, masyarakat cenderung homogen dan memiliki solidaritas yang tinggi karena mereka mempunyai dorongan yang kuat dari diri sendiri untuk ikut serta dalam kebudayaan yang menjadi identitas dalam wilayah tersebut. Dalam masyarakat gemeinschaft menurut Tonnies, masyarakat tersebut didasarkan pada ikatan darah, tempat tinggal dan pikiran yang sama. Dalam kebudayaan yang ada dalam suatu wilayah terjadi suatu keterikatan yang kuat antara ikatan darah, tempat tinggal dan pikiran yang sama, jadi mau tidak mau dorongan untuk saling bersolidaritas terjadi secara alami.Pada masyarakat Gesselschaft, keikutsertaan mereka pada kebudayaan dalam suatu wilayah terjadi karena adanya suatu perjanjian. 1.2 Rumusan Masalah Dalam proposal ini, diajukan dua masalah sebagai bahan untuk mengidentifikasi dan menganalisis dengan tujuan penentuan tipe masyarakat. 1. Bagaimana tingkat solidaritas sosial masyarakat di desa Sumber Pang Kidul? 2. Bagaimana perubahan sosial masyarakat di Desa Sumber Pang Kidul? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mentipologikan masyarakat, terutama di Desa Sumber Pang Kidul. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, untuk mengembangkan kemampuan mengamati dan sebagai penerapan berbagai teori yang sudah dipelajari selama dalam masa perkuliahan. 2. Agar masyarakat umum dapat mengetahui tentang tipe-tipe masyarakat pedesaan. 3. menambah wawasan pembaca terhadap perilaku masyarakat setelah di tipologikan, penelitian ini juga bermanfaat sebagai kajian sosial. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Airlangga yang berjudul “ Tipologi Sosial Desa Wonosalam “ tahun 2012.3 Hasil penelitian tersebut memfokuskan pada teori Durkheim yaitu membagi dua kelompok masyarakat ke dalam solidaritas mekanis dan organis. Penelitian ini menyimpulkan tipe masyarakat Desa Wonosalam adalah solidaritas mekanis. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat Desa Panglungan yang saling mengenal satu sama lain dengan tujuan bersilaturahmi antar tetangga. Solidaritas mekanis yang terlihat dari masyarakat ini dapat dilihat dari tingginya tingkat kepedulian masyarakat yang saling membantu apabila ada tetangga yang sakit, meninggal, dan terkena musibah dan bantuan tersebut kebanyakan berupa uang dan tenaga. Solidaritas lain yang mereka tunjukan yaitu dengan membantu jika ada anggota masyarakat lain bila sedang ada hajatan seperti hajatan manten, hajatan sunatan dan lain-lain. Untuk hajatan seperti itu mereka biasanya memberikan sumbangan berupa uang, beras, gula, mie dan barang (kado). No Kategori Frekuensi % 1. Rendah 0 0 2. Sedang 8 8 3. Tinggi 92 92 100 100 Jumlah ( Tingkat Solidaritas Sosial Masyarakat Desa Wonosalam ) Selain menggunakan teori dari Durkheim, penelitian ini juga menggunakan teori dari Tonnis. Dimana teori Tonnis ini tipe masyarakat dibagi 3 Penelitian kelompok 3 fisip Unair, Rizka Ramadhani, dkk, diakses pada tanggal 04/04/2014, pukul 11.50 wib menjadi dua yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft. Berdasarkan tingkat solidaritas sosial dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Wonosalam masuk ke dalam tipe Gemeinschaft. Terlihat dari kepentingan bersama lebih diutamakan ketika tetangga mengalami musibah. Selain itu juga terlihat dari kepercayaan tertentu secara turun menurun yang dikuasai masyarakat setempat. Dengan melihat hasil dari penelitian yang telah dilakukan ini maka dapat disimpulkan bahwa tradisi dan kebudayaan yang dilakukan masyarakat Desa Panglungan masih tergolong masyarakat tradisional. Hal ini dapat dilihat dari masih terpeliharanya sebagian besar tradisi masyarakat setempat antara lain upacara kehamilan, upacara kelahiran, upacara pengantin, upacara kematian masih sangat terpelihara dan tetapdilaksanakan guna menjaga tradisi yang merupakan warisan dari leluhur mereka. Selain itu alasan masyarakat desa Panglungan masih menjaga tradisi yang ada adalah untuk mendapat barokah dan keselamatan atau dengan kata lain untuk menolak dan menghindar dari mala petaka oleh suatu kekuatan yang mengendalikan alam ini. Selain itu dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa Panglungan tergolong dalam tipe masyarakat Gemeinschaft. Kesamaa penelittian kami dengan penelitian desa wonosalam adalah kami juga menggunakan metode kuantitatif untuk mengukur tipologi masyarakat desa sumberpang kidul. Dengan menggunakan kuisioner dan wawancara sebagai instrumen penelitian, kami akan mendapatkan data kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengukur typologi masyarakat desa sumberpang kidul. 2.2 Landasan Teori 2.2.1Teori menurut emile durkheim a. Solidaritas mekanis solidaritas yang muncul pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok. Biasanya disebut dengan masyarakat pedesaan, karena masyarakat pedesaan identik dengan kesamaan. Ciri-ciri solidaritas mekanik adalah solidaritas yang merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas kesamaan, kepercayaan dan adat bersama. Disebut dengan mekanik itu karena orang yang hidup dalam unit keluarga suku atau kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok-kelompok lain. b. Solidaritas organik solidaritas yang mengikat masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan antar anggota. Biasanya terdapat pada masyarakat perkotaan. Yang artinya suatu keberadaan. Solidaritas organik terjadi karena masing-masing memunculkan adanya suatu perbedaan. Tetapi perbedaan tersebut saling berinteraksi dan membentuk suatu ikatan yang sifatnya tergantung. Solidaritas organik prinsipnya yaitu bahwa setiap individu dan individu lain itu sangat tergantung dalam artian tidak bisa lepas. Ciri-ciri solidaritas organik adalah menguraikan tatanan sosial berdasarkan perbedaan individual diantara rakyat, yang merupakan ciri dari masyarakat modern, khususnya yaitu daerah perkotaan. Bersandar pada pembagian kerja yang rumit dan didalamnya orang terspesialisasi dalam pekerjaan yang berbeda-beda. 2.2.2 teori menurut Ferdinand tonnies a. masyarakat paguyuban (gemeinschaft) Sebagai sesuatu yang kontras, menandakan terhadap perubahan yang berkembang, berperilaku rasional dalam suatu individu dalam kesehariannya, hubungan individu yang bersifat superficial (lemah, rendah, dangkal), tidak menyangkut orang tertentu, dan sering kali antar individu tak mengenal, seperti tergambar dalam dalam berkurangnya peran dan bagian dalam tataran nilai, latar belakang, norma dan sikap, bahkan peran pekerja tidak terakomodasi dengan baik seiring dengan bertambahnya arus urbanisasi dan migrasi juga mobilisasi.4 Cirri-ciri masyarakat gemeinschaft 1. Kehendak bersama lebih dominan 2. Mengedepankan anggota lebih keseluruhan 3. Kepentingan bersama lebih mengedepankan b. masyarakat patembayan (Gesellschaft) Patembayan (Gesellschaft) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk patembayan terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik misalnya ikatan antarpedagang, organisasi pegawai dalam suatu pabrik atau industri. Bentuk organisasi sosial ini adalah yang paling cocok untuk menjelaskan penerapan teori penetrasi sosial, dimana hubungan timbal balik, percampuran berbagai kepentingan pribadi atau kelompok sangat mendasari terbentuknya hubungan. Cirri-ciri masyarakat gesselschaft 1. kehendak indivdu lebih dominan. 2. Kepentingan pribadi lebih mengedepankan 3. Mengedepankan individu sebagai keseluruhan5 4 http://nurhidayati494.wordpress.com/2014/03/01masyarakat-menurut-emile-durkheim-dan- ferdinand-tonnies, diakses tanggal 30 pukul 14:30 wib 5 http://lydianatalia72.blogspot.com/2011/01/gemeinschaft-dan-gesellschaft-menurut.html, tanggal 30, waktu 16:55 wib 2.3 Definisi Konseptual 2.3.1 Kebudayaan Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.6 Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.7 Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu:8 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ideide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama diatas merupakan wujud yang ideal. Maksudnya sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto karena wujud pertama berada dalam pikiran masyarakat. Ide-ide dan gagasan manusia berasal dari dalam diri masyarakat tersebut, karena ide dan gagasan akan memberi jiwa di dalam suatu masyarakat. Gagasan ini tidak lepas satu sama lain karena gagasan ini saling berkaitan menjadi suatu sistem.Dalam bahasa indonesia 6 Koentjaraningrat dalam Abdulsyani, Sosiologi sistematika, teori dan terapan, 2007: 45 7 Koentjaraningrat, Pengantar ilmu antropologi, 1990: 180 8 Koentjaraningrat, Pengantar ilmu antropologi, 1990: 186-187 terdapat juga istilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat, atau adat-istiadat untuk bentuk jamaknya.9 Wujud kedua dari kebudayaan disebut sistem sosial. Sistem sosial disini yang dimaksud adalah suatu sistem tindakan yang berpola dari suatu masyarakat. Sistem sosial ini contohnya rangkaian aktivitas dalam masyarakat seperti gotong royong yang berinteraksi. Rangkaian aktivitas akan membuat pola-pola yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Sistem sosial ini bersifat konkret karena dapat difoto, diobservasi dan terjadi dalam kegiatan sehari-hari. Wujud ketiga dalam kebudayaan adalah wujud fisik. Wujud fisik inilah yang sifatnya paling konkret karena berupa seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia.10 2.3.2 Masyarakat Auguste Comte mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri.11 Dalam masyarakat, suatu kelompok yang memiliki unsur dan berhubungan antara satu dengan lainnya tidak luput dari interaksi. Unsur yang meliputi termasuk interaksi individu dengan individu lainnya sehingga terjadi keterikatan di dalam kelompok tersebut. Keterikatan itu dapat menentukan tingkat kesolidaritasan diantara masyarakat tersebut. Maksudnya adalah jika tingkat keterikatan rendah maka tingkat kesolidaritas pun juga rendah, begitu sebaliknya jika tingkat keterikatan tinggi maka tingkat kesolidaritasan pun juga tinggi. Jika 9 Koentjaraningrat, Pengantar ilmu antropologi, 1990: 187 10 Koentjaraningrat, Pengantar ilmu antropologi, 1990: 188 11 Auguste Comte dalam Abdulsyani, Sosiologi stematika, teori dan terapan, 2007: 30 keterikatan semakin kuat maka tingkat solidaritas semakin tinggi. Itu bisa kita jumpai di daerah pedesaan yang masih terbilang masyarakat mekanis. Dimana masyarakat mekanis itu masih kental terhadap kebudayaan bergotong royong yang dapat membuat masyarakat yang saling terikat satu sama lain sehingga terwujudlah solidaritas yang tinggi. 2.3.3 Solidaritas Masyarakat Menurut Durkheim, perubahan yang terjadi adalah karena adanya solidaritas yang didasarkan pada pembagian kerja12.Pembagian kerja sebagai salah satu unsur terpenting dalam solidaritas, karena dalam pembagian kerja tersebut masyarakat hidup saling bergantung dan berhubungan. Durkheim membagi solidaritas tersebut menjadi dua macam, yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Solidaritas mekanis didasarkan atas persamaan. Ciri masyarakat dengan solidaritas mekanis ini ditandai dengan adanya kesadaran kolektif dimana mereka mempunyai kesadaran untuk hormat pada ketaatan karena nilai-nilai keagamaan masih sangat tinggi. Hukuman yang terjadi bersifat represif yang dibalas dengan penghinaan terhadap kesadaran kolektif sehingga memperkuat kekuatan diantara mereka. Pada solidaritas organis cirinya ditandai dengan kecenderungan masyarakat yang individualis. Dan juga masyarakat yang heterogen. Pembagian kerja pada masyarakat organis berdasarkan adanya perjanjian dan tujuan yang sama. 12 http://tutinayati.wordpress.com/2013/03/21/gagasan-integrasi-masyarakat-emile-durkheimsolidaritas-mekanis-dan-solidaritas-organis/, diakses 04/04/2014, pukul 11.45 Variabel Indikator Tingkat Kegiatan yang berlangsung - Jenis-jenis kegiatan Solidaritas Sosial di Desa - Intensitas kegiatan - Waktu kegiatan - Bentuk kepedulian Kepedulian terhadap Item tetangga masyarakat - Keadaan yang memunculkan kepedulian Kesadaran kolektif - Komunikasi antar tetangga - Ruang lingkup mengenal antar tetangga - Kepercayaan antar tetangga Sanksi Hukum - Bentuk penyimpangan - Sanksi yang diterapkan di desa Keterikatan terhadap tetangga - Ikatan darah 2.4 Kerangka Berfikir MASYARAKAT TINGKAT SOLIDARITAS IKATAN SOLIDARITAS KUAT IKATAN SOLIDARITAS LEMAH MASYARAKAT MEKANIS MASYARAKAT ORGANIS Masyarakat menurut Emile Durkheim terbagi menjadi 2, yaitu masyarakat mekanis dan organis. Masyarakat mekanis memiliki ikatan solidaritas yang kuat dengan ciri kesadaran kolektif yang kuat, hukum represif sangat dominan, dan tingkat individualisme rendah, berbeda jauh dengan masyarakat organis, dimanakesadaran kolektif lemah, hukum restitutif yang dominan individualitas tinggi, sehingga menyebabkan tingkat solidaritasnya rendah. dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel dengan perbandingan. menghubungkan Sedangkan metode variabel yang kuantitatif lain, adalah tanpa penelitian membuat dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data yang berbentuk kata, skema, dan gambar yang diangkakan. Dengan pengertian diatas maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengolah data. Data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik kemudian di interpretasi. Kami menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif karena dapat menentukan tipe-tipe masyarakat secara detail dengan menggunakan perbandingan angka. Karena dengan menggunakan angka akan terlihat tipe seperti apakah yang ada di masyarakat. Sehingga mempermudah dalam mengidentifikasi dan menganalisis rumusan masalah. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.13 Jadi populasi tidak terbatas pada sekelompok/kumpulan orang-orang, namun mengacu pada seluruh ukuran, hitungan, atau kualitas yang menjadi fokus perhatian suatu kajian. Suatu pengamatan atau survey terhadap 13 Nawawi, Metode penelitian sosial,2012: 150 seluruh anggota populasi disebut sensus. Populasi sering juga disebut universe atau sekelompok individu atau objek yang memiliki karakteristik yang sama, misalnya status sosial yang sama, atau objek lain yang mempunyai karakteristik sama seperti golongan darah. Populasi dalam penelitian ini adalah warga yang berdomisili di Desa Sumber Pang Kidul RT 20 dengan usia di atas 18 tahun sampai 50 tahun 3.2.2 sampel Sampel adalah sebagian, atau subset ( himpunan bagian) dari suatu populasi. Populasi dapat berisi data yang besar sekali jumlahnya, yang mengakibatkan tidak mungkin atau sulit untuk dilakukan pengkajian terhadap seluruh data tersebut, sehingga pengkajian dilakukan terhadap sampelnya saja. Namun jika pengambilan sampel dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah, maka biasanya sangat mudah diperoleh hasil-hasil sampel yang cukup akurat untuk menggambarkan populasi yang dilakukan dalam kajian yang dilakukan. Sampel dalam penelitian ini adalah 41 penduduk dengan menggunakan rumus random sampling. 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi.14 Disini peneliti menggunakan teknik random sampling. Teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.15 14 15 Nawawi, Metode penelitian bidang sosial, 2012: 161 Nawawi, Metode penelitian bidang sosial, 2012: 162 Random sampling yang juga diberi istilah pengambilan sampel secara rambang atau acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih atau tanpa pandang bulu, didasarkan atas prinsip-prinsip matematika yang telah diuji dalam praktek. Karenanya dipandang paling baik dalam penelitian. Rumus Random Sampling : 𝑛= N [1 + N(d)2 Keterangan : n : Besar sampel N : Besar populasi d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan ( 0,5 ) 3.4 Metode pengumpulan data Disini peneliti menggunakan sumber data langsung (Primer) langsung dari narasumber, maka dari itu kami menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian untuk pengumpulan data. 3.4.1 Kuisioner Kuisioner adalah teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang diisi oleh responden sendiri.16 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma sekaran (dalam sugiyono 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain : 16 Muslimin, Metode penelitian di bidang sosial, 2002: 20 - Harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban jika isi pertanyaan ditujukan untuk pengukuran - Bahasa harus disesuaikan dengan kemampuan responden (tidak menggunakan bahasa/istilah yang sulit yang tidak dipahami oleh responden) - Tipe dan pertanyaan bila menggunakan angket tertutup maka jawabannya pilihan bila menggunakan angket terbuka maka menggunakan pertanyaaan bebas. 3.4.2 Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi maupun pendirian responden secara lisan dan tatap muka antara pewawancara dengan responden.17 Jenis teknik wawancara ini dapat dibedakan atas wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur.18 1. Wawancara berstruktur Yang dimaksud dengan teknik wawancara berstruktur adalah suatu wawancara yang dilakukan berdasarkan kuisioner. Kuisioner digunakan pewawancara untuk mengkomunikasikan pertanyaanpertanyaan sebagaimana yang tertera dalam kuisioner tersebut. 2. Wawancara tidak berstruktur Yang dimaksud dengan teknik wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang berisi pokok-pokok mengenai hal yang akan ditanyakan pada waktu wawancara berlangsung. Pedoman atau catatan tersebut biasanya disebut pedoman wawancara. Pedoman yang digunakan dalam teknik wawancara tidak berstruktur tidak mencantumkan pertanyaan-pertanyaan lebih terperinci sebagaimana halnya kuisioner yang digunakan pada teknik wawncara berstruktur. 17 Muslimin, metode penelitian di bidang sosial, 2002: 20 18 Muslimin, metode penelitian di bidang sosial, 2002, 21