ABSTRAK Bidang kelautan adalah bidang yang sangat strategis

advertisement
ABSTRAK
Bidang kelautan adalah bidang yang sangat strategis bagi Indonesia yang
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, karena selama ini telah memberikan
sumbangan yang sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional, , antara lain
berupa penyediaan bahan kebutuhan dasar, peningkatan pendapatan masyarakat,
kesempatan kerja, perolehan devisa dan pembangunan daerah. Dengan demikian
kelautan sesungguhnya memiliki keunggulan dalam kiprah pembangunan nasional di
masa depan
Pemberlakuan asas Cabotage yang tertuang dalam Undang-Undang
No.
17 tahun 2008 tentang Pelayaran merupakan hal yang urgen bagi perkembangan dan
kemandirian angkutan laut nasional, keberadaan asas Cabotage ini merupakan
pemberdyaan angkutan laut nasional dalam kegiatan angkutan laut domestik.
Sehingga menutup kemungkinan bagi angkutan laut asing untuk melakukan kegiatan
didalam wilayah perairan Indonesia (antarpulau/antarpelabuhan). Pengaturan tentang
asas Cabotage diatur dalam bab tentang Angkutan di Perairan. Dalam
pelaksanaannya, mengenai angkutan di perairan ini dibuat Peraturan Pemerintah
tersendiri yang mengatur lebih teknis tentang kegiatan-kegiatan angkutan laut dalam
negeri yang merupakan kegiatan angkutan barang dan/atau penumpang serta kegiatan
lainnya yang mengatur tentang kegiatan migas dan lepas pantai. Namun Peraturan
Pemerintah ini dilakukan perubahan melihat ketidaksiapan armada angkutan laut
nasional pada kegiatan migas dan lepas pantai. Sehingga pada kegiatan tersebut
angkutan laut asing masih diperbolehkan beroperasi, namun pada pelaksanaannya di
berlakukan perizinan yang ketat yang diatur pada Peraturan Menteri Perhubungan
serta diberikan jangka waktu beroperasinya sampai dengan tahun 2015. Diharapkan
pada waktu tersebut angkutan laut nasional sudah siap melayani kegitan migas daan
lepas pantai tersebut.
Implikasi pemberlakuan asas Cabotage bagi angkutan laut nasional tentu
membawa dampak bagi perkembangan jumlah armada angkutan laut serta
peningkatan pangsa muatan yang dilayani. Dengan demikian hal ini akan berdampak
pada pemasukan negara dibidang perpajakan dan menyerap tenaga kerja, peningkatan
produktivitas industri galangan kapal serta menjaga kedaulatan bangsa dan negara
dibidang pertahanan dan keamanan. Hal-hal tersebut merupakan dampak positif yang
dirasakan dalam pemberlakuan asas Cabotage. Pemberlakuan asas ini juga
mempunyai potensi dampak negatif, kegiatan migas dan lepas pantai akan terganggu
jika angkutan lut nasional tidak mempersiapkan diri untuk dapat melayani kegiatan
tersebut, hal ini akan sangat berdampak pada perekonomian nasional Indonesia.
pengoperasian kapal asing dibidang ini juga akan menghilangkan devisa negara,
karena kegiatan dibidang ini tidak dilakukan oleh stake holder dari anak bangsa
sendiri. Dengan demikian dukungan dari pemerintah agar dapat membuat kebijakan
untuk memberikan talangan dana sangat diharapkan oleh perusahaan angkutan laut
nasional. Karena mahalnya harga kapal serta keberadaannya yang masih langka
menyulitkan angkutan laut nasional unttuk memiliki armada kapal jenis ini.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perdagangan jasa, Indonesia merupakan anggota dari organisasi
perdagangan dunia (WTO) yang dalam prinsipnya menganut liberalisasi bertahap
untuk menuju era perdagangan bebas. Pengaturan mengenai asas Cabotage
merupakan bagian dari prinsip yang diatur dalam WTO/GATS tentang domestic
regulation. Dengan demikian pemberlakuan asas Cabotage tetap sejalan dengan
prinsip liberalisasi jasa yang diatur dalam WTO/GATS, karena WTO/GATS tetap
mengakui eksistensi kedaulatan negara anggotanya. Apalagi Indonesia sampai dengan
saat ini belum mendaftarkan komitmennya yang dituangkan dalam Schedule of
Commitments (SOC) pada bidang jasa angkutan laut. Pemberlakuan asas Cabotage
di harapkan dapat membentuk suatu sistem pelayaran nasional Indonesia yang
mandiri dan tangguh dalam menyongsong era perdagangan bebas yang tanpa batas.
Kata kunci : Asas Cabotage, UU No. 17 Tahun 2008, Angkutan Laut Nasional, WTO
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Maritime is a very strategic sector for Indonesia which constitutes the largest
archipelagic country in the world. This sector has so far given the valuable
contributions for the success of national development such as providing the basic
needs, increasing the people’s incomes, job opportunities, incomes for country, and
regional developments. Therefore, it is not an exaggeration that the Maritime Sector
has actually become an excellent point in our national development in the future.
The enforcement of Cabotage system stipulated in the Law No. 17 year 2008
regarding with Shipping constitutes the urgent and significant issue for the
development and self-empowerment of our national sea-transportations since this
cabotage system is aimed to empower the existence of national sea-transportation in
domestic sea-transportation activities in order to prevent and stop any possibilities
for the foreign sea-transportations to conduct any activities in the Sea Territory of
Indonesia (inter land and inter port). Stipulation of Cabotage system is described in
the Chapter of Sea Transportation. With regard to the implementation of the sea
transportation, it has been technically stipulated and described seperately in
Government Regulation consisting more detailed and specific stipulation concerning
with daily transportation of goods and / or passengers and also other kinds of seaactivities in the sector of petroleum-gas and off-shore. However, considering that our
national armada of sea transportaions are still in uncertain and unready conditions
for activities and services in the sector of petroleum-gas and off-shore, such
Government Regulation had then been amended which has allowed the foreign seatransportation to operate under the strict Regulation of Minister of Trandsportation
and Communication Affairs concerning with licenses, clearance, and other legal
documentation and limit the operational period until 2015. Hopefully, our national
armada for the sea transportation will be in ready and more capable conditions to
handle the activities of petroleum-gas and off-shore.
Implication of Cabotage System for national sea-transportation has certainly
brought about impacts in the increasing of the quantity of sea-transportation armada
and in the improvement and development of the object-markets being served. This
way, it will also impact for national income of the country in the sector of taxation
and manpower, increasing of productivity of shipyard industry and maintaining the
unity and the authority of our nation and country (national defense). These facts
constitute the possitive impacts that we have achieved in the enforcement and
imposing of Cabotage system. However, this imposing of cabotage system has also
the negative side where there might be a disturbance and interference from outside in
the sector of petroleum-gas and off-shore activities if our national armada of seatransportations are not well-prepared to handle this sector. This will have a strong
effect towards the national economy. The operations of foreign ships in this sector
will also deduce the national income since these activities are not conducted by the
stake-holders of our own country. Therefore, support from Government to enforce the
Universitas Sumatera Utara
policy of providing loan / fund is highly expected by national shipping / forwarding
companies because of the high cost of ships and the rare produce of these kinds of
ships make the armada owners difficult to purchase.
In case of business of services, Indonesia is the member of World Trade
organization which adopts the principle of step-by-step liberalization to prepare
going on free trade era. Stipulation concerning with the Cabotage System constitutes
part of principles stipulated in WTO / GATS regarding with domestic regulation.
Thus, the imposing of Canotage system still corresponds to principles of
liberalization in servicing business stipulated in WTO / GATS since WTO / GATS
keeps accepting and confessing the existences of national authorizations of its coutrymembers. Especially, Indonesia has so far not submitted its commitments yet which
will be included in Schedule of Commitments (SOC) in the sector of seatransportation services. The imposing of Cabotage system is highly expected to
establish a system of self-empowerment and tough Indonesian national shipping in
welcoming and participating a free trade era which is intolerant with limitation and
restriction as well.
Key words: The principle of Cabotage, Law no. 17 In 2008, the National Marine
Transport, WTO
Universitas Sumatera Utara
Download