eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada Majalah Berita Mingguan Tempo Rossie Sekar Ashri1, H. Dede Mulkan2, H. Henny Sri Mulyani3 Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Corresponding Author: [email protected] ABSTRACT The object of this research is the phenomenon of discourse in the writings of the New Consumer Class feature on the issue of the weekly magazine Tempo 20 to 26 February 2012. The research objective was to determine how Tempo featuring special coverage of the news discourse on the text level, the level of social cognition, and social context level. Repose, this research uses qualitative research methodology with the study of critical discourse analysis Teun A. Van Dijk.The results of this study indicate that Tempo provides a view to lifting the main topic of the class to criticize the New Consumer behavior changes. Tempo showed a strong defense against the state, especially in terms of economic growth. Tempo also thinks the government is not wise, because of their stuttering in providing public facilities, thereby encouraging the middle class provides its own infrastructure. By implication, the gap between lower-class who can only depend on the state. The writer suggested Tempo to be more open in conveying attitudes and ideas of events or cases raised in a particular coverage, especially if the case raised a lot of interest to society, despite the fact that attitudes and opinions must be tangent to the attitude of the government. Keyword: Fikom Unpad, Analisis Wacana Kritis, Teun A. van Dijk, Kelas Konsumen Menengah 1 Penulis Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping 2 Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 1 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) Pendahuluan Perilaku hedonisme dan konsumtif telah merekat pada kehidupan kita. Pola hidup seperti ini sering kita jumpai di kalangan mahasiswa dan eksekutif muda. Dimana orientasinya diarahkan kenikmatan, kesenangan, serta kepuasan dalam mengkonsumsi barang secara berlebihan. Manusiawi memang ketika manusia hidup untuk mencari kesenangan dan kepuasan, karena itu merupakan sifat dasar manusia. Contohnya sekarang, segala macam media informasi merayu kita mengenai gaya hidup. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media informasi. Mereka berlomba-berlomba mengaktualisasikan dirinya untuk mencapai kepuasan dan apa yang mereka inginkan. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapainya. Salah satunya dengan mencari popularitas dan membelanjakan barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok. Pada kenyataannya pola kehidupan yang disajikan adalah hidup yang menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa didorong oleh hedonisme dan konsumenisme, sebuah konsep yang memandang bahwa tingkah laku manusia adalah mencari kesenangan dalam hidup dan mencapai kepuasan dalam membelanjakan kebutuhan yang berlebihan sesuai arus gaya hidup. Sedangkan bagi mereka yang ingin segera kelihatan sebagai anggota kelas konsumen baru, merasa harus kreatif menciptakan anak tangga untuk bisa mencapai ketinggian cita-cita mereka. Ada yang malah terlihat kampungan menggapai mimpi, tapi ada pula yang kelihatan normal. Lebih dari sekedar fenomena yang mengejutkan, satu hal yang kerap luput dari pengamatan: jumlah orang yang punya daya beli "lebih dari cukup" itu terus bertambah. Jika ukuran Bank Dunia yang dipakai, yakni bahwa kelompok ini adalah mereka yang pengeluaran per kapita per harinya US$ 2-20, maka terdapat sekurang-kurangnya 130 juta orang. Angka itu 56,5 persen dari total penduduk Indonesia. Padahal, tujuh tahun sebelumnya, jumlahnya hanya 37,7 persen 4. Banyak pendapat berbeda tentang definisi kelas menengah yang sedang mengalami pertumbuhan pada dua dekade ini. Berbeda dengan istilah “miskin” yang bisa didefinisikan berdasarkan kebutuhan kalori, tetapi tidak ada definisi standar mengenai kelas menengah. Borjuis dalam sosiologi dan ilmu politik menggambarkan berbagai kelompok di seluruh sejarah. Dalam dunia Barat, di antara akhir abad pertengahan dan saat sekarang, kaum borjuis adalah sebuah kelas sosial dari orang-orang yang dicirikan oleh kepemilikan modal dan kelakuan yang terkait dengan kepemilikan tersebut. Mereka adalah bagian dari kelas menengah atau kelas pedagang, dan mendapatkan kekuatan ekonomi dan sosial dari pekerjaan, pendidikan, dan kekayaan. Hal ini dibedakan dari kelas sosial yang kekuasaannya didapat dari lahir di dalam sebuah keluarga aristokrat pemilik tanah yang bergelar, yang diberikan hak feodal istimewa oleh raja / monarki. Kaum Borjuis 4 http://www.tempo.co/read/news/2012/02/20/090385073/Ledakan-Jumlah-Orang-Kaya-Baru-diIndonesia Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 2 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) muncul di kota-kota yang ada di akhir zaman feodal dan awal zaman modern, melalui kontrol perdagangan jarak jauh dan manufaktur kecil. Kata borjuis dan borju berasal dari bahasa Perancis, yang berarti penghuni-kota.5 Namun, kelas menengah juga dapat didefinisikan dengan cara lain. Secara historis, di Eropa feodal, kelas menengah merupakan kelompok yang berada di antara kaum tani dan kaum bangsawan. Dalam beberapa hal, karakteristik kaum kelas menengah berbeda dari masyarakat miskin. Perbedaan bisa dilihat dari gaya hidup, baik dalam cara memilih produk, menjalankan aktivitas, maupun dalam tingkat pendidikan. Selain lebih konsumtif dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, kelas menegah juga biasanya lebih produktif. Pasalnya, masyarakat kalangan kelas menengah juga cenderung lebih berpendidikan. Di sejumlah negara memperlihatkan makin baik keadaan ekonomi, makin baik juga tingkat pendidikan. Pendidikan kelas menengah lebih tinggi daripada masyarakat miskin. Tidak hanya memiliki gaya hidup yang cenderung gemar berbelanja, kalangan menegah juga dapat mempunyai produktivitas tinggi dalam bekerja. Mereka inilah yang menjadi sasaran bidik industri media massa hiburan, televisi dan aneka ragam talkshow, yakni orang-orang mapan yang naik ke dunia gemerlap di atas garis kenikmatan. Mereka harus diingatkan untuk memperkuat konsolidasi demokrasi Indonesia ke bawah dengan mengurangi ketimpangan ekonomi, menutup celah sosial dan budaya yang masih mencengkam lebih dari separuh penduduk Indonesia, termasuk 57 juta kelompok usia 15-35 tahun yang rentan kerawanan sosial politik. Kelas menengah Indonesia ini harus menghindar diri dari “perangkap negara menengah” di mana anggota masyarakat yang telah naik ke kelas menengah menjadi puas diri dan tidak peduli pada mereka yang masih tertinggal. Fenomena tersebut memiliki nilai berita yang tinggi, karena memiliki unsur kedekatan peristiwa dengan peta nasib bangsa Indonesia dan peran penting dalam kehidupan bernegara. Maka dari itu peneliti mengangkat kasus “Mereka yang Beranjak Kaya” ini sebagai objek penelitian dan memilih majalah Tempo sebagai media yang mengangkat fenomena ini di dalam pemberitaannya. Selain itu, Tempo juga merupakan satu-satunya media yang mengangkat kasus ini sebagai liputan khusus mereka dengan headline KELAS KONSUMEN BARU edisi 20 – 26 Februari 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Tempo memberitakan fenomena ini dalam liputan khusus edisi 20 – 26 Februari 2012. Pada titik inilah peneliti menganggap bahwa struktur teks, kognisi sosial dan konteks pembaca menarik untuk dikaji lebih dalam dan cara-cara atau ideologi Tempo saat mengkonstruksi fakta dalam suatu peristiwa. Hal ini menjadi penting, mengingat media massa mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi opini masyarakat. Dengan menelaah lebih 5 http://id.wikipedia.org/wiki/Borjuis Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 3 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) dalam tulisan yang diangkat oleh media, kita dapat menemukan sikap sebenarnya dari si pengelola media. Melalui penelitian ini diharapkan dapat pula diketahui bagaimana majalah mingguan Tempo menonjolkan atau menyingkirkan secara eksplisit ataupun implisit dalam liputan khususnya mengenai fenomena Kelas Konsumen Baru. Penelitian ini tidak hanya menelaah tingkat teks, namun juga kognisi sosial atau kesadaran diri pembuat teks atau wartawan dalam memandang permasalahan ini, serta konteks sosial yang berkembang terhadap masalah tersebut. Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan Teori Hegemoni Gramsci. Konsep hegemoni dipopulerkan ahli filsafat politik terkemuka italia, Antonio Gramsci. Melalui pemahaman teori hegemoni, Gramsci mengungkapkan suatu wacana dapat mendominasi idologi palsu atau cara pikir terhadap kondisi sebenarnya. Ideologi tidak disebabkan oleh sistem ekonomi saja, tetapi ditanamkan secara mendalam pada semua kegiatan masyarakat. Jadi, ideologi tidak dipaksakan oleh salah satu kelompok kepada yang lain, tetapi bersifat persuasif dan tidak sadar. Ideologi yang dominan menghidupkan minat golongan tertentu atas golongan lain, dan media jelas-jelas memainkan peran yang besar dalam proses ini. (Littlejohn 2009:433). Hegemoni lebih menekankan pada perilaku kelompok dominan. Bagaimana mereka memanfaatkan media sebagai alat untuk menyebarkan kepentingan kelompoknya atas teks yang disajikan media. Gramsci melihat media sebagai ruang dimana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebar ideologi penguasa, alat legitimasi, dan menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Dengan begitu, kedudukan media dipertanyakan, apakah media menjadi corong dari kepentingan tertentu? Apakah media ikut serta dalam pertarungan wacana? Apakah media sebagai pihak yang hanya mengawasi reproduksi wacana? Atau hanya sebagai penonton? Media memainkan perannya sebagai alat kontrol sosial, sekaligus alat untuk mengembangkan wacana kelompok dominan. Hegemoni yang dilakukan melalui media, berjalan dalam suatu proses atau cara kerja yang tampak wajar. Dalam produksi berita, proses itu terjadi melalui cara yang halus, sehingga apa yang terjadi dan diberitakan oleh media tampak sebagai suatu kebenaran, memang begitulah apa adanya, logis dan bernalar (common sense) dan semua orang menganggap itu sebagai suatu yang tidak perlu dipertanyakan. Dalam bahasa Stuart Hall, proses hegemoni itu sendiri bahkan menjadi ritual yang sering kali tidak disadari oleh wartawan. Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 4 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. lebih tepatnya lagi, telaah aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Kita menggunakan bahasa dalam kesinambungan atau untaian wacana. Dalam prose komunikasi, bahasa bukan sekedar sarana untuk dimuati pesan, tetapi juga memiliki arti yang teramat penting terhadap proses pemaknaan suatu peristiwa. Bahasa tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Seringkali teks menyembunyikan suatu bagian dan menonjolkan bagian yang lain. Ini merupakan strategi penulis teks untuk mengarahkan perhatian pembaca atau khalayak agar menginterpretasi realitas sama dengan interpretasi penulis teks. Menganalisis sebuah teks dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisis wacana. Model analisis ini membongkar teks sampai level yang terkecil, sehingga menunjukkan apa yang sebenarnya ingin disampaikan penulis lewat teksnya. Media massa adalah pembagi dan penukar pesan yang berisi nilai-nilai dan norma, ide yang mewakili pola pikir, pesan, dan tindakan masyarakat tertentu. Dalam penelitian ini, teks yang akan diteliti adalah berita mengenai fenomena Kelas Konsumen Baru dengan judul "Mereka yang Beranjak Kaya" pada liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo. Disitu akan terlihat bagaimana redaksi mengambil sikap atas topik yang dibahas. Penulis teks selain mewakili suara kelompoknya, ia juga memiliki kognisi yang akan mempengaruhi makna dari tulisannya. Oleh karena itu dipakai analisis wacana untuk membongkar makna yang ada dalam setiap proses bahasa; batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Penelitian mengenai wacana tidak bisa mengeksklusif seakan-akan teks adalah bidang yang kosong, sebaliknya teks merupakan bagian kecil dari struktur besar masyarakat. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Karena memakai perspektif kritis, analisis wacana kategori ini disebut juga dengan analisis wacana kritis (critical discourse analysis). Wacana dilihat bukan hanya dari struktur, tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Proses produksi wacana itu menyertakan suatu proses yang disebut kognisi sosial. Menurut van Djik (dalam Eriyanto, 2001:221), penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atau teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang juga harus diamati. Penelitian ini juga harus melihat struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 5 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) Pada penelitian ini data dikumpulkan melalui beberapa teknik pengumpulan data, antara lain : Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Critical Linguistic Critical Linguistic dilakukan dengan menganalisis teks yang digunakan Tempo dalam membentuk representasi usaha pemerintah untuk menurunkan harga beras dalam dua tajuknya. Berikut diuraikan satu per satu elemen wacana van Dijk. 2. Wawancara Mendalam Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu wawancara mendalam dengan redaktur atau penulis. Hal tersebut dilakukan agar peneliti bisa mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan objek penelitian. 3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi dilakukan dengan cara menghimpun data mengenai fenomena Kelas Konsumen baru dalam liputan khusus Tempo. Studi dokumentasi terhadap liputan khusus Tempo dilakukan dengan cara menganalisis teks. Analisis ini didukung oleh data-data yang didapat dari berbagai berita, buku, maupun artikel. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada tabel berikut ini: Kerangka Analisis Wacana Kritis Model Teun A. van Dijk STRUKTUR METODE Critical linguistics (kritik terhadap bahasa) Teks Menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu. Wawancara mendalam Kognisi Sosial Menganalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis. Studi pustaka, penelusuran sejarah. Analisis Sosial Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan. Sumber: Eriyanto, 2005:275 Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 6 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif yang pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Ada empat dasar penyusunan teori dalam penelitian kualitatif yakni pendekatan fenomenologik, pendekatan interaksi simbolik, pendekataan kebudayaan dan pendekatan etnometodologik. Ciri-ciri dominan penelitian kualitatif adalah sumber data langsung berupa tata situasi alami dan peneliti adalah instrumen kunci, bersifat deskriptif data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambar-gambar dan kebanyakan bukan angka-angka, kalau pun ada sifatnya hanya sebagai penunjang, lebih menekankan pada makna proses ketimbang hasil, analisa data bersifat induktif dan makna merupakan perhatian utama dalam dalam pendekatan penelitian. Penelitian kualitatif lebih bersifat ilmiah karena dapat memenuhi persyaratan ilmiah. Penelitian ini berdasar atas dasar positivisme. Positivisme berpendirian, bahwa kebenaran hanya satu, sama bagi semua orang dan dapat diperoleh dari lingkungan. Peneliti itu objektif, terpisah dari dunia yang diamatinya serta bebas-nilai. Dalam garis besarnya positivisme lebih cenderung mempelajari permukaan masalah, atomistik, mencari generalisasi dan deterministik, sedangkan post-positivisme lebih mendalam penelitiannya, holistik, mencari makna dan spekulatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis wacana. Analisis wacana adalah istilah umum dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi yang besar dari berbagai definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa. Peneliti juga memilih analisi wacana kritis yang dikembangkan oleh Teun A. van Dijk. Alasannya karena Analisis wacana yang dikembangkan oleh van Djik merupakan elaborasi dari model lainnya. Selain itu van Dijk menambahkan elemen kognisi sosial pada model analisisnya, sebab penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Proses produksi tersebut melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Selain itu, konteks sosial, dalam suatu masyarakat dapat mempengaruhi suatu pemberitaan. Wacana yang dikembangkan van Djik digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis van Djik adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam suatu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada tingkat kognisi individu dari wartawan, serta aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat mengenai suatu masalah (Eriyanto, 2005 ; 224). Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 7 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) Model analisinya dapat digambarkan sebagai berikut : Model Analisis Wacana Teun A van Dijk Teks Kognisi Sosial Konteks Sumber : Eriyanto, 2001:225 Untuk kalangan kritis (critical), bahasa dipandang sebagai alat perjuangan kelas. Makna dalam hal ini tidak ditentukan oleh struktur realitas, melainkan oleh kondisi ketika pemaknaan dilakukan melalui praktek sosial, dimana terdapat peluang yang sangat besar bagi terjadinya pertarungan kelas dan ideologi. Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika tertentu oleh media dipahami van Djik sebagai bagian dari strategi wartawan. Bila digambarkan bagaimana media mengungkapkan peristiwa kedalam pilihan bahasa, bisa dilihat dari tiga struktur. Pertama, struktur makro yang mencakup makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Kedua, superstruktur. Struktur ini merupakan kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Yang ketiga, struktur mikro. Disini dapat dilihat makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kaliamat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Hasil dan Pembahasan Dengan menggunakan metode analisis wacana kritis model Teun A van Dijk, penelitian ini mencoba menguraikan bagaimana Tempo menampilkan liputan khusus mengenai fenomena Kelas Konsumen Baru pada level teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 8 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) 1. Analisis Wacana pada Liputan Khusus Tempo tentang Fenomena Kelas Konsumen Baru pada Level Teks Penelitian pada tingkat teks dapat dilakukan dengan melihat tiga struktur teks, yakni: a. Struktur Makro Dalam penelitian ini difokuskan pada tematik. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis elemen topik yang diangkat pada liputan khusus yang menjadi objek penelitian. Secara umum topik utama yang ditampilkan liputan khusus Tempo, berjudul : ”Mereka yang Beranjak Kaya” adalah mengenai perubahan perilaku, dimana sesuatu yang bisa bagus, bisa juga buruk, hal tersebut diungkapkan penulis melalui suatu analisis yang dapat mendukung gagasan penulis. b. Superstruktur Dalam penelitian ini difokuskan pada skematik. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis bagian dan urutan yang diskemakan dari liputan khusus yang diteliti. Dalam kesimpulanya, jelas Tempo tidak menunjukan sikap keberpihakannya atas ”Mereka yang Beranjak Kaya”, dan sama sekali tidak setuju jika pertumbuhan kelompok kelas atas ini tidak mampu memacu kemajuan ekonomi seperti negara-negara yang telah maju sebelumnya, sementara jumlah kelompok tersebut terus bertambah kian pesat per tahunnya. c. Struktur Mikro Dalam penelitian ini terdapat empat unsur yang menjadi fokus analisis dalam penelitian ini. Keempat unsur tersebut yakni: 1. Semantik Pada tingkat ini penelitian dilakukan untuk mengungkap makna yang ditekankan dalam liputan khusus yang diteliti. Unsur semantik dapat dilihat dengan menganalisis lima elemen, yakni latar, detail, maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Dalam penelitian ini hanya empat elemen yang akan diteliti, yakni latar, detail, maksud dan praanggapan sebab keempat elemen tersebut dinilai cukup menggambarkan makna yang akan ditekankan. 2. Sintaksis Penelitian ini untuk mengetahui penggambaran pelaku dalam liputan khusus yang diteliti. Unsur sintaksis dapat dilihat dengan menganalisis kalimat yang dipilih berdasarkan tiga elemen, yakni bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dua elemen, yakni koherensi dan kata ganti, sebab kedua elemen ini dapat mewakili unsur sintaksis yang terdapat dalam kedua objek penelitian ini. 3. Stilistik Penelitian ini untuk mengetahui penekanan yang diberikan penulis liputan khusus dalam memaknai sebuah peristiwa. Unsur stilistik dapat ditemukan pada penggunaan elemen leksikon (pemilihan kata). Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 9 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) 4. Retoris Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penekanan yang dilakukan dalam liputan khusus yang diteliti. Penekanan ini dilakukan dengan menganalisis tiga elemen retoris, yakni grafis, metafora, dan ekspresi. Dalam penelitian ini hanya dua elemen yang digunakan, yakni grafis dan metafora, sebab kedua elemen tersebut terlihat dalam liputan khusus yang diteliti. Latar peristiwa ditampilkan penulis berjudul ”Mereka yang Beranjak Kaya” adalah perubahan perilaku konsumtif masyarakat Indonesia. Penulis dalam detil-detilnya mencoba mengungkapkan analisis mengenai bagaimana perilaku konsumsi kelompok-kelompok ’lebih dari cukup’ ini. Maksud yang ingin ditonjolkan adalah gambaran mengenai sekelompok orang dengan kemampuan ekonomi yang telah melampaui pemenuhan kebutuhan pokok. Pada liputan khusus ini terdapat beberapa pernyataan yang dijadikan (presupposition) praanggapan, contohnya data dari Bank Dunia yang dijadikan sebagai dasar untuk mendukung gagasan yang masih perkiraan pada kalimat berikutnya. 2. Analisis Wacana pada Liputan Khusus Tempo tentang Fenomena Kelas Konsumen Baru pada Dimensi Kognisi Penulis Penelitian terhadap kognisi sosial adalah penelitian terhadap mental penulis yang membentuk teks tersebut. Pendekatan ini didasari oleh asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa. Karena pada dasarnya setiap teks dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengalaman tertentu atas sebuah peristiwa. Untuk memahami kondisi kognisi sosial penulis liputan khusus tentang fenomena Kelas Konsumen Baru, maka peneliti melakukan wawancara dengan perwakilan tim penulis liputan khusus. Wawancara dilakukan terhadap redaktur tim liputan khusus Kelas Konsumen Baru Tempo yang merupakan bagian dari tim penulis liputan khusus berjudul ”Mereka yang Beranjak Kaya”, Purwanto Setiadi, dilakukan melalui surat elektronik (E-mail), tanggal 15 Mei 2012. Peneliti menanyakan bagaimana pandangan mereka mengenai fenomena Kelas Konsumen Baru. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berdasarkan pada model/skema yang dikemukakan van Dijk dalam analisis wacananya. Melalui skema tersebut, peneliti bisa mengetahui bagaimana penulis teks menggunakan informasi dalam memorinya dan bagaimana hal tersebut diintegrasikan dengan informasi yang terkandung dalam teks yang dibuatnya. Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 10 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) Purwanto Setiadi (Tempo) Skema Person Skema Diri Skema Peran Skema Peristiwa Memandang bahwa fenomena Kelas Konsumen Baru merupakan cermin perubahan perilaku masyarakat Indonesia, yang bisa dilihat dari dua sisi; baik dan buruk. Tempo sebagai institusi media massa berperan sebagai alat kontrol yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik untuk ikut berperan sebagai pendongkrak pertumbuhan ekonomi negara. Menuntut pemerintah, jika ingin pertumbuhan berlangsung terus, pembangunan infrastruktur tak boleh ditunda-tunda Fenomena ini juga dipandang menarik dari segi human interest untuk dikaji secara lebih, selain itu dalam edisi liputan khusus ini Tempo mengorek banyak sekali narasumber dari golongan kelas menengah, setidaknya tercetak juga beberapa narasumber yang menyatakan pendapatnya. 3. Analisis Wacana pada Liputan Khusus Tempo tentang Fenomena Kelas Konsumen Baru pada Tingkat Konteks Masyarakat Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual. Analisis sosial membentuk kita untuk menelusuri bagaimana suatu teks diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Tujuannya untuk melihat bagaimana makna dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi melalui praktik diskursus dan legitimasi. Berita-berita yang dijadikan informasi dalam analisis sosial mengenai fenomena Kelas Konsumen Baru ini, tidak hanya berasal dari Tempo selaku objek penelitian, tetapi peneliti juga menggunakan media massa cetak lain serta media massa online. Penggunaan media massa cetak lain dan media online ini, dilakukan karena media-media tersebut juga memiliki andil besar dalam mengalirkan informasi dan wacana mengenai Kelas Konsumen Baru ini. Dalam analisis sosial mengenai fenomena Kelas Konsumen Baru, peneliti melakukannya dengan menggunakan studi pustaka. Sumber informasi yang digunakan peneliti ialah berita, artikel, opini dari media cetak dan media online (internet). Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 11 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) Simpulan Berdasarkan analisis wacana milik van Dijk, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini sekaligus untuk menjawab pertanyaan pada identifikasi masalah, yaitu sebagai berikut: 1. Pada pada level teks wacana, Liputan Khusus Tempo, memberikan pandangan dengan mengangkat topik utama mengenai Kelas Konsumen Baru dengan mengkritisi perubahan perilaku kelompok orang yang berpendapatan lebih yang menjadi asal mula riak yang terjadi pada fenomena Kelas Konsumen Baru. Namun di satu sisi Tempo terlihat terlalu transparan dalam mencantumkan sumber-sumber beritanya. 2. Pada level analisis kognisi sosial, terlihat Tempo menunjukan pembelaan yang kuat terhadap negara, terutama dari segi pertumbuhan ekonomi. Tempo juga menilai pemerintah dalam fenomena ini kurang bijaksana, karena kegagapan mereka dalam menyediakan fasilitas publik, sehingga mendorong kaum kelas menengah menyediakan infrasturktur sendiri. Tempo masih harus memperhatikan porsi keberimbangan fakta masing-masing pihak yang diberitakan, baik dari segi pemerintah maupun masyarakat kelas menengah, agar tetap objektif. 3. Pada level konteks sosial, fenomena ini telah mendapat respond positif dari masyarakat, telihat dari tidak adanya sanggahan yang diajukan kepada Tim Liputan Khusus Kelas Konsumen Baru. Ini berarti hegemoni telah terjadi, ideologi yang dibentuk oleh Tempo telah merasuk kedalam benak khalayak seolah-olah seperti sebuah kebenaran yang pasti. Tempo telah menjalankan fungsi sebagai media massa, yakni dalam hal kontrol sosial yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik untuk ikut berperan sebagai pendongkrak pertumbuhan ekonomi negara. Dari kesimpulan di atas, maka saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah mengenai sikap transparan Tempo dalam menunjukkan atau mencantumkan sumber berita, baik dari instansi, perorangan atau kelompok dalam pemberitaannya. Meski begitu, Tempo tetap harus melindungi identitas sumber berita yang rawan. Setiap sumber berita memiliki kepentingan tertentu dalam setiap pernyataan yang dikatakan, sehingga Tempo harus mengimbanginya dengan sumber berita lain untuk menjaga kredibilitas berita. Tempo juga harus lebih berhati-hati dalam menyalurkan ideologi kepada masyarakat, sebab tingkat pandangan kritis pada masing-masing manusia itu berbeda, ideologi yang baik akan membawa dampak yang baik, sedangkan yang buruk akan menghasilkan dampak yang sebaliknya. Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 12 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) DAFTAR PUSTAKA Buku Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala, 2004. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Assegraf, Dja’far. 1983. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta, Ghalia Indonesia Effendy, Onong. 2002. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. _____________. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Eriyanto, April. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKiS. Kovach, Bill & Rosenstiel. 2003. Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta : Pantau Moleong, Lexy. 2004 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga. Rakhmat, Jalaluddin. 1997. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. _________________. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Siregar, Ashadi. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Kanisius. Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, analisis Semiotika, dan Analisis Framing . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sumadiria, Haris. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung : simbiosa Rekatama media. Widodo. 1997. Teknik Wartawan Menulis Berita di Surat Kabar dan Majalah. Surabaya: IKAPI. Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 13 of 14 eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1 (2012) Sumber lain ____.1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta Badudu. Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Sinar Harapan, Bandung Majalah Mingguan Tempo edisi 20 - 26 Februari 2012 Company Profile Tempo http://www.tempo.co Wawancara Redaktur Liputan Khusus Majalah Mingguan Tempo http://id.wikipedia.org http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/12/15/you-are-what-you-wear-awas-banyak-manusiapalsu-di-sekitar-kita/ Rossie Sekar Ashri - Wacana Fenomena Kelas Konsumen Baru pada ... Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id Page 14 of 14