POKOK BAHASAN II. BRYOPHYTA Pembuahan, Embriogenesis dan Sporogenesis Pembuahan pada Bryophyta Pembuahan berlangsung dengan bantuan air yang berfungsi sebagai medium untuk berenangnya anterozoid. Air biasanya ditampung di dalam talus bagian dorsal. Menjelang pembuahan apabila arkegoma mendekati pemasakan sel, saluran leher dan sel saluran perut mengalami degenerasi. Biasanya dan ujung sampai ke bagian bawah membentuk suatu masa yang berlendir. Massa mi menyerap air sehingga sel- selnya membengkak dan sel- sel penutup menjadi terpisah sath sama lam oleh karena rusaknya lamela tengah. Dengan demikian terbentuklah suatu saluran leher yang kecil dan ujung arkegonium ke arah sel telur. Anterozoid terdapat pada permukaan air yang ditarik oleh karena zat kemotaksis yang dikeluarkan oleh massa berlendir dan leher arkegonium yang membuka. Lendir kaya akan beberapa substansi kimia seperti protein terlarut dan garam- garam anorganik yang berperan untuk mendorong anterozoid ke leher arkegonium. Anterozoid berenang bebas dan berjalan melewati leher menuju sel telur, berfusi dengan sel telur dan membentuk zigot. Zigot adalah sel pertama dan generasi sporofit dan bersifat diploid. Embriogenesis dan Sporogenesis Pembelahan pertama dan zigot biasanya dengan dinding melintang atau tegak lurus terhadap sumbu panjang arkegonium sehingga dihasilkan 2 sel yang sama besar. Berdasarkan segmentasi perkembangan proembno pada stadium 4 sel ada 2 tipe, yaitu: 1. tipe kuadran. Merupakan tipe umum, dibentuk oleh dinding vertikal atau tegak lurus terhadap dinding pembelahan pertama sehingga dihasilkan embnio kuadran tersusun dan 4 sel. 2. tipe filamen. Merupakan tipe yang sangat jarang, dibentuk oleh dinding pembelahan transversal atau sejajar terhadap dinding pembelahan pertama seliingga dthasilkan embnio yang berbentuk filamen tersusun dan 4 sel. Perkembangan embrio selanjutnya terjadi oleh karena adanya pembelahan dengan dinding vertikal dan menghasilkan embnio 8 sel (oktan). Embrio stadium oktan mi membelah tidak teratur dan menghasilkan massa sel yang tersusun dan 20-40 sel. Pada Riccia sp. sel- sel superfisial dan massa sel mi membelah peniklinal menghasilkan amfitesium di sebelah luar dan membatasi massa sel yang di dalamnya yaitu endotesium. Sel endotesium mempunyai ukuran dan besar yang seragam dibandmg amfitesium. Sel- Sel penyusun amfitesium membelah antiklinal membentuk jaket steril. Sel- sel endotesium berfungsi sebagai arkesporium membelah- belah menghasilkan massa sel- sel sporogen yang kemudian menjadi sel induk spora. Sel induk spora membelah secara meiosis menghasilkan tetrad spora selanjutnya spora akan menjadi sohter (lepas dan tetrad) dan bersifat haploid. Struktur sporofit dewasa Pada Riccia, sporofit dewasa / masak terdapat dalam jaringan gamteofit tanpa kaki dan tangkai. Massa spora dilindungi oleh kaliptra. Marchantia mempunyai 2 tipe embrio yaitu tipe kuadran dan filamen. Pada tipe kuadran, sel epibasal membentuk kapsul atau kapsul dan sebagian seta, sedang sel hipobasal membentuk kaki dan seta atau kaki dan sebagian seta. Pada tipe filamen, sel epibasal berkembang menjadi kapsul dan sel hipobasal berkembang menjadi kaki sedang sel bagian tengah menjadi seta. Dengan dmdmg pembelahan vertikal dan pembelahan yang tidak teratur selanjutnya embrio membentuk 3 zona dengan pola perkembangan yang berbeda. Struktur sporofit pada Marchantia terdiri atas: a. kaki Jaringan yang membentuk kaki adalah bagian basal arkegonium, berkembang menjadi struktur dengan permukaan yang lebth luas dan bersifat parenkimatik, b. seta = tangkai, berkembang di bagian bawah kapsul dengan sd- sel penyusun yang kaya plasma dan bervakuola, c. kapsul, daerah yang akan membentuk kapsul ter!etak berdekatan dengan bagian leher arkegonium. Perkembangan sporofit selanjutnya sama seperti diuraikan pada Riccia Sel- sel perut dan bagian basal arkegonium membelah periklinal membentuk kaliptra. Se!- sel tetangga dan bagian basal perut juga membelah membentuk peniginium yang melindungi arkegonium dan sporofit muda. Gametofit muda: Spora adalah sel pertama dan gametofit, yang berkecambah menghasilkan suatu tanaman baru. Spora pada Riccia berbentuk piramid dengan satu inti. Dinding spora terdiri atas 3 !apisan yaitu: a. Eksosporium. Merupakan lapisan paling luar dengan tekstur yang kuat mengalami kutimsasi dan mempunyai ornamentasi seperti jala atau tidak teratur. b. Mesosporium Merupakan lapisan tengah, mengandung kutikula. c. Endosporium Merupakan lapisan paling dalam yang homogen, tersusun dan substansi pektin dan kalosa. Menurut Udar (1970) dinding spora hanya tersusun dan 2 lapis yaitu mtin dan eksin. Eksin dengan lapisan tambahan yang disebut perisporium. Didalam kondisi lembab spora akan berkecambah menghasillcan suatu struktur yang memanjang. Pembelahan sel terus berlanjut sehingga menghasilkan talus muda yang multiseluler. Perkembangan selanjutnya, sel apikal dengan kelompok selnya berkembang menghasilkan janngan dan organ seksual. Rizoid kemudian tumbuh dan talus yang multiseluler, dan tanaman muda mi menempel di tanah. Dibawah kondisi yang memungkinkan bila spora jatuh ke tanah akan menyerap air, membesar dan membelah. Mula- mula menjadi 2 sel; misalnya pada Marchantia. Pada Riccia spora berkecambah yang tumbuh memanjang dan pada ujung terbentuk struktur seluler. Keadaan ini sangat berbeda dengan yang terjadi pada Marchantia, karena perkecambahan spora tersebut langsung menghasilkan talus.