PENGARUH PENAMBAHAN pH TERHADAP REMOVAL LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) OLEH TUMBUHAN LIDAH MERTUA (Sansivieria trifasciata) DI KELURAHAN TAMBAK WEDI, KECAMATAN KENJERAN, SURABAYA Litany Mega Putri dan Sarwoko Mangkoedihardjo Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] Abstark- Teknologi yang digunakan untuk meremoval logam berat timbal pada penelitian ini adalah dengan teknologi fitoremediasi yang menggunakan tumbuhan lidah mertua (Sansivieria trifasciata). Sampel yang digunakan merupakan sampel buatan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada tanah pemukiman masyarakat Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran, Surabaya. Parameter yang dianalisa pada penelitian ini adalah konsentrasi logam berat pada tanah dan tumbuhan, serta pH tanah. Analisa konsentrasi logam berat menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) dengan memberikan variasi pada pH media tanam, adapun variasi pH yang digunakan sebesar 5 dan 9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan tertinggi tumbuhan lidah mertua dalam meremoval logam berat tumbal sebesar 96,27% pada 50% tanah tercemar + 50% komos dengan konsentrasi awal 178 ppm dan kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi logam berat timbal pada bagian tubuhnya belum dapat diketahui secara optimal dikarenakan jangkan waktu yang relatif singkat. Hal ini diketahui dengan peningkatan kandungan logam berat pada bagian tumbuhan menggunakan media 50% tanah tercemar basa + 50% kompos sebesar 2,731 ppm pada minggu ke 5. Kata kunci Fitoremediasi, Timbal, Sansivieria trifasiata yang besar. Menurut Lasat (2000) biaya pengolahan dengan fitoekstraksi lebih rendah daripada pengolahan lainnya. Selain biaya yang rendah, fitoremediasi sangat mudah diterapkan secara in situ (langsung ditempat) dan proses yang digunakan adalah secara alamiah. Menurut Hidayati,dkk (2005) sejumlah tumbuhan terbukti dapat beradaptasi terhadap lingkungan marginal dan ekstrim seperti tanah limbah yang banyak terkontaminasi zat-zat beracun dan memiliki kualitas fisik, kimia maupun biologis sangat rendah. Tumbuhan yang memiliki kemampuan untuk menyerap logam berat dari tanah dikenal sebagai tumbuhan hiperakumulator (Hardiani,2008). II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan menguji kemampuan tumbuhan lidah mertua (Sansivieria triafastica) dalam meremediasi logam berat timbal (Pb2+) dalam tanah pada tanah tercemar di Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran, Surabaya, dan seberapa besar penurunan konsentrasi logam berat timbal (Pb2+) didalam tanah. Dalam penelitian ini menggunakan 2 replika tumbuhan yang dimana bertujuan untuk mengantisipasi apabila terjadi sesuatu yang tidak dikehendekai, masih memiliki cadangan sehingga penelitian dapat terus berjalan. Parameter yang diuji dalam penelitian ini adalah, removal logam berat di dalam tanah dan pH tanah. Tahapan percoban dapat dilihat pada diagram alir penelitian Gambar 1. 1. Penelitian pendahuluan mengenai karakteristik sampel tanah yang akan digunakan. 2. Aklimatisasi tumbuhan. Dilakukan agar tumbuhan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Aklimatisasi dilakukan selama 7 hari, dan dipilih tumbuhan yang tumbuh subur dan tidak mengalami kematian. Karakteristik tumbuhan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tumbuhan lidah mertua (Sansivieria trifasciata) yang berumur 3 – 5 bulan dengan spesifikasi tumbuhan tinggi antara 30 – 50 cm. 3. Range Finding Test. Dilakukan untuk menetapkan rentang konsentrasi maksimum logam berat yang dapat diproses secara fitoremediasi oleh tumbuhan. Rentang konsentrasi yang digunakan adalah 800 ppm, 600 ppm, 400 ppm, dan 200 ppm. Tahap ini dilakukan selama 7 hari. I. PENDAHULUAN eiring dengan meningkatnya teknologi, jumlah industri yang tumbuh akan semakin meningkat. Hal tersebut juga terjadi di kota-kota besar seperti Surabaya. Pantai Timur Surabaya (Kenjeran) diberitakan telah tercemar oleh Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Tembaga (Cu). Penelitian tersebut diperkuat dengan adanya kandungan merkuri (Hg) sebesar 2,48 ppb pada darah masyarakat nelayan di Kenjeran dan rata-rata kadar timbal (Pb) darah anak-anak di Kenjeran 59,62μ/dl (Ali dan Rina,2010). Adapun penelitian pada tanah tercemar logam berat timbal (Pb) di pemukiman penduduk, Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran mencapai kadar 650 ppm. Logam berat yang berada dalam tanah sangat sulit terdegradasi dan untuk memulihkannya diperlukan biaya yang mahal, sedangkan dalam permasalahan yang dihadapi berada dalam kawasan ekonomi yang sangat rendah, maka perlu dilakukan suatu metode untuk memperbaiki kualitas tanah yang tercemar dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat sekitar yaitu dengan menggunakan metode fitoremediasi. Fitoremediasi sendiri adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi. Fitoremediasi sendiri dipilih karena dalam pengolahannya tidak membutuhkan biaya S 1 4. Uji definitif konsentrasi logam berat timbal pada media tanah. Penetapan konsenentrasi limbah yang digunakan dengan menggunakan hasil dari tahap range finding test. Percobaan dilakukan dengan menggunakan tanah terkontaminasi timbal (Pb2+). Sebanyak 0,32 gram Pb(NO3)2 dicampurkan kedalam 1 L aquadest. Kemudian larutan dicampurkan ke dalam 1,8 kg tanah selama 24 jam agar limbah homogen di dalam tanah. Kemudian media tumbuh dianalisa besar konsentrasi logam beratnya menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectroscopy). 5. Pembuatan variasi pH media tumbuh. Variasi pH yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian asam dan basa pada media tumbuh. Pembuatan pH basa digunakan larutan NaOH, sedangkan untuk pH asam digunakan larutan HCl yang kemudian dicampurkan ke dalam media tumbuh. 6. Pengamatan terhadap penurunan konsentrasi timbal di dalam media tumbuh dilakukan setiap 7 hari sekali selama 42 hari dan dianalisa menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophometer). III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakter Sampel Pada penelitian ini, contoh sampel yang digunakan berasal dari tanah penduduk di Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran, Surabaya. Tanah yang digunakan ini setelah dianalisa mengandung logam berat Timbal sebesar 650 ppm. Pada penelitian selanjutnya dilakukan pembuatan limbah buatan timbal (Pb2+) dengan cara melarutkan limbah buatan Pb(NO3)2 kedalam tanah dan dijenuhkan selama ±24 jam. B. Tahap Aklimatisasi Tumbuhan Tahap aklimatisasi dilakukan agar tumbuhan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang akan digunakan sebagi tempat penelitian. Sehingga tumbuhan dapat bertahan sampai penelitian ini berakhir. Pada tahap ini reaktor yang digunakan berupa pot berdiameter ±25 cm dan dilakukan selama 1 minggu. C. Tahap Range Finding Test Range finding test bertujuan untuk menentukan konsentrasi maksimum dari logam berat Timbal (Pb2+) yang masih dapat ditolerir oleh tumbuhan lidah mertua (Sansivieria trifasciata) sebelum dilakukan penelitian lanjutan. Nilai konsentrasi yang digunakan adalah 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, dan 800 ppm. Penentuan interval konsentrasi ini berdasarkan atas hasil analisa logam berat Pb2+ di tanah penduduk Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran, Surabaya, dan konsentrasi maksimum logam berat Pb2+ di tanah sebesar 100 ppm (Ministry of State for Population and Environmental of Indonesia, and Dalhousie, University Canada.1992). Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu dan hanya dianalisa secara morfologis dari tumbuhan lidah mertua (Sansivieria trifasciata) pada media tanah. Penentuan konsentrasi logam berat yang akan dipakai pada tahap penelitian berdasarkan ketahanan dan kondisi tumbuhan yang tetap hidup dengan konsentrasi tinggi pada hari ke-7. Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa tumbuhan lidah mertua (Sansivieria trifasciata) pada media tumbuh dengan konsentrasi 800 ppm, tidak dapat bertahan hidup terbukti dengan batang dari tumbuhan tersebut terlihat semakin layu. Sedangkan pada konsentrasi dibawah 800 ppm dapat terlihat bahwa tumbuhan lidah mertua (Sansivieria trifasciata) relatif sehat dan tidak ada yang layu. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan lidah mertua (Sansivieria trifasciata) dapat mempertahankan diri dalam kondisi pencemar dibawah 800 ppm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi logam berat timbal (Pb2+) yang akan dipakai pada penelitian ini adalah 200 ppm, 400 ppm, dan 600 ppm. Tahap aklimatisasi tumbuhan Tahap range finding test Uji Definitif Konsentrasi Logam Berat Pada Media Tanah Media tumbuh: Tanah tercemar 100%,asam (pH 5) dan basa (pH 9) Pengamatan dan Analisa: Dilakukan selama 7 hari sekali selama 42 hari, dengan pengamatan: Konsentrasi timbal (Pb) di tanah dan tanaman dengan AAS Analisis tinggi tumbuhan (fisiologis) Analisis berat kering tumbuhan di akhir penelitian pH media tanah dengan pH meter Temperatur pada media tanah menggunakan termometer. Uji Definitif Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) Dari hasil yang didapatkan dari tahap range finding test, terdapat variasi konsentrasi yang dapat ditolerir oleh tumbuhan lidah mertua (Sansivieria rifasciata) sebesar 200 ppm, 400 ppm, dan 600 ppm. Kemudian membuat larutan Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 2 sampel dengan konsentrasi tersebut dan dianalisa dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil yang didapatkan yaitu: 200 ppm 178,0618 ppm 400 ppm 356,1236 ppm 600 ppm 534,1854 ppm Analisa yang dilakukan selama penelitian adalah sebagai berikut: 1. Analisa pH mada media tanah menggunakan pH meter setiap 7 hari sekali. Analisa konsentrasi logam berat timbal (Pb2+) pada media konrol, media tumbuh dan tanah dilakukan setiap 7 hari sekali. Analisa logam berat dilakukan dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Gambar 2. Grafik Pengukuran pH di Media Tanah Setelah dilakukan pengamatan didapatkan nilai perubahan nilai pH pada semua reaktor. pH pada tanah baik dari asam maupun basa berubah menjadi netral. Kondisi media tumbuh ysng berubah menjadi netral disebabkan karena adanya mekanisme tanah yang bereaksi dengan H+ dan OH- maka tanah tersebut berubah menjadi netral dengan ph ±7. Salah satu penyebabnya karena adanya peranan air yang diberikan kepada media tumbuh setiap harinya. Air yang diberikan pada media tumbuh akan terhidrolisa menjadi ion hidronium (H3O+) atau ion yang sering disebut dengan ion hidrogen dan ion hiroksil (OH-). Penyebab lain yang membuat pH menjadi netral adalah dengan bertambahnya ion H+ di dalam tanah karena akar tumbuhan dan organisme yang melepas H+ pada saat mengambil unsur hara di dalam tanah. Selain itu perubahan pH menjadi netral disbabkan karena adanya tumbuhan mengambil ion H+ dan OHsebagai makanannya, sehinggan pH pada tanah akan menjadi netral. Oleh karena proses tersebut, tumbuhan dikenal sebagai buffer pH. E. Analisa pH Tanah pH tanah merupakan salah satu parameter yang saling berhubungan antara logam berat dengan pertumbuhan dari tumbuhan. Dalam penelitian ini, dilakukan pengaturan terhadap pH tanah yaitu dalam pH asam (pH ±5) dan pH basa (pH ±9). Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penyerapan logam berat oleh tumbuhan pada pH yang berbeda. Analisa pH media tanah dilakukan setiap satu kali seminggu menggunakan pH meter, sampel tanah yang akan diuji sebelumnya dishaker terlebih dahulu selama ± 30 menit. Adapun data hasil pengukuran nilai pH dapat dilihat dibawah ini. Kons awal (ppm) F. Analisa Penurunan Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) Pada Media Tumbuh Selama 42 hari penelitian terhadap Sansivieria trifasciata, didapatkan penurunan kadar konsentrasi dalam media tanah dengan menggunakan metode AAS. Penurunan kadar konsentrasi ini dapat diakibatkan beberapa proses yaitu proses penyerapan logam berat timbal oleh tumbuhan lidah mertua (Sansivieria trifasciata) dan juga karena adanya proses bioremediasi dalam zona akar oleh mikroba. Adapun hasil pengukuran penurunan logam berat timbal pada media tumbuh dapat dilihat dibawah ini. Minggu ke0 1 2 3 4 5 6 ASAM 200 5,24 7,12 7,12 7,11 7,12 7,1 7,12 400 5,2 7,1 7,11 7,1 7,11 7,05 7,11 600 5,25 7,05 7,1 7,1 7,05 7,03 7,1 200 9,26 7,19 7,2 7,15 7,16 7,12 7,11 200 128,5 105,6 400 9,23 7,2 7,19 7,16 7,16 7,13 7,11 400 291,4 250,8 600 9,21 7,21 7,19 7,17 7,16 7,1 7,11 600 297,7 295,6 Kons awal (ppm) Minggu ke 1 2 BASA 3 4 5 6 82,85 75,43 68,01 65,29 210,3 206,06 201,7 189,2 293,7 293,38 292,7 271,7 ASAM 3 IV. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian variasi pH pada media tumbuh tidak terlalu memberikan pengaruh yang signifikan dikarenakan pH yang semula asam dan basa menjadi netral. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara air dan tanah serta pengambilan ion OH- dan H+ oleh tumbuhan sebagai makanannya. LAMPIRAN UCAPAN TERIMAKASIH BASA 200 107,8 92,34 76,87 58,13 39,39 31,72 400 243,9 216,5 600 309,3 304,3 199,1 185,6 160,7 153,4 299,2 233,05 201,1 192,8 DAFTAR PUSTAKA Ali M., Rina. 2010. Kemampuan Tanaman Mangrove Untuk Menyerap Logam Berat Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb2+). Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Jawa Timur. Hardiani, H. 2008. Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 dari Proses Deinking Industri Kertas Secara Fitoremediasi. Jurnal Riset Industri. Hidayati, N., Fauzia, S., Titi, J. 2005. Potensi Centrocema pubescence, Colopongium mucunoides, dan Micania cordota dalam Membersihkan Logam \kontaminan Pada Limbah Penambangan Emas. Bogor : Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Lasat, M. M. 2000. Phytoextraction of Metals From Contaminated Soil: A Revie of Plant/Soil/Metal Interaction and Assessment of Pertinent Agronomic Issues. J, Hazard Substance Res. Gambar 3. Grafik Penurunan Konsentrasi Timbal (Pb2+) Pada Media Tanah Pada variasi pH pada media tumbuh, pH asam akan mebabkan removal yang besar karena logam berat akan larut dalam pH asam, sedangkan pada pH basa penyerapan akan kecil dikarenakan logam berat akan mengendap di dalam tanah oleh pH basa. Sedangkan dalam penelitian ini, dikarenakan semua pH pada media tumbuh berubah menjadi netral, maka variasi pH tidak terlalu berpengaruh terhadap proses fitoremediasi, meskipun dalam hasilnya didapat hasil yang berbeda yaitu, pH basa didapatkan penurunan yang lebih besar, ini dimungkinkan karena mikroorganisme yang tumbuh di dalam media tanah yang berfungsi membantu mempercepat proses fitoremediasi dapat lebih tumbuh pada media yang sebelumnya memiliki pH basa. 4