1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki keinginan untuk tetap sehat baik mental maupun fisik. Semakin majunya peradaban di dunia tidak hanya menimbulkan efek positif saja tetapi juga menimbulkan efek negatif yang memerlukan pemecahan masalah yang bersifat rasional dan ilmiah. Tingginya polusi udara dan kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji yang tinggi akan zat aditif (sintetis) dapat memicu dihasilkannya radikal bebas yang mengakibatkan tingginya kemungkinan terjangkit penyakit degeneratif yaitu penuaan dini, diabetes, kanker dan tumor. Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat oksidasi molekul lain. Senyawa antioksidan ini akan menyerahkan satu atau lebih elektronnya kepada radikal bebas sehingga dapat menghentikan kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Di dalam tubuh terdapat mekanisme antioksidan atau radikal bebas secara endogenik, tetapi bila jumlah radikal bebas dalam tubuh berlebih maka dibutuhkan antioksidan yang berasal dari luar tubuh (eksogenik) (Pratiwi et al. 2006). Antioksidan sintetik yang berkembang saat ini dikhawatirkan memberi efek samping yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan setiap hari yang disebut Acceptability Daily Intake (ADI). Nilai ADI untuk BHT adalah sebesar 0-0,3 mg/kg per hari (JECFA 1999; D’Mello 2003 dalam Andayani 2008). Pemakaian antioksidan sintetik dalam waktu yang lama dan dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan mutagenetik dan karsinogenetik (Darmawan 2009). Potensi antioksidan alami harus dikembangkan untuk memperoleh antioksidan yang baik untuk dikonsumsi. Salah satu sumber daya perairan yang berpotensi sebagai penghasil antioksidan alami adalah lili laut (Comaster sp.). Lili laut (Comaster sp.) merupakan salah satu genus dari filum Echinodermata yang sampai saat ini masih sedikit sekali pemanfaatannya dan belum bernilai ekonomis penting. Bentuk tubuh dari lili laut sangatlah unik karena berbentuk seperti tanaman. Kelimpahan lili laut di sekitar pulau Pramuka mencapai 3.142 ind/ha dan belum termanfaatkan dengan maksimal (FDC-IPB 2010). Pemanfaatan lili laut di Indonesia khususnya Kepulauan Seribu dapat dijadikan sebuah indikator suatu ekosistem terumbu karang. Hal ini telah dibuktikan dalam penilitian Yusri et al. (2005) bahwa lili laut memiliki kelimpahan maksimum di perairan yang masih baik, sedangkan pada perairan yang buruk lili laut tidak dapat hidup. Penelitian mengenai kehidupan lili laut cukup banyak dilakukan pakarpakar asing terutama untuk jenis lili laut yang hidup di terumbu karang (Aziz et al. 1990). Upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia dan untuk meningkatkan nilai komersialitas dari lili laut adalah dengan melakukan penelitian mengenai antioksidan yang terkandung dari di dalam lili laut tersebut. Hal ini diharapkan dapat memperkaya informasi mengenai kandungan senyawa antioksidan lili laut yang dapat bermanfaat untuk bidang pangan, farmasi maupun industri lainnya. 1.2 Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kandungan zat gizi (air, abu, lemak, protein, karbohidrat), aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif yang terkandung dalam lili laut (Comaster sp.).