1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya masih dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian bayi (Maryunani, 2008). Target Millenium Development Goals sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup (Sistiarini, 2008). Premarut dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan badan 1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan mortalitas dan mobilitas neonatus dan sring dianngap dengam periode kehamilan pendek (Nelson, 2000) Penyebab utama tingginya angka kematian bayi khususnya pada masa perinatal adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi yang lahir dengan BBLR beresiko kematian dengan 35 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang berat badannya di atas 2500 gram (Winkjosastro, 2007). Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini (Hidayat, 2008). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini 2 masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 16,3 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 2008, ini memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negaranegara di bagian ASEAN. pennyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena kelahiran bayi Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah mengganti istilah prematur dengan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birth Weight Baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada lahir waktu lahir disebut bayi prematur. Seorang bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab itu bayi akan banyak mengalami kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya (Prawirohardjo, 2004) Setiap tahun diperkirakan bayi lahir sekitar 350.000 bayi prematur atau berat badan lahir rendah di Indonesia. Tingginya kelahiran bayi prematur tersebut karena saat ini 30 juta perempuan usia subur yang kondisinya kurang energi kronik dan sekitar 80% ibu hamil menjalani anemia difisiensi gizi. Tingginya yang kurang gizi mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu sehingga beresiko lahir dengan berat badan di bawah 2500 gram (Manuaba, 2003). Bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah rentan mengalami berbagai komplikasi, baik sesaat setelah dilahirkan dan dikemudian hari, 3 jika tidak langsung mendapat perawatan yang tepat, inilah yang banyak dikhawatirkan para ibu, terutama yang tengah menanti kelahiran si bayi, tidak ada cara pasti untuk benar-benar mencegah kelahiran bayi prematur. Bayi prematur membutuhkan dukungan nutrisi yang khusus oleh karena derajat imaturitas biokomianya yang tinggi, laju pertumbuhannya yang cepat dan dapat terjadi insiden komplikasi medik yang lebih besar. Bayi yang lahir prematur juga harus diberi vaksinasi agar terhindar dari penyakit menular mematikan. Pemberian imunisasi ini harus dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter, demikian juga dengan pemberian makan semi padat (Muchtar, 2004). Untuk bayi yang lahir secara prematur dengan berat badan diatas 2000 gram, anak sudah bisa mendapatkan ASI dari si Ibu, tetapi juga ada bayi yang belum bisa menyerap ASI, saluran cerna yang belum matang juga akan menimbulkan dampak pada bayi prematur. Bayi prematur diharuskan dibuat di inkubator, karena bayi tersebut seharusnya masih berada di dalam kandungan dengan segala kenyamanannya berjuang beradaptasi dengan dunia luar. Inkubator untuk menjaga suhu bayi supaya tetap stabil, akibat sistem pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna, maka seharusnya bisa naik dan turun secara drastis. Ini tentu bisa membahayakan kondisi kesehatannya. Selain itu otot-ototnya pun relatif lebih lemah, sementara cadangan lahir cukup bulan (Muchtar, 2004). 4 Masalah yang harus dihadapi oleh semua bayi neonatal terhadap lebih banyak pada bayi prematur misalnya, mereka membutuhkan oksigen tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang cukup umur, karena pusat pernafasan belum sempurna. Bayi prematur memerlukan pemberian makanan yang khusus dengan alat penetes obat atau pipa karena refleks menelan dan menghisap yang lemah. Kehangatan bayi prematur harus diperhatikan diperlukan peralatan khusus untuk memperoleh suhu yang hampir sama dengan suhu dalam rahim (Hurlock, 2002). Keluarga khususnya ibu memiliki peran penting dalam merawat dan mengasuh bayinya perawatan ibu pada bayi BBLR sangat berdampak pada kualitas dan pertahanan hidup BBLR dan bila ibu tidak melakukan perawatan dengan baik maka akan berdampak pada angka kejadian infeksi malnutrisi dan kematian pada bayi BBLR. Hasil penelitian ini juga didukung oleh pernyataan Surasmi (2003) yang menyatakan bahwa respon ibu terhadap permasalahan bayi BBLR sangat mempengaruhi keputusan ibu untuk melakukan perawatan terhadap bayinya dan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan BBLR, masih banyak para ibu yang belum bisa merawat bayinya dengan baik, sehingga banyak bayi BBLR yang tidak terselamatkan disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur. Penatalaksanaan bayi BBLR perlu di dukung dengan pengetahuan yang baik, dari pengetahuan ini akan menunjang terhadap pemberian 5 penatalaksanaan yang berkualitas dan aman terhadap bayi BBLR. Dalam hal ini, penatalaksanaan perawatan pada bayi yang dilakukan oleh seorang ibu meliputi mempertahankan suhu dan kehangatan bayi BBLR di rumah, memberikan ASI kepada bayi BBLR di rumah dan mencegah terjadinya infeksi bayi BBLR (Girsang, 2009). Selama bayi berada di rumah sakit dan di bawah perawatan dokter, Bidan dan Perawat, orang tua tidak terlampau khawatir tentang ketidak berdayaannya, akan tetapi bila bayi sudah dibawa pulang dan orang tua bertanggung jawab atas perawatannya, maka ketidakberdayaan bayi menjadi bahaya psikologi yang hebat. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh penulis di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh jumlah ibu bersalin 631 orang, sedangkan bayi lahir dengan BBLR sebanyak 20 kasus dalam tahun 2012. Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), pada tahun 2010 berkisar antara 0,3% (NAD) dan 6,90% (Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Profil Kesehatan RI, 2010). 6 BBLR juga berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak di masa yang akan datang. Dampak dari bayi berat badan lahir rendah ini adalah pertumbuhannya akan lambat, kecendrungan memiliki penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya normal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Sistiarini, 2008). Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kejadian bayi lahir khususnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dilihat dari karakteristik sosial ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status ekonomi), dan riwayat persalinan (umur ibu, urutan anak, keguguran/lahir mati dan pelayanan antenatal) dan faktor biomedis (paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, kadar Hb menjelang persalinan, tekanan darah ibu sewaktu hamil) pelayanan medis, prilaku dan lingkungan (Sianturi, 2007). Kehamilan seorang ibu di pengaruhi oleh karakteristik ibu berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap status berat badan ibu, dimana semakin muda umur ibu hamil bisa menyebabkan ketidak siapan ibu dalam menerima kehamilan, maka akan beresiko gangguan selama kehamilan karena system reproduksi yang belum matang. Persalinan lebih dari 3 kali beresiko terjadinya komplikasi perdarahan dan infeksi sehingga ada kecenderungan bayi lahir dengan kondisi prematur. Ibu yang bekerja 7 cenderung memiliki sedikit waktu beristirahat sehingga beresiko terjadinya komplikasi kehamilan, seperti terlepasnya yang secara langsung berhubungan dengan gizi (Zulaika, 2010). Berdasarkan data yang peneliti peroleh di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin dari bulan januari sampai April 2014 didapatkan data 583 ibu bersalin dan 67 bayi dengan kategori BBLR. Dari wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap 10 orang ibu bayi tersebut, 4 bayi BBLR tersebut dilahirkan oleh ibu yang berumur 20 tahun dan 6 bayi BBLR dilahirkan oleh ibu yang berumur 35 tahun. Selain itu bayi BBLR juga umumnya dilahirkan oleh ibu dengan kehamilan multipara, dan pada ibu-ibu tidak bekerja. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pendidikan Dan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Prematur dengan peningkatan berat bdan bayi lahir rendah di RSU dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “adakah Hubungan Pendidikan Dan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Prematur Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi di RSU dr. Zainoel Abidin Banda Aceh”. 8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan Hubungan Pendidikan Dan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Nifas Dalam perawatan bayi prematur dengan peningkatan berta badan bayi 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu nifas tentang perawatan bayi prematur. b. Untuk mengetahui hubungan status ekonomi ibu nifas tentang perawatan bayi prematur. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidikan Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi prematur dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan kebidanan. 2. Bagi Masyarakat Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang perawatan bayi prematur. 3. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi prematur dan juga sebagai pengalaman penulis dalam mengaplikasikan riset kebidanan. 9 4. Bagi Profesi bidan Sebagai bahan informasi yang bermanfaat tentang pentingnya perawatan bayi prematur. 10 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Prematur Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir (Wong, 2008). Menurut Krisnadi (2009), bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Sebagian besar organ tubuhnya juga belum berfungsi dengan baik, karena kelahirannya yang masih dini. WHO juga mendefinisikan persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi antara kehamilan 20 minggu sampai dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir. B. Faktor Risiko Terjadinya Kelahiran Prematur 1. Faktor Ibu Keadaan ibu yang sering menyebabkan kelahiran prematur diantaranya yaitu malnutrisi, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, Ketuban Pecah Dini (KPD), kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung, hipertensi atau penyakit kronik lainnya, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak hamil dan 11 bersalin terlalu dekat, preeklamsi berat dan eklamsi, karioamnionitis, infeksi, trauma dan lain-lain. 2. Faktor Janin Keadaan janin yang dapat menyebabkan kelahiran prematur yaitu gawat janin (anemia, hipoksia, asidosis atau gangguan jantung janin), infeksi intrauterin, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), dan gemili. 3. Faktor Sosio-demografik Yang termasuk faktor ini adalah faktor psikososial (kecemasan dan depresi, stres, pekerjaan ibu, merokok, alkohol, berat badan ibu sebelum hamil, pertambahan berat badan selama kehamilan, komposisi diet, dan aktivitas seksual). Faktor demografik (usia ibu, status marital, kondisi sosio-ekonomi, faktor ras dan etnik) (Krisnadi, 2009). C. Klasifikasi Bayi Prematur Menurut Bobak (2005), bayi prematur diklasifikasikan dalam tiga golongan, antara lain: 1. Bayi prematur digaris batas Masa gestasi 37 minggu dengan berat badan 2500 gram, biasanya tergolong pada bayi yang normal. Masalah yang sering muncul pada golongan ini adalah adanya ketidak stabilan tubuh, 12 kesulitan menyusu, ikterik, RespiratoryDistress Syndrome (RDS) mungkin muncul. Penampilan: Lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak dan genitalia kurang berkembang. 2. Bayi Prematur Sedang Masa gestasi antara 31 – 36 minggu dengan berat badan 1500 – 2500 gram. Masalah yang biasa muncul dalam golongan ini adalah adanya ketidakstabilan tubuh, pengaturan glukosa, RDS, ikterik, anemia, infeksi, kesulitan menyusu. Penampilan seperti pada bayi prematur di garis batas tetapi lebih parah, kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak. 3. Bayi Sangat Prematur Masa gestasi antara 24 – 30 minggu dengan berat badan berkisar antara 500 – 1400 gram. Hampir semua bayi premature dalam golongan ini memiliki masalah komplikasi yang berat. Penampilan: ukuran kecil dan tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, dan sering kali kedua matanya masih berdempetan. D. Problematik Bayi Prematur Menurut Krisnandi, Effendy; Pribadi Adhi (2009) problematik bayi prematur terjadi karena delapan masalah, yaitu: 1) Suhu tubuh yang tidak stabil 13 Oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak dibawah kulit; permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya. 2) Gangguan pernapasan Sering menimbulkan penyakit berat pada berat bayi lahir rendah. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (rasio lesitin/sfingomielin<2); Pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable thorax). Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita bayi prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumoni. Disamping itu sering timbul pernapasan periodik (periodic breathing) dypsnea yang disebabkan oleh pusat pernapasan di medulla belum matur. 3) Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang; volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah; daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang; kerja 14 dari sfingter kardio-esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi. 4) Immatur hati Memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia sampai ke iketerus dan defisiensi vitamin K. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan asidosis metobolik. 5) Gangguan imunologik. Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globuli. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik. 6) Perdarahan intraventrikuler Lebih dari 50 persen bayi prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernapasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah. Penambahan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena tidak adanya otoregulasi 15 serebral pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat di diagnosis dengan ultrasonografi atau CT scan. 7) Retrolental fibroplasia Dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi tinggi (PaO2 lebih dari 115 mmHg = 15kPa) maka akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru ke daerah yang iskemia sehingga terjadi perdarahan, fibrosis, distorsi dan parut retina sehingga bayi menjadi buta. Untuk menghindari retrolental fibroplasia maka oksigen yang diberikan pada bayi prematur tidak lebih dari 40 persen. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan oksigen dengan kecepatan dua liter per menit (Krisnadi, Effendy; Pribadi Adhi, 2009). E. Komplikasi Bayi Prematur Bayi prematur sering mengalami masalah yang berhubungan dengan komplikasi. Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas yang diberikan intervensi klinik adalah Anemia of prematurity, kernicterus, Respiratory Distress Syndrome (RDS), Intraventricular Hemoraghe (IVH), 16 Retinopaty Of Prematurity (ROP), Patent Ductus Arteiosus (PDA), Necrotizing Enterocilitis (NEC), dan apnea. Masalah jangka panjang meliputi Bronchopulmonary Dysplasia (BPD), Pulmonary Interstitial Emphysema (PIE), dan posthemorrhagic hidrocephalus, defek bicara, defek neurologi, dan defek auditori (Behrman & Butler, 2007; Gorrie, Mckinney & Murray, 2005). F. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil (tahu) dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan adalah kepercayaan yang benar, pengetahuan juga adalah hasil atau apa yang diketahui atau hasil pekerjaan. Pekerjaan yaitu hasil dari kenal, sadar,insaf, mengerti dan pandai (Bachtiar, 2004). 1. Cara memperoleh pengetahuan Dari berbagai macam cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian (Notoatmojo, 2005). a. Cara Tradisional 17 Dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukanya metode ilmiah yaitu: 1) Cara coba salah (Trial And Error) Cara coba-coba yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan suatu masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain. 2) Cara kekuasaan atau Otoritas Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah,otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Cara ini dilakukan dengan cara mengulang kembali dengan pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah ini yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. 4) Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan penalaranya atau jalan pikiranya 5) Cara Modern Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan ini mode sistematis, logis dan ilmiah.cara ini disebut dengan “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metode penelitian 18 (Research Methodelogi) yang mengembangkamn metode berpikir induktif dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan di klasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmojo, 2005). 6) Tingkat pengetahuan Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoatmojo, 2005). a) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelunya b) Memahami (Komprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan meteri yang tela dipelajari pada situasi atau kondisi rill atau sebenarna. d) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan suatu untuk menjabarkan materi suatu objek kedalam komponen-komponen, 19 tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lainnya. e) Sintesis (Syenthesis) Sintesis menunjuk kepada kemampua untuk meletakkan atau kemampuan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara kuesioner atau pertanyaan-pertanyaan yang mencakup tentang pengetahuan ibu dengan prolaps uterin di nilai seberapa luas kedalaman pengeahuan ibu tentang prolaps uteri dadapat kita ketahui atau kita ukur melalui persentase yang dihasilkan oleh responden (Notoatmojo, 2005). 3. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan 20 berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . b. Informasi Sesuatu yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan 21 pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. c. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam 22 individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. f. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, 23 selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup (Notoatmodjo, 2007). G. Konsep Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia di suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan memberikan kontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Menurut Fuad dalam Rini Hastuti (2005) di Indonesia tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak perubahan di segala bidang termasuk pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu semakin mudah 24 menyerap informasi khusunya informasi kesehatan. Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, higiene pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan dan gizi anak-anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi lainya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan, perumahan dan tempat tinggal. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa di jadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga, pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Andarwati, 2003). Pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk 25 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Meski tidak termasuk dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan anak usia dini, pendidikan yang diberikan sebelum memasuki pendidikan dasar. H. Konsep Dasar Status Ekonomi Keluaraga 1. Pengertian Status Ekonomi Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan 26 sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004). Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006). Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi 3 kelas atau golongan terdiri atas: 1. Golongan sangat kaya, merupakan kelompok kecil dalam masyarakat, terdiri dari pengusaha, tuan tanah, dan bangsawan 2. Golongan kaya, merupakan golongan yang cukup banyak terdapat dalam masyarakat, terdiri dari para pedagang dsb 3. Golongan miskin, merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat, kebanyakan dari rakyat biasa. Karl Marx membagi masyarakat menjadi 3 golongan, yaitu: 1. Golongan kapitalis dan borjuis : Golongan yang menguasai tanah dan alat produksi 2. Golongan menengah, golongan yang terdiri dari para pegawai pemerintahan 27 3. Golongan proletar, golongan yang tidak mempunyai atau memiliki tanah dan alat produksi termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik Faktor yang Mempengaruhi Status Ekonomi menurut friedman (2004) faktor yang mempengaruhi status ekonomi seseorang yaitu: 1. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal. 2. Pekerjaan Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. 3. Keadaan Ekonomi Kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu hamil untuk tidak teratur dalam melakukan antenatal care. 28 4. Latar Belakang Budaya Cultur universal adalah unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual 5. Pendapatan Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Orang atau keluarga yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang mewah misalnya lebih komsumtif karena mereka mampu untuk membeli semua yang dibutuhkan bila dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya kebawah. Upah Minimum Provinsi (UMP) untuk tahun 2012 telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota/Daerah di setiap tingkat pemerintahan (Propinsi, Kabupaten/Kotamadya) dibantu oleh rekomendasi dari Dewan 29 Pengupahan yang sebelumnya telah melakukan proses survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Secara nasional, UMP tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 3% hingga 19% dibandingkan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2011. Berdasarkan keputusan Gubernur Provinsi Aceh SK No.76 Tahun 2011 tanggal 22 Desember, UMP untuk wilayah aceh yaitu Rp. 1,550,000. Menurut (UMP, Propinsi Aceh) status ekonomi seseorang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: 1. Penghasilan tipe kelas atas ≥ Rp 1.550.000, 2. Penghasilan tipe kelas bawah ≤ Rp 1.550.000, I. Kerangka Teoritis Menurut Notoadmodjo, 2007 Pendidikan Informasi Sosial budaya dan 30 lingkungan Pengalaman Usia Pengetahauan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi Menurut Aristoteles, 2006 Ekonomi Pendidikan Pekerjaan Keadaan ekonomi Latar.belakang budaya pendapatan Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Prematur 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang lain di amati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan di lakukan (Notoadmodjo, 2002). Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti gambar dibawah ini. Variabel independen Variabel Dependen Pendidikan Pengetahuan ibu tentang peningkatan BB Bayi Prematur Status ekonomi Gambar 3.1 Kerangka Konsep 32 B. Definisi Operasional Table 3.2 Definisi operasional No 1 Variabel Pengetahuan ibu nifas tentang peningakatan BB bayi prematur Defenisi Operasional Hasil yang terjadi setelah seseorng melakukan penginderaan terhadap objek tertentu Cara Ukur Alat Ukur Dependen Menyebarkan kuesioner Kuesioner sebanyak 8 pertanyaan dengan kategori - Tinggi, bila menjawab benar 76%-100% - Sedang, menjawab 56%-75% Hasil Ukur - Tinggi - Sedang - Rendah - Tinggi - Menengah - Rendah - Tinggi - Rendah Skala Ukur Ordinal bila benar - Rendah, bila menjawab <56% 1 Pendidikan Pendidikan terakhir yang di capai ibu - - - 2 Status ekonomi Keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi. Independen Tinggi : D III / Perguruan Tinggi Kuesioner Ordinal Menengah : SLTA / sederajat Rendah : SD / SMP/ sederajat Status ekonomi Tinggi jika penghasilan ≥Rp. 1.550. 000,_ Status ekonomi Rendah jika penghasilan <Rp. 1.550.000._ Kuesioner Ordinal 33 C. Hipotesa 1. Ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu nifas tentang peningkatan berat badan bayi prematur 2. Ada hubungan status ekonomi dengan pengetahuan ibu nifas tentang peningkatan berat badan bayi prematur 34 BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu observasi atau pengumpulan data di lakukan sekaligus pada suatu waktu (point time approach) (Notoatmodjo, 2005). B. Populasi dan sampel 1. Populasi Arikunto (2006) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau sensus. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang ada Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin. 2. Sampel Sampel diambil secara purposive sampling, yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,sebanyak 35 bayi dengan status bayi lahir prematur kemudian diambil 35 bayi dengan lahir BB normal dan cukup bulan. 35 Adapun kriteria inklusi sampel yaitu: a. Bayi yang dilahirkan di RSUDZA di ruang Bersalin b. Bayi yang memiliki berat badan < 2500 gram c. Bayi yang lahir tidak cukup bulan C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 20 September tahun 2013 D. Alat Pengumpulan Data 1. Data Primer Yaitu data yang di peroleh secara langsung dari responden. Data didapatkan dengan wawancara menggunakan kuesioner 2. Data Sekunder Data yang di peroleh peneliti dari sumber yang sudah ada data bersumber dari Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainal Abidin Banda Aceh 36 E. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya yaitu mengolah data tersebut dan di analisa dengan uji statistik. Tahapan yang dilakukan pada proses analisa data (Notoadmojo, 2007), yaitu : a. Editing yaitu kegiatan memeriksa data yang telah terkumpul apakah sudah terisi secara sempurna atau belum. b. Coding yaitu member kode-kode tertentu kepada masing-masing katagori atau jawaban yang diberikan oleh responden. c. Transfering yaitu data yang telah diberikan kode di susun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir, selanjutnya dimasukkan dalam table. d. Tabulating yaitu memasukkan data ke dalam bentuk tabel dengan teliti dan teratur, kemudian dihitung dalam satu katagori. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dan rata-rata. Hasil dari analisa ini berupa distribusi frekuensi dan presentase dari variabel. Selanjutnya analisa ini akan ditampilkan distribusi frekuensi dalam bentuk tabel. Untuk data demografi atau kriteria sampel dilakukan perhitungan presentase : 37 P = f x 100% n Keterangan : P = persentase f = jumlah frekuensi n = jumlah responden Kemudian peneliti akan menghitung distribusi frekuensi dan mencari persentasi pada setiap variabel dengan menggunakan komputer program SPSS 17. b. Analisa Bivariat yaitu untuk mengetahui data dalam bentuk tabel silang dengan melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, mengggunakan uji statistik chi-square. Dengan batas kemaknaan (α = 0,05) atau Confident level (CL) = 95% diolah dengan komputer menggunakan program SPSS 17. Data masing-masing subvariabel dimasukkan ke dalam tabel contingency, kemudian tabel-tabel contingency tersebut di analisa untuk membandingkan antara nilai P value dngan nilai alpha (0,05), dengan ketentuan : 1) Ha diterima dan Ho di tolak : Jika P value ≤ 0,05 artinya ada hubungan dependent. antara variabel independen dengan variabel 38 2) Ha ditolak dan Ho diterima : Jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependent. Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sabagai berikut : 1. Bila pada tabel kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2. Bila pada tabel kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction 3. Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adala Person Chi-Square 4. Bila pada tabel kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga menjadi tabel kontigency 2x2 39 BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian RSUD dr. Zainoel Abidin beralamat di Jl. Tgk. H.M.Daud Beureueh No.118 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m2 dengan luas bangunan 25.760 m2. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Pebruari 1979 yaitu atas dasar Keputusan Menteri Kesehatan No.551/Menkes/SK/2F/1979 yang menetapkan RSUD dr. Zainoel Abidin sebagai rumah sakit kelas C. Selanjutnya dengan SK Gubernur Daerah Istimewa Aceh No.445/173/1979 tanggal 7 Mei 1979 RSUD dr. Zainoel Abidin ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah. B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dilakukan pada tanggal 1 sampai 5 September 2013. Adapun penelitian yang dilakukan pada ibu nifas yang memiliki anak yang prematur dengan total 50 orang, tentang hubungan pengetahuan, pendidikan dan status ekonomi dengan ibu nifas dalam perawatan bayi premature didapatkan sebagai berikut : 40 1. Analisa Univariat Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi. a. Pendidikan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Tentang Perawatan Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2014 No 1 2 3 Pendidikan Tinggi Menengah Dasar TOTAL Sumber data primer (di olah tahun 2014) f 13 18 19 50 % 26 36 38 100 Berdasarkan tabel 5.1 bahwa dari 50 orang responden, mayoritas responden memiliki pendidikan dasar yaitu 19 responden (38%) dalam merawat bayi yang premature di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. b. Status Ekonomi Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Responden Tentang Perawatan Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2014 No 1 2 Status Ekonomi Tinggi Rendah TOTAL Sumber data primer (di olah tahun 2014) f 19 31 50 % 38 62 100 41 Berdasarkan tabel 5.2 bahwa dari 50 orang responden, mayoritas responden memiliki status ekonomi yang rendah yaitu 31 responden (62%) dalam merawat bayi yang premature di rumah sakit umum daerah dr. zainoel abidin banda aceh c. Pengetahuan Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013 No 1 2 3 Pengetahuan Baik Cukup Rendah TOTAL Sumber data primer (di olah tahun 2014) f 20 14 16 50 % 40 28 32 100 Berdasarkan tabel 5.3 bahwa dari 50 orang responden, yang memiliki pengetahuan baik yaitu 20 responden (44%) dalam merawat bayi yang premature di rumah sakit umum daerah dr. zainoel abidin banda aceh 2. Analisa Bivariat a. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Prematur Tabel 5.4 Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Premature Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 No Pendidikan 1 2 Tinggi Menengah Pengetahuan Baik Cukup f % f % 2 15,4 3 23,1 12 66,7 4 22,2 Rendah f % 8 61,5 2 11,1 Total 13 18 P-value 0,005 42 3 Dasar 6 31,6 7 36,8 Total 20 14 Sumber data primer (di olah tahun 2014) 6 16 31,6 19 50 Berdasarkan tabel 5.4 didapat hasil, dari 19 responden yang memiliki pendidikan dasar terdapat 7 (36,8) responden memiliki pengetahuan yang cukup, dari 18 responden yang memiliki pendidikan menengah terdapat 12 (62,5%) responden memiliki pengetahuan baik dan dari 13 responden yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 8 (65,2%) responden yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,005< α =0,05). b. Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Prematur Tabel 5.5 Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Premature Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 Pengetahuan No Baik Cukup Rendah f % f % f % 1 Tinggi 11 57,9 6 31,6 2 10,5 2 Rendah 9 29 8 25,8 14 45,2 Total 20 14 16 Sumber data primer (di olah tahun 2014) Status Ekonomi Total Pvalue 19 31 50 0,030 Berdasarkan tabel 5.5 didapat hasil, dari 31 responden yang memiliki status ekonomi rendah terdapat 14 responden (45,2%) memiliki pengetahuan rendah. Dan dari 19 responden yang memiliki status ekonomi tinggi terdapat 11 responden memiliki pengetahuan baik. Hasil analisis 43 statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,030< α = 0,05). C. Pembahasan 1. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Prematur Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, dari 19 responden yang memiliki pendidikan dasar terdapat 7 (36,8) responden memiliki pengetahuan yang cukup, dari 18 responden yang memiliki pendidikan menengah terdapat 12 (62,5%) responden memiliki pengetahuan baik dan dari 13 responden yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 8 (65,2%) responden yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,005< α =0,05). Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia di suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan memberikan kontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan (Rini Hastuti, 2005). Menurut Fatma Sari (2010) dari Universitas Muhammadiyah Magelang, pendidikan sangat berpengaruh oleh pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pengetahuannya. 44 Menurut asumsi peneliti ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur. Tingginya pengetahuan seseorang didasari juga dengan tingginya pengetahuan orang tersebut. Bila seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi, bisa disimpulkan bahwa seseorang tersebut memiliki pendidikan yang tinggi pula. 2. Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Prematur Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, dari 31 responden yang memiliki status ekonomi rendah terdapat 14 responden (45,2%) memiliki pengetahuan rendah. Dan dari 19 responden yang memiliki status ekonomi tinggi terdapat 11 responden memiliki pengetahuan baik. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,030< α = 0,05). Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004). 45 Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006). Menurut purwatih (2012) dari Universitas Diponegoro, pengetahuan mempengaruhi status ekonomi seseorang, karena semakin tinggi pengetahuan seseorang, semakin tinggi pula status ekonominya. Menurut asumsi peneliti responden yang memiliki pengetahuan yang baik akan memiliki status ekonomi yang baik pula. Dan sebaliknya, responden yang memiliki pengetahuan rendah akan memiliki status ekonomi yang rendah pula. Karena status ekonomi mempengaruhi kemampuan seseorang memperoleh pengetahuan. Semakin rendah status ekonomi seseorang semakin rendah pula seseorang tersebut mendapatkan pengetahuan, begitu pula sebaliknya. 46 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan pendidikan dan status ekonomi dengan pengetahuan ibu nifas dalam perawatan bayi prematur di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Zainal Abidin, maka disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,005< α = 0,05). 2. Ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,030< α = 0,05). B. Saran 1. Bagi Pendidikan Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi prematur dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan kebidanan. 2. Bagi Masyarakat Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang perawatan bayi prematur. 3. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi prematur dan juga sebagai pengalaman penulis dalam mengaplikasi-kan riset kebidanan. 47 4. Bagi Profesi bidan Sebagai bahan informasi yang bermanfaat tentang pentingnya perawatan bayi prematur. 48 BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian RSUD dr. Zainoel Abidin beralamat di Jl. Tgk. H.M.Daud Beureueh No.118 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m2 dengan luas bangunan 25.760 m2. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Pebruari 1979 yaitu atas dasar Keputusan Menteri Kesehatan No.551/Menkes/SK/2F/1979 yang menetapkan RSUD dr. Zainoel Abidin sebagai rumah sakit kelas C. Selanjutnya dengan SK Gubernur Daerah Istimewa Aceh No.445/173/1979 tanggal 7 Mei 1979 RSUD dr. Zainoel Abidin ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah. B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dilakukan pada tanggal 1 sampai 5 September 2013. Adapun penelitian yang dilakukan pada ibu nifas yang memiliki anak yang prematur dengan total 50 orang, tentang hubungan pengetahuan, pendidikan dan status ekonomi dengan ibu nifas dalam perawatan bayi premature didapatkan sebagai berikut : 49 1. Analisa Univariat Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi. a. Pendidikan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Tentang Perawatan Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2014 No 1 2 3 Pendidikan Tinggi Menengah Dasar TOTAL Sumber data primer (di olah tahun 2014) f 13 18 19 50 % 26 36 38 100 Berdasarkan tabel 5.1 bahwa dari 50 orang responden, mayoritas responden memiliki pendidikan dasar yaitu 19 responden (38%) dalam merawat bayi yang premature di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. b. Status Ekonomi Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Responden Tentang Perawatan Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2014 No 1 2 Status Ekonomi Tinggi Rendah TOTAL Sumber data primer (di olah tahun 2014) f 19 31 50 % 38 62 100 50 Berdasarkan tabel 5.2 bahwa dari 50 orang responden, mayoritas responden memiliki status ekonomi yang rendah yaitu 31 responden (62%) dalam merawat bayi yang premature di rumah sakit umum daerah dr. zainoel abidin banda aceh c. Pengetahuan Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013 No 1 2 3 Pengetahuan Baik Cukup Rendah TOTAL Sumber data primer (di olah tahun 2014) f 20 14 16 50 % 40 28 32 100 Berdasarkan tabel 5.3 bahwa dari 50 orang responden, yang memiliki pengetahuan baik yaitu 20 responden (44%) dalam merawat bayi yang premature di rumah sakit umum daerah dr. zainoel abidin banda aceh 2. Analisa Bivariat a. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Prematur Tabel 5.4 Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Premature Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 No Pendidikan 1 2 Tinggi Menengah Baik f % 2 15,4 12 66,7 Pengetahuan Cukup f % 3 23,1 4 22,2 Rendah f % 8 61,5 2 11,1 Total 13 18 P-value 0,005 51 3 Dasar 6 31,6 7 36,8 Total 20 14 Sumber data primer (di olah tahun 2014) 6 16 31,6 19 50 Berdasarkan tabel 5.4 didapat hasil, dari 19 responden yang memiliki pendidikan dasar terdapat 7 (36,8) responden memiliki pengetahuan yang cukup, dari 18 responden yang memiliki pendidikan menengah terdapat 12 (62,5%) responden memiliki pengetahuan baik dan dari 13 responden yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 8 (65,2%) responden yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,005< α =0,05). b. Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Prematur Tabel 5.5 Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Premature Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 Pengetahuan No Baik Cukup Rendah f % f % f % 1 Tinggi 11 57,9 6 31,6 2 10,5 2 Rendah 9 29 8 25,8 14 45,2 Total 20 14 16 Sumber data primer (di olah tahun 2014) Status Ekonomi Total Pvalue 19 31 50 0,030 Berdasarkan tabel 5.5 didapat hasil, dari 31 responden yang memiliki status ekonomi rendah terdapat 14 responden (45,2%) memiliki pengetahuan rendah. Dan dari 19 responden yang memiliki status ekonomi tinggi terdapat 11 responden memiliki pengetahuan baik. Hasil analisis 52 statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,030< α = 0,05). C. Pembahasan 1. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Prematur Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, dari 19 responden yang memiliki pendidikan dasar terdapat 7 (36,8) responden memiliki pengetahuan yang cukup, dari 18 responden yang memiliki pendidikan menengah terdapat 12 (62,5%) responden memiliki pengetahuan baik dan dari 13 responden yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 8 (65,2%) responden yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,005< α =0,05). Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia di suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan memberikan kontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan (Rini Hastuti, 2005). Menurut Fatma Sari (2010) dari Universitas Muhammadiyah Magelang, pendidikan sangat berpengaruh oleh pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pengetahuannya. 53 Menurut asumsi peneliti ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur. Tingginya pengetahuan seseorang didasari juga dengan tingginya pengetahuan orang tersebut. Bila seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi, bisa disimpulkan bahwa seseorang tersebut memiliki pendidikan yang tinggi pula. 2. Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Prematur Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, dari 31 responden yang memiliki status ekonomi rendah terdapat 14 responden (45,2%) memiliki pengetahuan rendah. Dan dari 19 responden yang memiliki status ekonomi tinggi terdapat 11 responden memiliki pengetahuan baik. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,030< α = 0,05). Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004). 54 Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006). Menurut purwatih (2012) dari Universitas Diponegoro, pengetahuan mempengaruhi status ekonomi seseorang, karena semakin tinggi pengetahuan seseorang, semakin tinggi pula status ekonominya. Menurut asumsi peneliti responden yang memiliki pengetahuan yang baik akan memiliki status ekonomi yang baik pula. Dan sebaliknya, responden yang memiliki pengetahuan rendah akan memiliki status ekonomi yang rendah pula. Karena status ekonomi mempengaruhi kemampuan seseorang memperoleh pengetahuan. Semakin rendah status ekonomi seseorang semakin rendah pula seseorang tersebut mendapatkan pengetahuan, begitu pula sebaliknya. 55 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan pendidikan dan status ekonomi dengan pengetahuan ibu nifas dalam perawatan bayi prematur di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Zainal Abidin, maka disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,005< α = 0,05). 2. Ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,030< α = 0,05). B. Saran 1. Bagi Pendidikan Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi prematur dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan kebidanan. 2. Bagi Masyarakat 56 Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang perawatan bayi prematur. 3. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi prematur dan juga sebagai pengalaman penulis dalam mengaplikasi-kan riset kebidanan. 4. Bagi Profesi bidan Sebagai bahan informasi yang bermanfaat tentang pentingnya 45 perawatan bayi prematur. DAFTAR PUSTAKA Benson, 2008, Buku Saku Obstetri dan ginekologi, Jakarta : Arcan Bobak, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, Jakarta : EGC Burner and Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2, Jakarta : EGC 57 Dewi, vivian Nanny, 2010, Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir, Penerbit Salemba Medika, Jakarta Hidayat, Aziz Alimul, 2008, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta IDAI, 2009, Kesehatan Anak, http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.html (dikutip pada tanggal 30 juni 2014) Joeharno, 2008, Berat Badan Lahir Rendah, http://blogjoeharno. Blogspot.com/2008/05/berat-badan-lahir-rendah-bblr.html (dikutip tanggal 30 juni 2014) Muryunani, NS, Anik dan Nurhayati S.Kep, 2008, Buku Saku asuhan Bayi Baru Lahir Normal ( Asuhan Neonatal ), Trans Info Medika, Jakarta Mutia, 2010, Berat Badan Lahir Rendah, http://fermandamutia. Blogspot.com/2010/berat-lahir-rendah-bblr.html Muslihatun, Wati Nur, 2011, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita, Fitramaya, Yogyakarta Notoadmodjo, S, 2005, Metedologi Penelitian dan Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Winknjosastro, Hanifa, Ilmu Kandungan, Jakarta : YBP-SP 58