BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, bayi yang dilahirkan sebelum mencapai 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir disebut prematur. 1,2,3 Di negara maju angka prematuritas adalah antara 5 – 10 % di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan sebagian Amerika Selatan, dan 10 – 30 % di negara-negara Afrika dan Asia Tenggara.4 Angka kelahiran prematur yang tercatat di Indonesia pada tahun 2009 sekitar 19%, sekitar 400 ribu bayi dilahirkan prematur dari 4,4 juta kelahiran setiap tahunnya. 5,6 Etiologi prematur adalah multifaktorial dan dapat dihubungkan dengan penyakit bayi dan ibunya, pada setengah kasus etiologinya tidak diketahui. 4,7 Bayi prematur jelas memiliki periode perkembangan prenatal yang singkat. Kelahiran prematur menjadi predisposisi berbagai komplikasi neonatal dan masalah pertumbuhan dan perkembangan.1,2 Banyak penelitian telah mengindikasikan, anak prematur menunjukkan penundaan pada beberapa area pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikologis.4 Studi sebelumnya membuktikan bahwa anak prematur cenderung mengalami masalah perkembangan dental, termasuk di antaranya keterlambatan erupsi gigi, defek dental enamel, groove palatal dan yang paling sering adalah gigi berjejal.8,9 Pertumbuhan dan perkembangan gigi tidak terlepas dari pertumbuhan anak secara umum. Hubungan antara umur kehamilan dan atau berat badan lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin.10 Kenyataannya semua bayi prematur menderita Universitas Sumatera Utara rendahnya cadangan kalsium dan gangguan metabolisme kalsium. Dua per tiga persediaan kalsium dan fosfor terkumpul pada trimester terakhir kehamilan dan bayi prematur tidak mengalami masa penambahan mineral.3,11 Proses perkembangan gigi dapat terganggu pada bayi prematur akibat defisiensi nutrisi, paparan obat tertentu, dan manipulasi di rongga mulut yang menyebabkan trauma.12 Prematur telah digambarkan sebagai salah satu alasan penundaan erupsi. 13 Keterlambatan erupsi gigi telah menjadi masalah yang menarik dan kontroversial. 14 Keterlambatan erupsi gigi desidui ini berpengaruh terhadap sistem stomatognasi. Selain itu, keterlambatan erupsi juga turut berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, terutama dalam proses menerima asupan makanan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana keterlambatan erupsi yang terjadi pada anak kelahiran prematur di Kota Medan. Penelitian dilakukan pada anak-anak yang lahir di RSU Dr. Pirngadi Medan, karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan yang ikut mendukung program penelitian sehingga diharapkan data rekam medik yang lengkap dapat diperoleh. Selain itu, pasien yang datang untuk berobat berasal dari seluruh kalangan masyarakat. Dengan kata lain, kelas sosial dan ekonomi pasien yang menjadi sampel bervariasi dan telah dapat mewakili keseluruhan populasi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pola erupsi gigi insisivus desidui pada anak kelahiran prematur? Universitas Sumatera Utara 2. Apakah ada perbedaan usia rata-rata erupsi gigi insisivus desidui anak kelahiran prematur dengan anak kelahiran normal? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk : 1. Mengetahui pola erupsi gigi insisivus desidui pada anak kelahiran prematur. 2. Mengetahui apakah ada perbedaan usia rata-rata erupsi gigi insisivus desidui anak kelahiran prematur dengan anak kelahiran normal. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Untuk peneliti: menambah wawasan tentang kelahiran prematur dan erupsi gigi desidui dan memperoleh pengalaman melakukan penelitian. 2. Untuk departemen: sebagai bahan referensi untuk Departemen Ilmu kedokteran Gigi Anak 3. Untuk masyarakat: memberikan informasi yang dapat menjadi acuan penyuluhan bagi ibu hamil. Universitas Sumatera Utara