1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun. Dari jumlah ini diperkirakan 90% terjadi di Asia dan Afrika, 10% di negara berkembang lainnya, dan kurang 1 % di negara maju (Prawirohardjo, 2009). Tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi menjadi ukuran kemampuan pelayanan obstetri suatu negara. Indonesia dengan angka kematian ibu 390/100.000 persalinan hidup, menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan obstetri belum menyentuh masyarakat dengan cakupan bermutu dan menyeluruh. Apabila di Indonesia persalinan diperkirakan 5.000.000, angka kematian ibu sekitar 18.500-19.000 per tahun (Manuaba, 2009). Negara Indonesia angka kematian ibu rata-rata mencapai 359/100.000 kelahiran hidup, sedangkan target pemerintah Indonesia untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi 108/100.000 pada tahun 2015 belum sesuai dengan target MDG’s. Angka kematian ibu paling 1 2 tinggi disebabkan oleh perdarah (28%) dan hipertensi dalam kehamilan (24%) (Depkes RI). Kasus kematian ibu hamil di Jawa Tengah pada tahun 2012 terdapat 675 kasus kematian dari 604.000 jumlah ibu hamil. Pada tahun 2012 jumlah angka kematian ibu meningkat 7 kasus dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 668 kasus dari 592.000 ibu hamil. Kasus ini disebabkan jumlah ibu hamil semakin meningkat sehingga menimbulkan jumlah ibu hamil resiko tinggi lebih banyak (Dinas Kesehatan Provinsi Jateng 2012). Jumlah kematian ibu di kota Semarang yaitu 22 kasus dari 27448 jumlah kelahiran hidup atau 27/100.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau 119,9/ 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu meningkat pada tahun 2013 mencapai 25 kasus. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa upaya peningkatan kesehatan dalam hal penurunan angka kematian ibu belum maksimal. Oleh karena itu diperlukan peran serta tenaga kesehatan dalam menurunkan angka kematian ibu (Dinas Kesehatan Kota Semarang 2012). Ibu hamil yang memiliki resiko tinggi di Jawa Tengah berjumlah 125.841 ibu hamil. Jumlah ibu hamil resiko tinggi di kota Semarang pada tahun 2012 yaitu 5.680 dan sebagian besar terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu yaitu dari jumlah 2015 ibu hamil yang memiliki resiko tinggi sebanyak 101 ibu hamil resiko tinggi. (Dinas Kesehatan Kota Semarang 2012). 3 Setelah studi pendahuluan di Puskesmas Kedungmundu diperoleh data tahun 2013 ibu hamil resiko tinggi dengan jumlah 694 orang dengan sasaran ibu hamil 2.143 orang dari beberapa kelurahan diwilayah kerja Puskesmas Kedungmundu dan terbanyak adalah di Kelurahan Tandang yaitu sebanyak 134 orang dari sasaran ibu hamil 345. Data dari Kelurahan Tandang jumlah Wanita Usia Subur terbanyak yaitu di RW XI dengan jumlah 519 orang. Wanita usia subur adalah wanita yang keadaan reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-35 tahun. Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang apabila dibiarkan berlangsung tanpa bantuan akan menyebabkan komplikasi dan hasilnya kurang memuaskan (Manuaba, 2011). Akibat dari kehamilan resiko tinggi adalah kemungkinan terjadinya kesakitan atau kematian terhadap ibu dan atau bayi. Promosi kesehatan adalah upaya perubahan atau perbaikan perilaku dibidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kwalitas kesehatan. Promosi kesehatan bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif atau pemulihan dalam rangkaian uapaya kesehatan yang komprehensif (Mubarok, 2011). Salah satu upaya promosi kesehatan dalam rangka mengurangi angka kematian ibu adalah penyuluhan kesehatan tentang kehamilan resiko tinggi. Peran serta tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan 4 mengenai kehamilan resiko tinggi itu sangat membantu wanita usia subur sebelum mempersiapkan kehamilannya, sehingga memungkinkan mengurangi jumlah kehamilan resiko tinggi. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti “Perbedaan Pengetahuan Wanita Usia Subur dalam Memahami Kehamilan Resiko Tinggi Sebelum dan Sesudah diberi Penyuluhan di Kelurahan Tandang RW XI Kota Semarang ” B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu “Adakah perbedaan wanita usia subur dalam memahami kehamilan resiko tinggi sebelum dan sesudah diberi penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kelurahan Tandang RW XI Kota Semarang ?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan wanita usia subur dalam memahami kehamilan resiko tinggi sebelum dan sesudah diberi penyuluhan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kelurahan Tandang RW XI Kota Semarang. 5 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan pengetahuan wanita usia subur dalam memahami kehamilan resiko tinggi sebelum penyuluhan. b. Mendiskripsikan pengetahuan wanita usia subur dalam memahami kehamilan resiko tinggi sesudah penyuluhan. c. Menganalisis perbedaan pengetahuan wanita usia subur dalam memahami kehamilan resiko tinggi sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah referensi, wawasan, pengetahuan tentang wanita usia subur dalam memhami kehamilan resiko tinggi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam hal promosi kesehatan khususnya pendidikan kesehatan dan penyuluhan. b. Bagi Tempat Peneliti Sebagai informasi dan masukan kepada wanita usia subur dalam memahami kehamilan resiko tinggi. 6 c. Bagi Tenaga Kesehatan Dapat menjadi dasar penyuluhan deteksi dini kehamilan resiko tinggi bagi wanita usia subur. 7 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variabel yang diteliti Tingkat pengetahuan ibu hamil, resiko tinggi kehamilan, dan kepatuahan kunjungan Antenatal Care Metode Hasil 1 Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan dengan kepatuhan antenatal care di RSUD Pandan Arang Boyolali (Erni Damayanti dan Winarsih Nur A, 2009) Ibu hamil trimester III yang mempunyai resiko tinggi dalam kehamilan Deskriptif korelatif, dengan pendekatan cross sectional Tingkat pengetahuan ibu tentang kehamilan resiko tinggi 24% rendah, 33% sedang, 42% tinggi. diskripsi kunjungan ANC ibu tidak patuh 49%, patuh 51%. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan paling banyak pada kategori cukup sebanyak 55%, baik 35%, dan kurang 10% Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi didapatkan dengan hasil baik 48,15%, kurang 29,63%, cukup 22,22%. 2 Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan di PKD Desa Papahan kecamatan Tasikmadu Karanganyar (Ana Wigunantiningsih, 2013) Semua ibu hamil yang berkunjung di PKD Desa Papahan pada bulan JuliDesember 2012 Pengetahuan ibu hamil dan resiko tinggi kehamialan Deskriptif, dengan pendekatan cross sectional 3 Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi (Sujati, 2013) Semua ibu hamil di BPS Sujati pada bulan September 2012 Pengetahuan ibu hamil dan kehamilan resiko tinggi deskriptif 8 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah jenis penelitian, variabel, dan tempat penelitian. 1. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian (Erni Damayanti dan Winarsih Nur A, 2009) adalah sasaran responden, variabel yang diteliti, metode penelitian, dan tempat penelitian. 2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian (Ana Wigunantiningsih, 2013) adalah sasaran responden, variabel yang diteliti, metode penelitian, dan tempat penelitian. 3. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian (Sujati, 2013) adalah sasaran responden, variabel yang diteliti, metode penelitian, dan tempat penelitian.