PERBEDAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) ANTARA HIPOTERMI

advertisement
1
PERBEDAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) ANTARA HIPOTERMI DAN NON
HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI BPM WILAYAH KEDUNGMUNDU
SEMARANG
ROSEMARY DYAH UTAMI KURNIASARI, FERY AGUSMAN MM, POPPY FRANSISCA A
Program Studi DIV Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada
Semarang
ABSTRAK
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan tindakan segera setelah bayi lahir diletakkan menempel
di dada atau di perut ibu. WHO dan UNICEF telah merekomendasikan inisiasi menyusu dini
sebagai tindakan penyelamatan kehidupan. Kematian bayi ini disebabkan karena hipotermi.
Untuk Wilayah Bidan Praktek Mandiri Wilayah Kedungmundu Semarang pada tahun 2012
terdapat bayi yang mengalami hipotermi sebesar 25 % (3 bayi dari 12 bayi). Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Apakah ada perbedaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) antara hipotermi
dan non hipotermi pada bayi baru lahir di Bidan Praktek Mandiri Wilayah Kedungmundu
Semarang? Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui perbedaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
antara hipotermi dan non hipotermi pada bayi baru lahir di Bidan Praktek Mandiri Wilayah
Kedungmundu Semarang. Jenis penelitian ini adalah observasional / survey, yaitu penelitian
yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian sehingga disebut
penelitian non eksperimental. Pendekatan waktu menggunakan cross sectional. Populasi yang
diambil adalah semua ibu bersalin yang melahirkan dan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
di Bidan Praktek Mandiri Wilayah Kedungmundu Semarang 2013. Dalam penelitian ini populasi
yang diambil 40 orang. Berdasarkan hasil penelitian dalam analisa data dengan menggunakan
perhitungan secara statistik melalui uji Mann Whitney dengan derajat kepercayaan (95 %)
dengan kebebasan (df) = 1 Setelah data diolah ternyata terdapat 0 sel (0,0%) yang mempunyai
nilai harapan < 5, sehingga dianalisis menggunakan Uji Mann Whitney sebesar 3000 dengan p
value = 0,000 < 0,05, maka berdasarkan kriteria penolakan Ho dapat dinyatakan hipotesa (Ho)
ditolak dan Hipotesa (Ha) diterima berarti ada perbedaan yang bermakna Inisiasi Menyusu Dini
antara hipotermi dan non hipotermi pada bayi baru lahir di Bidan Praktek Mandiri Wilayah
Kedungmundu Semarang tahun 2013.
Kata kunci
: Inisiasi Menyusu Dini (IMD), hipotermi, non hipotermi
Daftar Pustaka 14 (2005-2010)
Abstract
Early Initiation of Breastfeeding (IMD) is an action immediately after birth placed on mother's
chest or stomach. WHO and UNICEF have recommended early initiation of breastfeeding as a
life saving measure. Infant mortality is due to hypothermia. For BPM Kedungmundu Semarang
2012 there were infants with hypothermia at 25% (3 of 12 baby baby). Formulation of the
problem in this research is if a difference Early Initiation of Breastfeeding (IMD) between
hypothermia and non-hypothermia in newborns in the Midwives practice independently area
Kedungmundu Semarang? Knowing the purpose of this study is the difference in Early Initiation
of Breastfeeding (IMD) between hypothermia and non-hypothermia in newborns BPM
1
2
Kedungmundu Semarang. The study was observational / survey, the research was done without
the intervention of the research subjects so called non-experimental research. Approach of used
cross-sectional time. Population are taken by all mothers who gave birth and do maternity Early
Initiation of Breastfeeding (IMD) in BPM Kedungmundu Semarang 2013. In this study
population was taken 40 people. Based on the results of research in data analysis using statistical
calculation by Mann Whitney test with a degree of confidence (95%) with freedom (df) = 1 Once
the data is processed turns out there is a 0 cells (0.0%) who had expected value < 5, so that
analyzed using the Mann Whitney test for 3000 with p value = 0.000 < 0.05, based on the
rejection criteria can be stated hypothesis Ho (Ho) is rejected and the hypothesis (Ha) is accepted
means no significant difference between the Early Initiation of Breastfeeding hypothermia and
non-hypothermia in infants BPM Kedungmundu Semarang 2013.
Key words: Early Initiation of Breastfeeding (IMD), hypothermia, non hypothermia
Bibliography 14 (2005-2010)
PENDAHULUAN
Hipotermi merupakan salah satu penyebab angka morbiditas dan mortalitas pada neonatal.
Inisiasi Menyusu Dini salah satu intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian
bayi baru lahir akibat terjadinya hipotermi. Hipotermi berkaitan erat dengan proses metabolisme
dan pertambahan pemakaian energi. Suhu normal bayi baru lahir adalah 36,5ºC-37ºC
(Maryunani, 2008). Penelitian Dr. Niels Bergman, kulit ibu berfungsi sebagai inkubator, karena
kulit ibu merupakan thermoregulator bagi bayi. Suhu kulit ibu 1°C lebih tinggi dari ibu yang
tidak bersalin. Selama periode dini setelah bayi lahir, biasanya berakibat kehilangan panas
komulatif 2-3°C. Kehilangan panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi
Pada saat lahir bayi mengalami hipotermi, dengan terjadinya skin to skin contac secara otomatis
suhu kulit tubuh ibu akan meningkat 2°C. Sebaliknya apabila bayi mengalami hipertermi suhu
tubuh ibu akan turun 1°C (Roesli, 2008).
METODA PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional / survey. Pendekatan yang
digunakan adalah Cross Sectional, artinya tiap subjek penelitian diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat pemeriksaan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BPM Wilayah Kedungmundu Semarang.
3. Populasi Dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan populasi sebagai subyek penelitian yaitu ibu yang beralin
di BPM Wilayah Kedungmundu Semarang yang melakukan IMD berjumlah 40 orang.
Teknik sampling yang digunakan adalah proporsional. Proposioanl sampling adalah
pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasinya tidak homogen yang terdiri
kelompok yang homogenya atau berstrata secara proporsional. Karena populasi sudah
diketahui, maka rumus yang digunakan untuk mencari sampel adalah sebagai berikut :
3
N
4.
5.
n=
1 + N (d2)
(N = Besar populasi, n = Besar sampel, d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan)
sehingga diperoleh besar sampel minimal 36 orang.
Metode Pengumpulan Data
a. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer yaitu dengan
observasi
b. Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data sekunder yaitu data yang
diperoleh melalui buku KIA dan catatan dari puskesmas.
Metode Pengolahan Data Dan Analisa Data
Data diperoleh dengan cara observasi dalam penelitian sesuai tujuan penelitian kemudian
mengukur suhu dengan Infra Red Thermometer. Data hasil observasi diperiksa dan
kemudian diolah menggunakan bantuan program komputer. Analisis data digunakan analisis
univariat dan bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terletak di Jalan Sambiroto Semarang. Letak
Geografis & Wilayah Kerja terletak di RT 01 RW I, Kelurahan Kedungmundu, Kecamatan
Tembalang. Dan yang diteliti dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang melahirkan di
BPM Wilayah Kedungmundu Semarang. Masalah yang dialami oleh ibu bersalin pada
bayinya adalah hipotermi. Hal ini merupakan masalah penting yang harus diselesaikan
karena dapat menyebabkan kematian.
2. Gambaran Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Hipotermi
a. Gambaran Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Tabel rerata Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir di BPM Wilayah Kedungmundu
Semarang dapat diketahui pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Rerata Inisiasi Menyusu Dini pada Bayi Baru Lahir di BPM Wilayah
Kedungmundu Semarang
Variabel Mean
Median
IMD
39.44
35
b.
SD
12.580
Minmak
30-75
95 %CI
35.19 –
43.70
Hasil analisis didapatkan rata-rata waktu Inisiasi Menyusu Dini adalah 39.44 menit,
dengan standar deviasi 12.580. Waktu IMD tercepat 30 menit dan terlama 75 menit.
Dari hasil estimasi dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini rata-rata waktu IMD
adalah 35.19 menit sampai 43.70 menit.
Gambaran Kejadian Hipotermi
Distribusi statistik deskriptif variabel mengenai gambaran kejadian hipotermi dapat
diketahui pada tabel berikut ini:
4
Tabel 4.2 Distribusi statistik deskriptif variabel Hipotermi pada Bayi
Baru Lahir di BPM Wilayah Kedungmundu Semarang
No
Kejadian Hipotermia
N
%
Mean
24
66,7
36,8
1.
Tidak Hipotermia
12
33,3
2.
Hipotermia
Jumlah
36
100,0
Hasil tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 36 responden, mayoritas bayi baru lahir di
BPM Wilayah Kedungmundu Semarang tidak mengalami hipotermi ada 24 bayi
(66,7%).
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan Inisiasi Menyusu
Dini antara hipotermi dan non hipotermi pada bayi baru lahir di BPM Wilayah
Kedungmundu Semarang yang hasilnya tidak normal. Sebelum dilakukan analisis bivariat,
dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf
sig. 0,05.
Berdasarkan perhitungan uji Shapiro-Wilk diperoleh nilai signifikansi untuk variabel
hipotermi sebesar 0,001 dan variabel IMD 0,001, sehingga dapat dikatakan bahwa data
untuk variabel hipotermi dan IMD tidak terdistribusi normal. Jika (p > 0.05) maka Ho
diterima, Ha ditolak dan apabila (p < 0,05) Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga analisa
bivariat untuk mengetahui perbedaan Inisiasi Menyusu Dini antara hipotermi dan non
hipotermi pada bayi baru lahir di BPM Wilayah Kedungmundu Semarang dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Mann Whitney.
Adapun hasil pengujian dengan menggunakan uji Mann Whitney dapat diketahui pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.3.Hasil Uji Mann Whitney
Hipotermia-IMD
Mann Whitney U
3000
p-value
0,000
Hasil analisa uji Mann Whitney diperoleh nilai Mann Whitney U =16.500 p= 0,000.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan Inisiasi Menyusu Dini antara
hipotermi dan non hipotermi pada bayi baru lahir di BPM Wilayah Kedungmundu
Semarang dengan tingkat signifikansi 95%. Hal ini ditandai dari probabilitas (p-value)
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (ρ < 0,05).
B. PEMBAHASAN
1. Inisiasi Menyusu Dini
Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar ibu bersalin yang melahirkan di BPM
Wilayah Kedungmundu Semarang melakukan inisiasi menyusu dini pada bayinya yang baru
lahir kurang dari 1 jam. Waktu rata-rata Ibu bersalin yang melakukan IMD 39,44 menit.
Alasan melakukan IMD ini karena untuk mempererat kontak batin dengan bayi, merangsang
bayi agar bias menyusu dan mencegah hipotermi.
Banyaknya ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini menunjukkan adanya pemahaman dan
kesadaran ibu mengenai manfaat dan penting menyusui pada bayi yang baru lahir. Inisiasi
5
menyusu dini adalah tindakan segera setelah bayi lahir diletakkan menempel didada atau
diperut ibu, di biarkan merayap mencari puting kemudian menyusu sampai puas, proses ini
berlangsung minimal satu jam pertama sejak bayi lahir (Depkes, 2008).
Pemberian ASI sejak dini dapat memberikan perlindungan pada bayi dan balita dari penyakit
infeksi. Para ibu tidak takut bayinya kedinginan selama proses IMD, karena dada ibu yang
baru melahirkan satu derajat lebih hangat dari perempuan normal.
2. Kejadian Hipotermi
Hasil penelitian pada tabel 4.2 ini diketahui bahwa dari 36 respon den sebagian besar bayi
yang baru lahir di BPM Wilayah Kedungmundu Semarang tidak mengalami hipotermi 24
bayi (66,7 %), sedangkan yang mengalami hipotermi 12 bayi (33,3%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa tubuh bayi tersebut tidak mengalami penurunan suhu tubuh, dimana
kondisi ini ibu melakukan inisiasi menyusu dini sehingga tubuh bayi menjadi hangat.
Maryunani (2008), menyatakan bahwa hipotermi merupakan suatu keadaan dimana tubuh
bayi mengalami penurunan suhu tubuh dibawah 36ºC yang pada akhirnya menyebabkan
trauma dingin pada bayi baru lahir dan mengakibatkan kesakitan bahkan kematian.
Hipotermi berkaitan erat dengan proses metabolisme dan pertambahan pemakaian energi.
Suhu normal bayi baru lahir adalah 36,5ºC-37ºC. Jika bayi kedinginan suhu di dada ibu akan
naik 2ºC, dan jika kepanasan suhunya akan turun 1ºC(Roesli, 2008).
Perbedaan Inisiasi Menyusu Dini antara hipotermi dan non hipotermi Pada Bayi Baru
Lahir
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan Inisiasi Menyusu Dini antara
hipotermi dan non hipotermi pada bayi baru lahir. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
Inisiasi Menyusu Dini yang dilakukan setelah bayi lahir maka bayi akan mengalami
hipotermi, karena suhu tubuh janin semasa di dalam uterus selalu terjaga (Maryunani, 2008).
Setelah lahir hubungan dengan ibunya terputus dan neonatus harus mempertahankan suhunya
sendiri melalui aktivitas metabolisme tubuh. Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu
tubuhnya karena mekanisme ini belum efisien dan lemah, sehingga bayi akan mengalami
stress dengan adanya perubahan tersebut. Proses kehilangan panas dapat melalui konveksi,
evaporasi, radiasi dan konduksi sehingga bayi mengalami hipotermi yang akan beresiko
tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal (Roesli, 2008). Di BPM Wilayah Kedungmundu
Semarang bayi baru lahir melakuan IMD kurang dari 1 jam, karena ada beberapa faktor
diantaranya ibu yang mempunyai payudara normal, tidak stress dan kuatir atas kelahiran
bayinya, tidak kelelahan dan bayi yang tidak ada kelainan bawaan.
Adanya perbedaan Inisiasi Menyusu Dini antara hipotermi dan non hipotermi pada bayi baru
lahir dalam penelitian ini mendukung hasil penelitian Nurul (2012) yang menunjukkan
bahwa Inisiasi Menyusu Dini dalam proses persalinan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir. Semakin banyak ibu bersalin
yang melakukan IMD semakin berkurang kejadian hipotermi pada bayi baru lahir, karena
suhu di dada ibu akan naik 2ºC dan dada ibu yang baru melahirkan 1ºC lebih hangat dari
perempuan normal.
KESIMPULAN
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi baru lahir di BPM Wilayah
Kedungmundu Semarang mendapatkan inisiasi menyusu dini dengan rata-rata 39.44 menit.
6
2.
3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi bru lahir di BPM Wilayah
Kedungmundu Semarang tidak mengalami hipotermi
Ada perbedaan Inisiasi Menyusu Dini antara hipotermi dan non hipotermi pada bayi baru
lahir di BPM Wilayah Kedungmundu Semarang (p-value 0,000 < 0,05)
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul bari. (2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal:
Jakarta: JNPKKR-POGI.
2. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
3. Depkes, 2007. Pencapaian Progam Kesehatan, http://www.Depkes2004.com diakses tanggal
02 februari 2012.
4. Hidayat, Alimul Azis. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Selemba Medika.
5. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
6. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
7. Maryunani, Anik. (2008). Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta: Trans Info Media.
8. Prawirohardjo Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
9. Prawirohardjo Sarwono. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta
:YBPSP
10. Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
11. Setiawan, ari suggyiono. 2010. Metode Penelitian Kebidanan D III, D IV, SI, S2. Jogjakarta:
Nurlia Medika
12. Saifudin. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, edisi
I cetakan ke empat. Jakarta : YBPSP
13. Wiknjosastro. 2007. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : JNPKKR / POGI
14. Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kandungan Edisi ketiga cetakan ke-7. Jakarta : EGC
Download