5 jurnal kundiati

advertisement
61
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA SISWA KELAS
XA SMA NEGERI 1 KALEDUPA
Kundiati 1, Mustamin Anggo2
1
Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO
Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO
2
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam pembelajaran
geografi pada siswa kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Subjek penelitian adalah
guru Geografi SMA Negeri 1 Kaledupa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam pengumpulan data dengan
observasi dan wawancara peneliti menggunakan instrumen berupa lembar observasi
pedoman wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari pengamatan I ke pengamatan II sebagai
berikut. Menguasai bahan pelajaran baik menjadi sangat baik. Menguasai landasan
pendidikan dari cukup menjadi baik. Menyusun program pengajaran tidak mengalami
peningkatan ataupun penurunan. Melasanakan program pengajaran juga tidak
mengalamipeningkatan ataupun penurunan. Menilai proses dan hasil belajar dari cukup
menjadi baik. Menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan tidak mengalami
peningkatan ataupun penurunan (cukup). Menyelenggarakan administrasi sekolah pada
tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan (baik). Mengembangkan kepribadian
tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan (baik). Berinteraksi dengan teman
sejawat dan masyarakat dari cukup menjadi baik. Mengadakan penelitian tidak
mengalami peningkatan ataupun penurunan (cukup).
Kata kunci: Peran Guru, Pembelajaran Geografi
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan satu bagian ditunjukkan
dengan
kesungguhan
yang sangat penting dalam pembangunan pemerintah melalui peningkatan mutu
nasional. Melalui
pendidikan, dapat pendidikan di sekolah, salah satu upaya
dikembangkan sumber daya manusia yang di lakukan pemerintah yaitu
yang berkualitas dengan menguasai ilmu menuntut adanya peran mengajar guru, hal
pengetahuan
dan
teknologi
yang ini disebabkan karena guru sebagai
semakin
berkembang.
Salah
satu pengembangan dan pelaksanan kurikulum
komponen penting dalam pendidikan yang yang secara langsung berpengaruh
bertanggung
jawab penuh
terhadap terhadap
perubahan
pada
siswa.
keberhasilan proses pendidikan yaitu Perubahan-perubahan pada siswa antara
guru. Guru
tidak hanya mentransfer lain timbul mutilasi belajar, rangsangan
pengetahuan kepada siswa, tetapi juga untuk berdampak pada prestasi belajar
harus memberikan kesempatan kepada siswa.
siswa
untuk
ikut
aktif
dalam
Peningkatan kualitas sumber daya
mengembangkan kemampuan yang ada manusia merupakan salah satu penekanan
pada dirinya dan membiasakan dalam dari tujuan pendidikan, seperti yang
memperkaya pengetahuannya sendiri.
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20
Di bidang pendidikan pemerintah Tahun 2003 Tentang Tujuan Pendidikan
telah berupaya dalam mengalang mutu Nasional Bab II pasal 3 yang mengatakan
pendidikan secara nasional. Hal ini bahwa “pendidikan nasional bertujuan
Kundiati, Mustamin Anggo
62
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
mengembangkan peran dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cekap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis setra bertanggung jawab.
Adanya undang-undang tersebut, maka
pendidikan harus tetap menjadi priorotas
utama untuk diusahakan kelengkapan
sarana dan prasarananya terutama untuk
sekolah.
Proses
pembelajaran
pada
kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan
dengan
menggunakan
pendekatan saintifik yaitu pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik yang memiliki kriteria pendekatan
saintifik sebagai berikut (permendikbud,
2013: 124): (1) materi pembelajaran
berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,
khayalan, lagenda atau dongeng semata,
(2) penjelasan guru, respon peserta didik,
dan interaksi edukatif guru-pesarta didik
terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpan dari alur berpikir logis, (3)
mendorong dan menginspirai peserta didik
berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam
mengidentifikasi,
memahami,
memecahkan
masalah,
dan
mengaplikasikan materi pembelajaran, (4)
mendorong dan menginspirasi peserta
didik mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan
satu sama lain dari materi pembelajaran,
(5) mendorong dan menginspirasi peserta
didik mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang
rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran, (6) berbasis pada
konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan, (7) tujuan
pembelajaran
dirumuskan
secara
sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.
Dunia pendidikan dewasa ini
berkembang semakin pesat dan semakin
kompleksnya persoalan pendidikan yang
dihadapi bukanlah tantangan yang
dibiarkan begitu saja, tetapi memerlukan
pemikiran yang baik. Pesoalan yang
dimaksud diantaranya adalah peran
mengajar guru. Karena guru sebagai
tenaga pendidik yang paling banyak
berhubungan dengan peserta didik
diharuskan mempunyai peran yang baik
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Membina subjek didik menjadi
tenaga bermutu di dunia kerja adalah
sesuatu yang sangat sukar sebab hal ini
dipengaruhi banyak faktor antara lain
kesiapan dan peran guru dalam proses
pembelajaran yang mengacu pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
dibuatnya. Kualitas RPP yang dibuat oleh
guru mencerminkan peran guru itu dalam
mengelolah kelas untuk menghasilkan
siswa yang berkualitas.
Dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan, guru mempunyai peran yang
sangat penting dalam merealisasikan
tujuan pendidikan nasional. Gurulah ujung
tombak kegiatan pengajaran di sekolah
yang langsung berhadapan dengan peserta
didik. Tanpa adanya peran guru maka
kegiatan pembelajaran tidak bisa berjalan
dengan semestinya.
Seorang guru seharusnya memiliki
pemahaman-pemahaman yang dalam
tentang pengajaran. Mengajar bukanlah
kegiatan yang mudah melainkan suatu
kegiatan dan tugas yang berat dan penuh
dengan
permasalahan.
Peran
dan
kecakapan sangat dituntut bagi seorang
guru. Karena itu seorang guru harus
memiliki kecakapan dan keahlian tentang
keguruan.
Peran
dan
kecakapan
merupakan modal dasar bagi seorang guru
dalam melakukan kegiatan atau tugasnya.
Mengajar adalah membimbing kegiatan
siswa, mengatur dan mengorganisasikan
lingkungan yang ada disekitar siswa
Kundiati, Mustamin Anggo
63
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
sehingga
dapat
mendorong
dan
menumbuhkan semangat siswa untuk
melakukan kegitan belajar, terutama untuk
mata pelajaran Geografi. Mengajar adalah
tugas yang begitu kompleks dan maha
sulit, terutama untuk guru mata pelajaran
Geografi, sehingga tidak dapat dilakukan
dengan baik oleh seorang guru tanpa
persiapan.
Perencanaan
pengajaran,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan
kegiatan evaluasi pengajaran merupakan
serangkaian kegiatan dalam mengelolah
pembelajaran yang dikuasai dan dimiliki
oleh seorang guru merupakan bagian dari
peran guru itu sendiri.
Beranjak dari peran inilah guru
akan mengetahui apa yang harus
dijalankannya, baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi berdasarkan
teori yang diperoleh dari lembaga
pendidikan yang pernah ditempuhnya.
Oleh karena itu, peran sesuatu yang
mutlak dimiliki oleh setiap guru dalam
kegiatan
pengelolaan
pembelajaran.
Dalam kenyataan guru yang mempunyai
kompetensi mengajar yang baik dalam
proses pembelajaran tidaklah mudah
ditemukan, disamping itu peran guru
dalam pembelajaran bukanlah persoalan
yang berdiri sendiri tetapi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya faktor
latar belakang pendidikan, pengalaman
mengajar dan training keguruan yang
pernah diikuti. Dengan demikian guru
yang
mempunyai
peran
dalam
pembelajaran akan mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan
menyenangkan serta akan lebih mampu
mengelolah kelasnya sehingga hasil
belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Disamping hal tersebut di atas “ peran
dalam proses interaksi pembelajaran dapat
pula menjadi alat motivasi ekstrinsik, guna
memberikan dorongan dari luar diri siswa.
Peran guru juga sebagai alat yang
berguna untuk memberikan pelayanan
terbaik agar siswa merasa puas dalam
pelaksanaan
proses
pembelajaran,
terutama lagi bagi guru mata pelajaran
Geografi.
Peran merupakan suatu yang
mutlak dimiliki guru agar tugasnya
sebagai pendidik dapat terlaksana dengan
baik, sebab dalam mengelolah proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru
yang tidak menguasai kompetensi guru,
maka akan sulit untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Berdasarkan fakta dilapangan yang
penulis peroleh sebagai gamabaran awal
penelitian di SMA Negeri 1 Kaledupa
melihat adanya permasalahan bagi guru
dalam menggunakan peran guru dalam
pembelajaran dimana tidak semua guru
mempunyai peran dalam pembelajaran
sesuai dengan rencana pembelajaran.
Padahal seharusnya seorang guru harus
berperan penting baik dalam proses
pembelajaran khususnya untuk guru mata
pelajaran Geografi. Mengingat pentingnya
peningkatan
peran
guru
dalam
pembelajaran mata pelajaran Geografi,
maka
guru
diharapkan
dapat
meningkatkan peran pembelajaran siswasiswanya
terhadap
mata
pelajaran
Geografi.
Berdasarkan uraian diatas maka
penulis melakukan penelitian dengan judul
“Peran Guru Dalam Pembelajaran
Geografi Pada Siswa Kelas XA SMA
Negeri 1 Kaledupa”.
Usman (2003:45), berpendapat
bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku individu sebagai akibat
interaksi individu dengan lingkungan
sehingga mampu berinteraksi dengan baik
dengan lingkungan.
Purwanto (2004:85) bahwa belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkah
laku. Perubahan itu dapat mengarah pada
tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah pada tingkah
laku yang tidak baik.
Slameto (2003: 8) memberi suatu
pengertian, bahwa belajar adalah sebagai
suatu proses usaha yang dilakukan oleh
Kundiati, Mustamin Anggo
64
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
seseorang untuk memperoleh sesuatu
perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai suatu pengalamannya
itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Suprayekti (2004: 2), bahwa
belajar secara umum dapat diartikan
sebagai proses perubahan perilaku akibat
interaksi individu dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Hamalik
(2003:27)
mengemukakan bahwa, belajar adalah
suatu usaha sungguh-sungguh dengan
sistematis,
mendayagunakan
semua
potensi
yang
dimiliki,
baik
fisik,mental,serta panca indera, otak dan
anggota tubuh lainnya, demikian pula
aspek-aspek kejiwaan seperti intelejensi,
bakat, motivasi,minat dan sebagainya.
Burton
dalam
Aunurrahman
(2011:35) merumuskan pengertian belajar
sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu
dengan lingkungannya.
Witherington dalam Aunurrahman
(2011:35), mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari reaksi berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian
atau suatu pengertian.
James ( Aunurrahman, 2011:35)
mengemukakan bahwa, belajar adalah
proses dimana tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui latihan atau
pengalaman, atau dengan kata lain belajar
adalah suatu proses yang dilakukan
individu
untuk
memperoleh
suatu
perubahan
tingkah
laku
secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri di dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Abdillah ( Aunurrahman 2011:35)
mengatakan, bahwa belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakukan oleh individu
dalam perubahan tingkah laku baik
melalui aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan
tertentu.
Wragg
dalam
Aunurrahman
(2011:35-37) mengemukakan ciri umum
kegiatan belajar sebagai berikut:
Pertama, belajar merupakan suatu
aktifitas pada diri seseorang yang disadari
atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman
kita pertama yang sangat penting adalah
bahwa kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang disengaja atau direncanakan
oleh pembelajar itu sendiri dalam bentuk
suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini
menunjuk pada keaktivan seseorang dalam
melakukan suatu kegiatan tertentu, baik
pada aspek-apek jasmaniah maupun aspek
mental yang memungkinkan terjadinya
perubahan pada dirinya. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa suatu kegiatan
belajar dilakukan semakin baik, bilamana
intensitas keaktifan jasmaniah maupun
mental seseorang semakin tinggi, namun
bilamana keaktifan jasmaniah dan mental
rendah berarti kegiatan balajar tersebut
tidak dilakukan secara intensif.
Kedua,
belajar
merupakan
interaksi individu dengan lingkungannya.
Lingkungan dalam hal ini dapat berupa
manusia atau objek-objek lain yang
memungkinkan individu memperoleh
pengalaman-pengalaman
atau
pengetahuan, baik pengalaman atau
pengetahuan baru maupun sesuatu yang
pernah
diperoleh
atau
ditemukan
sebelumnya akan menimbulkan perhatian
kembali bagi individu tersebut sehingga
memungkinkan
terjadinya
interaksi.
Adanya interaksi individu dengan
lingkungan ini mendorong seseorang lebih
intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah
maupun mentalnya guna lebih mendalami
sesuatu yang menjadi perhatian.
Ketiga, hasil belajar ditandai
dengan perubahan tingkah laku. Walaupun
tidak semua perubahan tingkah laku
merupakan hasil belajar, akan tetapi
aktifitas belajar umumnya disertai
perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku pada kebayakan hal
Kundiati, Mustamin Anggo
65
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
merupakan sesuatu perubahan yang dapat
diamati (observale). Akan tetapi juga tidak
selalu perubahan tingkah laku yang
dimaksud dapat diamati. Perubahanperubahan yang dapat diamati kebanyakan
berkenaan dengan perubahan aspek-aspek
motorik/psikomotor.
Berdasarkan pendapat para ahli
diatas maka dapat dikatakan, bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan secara sadar yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara
keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Nasution (2012: 90), memberikan
beberapa definisi tentang pembelajaran
sebagai berikut: (1) Pembelajaran adalah
menanamkan pengetahuan pada anak, (2)
Pembelajaran
adalah
penyampaian
kebudayaan pada peserta didik, (3)
Pembelajaran
adalah
aktifitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dengan anak sehingga
terjadi proses belajar, (4) Pembelajaran
pada dasarnya merupakan suatu usaha
untuk menciptakan kondisi atau sistem
lingkungan
yang
mendukung
dan
memungkinkan untuk berlangsungnya
proses belajar.
Peran atau “role” merupakan
sesuatu yang menjadi bagian atau yang
memegang pimpinan yang utama dalam
terjadinya sesuatu hal atau peristiwa
(Mayor, Murt, 1971:94).
Mulyasa (2005:37) berpendapat
bahwa terdapat beberapa peran guru yaitu
guru
sebagai
pendidik,
pengajar,
pembimbing,
pelatih,
penasehat,
pembaharu (innovator), model dan
teladan, pribadi, peneliti, pendorong
kreatifitas, pembangkit pandangan, pekerja
rutin,
pembawa
ceritera,
aktor,
emancipator, evaluator, pengawet dan
sebagai kulminator.
(Imran, 1995:167) dalam rangka
perubahan sistem tenaga kependidikan di
Indonesia, terdapat sepuluh komponen
dasar yang harus di kuasai oleh guru yaitu
menguasai bahan pelajaran, menguasai
bahan pendidikan, menyusun program
pengajaran,
melaksanakan
program
pengajaran, menilai hasil pengajaran,
menyelenggarakan program bimbingan
dan
penyuluhan,
menyelenggarakan
administrasi sekolah, mengembangkan
kepribadian, berintegrasi dengan sejawat
dan masyarakat, mengadakan penelitian
sederhana untuk kepentingan mengajar.
Menurut Hamalik (1991: 40)
bahwa agar guru mampu melaksanakan
dan mengembangkan tanggung jawabnya,
maka setiap guru harus memiliki berbagai
peran yang relefan dengan tugas dan
tanggung jawab tersebut. Peran yang harus
dimiliki oleh guru di antaranya adalah
menguasai cara mengajar yang efektif,
mampu memahami kurikulum secara baik,
mampu memberikan nasehat dan petunjuk
yang berguna, mampu menyusun dan
melaksanakan
prosedur
penilaian
kemajuan belajar siswa.
Istilah “belajar” dan “mengajar”
adalah dua peristiwa yang berbeda akan
tetapi
diantara
keduanya
terdapat
hubungan yang sangat erat. Bahkan antara
keduanya terjadi kaitan dan interkasi,
saling
mempengaruhi,
dan
saling
menunjang satu sama lain dalam
keberhasilan
proses
pembelajaran.
Sebelum membahas menganai proses
pembelajaran Geografi, perlu lebih dahulu
dikemukakan
mengenai
proses
pembelajaran,
khususnya
pengertian
belajar dan mengajar secara umum.
Belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi siswa dengan lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu
kegiatan belajar merupakan aktivitas yang
paling pokok dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, hal ini berarti
berhasil tidaknya pencapain tujuan
pendidik
banyak tergantung pada
bagaimana proses belajar itu berlangsung.
Usman (2003:45), berpendapat bahwa
belajar merupakan perubahan tingkah laku
Kundiati, Mustamin Anggo
66
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
individu sebagai akibat interaksi individu
dengan lingkungan sehingga mampu
berinteraksi
dengan
baik
dengan
lingkungan. Sejalan dengan itu, purwanto
(2004:85) bahwa belajar merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku. Perubahan
itu dapat mengarah pada tingkah laku yang
lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
mengarah pada tingkah laku yang tidak
baik. Belajar merupakan suatu perubahan
yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman, dalam arti perubahanperubahan yang disebabkan pertumbuhan
atau kematangan tidak dianggap sebagai
hasil belajar.
Sependapat dengan itu Slameto
(2003: 8) memberi suatu pengertian,
bahwa belajar adalah sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh sesuatu perubahan
tingkah
laku
yang
baru
secara
keseluruhan, sebagai suatu pengalamannya
itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Belajar hakekatnya suatu proses
yang diketahui dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil proses belajar diindikasikan oleh
perubahan pengetahuan, pemahaman,
sikap,
tingkah
laku,
kecakapan,
keterampilan, peran, serta perubahan
aspek lain yang ada pada diri individu
yang belajar (Trianto, 2009: 7).
Sejalan dengan hal tersebut di atas,
Suprayekti (2004: 2), bahwa belajar secara
umum dapat diartikan sebagai proses
perubahan perilaku akibat interaksi
individu dengan lingkungannya yang
menyangkut
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik. Menurut Suryabrata (2005:
237), bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku pada diri individu
sebagai hasil suatu pengalaman. Dalam
pengalaman itu banyak subjek belajar
yang menggunakan inderanya. Sebagai
hasil ditetapkan perubahan tingkah laku
dalam subjek belajar yang bersifat positif.
Pendapat lain mengemukakan
bahwa, selanjutnya Hamalik (2003:27)
mengemukakan bahwa, belajar adalah
suatu usaha sungguh-sungguh dengan
sistematis,
mendayagunakan
semua
potensi
yang
dimiliki,
baik
fisik,mental,serta panca indera, otak dan
anggota tubuh lainnya, demikian pula
aspek-aspek kejiwaan seperti intelejensi,
bakat, motivasi,minat dan sebagainya.
Selanjutnya,
Burton
dalam
Aunurrahman (2011:35) merumuskan
pengertian belajar sebagai perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antara individu dengan
individu
dan
individu
dengan
lingkungannya. Sedangkan Witherington
dalam
Aunurrahman
(2011:35),
mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu perubahan di dalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola
baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan,
kepribadian
atau
suatu
pengertian.
Sependapat dengan itu, James
(Aunurrahman, 2011:35) mengemukakan
bahwa, belajar adalah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman, atau
dengan kata lain belajar adalah suatu
proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku
secara
keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalaman individu itu sendiri di dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Dalam kesimpulannya Abdillah
(Aunurrahman 2011:35) mengatakan,
bahwa belajar adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu.
Wragg
dalam
Aunurrahman
(2011:35-37) mengemukakan ciri umum
kegiatan belajar sebagai berikut:
Pertama, belajar merupakan suatu
aktifitas pada diri seseorang yang disadari
atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman
kita pertama yang sangat penting adalah
bahwa kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang disengaja atau direncanakan
Kundiati, Mustamin Anggo
67
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
oleh pembelajar itu sendiri dalam bentuk
suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini
menunjuk pada keaktivan seseorang dalam
melakukan suatu kegiatan tertentu, baik
pada aspek-apek jasmaniah maupun aspek
mental yang memungkinkan terjadinya
perubahan pada dirinya. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa suatu kegiatan
belajar dilakukan semakin baik, bilamana
intensitas keaktifan jasmaniah maupun
mental seseorang semakin tinggi, namun
bilamana keaktifan jasmaniah dan mental
rendah berarti kegiatan balajar tersebut
tidak dilakukan secara intensif.
Kedua,
belajar
merupakan
interaksi individu dengan lingkungannya.
Lingkungan dalam hal ini dapat berupa
manusia atau objek-objek lain yang
memungkinkan individu memperoleh
pengalaman-pengalaman
atau
pengetahuan, baik pe ngalaman
atau
pengetahuan baru maupun sesuatu yang
pernah
diperoleh
atau
ditemukan
sebelumnya akan menimbulkan perhatian
kembali bagi individu tersebut sehingga
memungkinkan
terjadinya
interaksi.
Adanya interaksi individu dengan
lingkungan ini mendorong seseorang lebih
intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah
maupun mentalnya guna lebih mendalami
sesuatu yang menjadi perhatian.
Ketiga, hasil belajar ditandai
dengan perubahan tingkah laku. Walaupun
tidak semua perubahan tingkah laku
merupakan hasil belajar, akan tetapi
aktifitas belajar umumnya disertai
perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku pada kebayakan hal
merupakan sesuatu perubahan yang dapat
diamati (observale). Akan tetapi juga tidak
selalu perubahan tingkah laku yang
dimaksud dapat diamati. Perubahanperubahan yang dapat diamati kebanyakan
berkenaan dengan perubahan aspek-aspek
motorik/psikomotor.
Berdasarkan pendapat para ahli
diatas maka dapat dikatakan, bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan secara sadar yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara
keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Pada dasarnya pengajaran adalah
susunan informasi dari lingkungan yang
memfasilitasi pembelajaran. Lingkungan
bukan hanya tempat berlangsungnya
pengajaran tetapi juga metode, media dan
membimbing siswa belajar. Bruner dalam
Nur (2000: 8) menyatakan bahwa
pengajaran seharusnya dimulai dari
pengalaman langsung menuju representasi
ikonik (penggunaan gambar, penggunaan
alat peraga dan film) kemudian menuju
representasi simbiotok setiap penggunaan
kata-kata persamaan.
Setiawan dalam Usman dan
Bruner (2001: 5) mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah menyajikan ide,
problem atau pengetahuan dalam bentuk
yang sederhana sehingga dapat dipahami
oleh setiap siswa. Mengajar pada
prinsipnya adalah membimbing siswa
dalam kegiatan pembelajaran atau dapat
pula
dikatakan
bahwa
mengajar
merupakan suatu usaha mengorganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran sehingga
menimbulkan terjadinya proses belajar
pada diri siswa.
Secara
umum,
pembelajaran
adalah suatu usaha guru yang mengatur
lingkungannya sehingga terbentuk situasi
dan kondisi yang sebaik-baiknya bagi anak
yang diajar, sehingga belajar itu bukan
hanya dapat berlangsung diruangan kelas,
tetapi dapat pula berlangsung bagi
sekelompok siswa di luar kelas atau di
tempat-tempat lain yang memungkingkan
siswa tersebut untuk belajar.
Pembelajaran adalah bimbingan
kepada siswa dalam proses belajar.
Dengan melihat definisi ini maka jelas
bahwa yang aktif dalam proses belajar
adalah siswa itu sendiri, sedangkan guru
hanya tinggal mengawasi, mengkoordinir
dan membimbing siswa agar sesuai
Kundiati, Mustamin Anggo
68
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
dengan kebutuhannya dan mengingat
kepribadian anak yang berbeda-beda.
Dalam hal ini siswalah yang lebih aktif
dalam memikirkan hal-hal yang sedang
dipelajari.
Nasution (2012: 90), memberikan
beberapa definisi tentang pembelajaran
sebagai berikut: (1) Pembelajaran adalah
menanamkan pengetahuan pada anak, (2)
Pembelajaran
adalah
penyampaian
kebudayaan pada peserta didik, (3)
Pembelajaran
adalah
aktifitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dengan anak sehingga
terjadi proses belajar, (4) Pembelajaran
pada dasarnya merupakan suatu usaha
untuk menciptakan kondisi atau sistem
lingkungan
yang
mendukung
dan
memungkinkan untuk berlangsungnya
proses belajar.
Jadi,
pembelajaran
adalah
penyampaian pengetahuan pada anak
didik. Menurut pengertian ini, berarti
tujuan dari siswa itu hanya ingin
mendapatkan
atau
menguasai
pengetahuan. Jadi siswa cenderung untuk
pasif karena hanya menerima informasi
atau menguasai pengetahuan yang
diberikan oleh gurunya, sehingga ada juga
yang menyebut pengajaran seperti ini
sebagai pengajaran yang intelektualitas.
Pembelajaran adalah menanamkan
pengetahuan kepada anak didik dengan
harapan terjadi suatu proses pemahaman.
Hal
ini
berarti
berangkat
dari
intelektualnya, siswa dapat menciptakan
sesuatu yang baru. Pengertian yang luas,
mengajar
adalah
suatu
aktifitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya
dan
menghubungkan
dengan anak, sehingga terjadi proses
belajar. Atau dikatakan mengajar sebagai
upaya menciptakan kondisi yang kondusif
untuk berlangsungnya kegiatan belajar
bagi para siswa.
Berdasarkan definisi diatas dapat
di simpulkan bahwa pembelajaran
merupakan transfer pengetahuan yang di
berikan itu dan di mengerti oleh anak didik
tersebut dan dapat di manfaatkan bagi
kehidupannya kelak.
Geografi merupakan ilmu untuk
menunjang kehidupan sepanjang hayat dan
mendorong
peningkatan kehidupan.
Lingkup bidang kajiannya memungkinkan
manusia memperoleh jawaban atas
pertanyaan dunia sekelilingnya yang
menekankan pada aspek spasial, dan
ekologis dari eksistensi manusia. Bidang
kajian geografi meliputi bumi, aspek dan
proses yang membentuknya, hubungan
kausal dan spasial manusia dengan
lingkungan, serta interaksi manusia
dengan tempat. Sebagai suatu disiplin
integratif, geografi memadukan dimensi
alam fisik dengan dimensi manusia dalam
menelaah keberadaan dan kehidupan
manusia di tempat dan lingkungannya.
Mata
pelajaran
Geografi
membangun
dan
mengembangkan
pemahaman peserta didik tentang variasi
dan organisasi spasial masyarakat, tempat
dan lingkungan pada muka bumi. Peserta
didik didorong untuk memahami aspek
dan proses fisik yang membentuk pola
muka bumi, karakteristik dan persebaran
spasial ekologis di permukaan bumi.
Selain itu peserta didik dimotivasi secara
aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa
kebudayaan
dan
pengalaman
mempengaruhi persepsi manusia tentang
tempat dan wilayah.
Pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai yang diperoleh dalam mata
pelajaran Geografi diharapkan dapat
membangun kemampuan peserta didik
untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan
bertanggungjawab dalam menghadapi
masalah sosial, ekonomi, dan ekologis.
Pada tingkat pendidikan dasar mata
pelajaran Geografi diberikan sebagai
bagian integral dari Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), sedangkan pada tingkat
pendidikan menengah diberikan sebagai
mata pelajaran tersendiri.
Kundiati, Mustamin Anggo
69
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
semester ganjil tahun ajaran 2016/ 2017 di
SMA Negeri 1 Kaledupa Kabupaten
Wakatobi. Jenis penelitian ini adalah
penelitian
kualitatif
yaitu
penulis
memberikan gambaran secara fenomena
sesuai dengan fakta yang ada di lokasi
penelitian tentang peran guru dalam
pembelajaran Geografi pada siswa kelas
XA SMA Negeri 1 Kaledupa dengan
demikian penelitian ini dirancang untuk
menjelaskan
konsep-konsep
dalam
hubungan satu dengan yang lainnya dalam
suatu
struktur
yang
logis
srta
mempergunakan
pemahaman
yang
mendalam. Subjek penelitian ini tidak
menggunakan random sampling atau
menggunakan sampel secara acak akan
tetapi sampel bertujuan (purposive
sample). Dikarenakan penelitian ini di
lakukan dalam lembaga pendidikan,
tepatnya di SMA Negeri 1 Kaledupa yang
menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
guru geografi kelas XA SMA Negeri 1
Kaledupa.
Metode pengumpulan data yang di
gunakan dalam penelitian ini yaitu :
(a), Observasi yaitu teknik pengumpulan
data dengan melakukan pengamatan awal
secara langsung pada informan penelitian
dengan tujuan untuk mendapatkan
informan tentang pelaksanaan penelitian
peran guru dalam pembelajaran Geografi,
(b),Wawancara yaitu mengadakan tanya
jawab langsung (tatap muka) dengan
informan penelitian untuk memperkuat
data yang berhubungan dengan peran guru
dalam
pembelajarangeografi,
(c)Dokumentasi yaitu pengumpulan data
yang telah tersedia di lokasi penelitian,
yang berhubungan dengan penelitian ini
berupa gambaran umum lokasi penelitian.
Deskripsi
data
penelitian
dimaksudkan
untuk
memberikan
gambaran secara jelas mengenai peran
guru yang mengacu pada 10 aspek
menurut Imran (1995: 167), yaitu: (a)
Menguasai bahan pelajaran, (b) Menguasai
landasan pendidikan, (c) Menyusun
program pengajaran, (d) Melaksanakan
program pengajaran, (e) Menilai proses
dan hasil belajar, (f) Menyelenggarakan
program bimbingan dan penyuluhan, (g)
Menyelenggarakan administrasi sekolah,
(h) Mengembangkan kepribadian, (i)
Berinteraksi dengan teman sejawat dan
masyarakat, (j) Mengadakan penelitian
sederhana
untuk
kepengtingan
pembelajaran.
Berdasarkan penilaian pengamatan
pertama dapat disimpulkan memiliki peran
dalam 10 aspek meliputi: (a) Menguasai
bahan pelajaran, hal ini didukung oleh data
hasil pengamatan pertama dengan nilai 3
(baik)
mencapai kategori baik, (b)
Menguasai landasan pendidikan, hal ini
didukung oleh data hasil pengamatan
pertama dengan nilai 2 (cukup) mencapai
kategori cukup, (c) Menyusun program
pengajaran, hal ini didukung oleh data
hasil pengamatan pertama dengan nilai 3
(baik) mencapai kategori baik, (d)
Melaksanakan program pengajaran, hal ini
didukung oleh data hasil pengamatan
pertama dengan nilai 3 (baik) mencapai
kategori baik, (e) Menilai proses dan hasil
belajar, hal ini didukung oleh data hasil
pengamatan pertama dengan nilai 2
(cukup) mencapai kategori cukup, (f)
Menyelenggarakan program bimbingan
dan penyuluhan, hal ini didukung oleh
data hasil pengamatan pertama dengan 2
(cukup) mencapai kategori cukup, (g)
Menyelenggarakan administrasi sekolah,
hal ini didukung oleh data hasil
pengamatan pertama dengan nilai 3 (baik)
mencapai
kategori
baik,
(h)
Mengembangkan kepribadian, hal ini
didukung oleh data hasil pengamatan
pertama dengan nilai 3 (baik) mencapai
kategori baik, (i) Berinteraksi dengan
teman sejawat dan masyarakat, hal ini
didukung oleh data hasil pengamatan
pertama dengan nilai 2 (cukup) mencapai
kategori cukup, (j) Mengadakan penelitian
sederhana
untuk
kepentingan
pembelajaran, hal ini didukung oleh data
Kundiati, Mustamin Anggo
70
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
hasil pengamatan pertama dengan nilai 2
(cukup) mencapai kategori cukup.
Berdasarkan penilaian pengamatan
kedua dapat disimpulkan memiliki peran
dalam 10 aspek meliputi: (a) Menguasai
bahan pelajaran, hal ini didukung oleh data
hasil pengamatan kedua dengan nilai 4
(sangat baik) mencapai kategori sangat
baik, (b) Menguasai landasan pendidikan,
hal ini didukung oleh data hasil
pengamatan kedua dengan nilai 3 (baik)
mencapai kategori baik, (c) Menyusun
program pengajaran, hal ini didukung oleh
data hasil pengamatan kedua dengan nilai
3 (baik) mencapai kategori baik, (d)
Melaksanakan program pengajaran, hal ini
didukung oleh data hasil pengamatan
kedua dengan nilai 3 (baik) mencapai
kategori baik, (e) Menilai proses dan hasil
belajar, hal ini didukung oleh data hasil
pengamatan kedua dengan nilai 3 (baik)
mencapai
kategori
baik,
(f)
Menyelenggarakan program bimbingan
dan penyuluhan, hal ini didukung oleh
data hasil pengamatan kedua dengan nilai
2 (cukup) mencapai kategori cukup, (g)
Menyelenggarakan administrasi sekolah,
hal ini didukung oleh data hasil
pengamatan kedua dengan nilai 3 (baik)
mencapai
kategori
baik,
(h)
Mengembangkan kepribadian, hal ini
didukung oleh data hasil pengamatan
kedua dengan nilai 3 (baik) mencapai
kategori baik, (i) Berinteraksi dengan
teman sejawat dan masyarakat, hal ini
didukung oleh data hasil pengamatan
kedua dengan nilai 3 (baik) mencapai
kategori baik, (j) Mengadakan penelitian
sederhana
untuk
kepentingan
pembelajaran, hal ini didukung oleh data
hasil pengamatan kedua dengan nilai 2
(cukup) mencapai kategori cukup.
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa guru memiliki peran
yang cukup pada pembelajaran geografi
untuk
lebih
jelasnya
mengenai
pembelajaran geografi.
Berdasarkan hasil observarasi
selama proses pembelajaran peneliti
melihat bahwa dalam proses pembelajaran
guru sangat menguasai bahan pelajaran hal
ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan
hasil pada pengamatan I dengan nilai 3
(baik) dan pada pengamatan II meningkat
menjadi 4 (sangat baik). Oleh karena itu
peneliti menyimpulkan bahwa guru
geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa sangat menguasai bahan
pelajaran.Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh ibu Hasbiati, S.Pd selaku guru mata
pelajaran geografi yang menyatakan
bahwa: “Iya sebelum saya mengajar saya
sudah mempersiapkan materi yang saya
akan ajarkan kepada siswa, dan
Alhamdulillah siswa saya paham dan
mengerti
apa
saya
ajarkan”,
b)
Berdasarkan hasil observarasi selama
proses pembelajaran peneliti melihat
bahwa dalam proses pembelajaran guru
cukup menguasai landasan pendidikan hal
ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan
hasil pada pengamatan I dengan nilai 2
(cukup) dan pada pengamatan II
meningkat menjadi 3 (baik). Oleh karena
itu peneliti menyimpulkan bahwa guru
geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa cukup menguasai landasan
pendidikan.Hal ini searah dengan apa yang
diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd
selaku mata pelajaran geografi yang
menyatakan bahwa:“Iya, kalau untuk
landasan pendidikan itu merupakan tolak
ukur untuk mencapai sesuatu yang
diharapkan”. c) Dalam proses awal
pembelajaran geografi yang ingin di
ajarkan,
terlebih
dahulu
guru
mempersiapkan silabus dan rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP),
tujuannya agar pembelajaran terarah
dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini
dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan
hasil pada pengamatan I dengan nilai 3
(baik) dan pada pengamatan II tetap
memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu
peneliti menyimpulkan bahwa guru
geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa menyusun program pengajaran
dengan baik. Hal ini seperti yang
Kundiati, Mustamin Anggo
71
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd
selaku guru mata pelajaran geografi yang
menyatakan bahwa: “Iya, sebelum
melaksanakan
pembelajaran
terlebih
dahulu
saya
merancang
program
pembelajaran agar pembelajaran mencapai
tujuan pembelajaran”, d) Melaksanakan
program pengajaran. Berdasarkan hasil
observarasi selama proses pembelajaran,
peneliti melihat bahwa dalam proses
pembelajaran guru cukup melaksanakan
program pengajaran hal ini dapat di
buktikan pada tabel 4.6 dengan hasil pada
pengamatan I dengan nilai 3 (baik) dan
pada pengamatan II tetap memperoleh
nilai 3 (baik). Oleh karena itu peneliti
menyimpulkan bahwa guru geografi kelas
SMA
Negeri
1
Kaledupa
X.A
melaksanakan program pengajaran dengan
baik. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh ibu Hasbiati, S.Pd selaku guru mata
pelajaran geografi yang menyatakan
bahwa: “Dalam proses belajar mengajar
saya menggunakan metode ceramah”, e)
Menilai proses dan hasil belajar
Berdasarkan hasil observarasi selama
proses pembelajaran, peneliti melihat
bahwa dalam proses pembelajaran guru
cukup menilai proses dan hasil belajar hal
ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan
hasil pada pengamatan I dengan nilai 2
(cukup) dan pada pengamatan II
meningkat menjadi 3 (baik). Oleh karena
itu peneliti menyimpulkan bahwa guru
geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa menilai proses dan hasil belajar
cukup. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh ibu Hasbiati, S.Pd selaku guru mata
pelajaran geografi yang menyatakan
bahwa: “Kalau proses belajar dan hasil
sudah ada kriteria penilaian dalam
silabus”, f) Menyelenggarakan program
bimbingan dan penyuluhan. Berdasarkan
hasil
observarasi
selama
proses
pembelajaran, peneliti melihat bahwa
dalam proses pembelajaran guru cukup
menyelenggarakan program bimbingan
dan penyuluhan hal ini dapat di buktikan
pada tabel 4.6 dengan hasil pada
pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan
pada pengamatan II tetap memperoleh
nilai 2 (cukup). Oleh karena itu peneliti
menyimpulkan bahwa guru geografi kelas
X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup
menyelenggarakan program bimbingan
dan penyuluhan. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd
selaku guru mata pelajaran geografi yang
menyatakan bahwa: “Iya, bimbingan di
sekolah ada program khusus yaitu
bimbingan konseling, tapi semua guru
juga wajib memberikan bimbingan kepada
siswa baik dalam proses belajar mengajar
maupun
diluar
kelas”,
g),
Menyelenggarakan administrasi sekolah.
Berdasarkan hasil observarasi selama
proses pembelajaran, peneliti melihat
bahwa dalam proses pembelajaran guru
cukup menyelenggarakan administrasi
sekolah hal ini dapat di buktikan pada
tabel 4.6 dengan hasil pada pengamatan I
dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan
II tetap memperoleh nilai 3 (baik). Oleh
karena itu peneliti menyimpulkan bahwa
guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa baik
menyelenggarakan
administrasi sekolah. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh ibu Hasbiati S.Pd selaku
guru mata pelajaran geografi yang
menyatakan
bahwa:
“Iya,
guru
menyelenggarakan administrasi sekolah
salah satunya pendataan siswa mampu dan
tidak mampu, pendataan pembayaran,
pembagian tugas guru, pembagian jadwal
pelajaran dan lain sebagainya”, h)
Mengembangkan
kepribadian.
Berdasarkan hasil observarasi selama
proses pembelajaran, peneliti melihat
bahwa dalam proses pembelajaran guru
cukup mengembangkan kepribadian hal
ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan
hasil pada pengamatan I dengan nilai 3
(baik) dan pada pengamatan II tetap
memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu
peneliti menyimpulkan bahwa guru
geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa
baik
mengembangkan
kepribadian. Hal ini seperti yang
Kundiati, Mustamin Anggo
72
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd
selaku guru mata pelajaran geografi yang
menyatakan
bahwa:
“Dengan
melaksanakan bimbingan kepada siswa
dan melaksanakan pengembangan bakat
siswa”, i) Berinteraksi dengan teman
sejawat dan masyarakat. Berdasarkan hasil
observarasi selama proses pembelajaran,
peneliti melihat bahwa dalam proses
pembelajaran guru cukup berinteraksi
dengan teman sejawat dan masyarakat hal
ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan
hasil pada pengamatan I dengan nilai 2
(cukup) dan pada pengamatan II
meningkat menjadi 3 (baik). Oleh karena
itu peneliti menyimpulkan bahwa guru
geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa cukup baik berinteraksi dengan
teman sejawat dan masyarakat. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh ibu
Hasbiati, S.Pd selaku guru mata pelajaran
geografi yang menyatakan bahwa: “Iya,
tentu dan harus juga karena para guru
harus
selalu
berinteraksi
untuk
menciptakan suasana kerja yang kondusi,
sedangkan dengan masyarakat, kami para
guru juga harus berinteraksi dengan
mereka untuk mengetahui keadaan di
sekitar sekolah”, j) Mengadakan penelitian
sederhana
untuk
kepentingan
pembelajaran.
Berdasarkan
hasil
observerasi selama proses pembelajaran,
peneliti melihat bahwa dalam proses
pembelajaran guru cukup mengadakan
penelitian sederhana untuk kepentingan
pembelajaran hal ini dapat di buktikan
pada tabel 4.6 dengan hasil pada
pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan
pada pengamatan II tetap memperoleh
nilai 2 (cukup). Oleh karena itu peneliti
menyimpulkan bahwa guru geografi kelas
X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup
mengadakan penelitian sederhana untuk
kepentingan pembelajaran. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh ibu Hasbiati S.Pd
selaku guru mata pelajaran geografi yang
menyatakan bahwa: “Belum pernah
melakukan penelitian sederhana untuk
kepentingan pembelajaran”.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dalam penelitian
ini dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut. Pertama, menguasai
bahan pelajaran pada pengamatan I dengan
nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II
meningkat menjadi 4 (sangat baik). Oleh
karena itu peneliti menyimpulkan bahwa
guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa sangat menguasai bahan
pelajaran.
Kedua,
menguasai
landasan
pendidikan pada pengamatan I dengan
nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II
meningkat menjadi 3 (baik). Oleh karena
itu peneliti menyimpulkan bahwa guru
geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa cukup menguasai landasan
pendidikan.
Ketiga,
menyusun
program
pengajaran pengamatan I dengan nilai 3
(baik) dan pada pengamatan II tetap
memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu
peneliti menyimpulkan bahwa guru
geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa menyusun program pengajaran
dengan baik.
Keempat, melaksanakan program
pengajaran pada pengamatan I dengan
nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II tetap
memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu
peneliti menyimpulkan bahwa guru
geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa
melaksanakan
program
pengajaran dengan baik.
Kelima, menilai proses dan hasil
belajar pada pengamatan I dengan nilai 2
(cukup) dan pada pengamatan II
meningkat menjadi 3 (baik). Oleh karena
itu peneliti menyimpulkan bahwa guru
geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa menilai proses dan hasil belajar
cukup.
Keenam,
menyelenggarakan
program bimbingan dan penyuluhan pada
pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan
pada pengamatan II tetap memperoleh
nilai 2 (cukup). Oleh karena itu peneliti
menyimpulkan bahwa guru geografi kelas
Kundiati, Mustamin Anggo
73
Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016
X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup
menyelenggarakan program bimbingan
dan penyuluhan.
Ketujuh,
menyelenggarakan
administrasi sekolah pada pengamatan I
dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan
II tetap memperoleh nilai 3 (baik). Oleh
karena itu peneliti menyimpulkan bahwa
guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa baik
menyelenggarakan
administrasi sekolah.
Kedelapan,
mengembangkan
kepribadian pada pengamatan I dengan
nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II tetap
memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu
peneliti menyimpulkan bahwa guru
geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa
baik
mengembangkan
kepribadian.
Kesembilan, berinteraksi dengan
teman sejawat dan masyarakat
pada
pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan
pada pengamatan II meningkat menjadi 3
(baik). Oleh karena itu peneliti
menyimpulkan bahwa guru geografi kelas
X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup baik
berinteraksi dengan teman sejawat dan
masyarakat.
Kesepuluh, mengadakan penelitian
sederhana
untuk
kepentingan
pembelajaran pada pengamatan I dengan
nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II
tetap memperoleh nilai 2 (cukup). Oleh
karena itu peneliti menyimpulkan bahwa
guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1
Kaledupa cukup mengadakan penelitian
sederhana
untuk
kepentingan
pembelajaran.
Imran. 1995. Pembinaan guru di
indonesia. Jakarta: PT Dunia
Pustaka Jaya, jakarta
Mayor, murt. 1971. Sosiologi suatu
pengantar. Ringkas ichtiar. Jakarta
Mulyasa, E, 2005. Menjadi kepala sekolah
profesional.
Dalam
konteks
menyukseskan MBS dan KBK.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 1982. Didaktik asas-asas
mengajar. Jakarta: IKIP Ujung
Pandang
Purwanto. 2004. Pendekatan dalam proses
belajar mengajar. Bandung: Rosda
Karya.
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Usman. 2003. Upaya optimalisasi
kegiatan
belajar
mengajar.
Bandung; Remaja Rosdakarya
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman,Dkk. 2011. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Hamalik, oemar. 1992. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, oemar. 2003. Perencanaan
pengajaran berdasarkan sistem.
Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta
Kundiati, Mustamin Anggo
Download