61 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI 1 KALEDUPA Kundiati 1, Mustamin Anggo2 1 Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO 2 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam pembelajaran geografi pada siswa kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Subjek penelitian adalah guru Geografi SMA Negeri 1 Kaledupa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam pengumpulan data dengan observasi dan wawancara peneliti menggunakan instrumen berupa lembar observasi pedoman wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari pengamatan I ke pengamatan II sebagai berikut. Menguasai bahan pelajaran baik menjadi sangat baik. Menguasai landasan pendidikan dari cukup menjadi baik. Menyusun program pengajaran tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan. Melasanakan program pengajaran juga tidak mengalamipeningkatan ataupun penurunan. Menilai proses dan hasil belajar dari cukup menjadi baik. Menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan (cukup). Menyelenggarakan administrasi sekolah pada tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan (baik). Mengembangkan kepribadian tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan (baik). Berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat dari cukup menjadi baik. Mengadakan penelitian tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan (cukup). Kata kunci: Peran Guru, Pembelajaran Geografi PENDAHULUAN Pendidikan merupakan satu bagian ditunjukkan dengan kesungguhan yang sangat penting dalam pembangunan pemerintah melalui peningkatan mutu nasional. Melalui pendidikan, dapat pendidikan di sekolah, salah satu upaya dikembangkan sumber daya manusia yang di lakukan pemerintah yaitu yang berkualitas dengan menguasai ilmu menuntut adanya peran mengajar guru, hal pengetahuan dan teknologi yang ini disebabkan karena guru sebagai semakin berkembang. Salah satu pengembangan dan pelaksanan kurikulum komponen penting dalam pendidikan yang yang secara langsung berpengaruh bertanggung jawab penuh terhadap terhadap perubahan pada siswa. keberhasilan proses pendidikan yaitu Perubahan-perubahan pada siswa antara guru. Guru tidak hanya mentransfer lain timbul mutilasi belajar, rangsangan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga untuk berdampak pada prestasi belajar harus memberikan kesempatan kepada siswa. siswa untuk ikut aktif dalam Peningkatan kualitas sumber daya mengembangkan kemampuan yang ada manusia merupakan salah satu penekanan pada dirinya dan membiasakan dalam dari tujuan pendidikan, seperti yang memperkaya pengetahuannya sendiri. tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Di bidang pendidikan pemerintah Tahun 2003 Tentang Tujuan Pendidikan telah berupaya dalam mengalang mutu Nasional Bab II pasal 3 yang mengatakan pendidikan secara nasional. Hal ini bahwa “pendidikan nasional bertujuan Kundiati, Mustamin Anggo 62 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 mengembangkan peran dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cekap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis setra bertanggung jawab. Adanya undang-undang tersebut, maka pendidikan harus tetap menjadi priorotas utama untuk diusahakan kelengkapan sarana dan prasarananya terutama untuk sekolah. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang memiliki kriteria pendekatan saintifik sebagai berikut (permendikbud, 2013: 124): (1) materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, lagenda atau dongeng semata, (2) penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-pesarta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpan dari alur berpikir logis, (3) mendorong dan menginspirai peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran, (4) mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran, (5) mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran, (6) berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan, (7) tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Dunia pendidikan dewasa ini berkembang semakin pesat dan semakin kompleksnya persoalan pendidikan yang dihadapi bukanlah tantangan yang dibiarkan begitu saja, tetapi memerlukan pemikiran yang baik. Pesoalan yang dimaksud diantaranya adalah peran mengajar guru. Karena guru sebagai tenaga pendidik yang paling banyak berhubungan dengan peserta didik diharuskan mempunyai peran yang baik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Membina subjek didik menjadi tenaga bermutu di dunia kerja adalah sesuatu yang sangat sukar sebab hal ini dipengaruhi banyak faktor antara lain kesiapan dan peran guru dalam proses pembelajaran yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuatnya. Kualitas RPP yang dibuat oleh guru mencerminkan peran guru itu dalam mengelolah kelas untuk menghasilkan siswa yang berkualitas. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru mempunyai peran yang sangat penting dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional. Gurulah ujung tombak kegiatan pengajaran di sekolah yang langsung berhadapan dengan peserta didik. Tanpa adanya peran guru maka kegiatan pembelajaran tidak bisa berjalan dengan semestinya. Seorang guru seharusnya memiliki pemahaman-pemahaman yang dalam tentang pengajaran. Mengajar bukanlah kegiatan yang mudah melainkan suatu kegiatan dan tugas yang berat dan penuh dengan permasalahan. Peran dan kecakapan sangat dituntut bagi seorang guru. Karena itu seorang guru harus memiliki kecakapan dan keahlian tentang keguruan. Peran dan kecakapan merupakan modal dasar bagi seorang guru dalam melakukan kegiatan atau tugasnya. Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa, mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa Kundiati, Mustamin Anggo 63 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan kegitan belajar, terutama untuk mata pelajaran Geografi. Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks dan maha sulit, terutama untuk guru mata pelajaran Geografi, sehingga tidak dapat dilakukan dengan baik oleh seorang guru tanpa persiapan. Perencanaan pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan kegiatan evaluasi pengajaran merupakan serangkaian kegiatan dalam mengelolah pembelajaran yang dikuasai dan dimiliki oleh seorang guru merupakan bagian dari peran guru itu sendiri. Beranjak dari peran inilah guru akan mengetahui apa yang harus dijalankannya, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi berdasarkan teori yang diperoleh dari lembaga pendidikan yang pernah ditempuhnya. Oleh karena itu, peran sesuatu yang mutlak dimiliki oleh setiap guru dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran. Dalam kenyataan guru yang mempunyai kompetensi mengajar yang baik dalam proses pembelajaran tidaklah mudah ditemukan, disamping itu peran guru dalam pembelajaran bukanlah persoalan yang berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan training keguruan yang pernah diikuti. Dengan demikian guru yang mempunyai peran dalam pembelajaran akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelolah kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Disamping hal tersebut di atas “ peran dalam proses interaksi pembelajaran dapat pula menjadi alat motivasi ekstrinsik, guna memberikan dorongan dari luar diri siswa. Peran guru juga sebagai alat yang berguna untuk memberikan pelayanan terbaik agar siswa merasa puas dalam pelaksanaan proses pembelajaran, terutama lagi bagi guru mata pelajaran Geografi. Peran merupakan suatu yang mutlak dimiliki guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik, sebab dalam mengelolah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru yang tidak menguasai kompetensi guru, maka akan sulit untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan fakta dilapangan yang penulis peroleh sebagai gamabaran awal penelitian di SMA Negeri 1 Kaledupa melihat adanya permasalahan bagi guru dalam menggunakan peran guru dalam pembelajaran dimana tidak semua guru mempunyai peran dalam pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran. Padahal seharusnya seorang guru harus berperan penting baik dalam proses pembelajaran khususnya untuk guru mata pelajaran Geografi. Mengingat pentingnya peningkatan peran guru dalam pembelajaran mata pelajaran Geografi, maka guru diharapkan dapat meningkatkan peran pembelajaran siswasiswanya terhadap mata pelajaran Geografi. Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Peran Guru Dalam Pembelajaran Geografi Pada Siswa Kelas XA SMA Negeri 1 Kaledupa”. Usman (2003:45), berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku individu sebagai akibat interaksi individu dengan lingkungan sehingga mampu berinteraksi dengan baik dengan lingkungan. Purwanto (2004:85) bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku. Perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang tidak baik. Slameto (2003: 8) memberi suatu pengertian, bahwa belajar adalah sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh Kundiati, Mustamin Anggo 64 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai suatu pengalamannya itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Suprayekti (2004: 2), bahwa belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hamalik (2003:27) mengemukakan bahwa, belajar adalah suatu usaha sungguh-sungguh dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik,mental,serta panca indera, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelejensi, bakat, motivasi,minat dan sebagainya. Burton dalam Aunurrahman (2011:35) merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Witherington dalam Aunurrahman (2011:35), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. James ( Aunurrahman, 2011:35) mengemukakan bahwa, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman, atau dengan kata lain belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Abdillah ( Aunurrahman 2011:35) mengatakan, bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Wragg dalam Aunurrahman (2011:35-37) mengemukakan ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut: Pertama, belajar merupakan suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar itu sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjuk pada keaktivan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-apek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dilakukan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi, namun bilamana keaktifan jasmaniah dan mental rendah berarti kegiatan balajar tersebut tidak dilakukan secara intensif. Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya interaksi individu dengan lingkungan ini mendorong seseorang lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktifitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebayakan hal Kundiati, Mustamin Anggo 65 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (observale). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksud dapat diamati. Perubahanperubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik/psikomotor. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat dikatakan, bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Nasution (2012: 90), memberikan beberapa definisi tentang pembelajaran sebagai berikut: (1) Pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan pada anak, (2) Pembelajaran adalah penyampaian kebudayaan pada peserta didik, (3) Pembelajaran adalah aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar, (4) Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Peran atau “role” merupakan sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang utama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa (Mayor, Murt, 1971:94). Mulyasa (2005:37) berpendapat bahwa terdapat beberapa peran guru yaitu guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pembawa ceritera, aktor, emancipator, evaluator, pengawet dan sebagai kulminator. (Imran, 1995:167) dalam rangka perubahan sistem tenaga kependidikan di Indonesia, terdapat sepuluh komponen dasar yang harus di kuasai oleh guru yaitu menguasai bahan pelajaran, menguasai bahan pendidikan, menyusun program pengajaran, melaksanakan program pengajaran, menilai hasil pengajaran, menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan, menyelenggarakan administrasi sekolah, mengembangkan kepribadian, berintegrasi dengan sejawat dan masyarakat, mengadakan penelitian sederhana untuk kepentingan mengajar. Menurut Hamalik (1991: 40) bahwa agar guru mampu melaksanakan dan mengembangkan tanggung jawabnya, maka setiap guru harus memiliki berbagai peran yang relefan dengan tugas dan tanggung jawab tersebut. Peran yang harus dimiliki oleh guru di antaranya adalah menguasai cara mengajar yang efektif, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu memberikan nasehat dan petunjuk yang berguna, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar siswa. Istilah “belajar” dan “mengajar” adalah dua peristiwa yang berbeda akan tetapi diantara keduanya terdapat hubungan yang sangat erat. Bahkan antara keduanya terjadi kaitan dan interkasi, saling mempengaruhi, dan saling menunjang satu sama lain dalam keberhasilan proses pembelajaran. Sebelum membahas menganai proses pembelajaran Geografi, perlu lebih dahulu dikemukakan mengenai proses pembelajaran, khususnya pengertian belajar dan mengajar secara umum. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi siswa dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu kegiatan belajar merupakan aktivitas yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, hal ini berarti berhasil tidaknya pencapain tujuan pendidik banyak tergantung pada bagaimana proses belajar itu berlangsung. Usman (2003:45), berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku Kundiati, Mustamin Anggo 66 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 individu sebagai akibat interaksi individu dengan lingkungan sehingga mampu berinteraksi dengan baik dengan lingkungan. Sejalan dengan itu, purwanto (2004:85) bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku. Perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang tidak baik. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahanperubahan yang disebabkan pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar. Sependapat dengan itu Slameto (2003: 8) memberi suatu pengertian, bahwa belajar adalah sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai suatu pengalamannya itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar hakekatnya suatu proses yang diketahui dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar diindikasikan oleh perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, kecakapan, keterampilan, peran, serta perubahan aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar (Trianto, 2009: 7). Sejalan dengan hal tersebut di atas, Suprayekti (2004: 2), bahwa belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Suryabrata (2005: 237), bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku pada diri individu sebagai hasil suatu pengalaman. Dalam pengalaman itu banyak subjek belajar yang menggunakan inderanya. Sebagai hasil ditetapkan perubahan tingkah laku dalam subjek belajar yang bersifat positif. Pendapat lain mengemukakan bahwa, selanjutnya Hamalik (2003:27) mengemukakan bahwa, belajar adalah suatu usaha sungguh-sungguh dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik,mental,serta panca indera, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelejensi, bakat, motivasi,minat dan sebagainya. Selanjutnya, Burton dalam Aunurrahman (2011:35) merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Sedangkan Witherington dalam Aunurrahman (2011:35), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Sependapat dengan itu, James (Aunurrahman, 2011:35) mengemukakan bahwa, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman, atau dengan kata lain belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam kesimpulannya Abdillah (Aunurrahman 2011:35) mengatakan, bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Wragg dalam Aunurrahman (2011:35-37) mengemukakan ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut: Pertama, belajar merupakan suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan Kundiati, Mustamin Anggo 67 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 oleh pembelajar itu sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjuk pada keaktivan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-apek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dilakukan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi, namun bilamana keaktifan jasmaniah dan mental rendah berarti kegiatan balajar tersebut tidak dilakukan secara intensif. Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pe ngalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya interaksi individu dengan lingkungan ini mendorong seseorang lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktifitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebayakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (observale). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksud dapat diamati. Perubahanperubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik/psikomotor. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat dikatakan, bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pada dasarnya pengajaran adalah susunan informasi dari lingkungan yang memfasilitasi pembelajaran. Lingkungan bukan hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi juga metode, media dan membimbing siswa belajar. Bruner dalam Nur (2000: 8) menyatakan bahwa pengajaran seharusnya dimulai dari pengalaman langsung menuju representasi ikonik (penggunaan gambar, penggunaan alat peraga dan film) kemudian menuju representasi simbiotok setiap penggunaan kata-kata persamaan. Setiawan dalam Usman dan Bruner (2001: 5) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa. Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran atau dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Secara umum, pembelajaran adalah suatu usaha guru yang mengatur lingkungannya sehingga terbentuk situasi dan kondisi yang sebaik-baiknya bagi anak yang diajar, sehingga belajar itu bukan hanya dapat berlangsung diruangan kelas, tetapi dapat pula berlangsung bagi sekelompok siswa di luar kelas atau di tempat-tempat lain yang memungkingkan siswa tersebut untuk belajar. Pembelajaran adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Dengan melihat definisi ini maka jelas bahwa yang aktif dalam proses belajar adalah siswa itu sendiri, sedangkan guru hanya tinggal mengawasi, mengkoordinir dan membimbing siswa agar sesuai Kundiati, Mustamin Anggo 68 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 dengan kebutuhannya dan mengingat kepribadian anak yang berbeda-beda. Dalam hal ini siswalah yang lebih aktif dalam memikirkan hal-hal yang sedang dipelajari. Nasution (2012: 90), memberikan beberapa definisi tentang pembelajaran sebagai berikut: (1) Pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan pada anak, (2) Pembelajaran adalah penyampaian kebudayaan pada peserta didik, (3) Pembelajaran adalah aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar, (4) Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jadi, pembelajaran adalah penyampaian pengetahuan pada anak didik. Menurut pengertian ini, berarti tujuan dari siswa itu hanya ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Jadi siswa cenderung untuk pasif karena hanya menerima informasi atau menguasai pengetahuan yang diberikan oleh gurunya, sehingga ada juga yang menyebut pengajaran seperti ini sebagai pengajaran yang intelektualitas. Pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan kepada anak didik dengan harapan terjadi suatu proses pemahaman. Hal ini berarti berangkat dari intelektualnya, siswa dapat menciptakan sesuatu yang baru. Pengertian yang luas, mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Berdasarkan definisi diatas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran merupakan transfer pengetahuan yang di berikan itu dan di mengerti oleh anak didik tersebut dan dapat di manfaatkan bagi kehidupannya kelak. Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya. Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah. Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata pelajaran Geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan ekologis. Pada tingkat pendidikan dasar mata pelajaran Geografi diberikan sebagai bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Kundiati, Mustamin Anggo 69 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/ 2017 di SMA Negeri 1 Kaledupa Kabupaten Wakatobi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penulis memberikan gambaran secara fenomena sesuai dengan fakta yang ada di lokasi penelitian tentang peran guru dalam pembelajaran Geografi pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Kaledupa dengan demikian penelitian ini dirancang untuk menjelaskan konsep-konsep dalam hubungan satu dengan yang lainnya dalam suatu struktur yang logis srta mempergunakan pemahaman yang mendalam. Subjek penelitian ini tidak menggunakan random sampling atau menggunakan sampel secara acak akan tetapi sampel bertujuan (purposive sample). Dikarenakan penelitian ini di lakukan dalam lembaga pendidikan, tepatnya di SMA Negeri 1 Kaledupa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru geografi kelas XA SMA Negeri 1 Kaledupa. Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu : (a), Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan awal secara langsung pada informan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan informan tentang pelaksanaan penelitian peran guru dalam pembelajaran Geografi, (b),Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung (tatap muka) dengan informan penelitian untuk memperkuat data yang berhubungan dengan peran guru dalam pembelajarangeografi, (c)Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang telah tersedia di lokasi penelitian, yang berhubungan dengan penelitian ini berupa gambaran umum lokasi penelitian. Deskripsi data penelitian dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai peran guru yang mengacu pada 10 aspek menurut Imran (1995: 167), yaitu: (a) Menguasai bahan pelajaran, (b) Menguasai landasan pendidikan, (c) Menyusun program pengajaran, (d) Melaksanakan program pengajaran, (e) Menilai proses dan hasil belajar, (f) Menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan, (g) Menyelenggarakan administrasi sekolah, (h) Mengembangkan kepribadian, (i) Berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat, (j) Mengadakan penelitian sederhana untuk kepengtingan pembelajaran. Berdasarkan penilaian pengamatan pertama dapat disimpulkan memiliki peran dalam 10 aspek meliputi: (a) Menguasai bahan pelajaran, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan pertama dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (b) Menguasai landasan pendidikan, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan pertama dengan nilai 2 (cukup) mencapai kategori cukup, (c) Menyusun program pengajaran, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan pertama dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (d) Melaksanakan program pengajaran, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan pertama dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (e) Menilai proses dan hasil belajar, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan pertama dengan nilai 2 (cukup) mencapai kategori cukup, (f) Menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan pertama dengan 2 (cukup) mencapai kategori cukup, (g) Menyelenggarakan administrasi sekolah, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan pertama dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (h) Mengembangkan kepribadian, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan pertama dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (i) Berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan pertama dengan nilai 2 (cukup) mencapai kategori cukup, (j) Mengadakan penelitian sederhana untuk kepentingan pembelajaran, hal ini didukung oleh data Kundiati, Mustamin Anggo 70 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 hasil pengamatan pertama dengan nilai 2 (cukup) mencapai kategori cukup. Berdasarkan penilaian pengamatan kedua dapat disimpulkan memiliki peran dalam 10 aspek meliputi: (a) Menguasai bahan pelajaran, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan kedua dengan nilai 4 (sangat baik) mencapai kategori sangat baik, (b) Menguasai landasan pendidikan, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan kedua dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (c) Menyusun program pengajaran, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan kedua dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (d) Melaksanakan program pengajaran, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan kedua dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (e) Menilai proses dan hasil belajar, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan kedua dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (f) Menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan kedua dengan nilai 2 (cukup) mencapai kategori cukup, (g) Menyelenggarakan administrasi sekolah, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan kedua dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (h) Mengembangkan kepribadian, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan kedua dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (i) Berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan kedua dengan nilai 3 (baik) mencapai kategori baik, (j) Mengadakan penelitian sederhana untuk kepentingan pembelajaran, hal ini didukung oleh data hasil pengamatan kedua dengan nilai 2 (cukup) mencapai kategori cukup. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki peran yang cukup pada pembelajaran geografi untuk lebih jelasnya mengenai pembelajaran geografi. Berdasarkan hasil observarasi selama proses pembelajaran peneliti melihat bahwa dalam proses pembelajaran guru sangat menguasai bahan pelajaran hal ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan hasil pada pengamatan I dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II meningkat menjadi 4 (sangat baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa sangat menguasai bahan pelajaran.Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd selaku guru mata pelajaran geografi yang menyatakan bahwa: “Iya sebelum saya mengajar saya sudah mempersiapkan materi yang saya akan ajarkan kepada siswa, dan Alhamdulillah siswa saya paham dan mengerti apa saya ajarkan”, b) Berdasarkan hasil observarasi selama proses pembelajaran peneliti melihat bahwa dalam proses pembelajaran guru cukup menguasai landasan pendidikan hal ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan hasil pada pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II meningkat menjadi 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup menguasai landasan pendidikan.Hal ini searah dengan apa yang diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd selaku mata pelajaran geografi yang menyatakan bahwa:“Iya, kalau untuk landasan pendidikan itu merupakan tolak ukur untuk mencapai sesuatu yang diharapkan”. c) Dalam proses awal pembelajaran geografi yang ingin di ajarkan, terlebih dahulu guru mempersiapkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tujuannya agar pembelajaran terarah dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan hasil pada pengamatan I dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa menyusun program pengajaran dengan baik. Hal ini seperti yang Kundiati, Mustamin Anggo 71 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd selaku guru mata pelajaran geografi yang menyatakan bahwa: “Iya, sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu saya merancang program pembelajaran agar pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran”, d) Melaksanakan program pengajaran. Berdasarkan hasil observarasi selama proses pembelajaran, peneliti melihat bahwa dalam proses pembelajaran guru cukup melaksanakan program pengajaran hal ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan hasil pada pengamatan I dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas SMA Negeri 1 Kaledupa X.A melaksanakan program pengajaran dengan baik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd selaku guru mata pelajaran geografi yang menyatakan bahwa: “Dalam proses belajar mengajar saya menggunakan metode ceramah”, e) Menilai proses dan hasil belajar Berdasarkan hasil observarasi selama proses pembelajaran, peneliti melihat bahwa dalam proses pembelajaran guru cukup menilai proses dan hasil belajar hal ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan hasil pada pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II meningkat menjadi 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa menilai proses dan hasil belajar cukup. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd selaku guru mata pelajaran geografi yang menyatakan bahwa: “Kalau proses belajar dan hasil sudah ada kriteria penilaian dalam silabus”, f) Menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan. Berdasarkan hasil observarasi selama proses pembelajaran, peneliti melihat bahwa dalam proses pembelajaran guru cukup menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan hal ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan hasil pada pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 2 (cukup). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd selaku guru mata pelajaran geografi yang menyatakan bahwa: “Iya, bimbingan di sekolah ada program khusus yaitu bimbingan konseling, tapi semua guru juga wajib memberikan bimbingan kepada siswa baik dalam proses belajar mengajar maupun diluar kelas”, g), Menyelenggarakan administrasi sekolah. Berdasarkan hasil observarasi selama proses pembelajaran, peneliti melihat bahwa dalam proses pembelajaran guru cukup menyelenggarakan administrasi sekolah hal ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan hasil pada pengamatan I dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa baik menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Hasbiati S.Pd selaku guru mata pelajaran geografi yang menyatakan bahwa: “Iya, guru menyelenggarakan administrasi sekolah salah satunya pendataan siswa mampu dan tidak mampu, pendataan pembayaran, pembagian tugas guru, pembagian jadwal pelajaran dan lain sebagainya”, h) Mengembangkan kepribadian. Berdasarkan hasil observarasi selama proses pembelajaran, peneliti melihat bahwa dalam proses pembelajaran guru cukup mengembangkan kepribadian hal ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan hasil pada pengamatan I dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa baik mengembangkan kepribadian. Hal ini seperti yang Kundiati, Mustamin Anggo 72 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd selaku guru mata pelajaran geografi yang menyatakan bahwa: “Dengan melaksanakan bimbingan kepada siswa dan melaksanakan pengembangan bakat siswa”, i) Berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat. Berdasarkan hasil observarasi selama proses pembelajaran, peneliti melihat bahwa dalam proses pembelajaran guru cukup berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat hal ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan hasil pada pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II meningkat menjadi 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup baik berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Hasbiati, S.Pd selaku guru mata pelajaran geografi yang menyatakan bahwa: “Iya, tentu dan harus juga karena para guru harus selalu berinteraksi untuk menciptakan suasana kerja yang kondusi, sedangkan dengan masyarakat, kami para guru juga harus berinteraksi dengan mereka untuk mengetahui keadaan di sekitar sekolah”, j) Mengadakan penelitian sederhana untuk kepentingan pembelajaran. Berdasarkan hasil observerasi selama proses pembelajaran, peneliti melihat bahwa dalam proses pembelajaran guru cukup mengadakan penelitian sederhana untuk kepentingan pembelajaran hal ini dapat di buktikan pada tabel 4.6 dengan hasil pada pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 2 (cukup). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup mengadakan penelitian sederhana untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Hasbiati S.Pd selaku guru mata pelajaran geografi yang menyatakan bahwa: “Belum pernah melakukan penelitian sederhana untuk kepentingan pembelajaran”. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama, menguasai bahan pelajaran pada pengamatan I dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II meningkat menjadi 4 (sangat baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa sangat menguasai bahan pelajaran. Kedua, menguasai landasan pendidikan pada pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II meningkat menjadi 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup menguasai landasan pendidikan. Ketiga, menyusun program pengajaran pengamatan I dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa menyusun program pengajaran dengan baik. Keempat, melaksanakan program pengajaran pada pengamatan I dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa melaksanakan program pengajaran dengan baik. Kelima, menilai proses dan hasil belajar pada pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II meningkat menjadi 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa menilai proses dan hasil belajar cukup. Keenam, menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan pada pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 2 (cukup). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas Kundiati, Mustamin Anggo 73 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016 X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan. Ketujuh, menyelenggarakan administrasi sekolah pada pengamatan I dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa baik menyelenggarakan administrasi sekolah. Kedelapan, mengembangkan kepribadian pada pengamatan I dengan nilai 3 (baik) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa baik mengembangkan kepribadian. Kesembilan, berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat pada pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II meningkat menjadi 3 (baik). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup baik berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat. Kesepuluh, mengadakan penelitian sederhana untuk kepentingan pembelajaran pada pengamatan I dengan nilai 2 (cukup) dan pada pengamatan II tetap memperoleh nilai 2 (cukup). Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa guru geografi kelas X.A SMA Negeri 1 Kaledupa cukup mengadakan penelitian sederhana untuk kepentingan pembelajaran. Imran. 1995. Pembinaan guru di indonesia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, jakarta Mayor, murt. 1971. Sosiologi suatu pengantar. Ringkas ichtiar. Jakarta Mulyasa, E, 2005. Menjadi kepala sekolah profesional. Dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 1982. Didaktik asas-asas mengajar. Jakarta: IKIP Ujung Pandang Purwanto. 2004. Pendekatan dalam proses belajar mengajar. Bandung: Rosda Karya. Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Usman. 2003. Upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar. Bandung; Remaja Rosdakarya DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman,Dkk. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Hamalik, oemar. 1992. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, oemar. 2003. Perencanaan pengajaran berdasarkan sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta Kundiati, Mustamin Anggo