Ala Sagaa , Heboka Ako Tey Langento

advertisement
Ala Sagaa , Heboka Ako Tey Langento
Ambil Sebagian, Simpan Untuk Hari Esok!
Lembar Informasi Perikanan Desa Sombano
KONDISI SUMBERDAYA PERIKANAN
Hasil tangkapan ikan berkurang, karena umpan sudah
tidak dimakan ikan lagi. Sementara harga ikan terus naik.
Selain itu juga Jaring sudah sering tindis-tindisan di area
yang sama. Itulah fakta yang kita lihat dan rasakan
mengenai kondisi sumberdaya perikanan kita saat ini
dibandingkan 5-10 tahun yang lalu. Yang menandakan
bahwa sumberdaya perikanan kita semakin menurun.
Seperti yang dikatakan oleh La Jompi, “Pernah saya
memancing dari jam 6 sore sampai pagi tetapi hasilnya
nihil.”
Dari hasil diskusi masyarakat dan pemerintah Desa
Sombano Pada Bulan Agustus 2011, beberapa penyebab
menurunnya sumberdaya perikanan kita, yaitu :
1. Tempat bertelurnya ikan sudah rusak
2. Rusaknya terumbu karang, karena ulah manusia yang
mengangkat dan membolak-balik karang untuk mencari
PENANGKAPAN IKAN BERLEBIHAN
(OVERFISHING)
Semua yang kita alami, rasakan dan lihat itu menandakan
bahwa kondisi sumberdaya perikanan kita telah mengalami
penangkapan ikan berlebihan (overfishing).
Penangkapan Ikan berlebihan (overfishing)
adalah
penangkapan ikan yang melebihi jumlah
persediaan (stock) ikan yang ada di alam
Seperti yang kita ketahui terumbu karang dan bakau
(mangrove) yang ada di alam ini adalah tempat ikan untuk
memijah, bertelur,
mencari
mata tujuh
3. Masih adanya penggunaan akar tuba, yang
menyebabkan kerusakan terumbu karang sebagai
Menurunnya kondisi sumberdaya perikanan menyebabkan
kita semua susah mencari ikan. Waktu untuk mencari
ikan lebih lama, dan lebih banyak biaya yang dikeluarkan
dan
bakau terjaga dengan
baik, maka persediaan
ikan di alam pun
tempat ikan bertelur
4. Sudah banyak nelayan dan jenis alat tangkap
5. Penebangan hutan bakau (mangrove)
makan
berkembang biak. Jika
terumbu karang dan
Fungsi Terumbu Karang bagi ikan : Tempat bertelur,
memijah (kawin), pembesaran larva/anak ikan, dan tempat
berlindung
semakin banyak.
Namun kenyataannya akibat ulah
sebagian
orang
yang
tidak
dibanding hasil yang kita dapatkan.
bertanggungjawab, menyebabkan
terumbu karang dan bakau pun
Seperti apa yang dikatakan La Muda, “Kalau sekarang
semakin rusak. Hal ini berdampak
saya menyuluh semalaman
di sekitar kampung
pada berkurang/menurunnya
persediaan (stock) ikan di alam.
kadangkala hanya tinggal
Padahal saat ini jumlah nelayan
satu dua ekor, karena
pada kenyataannya ikan
semakin bertambah dengan
menggunakan alat tangkap yang
sudah semakin sedikit.”
semakin
efektif.
Sehingga
bisa
dipastikan bahwa jumlah ikan yang
ditangkap akan melebihi jumlah
persediaan ikan yang ada di alam.
Fungsi Bakau (Mangrove) bagi ikan :
tempat memijah, membesar-
kan anak, mencari makan dan
tempat berlindung
Lembar informasi perikanan ini disusun berdasarkan hasil diskusi tingkat desa di Kantor Desa Sombano pada bulan Agustus 2011.
Diskusi tersebut di hadiri oleh masyarakat Desa Sombano, Aparat Desa, Anggota BPD, Kepala Dusun, FORKANI dan Taman Nasional Wakatobi
PENGAWASAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMULIHKAN KONDISI SUMBERDAYA IKAN
Menurunnya kondisi ikan ini mengakibatkan hidup kita semakin sulit. Dan juga semakin susah mencari nafkah untuk keluarga.
Untuk itu seperti yang telah kita sepakati dalam diskusi tersebut, kita akan melaksanakan pengawasan secara mandiri ataupun
berkelompok.
DASAR HUKUM PENGAWASAN MASYARAKAT
Undang—Undang No.27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pasal 36
Ayat 6. Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan dan pengendalian Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Pasal 38
Pengawasan oleh Masyarakat dilakukan melalui penyampaian laporan dan atau pengaduan kepada pihak yang berwenang.
Berdasarkan penyebab-penyebab menurunnya kondisi sumberdaya perikanan maka pengawasan yang kita lakukan dalam
bentuk pencegahan, pelarangan dan peneguran terhadap pengrusakan terumbu karang dan penebangan hutan bakau. Selain
itu penting juga kita melakukan pengawasan untuk menerapkan aturan mengenai Zonasi Taman Nasional Wakatobi
ZONASI TAMAN NASIONAL WAKATOBI
Zonasi adalah sistem pengelolaan Taman Nasional
yang bertujuan untuk menjamin kelestarian sumber
daya alam yang ada dalam kawasan Taman Nasional,
guna menjamin keberlanjutan sumber matapencaharian
masyarakat.
Dalam zonasi TN.Wakatobi, terdapat Zona
Pemanfaatan Lokal yang merupakan lokasi istimewa
yang diperuntukan khusus bagi nelayan lokal wakatobi
untuk menangkap ikan dan hasil laut lainnya. Dengan
semakin banyaknya jumlah nelayan, maka
Zona
Pemanfaatan Lokal ini bermanfaat untuk melindungi
nelayan lokal dari persaingan dengan nelayan dari luar
Wakatobi.
Untuk menjamin agar ikan pada Zona Pemanfaatan
Lokal selalu ada pada saat ingin kita tangkap, maka
terdapat Zona Pariwisata dan Zona Perlindungan
Bahari. Kedua zona tersebut merupakan zona larang
tangkap (No Take Zone), yang harus kita lindungi dari
segala bentuk penangkapan
Undang-Undang
No.5 Tahun 1990
ikan dan hasil laut lainnya.
Tentang Konservasi Sumber
Agar ikan bisa bertelur,
Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
memijah dan berkembang
Pasal 33
biak dengan baik dan tidak Ayat (3) Setiap orang dilarang
terganggu, yang kemudian melakukan kegiatan yang tidak
sesuai dengan fungsi zona
ikan-ikan tersebut akan pemanfaatan dan zona lain dari
menyebar
ke
Zona taman nasional, taman hutan
raya, dan taman wisata alam.
Pemanfaatan Lokal.
Program Perikanan Berkelanjutan, didukung oleh :
DASAR HUKUM LARANGAN PENGRUSAKAN TERUMBU KARANG
DAN BAKAU / MANGROVE
Undang—Undang No.27 Tahun 2007
Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pasal 35
Dalam pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, setiap Orang
secara langsung atau tidak langsung dilarang:
a.
menambang terumbu karang yang menimbulkan kerusakan Ekosistem
terumbu karang;
b. mengambil terumbu karang di Kawasan konservasi;
c.
menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan/atau bahan lain yang
merusak Ekosistem terumbu karang;
d.
e.
f.
g.
menggunakan peralatan, cara, dan metode lain yang merusak Ekosistem
terumbu karang;
menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove yang
tidak sesuai dengan karakteristik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
melakukan konversi Ekosistem mangrove di Kawasan atau Zona
budidaya yang tidak memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
menebang mangrove di Kawasan konservasi untuk kegiatan
industri, pemukiman, dan/atau kegiatan lain;
Informasi Lebih Lanjut Hubungi :
Kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah—II Kaledupa, Lagiwae
SMS atau Telpon : 085656274477 ataun 085213266720
(La Ode Sahari, Kepala Resort Kaledupa,SPTNW-II Kaledupa)
Download