Ambil Sebagian, Simpan Untuk Hari Esok Lembar Informasi Perikanan Desa Sombano, Edisi-2 Desember 2011 PERSEPAKATAN MASYARAKAT DESA SOMBANO UNTUK PENJAGAAN ATAU PENGAWASAN TERUMBU KARANG, BAKAU/MANGROVE, PASIR, PENGGUNAAN BIUS DAN AKAR TUBA SERTA ALAT TANGKAP IKAN YANG MERUSAK / TIDAK RAMAH LINGKUNGAN Pada hari Senin, 21 November 2011 masyarakat Desa Sombano kembali mengadakan musyawarah di kantor balai desa. Pada pertemuan tersebut masyarakat bersepakat bahwa untuk memulihkan hasil tangkapan ikan dan hasil laut lainnya, serta menjaga dan mempertahankan keberhasilan panen rumput laut pada tahun ini. Maka masyarakat Desa Sombano bersepakat secara bersama-sama untuk melakukan penjagaan/pengawasan, pencegahan dan pelarangan terhadap sumberdaya alam (terumbu karang, bakau/ mangrove, dan pasir) dari segala bentuk pengrusakan. Selain itu juga masyarakat Desa Sombano juga akan melakukan pengawasan, pencegahan dan pelarangan terhadap penggunaan bius, akar tuba dan alat tangkap ikan yang merusak/tidak ramah lingkungan. DASAR HUKUM PENJAGAAN / PENGAWASAN MASYARAKAT Desa Sombano merupakan salah satu desa yang berada pada Zona Daratan Khusus dalam kawasan Taman Nasional Wakatobi. Selain itu Desa Sombano merupakan desa yang berada dalam Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil. Untuk itu dalam kaitannya dengan pelaksanaan penjagaan/pengawasan, pencegahan, dan pelarangan atas semua aktivitas pengrusakan terhadap terumbu karang, bakau/ mangrove, pasir, penggunaan bius dan akar tuba serta alat tangkap ikan yang merusak lainnya mengacu pada Undang –Undang Republik Indonesia nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dan Undang-Undang No.27 Tahun 2007 Tentang Wilayah Pesisir dan Pulau— Pulau Kecil. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA Pasal 33 Ayat (3) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam Pasal 37 (1) Peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna. (2) Dalam mengembangkan peran serta rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemerintah menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di kalangan rakyat melalui pendidikan dan penyuluhan. Lembar informasi masyarakat Desa Sombano ini disusun berdasarkan hasil musyawarah desa di Kantor Desa Sombano pada tanggal 2 1 November 2011. Diskusi tersebut di hadiri oleh masyarakat Desa Sombano, Pemerinta Desa, BPD, Kepala Dusun, FORKANI dan Balai Taman Nasional Wakatobi UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Pasal 35 Dalam pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, setiap Orang secara langsung atau tidak langsung dilarang: a. menambang terumbu karang yang menimbulkan kerusakan Ekosistem terumbu karang; b. mengambil terumbu karang di Kawasan konservasi; c. menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan/atau bahan lain yang merusak Ekosistem terumbu karang; d. menggunakan peralatan, cara, dan metode lain yang merusak Ekosistem terumbu karang; e. menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove yang tidak sesuai dengan karakteristik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; f. melakukan konversi Ekosistem mangrove di Kawasan atau Zona budidaya yang tidak memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; g. menebang mangrove di Kawasan konservasi untuk kegiatan industri, pemukiman, dan/atau kegiatan lain; h. menggunakan cara dan metode yang merusak padang lamun; i. melakukan penambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial, dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya; j. melakukan penambangan minyak dan gas pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya; k. melakukan penambangan mineral pada wilayah yang apabila secara teknis dan/atau ekologis dan/atau sosial dan/ atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya; serta l. melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya. Pasal 36 Ayat 6. Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan dan pengendalian Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 38 Pengawasan oleh Masyarakat dilakukan melalui penyampaian laporan dan/atau pengaduan kepada pihak yang berwenang. Bentuk penjagaan ataupun pengawasan terhadap terumbu karang, bakau, dan pasir yang akan dilakukan oleh masyarakat Desa Sombano adalah sebagai berikut : 1. Melakukan peneguran dan pencegahan jika melihat adanya aktivitas pengrusakan terumbu karang, penebangan bakau/mangrove, penambangan pasir, penggunaan bius dan akar tuba serta alat tangkap ikan yang merusak lainnya. 2. Melaporkan setiap aktivitas pengrusakan terumbu karang, penebangan bakau/mangrove, penambangan pasir, penggunaan bius dan akar tuba serta alat tangkap ikan yang merusak lainnya kepada Aparat Pemerintah Desa Sombano. Dalam setiap pelaporan diharapkan disertai data nama dan asal orang yang melakukan pengrusakan tersebut. 3. Melaporkan setiap aktivitas pengrusakan terumbu karang, penebangan bakau/mangrove, penambangan pasir, penggunaan bius dan akar serta alat tangkap ikan yang merusak lainnya kepada : Kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah—II Kaledupa, Lagiwae lewat SMS atau Telpon ke 085656274477 atau 085213266720 (La Ode Sahari—Kepala Resort Kaledupa, SPTNW-II Kaledupa ). Program Perikanan Berkelanjutan, didukung oleh :