Penjelasan Tentang Klaim dari Nichiren Shoshu

advertisement
Isu-Isu Mengenai Klaim Dari Nichiren Shoshu
1
1. Dua Dokumen Perpindahan
N
ichiren Shoshu mengakui bahwa Nikko Shonin, salah satu dari enam murid utama
Nichiren Daishonin, telah ditunjuk sebagai ahli waris dharma oleh Nichiren Daishonin.
Hal ini dimunculkan melalui dua dokumen perpindahan yang diklaim bahwa itu ditulis
langsung oleh Nichiren Daishonin. Tetapi, tak seorangpun diluar para Bhiksu Nichiren
Shoshu itu termasuk para sarjana, cendikiawan, alih sejarah, para bhiksu yang berasal dari
garis keturunan Fuji Nikko dan lainnya, tidak mempercayai keaslian dari kedua dokumen
tersebut.
Dokumen pertama adalah “Nichiren Ichigo Guho Fuzoku Sho” (Gosho Zenshu, p. 1675)
atau “Minobu Sojo” menurut perkiraan ditulis di Gunung Minobu pada bulan September
1282, dikatakan: “Aku memindahkan Dharma ini, yang Aku, Nichiren, sudah sebarkan
sepanjang seluruh hidupku kepada Byakuren Ajari Nikko. Ia diharapkan untuk menjadi
pemimpin tertinggi untuk penyebarluaskan ajaran Honmon. Ketika wewenang yang diterima
mengenai Dharma ini, Kaidan Kuil Honmonji harus dibentuk di Gunung Fuji. Kamu harus
menantikan datangnya waktu itu. Ini adalah apa yang Aku sebut ajaran Dharma yang nyata.
Di atas semua ini, para muridku harus mematuhi dokumen ini. Bulan kesembilan tahun koan
kelima. Nichiren.”
Dokumen yang kedua adalah adalah “Minobu-san Fuzoku Sho” (Gosho Zenshu p.
1675) atau “Ikegami Sojo”, menurut perkiraan ditulis 13 Oktober 1282 dikatakan: “Aku
memindahkan yang patut dimuliakan Pengajaran Sakyamuni lima puluh tahun ke Byakuren
Ajari Nikko. Ia diharapkan menjadi Kepala Bhiksu Kuil Minobu-san Kuonji. Para Bhiksu harus
menaruh kepercayaan kepada hal ini, mereka yang tidak mematuhi dan keberatan untuk
menerima ini adalah para pemfitnah Dharma. Hari ketigabelas bulan kesepuluh tahun Koan
ke-lima di Ikegami, Provinsi Musashi. Ttd. Nichiren”
Dokumen yang pertama tentang perpindahan ini adalah suatu rekayasa yang disebut Hyakugojikka-jo yang ditulis oleh Nikkyo (1428-1489) di Kuil Taisekiji pada tahun 1480. Nikkyo
pada awalnya adalah seorang Bhiksu di Kuil Juhon-ji di Kyoto (pendiri dari Kuil Yoboji),
kemudian ia pindah ke Kuil Taisekiji dan menjadi murid Nichiu, Bhiksu Tinggi Taisekiji Kesembilan. Bagaimanapun, dapat dikatakan terjadi pertentangan antara isi surat perpindahan
ini yang dikutip dari tulisan Nikkyo dengan salinan yang sekarang ada di Kuil Taisekiji.
Dalam dokumen itu dikatakan tentang “Kuil Honmonji di Gunung Fuji,” ini mengarah pada
Kuil Nishiyama Honmonji yang didirikan pada tahun 1343 oleh murid Nikko Shonin, Nichidai
setelah beliau diusir oleh kepala bhiksu dari Kuil Kitayama Honmonji. Kemungkinan juga
bahwa dokumen “Minobu Sojo” itu dibuat oleh seorang Bhiksu Tinggi dari Kuil Nishiyama
Honmonji. Nichiren Shoshu mengakui bahwa ketika belum terwujudnya Kaidan Kuil Honmon,
Taisekiji akan dinamai sebagai Honmonji dalam rangka menyesuaikan diri kepada apa yang
disebut dalam “Minobu Sojo”. Tetapi klaim yang paling tepat untuk sebutan Kaidan Kuil
Honmonji adalah ditujukan kepada Kitayama Honmonji, karena kuil ini didirikan oleh Nikko
di Gunung Fuji dengan nama Honmonji.
Menurut para Bhiksu Nichiren Shoshu, salinan asli dari dokumen perpindahan itu tersimpan
di gudang di Kuil Kitayama Honmonji sampai tanggal 17 maret 1581, surat itu hilang yang
diperkirakan di curi oleh para pengikut dari Kuil Nishiyama Honmonji dan Raja Kai, Takeda
Katsuyori beserta tentaranya. Kemungkinan Kuil Kitayama Honmonji maupun Kuil Nishiyama
Honmonji telah bernaung dibawah Kuil Taisekiji pada waktu itu. Surat asli dari kedua
dokumen itu tidak pernah diketemukan.
Disamping tidak adanya surat asli dari ke-dua dokumen perpindahan ini dan terdapatnya
pertentangan antara salinan surat yang ada pada hari ini dan kutipan dari surat-surat
sebelumnya terdapat bukti yang cukup kuat bahwa Nichiren Daishonin tidak pernah
mengangkat Nikko sebagai penganti atau pewaris Dharmanya.
Terdapat beberapa dokumen asli yang membuktikan hal tersebut bahwa Nichiren tidak
pernah mengangkat Nikko Shonin sebagai penganti. Salah satu dokumen itu adalah ditulis
Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia
2
Isu-Isu Mengenai Klaim Dari Nichiren Shoshu
sendiri oleh Nikko Shonin yang mencatat tentang situasi pemakaman Nichiren Daishonin,
yang berjudul “Shuso Gosenge Kiroku,” yang sekarang tersimpan di Nishiyama Honmonji.
Dokumen ini ditanda tangani oleh Nissho, Nichiro, Nikko, dan Nichiji (Empat dari Enam
Murid Utama Nichiren Daishonin). Menurut dokumen ini, Nikko tidak mendapatkan pelakuan
atau tempat yang khusus ketika acara penghormatan pemakaman Nichiren Daishonin saat
itu, tetapi melainkan dua orang murid senior yakni Nichiro dan Nissho berada didepan
prosesi dan memimpin acara prosesi pemakaman tersebut. Juga menurut Nikko Shonin, Ia
hanya menerima warisan peninggalan Nichiren berupa seekor kuda dan beberapa pakaian,
sedangkan Nissho menerima catatan salinan Saddharma Pundarika Sutra kepunyaan
Nichiren Daishonin (Chu Hokekyo) dan Nichiro menerima rupang Buddha Sakyamuni milik
Nichiren Daishonin yang telah Ia jaga sejak dari pengasingan Semenanjung Izu. Sejarah
telah membuktikan bahwa kedua dokumen asli itu tidak pernah ada.
Sebuah tulisan atau catatan yang disebut “Rembo Cho” terdapat dua versi yang menguraikan
secara singkat sebuah sistem giliran bagi ke-Enam Murid Utama untuk menjaga, memelihara
makam dari Nichiren dan mengatur Kuil Kuonji di Gunung Minobu. Dalam catatan ini tidak
tercantum sama sekali tentang bahwa Nikko adalah ahli waris dari Nichiren Daishonin.
Ada juga tulisan dari Nikko yang menunjukkan bahwa ia tidak mengetahui bahkan tidak
menerima apapun tentang dua surat dokumen perpindahan itu. Salah satu tulisan dari Nikko
mengenai hal ini adalah “Fuji Isseki Monto Zonchi-no-koto,” dimana Nikko menuliskan
dalam dokumen itu bahwa ,”GuruKu Nichiren, yang telah mendahului aku, tidak pernah
memutuskan negeri atau tempat manapun. Adalah hal yang biasa, bagi Buddhisme mencari
sebuah tempat yang paling indah, damai, dan membangun kuil disana. Kemudian, Gunung
Fuji yang terletak di daerah Sugaru (Shizuoka) adalah gunung yang paling tinggi di Jepang.
Kita perlu membangun kuil kita disana.” Mengapa Nikko harus menulis kata-kata seperti ini
dalam dokumen ini, jika dalam “Minobu Sojo” telah menunjukkan tentang kata-kata Kaidan
Kuil Honmonji harus dibangun di Gunung Fuji?
Terdapat juga bukti dokumen lainnya yang dibuat oleh Nikko sendiri. Dokumen yang disebut
“Hara dono gohenji” (“Balasan kepada Tuan Hara”) disini ditulis bahwa Nikko mengeluh
bahwa Ia harus meninggalkan Gunung Minobu karena terjadi perselisihan Beliau dengan
Niko dan murid lainnya. Ia juga mengeluh tentang pembagian barang-barang peninggalan
Nichiren setelah pemakaman, karena ia ingin untuk menerima warisan Rupang Buddha
Sakyamuni. Bahkan dalam surat ini, Ia tidak menyebutkan tentang dokumen perpindahan
Dharma atau hal-hal yang mengarah kepada itu, atau tentang menetapkan untuk mendirikan
Kuil Honmonji di Gunung Minobu atau pun mengakui bahwa Nichiren telah menetapkan ia
sebagai Kepala Bhiksu di Kuil Kuonji – Minobu.
Bahkan dalam surat ini ia mengatakan bahwa, “Aku dapat menceritakan kepada kamu
bahwa betapa malunya aku dan menyesal karena harus meninggalkan Gunung Minobu,
dimana makam Nichiren Daishonin ditempatkan. Tetapi bukan hal yang penting dimana
aku berada, yang terpenting adalah meneruskan pengajaran dari Nichiren Daishonin dan
menyebarluaskannya keseluruh dunia. Semua para murid yang melawan kehendak dan
menentang Nichiren Daishonin. Aku percaya hanya aku, Nikko yang melindungi pelaksanaan
ajaran dari Nichiren menurut niat aslinya……”
Kita juga tahu bahwa semua murid merasa dirinya yang paling benar menjalankan ajaran
Nichiren Daishonin begitu juga halnya Nikko percaya bahwa hanya ia yang sedang melindungi
ajaran dan pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan dari Nichiren Daishonin, tetapi ia tidak
membuat klaim bahwa Nichiren Daishonin sendiri yang menunjuk ia sebagai ahli waris atau
pemimpin dari Kuil Kuonji, Gunung Minobu atau menerima tugas khusus untuk mendirikan
Kuil Honmonji di Gunung Fuji. Ini secara nyata membuktikan bahwa dokumen perpindahan
itu adalah palsu dan rekayasa dari para bhiksu dikemudian hari dari garis keturunan Fuji
Nikko, yang digunakan untuk dasar klaim tentang keunggulan mereka dibandingkan dengan
para saingannya, yang kita ketahui setelah meninggalnya Nichiren Daishonin terbentuk
ratusan sekte-sekte kecil Nichiren yang didasarkan pada garis keturunan atau garis guru
yang dikuti.
Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia
Isu-Isu Mengenai Klaim Dari Nichiren Shoshu
3
2. Nikko Bukan Pendiri Nichiren Shoshu
S
etelah meninggalkan Gunung Minobu, dimana Nikko berselisih paham dengan Niko
dan Tuan Hakii Sanenaga, penguasa Gunung Minobu serta murid-murid lainnya. Inilah
awal dari keretakan hubungan antara murid-murid Nichiren Daishonin, yang akhir
membentuk garis keturunan Minobu dan Fuji. Setelah meninggalnya Nichiren Daishonin,
ajaran Nichiren terbagi menjadi dua aliran pemahaman yakni: “Itchi” dan “Shoretsu”.
Dari dasar inilah, sub-aliran yang lain dan gerakan, berkembang dan membuat sekte sendiri
seperti Happon-ha, Fuju Fuse dan yang lainnya.
Aliran “Itchi” menekankan
pada
pemahaman
membaca,
belajar
dan
menyebarkan Saddharma
Pundarika Sutra dengan
penekanan yang khusus
pada Bab II dan Bab XVI,
tetapi untuk semua Bab
diajarkan
juga
dalam
pembabaran,
disamping
ajaran Nichiren Daishonin
yang dituangkan dalam
Gosyo,
ajaran
Tien-tai
dan lain-lain. Sedangkan,
aliran “Shoretsu” hanya
menitikberatkan pada Bab
II dan Bab XVI, membaca
dan mengutamakan bab ini
dan tidak membabarkan
bab-bab lainnya.
Aliran “Itchi” merupakan
aliran utama dari muridmurid
Nichiren
yang
tergabung dalam banyak
sekte dan aliran yang
utama
seperti
Nichiren
Shu.
Sedangkan
aliran
“Shoretsu”
terdiri
dari
turunan
dari
muridmurid
Nikko,
seperti
Nichiren
Shoshu
dan
pecahannya
Shoshinkai
dan Soka Gakkai. Di antara
bermacam-macam
sekte
“Shoretsu”,
terdapat
beberapa aliran lanjutan.
Taisekiji yang merupakan
pusat dari sekte Nichiren
Shoshu berdasarkan dari
garis keturunan, satu dari
pengikut utama Nichiren
Daishonin, Nikko Shonin.
Keturunan dari murid Nikko
ini disebut “Fuji Monryu”
Altar di Kuil Kitayama Honmonji
atau “Nikko Monryu”,
didirikan oleh Nikko Shonin, Ia meninggal disini. Kuil ini bagian dari
tetapi sangat tidak tepat
Nichiren shu
jika
dikatakan
bahwa
Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia
Isu-Isu Mengenai Klaim Dari Nichiren Shoshu
4
seluruh murid dan turunan Nikko berada di Taisekiji, banyak diantaranya adalah bagian dari
Nichiren Shu dan banyak juga yang mendirikan sekte sendiri.
Kuil-kuil yang menjadi tiang utama berdirinya Nichiren Shoshu mempunyai pemahaman
yang berbeda dengan Taisekiji baik tentang anggapan Nichiren Daishonin sebagai Buddha,
doktrin dan lain, salah satu contohnya Kuil pendiri Taisekiji disebut Kuil Nishiyama Honmonji
didirikan oleh murid Nikko, Nichidai (1294 – 1394) masih menggunakan pemikiran yang lama
yakni Buddha Sakyamuni sebagai Buddha Abadi dan Nichiren adalah Maha Bodhisattva.
Setelah meninggalkan Gunung Minobu, Nikko pergi ke daerah Ueno. Pada tahun 1290,
penguasa di Ueno, Nanjo Tokimitsu, mendirikan Kuil Taisekiji di Oishigahara untuk Nikko.
Nanjo Tokimitsu merupakan paman dari salah seorang murid Nikko, Nichimoku.
Pada tahun 1291, Nikko pindah ke kota Omosu di Kitayama dimana ia mendirikan Kuil
Kitayama Honmonji pada bulan Februari 1298 dengan bantuan dari Nitcho. Dia menghabiskan
sisa hidupnya di kuil ini.
Nikko menunjuk dua kelompok yang terdiri dari enam murid utama untuk menggantikan dia
setelah kematiannya. Kelompok pertama terdiri dari: Nikke, Nichimoku, Nisshu, Nichizen,
Nissen, dan Nichijo. Kelompok kedua terdiri dari: Nichidai, Nitcho, Nichido, Nichimyo,
Nichigo, dan Nichijo.
Pada Hari ini kuil utama dari garis keturunan Fuji adalah sebagai berikut:
⋅
Kuil Taisekiji – Kuil Utama Nichiren Shoshu (dari kuil ini kemudian pecah menjadi
Shoshinkai, Myoshinko, Kenshokai, Soka Gakkai (SGI)
⋅
Kuil Kitayama Honmonji – Kuil Nichiren Shu
⋅
Kuil Koizumi Kuonji – Kuil Nichiren Shu
⋅
Kuil Hota Myohonji – Kuil Independent Movement
⋅
Kuil Shimojo Myorenji – Kuil Nichiren Shoshu
⋅
Kuil Nishiyama Honmonji –Kuil Honmon Shoshu
⋅
Kuil Kyoto Yoboji – Kuil Nichiren Honshu
⋅
Kuil Izu Jitsujoji – Kuil Nichiren Shu
Kozoin Nisshin (1508-1576), Kepala Bhiksu Kuil Yoboji dari turunan Nikko di Kyoto, membuat
cara untuk perdamaian diantara kuil-kuil milik turunan Nikko. Dibawah tekanan dari
pemerintah Meiji, Taisekiji bergabung dengan Nichiren Shu Komon Ha, pada tahun 1876.
Nama dari sekte ini diganti menjadi Hommon Shu pada tahun 1899. kemudian, Taisekiji
keluar dari Hommon Shu pada tahun 1900, dan menamakan diri Nichiren Shu Fuji Ha. Nama
dari sekte itu, diganti kembali menjadi Nichiren Shoshu pada tahun 1912. Hommon Shu
bergabung dengan Nichiren Shu pada tahun 1941. Yoboji dari Kyoto, yang mana menjadi kuil
utama dari Hommon Shu, keluar dari Nichiren Shu pada tahun 1953, dan menamakan diri
menjadi sekte Nichiren Honshu.
Jadi jelas bahwa Nichiren Shoshu berdiri jauh setelah Nikko Shonin (1246-1333) dan
Nichimoku meninggal, dan ajaran Nichiren Shoshu berbeda dengan apa yang diajarkan
oleh Nikko sendiri dan sebagian murid-muridnya yang tidak berada di Kuil Taisekiji. Kuil-kuil
Nikko selain Kuil Taisekiji – Nichiren Shoshu, tetap menganggap Nichiren Daishonin sebagai
Dai Bosatsu, pemimpin dari Bodhisattva Muncul Dari Bumi dan Buddha Sakyamuni sebagai
Buddha Abadi. Sekali lagi, klaim Nichiren Shoshu bahwa Nikko adalah pendirinya adalah
tidak benar.
3. Nichiren Diindentifikasi Sebagai Buddha
N
ichiren pertama kali diindentifikasi sebagai Buddha oleh Bhiksu Nichigen (1486) dari
Kuil Nishiyama Hommonji, dengan teori “Nichiren-hombutsu-ron” atau teori “Nichiren
adalah Buddha Pokok.” Teori jelas dibuat oleh Bhiksu Nichigen.
Menurut Saddharma Pundarika Sutra, Buddha Sakyamuni, yang ada didalam Stupa
Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia
Isu-Isu Mengenai Klaim Dari Nichiren Shoshu
5
Prabhutaratna Tathagata, memberikan tugas penyebaran Dharma kepada Bodhisattva
Visistacaritra (Jogyo Bosatsu). Nikko Shonin percaya bahwa Nichiren Daishonin adalah
kelahiran kembali dari Jogyo Bosatsu, demikian juga pengikutnya Nishizon (1265-1345),
yang menaruh Rupang Jogyo Bosatsu dalam kuilnya di Kyoto, kuilnya dinamakan sesuai
dengan nama Bodhisattva itu. Hal ini dapat kita lihat dalam beberapa dokumen yang dibuat
oleh Nikko Shonin, salah satunya dalam “Ryuzo mondo sho”, dikatakan bahwa, “ Saya
percaya yang diajarkan dalam Hokekyo (Saddharma Pundarika Sutra) bahwa
dengan hormat Nichiren Daishonin adalah Bodhisattva Jogyo, utusan dari Sang
Buddha Sakyamuni, Buddha dari Triloka, Ayah dan Ibu dari semua makluk.”
Sebuah gosho atau tulisan Nichiren Daishonin, yang ditulis di Gunung Minobu pada tahun
1274 berjudul “Hokke Shuyo Sho” atau “Makna Penting dari Saddharma Pundarika
Sutra” secara jelas menyatakan siapakah sesungguhnya Buddha Pokok Abadi itu, “Sejak
500 asamkeya kalpa koti, Seluruh orang-orang di dunia saha ini telah menjadi anakanak tersayang, Buddha Sakyamuni. Kita tidak menyadari hubungan ini karena
kita adalah anak-anak yang nakal. Ini adalah sebuah hubungan yang unik.” Gosho
ini yang dikatakan telah mencapai KeBuddhaan pada 500 asamkheya kalpa koti atau Kuon
Ganjo adalah Buddha Sakyamuni dan pada saat yang sama, kita adalah murid-murid Beliau.
Dan juga dalam Gosho “Kanjin Honzon Sho” dikatakan, “Ketika Buddha Abadi telah
diwujudkan dalam Bagian Pokok dari Saddharma Pundarika Sutra, Dunia Saha ini
menjadi Tanah Suci Abadi, yang tidak akan musnah oleh Tiga Bencana...Sakyamuni
Buddha, pemilik Tanah Suci ini tidak pernah moksa di masa lampau, atau akan
dilahirkan di masa mendatang. Ia hidup selamanya melampaui masa lampau,
sekarang dan akan datang. Semua orang akan mendapatkan bimbingan hanya dari
Buddha Abadi.....”
Namun salah seorang pengikut Nikko Shonin, Hongaku Nichidai (1309-1369), berkata bahwa
Nichiren sendiri memasuki stupa Prabhutaratna dan menerima Dharma langsung dari Buddha
Sakyamuni. Interpretasi salah dari Saddharma Pundarika Sutra ini, akhirnya diwujudkan
dalam teori bahwa Nichiren adalah Buddha Abadi, ajaran ini diturunkan oleh Nichigen. Teori
dari Nichigen ini yang mendasari ajaran dari Nichiren Shoshu, dan ajaran ini berbeda dengan
apa yang diajarkan oleh Nikko Shonin.
Klaim Nichiren Shoshu yang menganggap Nichiren Daishonin sebagai Buddha Abadi sungguh
bertentangan dengan jiwa dari Saddharma Pundarika Sutra itu sendiri, dimana dalam Bab.XVI,
Panjang Umur Tathagata, jelas disebutkan bahwa Buddha Sakyamuni adalah Buddha Abadi,
asal muasal (Kuon Ganjo) yang telah mencapai KeBuddhaan pada 500 asamkheya kalpa
koti yang tak terhingga, "Sekarang Sakyamuni Buddha telah benar-benar keluar dari
istana keluarga Sakya dan telah duduk diatas tempat penerangan yang terletak
tidak jauh dari kota Gaya, setelah telah mencapai Penerangan Agung itu, Akan
tetapi, wahai putera-puteriKu yang baik, sejak Aku benar-benar menjadi Buddha,
sang waktu telah berlalu ratusan ribu koti nayuta kalpa yang tak terhingga dan
tak terbatas." dan juga bahwa dalam Bab.XV Bodhisattva Muncul dari Bumi, Saddharma
Pundarika Sutra jelas bahwa Buddha Sakyamuni memberikan tugas penyebaran Dharma
kepada Bodhisattva Visistakaritra agar disebarluaskan pada lima ratus tahun ke lima setelah
kemoksaanNya dan Nichiren Daishonin lahir untuk membukti hal tersebut. Terdapat juga
kata-kata Nichiren Daishonin dalam salah satu surat bahwa, “Jika Nichiren tidak lahir kedunia
ini, maka kata-kata Buddha Sakyamuni, Prabhutaratna Tathagata adalah bualan besar…”.
Ini jelas bahwa Nichiren sebagai kelahiran kembali Boddhisattva Visistakaritra dan lahir ke
dunia ini untuk membuktikan kebenaran kata-kata Buddha Sakyamuni dalam Sutra. Jika
menempatkan Nichiren sebagai Buddha Abadi dimana letak hubungannya dan dasar bukti
sutra apa yang mendasari teori ini ?
Nichiren Daishonin bertahun-tahun lamanya menentang sekte-sekte agama Buddha lainnya,
yang lebih menempatkan Buddha Amitabha, Vairocana dan lain-lain sebagai altar pemujaan
utama. Keinginan Nichiren Daishonin jelas dalam Rissho Ankoku Ron, bahwa kembali pada
ajaran sejati Buddha Sakyamuni dan menempatkan Buddha Sakyamuni Abadi sebagai altar
pemujaan utama. Inilah dasar dari perjuangan Nichiren Daishonin.
Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia
6
Isu-Isu Mengenai Klaim Dari Nichiren Shoshu
Jadi, jelas bagi kita bahwa teori
Nichiren
Daishonin
sebagai
Buddha Abadi dimunculkan oleh
salah seorang murid turunan
sekte Fuji Nikko, Nichigen. Teori
ini muncul ratusan tahun setelah
meninggalnya
Nikko
Shonin.
Sungguh sebuah ajaran yang
tidak hanya bertentangan dengan
semangat dalam Sutra, juga
keinginan dari Nichiren Daishonin
dan Nikko Shonin itu sendiri.
4. Dai Gohonzon di Kuil
Taisekiji, Nichiren Shoshu
Dai Gohonzon di Taisekiji
Nichiren Shoshu
D
ai Gohonzon yang diklaim
oleh Nichiren Shoshu sebagai
mandala yang dibuat oleh
Nichiren Daishonin adalah sebuah
ketidakbenaran. Dai Gohonzon di Kuil Taisekiji terbuat dari kayu
sedangkan, selama hidupnya Nichiren Daishonin tidak pernah
membuat mandala dalam bentuk lain kecuali mengunakan kertas,
saat ini terdapat 127 Mandala Gohonzon yang asli dibuat oleh
Nichiren Daishonin, dan masih tersimpan dengan baik di Gunung
Minobu.
Gohonzon Yang
digunakan oleh SGI
Dai Gohonzon Taisekiji atau biasa disebut Ita Honzon
itu dibuat oleh Nichi-u (1409-1482), Bhiksu Tertinggi Kesembilan dari Kuil Taisekiji, yang didasarkan pada Gohonzon
Yashiro Kunishige (Gohonzon peringatan kematian yang ditulis
diatas kertas). Mereka mengklaim bahwa mandala itu ditulis
Ket.Gbr: Gohonzon yang
oleh Nichiren pada 12 Oktober 1279. Ita honzon itu mempunyai
digunakan oleh Nichiren Shoshu sebuah catatan bahwa itu dibuat dan diberikan kepada Yashiro
Kunishige. Siapakah Yashiro Kunishige? Menurut catatan yang
terdapat di “Nichimoku Goden Dodai”, yang ditulis oleh Nichiji Shonin bahwa Tuan Yashiro
adalah keponakan tertua dari Nichimoku Shonin. Nama lengkap beliau adalah Oshuu-kaganoFujiwara-no-Ason-Onodera-Yashiro-Kunishige dan Ia bekerja di pemerintahan. Juga
berdasarkan gosho “Ryusenji Moshijo” yang ditulis oleh Nichiren pada bulan oktober
1279, menyatakan bahwa "Shiro telah terbunuh pada bulan April, dan kemudian disusul oleh
Yashiro pada bulan Agustus." Kata-kata Shiro dalam gosho itu mengacu pada (Jin)Shiro,
dan Yashiro Kunishige. Kemudian untuk mengenang kematian dari Yashiro Kunishige,
Nichiren menulis sebuah mandala untuk peringatan tersebut pada 12 oktober 1279, 49 hari
setelah kematiannya. Mandala ini yang kemudian hari dipahat keatas kayu oleh Nichi-u.
Jadi Ita-Honzon atau Dai Gohonzon Taisekiji adalah mandala peringatan kematian Yashiro
Kunishige.
Nichi-u menyatakan bahwa Ita-mandala ini adalah Honzon ini yang dipercayai oleh Nichiren
sebagai hal yang utama dan bahwa seluruh mandala yang ditulis dikertas oleh Nichiren dan
Bhiksu lain tidak berharga. Tetapi baik Nichiren maupun Nikko Shonin, tidak pernah menulis
mandala diatas papan kayu. Nikko Shonin melarang pembuatan Ita-Honzon didalam “Fujiisseki-monto-zonji-no-koyo,” menyatakan bahwa “mengukir diatas papan akan membuat
tulis tangan tidak begitu berarti….”
Nichi-u juga berkata bahwa Ita honzon itu dipindahkan dari Yashiro ke Kuil Taisekiji, maka
dari itu bahwa hanya Kuil Taisekiji yang menyimpan Honzon yang dibuat langsung oleh
Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia
Isu-Isu Mengenai Klaim Dari Nichiren Shoshu
7
Nichiren. Pengakuan seperti ini membuat timbulnya penentangan dari kuil-kuil murid-murid
Nikko Shonin lainnya. Perlu diketahui sampai sekarang diketahui terdapat lebih 127 mandala
asli yang ditulis oleh Nichiren Daishonin dan masih tersimpan baik dibanyak kuil-kuil Nichiren
Shu yang tersebar diseluruh Jepang.
5. Konsep “Hubungan Darah” Nichiren Shoshu
K
onsep “Hubungan Darah” yang dikembangkan oleh Nichiren Shoshu adalah mengacu
pada “Pewarisan Dharma” yang diterima oleh Nikko Shonin, yang telah kita bahas
dibagian depan. Konsep ini mengajarkan bahwa Nichiren Daishonin telah melimpahkan
semua kebenaran Dharma kepada Nikko Shonin, sehingga para Bhiksu Nichiren Shoshu
yang mengklaim dirinya sebagai turunan dari Nikko Shonin, telah menerima hal yang sama
secara terus menerus, yang kemudian diteruskan oleh Bhiksu Tertinggi. Menurut para
Bhiksu Nichiren Shoshu bahwa Nikko Shonin telah melimpahkan pewarisan Dharma kepada
Nichimoku Shonin bagaikan dari satu bejana ke bejana yang lainnya. Tetapi, ini juga sesuatu
yang aneh karena Nikko Shonin, pada akhir hidupnya tidak menetapkan satu orang penerus
tetapi dibagi dalam dua kelompok murid yang masing-masing terdiri dari Enam Murid Utama.
Kedua kelompok ini yang akan meneruskan usahanya untuk menyebarluaskan Dharma.
Kelompok pertama, terdiri dari: Nikke, Nichimoku, Nisshu, Nichizen, Nissen, dan Nichijo.
Kelompok kedua, terdiri dari: Nichidai, Nitcho, Nichido, Nichimyo, Nichigo, dan Nichijo. Jadi
berdasarkan apa bahwa Nichimoku sendiri yang menjadi pewaris tunggal ?
Sistem yang digunakan oleh Nichiren Shoshu ini sama seperti yang dilakukan oleh Gereja
Katolik, yang menempatkan seorang Paus dan pengantinya sebagai penerus tunggal Tuhan
Yesus di dunia ini. Nichiren Shoshu diketuai oleh seorang Bhiksu Tertinggi yang mempunyai
otoritas yang besar, karena dianggap sebagai orang yang menerima pewarisan dharma
turun temurun dan mempunyai hubungan darah kejiwaan secara langsung dengan Nichiren
Daishonin. “Hubungan Darah” secara langsung ini yang menempatkan kedudukan Bhiksu
Tertinggi begitu berkuasa untuk menetapkan apa yang benar dan salah.
Konsep “Hubungan Darah” seperti ini jelas-jelas tidak sesuai dengan semangat dalam ajaran
Buddha. Bab II, Upaya Kausalya, Saddharma Pundarika Sutra jelas-jelas menempatkan
setiap mahluk pada tingkatan yang sama karena didalam diri semua mahluk hidup terdapat
“Bibit KeBuddhaan”. Tidak ada diskriminasi dalam agama Buddha, apakah ia seorang bijak
atau bodoh, kurus atau gemuk, cantik atau buruk, kaya atau miskin, semua mempunyai
kesempatan dan kedudukan yang sama dihadapan Sang Buddha. Buddha Sakyamuni
mengatakan bahwa, “Seluruh umat manusia di Dunia Saha ini adalah Anak-AnakKu,
hanya Aku yang dapat menyelamatkan mereka semua dari penderitaan.” Selain konsep
demikian tidak berlandaskan ajaran Buddha juga telah membuat pembedaan manusia, para
Bhiksu terutama Bhiksu Tertinggi diletakkan dalam status tertinggi sedangkan umat awam
dibawahnya. Konsep “Hubungan Darah” yang memberikan otoritas mutlak kepada Bhiksu
Tertinggi ini kemudian memunculkan sebuah konsep baru yang disebut “Hobo” atau “Pemfitnah
Dharma”. Dengan senjata baru ini digunakan untuk mereka-mereka yang tidak mematuhi
atau dianggap melanggar Dharma, contoh kasus dikeluarkannya Soka Gakkai International
dari Taisekiji. Juga dikatakan bahwa mereka yang tidak mengikuti Bhiksu Tertinggi, tidak
akan mencapai Jalan KeBuddhaan, karena itu Gohonzon yang bukan dikeluarkan oleh Bhiksu
Tertinggi tidak mempunyai kekuatan lagi. Apakah ini konsep Buddhisme?
Konsep-konsep ini jika kita telaah, jelas sekali tidak sesuai dengan apa yang diajarkan
dalam Saddharma Pundarika Sutra dan Nichiren Daishonin dalam gosho-goshonya. Buddha
mengatakan ,”semua mahluk dapat mencapai Jalan KeBuddhaan melalui pelaksanaan
Saddharma Pundarika Sutra dan bahwa semua umat manusia mempunyai Bibit KeBuddhaan
dalam diri mereka masing-masing.” Jadi untuk apa kita bergantung kepada seseorang
sedangkan kita sendiri mampu dan mempunyai kekuatan yang sama dengan Buddha. Dalam
Sutra Nirvana dikatakan, “Bersandarlah pada Dharma, tidak kepada orangnya” Buddha
mengajarkan kita agar berpegang pada Dharma bukan kepada manusia, jadi ketergantungan
Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia
Isu-Isu Mengenai Klaim Dari Nichiren Shoshu
8
kita kepada seorang manusia apakah ia seorang bhiksu atau seorang sarjana yang pintar
akan merendahkan diri sendiri dan potensi keBuddhaan yang ada dalam diri kita.
Pemfitnah Dharma (Hobo) adalah mereka yang menentang dan tidak percaya kepada
Saddharma Pundarika Sutra, jadi bukan kepada perorangan atau kepada jabatan tertentu.
Nichiren Daishonin berjuang untuk menyelamatkan seluruh manusia di negeri Jepang karena
telah memfitnah Dharma, yakni menentang Saddharma Pundarika Sutra dan tidak memuja
kepada Buddha Sakyamuni Abadi. Jadi jika anda tidak menentang Saddharma Pundarika
Sutra dan memuja Buddha Sakyamuni Abadi, apakah bisa dikatakan Pemfitnah Dharma ?
Memfitnah Dharma jika kita membenci, merintangi atau menghancurkan pelaksanaan hati
kepercayaan seseorang kepada Buddha Dharma atau Saddharma Pundarika Sutra. Mereka
yang menfitnah dharma atau menentang Saddharma Pundarika Sutra akan terjatuh ke
dalam neraka avici (penderitaan yang tak terputus-putus).
Konsep “Hubungan Darah”, konsep “Hobo” dan lain-lain dibuat semata-mata untuk
kepentingan dari para Bhiksu Nichiren Shoshu, yang ingin mengklaim dirinya sebagai ajaran
yang sesungguhnya dan untuk mendiskritkan mereka-mereka yang berada diluar sektenya.
KESIMPULAN:
J
elas perbedaan doktrin-doktrin dan klaim-klaim yang tidak benar membuat Kuil Taisekiji,
Nichiren Shoshu terpisah dari murid-murid Nikko Shonin sendiri dan murid-murid Nichiren
lainnya yang tergabung dalam semangat persaudaraan di Nichiren Shu. Kebenaran harus
berdasarkan fakta nyata dan tertulis bukan sebuah cerita atau karangan belaka. Sejarah adalah
fakta yang nyata, tertulis dan diakui secara luas, apakah masih ada yang lebih benar dari itu?
Agama Buddha tidak mengenal konsep Tuhan Pencipta atau Sesuatu yang lebih tinggi, demikian
pula apakah Buddha lebih tinggi dari manusia biasa. Tidak, Buddha adalah manusia yang telah
mencapai kesadaran hakiki, setiap manusia yang telah menjadi sadar adalah Buddha. “Hubungan
Darah” kita telah terjalin jauh pada masa lampau yang tak terhingga, dan juga ketika kita
percaya kepada Sang Buddha, kita telah menjalin hubungan denganNya, bahkan ketika kita
tidak mempercayai Sang Buddha sekalipun, kita masih memiliki hubungan dengannya karena
kita semua, umat manusia adalah anak-anakNya.
Terjadinya pemutar balikkan ajaran Buddha pada masa akhir Dharma adalah sesuatu yang sudah
diprediksi oleh Buddha Sakyamuni, oleh karenanya wejangan akhir dari Beliau didalam Sutra
Nirvana bagi umat manusia masa akhir dharma adalah, “Bersandarlah pada Dharma, tidak pada
orangnya. Jangan percaya kepada siapapun sekalipun ia adalah seorang kepala negara, seorang
bhiksu agung, seorang sarjana yang pintar….tetapi percaya kepada DharmaKu.” Dharma Buddha
bersifat Abadi dan tidak akan berubah sampai kapanpun sama seperti Hukum Gravitasi Bumi
tidak berubah dari sejak alam semesta ini terbentuk sampai saat ini. Agama Buddha mempunyai
sebuah konsep Datang, Lihat dan Rasakan (Ehipassiko), dengan demikian kita hendaknya tidak
mudah percaya kepada sesuatu tanpa kita sendiri telah melihat dan merasakannya. Tidak ada
perbedaan, tidak ada diskriminasi dalam ajaran Buddha. Semua mahluk hidup adalah sama,
dan mempunyai potensi yang sama untuk mencapai KeBuddhaan. Inilah welas asih yang luar
biasa dari Buddha Sakyamuni Abadi kepada kita umat manusia di Dunia Saha ini. Hanya Buddha
Sakyamuni Abadi yang patut kita puja, karena Beliau adalah Majikan, Guru dan Orangtua kita.
Tulisan ini dibuat dengan niat tulus untuk mengembalikan kebenaran ajaran Sang Buddha dan
Nichiren Daishonin, yang telah banyak mengalami distorsi akibat dari kesalahan penafsiran
dan keinginan sekelompok orang yang pada akhirnya menghancurkan kebenaran yang
sesungguhnya. Bacalah tulisan ini dengan hati yang bersih dan niat yang tulus, buanglah semua
prasangka dan pikiran negatif. Marilah kita bersama-sama maju dalam Dharma Buddha yang
sejati, belajar dan melaksanakannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukalah hati dan pikiran,
terimalah kebenaran, ini akan menyelamatkan kita dari terjatuh kedalam neraka penderitaan
yang tak terputus-putus (Avici). Gassho, Namu Myoho Renge Kyo.
Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia
Download