Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kata sastra dapat ditemukan dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu sama lain. Secara etimologi dapat ditinjau bahwa kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta. Sastra berarti tulisan atau karangan. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah untuk menyebutkan fenomena yang sederhana, sastra merupakan istilah yang memiliki arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta. Semi (1993, hal.1) mengungkapkan sastra dengan segala ekspresinya merupakan pencerminan dari kehidupan manusia, selain itu juga merupakan gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat. Dalam proses penciptaan suatu karya sastra, pengarang tidak hanya mengekspresikan apa yang ada pada jiwa mereka ke dalam suatu karya sastra, tetapi diperlukan kemampuan pendidikan yang mapan dan kejelian dalam menganalisis serta memasukkan ilmu lainnya, antara lain adalah psikologi. Hubungan sastra dengan psikologi sangat dekat. Hal ini karena karya sastra dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan tersebut memiliki objek yang sama yaitu manusia yang mencakup lingkungan dan kehidupannya. Darma dalam Hidayat (2010, hal.3) mengemukakan bahwa sastra sebenarnya pengungkapan masalah hidup, filsafat dan ilmu jiwa. Sementara, karya sastra dipandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati serta berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan. Sani dalam Hidayat (2007, hal.2) mengungkapkan bahwa film adalah visualisasi sastra, konkretisasi bahasa, jika 1 karya sastra bersendikan kata-kata maka film bersendikan gambar. Naskah film dan drama televisi memiliki keasamaan struktur dengan drama, sehingga keduanya dapat digolongkan ke dalam karya sastra, yang ditampilkan sebagai salah satu hasil budaya populer. Salah satu drama televisi Jepang Youkai Ningen Bem『妖怪人間ベム』yang ditayangkan di stasiun televisi swasta Nihon Terebi「日本テレビ」tahun 2011 silam, mengangkat tema “manusia” dan menggambarkan beragam kehidupan masyarakat zaman modern, kejiwaan, serta makna “manusia” sesungguhnya. Drama Youkai Ningen Bem diadaptasi dari animasi berjudul sama yang pertama kali ditayangkan tahun 1968, sebanyak 26 episode. Pada April 2006, Youkai Ningen Bem kembali ditayangkan di Animax, sebuah jaringan televisi satelit Jepang dengan teks berbahasa Inggris. Di beberapa negara, animasi Youkai Ningen Bem ditayangkan dengan judul Humanoid Monster Bem, dilengkapi percakapan dalam bahasa Inggris. Selanjutnya pada tahun 2011, Kouno Hidehiro 「 河 野 英 裕 」 , produser drama dari jaringan televisi Nihon Terebi 『日本テレビ』, kembali menghadirkan tayangan Youkai Ningen Bem dalam bentuk drama seri sebanyak 10 episode. Pada bulan Januari 2012, drama Youkai Ningen Bem berhasil menempati posisi teratas dalam Nikkan Sport Drama Grand Prix yang ke-15, untuk kategori Karya Terbaik di musim gugur. Gambar 1.1 Nikkan Sport Drama Grand Prix (Nikkan Sports News, 2012) 2 Selain itu, juga menempati urutan teratas dalam TVnavi Award「TVnavi [テレ ビナビ] /ドラマ・オブ・ザ・イヤー2011」untuk katergori Karya Terbaik bulan Oktober hingga Desember tahun 2011. Gambar 1.2 TVnavi Award - Karya Terbaik bulan Oktober-Desember 2011 (The Sankei Shimbun & TVnavi, 2010) Kouno Hidehiro「河野英裕」dalam wawancaranya di acara Anata to Terebi 『あなたとテレビ』, 9 Oktober 2011 silam mengungkapkan bahwa drama Youkai Ningen Bem bukan drama yang menceritakan tentang monster, namun ingin menggambarkan sosok manusia monster. Melalui tokoh manusia monster ini, ingin menggambarkan “apa itu manusia”. “Menggambarkan manusia” itu seperti apa? Manusia memiliki berbagai macam perasaan jiwa, dan juga kekeruhan, namun meskipun demikian dan meskipun tidak tahu apa yang menunggu hari esok, tetapi terus dan bisa hidup dengan harapan. Youkai Ningen Bem ini, bukan cerita bertema horor, namun merupakan karya yang ingin menggambarkan secara mendalam apa sebenarnya “kebaikan”, apa itu “keburukan”, dan disuguhkan untuk beragam orang dengan beragam cara pikirnya 3 Tokoh utama drama ini merupakan tiga makhluk yang memiliki wujud manusia (人間/ ningen) dan monster (妖怪/ youkai), salah satunya bernama Bem「ベム」. Meskipun memiliki wujud monster, namun mereka memiliki sifat dan nilai-nilai kebajikan dalam dirinya, selalu berusaha menolong manusia yang sedang dalam masalah, serta memiliki keinginan untuk dapat menjalani kehidupan normal sebagai manusia. Youkai Ningen Bem menceritakan petualangan Bem dan kedua temannya Bela, dan Belo dalam mencari cara untuk menjadi manusia normal. Melalui petualangannya, mereka jadi banyak belajar tentang manusia, kehidupannya, serta perasaan sebenarnya masing-masing individu. Dengan mengusung tema “manusia”, drama Youkai Ningen Bem mampu menggambarkan kondisi kejiwaan individu yang terlihat lewat perilaku, sikap, serta percakapan tokohnya. Hal ini didukung oleh pendapat Endraswara (2008, hal.183) yang menerangkan bahwa karya sastra, tampaknya mampu merekam gejala kejiwaan yang terungkap lewat perilaku tokoh. Perilaku ini menjadi data atau fakta empiris yang harus dimunculkan oleh analis atau pembaca, ataupun peneliti sastra dengan syarat bahwa mereka memiliki teori-teori psikologi yang memadai dalam usaha bedah investigasi. Berdasarkan kaitan psikologi dan jiwa, Gunarsa (2006, hal.3) mengungkapkan, kalau berusaha meneliti mengenai “apa” jiwa itu, tentunya akan sampai pada berbagai konsep filsafat maupun konsep agama. Psikologi dan agama mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Sebelum psikologi Barat berkembang pada abad 19, agama menjadi acuan pokok dalam menafsirkan maupun sebagai solusi persoalan kejiwaan. (Subandi, 2005, hal.7) Ahli psikologi Barat menyadari bahwa bidang psikologi banyak belajar dari filsafat dan praktik agama Buddha. Praktik Buddhis sudah membuktikan dapat 4 mengubah kehidupan individu sejak lebih dari seperempat abad yang lalu. Buddha Ch’an dari China merupakan salah satu sekte Agama Buddha Mahayana yang mengandung konsep psikologi dan filosofi dalam praktiknya. Pada periode Dinasti Tang (618-907), Agama Ch’an berkembang pesat dan mulai menyebarkan ajarannya ke Korea dan Jepang. (Dockett, et al, 2003, hal.42-31) Sejak masuk ke Jepang pada abad ke-6, Buddha Ch’an menjadi dasar pengetahuan, pikiran, ajaran agama, dan seni masyarakat Jepang. Seiring perkembangannya, pada periode Kamakura (1192-1333), di Jepang mulai bermunculan sekte-sekte Agama Buddha yang sampai sekarang masih memiliki pengaruh pada masyarakatnya, antara lain Nichiren Shoshu, Zen, Tendai, dan Shingon. Nichiren Shoshu, salah satu sekte Buddha Mahayana yang lahir pada abad 13, oleh para ahli psikologi Barat diakui sebagai ajaran dari pemberdayaan psikologis yang dalam praktiknya mampu memberikan perubahan psikologis praktisi. (Dockett, et al, 2003, hal.37). Nichiren Shoshu dalam praktiknya mengajarkan cara untuk mencapai dan menjaga jiwa, karena sumber kebahagiaan maupun ketidakbahagiaan terdapat di dalam jiwa. Konsep kejiwaan yang dipakai dalam praktik itu, yakni konsep Ichinen Sanzen「一念三千」yang menguraikan keadaan jiwa secara objektif atas perasaan subjektif, termasuk di dalamnya antara lain konsep Jikkai「十界」atau Sepuluh Dunia dan Jikkai Gogu「十界互具」atau Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup. Penjelasan karya sastra sebagai pengungkapan psikologi atau kejiwaan serta pencerminan kehidupan manusia, merangsang ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian terhadap psikologi atau kondisi kejiwaan tokoh utama drama Youkai 5 Ningen Bem, yang juga menggambarkan tentang “manusia” beserta perilaku dan perasaan jiwanya, dengan menggunakan konsep kejiwaan Agama Buddha Nichiren Shoshu, yakni Jikkai Gogu 「 十 界 互 具 」 . Dalam skripsi ini, penulis akan menggunakan konsep Jikkai Gogu dengan istilah “Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup”. Sedangkan untuk konsep Jikkai, penulis menggunakan istilah “Sepuluh Dunia”. Agama Buddha Nichiren Shoshu Agama Buddha sekte Nichiren Shoshu berdiri pada tanggal 28 April 1253. Nama sekte Nichiren Shoshu dinamai sesuai dengan nama pendirinya, yaitu Nichiren Daishonin 「日蓮大聖人」. Nichiren Daishonin lahir pada tanggal 12 Febuari 1222, di Kominato, daerah perkampungan nelayan pantai timur provinsi Awa, sekarang menjadi bagian wilayah di Prefektur Chiba, dengan nama Zennichimaro. Sejak usia 12 tahun, Zennichimaro sudah mulai mempelajari sutra-sutra Agama Buddha, dan pada usia 31 tahun memproklamirkan berdirinya sekte Nichiren Shoshu. Nichiren Daishonin mulai menyebarluaskan ajaran sektenya sejak abad ke-13. Ajaran Agama Buddha Nichiren Shoshu berlandaskan ajaran dari sutra Saddharmapundarika-sutra atau Sutra Bunga Teratai, yang menjelaskan pencapaian kesadaran Buddha dengan badan apa adanya, bagi semua yang berada di alam semesta, baik yang berperasaan maupun yang tidak berperasaan (makhluk hidup ataupun benda mati). Dalam perkembangannya, sekte Nichiren Shoshu mengalami banyak tentangan dari pemerintah dan sekte lain yang sedang berkembang zaman itu, seperti Zen dan Nenbutsu. Nichiren Daishonin pun mengalami berbagai penganiayaan, salah satunya yaitu hukuman pemenggalan kepala. Namun hukuman 6 itu tidak terlaksana, karena saat akan dipenggal, dari langit datang meteor yang membuat algojo dan prajurit yang berjaga takut dan segan memenggal Nichiren Daishonin. Dewasa ini, Nichiren Shoshu sudah berkembang baik di Jepang maupun dunia dan dipraktikkan oleh jutaan orang di hampir dua ratus negara. Di Jepang sendiri, sekte ini memiliki sekitar 700 kuil, dan lebih dari 22 kuil di negara lain, antara lain Indonesia, Malaysia, Singapura, Ghana, Taiwan, Amerika, Brazil, dan Meksiko. (Nichiren Shoshu Temple) Nichiren Shoshu pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1950-an, dan pada tahun 1964 dibentuk wadah organisasi dengan nama Nichiren Shoshu Indonesia (NSI). Pada mulanya hanya berkembang di Jakarta, namun sekarang sudah mulai tersebar di berbagai pelosok Indonesia, seperti Kalimantan, Jawa, Banten, Solo, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Bali, Jambi, Bangka, dan Lampung. 1.2 Rumusan Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah menganalisis konsep Jikkai Gogu atau Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup dalam Agama Buddha Nichiren Shoshu pada kondisi jiwa tokoh utama drama Youkai Ningen Bem. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Dalam skripsi ini, penulis memfokuskan penelitian ini pada konsep Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup dalam kondisi jiwa tokoh utama Bem yang ada dalam episode 1, 5, dan 10. 7 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan guna memahami konsep Jikkai Gogu atau Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup melalui kondisi jiwa tokoh utama Bem. Penulis mengharapkan penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang ingin memahami atau meneliti lebih lanjut konsep kejiwaan Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup atau Jikkai Gogu「十界互具」Agama Buddha Nichiren Shoshu, khususnya dalam film drama Youkai Ningen Bem, pada tokoh utama Bem. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode operasional berupa kepustakaan melalui pendekatan kualitatif. Penelitian kepustakaan menurut Irawan (1999, hal.65) adalah penelitian yang pengumpulan data terutama atau seluruhnya berasal dari kepustakaan, seperti buku, dokumen, drama, berita televisi, dan lain sebagainya. Pada skripsi ini, korpus data yang digunakan berupa drama Jepang berjudul Youkai Ningen Bem『妖怪人間ベム』, dan data-data mengenai ajaran Agama Buddha Nichiren Shoshu, khususnya konsep mengenai konsep Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup「十界互具」. Selanjutnya, setelah memperoleh cukup data, penulis akan menganalisis datadata tersebut dengan menggunakan Metode Analisis – Interpretatif (Deskriptif – Analitis). Nazir (2003, hal.71) menjabarkan Metode Deskriptif – Analitis sebagai penggambaran atau pelukisan secara otomatis, nyata dan akurat mengenai beberapa fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki secara terperinci, agar dapat ditarik kesimpulan serta memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan. 8 Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis karya tulis ini adalah sebagai berikut : 1. Penulis mengumpulkan korpus data dengan cara menonton drama Youkai Ningen Bem 『妖怪人間ベム』melalui akses internet. 2. Penulis melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku Agama Buddha Nichiren Shoshu untuk menemukan teori kejiwaan Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup (十界互具/ Jikkai Gogu). Kemudian mempelajari buku-buku serta jurnal ilmiah mengenai psikologi yang berhubungan dengan konsep kejiwaan Agama Buddha Nichiren Shoshu. 3. Penulis melakukan analisis kondisi jiwa tokoh utama Bem「ベム」dalam drama Youkai Ningen Bem「妖怪人間ベム」、dengan menggunakan teori psikologi yang dilanjutkan dengan konsep Sepuluh Dunia (十界/ Jikkai), dan terakhir konsep Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup (十界互具/ Jikkai Gogu) Agama Buddha Nichiren Shoshu, yang telah diperoleh melalui studi kepustakaan. 4. Penulis menarik simpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan. 1.6 Sistematika Tulisan Sistematika yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini adalah : Bab pertama, yaitu penjelasan umum mengenai skripsi ini yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian yang akan digunakan, dan sistematika penelitian. Bab kedua, yaitu landasan teori, berisi mengenai Teori Penokohan, Teori Psikologi Penokohan, Teori Psikologi, Konsep Sepuluh Dunia (十界 / Jikkai), yang 9 meliputi Dunia Neraka (地獄界/ Jigokukai), Dunia Keserakahan (餓鬼界 / Gakikai), Dunia Kebinatangan ( 畜 生 界 / Chikushokukai), Dunia Kemarahan ( 修 羅 界 / Shurakai), Dunia Manusia (人界 / Jinkai), Dunia Surga (天界 / Tenkai), Dunia Sravaka (声聞界/ Shoumonkai), Dunia Pratekyabuddha (縁覚界/ Engakukai), Dunia Boddhisatva (菩薩界 / Bosatsukai), dan Dunia Buddha (仏界 / Butsukai), serta Konsep Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup (十界互具 / Jikkai Gogu). Teori yang terdapat dalam landasan teori digunakan oleh penulis dalam menganalisis perasaan jiwa tokoh utama, Bem 「ベム」dalam drama Youkai Ningen Bem『妖怪人間ベ ム』. Bab ketiga, yaitu analisis makna. Berisi tentang analisis kondisi jiwa tokoh utama Bem「ベム」, dalam drama Jepang “Youkai Ningen Bem”『妖怪人間ベム』. Dalam menganalisis kondisi jiwa Bem, digunakan teori penokohan, psikologi kemudian dilanjutkan dengan 2 konsep Agama Buddha Nichiren Shoshu, yakni konsep kondisi jiwa Sepuluh Dunia (十界 / Jikkai), serta konsep pergerakan jiwa, Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup (十界互具 / Jikkai Gogu). Analisis dilakukan melalui dua cara, yaitu verbal dan non-verbal. Bab keempat, yaitu simpulan. Berisi tentang simpulan dari analisis data yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya. Bab kelima, berisi ringkasan yang merupakan isi skripsi secara ringkas. 10