analisis konsep jikkai gogu agama buddha nichiren shoshu pada

advertisement
ANALISIS KONSEP JIKKAI GOGU AGAMA
BUDDHA NICHIREN SHOSHU PADA TOKOH
UTAMA DRAMA YOUKAI NINGEN BEM
Lavina Irlov, Ratna Handayani
Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III, Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat, (+6221)
5327630, [email protected]
ABSTRAK
Konsep Jikkai Gogu atau dikenal sebagai Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup Agama Buddha Nichiren
Shoshu, merupakan salah satu konsep kejiwaan Agama Buddha yang dalam praktiknya mampu
memberikan perubahan psikologis praktisi. Melalui konsep ini, akan dianalisis psikologis tokoh utama
Bem, dalam drama bertema “manusia”, Youkai Ningen Bem, salah satu karya visualisasi sastra yang
mampu menggambarkan kejiwaan manusia. Fokus penelitian ini pada episode 1, 5, dan 10. Analisis
dilakukan guna mengetahui kondisi jiwa tokoh utama sekaligus lebih memahami konsep kejiwaan Agama
Buddha Nichiren Shoshu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni kepustakaan dengan
mencari serta mengumpulkan data mengenai drama Youkai Ningen Bem maupun studi kepustakaan
tentang konsep Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup. Selanjutnya, data dianalisis melalui metode
deskriptif-analitis, pertama-tama dengan teori psikologi umum dilanjutkan dengan konsep kondisi jiwa,
Sepuluh Dunia, dan terakhir dengan Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup untuk melihat pergerakan
perasaan jiwa Bem. Hasil analisis menunjukkan keadaan psikologis dan kondisi jiwa Bem serta
pergerakannya dilihat melalui sudut pandang konsep Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup. Simpulan
yang ditarik bahwa kondisi jiwa tokoh Bem dapat dijelaskan melalui konsep Sepuluh Dunia yang Saling
Mencakup Agama Buddha Nichiren Shoshu.
Kata Kunci : Jikkai Gogu, Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup, Youkai Ningen Bem, Nichiren
Shoshu, Kondisi Jiwa, Psikologi
ABSTRAK
Jikkai Gogu concept of Nichiren Shoshu Buddhism or “Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup” in
Indonesian is one of psychological concept in Buddha religion that able to provide psychological change
for practitioners. Through this concept, will be analyzed protagonist Bem’s psychologically in “human”
themed drama “Youkai Ningen Bem”, one literary work that is able to represent the human psyche. This
study focused on episodes 1, 5, and 10 and performed to know the protagonist’s psychology and to
understand the concept of religion psychiatric Nichiren Shoshu Buddhism. This study used literature
method with found and collected Youkai Ningen Bem’s data and also “Sepuluh Dunia yang Saling
Mencakup”’s concept. Next, data have been analyzed by descriptive analytic method, first with
psychology theory, and then “Sepuluh Dunia”, the last was used “Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup”
to known Bem’s psychology state. Through concept of “Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup”, the
analysis showed Bem’s psychology state and also the movement. The conclusion is that Bem’s
psychology state can be explained through “Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup” s concept of Nichiren
Shoshu Buddhism.
Keywords : Jikkai Gogu, Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup, Youkai Ningen Bem, Nichiren Shoshu,
psychology state
PENDAHULUAN
Sastra merupakan pencerminan dari kehidupan manusia dan masyarakat. Dalam proses penciptaan
suatu karya sastra, pengarang tidak hanya mengekspresikan apa yang ada pada jiwa mereka, tetapi juga
perlu memasukkan ilmu lainnya, antara lain psikologi, filsafat, antropologi, dan sosiologi. Hal ini
dikarenakan memiliki hubungan dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan tersebut, yaitu manusia yang
mencakup lingkungan dan kehidupannya.
yang
Salah satu karya sastra berupa drama film berjudul Youkai Ningen Bem
ditayangkan di stasiun televisi swasta Jepang Nihon Terebi
tahun 2011 silam,
mengangkat tema “manusia” dan menggambarkan beragam kehidupan masyarakat zaman modern,
kejiwaan, serta makna “manusia” sesungguhnya.
Tokoh utama drama ini merupakan tiga makhluk yang memiliki wujud manusia (ningen) dan
monster (youkai), bernama Bem
, Bela
, dan Belo
. Youkai Ningen Bem
menceritakan petualangan Bem, Bela, dan Belo dalam mencari ingatan masa lalu serta cara untuk menjadi
manusia normal. Melalui petualangannya, mereka jadi banyak belajar tentang manusia, seperti makna
“manusia”, “kebaikan”, “keburukan” yang sesungguhnya, serta perasaan jiwanya.
Endraswara (2008, hal.183) menerangkan bahwa karya sastra, tampaknya telah mampu merekam
gejala kejiwaan yang terungkap lewat perilaku tokoh. Selanjutnya Gunarsa (2006, hal.3) mengungkapkan,
kalau kita berusaha meneliti mengenai “apa” jiwa itu tentunya kita akan sampai pada berbagai konsep
filsafat maupun konsep agama. Psikologi dan agama mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan agama
sudah menjadi acuan pokok dalam menafsirkan maupun sebagai solusi persoalan kejiwaan sebelum
psikologi berkembang. Nichiren Shoshu, salah satu sekte Buddha Mahayana yang lahir pada abad ke-13,
oleh para ahli psikologi Barat diakui sebagai ajaran dari pemberdayaan psikologis yang dalam praktiknya
mampu memberikan perubahan psikologis praktisi melalui beberapa konsep, salah satunya yaitu Jikkai
Gogu
atau Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup.
Melalui skripsi ini, penulis menganalisis kondisi jiwa tokoh utama Bem drama Youkai Ningen Bem
dengan menggunakan konsep kejiwaan Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup, melalui tindakan,
percakapan, serta ekspresi tokoh Bem. Pertama-tama, penulis akan menganalisis situasi melalui teori
penokohan dan psikologi, yang dilanjutkan dengan mengelompokkan kondisi jiwa Sepuluh Dunia dalam
Agama Buddha Nichiren Shoshu. Terakhir, penulis menganlisis perubahan kondisi jiwa dengan
menggunakan konsep Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup.
『妖怪人間ベム』
『日本テレビ』
「ベム」
「ベラ」
「ベロ」
「十界互具」
1.1 Rumusan Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah menganalisis konsep Jikkai Gogu atau Sepuluh Dunia yang
Saling Mencakup dalam Agama Buddha Nichiren Shoshu pada kondisi jiwa tokoh utama drama Youkai
Ningen Bem.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan guna memahami konsep Jikkai Gogu atau Sepuluh Dunia yang Saling
Mencakup melalui kondisi jiwa tokoh utama Bem.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode operasional berupa
kepustakaan melalui pendekatan kualitatif. Penelitian kepustakaan menurut Irawan (1999, hal.65) adalah
penelitian yang pengumpulan data terutama atau seluruhnya berasal dari kepustakaan, seperti buku,
dokumen, drama, berita televisi, dan lain sebagainya. Pada skripsi ini, korpus data yang digunakan berupa
, dan data-data mengenai ajaran Agama
drama Jepang berjudul Youkai Ningen Bem
Buddha Nichiren Shoshu, khususnya konsep mengenai konsep Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup
Selanjutnya, setelah memperoleh cukup data, penulis akan menganalisis data-data tersebut dengan
menggunakan Metode Analisis – Interpretatif (Deskriptif – Analitis). Nazir (2003, hal.71) menjabarkan
Metode Deskriptif – Analitis sebagai penggambaran atau pelukisan secara otomatis, nyata dan akurat
mengenai beberapa fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki secara terperinci, agar
dapat ditarik kesimpulan serta memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Penulis mengumpulkan korpus data dengan cara menonton drama Youkai Ningen Bem
melalui akses internet.
『妖怪人間ベム』
ベム』
『妖怪人間
2.
3.
4.
Penulis melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku Agama Buddha Nichiren
Shoshu untuk menemukan teori kejiwaan Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup (
/ Jikkai
Gogu). Kemudian mempelajari buku-buku serta jurnal ilmiah mengenai psikologi yang berhubungan
dengan konsep kejiwaan Agama Buddha Nichiren Shoshu.
Penulis melakukan analisis kondisi jiwa tokoh utama Bem
dalam drama Youkai Ningen
Bem
dengan menggunakan teori psikologi yang dilanjutkan dengan konsep
/ Jikkai), dan terakhir konsep Sepuluh Dunia yang Saling Mencakup (
Sepuluh Dunia (
/ Jikkai Gogu)Agama Buddha Nichiren Shoshu, yang telah diperoleh melalui studi kepustakaan.
Penulis menarik simpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan.
十界互具
「妖怪人間ベム」、
十界
「ベム」
十界互具
HASIL DAN BAHASAN
3.1 Episode 1
3.1.1 Dunia Boddhisatva
Pada menit ini, Bem menyelamatkan korban yang dijatuhkan dari atap gedung. Saat datang ke lokasi
kejadian, korban sudah dijatuhkan, sehingga Bem berlari sekuat tenaga untuk menangkap korban agar
tidak jatuh mengenai tanah, namun saat menelamatkan korban, Bem jadi menghantam tiang dan terluka.
Setiyorini (2008, hal.34-35) menjelaskan bahwa perilaku dalam bentuk tindakan merupakan perbuatan
(action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Berdasarkan penjelasan Setiyorini, maka menurut
analisis penulis, tindakan Bem yang langsung menolong korban merupakan salah satu bentuk perbuatan
terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Situasi atau rangsanagan yang terjadi saat itu yakni korban
sudah dijatuhkan dari atap, sehingga Bem secara spontan berlari meyelamatkannya.
Tindakan Bem yang menyelamatkan orang hingga membuat diri sendiri terluka, merupakan salah satu
bentuk perilaku altruistis. Widyarini (2009 : 87) menjelaskan bahwa perilaku altruistis merupakan
perilaku yang memerlukan pengorbanan. Selain itu lebih lanjut, perilaku altruistis bila dilihat melalui
konsep kejiwaan Sepuluh Dunia, termasuk ke dalam Dunia Boddhisatva. Ikeda (2011 : 164) lebih lanjut
menjelaskan, “Kondisi jiwa yang terealisasikan melalui perilaku altruistis dalam menolong orang lain.”
Sehingga berdasarkan analisis penulis, kondisi jiwa Bem pada menit ini, berada dalam kondisi jiwa Dunia
Boddhisatva.
3.1.2 Dunia Manusia
Pada menit ini, Belo (teman Bem yang juga merupakan manusia monster) meminta tolong untuk
membantu mencari Yuui (anak perempuan Natsume, polisi yang nantinya menjadi teman Bem). Karena
sebelumnya, Belo dan Yuui bermain di taman, namun saat Belo kembali dari toilet, Yuui sudah
menghilang. Menurut cerita, Yuui sebenarnya diculik oleh pelaku, namun Bem yang tidak tahu kenyataan
itu terlihat tenang, tidak cemas atau khawatir, dan setuju membantu Belo mencari Yuui.
Chaplin dalam Safaria (2009 : 12-13) menyatakan bahwa emosi pada umumnya disertai adanya
ekspresi kejasmanian sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
Menurut analisis penulis, Bem tidak menunjukkan ekspresi kejasmanian pada sikap dan ekspresinya.
Selain itu, kondisi jiwa Bem tidak menunjukkan emosi yang bergejolak, sikapnya juga tenang, tidak
cemas ataupun khawatir. Sehingga jika ditinjau dari penjelasan Chaplin, pada saat berbicara dengan Belo,
Bem tidak mengalami emosi.
Epikuros filsuf zaman Yunani-Romawi dalam Tjahjadi (2004 : 84) ketenangan jiwa berarti tidak
dicengkram oleh rasa takut dan gelisah dalam bentuk apapun. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa
jiwa Bem tenang, tanpa emosi atau tanpa gejolak. Lebih lanjut Nichikan Shonin, Bikkhu Tertinggi ke-26
sekte Nichiren Shoshu (1991 : 113) menjelaskan bahwa keadaan jiwa yang stabil, tenang, dan tentram,
dalam Sepuluh Dunia merupakan kondisi Dunia Manusia. Sehingga menurut analisis penulis, kondisi
jiwa Bem pada menit ini berada dalam Dunia Manusia.
3.1.3 Dunia Boddhisatva yang Didasari Dunia Kemarahan
Setelah setuju membantu Belo mencari Yuui, secara kebetulan, Bem dan Belo melihat Natsume
sedang diancam dan dipukuli pelaku. Selain itu, pelaku juga ingin membunuh Yuui. Melihat kejadian itu,
Bem menjadi marah. Hal ini terlihat dari ekspresi serta perubahan wujud manusia Bem menjadi monster.
Pada episode 5, Bem menjelaskan, saat emosi tubuhnya akan berubah ke wujud monster.
Gambar 1-2 Bem yang marah melihat perbuatan pelaku
Setelah berubah, Bem berusaha menolong Yuui agar tidak terbunuh dan menghentikan pelaku.
Emosi merupakan reaksi dari rangsangan luar yang disertai ekspresi kejasmanian (Chaplin, 2009 : 1213). Emosi marah Bem, terlihat karena disertai oleh ekspresinya yang marah dan perubahan wujudnya.
Selain itu lebih lanjut, emosi marah dalam pengelompokkan kondisi jiwa Sepuluh Dunia, sesuai dengan
namanya masuk dalam Dunia Kemarahan. Nichikan Shonin (1991 : 112-113) menjelaskan, “Saat kondisi
jiwa terdapat di Dunia Kemarahan (Asura), seketika merasa bahwa diri sendiri menjadi lebih besar,
sebaliknya merasa orang lain menjadi lebih kecil atau lemah”. Saat itu, Bem terus maju mendekati pelaku
serta tidak takut meskipun pelaku membawa pistol dan menghiraukan rasa sakit saat dipukul dengan besi.
Hal ini menunjukkan bahwa saat marah, Bem merasa lebih kuat dan menganggap pelaku lebih lemah.
Sehingga sesuai dengan analisis penulis, kondisi jiwa Bem berada pada Dunia Kemarahan.
Namun, meskipun marah Bem tetap memiliki niat menolong Yuui agar tidak terbunuh dan
menghentikan pelaku. Setiyorini (2008 : 34-35) menjelaskan bahwa perilaku dapat berbentuk tindakan
dan dapat diartikan sebagai keadaan jiwa. Tindakan Bem yang menolong Yuui meskipun di saat marah,
menurut Setiyorini dapat diartikan sebagai keadaan jiwanya. Lebih lanjut, Ikeda (2011 : 164) menjelaskan
bahwa keadaan jiwa yang mengabdikan diri untuk membantu orang lain, dalam kondisi jiwa Sepuluh
Dunia, tergolong dalam Dunia Boddhisatva. Sehingga pada menit ini, selain marah, kondisi jiwa Bem
juga berada di Dunia Boddhisatva yang menolong orang lain.
Ikeda (2011 : 168) menjelaskan, “Salah satu makna “Saling Mencakup” dalam konsep Sepuluh Dunia
yang Saling Mencakup yaitu berarti bahwa tiap-tiap dunia dari Sepuluh Dunia meliputi semua dunia
lainnya di dalam dirinya sendiri.” Keadaan ini dijelaskan oleh kondisi jiwa Bem yang berada di dua
Dunia pada satu waktu, yakni Dunia Kemarahan dan Dunia Boddhisatva. Keadaan ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Buddha
Boddhisatva
Pratekyabuddha
Sravaka
Kemarahan
Surga
Manusia
Kemarahan
Kebinatangan
Keserakahan
Neraka
Diagram 1 Kondisi Jiwa Bem di Dunia Boddhisatva yang Didasari Dunia Kemarahan
Selain itu, berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada episode 1, terlihat perubahan perasaan
jiwa Bem, pertama dari Dunia Boddhisatva, Dunia Manusia, terkahir menjadi Dunia Boddhisatva yang
didasari Dunia Kemarahan. Perubahan kondisi jiwa Bem sesuai dengan penjelasan konsep Sepuluh Dunia
yang Saling Mencakup dalam buku Ichinen Sanzen (2010 : 71-73), yakni gerakan Sepuluh Dunia di
dalam jiwa secara aktif. Jiwa tidak pernah statis, selalu bergerak dan berpindah dari satu kondisi ke
kondisi lain. Perubahan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Menolong tanpa pikir panjang
2. Mengorbankan diri sendiri
Menit 36:45 – 40:24
1. Tenang
2. Tidak panik
3. Tidak cemas
Menit 43:42 – 43:55
2.
Menit 46:33 – 49:41
3.
1. Emosi
Tidak merasakan sakit saat
dipukul pelaku
MenolongYui
Menghentikan pelaku mencoba
membunuh Yuui
Dunia Boddhisatva
Dunia Manusia
Dunia Kemarahan yang
didasari Dunia
Boddhisatva
Diagram 2 Perubahan Kondisi Jiwa Bem pada Episode 1
3.2 Episode 5
3.2.1 Dunia Surga
Pada episode 1, Bem bertemu dengan Ogata, peneliti yang memiliki tongkat yang sama dengan Bem.
Sejak saat itu Ogata berjanji akan memberitahu informasi yang berhubungan dengan tongkat tersebut
kepada Bem. Pada menit ini, Bem dan teman-temannya datang ke rumah Ogata, karena Ogata telah
mengetahui pemilik tongkat itu serta lokasi laoratorium tempat Bem dan teman-temannya diciptakan.
Saat mendengar informasi itu, Bem tersenyum dan sikapnya berubah jadi antusias, karena lokasi
laboratorium itu merupakan hal yang dicari-carinya sejak dulu dan dia menduga dengan mengetahui
lokasi laboratorium, juga dapat mengetahui cara untuk menjadi manusia normal.
Nurgiyantoro (2007 : 204) menjelaskan bahwa pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sikap
atau tanggapan batin tokoh, namun dengan menggunakan teknik percakapan, dan kondisi. Sesuai dengan
penjelasan Nurgiyantoro, sikap dan tanggapan batin Bem yang antusias, terlihat dari caranya bertanya dan
memberi tanggapan saat melakukan percakapan. Selain itu lebih lanjut, kondisi jiwa Bem juga terlihat
dari senyummnya. Menurut Kusumawardani (2012 : para1) senyum merupakan ekspresi wajah yang
biasanya menggambarkan kondisi senang dan gembira. Sehingga berdasarkan penjelasan Kusumawardani,
saat mengetahui lokasi laboratorium perasaan Bem menjadi senang. Perasaan senang dalam Sepuluh
Dunia termasuk ke dalam Dunia Surga, yang dijelaskan oleh Ikeda (2011 : 161) yaitu perasaan jiwa yang
ditandai dengan kegembiraan atau kepuasan yang luar biasa bila, misalnya memperoleh sesuatu yang
sudah lama kita dambakan. Sehingga berdasarkan analisis penulis, kondisi jiwa Bem pada menit ini
berada dalam Dunia Surga.
3.2 Episode 5
3.2.2 Dunia Manusia yang Didasari Dunia Neraka
Setibanya di lokasi laboratorium, Bem bertemu dengan Natsume yang ternyata diam-diam mengikuti
Bem dan teman-temannya. Di sana, Bem menjelaskan keadaannya yang sesungguhnya, yaitu manusia
monster. Saat menjelaskan kondisi fisiknya, Bem menangis. Namun meskipun menangis, Bem tetap
memiliki keinginan agar bisa berguna dan ingin terus menolong manusia, karena Bem percaya kalau dia
tidak berbuat seperti itu, dia hanya akan menjadi monster.
Canon dengan teori emosi sentralnya menjelaskan bahwa manusia menangis karena sedih (Martin,
2003 : 99-100). Sehingga dapat disimpulkan bahwa saat menangis, Bem merasa sedih. Perasaan sedih
dalam Sepuluh Dunia termasuk ke dalam kondisi jiwa Dunia Neraka, yang dijelaskan oleh Nichikan
(1991 : 111) sebagai berikut, “Terikat oleh penderitaan dan kesedihan yang amat berat disebut sebagai
Dunia Neraka.” Sehingga penulis menarik kesimpulan, saat menangis, kondisi jiwa Bem ada di Dunia
Neraka.
Namun meskipun demikian, Bem tetap memiliki pemikiran ingin menjadi manusia dan berguna bagi
manusia dengan cara menolong. Selain itu, Bem juga percaya bahwa bila mereka tidak menolong
manusia, mereka hanya akan menjadi monster. Pemikiran serta kepercayaan Bem, sesuai dengan
penjelasana Setiyorini (2008 : 36) yang mengungkapkan bahwa perilaku manusia merupakan refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan, antara lain berpikir serta keyakinan. Lebih lanjut, Ikeda (2011 : 159-160)
menjelaskan bahwa pada kondisi jiwa Dunia Manusia yakni bukan fakta yang kelahiran kita yang
menjadikan kita manusia, melainkan bahwa hanya bila kita melakukan upaya gigih untuk bertindak
selaras dengan orang lain. Pemikiran Bem yang ingin menjadi manusia dan tidak mau meninggalkan sisi
kemanusiaannya dengan menolong orang, sesuai dengan penjelan Ikeda yang berupaya secara gigih untuk
bertindak selaras dengan manusia. Sehingga berdasarkan analisis, meskipun sedih, Bem tetap memiliki
keinginan dan berupaya untuk tidak meninggalkan kemanusiaannya. Dalam kondisi Sepuluh Dunia yang
Saling Mencakup, kondisi jiwa seperti ini disebut Dunia Manusia yang Didasari Dunia Neraka. Berikut
penggambaran kondisi jiwa Bem :
Buddha
Boddhisatva
Pratekyabuddha
Sravaka
Surga
Neraka
Manusia
Kemarahan
Kebinatangan
Keserakahan
Neraka
Diagram 2 Kondisi Jiwa Bem di Dunia Manusia yang Didasari Dunia Neraka
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, pada episode 5 juga terlihat perubahan kondisi jiwa
Bem, sebagai berikut :
2.
Menit 16:54 – 19:59
2.
Menit 24:01 – 25:57
3.
1. Senang
Mendapatkan apa yang
diharapkan sejak dulu
1. Sedih
Menderita, namun ingin
mengatasi penderitaan itu
Memiliki keinginan menjadi
manusia untuk atasi
penderitaan
Dunia Surga
Dunia Manusia yang
didasari Dunia Neraka
Diagram 3.4 Perubahan Kondisi Jiwa Bem pada Episode 5
3.3 Episode 10
3.3.1 Dunia Sravaka
Pada menit ini, terdapat adegan Bem belajar cara membuat rumah kayu dari Ogata. Bem belajar dan
mempraktekkan dengan sungguh-sungguh. Slameto (2011 : 54-72) menjelaskan bahwa faktor internal
juga mempengaruhi dalam proses belajar individu, yakni faktor psikologis berupa minat dan
keingintahuan. Lebih lanjut Nichiren dalam buku Ichinen Sanzen (2010, hal.49-50) menjelaskan bahwa
keadaan internal saat mempelajari ilmu pengetahuan dari orang lain yang lebih dulu tahu merupakan
kondisi jiwa Dunia Sravaka, dan untuk menimbulkan suasana jiwa Sravaka diperlukan rasa ingin tahu.
Sehingga sesuai dengan penjelasan Slameto dan didukung dengan pandangan Buddha Nichiren Shoshu,
kondisi jiwa Bem saat belajar membuat rumah dari Ogata berada dalam Dunia Sravaka.
3.3 Episode 10
3.3.2 Dunia Boddhisatva
Pada menit ini, Bem menolong sejumlah orang yang disandera di gedung kesenian. Dalam adegan
terlihat Bem dan kedua temannya, Bela dan Belo melindungi para sandera dari tembakan perampok
dengan menggunakan tubuhnya sendiri. Endraswara (2008 : 183) menerangkan bahwa karya sastra,
mampu merekam gejala kejiwaan yang terungkap lewat perilaku tokoh. Sesuai dengan penjelasan
Endraswara, perilaku Bem yang langsung melindungi sandera dari tembakan dengan menggunakan
tubuhnya sendiri dapat memperlihatkan kejiwaannya. Lebih lanjut Ikeda (2011 : 164) menerangkan
bahwa tindakan mengabdikan diri untuk membantu orang lain bahkan dengan mengorbankan hidup
merupakan tindakan pada kondisi jiwa Dunia Boddhisatva. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa pada
menit ini, kondisi jiwa Bem berada pada kondisi Dunia Boddhisatva.
Selain itu, pada episode 10 juga terlihat perubahan perasaan jiwa Bem, yang dapat digambarkan
sebagai berikut :
1.
Menit 11:21 – 11:38
2.
Belajar dari orang lain
Minat
Praktek dengan sungguhsungguh
1.
Beberapa hari kemudian
di
Menit 35:33 – 38:47
2.
Melindungi dengan
mengorbankan nyawa
Spontan melindungi sandera
dengan tubuh sendiri
Dunia Sravaka
Dunia Boddhisatva
Diagram 3.5 Perubahan Kondisi Jiwa Bem pada Episode 10
REFERENSI
Ikeda, Daisaku. (2011). Mengungkap Misteri Hidup dan Mati. Indonesia, Jakarta : PT. Ufuk Publishing
House
Martin, Anthony Dio. (2003). Emotional Quality Management : Refleksi, Revisi, dan Revitalisasi Hidup
Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta : Arga
Nurgiyantoro, Burham. (2007). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press
Parisadha Buddha Dharma Nichiren Shoshu Indonesia (NSI). (2010). Tiga Ribu Gejolak Dalam Sekejap
Perasaan Jiwa (Ichinen Sanzen). Jakarta : MJ Print
Safaria, Triantoro & Saputra, Eka Nofrans. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta : Bumi Aksara
Senyum, Ekspresi Perasaan Senang dan Gembira. Universitas Gadjah Mada. Diakses 12 Juli 2012.
Diunduh dari http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4351
Setiyorini, Ana. (2008). Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku. Indonesian Scientific Journal
Database.
1
(2),
34-45.
Diakses
19
Juli
2012.
Diunduh
dari
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12083443.pdf
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sokagakkai Kyougakubu. (1991). Rokkanshou Kogi – Dai Ichi Kan (Cetakan 76). Jepang, Tokyo :
Seikyoshinbunsha
Tjahjadi, Simon Petrus L. (2004). Petualangan Intelektual-Konfrontasi Dengan Para Filsuf dari Zaman
Yunani Hingga Zaman Modern. Yogyakarta : Percetakan Kanisius
Widyarini. Nilam M. m. Drs. Msi. (2009). Kunci Pengembangan Diri. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo
RIWAYAT PENULIS
Lavina Irlov lahir di kota Jakarta pada tanggal 3 Januari 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sastra Jepang pada tahun 2012. Saat ini bekerja sebagai jurnalis
atau wartawan di Halo Jepang-Jakarta Shimbun.
Download