Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016 PEMBAHASAN TENTIR UTS PHI 2016 1. Jelaskan sejarah tata hukum dan politik hukum Indonesia pada masa Pra Kemerdekaan! Jawab: Sejarah hukum Indonesia khusus tentang perundang-undangan pada masa kolonialisme Belanda dibedakan menjadi: a) Periode kekuasaan VOC (1602-1799) Pada periode ini tidak banyak produk perundang-undangan yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan tata hukum secara keseluruhan. b) Periode kekuasaan pemerintahan penjajahan Belanda (1800-1942) Dikenal 3 masa perundang-undangan yakni: 1) Masa Besluiten Regerings (1800-1855) Hanya raja berkuasa mengurus dan mengatur segala sesuatu di Belandan dan daerah jajahan walau prakteknya dilaksanakan Gubernur Jenderal. Hanya dikenal 1 peraturan yang dikeluarkan raja yaitu Koninklijk Besluit (K.B. yang isinya berupa tindakan eksekutif berupa ketetapan dan tindakan legislatif). 2) Masa Regerings Reglement (1855-1926) Isi R.R. semacam UUD Pemerintahan Jajahan Belanda. R.R. lahir akibat perubahan undang-undang dasar di Belanda tahun 1848. Parlemen dan raja pada masa R.R. membentuk peraturan perundang-undangan selain Wet (UU) dan K.B. adalah Ordonantie dan Kroonordonantie sehingga terdapat 4 macam susunan Peraturan Pusat/ Algemene Verordering yaitu: - Wet lebih tinggi dari K.B. - K.B. lebih tinggi dari Kroon-Ordonantie - Kroon-Ordonantie lebih tinggi dari Ordonantie 3) Masa Indische Staast Regelling (1926-1942) I.S. adalah akibat perubahan UUD Belanda tahun 1922. Didahului dengan R.R. menjadi I.S. di tanggal 1 Januari 1926. Pada masa I.S. dimungkinkan 3 macam bentuk peraturan yaitu: - Wet (UU) - K.B. (peraturan dikeluarkan raja) - Ordonantie (peraturan dikeluarkan badan-badan di Hindia Belanda) Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016 2. Terdapat pluralisme sistem hukum di Indonesia. Jelaskan mengenai hal tersebut secara singkat! Jawab: Pluralisme hukum merupakan berlakunya beberapa sistem hukum dalam waktu yang bersamaan dan pada suatu wilayah tertentu. Saat ini, sistem hukum nasional Indonesia berada dalam keadaan pluralism tersebut dimana berlaku sistem hukum adat, sistem hukum islam dan sistem hukum barat. Walaupun politik hukum Indonesia mengacu kepada unifikasi dan kodifikasi hukum, namun kenyataannya unifikasi belum berhasil diterapkan di seluruh bidang hukum terutama pada bidang hukum perdata (masalah perkawinan dan waris) dikarenakan bidang hukum tersebut yang bersifat sensitif, berbeda dengan penerapan pada bidang hukum publik yang bersifat lebih netral. Saat pemerintahan Hindia Belanda, pluralism hukum dipertegas dengan keberlakuan Pasal 163 I.S. mengenai penggolongan penduduk dan Pasal 131 I.S. tentang hukum yang berlaku. 3. Sebutkan definisi HTN menurut Van Vollenhoven dan Logemann! Jawab: - Van Vollenhoven sebagai murid Oppenheim membedakan HTN dengan HAN. HTN menurutnya adalah: a) Apa atau mana saja masyarakat hukum atasan serta warganya b) Lingkup peranan terhadap wilayah serta warganya c) Kekuasaan macam apa yang diserahkan kepada aneka lembaga dalam tiap masyarakat hukum HAN menurutnya adalah “keberadaan negara dalam keadaan bergerak” - Logemann: HTN adalah hukum yang mengatur organisasi negara. Negara merupakan organisasi yang terdiri atas fungsi-fungsi dalam hubungannya satu dengan yang lain serta keseluruhan, sehingga dalam arti yuridis, negara merupakan organisasi dari jabatan-jabatan. Ruang lingkup HTN menurutnya: a) Persoonsleer/ ajaran tentang pribadi: masalah-masalah manusia sebagai subjek hukum yang memiliki kewajiban, hak personifikasi, perwakilan, timbul dan hilangnya kepribadian hukum atau hak organisasi, pembatasan wewenang. b) Gebiedsleer/ ajaran tentang lingkup laku: mengenai batas-batas, cara-cara, waktu dan lingkup wilayah pribadi atau kelompok pribadi (sebagai subjek hukum) dapat bersikap tindak atau berperikelakuan menurut kaidah-kaidah yang berlaku. Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016 4. Jelaskan mengenai prinsip The Rule of Law! Jawab: Prinsip The Rule of Law yang sejalan dengan pengertian nomocratie merupakan prinsip dimana suatu kekuasaan dijalankan oleh hukum. Dalam Konstitusi, dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum (Rechtstaat) dimana hukum memegang komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara (Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 perubahan ketiga). Terdapat pula pengakuan akan prinsip supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam UUD, jaminan HAM dalam UUD, prinsip peradilan bebas dan tidak memihak yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta jaminan keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang pihak berkuasa. Mengacu pada hal-hal itu maka prinsip negara hukum harus dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan yang berada di tangan rakyat berdasar pada UUD 1945. 5. Jelaskan hukum yang mengatur mengenai administrasi negara menurut Prof. Prajudi Atmosudirdjo! Jawab: Hukum yang mengatur tentang administrasi negara dapat bersumber dari: 1) Lembaga di luar lembaga administrasi negara yang disebut HAN HETERONOM yaitu hukum yang mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi administrasi negara yang bersumber pada UUD, TAP MPR, dan UU. 2) Lembaga di dalam administrasi negara yang disebut HAN OTONOM yaitu hukum operasional yang diciptakan oleh pemerintah dan administrasi negara sendiri sehingga setiap waktu diperlukan dapat diubah (Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, pengubahannya baru dilakukan 1 kali). 6. Sebut dan jelaskan cara memperoleh wewenang pemerintah! Jawab: Dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: 1) Atribusi: pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu peraturan perundang-undangan (produk legislatif) untuk melaksanakan pemerintahan secara penuh. Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016 2) Delegasi: pelimpahan wewenang yang telah ada yang berasal dari wewenang atribusi kepada pejabat administrasi negara secara tidak penuh (dalam artian tidak termasuk wewenang pembentukan kebijakan-kebijakan dalam rangka rules application). Suatu delegasi selalu didahului oleh suatu atribusi wewenang. Bila tanpa atribusi wewenang, maka pendelegasian tidak sah dan dapat dijadikan alasan hakim mencabut keputusan pendelegasian. 3) Mandat: pemberian tugas antara mandans (pemberi mandat = menteri) kepada mandataris (penerima mandate = dirjen/sekjen) untuk dan atas nama menteri melakukan perbuatan keputusan administrasi negara. Wewenang tetap berada di tangan mandans sedangkan mandataris hanya melaksanakan wewenang perintah atas nama saja dan tanggung jawab tetap di tangan mandans. Mandat kepada bukan bawahan dapat dilakukan asal memenuhi syarat-syarat: a) Mandataris mau menerima pemberian mandate b) Wewenang yang dimandatkan merupakan wewenang sehari-hari sang mandataris c) Ketentuan undang-undang yang bersangkutan tidak menentang terhadap pemberian mandate *) P.S.: Wewenang delegasi lebih tinggi daripada mandat; delegasi tidak perlu menyebutkan nama pemberi delegasi sementara mandat perlu menyebutkan nama pemberi mandat. 7. Seorang pejabat administrasi negara dibatasi oleh beberapa asas dalam menjalankan tugas. Jelaskan asas-asas yang dimaksud secara singkat dan jelas! Jawab: a) Asas yuridiktas: setiap tindakan pejabat administrasi negara tidak boleh melanggar hukum (sesuai rasa keadilan dan kepatuhan) b) Asas legalitas: setiap tindakan pejabat administrasi negara harus ada dasar hukumnya c) Asas diskresi (Freis Ermessen): kebebasan dari seorang pejabat administrasi negara untuk mengambil keputusan berdasarkan pendapat sendiri tetapi tidak bertentangan dengan asas legalitas. Diskresi yang dimaksud dapat dibagi menjadi: -Diskresi terikat: kebebasan pejabat administrasi negara mengambil keputusan dengan menentukan pilihan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan -Diskresi bebas: kebebasan pejabat administrasi negara mengambil keputusan dengan membentuk keputusan baru karena tidak diatur di peraturan perundang-undangan. Jika penggunaannya berlebihan, akan muncul akibat: -Abuse of power -Detournement de pouvoir -Ultravires Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016 d) Asas umum pemerintahan yang baik (AUPB): jembatan norma hukum dan etika. Terdiri atas: -Asas kepastian hukum (formil dan materil) -Asas keseimbangan (proporsional) -Asas kesamaan (hukum yang sama) -Asas bertindak cermat (hati-hati agar tidak ada kerugian dalam menjalankan tugas) -Asas permainan yang layak (kesempatan seluas-luasnya kepada warga negara mencari kebenaran) -Asas keadilan dan kewajaran (tidak boleh sewenang-wenang) -Asas perlindungan atas pandangan hidup (bekerja tidak boleh dipaksakan; punya hak pribadi) -Asas kebijaksanaan -Asas penyelenggaraan kepentingan umum 8. Bagaimanakah hubungan HAN dengan bidang hukum lainnya? Jawab: a) Mengenai hubungan HAN dengan HTN, secara garis besar, terdapat beberapa pendapat dari para ahli hukum yang dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu: a. Yang membedakan HTN dan HAN secara prinsipiil (Oppenheim, Van Vollenhoven). b. Tidak membedakan secara tajam mengenai sistimatik maupun isinya, sehingga tidak terdapat perbedaan yang bersifat asasi melainkan hanya pertimbangan manfaat; Dalam membahas HTN, fokusnya adalah rangka dasar dari negara sebagai keseluruhan sedangkan HAN fokusnya adalah administrasi dari negara saja. HAN dikatakan sebagai bagian dari HTN dalam arti luas dikurangi dengan HTN dalam arti sempit. (Struycken, Kraneburg, Prajudi). b) Mengenai hubungan HAN dengan Hukum Pidana Menurut Romejin, Hukum Pidana dapat dipandang sebagai hukum pembantu bagi HAN karena penetapan sanksi pidana merupakan sarana untuk menegakkan HAN; sebaliknya suatu bagian peraturan administratif dapat dimasukkan dalam lingkungan Hukum Pidana. c) Mengenai hubungan HAN dengan Hukum Perdata Terdapat berbagai pendapat berbeda mengenai hubungan HAN dengan Hukum Perdata, salah satunya Van Praag menyatakan bahwa sudah menurut kodratnya serta menurut sejarah perkembangannya bahwa kedua bidang Hukum Perdata dan HAN tidak saling sentuh menyentuh serta masing-masing berdiri sendiri dalam bidangnya. Dari pendapat ini, pada praktek peradilan di beberapa negara dalam menghadapi persoalan-persoalan HAN yang belum lengkap sarana peradilannya, badan-badan peradilan administrasi sering meminjam dan mempergunakan Hukum Perdata dalam menetapkan keputusannya. Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016 9. Ketentuan asas apakah yang dimuat dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP? Jawab: Pasal 1 ayat (1) memuat asas legalitas, dimana terdapat adagium yang berbunyi “Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenalli” yang berarti tidak ada suatu perbuatan yang dapat dihukum tanpa ada peraturan yang mengatur perbuatan tersebut sebelumnya. 10. Sebutkan ruang lingkup peristiwa pidana/delik/tindak pidana! Jawab: Unsur-unsur peristiwa pidana adalah: 1) Sikap tindak atau perikelakuan manusia 2) Masuk lingkup laku perumusan kaedah hukum pidana (Pasal 1 ayat (1) KUHP: “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan) 3) Melanggar hukum kecuali bila terdapat dasar pembenar 4) Didasarkan pada kesalahan kecuali bila ada dasar penghapusan kesalahan 11. Sebut dan jelaskan kategorisasi peristiwa pidana! Jawab: 1) Dolus dan Culpa a) Dolus/sengaja :perbuatan yang dilakukan dengan sengaja agar terjadi delik yang dilarang dan diancam dengan pidana b) Culpa/tidak sengaja :terjadinya delik karena perbuatan yang tidak disengaja atau karena kelalaian yang diancam juga dengan pidana 2) Delik materil dan delik formil a) Delik materil: perumusan delik menitikberatkan pada akibat yang dilarang/diancam pidana oleh UU (ex: Pasal 360 KUHP) b) Delik formil: perumusan delik menitikberatkan pada perbuatan yang dilarang/diancam pidana oleh UU (ex: Pasal 362 KUHP) 3) Komisionis dan omisionis a) Komisionis: terjadinya delik karena melanggar larangan b) Omisonis: terjadinya delik karena seseorang melalaikan suruhan atau tidak berbuat (biasanya delik formil; ex: Pasal 338 KUHP) c) Komisionis peromisionim: tindak pidana yang umumnya dilaksanakan dengan perbuatan tapi mungkin terjadi pula bila tidak berbuat (ex: Pasal 341 KUHP) 4) Without victim dan With victim a) Without victim: delik dilakukan tanpa adanya korban b) With victim: delik dilakukan dengan adanya korban Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016 12. Jelaskan mengenai penanggung jawab di dalam suatu peristiwa pidana! Jawab: a. Penanggung jawab penuh merupakan setiap orang yang menyebabkan atau turut menyebabkan suatu peristiwa pidana a) Dader: orang yang sikap tindaknya memenuhi semua unsur yang disebut dalam perumusan tindak pidana. Unsur-unsur yang dimaksud adalah: 1) Perilaku manusia (Pasal 1 ayat (1)) 2) Melanggar hukum kecuali terdapat dasar pembenar 3) Kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang dibawah umur atau gila b) Mededader: orang yang menjadi kawan pelaku (penanggung jawab bersama; dilakukan oleh sekelompok orang yang semuanya dapat dijatuhi dengan hukuman pidana; disini derajat mededader sama dengan dader) c) Medeplager: orang yang ikut serta melakukan tindak pidana (penanggung jawab serta; derajat medeplager tidak sama dengan dader sebab terdapat perbedaan peran dimana penanggung jawab serta ini tidak memenuhi semua unsur-unsur pidana) d) Doenpleger: seseorang menyuruh orang lain untuk melakukan tindak pidana dengan syarat yuridisnya bahwa orang yang disuruh tidak mampu bertanggung jawab atas tindak pidana yang dilakukan akibat sakit jiwa, overmacht atau menjalankan perintah sehingga yang disuruh ini tidak dapat dipidana. e) Uitlokker: membujuk orang lain melakukan tindak pidana; persamaan dengan doenpleger adalah menggerakkan orang lain melakukan tindak pidana sementara perbedaannya adalah pada doenpleger, orang yang disuruh tidak dapat bertanggung jawab sedangkan pada uitlokker orang yang dibujuk maupun yang membujuk bertanggung jawab atas perbuatannya atau keduanya dapat dikenakan pidana. b. Penanggung jawab sebagian setiap orang yang bertanggung jawab atas bantuan melakukan percobaan terhadap suatu kejahatan a) Poging: pelaksanaan awal suatu kejahatan yang tidak selesai (percobaan); syaratsyaratnya: 1) Orang yang mempunyai kehendak melakukan suatu kejahatan Contoh: seseorang hendak mencuri mobil tapi sudah ketahuan terlebih dahulu; tetap dihukum karena sudah ada niat jahat untuk mencuri namun tidak seberat yang sudah mencuri 2) Kehendak yang telah berwujud pada permulaan pelaksanaan kejahatan Contoh: seseorang hendak mencuri di bank dan dibantu oleh satpam bank; keduanya dapat dikenakan pidana 3) Pelaksanaan tidak selesai diluar kehendak si pelaku Departemen Pendidikan & Keilmuan BEM FHUI 2016 Teori kehendak dapat dibagi menjadi dua: 1) Subyektif: orang yang bersangkutan telah membuktikan kehendak jahatnya 2) Obyektif: perbuatan menurut sifatnya telah membahayakan kepentingan umum b) Medeplichtigheid: orang yang membantu pelaksaan kejahatan - Membantu dalam pelaksanaan kejahatan: bantuan diberikan ketika kejahatan dilaksanakan atau bersamaan dengan pelaksanaan kejahatan. - Membantu melaksanakan kejahatan: bantuan diberikan sebelum kejahatan dilakukan.