TIGA HUKUM RAHASIA AGUNG (SAN DAI HI HO) Oleh: YM.Bhiksu Shokai Kanai (Kepala Kuil “Los Angeles Nichiren Shu Buddhist Temple,” USA) Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia Nichiren Shu Indonesia Buddhist Association website : www.pbnshi.or.id email: [email protected] TIGA HUKUM RAHASIA AGUNG (SANDAIHIHO) Tiga Hukum Rahasia Agung Oleh YM.Bhiksu.Shokai Kanai Tiga Hukum Rahasia Agung adalah sesuatu yang sangat unik. Namun, para guru agung seperti T’ien-t’ai di China dan Dengyo di Japan tidak menyebarluaskannya meskipun mereka terkenal sebagai pelaksana dari Saddharma Pundarika Sutra. Tiga Hukum Rahasia Agung ini diwariskan oleh Buddha Sakyamuni kepada mereka yang hidup di Masa Akhir Dharma (Mappo). Nichiren Shonin mengungkapkan hal tersebut kepada kita dalam masa Mappo ini. Beliau menyatakan dalam Ho-on-jo, “Yang pertama adalah Objek Pemujaan (Honzon). Semua orang diseluruh Jepang dan seluruh dunia harus memuja Buddha Sakyamuni Abadi yang dibabarkan dalam Intisari Ajaran dari Saddharma Pundarika Sutra sebagai Objek Pemujaan. ... Kedua adalah meletakkan dasar menerima pengajaran dasar dalam doktrin Intisari Ajaran dari Saddharma Pundarika Sutra. Ketiga adalah Judul dari Saddharma Pundarika Sutra. Seluruh orang di Jepang, China dan seluruh dunia harus dengan sungguh hati menyebut “Namu Myoho Renge Kyo.” Susunan Tiga Hukum Rahasia Agung Agama yang baik harus sesuai dengan kenyataan hidup. Dengan kata lain, Buddha Sakyamuni Abadi adalah sebagai seseorang sempurna dan seorang manusia, putra dari Buddha harus sesuai satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Odaimoku mempersatukan antara kenyataan dan sunyata. Lima aksara Myo-Ho-Ren-Ge-Kyo adalah Intisari Ajaran yang penting dari Penerangan yang dicapai oleh Buddha Sakyamuni Abadi. Ketika kita dapat menyadari hal ini, kita juga dapat mencapai tingkatan yang sama sebagai Buddha Sejati. Bagaimanapun dalam dunia yang materialistis ini, kita telah lupa tentang kenyataan ini bahwa kita pada asal mulanya kita telah mengenal hal ini dalam kehidupan masa lampau yang tidak terbatas dan kemudian kita tidak lagi mampu melihat semua kebenaran ini. Subjek dan Objek sering dipisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari begitu juga dalam beberapa agama, tetapi ajaran Nichiren menyadari kesatuan dari kedua-duanya, objek dan subjek. Tiga Hukum Rahasia Agung dimulai dalam “Jangka Waktu Hidup Tathagata,” Bab XVI Saddharma Pundarika Sutra. Diantaranya adalah: 1. Honmon no Honzon (Objek Pemujaan dari Intisari Ajaran Saddharma Pundarika Sutra) 2. Honmon no Daimoku (Judul Suci dari Intisari Ajaran Saddharma Pundarika Sutra) 3. Honmon no Kaidan (Dasar Utama untuk Penerimaan Ajaran dan Tempat Pelaksanaan dari Intisari Ajaran Saddharma Pundarika Sutra) Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia 2 TIGA HUKUM RAHASIA AGUNG (SANDAIHIHO) Mari kita diskusi lebih terperinci mengenai ketiga hal tersebut. Honmon no Honzon adalah Yang Patut Dimuliakan, kita harus memuja Buddha Sakyamuni Abadi, yang telah menyelamatkan semua mahluk dari penderitaan dan ikatan siklus lingkaran kelahiran dan kematian. Dalam Bab XVI Saddharma Pundarika Sutra, Buddha Sakyamuni membabarkan bahwa hanya Ia seorang Buddha yang telah mencapai Penerangan Agung sejak masa lampau yang tak terhingga (Kuon Ganjo). Selanjutnya Ia menjelaskan bahwa hanya ia yang dapat menyelamatkan, dan terus menyelamatkan, dan juga akan menyelamatkan seluruh umat manusia dan mahluk hidup lainnya pada masa mendatang. Honmon no Daimoku adalah “Myo-Ho-Ren-Ge-Kyo,” Judul Suci dari Saddharma Pundarika Sutra yang mengungkapkan Kebenaran yang belum pernah diungkapkan sebelumnya dalam sutra-sutra lainnya. Odaimoku atau Judul Suci itu telah diwariskan kepada kita sebagai Bodhisattva Muncul Dari Bumi. Kita menerima, memelihara, mempercayainya, dan menyebut Odaimoku. Odaimoku adalah penghubung antara Buddha Abadi dan mereka yang menyebutnya. Honmon no Kaidan adalah tingkatan atau tempat dimana hubungan antara Buddha (Subjek) menyatu dengan umat manusia (Objek). Kekuatan Tiga Hukum Rahasia Agung Kekuatan dari Tiga Hukum Rahasia Agung adalah kekuatan dengan mana kita melaksanakan Odaimoku. Honzon adalah objek pemujaan kita dan tempat kita membuat persembahan. Yang Patut Dimuliakan, sering diwujudkan dalam simbol gambar, rupang, benda seni atau karya ilustrasi. Itu semua memerlukan kekuatan perasaan artistik. Odaimoku yang kita sebut memerlukan suara kita. Suara itu harus bersih, jelas, harmonis, dan murni, sehingga orang yang menyebutkan dan mendengarkan kedua-duanya mendapatkan perasaan nyaman, santai dan sakral. Ini juga membutuhkan sebuah perasaan seni musik. Jika seseorang membaca dan menyebut sutra atau Odaimoku didepan orang-orang, ia membutuhkan sebuah kemampuan perasaan artistik. Kaidan adalah tempat dimana seseorang menyebut Odaimoku.Didalam tempat suci ini dimana Buddha dan orang menyebut Odaimoku menjadi satu kesatuan; oleh karena itu, ini memerlukan keadaan yang bersih dan indah. Kaidan mungkin juga digambarkan sebagai Gunung Grhdrakuta, tempat dimana Buddha Sakyamuni membabarkan Saddharma Pundarika Sutra. Tempat suci ini kemudian secara kenyataan diwujudkan melalui arsitektur yang religius, ukiranukiran indah dan tempat yang nyaman. Tiga Hukum Rahasia Agung Yang Asli Tiga Hukum Rahasia Agung diungkapkan dalam Saddharma Pundarika Sutra. Dengan kepercayaan kepada sutra ini, Nichiren Shonin mengambil ajaran dari sutra ini dan menjabarkannya dalam Tiga Hukum Rahasia Agung. Honzon atau Objek Pemujaan adalah Buddha Sakyamuni Abadi dibabarkan dalam Bab.XVI. Odaimoku sebagai obat yang manjur dimana seorang tabib yang hebat membuat obat dari racikan tumbuh-tumbuhan untuk menyelamatkan anak-anaknya yang sakit terdapat dalam Bab.XVI. Kaidan sebagai simbol dari tempat pembabaran Saddharma Pundarika Sutra di Gunung Grdhrakuta dan tempat ini dijelaskan dalam Bab. XI sampai Bab. XXII Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia 3 TIGA HUKUM RAHASIA AGUNG (SANDAIHIHO) Proses Nichiren membabarkan Tiga Rahasia Agung Nichiren Shonin pertama kali memproklamirkan Odaimoku “Namu Myoho Renge Kyo,” dipuncak Gunung Kiyosumi pada tanggal 28 April 1253. Tetapi Beliau tidak menjelaskan secara jelas arti dari Odaimoku. Selama pengasingan di Semanjung Izu (1261-1263), Beliau menerima sebuah rupang Buddha Sakyamuni dari Tuan Izu. Sejak saat itu, Beliau terus memuja rupang tersebut sebagai Yang Patut Dimuliakan sampai akhir hidupNya. Bagaimanapun, Beliau tidak menjelaskan tentang Buddha Abadi sampai ketika Beliau dibuang ke Pulau Sado. Dalam Kaimoku-sho yang ditulis Beliau di Pulau Sado, Nichiren Shonin menjelaskan prinsip dari Yang Patut Dimuliakan dan Odaimoku; disini dijelaskan hubungan antara Buddha Sakyamuni Abadi dan Tiga Ribu Gejala dalam Sekejap Pikiran, ajaran utama dari Bab.XVI Saddharma Pundarika Sutra. Setahun setelah menulis Kaimoku Sho, Beliau menulis “Honzon Sho” dan membabarkan arti sebenarnya dari Odaimoku dan Bentuk Objek Pemujaan. Pada tanggal 14 Januari 1274, Nichiren Shonin menuliskan dalam kalimat sebagai berikut: “Honmon no Honzon, Empat Bodhisattvas Muncul Dari Bumi, Kaidan, dan Lima Aksara Myo-Ho-Ren-Ge-Kyo.” Pada saat ini, Kaidan telah diwujudkan untuk pertama kalinya. Pada bulan Mei 1274, setelah Nichiren Shonin memasuki Gunung Minobu, Beliau menulis sebuah surat kepada Nyonya Toki, yang mana Nichiren Shonin menyebut “Kaidan” dalam kalimat “Yang Patut Dimuliakan, Kaidan, dan Daimoku dari Intisari Ajaran Saddharma Pundarika Sutra. “ Dalam tahun yang sama, Beliau menuliskan dalam Ho-on-jo: “Tiga Hukum Rahasia Agung tidak pernah dibabarkan sekalipun oleh T’ien-t’ai dan Dengyo.” Beliau melanjutkan, “Pertama adalah Honmon no Honzon. ... kedua adalah Honmon no Daimoku. Ketiga adalah Honmon no Kaidan. Seluruh orang di Jepang, China, dan seluruh dunia, tidak masalah apakah ia bijaksana atau bodoh, harus menyebut “Namu Myoho Renge Kyo” dengan sungguh hati.” Satu tahun sebelum Ia meninggal, Nichiren Shonin mengirimkan sebuah surat dengan judul “Tiga Hukum Rahasia Agung” kepada Tuan Otah tertanggal 18 April 1281. Ketika Nichiren Shonin membabarkan ajaran di Kamakura, Beliau membabarkan Honzon dan Odaimoku, tetapi Beliau tidak menjelaskan arti secara mendalam. Selama pembuangan di Pulau Sado, Beliau menjelaskan kebenaran sesungguhnya dari Odaimoku dan mengungkapkan bentuk dari Honzon. Terakhir setelah memasuki Gunung Minobu, Beliau membabarkan bentuk dari Kaidan. Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia 4 TIGA HUKUM RAHASIA AGUNG (SANDAIHIHO) HONMON NO HONZON Hal Yang Patut Dimuliakan Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Honzon atau Yang Patut Dimuliakan adalah Buddha Sakyamuni Abadi yang dibabarkan dalam Bab XVI Saddharma Pundarika Sutra. Nichiren Shonin menjelaskan dalam Ho-On-Jo bahwa semua orang di Jepang seperti hal seluruh dunia harus memuja dan memuliakan Buddha Sakyamuni Abadi yang dibabarkan dalam Intisari Ajaran Saddharma Pundarika Sutra sebagai Objek Pemujaan. Untuk anggota Nichiren Shu, hanya ada Buddha Sakyamuni. Seluruh para Buddha yang lain adalah perwujudan atau penjelmaan dari Buddha Sakyamuni Abadi. Berbagai Bentuk dari Objek Pemujaan Terdapat Lima Bentuk berbeda untuk menyatakan Buddha Sakyamuni Abadi. Mari kita membahas hal ini berdasarkan apa yang ditulis oleh Nichiren Shonin. 1. Daimoku sebagai Objek Pemujaan: Nichiren Shonin berkata dalam Sho Hokke Daimoku Sho tertanggal 28 Mei 1260: “Objek Pemujaan harus merupakan perwujudan Daimoku, atau delapan jilid atau satu jilid atau satu bab dari Saddharma Pundarika Sutra. “ Senchu Murano dalam bukunya “The Gohonzon,” mengatakan; “Odaimoku adalah simbol dari Saddharma Pundarika Sutra. Ketika kita melihat aksara Odaimoku tertulis di sebuah bendera, panji atau monumen batu, ditempat itu kita dapat melihat Sang Buddha dan menerima perlindungan dari Nichiren Shonin” 2. Rupang Sakyamuni Buddha’s sebagai Objek Pemujaan Nichiren Shonin selalu membawa sebuah rupang kecil Buddha Sakyamuni bersamaNya. Rupang ini dipersembahkan oleh Tuan Izu sebagai wujud terima kasih telah menyembuhkan penyakitnya. Nichiren Shonin berkata dalam Zen Mui Sanzo Sho, “Jika kamu ingin memuja Go-Honzon, pastikan untuk mengukir sebuah gambaran Buddha Sakyamuni dalam pahatan kayu. Rupang (Buddha Sakyamuni) ini adalah Go-Honzon.” Surat ini diberikan kepada Gijobo, murid Nichiren tahun 1270, satu tahun sebelum Nichiren Shonin menjalani pembuangan di Pulau Sado. 3. Mandala Honzon Nichiren Shonin menjelaskan secara terperinci bagaimana Mandala Honzon harus dibuat dan diatur, ini ditulis dalam tulisan Kanjui Honzon Sho. “Format dari Honzon adalah sebagai berikut : Sebuah Stupa menjulang tinggi diatas langit sedangkan dibawah dunia saha terdapat Buddha Sakyamuni Abadi. Dalam stupa ini, Buddha Sakyamuni dan Buddha Taho duduk disisi kiri dan kanan dari Myoho Renge Kyo. Mereka dilayani oleh Empat Bodhisattva seperti Jogyo…………..” Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia 5 TIGA HUKUM RAHASIA AGUNG (SANDAIHIHO) Kanjin Hon Zon Sho ditulis di Pulau Sado pada tanggal 25 April 1273. Pernyataan Nichiren Shonin dalam tulisan ini sangat mendalam dan harus menaruh perhatian yang mendalam terhadap pemikiran Beliau. Bagi Nichiren Shonin, ini adalah tulisan “yang sangat penting.” Mandala Honzon pertama kali diwujudkan pada tanggal 8 Juli 1272. selanjutnya, Nichiren Shonin membuat sejumlah honzon dan memberikannya kepada para murid dan pengikutnya. Lebih dari seratus mandala honzon yang ditulis oleh Nichiren Shonin masih terawat dan terjaga dengan baik sampai saat sekarang, tersimpan disejumlah kuil-kuil Nichiren Shu. Kuil Minobusan Kuon-ji - Nichiren Shu mengabadikan Honzon ini atau Objek Pemujaan dalam bentuk rupang yang mewakili sepuluh dunia yang dijabarkan dalam Mandala. Altar seperti ini membutuh tempat yang luas untuk rupang-rupang ini, sehingga banyak Kuil Nichiren Shu mengabadikan bentuk kaligrafi Mandala Honzon. Anggota Nichiren Shu harus mengabadikan Mandala Honzon ini dalam Butsudan mereka atau ditempat yang layak. Mandala berarti sebuah lingkaran simbol dari Dunia Saha dan Alam Semesta, dan juga sebuah pikiran. Pengambaran dalam Mandala adalah simbol tingkatan pikiran yang ideal, suci didunia dan alam semesta. 4. Rupang Buddha dan Empat Maha Bodhisattva sebagai Objek Pemujaan Honden (Bagian Utama), Kuil Ikegami Honmon-ji di Tokyo mengabadikan Rupang Buddha yang didampingi oleh Empat Maha Bodhisattva Muncul Dari Bumi. Buddha Sakyamuni duduk dibagian tengah didampingi oleh Empat Maha Bodhisattva. Nichiren Shonin duduk didepang dari rupang Buddha. 5. Daimoku dan Dua Buddha sebagai Objek Pemujaan Honzon bentuk seperti ini dapat digunakan di Kuil untuk umum dan Butsudan anggota. Sebuah stupa menjulang tinggi di tengah-tengah altar dan tulisan Odaimoku tertulis didalam stupa. Sebuah rupang Buddha Sakyamuni duduk dibagian kiri dan Buddha Taho duduk disebelah kanan. Dalam hal ini, biasanya sebuah Mandala Gohonzon selalu diletakkan dibelakang dari Rupang dan pada bagian paling depan terdapat sebuah rupang Nichiren Shonin. Sebagaimana yang kamu lihat, Odaimoku sebagai Objek Pemujaan dan Rupang Buddha Sakyamuni sebagai Objek Pemujaan dibabarkan sebelum Nichiren Shonin menjalani pembuangan di Pulau Sado. Mandala Honzon dibabarkan setelah pembuangan di Pulau Sado, meskipun Nichiren Shonin menjaga rupang Buddha Sakyamuni bersama selama hidupNya. HONMON NO DAIMOKU Sepuluh Dunia Mandala Honzon juga sering disebut “Jikkai Mandala Go-Honzon”. “Go” adalah sebuah gelar kehormatan kepada Honzon, sedangkan Jikkai berarti Sepuluh Dunia diantaranya adalah: 1. Dunia para buddha, Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia 6 TIGA HUKUM RAHASIA AGUNG (SANDAIHIHO) 2. Bodhisattvas, 3. Pratyeka, 4. Shravaka, 5. Mahluk Surgawi, 6. Manusia, 7. Asura, 8. Binatang, 9. Jiwa Kelaparan, 10. Neraka. Semua ini adalah sepuluh tingkatan keberadaan yang diungkapkan dalam Go-Honzon. Mandala Go-Honzon yang melambangkan Sepuluh Dunia berarti simbol penyelamatan universal, sekalipun untuk Devadattta jatuh dalam dunia neraka, ketika ia menerima dan menjaga ajaran Odaimoku, ia dapat diselamatakan. Ini juga mencakup sembilan dunia lainnya. Seratus Dunia Sepuluh Dunia berarti sepuluh tingkatan yang berbeda yang terdapat dalam pikiran seseorang; 1. Tidak memikirkan diri sendiri (buddha), 2. memberi dan mengambil (bodhisattva), 3. perwujudan kebenaran diri sendiri (pratyeka), 4. mendengarkan kebenaran (shravaka), 5. kebahagiaan (mahluk surgawi), 6. tingkatan manusia biasa, 7. kemurkaan (asura), 8. kebodohan (binatang), 9. keserakahan (jiwa kelaparan), 10. kemarahan (neraka). Nichiren Shonin berkata dalam Kanjin Honzon Sho, “Ketika kita melihat wajah kita sendiri, kita dapat melihat bahwa wajah kita berubah dari waktu ke waktu. Perwujudan wajah kita kadang-kadang penuh kegembiraan, kemarahan, atau kedamaian; tetapi pada waktu lain berubah menjadi ketamakan, ketidaktahuan, atau keteledoran. Kemarahan melambangkan neraka, Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia 7 TIGA HUKUM RAHASIA AGUNG (SANDAIHIHO) ketamakan sebagai jiwa kelaparan, ketidaktahuan sebagai kebinatangan, kemurkaan adalah dunia asura, kesenangan adalah para dewa, dan ketenangan adalah manusia.” Setiap keberadaan dari Sepuluh Dunia berisi Sepuluh tingkatan dalam pikiran, oleh karena itu, sebuah pikiran mencakup seratus dunia. Tiga Ribu Gejolak dalam Sekejap Pikiran: Masing-masing Sepuluh dunia mencakupi sepuluh aspek dibabarkan dalam Bab II Saddharma Pundarika Sutra sebagai berikut: 1. Nyoze So Penampilan luar / bentuk 2. Nyoze Sho - sifat dasar atau kualitas 3. Nyoze Tai kesatuan atau unsur 4. Nyoze Riki kekuatan atau fungsi 5. Nyoze Sa kegiatan atau gerakan 6. Nyoze In penyebab utama 7. Nyoze En penyebab lingkungan atau keadaan 8. Nyoze Ka - mempengaruhi 9. Nyoze Ho penghargaan atau sebab akibat 10. Nyoze Honmatsu Kukyo To mencakupi kesembilan aspek tanpa pembedaan Masing-masing dari seratus dunia itu mempunyai sepuluh aspek. Oleh karenanya,Each of the one hundred realms has its own ten aspects. Therefore, perkalian antara seratus dunia dengan sepuluh aspek menghasilkan seribu aspek. Seribu Aspek mencakupi lagi Tiga Kategori Keadaan (Dunia) antara lain: 1. Shujo Seken keberadaan utama dari mahluk hidup 2. Kokudo Seken keberadaan lingkungan bukan mahluk hidup 3. Go-on Seken Lima unsur-unsur dari sebuah keberadaan: bentuk, persepsi, konsepsi, kemauan dan kesadaran. Perkalian antara Seribu Aspek dengan Tiga Kategori Keberadaan menghasilkan Tiga Ribu Aspek . Kita harus memahami bahwa kedua-duanya pikiran dan badan dimana kita hidup adalah semuanya bagian dari 3000 aspek gejolak keberadaan terdapat dalam pikiran kita. Akibatnya, sekalipun telah mencapai KeBuddhaan, hidup kita tetap dilengkapi oleh kebenaran 3000 aspek gejolak keberadaan dalam sekejap pikiran, badan kita menyatu dengan seluruh aspek dunia yang ada dialam semesta. Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia 8 TIGA HUKUM RAHASIA AGUNG (SANDAIHIHO) Tiga Ribu Gejolak dalam Sekejap Pikiran dan Odaimoku Nichiren Shonin berkata dalam Kanjin Honzon Sho, “Tanpa dimunculkannya benih KeBuddhaan yang didasarkan kepada doktrin “3.000 Aspek Gejolak Keberadaan dalam Sekejap Pikiran,” pencapaian KeBuddhaan bagi semua mahluk atau pemujaan kepada rupang kayu atau gambar adalah sesuatu yang kosong tanpa ada gunanya.” Karena adanya ajaran 3.000 gejolak keberadaan dalam sekejap pikiran, kita bisa memuja rupang Buddha Sakyamuni dan Mandala Gohonzon. Sebagai hasilnya, kita bisa mencapai Penerangan melalui penyebutan Odaimoku dihadapan sebuah rupang atau mandala. Ini bukanlah sebuah pemujaan berhala. Untuk membuktikan hal itu, Nichiren Shonin menyatakan; “Jasa kebajikan Buddha Sakyamuni dari pelaksanaan jalan KeBodhisattvaan membuat Ia mencapai KeBuddhaan, sebagaimana yang dibabarkan dan menyelamatkan seluruh mahluk hidup sejak Ia mencapai KeBuddhaan secara utuh tersimpan dalam Lima Aksara ‘’Myo Ho Ren Ge Kyo.’ Akibatnya, ketika kita melaksanakan ke-Lima Aksara ini, jasa kebajikan yang Beliau peroleh sebelum dan setelah Ia mencapai KeBuddhaan secara alami dilimpahkan kepada kita.” Karena kita adalah putra dari Buddha Abadi, ketika kita menyebut Odaimoku, kita akan mewarisi semua kebajikanNya. Kita tidak perlu menjadi seorang bhiksu atau membaca semua lembaran dalam Saddharma Pundarika Sutra, tetapi memelihara dan menjaga hati kepercayaan kepada Gohonzon, percaya kepada Odaimoku dan menyebut Namu Myoho Renge Kyo. Kemudian Buddha Sakyamuni Abadi sebagai sesuatu yang sempurna dan manusia sebagai putra-putri Sang Buddha, secara nyata mempunyai hubungan diantara mereka. Odaimoku menyatukan antara kenyataan dan kesempurnaan. Dalam sebuah perumpamaan dalam Bab XVI Saddharma Pundarika Sutra, seorang tabib yang baik meninggalkan obat yang baik dalam warna, baik dalam rasa dan baik dalam baunya untuk menyelamatkan anak-anaknya yang menderita karena racun penyakit. Obat yang baik itu adalah ke-Lima Aksara “Myo Ho Ren Ge Kyo” dimana Buddha tinggalkan untuk kita. Kita tidak perlu tahu tentang isi dari obat tersebut, kita perlu membaca semua bab dari Sutra. Kita hanya butuh mempertahankan dan memelihara hati kepercayaan dan pelaksanaan. Nichiren Shonin berkata dalam Shoho Jisso Sho: “Memperdalam hati kepercayaan kepada Maha Mandala Gohonzon, yang paling sempurna di dunia, berusaha! Berusahalah untuk memperkuat hati kepercayaanmu, sehingga kamu akan mendapat perlindungan dari kekuatan dari seluruh Buddha. Belajar dan pelaksanaan untuk memperkuat hati kepercayaanmu. Tanpa belajar dan pelaksanaan, tidak ada ajaran Buddha. Laksanakanlah hal ini untuk dirimu dan buatlah orang lain melakukan hal yang Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia 9