Apakah Jati Diri Sesungguhnya Dari Nichiren Daishonin? Oleh : H.G.Lamomt Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia Nichiren Shu Indonesia Buddhist Association website : www.pbnshi.or.id email: [email protected] Apakah Jati Diri Sesungguhnya Dari Nichiren Daishonin? Suatu hal yang jelas, jika kita mau menjadi orang yang jujur bahwa, kita dapat melihat keadaan di sekitar pemakaman Nichiren Daishonin yang seperti diperlihatkan di dokumentasi pada saat sekarang ini, bahwa Byakuren Ajari Nikko bukanlah ketua atau seorang pemuka agama. Namun semenjak Nikko menjadi terkenal bagi sejarawan dimasa sekarang, Ia menjadi seorang pengikut Nichiren Dasihonin yang terkenal. Mari kita mulai melihat Dia sebagai saksi mata dimasa lalu. Nichiren Daishonin menuliskan dalam surat yang ditujukan kepada Misawa Dono, yang mana kemudian disalin oleh Nikko di Kuil Omosu Hommonji dan juga terdapat dalam sebuah catatan di Kuil Myokakuji di Kyoto bahwa “ Dalam perihal hukum, pikirkan hukum sebelum saya dibuang ke Pulau Sado seperti sutra dari Buddha sebelumnya.” (STN,v.2,1446-1447). Dalam kata lain, Nichiren Daishonin membandingkan kata-katanya sendiri sebelum dia dibuang ke Pulau Sado dengan ajaran Sang Buddha Sakyamuni sebelum dia mengajarkan Saddharma Pundarika Sutra. Maka dari itu, dia menetapkan bahwa masa pembabaran dari Pulau Sado dan Minobu adalah yang terakhir dan benar. Beberapa kalimat selanjutnya, Nichiren berkata dengan tulus, ‘Walaupun saya Nichiren, bukan seorang utusan sebelum masa itu, saya belum menyadari hukum ini, sehingga munculnya kebijaksanaan. Saya telah membicarakan hal ini dengan singkat seperti dalam Bagian Pembukaan (jobun).” (STN,v.2,1447). Disini Nichiren Daishonin dengan khusus membandingkan misinya dengan Bagian Pembukaan dari Sutra, menunggu munculnya sebuah Kebijaksanaan. (Catatan, biasanya sutra Sang Buddha dibagi menjadi bagian Pengenalan/Pembukaan (Jobun), Bagian Utama (Shoshubun), dimana pembabaran inti dan ajaran diberikan, dan Bagian Penyebaran (Ruzubun), yang mana bicara tentang penyebaran sutra. Sekarang beberapa sejarawan akan berkata bahwa Nichiren Daishonin menyatakan dirinya adalah Buddha, namun kemudian kita akan bertanya, Mengapa Beliau berkata bahwa ia sedang menunggu munculnya kebijaksanaan ?, Tapi mari kita lihat dikalimat lain dari Nichiren Daishonin yang disaksikan oleh Nikko, pada tahun 1277 (tahun ketiga dari masa Kenji) Nichiren Daishonin menulis sebuah catatan atas nama Shijo Nakasukasa Yorimoto ( catatan ini sudah tidak ada lagi, tapi ada dua versi yang disalin oleh Nikko, masih ada di Kuil Omosu Hommonji (STN,v.2,1346, 1360 ) adalah : 1) Versi yang tidak diperbaharui disalin pada tahun 1278 (tahun pertama dari Koan) dengan judul, “Pembicaraan dengan Ryuzo atau Ryuzo mondo sho”. 2) Versi yang telah diperbaharui disalin pada tahun kelima dari Showa (1316), ketika Nikko berkata saat itu dia berumur 71 tahun. Nikko berkata dia menyalin ini dari ‘versi yang diperbaharui’ (Saiji Hon) adalah kemungkinan bahwa Nichiren Daishonin menulis ulang beberapa bagian catatan itu setelah 1278. Jelas catatan versi ini, pada saat terakhir dari hidup Nikko, memberikan satu kepastian akan catatan ini. Kita lihat sebuah kalimat yang menarik, yang mana menyimpulkan keyakinan pengikut Nichiren Daishonin adalah sebagai berikut: “Saya percaya yang diajarkan dalam Hokekyo (Saddharmapundarika-stura) bahwa dengan hormat Nichiren Daishonin adalah Bodhisatva Jogyo, utusan dari Sang Buddha Sakyamuni, Buddha dari Triloka, Ayah dan Ibu dari semua makluk.” (STN,v.2,1358 dan catatat 1). Bagian penting, kata-kata “Bodhisatva Jogyo” ada didalam versi yang telah diperbaharui dari Nikko diwaktu tuanya. Dengan jelas dalam edisi yang diperbaharui Nichiren Daishonin sendiri, kesulitan menambah kata-kata “Bodhisatva Jogyo” didalam kalimat. (walaupun jika Nikko setelah kematian Nichiren menambah kata-kata ini dan didalam bagian yang diperbaharui lainnya, ini menunjukkan bagaimana dia, secara nyata mengamati Nichiren Daishonin). Apakah ini bukan bukti bagaimana Nichiren Daishonin (atau paling tidak Nikko ) dapat melihat jati dirinya yang sesungguhnya? Jati diri ini, kadangkala dia sembunyikan dengan tulus bahwanya Dia adalah Bodhisatva Jogyo, bukan Buddha. Sekarang sejarahwan akan menolak bahwa ini tidak penting atau mereka telah salah membacanya, tapi marilah kita melihat kalimat lain dalam karya yang sama, dalam diskusi cerita dari “Elder of Gokurakuji”, bahwa “Ryokanbo Ninsho melawan Nichiren Daishonin”. Versi yang tidak diperbaharui mengatakan percobaan untuk membunuh Nichiren Daishonin dan pengikutnya di Pulau Sado tapi tidak berkata apa-apa tentang jati diri Nichiren Daishonin, namun didalam versi yang telah diperbaharui, kata-kata ini dimasukkan, menggambarkan Nichiren Daishonin; “Nichiren Daishonin, jika ini yang seperti diajarkan dalam sutra, adalah sebuah kebijaksanaan sebagai utusan dari Tathagata dalam masa lampau (kujo nyorai no onzukai), penerus (suijaku) dari Bodhisatva Jogyo, yang menjalankan (gyoja) hukum yang sesungguhnya (atau Bagian: Hommon) dari Hokke, Maha Guru dari kelima lima ratus tahun” (STN,v.2,1352) Mengapa Nichiren Daishonin atau Nikko memasukkan kata-kata ini, yang mana dengan jelas 1 Apakah Jati Diri Sesungguhnya Dari Nichiren Daishonin? menggambarkan bahwa Nichiren Daishonin adalah utusan dari Sang Buddha kekal abadi dan wujud sesungguhnya dari Bodhisatva Jogyo, jika bukan mereka mencoba untuk menunjukkan bahwa dia adalah Bodhisatva Jogyo, yang dikirim Buddha Shaykamuni? Tidak ada tanda-tanda dalam masa surat-surat dari Gunung Minobu bahwa Nichiren Daishonin merasakan dirinya sendiri sebagai Buddha, walaupun Dia yakin untuk bahwa dia mencapai Jalan KeBuddhaan. Namun, sudah jelas bahwa seperti yang telah dia katakan dalam surat “Menjalankan sesuai dengan Ajaran” Nyosetsu Shugyo Sho, (STN,v.1,733 1.2) ;“Saya, Nichiren menerima panggilan Buddha dan dilahirkan didunia ini.....” Dia juga berkata dia mempunyai tugas dalam gerakan shakubuku, karena hukum dari Raja Dharma adalah sulit untuk dibandingkan.” (Ibid). (Catatan bahwa disini Nyosetsu Shugyo Sho hanya ada didalam catatan dari pengikut Nikko, Tayu Nichizon (1265-1345), di salin ulang pada tahun 1297 (Tahun kelima Einin) Bagaimana dengan catatan awal Nikko? Hukum dalam menyebarkan Sutra dalam Tiga Kurun Waktu (Sanji Gukyo Shidai) (Nichirenshu Shugaku Zensho, II, 53) berkata: “Di kuil dari Hommon Pengikut dari yang dipercaya Bodhisatva Jogyo, Nichiren Daishonin” Ini adalah jelas bahwa dalam kuil dari Hukum sesungguhnya (Hommon), Nichiren Daishonin adalah merasakan dirinya sebagai wujud dari Bodhisatva Jogyo, Maha Bodhisatva pengikut dari Sang Buddha yang sejati. Hal ini secara jelas merupakan inti dari Sutra ini terdapat dalam “Bab XXI Kekuatan Gaib Dari Tathagata”. Secara bersamaan dalam karya ini menyatakan Sang Buddha Sakyamuni yang telah mencapai KeBuddha dimasa lampau (Kujo No Shaka Butsu), menunjukkan bahwa Sang Buddha adalah objek yang dipuja. Maka dari itu, tidak ada alasan kuat bahwa Nichiren Daishonin melihat dirinya sendiri sebagai Buddha dan Dia sebenarnya adalah bodhisatva yang muncul dari bumi atau wujud dari Maha Bodhisatva Jogyo, dan tentang jati diri ini, Beliau dengan tulus menyembunyikan dalam situasi tertentu, dan tidak pernah menyatakan dirinya sebagai Buddha. Kita juga sepatutnya melihat gambaran atau tulisan dari Gohonzon yang ditulis dari 1274 (disimpan dalam Kuil Myohonji di Hota; No.16 dalam katalog dari koleksi Gohonzon (Yamanaka Kihachi, Nichiren Shonin Shinseki No Sekai, dan Hal 323 dan type B(II) 7 no. 13 dalam Nichiren Shonin Mandara zushu, hal 58-59): “Semenjak permulaan dari kepergian Yang Dipuja Dunia, kini telah melewati lebih dari dua ribu dua ratus dua puluh tahun. Walaupun diantara tiga negara India, Han (Cina) dan Jepang, disana belum ada objek yang dipuja (honzon). Mungkin mereka mengetahui, tapi tidak menyebarkan atau mereka tidak mengetahui. Ayah Bijaksana kita, yaitu Sang Buddha yang penuh kebijaksanaan telah menyembunyikan dan menyimpannya, ditinggalkan untuk masa akhir dharma. Diwaktu lima ratus tahun terakhir, Bodhisatva Jogyo akan datang ke dunia saha untuk pertama kali untuk menyebarkan dan memproklamasikannya” Disini sekali lagi kita dapat melihat, Nichiren Daishonin melihat tugasnya, yaitu mewujudkan objek pemujaan yang sesungguhnya (mandala), sebagai Bodhisatva Jogyo yang menerima mandala dari “Ayah bijaksana Kami”, yaitu Sang Buddha Sakyamuni dalam Bab XVI Panjang Umur Tathagatta (Juryohon)”. Saat yang sama “Ayah Bijaksana Kami” dengan jelas menunjuk Sang Buddha Sakya. Dalam Kito Sho (STN,v.1,676 1.4), Nichiren Daishonin memanggil Beliau, “Ayah Bijaksana Buddha Sakyamuni”, dan dalam karya yang sama berkata, “Sang Buddha Sakyamuni sendiri, merupakan perwujudan dari Buddha, Guru dan Raja.” (STN,v. 1,677 1.4), dan dalam mandala ini Nichiren Daishonin berkata Beliau telah menyembunyikan dan menyimpan mandala ini “Dengan Arti Kebijaksanaan Buddha”. Hal ini jelas jika kita mau berpikir rasional dan jujur pada diri bahwa Nichiren Daishonin menggambarkan Dirinya secara spiritual sebagai Bodhisatva Jogyo yang membawa tugas sebagai utusan dari Sang Buddha Sakyamuni. Dan Jati diri adalah suatu hal yang sesuai dengan ramalan yang terdapat dalam Saddharma Pundarika Sutra itu sendiri, yang terdapat dalam Bab XXI Kekuatan Gaib Dari Tathagata, “ Sang Buddha Sakyamuni, yang diselubungi oleh wujud dari kekuatan gaib dari Para Buddha sepuluh penjuru, mempercayaikan inti sesungguhnya dari Saddharma Pundarika Sutra kepada Bodhisatva muncul dari bumi yang dibabarkan dalam Bab.XV Bodhisatva Muncul Dari Bumi.” 2 Apakah Jati Diri Sesungguhnya Dari Nichiren Daishonin? “Pada waktu itu Sang Buddha memanggil rombongan dari Bodhisatva muncul dari bumi yang dipimpin oleh Bodhisatva Jogyo, dan seterusnya: “Kekuatan gaib dari Sang Buddha adalah tidak terukur, tidak berakhir, dan tidak dapat diterka. Walaupun saya bermaksud dengan kekuatan gaib ini tidak terukur, tidak berakhir ratusan ribu dari puluhan ribu, dari ratusan ribu dari asamkheyas dari kalpa, untuk tujuan dari kepercayaan ajaran Sutra ini, saya tidak akan kelelahan. Jika saya bicara tentang hakekat sesungguhnya, seluruh Dharma yang didapat Tathagata, seluruh dari Kekuatan gaib kerajaan Tathagata, seluruh harta pusaka Tathagata, dan seluruh hal yang mendalam dari Tathagata, ada didalam sutra ini, ditunjukkan, dibabarkan dan diajarkan.” Kalimat ini menjelaskan sebagai “Perwujudan sesungguhnya dan hati kepercayaan” (Ketsuyo Fuzoku), dalam penjelasan Maha Guru Tien Tai dan Nichiren Daishonin menggambarkan hal ini: “Pada hal mewujudkan yang sesungguhnya dan hati kepercayaan’” Sang Buddha memunculkan inti sesungguhnya dari Saddharma Pundarika Sutra dan kemudian diberikan kepada ke-empat Bodhisatva muncul dari bumi dan dengan berhati-hati mempercayakan kepada mereka; “Setelah kepergian Saya berikan kepada mahluk hidup dari sepuluh penjuru.” (Dalam Pembicaraan jahat melawan Dharma dan menghancurkan dosa-dosa” (Kasaku Hobo Mersuzai Sho), STN, v. 1,782), disini Sang Buddha Sakyamuni menunjukkan bahwa “Masa kepergianNya yang sementara dan mempercayaan inti sesungguhnya dari Sutra ini kepada Bodhisatva yang muncul dari bumi.” Pada surat yang sama Nichiren Shonin berkata : “Seperti dalam Lima aksara ‘Myo Ho Ren Ge Kyo’ Sang Buddha bukan saja menyembunyikan hal ini selama lebih dari empat puluh tahun, Beliau masih menutupimya didalam Empat Belas Bab dari Wujud Ajaran (Shakumon) dan Pada “Bab XVI Panjang Umur Tathagata” Beliau mengajarkan dan mewujudkan dua aksara dari ‘Renge’ dari akibat murni dan sebab murni. Kelima aksara ini, Beliau bahkan tidak mempercayakannya kepada Bodhisatva Manjusri, Samantabhadra (Fugen), Maitreya, Bhaishajaraja (Yakuo) dan lainnya; selanjutnya dari Ketenangan cahaya dari bumi yang luar biasa, muncul Bodhisatva Jogyo, Bodhisatva Muhengyo, Bodhisatva Jyogyo dan Bodhisatva Anryugyo yang muncul dari bumi dan Beliau mempercayakan kelima aksara ini kepada mereka (STN,v.1, 782). Lebih lagi, Nichiren Daishonin membabarkan mengenai Bodhisatva ini dalam karya yang sama: “Nampaknya bahwa ke-empat Bodhisatva ini adalah pengikut dari Pengajaran Sang Buddha Sakyamuni semenjak kalpa sebanyak debu dari negara-negara yang tersentuh atau tidak dengan debu dari lima ratus dari sepuluh triliun nayuta dari asamkheyas dari trichiliocosms (Gohyaku Jinden Go), dan Ia juga, dari yang pertama kali muncul dalam pikiran Buddha, dan tidak menetap pada Buddha yang lain dan juga ia tidak memunculkan diri pada kedua ajaran (dari wujud dan yang murni). Maha Guru Tien Tai berkata, “ Dia hanya melihat wujud dari janji dari Bodhisatva Muncul dari Bumi” dan seterusnya. Buddha juga berkata, “Ini adalah pengikut Saya, mereka sepatutnya membabarkan Dharma Saya,” dan seterusnya. Bodhisatva Myoraku berkata, “Anak membabarkan Dharma Ayahnya” dan seterusnya. Tao-hsien berkata, “ Melihat kenyataan bahwa Dharma adalah Dharma dari seorang yang telah mencapai Kesadaran pada masa lampau, maka dari itu Dia menugaskan kepada orang-orang dari yang telah dididiknya pada masa lampau” dan seterusnya. Ini adalah kelima aksara ‘Myo Ho Ren Ge Kyo’ bahwa Sang Buddha memberikannya kepada keempat orang ini.” (STN, v.1, 783 784). Ajaran Nichiren Daishonin adalah sangat jelas mengenai hal ini terdapat dalam tulisan yang dibuat pada tahun 1273: 1) Empat orang ini adalah Empat Bodhisatva yang muncul dari bumi; 2) Mereka adalah pengikut dari Buddha Sakyamuni dari masa lampau yang jauh. 3) Adalah mereka yang telah dipercayakan dengan Kelima aksara; 4) Dalam tulisan Tao-hsien, ini digambarkan sebagai “ Dharma dari satu yang telah mencapainya di masa lampau” (Kujo No Ho); dalam kata lain, Nichiren Daishonin menunjukkan kepada kita bahwa ODaimoku adalah dari Buddha Sakyamuni yang telah mencapai kesadaran pada masa lampau. Beberapa sejarawan yang telah mencoba untuk mengartikan kalimat ini, bahwa Dharma diberikan 3 Apakah Jati Diri Sesungguhnya Dari Nichiren Daishonin? kepada “Buddha Kekal Abadi” yang mereka gambarkan sebagai Nichiren Daishonin tapi dengan jelas bukan ini yang dimaksud kalimat tersebut. Pada tahun yang sama dalam “Kanjin Honzon Sho”, Nichiren Daishonin mengartikan kalimat itu sebagai “Mempercayakan” artinya: Sutra ini hanya yang dipercayakan kepada Bodhisatva Muncul Dari Bumi...” (STN,v.1,717) Artinya sudah jelas : ODaimoku adalah Dharma yang dipercayakan kepada Bodhisatva yang muncul dari bumi. Interpretasi seperti ini sesuai dengan yang dibabarkan dalam Sutra, dan adalah meyakinkan: “Sang Buddha yang Kekal Abadi, Ia yang selalu ada namun menyembunyikan KeberadaanNya, mempercayakan DharmaNya, ‘Namu Myoho Renge Kyo’ kepada pengikutnya sendiri dari masa lampau yang jauh.” Untuk lebih mengerti tentang hubungan ini, kita dapat melihat dalam Gosho “Dalam Pembicaraan Jahat Melawan Dharma dan Menghancurkan Pemfitnahan Dharma” (Kashaku Hobo Metsuzai Sho) dikatakan, “Selama lebih dari dua ribu dua ratus tahun Sang Buddha adalah objek pemujaan yang digunakan serta dalam masa Pembabaran Sang Buddha Sakyamuni dikatakan bahwa Raja yang Dipuja dan yang para dewa telah diambil sebagai objek pemujaan. Namun, walaupun hanya Buddha dari pelaksana kecil dari Kegon Nehan (Nirvana); Kengyo wujud dari hukum sementara (Shakumon) dari Saddharma Pundarika Sutra; Fugengyo seorang pelaksana luar biasa, Buddha dari Dainichikyo dalam Shingon dan Buddha Sakyamuni dan Prabutharatna Tathagata dari Bab XI Munculnya Sebuah Stupa, namun Buddha Sakyamuni dari ‘Bab XVI Panjang Umur Tathagata’ belum pernah ada dalam kuil dan tempat tinggal yang sederhana sekalipun.” (STN,v.1,784). Jadi Objek pemujaan yang sesungguhnya adalah dari Bab XVI Panjang Umur Tathagata adalah Sang Buddha Sakyamuni Yang Kekal Abadi, Dharma adalah Myo Ho Ren Ge Kyo dan Bodhisatva Jogyo dimana Beliau mempercayakan Dharma ini kepada Bodhisatva muncul dari Bumi. Hal ini selama dua ribu dua ratus tahun belum pernah muncul dan diterapkan dalam kuil-kuil Buddha. Kita dapat menambah satu bukti terhadap pendapat ini, dalam surat yang ditulis kepada Soya ditahun kedua dari masa Kenji (1276); “Ketika kebijaksanaan dan Objek ini bertemu, satu akan mencapai keBuddhaan dalam tubuh ini (Sokushin Jobutsu). Bahwa dalam pengertian ini (Naisho) tidak ada seorang Sravaka maupun Pratyekabuddha dapat memahami dan mengerti tentang ajaran ini. Apa sebenarnya, kedua Dharma ini dan Kebijaksanaan (Kyochi)? Mereka hanya lima askara dari ‘Myo Ho Ren Ge kyo’. Kelima karakter ini (penyebab dari pembentukan) sebagai inti dan hati kepercayaan (Ketsuyo Fuzoku) dan diikuti ke-empat Bodhisatva muncul dari bumi. Ini dinamakan ‘Ajaran dari kepercayaan kepada mereka mengikuti kehendak sesungguhnya dari Buddha (Honge Fuzoku). Pada saat yang sama muncul Bodhisatva Jogyo berserta rombongan lainnya. Ke-empat Bodhisatva ini akan dilahirkan dalan lima ratus tahun kelima dari masa dharma dan akan menyebarkan kelima aksara. Kedua Dharma ini yang telah diberikan dan Kebijaksanaan dari Buddha. Dalam Kalimat Sutra dengan jelas dan yakin, tercantum mengenai hal ini. Siapa yang akan mempertanyakan hal ini? Walaupun saya, Nichiren bukanlah orang itu ataupun utusan, saya sebelumnya telah menyebarkan kelima aksara ini seperti Bagian Pembukaan. Bodhisatva Jogyo telah menerima air kebijaksanaan dari Dharma Sang Buddha Sakyamuni yang membiarkannya tersebarluaskan untuk mengurangi pengaruh iblis dimasa mendatang. Ini adalah prinsip dari kebijaksanaan. Sang Buddha Sakyamuni, dari diriNya sendiri melepaskan dan memberikan kepada Bodhisatva Jogyo Dharma ini. Pada saat yang sama saya, Nichiren juga berada di negara Jepang, menyebarkan Dharma ini.” (STN,v.2,1253-1254) Kalimat ini jelas sama dengan bagian kalimat dari “Surat Misawa” yang telah ditulis diatas tetapi lebih lengkap. ODaimoku dibentuk sebagai inti dari Sutra dari Buddha Sakyamuni, dan Beliau dengan khusus memberikannya kepada Bodhisatva yang muncul dari bumi dan Beliau memberikan sebagai (Persatuan dari Kebijaksanaan dengan bentuk atau objek) dalam bentuk “Namu Myoho renge kyo” kepada mereka untuk menyebarkan pada permulaan dari masa akhir Dharma. Walaupun Ia tidak menggambarkan dimana dalam Sutra ini, tetapi hal itu ada dalam “Bab XXI Kekuatan Gaib dari Sang Tathagata” dimana pembentukan inti dan kepercayaan sesungguhnya (Ketsuyo Fuzoku) muncul. Seperti yang ditulis Mahaguru Tendai Daishi dalam Hokke Mongu (T.34.142a), “Mulai saat ini Sang Buddha memberikan Dharma ini kepada Bodhisatva Jogyo dan ketiga Bodhisatva lainnya, Pembentukan Inti dan KepercayaanNya.” Kalimat ini digambarkan Nichiren Daishonin dalam Kanjin Honzon Sho (STN, v.1, 718) sebagai bagian dari bukti bahwa Sang Buddha mempercayakan kelima karakter dari Dharma ini kepada Bodhisatva yang muncul dari bumi. 4 Apakah Jati Diri Sesungguhnya Dari Nichiren Daishonin? Dalam surat kepada Soya, Nichiren Daishonin “Memuji kebenaran Sutra, yang mana inti dari kepercayaan Sang Buddha telah memberikan kelima aksara (Dharma) kepada Bodhisatva Jogyo dan ke-tiga bodhisatva lainnya.” Sudah sangat jelas bahwa Nichiren Daishonin mempertimbangkan Sutra ini (Saddharma Pundarika Sutra) yang mana Sang Buddha memberikan kepercayaan kepada Bodhisatva Muncul dari Bumi, sebagai yang tidak dapat diragukan. Tapi sangat disayangkan masih terdapat murid-murid Nichiren lainnya yang bersikeras menemukan teori bertolak belakang dengan Saddharma Pundarika Sutra yang mana menyampingkan tugas dari Bodhisatva Jogyo dan mengatakan Nichiren Daishonin sebagai Buddha. Teori seperti itu berlawanan dengan pandangan Nichiren Daishonin sendiri dan juga bertentangan dengan Saddharma Pundarika Sutra. Seperti dalam surat kepada Misawa, Nichiren Daishonin dengan tulus menolak jati diriNya sebagai Bodhisatva Jogyo dan juga menolak bahwa Dia adalah utusannya tapi berkata Dia telah menyebarkan Dharma itu seperti di Bagian Pembukaan. Kemudian Dia berkata bahwa Bodhisatva Jogyo telah menerima air kebijaksanaan, yang mana adalah Dharma dari Sang Buddha Sakyamuni, Dia kemudian menyakinkan bahwa kebijaksanaan dalam ODaimoku datang dari Sang Buddha Sakyamuni dan dengan tulus memisahkan penyebarluasannya sebagai Bodhisatva Jogyo. Dan juga jelas lagi dia dengan sederhana menunjukkan bahwa Dia melakukan apa yang dilakukan Bodhisatva Jogyo. Maka sudah jelas kemudian: (1)Wadah dari ODaimoku (Myo Ho Ren Ge Kyo ) yang mana berisikan Kesadaran Buddha adalah Buddha Sakyamuni. (2)Buddha Sakyamuni memindahkan ODaimoku ini kepada Bodhisatva Jogyo dan Bodhisatva muncul dari bumi . (3)Pemindahan yang telah terjadi ini, seperti yang diungkapkan dalam Sutra Saddharma Pundarika Sutra, menunjukan kepada Pembentukan Inti dan Kepercayaan. Dalam kata lain, hal ini sesuai berdasarkan Sutra. (4)Nichiren Daishonin dengan tulus menolak bahwa dia adalah Bodhisatva tapi menunjukan bahwa dia adalah seorang utusan. Walaupun ketulusan Nichiren Shonin, sudah jelas dari dokumentasi yang lain. Berdasarkan apa yang diungkapkan diatas, para murid-muridnya menggambarkan dia dengan jelas sebagai Bodhisatva Jogyo, yang menerima ODaimoku dari Buddha Sakyamuni. Mungkin sepertinya argumentasi panjang yang dijelaskan diatas sepertinya tidak ada gunanya, namun jika kita ingin mencapai Jalan keselamatan, Jalan Langsung (Daijikido) untuk mencapai Kebuddhaan. Kita harus mencoba untuk melihat kebenaran abadi dan kemudian menjalankan kehidupan yang subjektif. Kita harus mendalami dengan kepercayaan yang benar dan menjalankan penyebutan ODaimoku dan memuja Buddha Sakyamuni Kekal Abadi. Sekarang orang Amerika dan orang Barat yang lain yang mengetahui segalanya tentang Nichiren Daishonin mempunyai pendapat luas apa yang dia ajarkan. Walaupun diantara ada yang berpendidikan dan tidak dilatih dalam sejarah Buddha dan tidak ada pemasukan bahasa dari dokumentasi, pandangan salah yang telah terjadi atas misi dan jati dirinya. Karena jumlah dari publikasi dari sebagian dari mereka yang mempunyai pandangan bahwa Nichiren Shonin memproklamasikan dirinya sebagai Buddha abadi. Hal ini telah menyebabkan salah pandangan bagi semua orang. Hal ini adalah sangat buruk bahwa orang yang berpendidikan telah menelan sejarah pada posisi yang salah. Karena pandangan yang salah ini pada akhirnya pencapaian Kebudhaan akan tertunda dan mereka akan mengalami karma buruk, karena mereka menerima pandangan yang berlawanan dengan Sutra dan kata-kata Nichiren Daishonin sendiri. Sekali lagi kita sepatutnya, memperhatikan peringatan dari pemuka agama : “Tidak masalah berapa banyak mereka berdoa, semua orang yang ada benci kepada Nichiren, pertama harus jatuh ke Neraka Abadi, setelah kalpas yang tidak terhingga telah menjadi pengikut Nichiren, mereka akan mencapai keBuddhaan” (Kyoo Gozen Gosho, STN,v. 1,687). Sekarang mereka ada yang berkata “Kami tidak membenci Nichiren Daishonin dan kami menjalankan ajarannya, jadi hal ini tidak akan berlaku kepada kami! Tetapi ini hanya pandangan mereka sendiri. Apakah ada kebencian yang lebih besar kepada Nichiren Daishonin selain dari kesengajaan memutarbalikan ajaran yang telah Beliau ajarkan? Jika Beliau, adalah benar utusan yang dikirim oleh Buddha Sakyamuni untuk menyelamatkan kita dari masa yang buruk. Apakah ini bukan kebencian yang luar biasa karena telah memutarbalikan fakta 5 Apakah Jati Diri Sesungguhnya Dari Nichiren Daishonin? dan mengatakan bahwa Beliau adalah Buddha ? ketika seorang dengan sengaja membelokkan, menyalahkan atau menggantikan pesan yang disampaikan? Bentuk nyata dari Nichiren Daishonin tidak lagi ada, tidak ada yang dapat melukai dia secara nyata seperti yang dilakukan musuh-musuh Dia sewaktu hidup. Dia telah kembali ke Tanah yang kekal Abadi sebagai wujud dari Bodhisatva Jogyo yang luar biasa. Namun Apa yang tinggal dari Beliau adalah ajaranNya, seperti yang dia babarkan sewaktu hidupnya. Untuk menghancurkan ajaran-ajaran ini dan menggantikan dengan aturan-aturan dari mereka sendiri yang berbeda dari ajaranNya dan mengunakan namaNya. dan ajaran yang berbeda dibawah namanya adalah sangat menghancurkan daripada membunuh orangNya. Ketika Nichiren Daishonin menunjukkan penghormatan untuk Sang Buddha Sakyamuni Yang Tidak Ada Awal dan Akhir, Guru dan Orang Tua dalam kekuatan dari pembabaran dalam Saddharma Pundarika Sutra, dan kemudian kita memutarbalikan semua itu. Apakah ini bukan percobaan yang buruk untuk Nichiren Daishonin untuk merendahkan Buddha dan Sutra? Dan juga tidak menyetujui bahwa ODaimoku adalah ajaran yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni Kekal Abadi dengan mengatakan bahwa saat berlaku telah habis ? Bukankah itu sebuah kebencian untuk mengganti ajaran yang sesungguhnya hanya untuk menggembirakan keinginan seorang ? Saya berharap yang dari penjelasan diatas telah ada sesuatu yang dapat memperbaiki gambaran yang salah dan saya berharap kepada mereka yang telah menerima ajaran sejarawan yang salah akan sadar dan kembali kepada ajaran yang sejati dari Buddha Sakyamuni Kekal Abadi yang mengirim utusannya, Nichiren Daishonin, wujud dari Maha Bodhisatva Jogyo. 6